Anda di halaman 1dari 12

4.4.

Lingkaran Naratif Dan Harmon


Gambar sederhana di halaman-halaman sebelumnya
menggambarkan bahwa suatu cerita akan bermula dari
“awal”, lalu memasuki “perubahan dengan serangkaian
pertumbuhannya” memasuki “akhir”.
Dalam bentuk lingkaran, maka berangkat dari “awal”
suatu cerita—setelah melalui serangkaian perubahan—
akan kembali ke asal yang kini berfungsi sebagai “akhir”.
Kondisi tempat dan segala sesuatu pada “awal” dapat saja
tetap seperti itu ketika cerita kembali ke sana. Namun,
dapat pula sudah berubah namun memiliki fungsi

Agus R. Sarjono 125


sebagaimana saat ia awal. Oleh sebab itu, “akhir” dari satu
cerita dapat menjadi “awal” bagi cerita berikutnya.
Lingkaran naratif sebagaimana diajukan oleh
Campbell berpengaruh luas di kalangan peminat
naratologi dan terutama berpengaruh luas di kalangan
f ilm baik untuk membangun plot f ilm maupun untuk
mengkaji struktur naratif f ilm.
Diinspirasi oleh gagasan Campbell, Dan Harmon
merumuskan apa yang kemudian dikenal sebagai roda
cerita atau lingkaran kisah (strory circle). Lingkaran itu
berisikan tahapan yang dijalani protagonis suatu cerita,
yakni sang protagonis:

1. Berada dalam zona 53


nyaman dan familiar
2. Membutuhkan/mengingingkan sesuatu
3. Memasuki situasi yang tidak familiar
4. Beradaptasi dengan situasi baru tersebut
5. Mendapatkan apa yang dia butuhkan/idamkan
6. Membayar harganya (biasanya mahal)
7. Kembali ke situasi yang familiar
8. Berubah, alias tidak lagi sama dengan sebelumnya.

Digambarkan dalam bentuk lingkaran maka akan


berbentuk kurang lebih seperti ini:

126 Naratologi, Pengantar Teori Naratif


ORDER

CHAOS

Dan Harmon bahkan kemudian membuat lingkaran


atau roda cerita-nya lebih sederhana lagi, masing-masing
cukup diwakili oleh satu kata.

1. YOU, anggaplah protagonis sebagai dirimu;


2. NEED, membutuhkan sesuatu
3. GO, pergi untuk mendapatkannya
4. SEARCH, ternyata harus mencarinya
5. FIND, menemukan apa yang dicari

Agus R. Sarjono 127


6. TAKE, mengambilnya dengan harga mahal
7. RETURN, kembali ke situasi yang familiar
8. CHANGE, berubah.

Awal/Akhir
Jika urutan tersebut kita buat kembali dalam bentuk
lingkaran dam memadukannya dengan lingkaran yang
pertama mengenai chaos (ketaktertataan) dan order
(tertata), maka akan kita dapatkan lingkaran yang
Pertumbuhan/Perubahan
menggambarkan secara sederhana namun relatif lengkap
roda (jalannya) cerita atau teknik membangun plot yang
kurang lebih berbasis pada lingkaran ini.

4.4.1. YOU.

128 Naratologi, Pengantar Teori Naratif


Langkah pertama adalah memantapkan posisi
protagonis dalam cerita, baik itu tokoh perempuan
maupun lelaki. Dalam rangka untuk memantapkan posisi
protagonis cerita, sangatlah penting untuk memantapkan
pula dunia yang dihidupi oleh sang protagonis. Bagian
ini menempati puncak dalam tatanan lingkaran atau roda
cerita. Adalah penting untuk memilih dunia tempat
hidup sang protagonis tersebut sebagai sebuah dunia yang
status quo. Mengapa demikian? Karena roda cerita akan
segera menuju sebuah dunia yang “chaos” alias “kacau”,
yakni dunia yang digambarkan Joseph Campbell sebagai
“melewati ambang batas”.
Posisi protagonis dengan dunia yang dihidupinya
akan menentukan jenis cerita semacam apa yang akan
digelar. Jika protagonis itu adalah Harry Potter, misalnya,
maka menjadi wajar untuk bersekolah di sekolah sihir
semacam Hogwarts, karena kisah Harry Potter memang
berlatarkan dunia sihir dengan beberapa peluang untuk
ke luar dari dunia sihir dan memasuki dunia biasa
beberapa saat untuk segera kembali ke dunia sihir.
Sementara jika protagonisnya adalah Luke Skywalker,
maka perjalanan kian-kemari di luar angkasa adalah
dunianya sehari-hari. Jika protagonisnya adalah Si Buta
dari Goa Hantu atau Wiro Sableng, maka dunia yang
mereka hidupi adalah dunia persilatan, karena mereka
menjadi bagian dari cerita silat. Dalam f ilm, ini semua
akan berpengaruh mulai pada latar, tata busana, hingga
musik dan tata suara.

Agus R. Sarjono 129


Jika dunia yang dihidupi protagonis adalah dunia
sehari-hari, maka ia menjadi bagian dari cerita realis. Jika
dunia realis itu itu dipenuhi dengan kriminalitas dan
pembunuhan, sementara protagonisnya bertindak sebagai
pemecah persoalan, maka ia menjadi cerita detektif atau
cerita action. Jika dunia realis yang dihidupi protagonis
itu adalah dunia asmara, patah hati, kecemburuan, dan
cinta, maka cerita akan menjadi cerita roman.
Apapun dunia yang dihidupi protagonis—dunia
persilatan, ruang angkasa, masyarakat sihir, dunia hantu,
dunia penuh kriminalitas maupun dunia yang penuh
cinta, cemburu, dan kesalahpahaman asmara—dapat
dianggap sebagai dunia yang “biasa” dan akrab alias
familiar bagi protagonis. Protagonis akan memasuki dunia
yang chaotic saat ia dilemparkan ke dunia yang tidak
akrab baginya. Kekacauan atau dunia yang kacau itu
dapat berupa dunia yang sama—dunia sihir yang tentram,
misalnya, tapi dikacaukan oleh tokoh sihir hitam, atau
dunia luar angkasa yang tentram dirusak oleh bandit luar
angkasa—maupun melibatkan dunia yang berbeda.
Pembunuh berdarah dingin yang hidup tentram dalam
dunia kejahatannya, tiba-tiba jatuh cinta mati-matian
dengan seorang perempuan anti kejahatan, atau seorang
mahluk ancestral yang imortal terpikat pada manusia
mortal. Variasi dari hal ini tidak terbatas. Yang penting,
dari situasi nyaman dan akrab, protagonis dilemparkan
ke situasi yang penuh ketidakpastian.

130 Naratologi, Pengantar Teori Naratif


4.4.2. NEED
Langkah kedua ini merupakan langkah yang sangat
penting, karena menentukan menarik tidaknya cerita
tersebut. Langkah kedua tersebut adalah sang protagonis
membutuhkan sesuatu. Ia bisa membutuhkan, bisa juha
menginginkan. Tentu saja di sini berlaku juga adagium,
keinginan yang sangat kuat akan berubah menjadi
kebutuhan. Maka, jika yang dia ingin dapatkan itu
berdasar keinginan, ia tidak akan sekuat jika itu
merupakan suatu kebutuhan.
Dalam serial Harry Potter misalnya, crux dalam setiap
cerita di sana adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh
protagonis dan bukan sekadar diinginkannya. Harry Potter
benar-benar membutuhkan crux tersebut untuk segera
dibakar dan dimusnahkan karena menyangkut mati
hidupnya dia dan orang-orang yang dia cintai. Di sini dapat
dilihat bahwa kebutuhan untuk memusnahkan crux
merupakan pemicu yang kuat bagi protagonis untuk
memulai petualangannya.
Apapun yang dibutuhkan—bukan sekadar
diinginkan—protagonis dalam cerita apapun, sangat
menentukan pembentukan plot dan motif. Maka,
kebutuhan tersebut harus benar-benar menjadi kebutuhan
mendesak dan memicu gairah yang membara. Kebutuhan
inilah yang memicu dimulainya petualangan.

Agus R. Sarjono 131


Luke Skywalker terseret ke luar angkasa karena Obi
Wan Kenobi. Bilbo Baggins diyakinkan untuk melakukan
perjalanan oleh Gandalf. Dalam lingkaran cerita,
bagaimanapun, protagonis akan melakukan sesuatu
sendiri untuk memulai cerita, karena mereka benar-benar
sangat membutuhkan sesuatu itu sehingga siap untuk
mengambil tindakan apapun untuk mendapatkannya.
Kebutuhan itu dapat berupa “memecahkan suatu kasus
pembunuhan”, “menemukan harta karun”, “membalaskan
dendam orang yang dicintai”, “menjadi raja bajak laut”,
atau bahkan sekadar menemukan resep untuk membuat
kopi yang luar biasa atau cara membuat seblak yang
dahsyat.

4.4.3. GO!
Lingkaran atau roda cerita dianggap unggul karena
dengan inilah dapat dilihat sejak awal apa saja tindakan
yang akan diambil sang protagonis untuk mendapatkan
apa yang dia butuhkan. Dalam tindakan protagonis itulah
peluang untuk membalik situasi dari situasi sesuai
tatanan—meskipun tatanan ini misalnya bahkan tidak
sempurna sekalipun—menjadi situasi kacau atau chaos.
Di sinilah tempat bagaimana sang protagonis dalam
rangka mencapai tujuan dan mendapatkan apa yang dia
butuhkan justru membuat segala sesuatu makin
memburuk. Ia mengubah situasi status quo menjadi chaos.
Kisah Batman dalam f ilm The Dark Knight, misalnya,

132 Naratologi, Pengantar Teori Naratif


dapat dijadikan contoh. Dengan tujuan membuat kota
Gotham menjadi aman, Batman menangkap Lau si
gangster yang korup. Saat menangkap Lau itulah ia dengan
tidak senngaja melepaskan Joker ke dalam kota Gotham
dan membuat segala seuatu jauh lebih buruk dari
sebelumnya. Dengan demikian, selain meningkatkan
ketegangan dan tempo cerita, hal ini juga melesakan
protagonis lebih dalam ke tubuh plot karena
bagaimanapun sang protagonis dibuat merasa
bertanggungjawab terhadap segala kekacauan yang
terjadi.

4.4.4. SEARCH
Dalam tahap cerita ini, sang protagonis berada di
tengah kabut kekacauan dan dia harus menemukan jalan
keluarnya. Tentu saja dalam mencari jalan keluar tersebut
sang protagonis diaharapkan untuk mencari jalan keluar
yang lebih baik dibanding jalan keluar sebelumnya (yang
bermasalah itu) seabagaima dia lakukan di tahap 3,
karena jalan keluar itulah yang membuat mereka terlibat
lebih jauh dalam masalah dan membuat kekacauan yang
ada semakin tidak karuan. Di tahap inilah jalan keluar
yang dipilih protagonis menjadi jalan keluar yang tidak
gampangan seperti sebelumnya melainkan lebih
merupakan jalan keluar yang membentuk jati diri mereka
selanjutnya. Jalan keluar atau solusi semacam ini tidak
bisa tidak akan membutuhkan pengorbanan, semacam

Agus R. Sarjono 133


harga yang harus dibayar, untuk mendapatkan apa yang
dia butuhkan. Pengorbanan dan harga yang mahal inilah
yang membuat protagonis tidak lagi sama seperti
sebelumnya. Ia telah berubah untuk selamanya.

4.4.5. FIND
Konsekuensi logis dan langsung dari semua pencarian
itu adalah ditemukannya apa yang dicari (kedamaian,
pembunuh, cinta sejati, dsb.). Di sini, protagonis
memasuki tahap bahwa perubahan yang mereka alami
pada tahap 4 sebelumnya merupakan perubahan menjadi
sesuatu yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan sejati
sang protagonis. Dari titik ini, terjadi semacam pemurnian
tujuan dan sekaligus sebagai pengingat bahwa situasi
kacau itu telah kembali ke ketertiban dan keteraturan.
Ketertiban dan keteraturan tersebut tidak selalu sama dan
sebangun dengan ketertiban dan keteraturan dunia yang
mereka hidupi di tahap 1.

4.4.6. TAKE
Tahap ini merupakan tahapan semacam situasi gelap
menjelang fajar–dan dalam setiap cerita, ia merupakan
momen yang bikin melayang. Di momen inilah sang
protagonis mendapati diri mereka dikejar oleh kejatuhan
yang lebih tajam. Dalam kisah roman, inilah momen
dimana pasangan protagonis terceraikan untuk kedua
atau kesekian kalinya. Dan kali ini, tidak ada jalan keluar
apapun yang mungkin. Dalam kisah petualangan, inilah

134 Naratologi, Pengantar Teori Naratif


moment dimana si penjahat menghajar habis-habisan sang
jagoan sampai roboh dan nyaris mati dan tidak bisa
bangkit lagi. Namun, disinilah pengarang mengungkap
plot “licik” mereka. Inilah tahap dimana pengarang
meletakan semua kartu di atas meja dan segala jalur
menuju apa yang sesungguhnya terjadi terlihat menjadi
jelas.

4.4.7. RETURN
Perbedaan antara perpindahan dari tahap 5 ke tahap
6 dengan perpindahan dari tahap 6 ke tahap 7 adalah
bahwa protagonis telah mengalami perubahan secara
permanen di tahap 5. Mereka tidak mencari apa pun lagi.
Mereka telah menemukan dan mendapatkannya, dan
untuk itu bahkan telah kehilangan banyak hal (di tahap
6) sebagai penanda betapa berharga dan pentingnya apa
yang merka dapatkan di sini.
Inilah tahap dimana segala sesuatu yang memburuk
mencapai puncaknya dan mengalami perubahan
mendasar, semacam belokan tajam. Dalam kisah roman,
misalnya, inilah titik dimana lelaki nakal (semacam Alf ie
dalam f ilm “Alf ie”, atau Goo Seung-joon dalam drama
seri “Crash Landing on You”) menyadari bahwa perempuan
itu (Seo Dan bagi Goo Seung-joon) adalah cinta sejatinya
yang telah mengubah diri dan jalan hidupnya
Dalam “Star Wars”, inilah saat Luke Skywalker
mendengar suara Obi Wan, dan menyadari bahwa dia

Agus R. Sarjono 135


memiliki akses ke kekuatan tersebut. Pada dasarnya, ini
adalah tahap dalam cerita di mana sang protagonis di
tahap 5 dapat menggunakan kekuatan baru mereka untuk
menyelesaikan urusan yang diperburuk oleh solusi mereka
di tahap 3. Inilah klimaks cerita, dimana penjahat
dikalahkan, pasangan protagonis dipertemukan dan
kembali bersama, dan lain-lain dan sebagainya. Inilah
tahap dimana segala kekacauan yang ditimbulkan oleh
protagonis di tahap 3 dipulihkan ke tatanannya lagi.

4.4.8: CHANGE
Inilah babak akhir dari cerita. Kebenaran yang telah
dibengkokkan dan cinta, semua telah dipulihkan.
Semuanya dikembalikan pada tatanannya, meski tidak
lagi sama. Meski ia telah berubah. Alasan mengapa bagian
akhir cerita disebut dengan change (berubah) adalah
karena sementara dunia telah dikembalikan pada
tatanannya, sang protagonis dalam pada itu telah diubah
oleh peristiwa demi peristiwa atau oleh petualangannya.
Mereka tidak lagi orang yang sama seperti sebelumnya.
Hal ini berarti apa yang mereka butuhkan dan cari di
tahap 2 telah menjadi sesuatu yang telah mereka
temukan, bahkan kadang dengan cara yang mereka
sendiri tidak menyadari bahwa itulah sebenarnya yang
mereka cari. Bagi protagonis, dunia telah berubah, dan
ini semua tidak lain karena kekuatan atau posisi yang
kini mereka miliki di dalamnya.

136 Naratologi, Pengantar Teori Naratif

Anda mungkin juga menyukai