Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAKTERIOLOGI

UJI SENSITIFITAS BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK

NAMA-NAMA KELOMPOK 5

DISUSUN OLEH:

1. HARDIANI LA IDA
2. MILLY SALSABILLA
3. VIRA VIRGINIAWATI
4. MUHAMMAD RIDHA
5. NURUL KALZUM SYAHRUDDIN
6. NIRA M. RAHMAN
7. A. NUR RAHMA FEBRIANTI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Antibiotik merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh berbagai


spesies mikroorganisme (bakteri, fungsi, aktinomicetes), mampu menekan
pertumbuhan mikroba lain dan mungkin membinasakan. Ada berpuluh-puluh
antibiotic yang berharga untuk terapi penyakit infeksi. Mereka berbeda satu
sama lain dalam beberapa hal seperti sifat fisika, kimia, farmokologis,
spectrum antibakteri atau mekanisme kegiatannya (kusumaningsih, 2007).
Contoh bakteri yang dapat menghasilkan antibiotic antara lain Basillus brevis
(penghasil antibiotic kerotrisin), Basillus polymyxa (penghasil antibiotic
polimiksin), Basillus ssogenu ubtilis (Penghasil antibiotic basitrasin),
panicillium chrysogenum (penghasil antiobiotik tetrasiklin), Streptomyces
griseus (Penghasil antibiotic stretomisin), Streptomyces greseus (penghasil
antibiotic chloramphenicol), steptomyces neursei (penhasil antibiotic nistatin),
streptomyces erythreus (penghasil antibiotic eritromisin) serta Streptomyces
lincolnensis (penghasil antibiotic linkomisin) (Madigan & martinko, 2006).

Kriteria antibiotic yang baik menuju soekardjo (1995), merupakan


antibiotic yang ideal dan memenuhi syarat-syarat berupa mempunyai
kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mkroorganisme secara luas, tidak menyebabkan terjadinya resistant terhadap
mikroorganisme pathogen. Tidak menimbulkan efek samping yang buruk
pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan saraf, iritasi lambung dan
sebagainya, serta tidak menggangu keseimbangan flora normal, seperti flora
usus dan flora kulit.

Menurut pelczar % chan (2005), beberapa factor Yang mempengaruhi


kerja antibiotic, seperto konsentrasi atau intensitas antibiotic (semkin tinnggi
akan semakin efektif membunuh bakteri, namun terkadang bisa menimbulkan
resitensi). Jumlah mikroorganisme yang banyak akan membuat antibiotic
perlu waktu lama untuk membunuhnya. Selanjutnya semakin tinggi suhu
maka akan meningkatkan efektivitas kerja antibiotic karena pada dasarnya
kerja antibiotic merupakan reaksi kimia yang sangat bergantung pada suhu
optimum. Spesies mikroorganisme juga berpengaruh pada setiap spesies
mikroorganisme menunjukkan sentivitas yang berbeda-beda terhadap
senyawa antibilik tertentu. Adanya bahan organic yang akan menghambat
kerja antibiotic melalui tiga cara, yaitu antibiotic akan bergabung dengan
bahan organic berbentuk senyawa yang bersifat netral bagi mikroba, atau
membentuk endapan yang tidak bisa berikatan dengan komponen sel
mikroba, atau bahan organic menjadi barrier bagi antibiotic yang akan
melakukan kontak dengan sel mikroba. Beberapa antibiotic sangat
dipengaruhi oleh PH, sebagian ada yang bekerja pada Ph asam dan
beberapa yang lain ada yang bekerja pada Ph basa, walaupun banyak juga
yang bekerja pada Ph netral).

Berdasarkan toksisitasnya, antibiotic dibagi menjadi 2 kelompok, yaituu


antibiotic dengan aktivitas bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan
mikroba dan aktivitasnya dapat ditingkatkan dari bakteriostatik menjadi
bakteridal bila konsentrasinya ditingkatkan. Antibiotic yang baik idealnya
mempunyai aktivitas antimikroba yang efektif dan selektif serta mempunyai
aktivitas abkterisid. Antibiotic menghambat petumbuhan mikroba dengan cara
bakteriostatik atau bakterisid. Hambatan ini terjadi sebagai akibat gangguan
reaksi yang esensiil untuk pertumbuhan (Ahuja, 2005). Antibiotic dibagi
menjadi dua golongan berdasar kegiatannya yaitu antibiotic yang memiliki
kegiatan luas (Broad Speactrum), yaitu antibiotic dapat mematikan gram
positif dan bakteri gram negative. Antibiotic jenis ini diharapkan dapat
mematikan sebaagian besar bakteri, termasuk virus tertentu dan protozoa.
Golongan kedua adalah antibiotic yang memiliki kegiatan sempit (narrow
spectrum). Antibiotic golongan ini hanya aktif terhadap beberapa jenis
bakteri. Penicillin, streptomisin, neomisin, basitrasina (Lay, 1994).

Antibiotic dalam melakukan efeknya harus dapat mempengaruhi bagian-


bagian vital sel seperti membrane sel, enzim-enzim dan protein struktuktural.
Menurut murray (2012), cara kerja senyawa antibiotic dalam melakukan
efeknya terhadap microorganisme yang pertama adalah menghambat
metabolism sel, mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan
hidupnya. Mikroba pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam
amino benzoate (PABA) untuk hidupnya. Antibiotic seperti sulfonamide
secara struktur mirip dengan PABA, asam folat rendah. Bakteri gram
negative menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah fosfornya
menurun (Murray, 2012).

Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat


kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa
murni yang memiliki aktifitas antibakteri. Etode uji sentivitas bakteri adalah
metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang
berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemapuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari
perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby bauer,
sering digunakan untuk mengetahui sentivitas bakteri. Uji Kirby bauer adalah
metode umum yang digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk menguji sentivitas
antimikroba bakteri (Varghese, 2015) prinsip dari metode ini adalah
penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan
akan terlihat sebagai daerha jernih di sekitar cakram kertas yang
mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sentivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitive (Gaman, 1992).

Minimum inhibitory concentration (MIC) didefinisikan sebagai konsentrasi


terndah setelah semalam diinkubasi. MIC digunakan oleh laboratorium
diagnostic, terutama untuk konfirmasi perlawanan, namun paling sering
sebagai alat riset untuk menentukan in-vitro aktivitas antimikroba baru, dan
data dari studi tersebut telah digunakan untuk menentukan MIC breakpoints
(Andrews, 2015). MIC ditentukan dengan menggunakan metode mikrodilusi.
Beberapa milliliter nutrient broth disalurkan ke dalam tabung reaksi dan satu
milliliter larutan stok ditambahkan ke tabung pertama dan diencerkan secara
serial ke tabung berikutnya (Morombaye et al.,2018).

Resistant adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain untuk


menahan efek antibiotic. Resistensi antibiotic terjadi ketika bakteri dapat
merubah diri sedemikian rupa hingga dapat menguranggi efektivitas dari
suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan
untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi. Akibatnya bakteri
tersebut tetap dapat bertahan hidup & bereproduksi sehingga makin
membahayakan (soleha, 2015).

Factor yang menentukan sifat sesistensi mikroba terhadap antimikrob


terdapat pada elemen yang bersifat genetic. Beberapa bakteri secara
belahan positif, kuman ini tidak memiliki membrane sel bagian luar (outer
membrane), sehingga secara intrinsic resisten terhadap polimiksin yang
bekerja merusak membrane sel setelah bereaksi dengan fosfat pada
fosfolipid membrane sel mikroba. Kebanyakan resistensi antibiotika terjadi
akibat mutasi atau transfer horizontal gen yang membawa sifat resisten.
Mutasi terjadi secara acak, spontan dan tidak tergantung dari adanya
antimikroba. Mutasi terjadi bila terdapat kekeliruan dalam proses replikasi
DNA yang luput untuk diperbaiki oleh sistem DNA repair. Mutasi terjadi dalam
kecepatan bervariasi (10-4-10-10 per pembelahan sel) dan meliputi proses
delisi, substitusi asam amino. Proses mutasi yang dikenal sebagai single-step
mutations menyebabkan timbulnya resistensi tingkat tinggi dalam jangka
waktu singkat dan cepat (Yenny & Herwana, 2016).

Uji sensitivitas antibiotic merupakan suatu metode untuk menentukan


tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri (antibiotic) dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu uji sensitifitas dengan metode uji
difusi Kirby bauer dan uji pengenceran (dilusia). Seorang ilmuwan dari
perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby –bauer,
sering digunakan untuk mengetahui sentivitas bakteri (books, 2021).

Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan


mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di
sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sentivitas bakteri terhadap
selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona terbentuk bakteri
tersebut semakin sensitif. (books, 2021).

Infeksi luka operasi merupakan bagian dari infeksi nosocomial. Salah satu
bakteri penyebab tertinggi infeksi luka operasi adalah pseudomonas
aeruginosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pseudomonas
aeruginosa pada sampel pus infeksi luka operasi dari rumah sakit umum
daerah Dr. Moewardi dan untuk mengetahui pola sentivitasnya terhadap
beberapa antibiotic (Rizal, 2017).
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional. Bakteri pseudomonas aeruginosa yang telah diisolasi dari
sampel pada media pseudomonas selective agar lalu dilakukan pengecatan
Gram dan uji biokimia, kemudian dilakukan uni sentivitas terhadap beberapa
antibiotic yaitu: siprofloksasin, seftriakson, meropenem, sefotaksim,
gentamisin, dan tobramisin dengan metode difusi Kirby bauer. Hasil diameter
zona hambat pada uji sentivitas dibandingkan dengan standar diameter zona
hambat menurut clinical laboratory standard institute (Rizal, 2017).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik uji sentivitas
2. Untuk mengukur zona hambat pada masing-masing antibiotic
terhadap bakteri E.Coli.
3. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas, intermediet dalam resistensi
antibioticteri terhadap bakteri S.aureus dan E.coli.
1.3 Manfaat
Agar kita lebih mudah mengerti dan pahami tentang apa itu teknik
sentivitas dan apa itu pengukuran zona hambat dan untuk menegtahui
tingkat sensitivitas seseorang itu bagaimana?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

Antibiotik secara umum didefiniskan sebagai bahan yang diproduksI, oleh


mikroorganisme yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Adanya metode sintetik, bagaimanapun dihasilkan pada modifikasi dari
definisi ini dan antibiotic saat ini mengarah pada bahan yang diproduksi oleh
mikroorganisme,atau bahan yang sama (yang diproduksi keseluruhan atau
sebagian oleh sintesis kimisa), yang dimana ada konsentrasinya yang rendah
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain (hugo, 2004).

Antibiotic adalah bahan yang dihasilkan mikroorganisme yang membunuh


atau menghambat bpertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotic banyak
digunakan dalam pengobatan penyakit. Namun demikian tidak semua
antibiotic dapat digunakan dalam pengobatan penyakit. Sebelum diberikan
sebagai pengobatan, sebaiknya ditentukan dahulu antibiotic mana yang
paling ampuh untuk mengobati penyakit. Cara yang lazim digunakan untuk
mengetahui keampuhan antibiotic adalah anyibiogram atau uji kepekaan
antibiotic terhadap pathogen penyebab penyakit (Bibiana, 1994).

Antibiotic dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau kisaran kerja


mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan
struktur biokimianya. Berdasarkan spectrum atau kisaran ketjanya antibiotic
dapat dibedakan menjadi antibiotic berspektrum sempi (narrow spectrum)
dan antibiotic berspekstrum luas (broad spectrum). Berdasarkan mekanisme
aksinya antibiotic dibedakan menajdi lima, yaitu antibiotic dengan mekanisme
menghambat sintesis dinding sel, perusakan membrane plasma,
penghambatan sintesi protein, penghambata sintesis asam nukleat, dan
penghambatan sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2007).
Penggunaan antibiotic secara kombinasi (dua antibiotic yang digunakan
secara bersama-sama dapat saling mempengaruhi kerja dari masing-masing
antibiotic. Kombinasi antibiotic tersebut dapat bersifat antagonis, dimana
antibiotic yang satu bersifat mengurangi atau meniandakan khasiat antibiotic
kedua. Kombinasi antibiotic dapat pula bersifat sinergis, yaitu penggunaan
antibiotic secara kombinasi yang menyebabkan timbulnya efek teraupetiknya
yang lebih besar disbandingkan bila antibiotic tersebut diberikan secara
sendiri-sendiri. (pratiwi, 2007).

Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti


mikroba atau antibiotic tertentu. Resisten tersebut dapat berupa resisten
alamiah, resisten karena adanya mutasi spintan (resisten kromonal ) dan
resisten karena adanya factor R pada sitoplasma (resistensi ekstrakrosomal)
atau resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resiten atau factor R
atau plasmid R atau plasmid (resisten silang) atau dapat dikatakan bahwa
suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obatan anyimikroba,
karena mekanisme genetic atau non-genetik (Djide, 2008).

Ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan preparat antibiotic.


Penentuan ini biasanya dilakukan dalam “Laboratorium pengontrol” dibawah
pengawasan instalansi pemerintah, misalnya di amerika dilakukab oleh FDA.
Cara-cara penentuan ini biasanya dimuat dalam farmokope dari tiap egara
pada pemeriksaan ini semua bahn-bahan yang digunakan, medium
pembiakan, organisme uji, alat-alat harus menurut ketentuan ini dapat
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut (irianto, 2006) :

1 Menghitung daerah penghambatan dalam lempeng agar dapat


menghambat pertumbuhan (minimal inhibitory concentration, MIC)
2. Penentuan kesensititas (sensitivity test) dari suatu antibiotic terhadap
organisme yang belum diketahui. Oenentuan ini biasanya dilakukan di
laboratorium rumah sakit, dan penting untuk melakukan terapi.

2.2 Pengertian E.coli

Infeksi E.coli disebabkan oleh makanan dan air minum yang


terkontaminasi, atau kontak langsung dengan seseorang yang sakit atau
dengan hewan yang membawa bakteri. Infeksi dapat disebabkan oleh daging
sapi yang tidak dimasak dengan benar, buah-buahan mentah dan sayuran
mentah, air minum yang tidak sehat, susu yang dipasteurisasi dan produknya
dan kontak langsung dengan hewan di kebun binatang petting atau
peternakan. Dapat meneybar dengan mudah dari orang ke orang (oksfriani,
2018).

E.Coli merupakan slah satu mikroorganisme penyebab diare. Tujuan


penelitian ini yaitu untuk mengetahui sentivitas antibiotic terhadap E.coli
penyebab diare di kota manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
dosis 0.1 ppm semua antibiotic dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Resistensi mulai terjadi pada konsentrasi antibiotic sebesar 0.001 ppm.
Kesimpulan penenlitian ini yaitu E. coli memiliki kemampuan resisten
terhadap chloramphenicol, ampicillin, amoxicillin, dan tetracyclin. Sebaliknya
pada ciprofloxacin belum ditemukan adanya resistensi (Oksfriani, 2018).

2.3 Pengertian Antibiotik

Antibiotic merupakan salah satu uji strategi pengobatan pada kasus


infeksi bakteri dari genus corynebacterium baik yang berpotensi pathogen
atau tidak pathogen pada manusia adalah dengan cara pemberian antibiotic.
Pemantauan antibiotic harus terus dilakukan dengan melakukan uji kepekaan
antibiotic secara invitro untuk mengetahui apakah antibiotic yang selama ini
digunakan untuk pengobatan masih efektif atau sudah mengalami penurunan
aktifitasnya (kambang, Masri, 2019). \

Permasalahan dalam uji kepekaan antibiotic di laboratorium terhadap


corynebacterium spp termasuk C.diphtherieae adalah pada pemilihan
metode, jenis amtibiotik dan penentuan breakpoints. Kajian ini bertujuan
untuk menentukan pemilihan metode uji kepekaan antibiotic terhadap
corynebacterium spp dan C.diphthteriae, sehingga metode tersebut dapat
diterapkan di laboratorium. Penelusuran pustaka menunjukkan metode MIC
(Minimum inhibitory concentration) dilusi agar cair merupakan baku standar
dalam uji kepekaan antibiotic. Metode ini jika dilakukan secara konvensional
memerlukan waktu dan tenga yang tidak sedikit serta tingkat kesalahannya
yang tinggi. Jika dilakukan secara otomatis, walaupun cukup baik, namun
biayanya cuckup mahal (kambang, masri, 2019).

Hasil yang didapat dalam membandingkan metode agar dilusi cair,


agar difusi strips E-test dan agar difusi diisk menunjukkan kesesuaian diatas
94%, sementara metode agar difusi strips E-test dan agar difusi disk
mempunyai kesesuaian 95,1%, Sedangkan dengan metode agar dilusi cair
didapatkan kesesuain sebesar 95,2%. Dengan tibgkat kesesuaian yang
cukup baik ini, maka penggunaanya metode difusi agar dengan disk dan strip
(E-Test) menjadi alternative yang lebih mudah dan murah dilakukan di
laboratorium (kambang, masri 2019).

2.4Metode uji sensitivitas

Uji sentivitas terhadap Escherichia coli merupakan bakteri flora normal


intestinal yang paling sering menyebabkan ISK dan infeksi nosocomial.
Resistensi E.Coli terhadap berbagai antibiotic telah banyak dilaporkan,
sehingga menimbulkan kesulitan dilakukannya terapi pada penderita ISK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas E.coli pada urin pasien
ISK terhadap beberapa antibiotic (Debi, 2017).

Antibiotik yang digunakan adalah ciprofloxacin, gentamicin, ampicillin,


dan cefixime. Sampel bakteri diperoleh dari hasil isolasi terhadap pasien
penderita ISK dengan menggunakan media selektif ENDO agar, E.coli yang
tumbuh kemudian dilakukan uji sensitivitas dengan metode difusi pada media
Mueller hinton agar pada suhu 370C selam 24 jam untuk diamati dan diukur
zona hambat yang terbentuk. Penelitian ini merupakan deskriptif laboratorik
dengan rancangan cak lengkap (RAL), data dianalisis menggunakan uji
kruskal – wallis dan dilanjutkan dengan post (debi, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian ISK terbanyak pada


perempuan yaitu 60%, sedangkan laki-laki sebesar 40%. E.coli yang diujikan
diperoleh hasil bahwa antibiotic yang sensitive terhadap E.coli adalah
gentamicin sebesar 100%, dan ciprofloxacin sebesar 60% . sedangkan pada
antibiotic ampicillin dan cefixime bersifat resisten. Uji sentivitas antibiotic
membuktikan bahwa uji ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi fenomena
resistensi bakteri terhadap antibiotic, tetapi juga dapat sebagai tambahan
informasi dalam mengevaluasi hasil dari pengobatan (debi, 2017).

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungsi dan bakteri
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-
kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Pada peneliti
diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotic. Akan,
tetapi berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil
saja yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah tetrasiklin,
amoxicillin, erytromisin, ampisilin, kloramfenikol, dan rifampisn.

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat


kuman atau juga untuk prevensis infeksi, misalnya pada pembedahan besar.
Secara provilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung
buatan, juga sebelum cabut gigi.

Jumlah antibiotika yang beredar dipasaran sekarang ini semakin


banyak macamnya dan melonjak tinggi baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Oleh karena antibiotika dalam penggunaanya membutuhkan
waktu yang lama baik dalam penyimpanan dan peredarannya. Hal ini dapat
meneyebabkan potensi dari antibiotika menurun dan bahkan bisa hilang.

Istilah antibiotic untuk pertama kali digunakan oleh Waksman (1945)


senagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan
biologis yang kerjanya antagonistic terhadap mikroorganisme. Istilah itu
berarti “melawan hidup” dengan kata lain maksud dari antibiotic adalah zat
yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat
mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnakan (irianto, 2006).

Istilah resistensi itu menunjukkan bahwa suatu mikroorganisme, sudah


tidak peka terhadap suatu zat atau sediaan antimikroba atau antibiotic,
sehingga akan membawa masalah dalam terapi dan bahkan akan
menggagalkan terapi dengan suatu antibiotic terhadap agen penyeba infeksi.
Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap antimikroba
atau antibiotic tertentu (Zaraswati, 2008).

Resistensi mikroorganisme dpat dibedakan menjadi resistensi bawaan


(primer), resistensi dapat (sekunder), dan resistensi episomat. Resistensi
primer (bawaan) merupakan resistensi yang menjadi sifat alami
mikroorganisme. Hal ini misalnya disebabkan oleh adanya enzim pengurai
antibiotic pada mikroorganisme sehingga secara alami mikroorganisme dapat
menguraikan antibiotic. Contohnya adalah staphylococcus dan bakteri
lainnya yang mempunyai enzim penicillinase yang dapat menguraikan
penicillin dan sefalosforin (bibiana, 1994).
Mekanisme resistensi dapat terjadi secara genetic dan nongenetic.
Secara gnetic resistensi dapat terjadi dengan cara konjugasi dan
tras=nsduksi antara strain yang sama, sedangkan secara non genetic
resistensi dapat terjadi melakukan pemberian antibiotic yang berlebih,
pemberian dosisi rendah secara terus menerus atau tidak beraturan
(soeharsono, 2005).

Bakteri yang resistemsi dapat mengancam kehidupan manusia atau


hewan karena dapat meningkatkan morbiditas penyakit dan mortalitas akibat
kegagalan pengobatan selain itu biaya pengobatan juga meningkat karena
harus menggunakan antibakteri dosis tinggi atau lebih dari satu macam
antibakteri, atau menggunakan antibakteri baru yang harganya mahal
(zaraswati, 2008).

Resistensi tersebut dapat berupa, resistensi alamiah, resistensi karena


adanya mutasi spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena
adanya factor R pada soitoplasma (resistensi atau factor R atau plasmid
(resistensi silang) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat
resistensi terhadap obat-obatan antimikroba, karena mekanisme genetic atau
non genetic (zaraswati, 2008).

Resistensi kromosomal merupakan mutasi spontan dari elemen


genetic dengan frekuensi 1:107 sampai 1012 kromosom yang telah termutasi
ini dapat dipindahkan sehingga terjadi populasi yang resistensi, pada mutasi
spontan terjadi seleksi oleh antibiotika, dimana mikroorganisme yang peka
akan musna dan mikroorganisme yang resistensi tetap hidup dan
berkembangbiak. Resistensi kromosomal ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
(zaraswati. 2008).

1. Resistensi kromosomal primer


2. Resistensi kromosomal sekunder
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi
dengan ukuran besar sebagai contoh penicillin chfysogentum ditumbuhkan
dalam 100.000 liter farmentor selama kurang lebih 200 jam mula-mula
suspense spora R. chrysogenum ditumbuhkan dalam media yang bernutrisi
kultur dan dimana disimpan pada temperatur 240 0C dan selanjutnya ditransfer
ketangki monokulum. Tangki monokulum digojlol teratur untuk fermentasi
yang disimpan hingga sampai 2 hari (Sylvia).

Perkembangan produksi penicillin dan antibiotic lain secara komersial


merupakan salah satu peristiwa yang paling dramatis dalam sejarah
mikrobiologi industry. Pada tahu 1941 belum ada antibiotic, tetapi 10 tahun
kemudian penjualan bersih antibiotic mencapai 30 juta dolar America serikat
per tahun. Menurut laporan, lebih dari 1245 juta kg antibiotic telah diproduksi
pada tahun 1978 (bibiana, 1994).

Penicillin merupakan antibiotic pertama yang dibuat dalam skala


industry. Sebagai besar dari pengalaman yang diperoleh dari transformasi
hasil pengamatan alexander fleming dilaboratorium menjadi usaha skala
besar yang secara ekonomis menguntungkan telah membuka jalan bagi
produksi antibiotic kemoterapeutik lain yang berhasil setelah ditemukan.
(Bibiana, 1994).

Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotic dibedakan menjadi lima


yaitu (Bibiana, 1994) :

1. Antibiotic yang menghambat sisntesis dinding sel antibiotic ini adalah


antibiotic yang merusak peptidoglikan yang menyusun dinding sel
bakteri gram positif maupun gram negative. Contohnya penicillin
2. Antibiotic yang merusak membrane plasma : bersifat semi permiabel
dan mengendalikan dari transport berbagai metabolit plasma dan
keluar sel.
3. Antibiotic yang menghambat sintesis protein : aminoglikosida
merupakan kelompok antibiotic yang gula aminonya bergabung dalam
ikatan glikosida.
4. Antibiotic yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)
penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan
terhadap transkripsi dan replikasi mikroorganisme.
5. Antibiotic yang menghambat sintesis metabolit esensial

Anda mungkin juga menyukai