Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PEWARNAAN GRANULA”

KELOMPOK VII

M ISRA J. BAKIR

DIKRI IRIANSYAH YAMIN

MARWA SATYA

RIRIN EKAWATI LIMAU

MURSANTI SARIF

FIRDA MIANSARI. M. PURADIN

POLTEKKES KEMENKES TERNATE

D III TEKNIK LABORATORIUM MEDIS

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Ternate, 25 januari 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik yang terdiri atas


volutin,granula glikogen serta granula lemak. Granulametakhromatik sering ditemukan pada
jenis-jenis kuman patogen tertentu dan berbentuk khas untuk kuman tersebut. Di dalam
sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik, yang tersebut di dalam sediaan
mikroskopik.Misalnya kuman difteri mempunyai granula metakhromatik karena bila diwarnai
dalam sediaan, granula tersebut akan berwarna lain dari pada zat warna yang digunakan.

Misalnya bila diwarnai sediaan kuman difteri dengan zat warna birumetilen,granula
Babes-Ernst akan berwarna coklat tua. Pada spesies kumantertentu, granula metakhromatik
terletak pada tempat-tempat khas di dalamsel kuman.

material nukleus, sitoplasma bakteri mungkin mengandunginklusi sel-kepingan-kepingan


kecil material yang tidak menjadi bagian utuhstruktur sel. Butiran khusus ini yang rupanya
bertindak sebagai sumber fosfatdan energi disebut butiran metakromat karena akan menyerap
warna merahapabila diwarnai dengan biru metilen. Butiran metakromat disebut jugakolektif
volutin.

Ada beberapa metode pewarnaan granula, diantaranya adalah Loeffler,Albert dan


Neisser. Dari ketiga metode tersebut, metode yang seringdigunakan adalah metode Neisser,
sedangkan metode Albert dan Loefflerkurang popular karena tidak diajarkan pada praktikum
mikrobiologi. Tetapi, pewarnaan metode Albert sering dibahas pada buku-buku terbitan
WHO.Granula metakromatik disebut jga granula volutin. Granula metakromatiktidak hanya
ditemukan pada Corynebacterium diphteriae tetapi juga di beberapa bakteri selain bakteri
tersebut, fungi, algae, dan protozoa

Granula metakromatik mengandung polifosfat, asam ribonukleat, dan protein. Granula


metakromatik sangat mungkin mempunyai fungsi sebagaisumber cadangan energi. Metode
Neisser menggunakan pewarna neisser A,neisser B, dan neisser C. Neisser A mengandung
biru metilen, alkohol 96%,asam pekat dan aquades. Neisser B mengandung kristal violet,
alkohol 96%,dan aquades. Sedangkan neisser C mengandung crysoidine dan aquades.
Padametode neisser, granula bakteri berwarna biru gelap atau biru hitam (warnadari neisser A
ditambah neisser B), sedangkan sitoplasma bakteri berwarnakuning kecoklatan
(warna dari neisser C)

Rumusan Masalah

1. Apa saja tujuan dari jenis-jenis pewarnaan granula

2. Apa saja jenis-jenis pewarnaan granula

3. Apa saja prinsip dari pewarnaan granula

4. Bagaimana proses dalam pewarnaan granula

5. Bagaimana interpretasi hasil pewarnaan granula

C. Tujuan Penulisan

Agar pembaca dapat mengetahui tujuan,jenis-jenis,prinsip,proses, dan interpretasi hasil


dari pewarnaan granula
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Granula Metakromatik

Granula metakromatik disebut juga granula volutin. Granulametakromatik tidak hanya


ditemukan pada Corynebacterium diphtheria tetapi juga di beberapa bakteri selain
Corynebacterium diphtheria fungi, algae, dan protozoa. Granula metakromatik mengandung
polifosfat, asam ribonukleat,dan protein. Granula metakromatik sangat mungkin mempunyai
fungsi sebagai sumber cadangan energi (Beishir, 1991). Literatur yang menyebutkan
keberadaan granula metakromatik sampai tingkat spesies pada sejumlah bakteri selain
Corynebacterium diphtheriae, fungi, algae, dan protozoa belum ditemukan.Semua bakteri Gram
negatif tidak tahan asam, sedangkan bakteri Gram positif ada yang tahan asam dan ada yang
tidak tahan asam. Di dalamsitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatikyang terdiri
atasvolutin,granula glikogen serta granula lemak. Granula metakhromatik seringditemukan pada
jenis-jenis kuman patogen tertentu dan berbentuk khas untukkuman tersebut. Di dalam
sitoplasma dapat ditemukan granulametakhromatik yang tersebut di dalam sediaan
mikroskopik.Misalnya kuman difteri mempunyai granula metakhromatik karena biladiwarnai
dalam sediaan, granula tersebut akan berwarna lain dari pada zatwarna yang digunakan.
Misalnya bila diwarnai sediaan kuman difteri denganzat warna biru metilen,granula Babes-Ernst
akan berwarna coklat tua. Padaspesies kuman tertentu, granula metakhromatik terletak pada
tempat-tempatkhas di dalam sel kuman.Disamping material nukleus, sitoplasma bakteri
mungkin mengandunginklusi sel-kepingan-kepingan kecil material yang tidak menjadi bagian
utuhstruktur sel. Butiran khusus ini yang rupanya bertindak sebagai sumber fosfat dan energi
disebut butiran metakromat karena akan menyerap warna merahapabila diwarnai dengan biru
metilen. Butiran metakromat disebut jugakolektif volutin.

B. Tujuan

Terdapat 3 jenis pewarnaan granula dengan tujuan yang berbeda-beda yaitu sebagai
berikut:
1. Metode Albert

Untuk melihat granula bakteri

2. Metode Loeffler

Untuk mengamati ada tidaknya granula metakromatik/volution pada sel bakteri.

3. Metode Neisser

Untuk mewarnai granula

C. Prinsip

Terdapat 3 jenis pewarnaan granula dengan prinsip yang berbeda-bedayaitu sebagai


berikut:

1. Prinsip Metode Albert

Pada pengecatan dengan toluidine blue granula bakteri akan berwarnaungu (karena
bersifat metakromatik) dan tidak akan larut oleh air sehingga pada pemberian safranin warna
granula tetap ungu. Sedangkan padasitoplasma warna dari toluidin blue akan larut oleh air dan
mengambilwarna hijau dari metyl green.

2. Prinsip Metode Loeffler

Pada prosedur Loeffler digunakan zat warna sederhana metilen biru.Granula tampak
berwarna biru gelap dan sitoplasma bakteri berwarna biruterang.

3. Prinsip Metode Neisser

Pengecetan dengan Neisser A dan B menyebabkan granula babesErnst (poolkarrel)


berwarna violet hitam, cat Neisser C tidak berubah (luntur), badan bakteri akan terlunturkan
oleh air yang terdapat pada Neisser C sehingga mengambil warna kuning atau
coklat dari Neisser C.

D. Jenis-jenis

Ada tiga jenis pewarnaan untuk melihat granula metakromatik. Ketiga pewarnaan
tersebut adalah Pewarnaan Loeffler, Pewarnaan Albert, danPewarnaan Neisser.
1. Metode Albert

2. Metode Loeffler

3. Metode Neisser

E. Proses Pewarnaan Granula

Ada tiga cara kerja dengan ketiga jenis pewarnaan untuk melihatgranula metakromatik. Ketiga
pewarnaan tersebut adalah Pewarnaan Loeffler,Pewarnaan Albert, dan Pewarnaan Neisser
sebagai berikut :

1. Cara Kerja Pewarnaan Granula dengan Metode Albert

Cara kerja pewarnaan granula dengan metode albert ialah sebagai berikut :

a. Buatlah sediaan
b. Tetesilah sediaan dengan Zat Warna Albert (toluidine blue 0,15 gram,methyl green 0.2 g,
glacial acetic acid 1 ml, etanol 95% 2 ml, danaquades 100 ml) dan biarkanlah selama 5
menit.
c. Bersihkan sediaan dari sisa-sisa zat warna (jangan dicuci dengan air).
d. Tetesilah dengan larutan Lugol dan biarkanlah selama 1 menit.
e. Miringkan sediaan supaya bersih dari sisa-sisa zat warna.
f. Cucilah dengan air yang mengalirg.
g. Keringkan sediaan.

2. Cara Kerja Pewarnaan Granula dengan Metode Loeffler

Cara kerja pewarnaan granula dengan Metode Loeffler ialah sebagai berikut :

a. Buatlah sediaan.
b. b.Tetesilah sediaan dengan zat warna biru metilen dan biarkanlahselama 5 menit
c. c.Cucilah dengan air yang mengalir
d. d.Keringkanlah sediaan

3. Cara Kerja Pewarnaan Granula dengan Metode Neisser


Cara kerja pewarnaan granula dengan Metode Neisser ialah sebagai berikut :

a. Buatlah sediaan kuman pada gelas obyek, fiksasilah, dan tunggu sampai dingin.
b. Tuangkan Neisser A (biru metilen 0,1 g, alcohol 96% 2 ml, asam asetat pekat 5 ml, dan
akuades 95 ml.) dan Neisser B (kristal violet 1 g alcohol 96% 10 ml, dan akuades 300 ml)
pada sediaan kuman dan biarkan selama1 menit.
c. Buang sisa neisser A dan neisser B dari gelas obyek.
d. Tuangkan Neisser C(crysoidine 2 gram dan aquades (panas) 300 ml) pada sediaan dan
biarkan selama 1,5 menit.
e. Buang sisa neisser C dari gelas obyek.
f. Keringkan dengan kertas pengering.

F. Interpretasi Hasil

Interpretasi Hasil dalam Pewarnaan Granula sesuai dengan jenis-jenis pewarnaannya


ialah sebagai berikut :

Metode Albert

Granula : Ungu

Sitoplasma : Kuning-hijau
Metode Loeffler

Granula : Tampak sebagai bintik sangat biru.

Sitoplasma : Kelihatan berwarna biru pucat

Metode Neisser

Granula metakromatik : Tampak sebagai bentukan warna biru gelap atau biru hitam (warna
dari neisser A ditambah neisser B).

Sitoplasma : kuman yang tampak berwarna kuning coklat (warna dari neisser  C)


BAB Ⅲ

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa :Ada tiga jenis pewarnaan
untuk melihat granula metakromatik. Ketiga pewarnaan tersebut adalah Pewarnaan Loeffler,
Pewarnaan Albert, danPewarnaan Neisser.

1. Metode Albert

Tujuan :Untuk melihat granula bakteri

Prinsip : Pada pengecatan dengan toluidine blue granula bakteri akan berwarna ungu (karena
bersifat metakromatik) dan tidak akan larut oleh airsehingga pada pemberian safranin warna
granula tetap ungu. Sedangkan pada sitoplasma warna dari toluidin blue akan larut oleh air dan
mengambil warnahijau dari metyl green.

Interpretasi hasil :Granula : ungu dan Sitoplasma : kuning-hijau

2. Metode Loeffler

Tujuan : Untuk mengamati ada tidaknya granula metakromatik/volution pada sel bakteri

Prinsip : Pada prosedur Loeffler digunakan zat warna sederhana metilen biru. Granula tampak
berwarna biru gelap dan sitoplasma bakteri berwarna biru terang.

Interpretasi Hasil :Granula: tampak sebagai bintik sangat biru. Sitoplasma:kelihatan berwarna
biru pucat

3. Metode Neisser

Tujuan :Untuk mewarnai granula

Prinsip: Pengecetan dengan Neisser A dan B menyebabkan granula babesErnst


(poolkarrel) berwarna violet hitam, cat Neisser C tidak berubah (luntur), badan bakteri akan
terlunturkan oleh air yang terdapat pada Neisser C sehingga mengambil warna kuning atau
coklat dari Neisser C.
hasil :Granula metakromatik tampak sebagai bentukan warna biru gelap atau biru hitam
(warna dari neisser A ditambah neisser B), dansitoplasma kuman yang tampak berwarna
kuning coklat (warna dari neisserC)

Ada beberapa metode pewarnaan granula, diantaranya adalah Loeffler,Albert dan


Neisser. Dari ketiga metode tersebut, metode yang seringdigunakan adalah metode Neisser,
sedangkan metode Albert dan Loefflerkurang popular karena tidak diajarkan pada praktikum
mikrobiologi. Tetapi, pewarnaan metode Albert sering dibahas pada buku-buku terbitan
WHO.Granula metakromatik disebut jga granula volutin. Granula metakromatiktidak hanya
ditemukan pada Corynebacterium diphteriae tetapi juga di beberapa bakteri selain bakteri
tersebut, fungi, algae, dan protozoa.

B. Saran

Saran dari makalah ini kepada pembaca adalah agar pembaca tidakhanya mengacu
pada matri didalam makalah ini melainkan mencari refrensilain diluar makalah

Anda mungkin juga menyukai