Anda di halaman 1dari 4

nama : muhammad ridha

semester : ii / A

A. Pathways pada Asidosis Respiratorik:

1. Penurunan ventilasi alveolar, seperti pada:


 Depresi sistem saraf pusat, seperti overdosis obat tidur, anestesi, atau keracunan karbon monoksida.

2. Penyakit paru-paru obstruktif, seperti asma atau bronkitis kronis.


 Gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan pernapasan, seperti sindrom Guillain-Barre atau
miastenia gravis.
 Kelainan neuromuskuler pada sistem pernapasan, seperti distrofi otot atau sklerosis lateral amiotrofik.

3. Peningkatan produksi asam oleh tubuh, seperti pada:


 Asidosis laktat, yaitu produksi laktat yang berlebihan akibat metabolisme anaerobik yang berlebihan pada
kondisi seperti syok, hipoksia, atau kekurangan oksigen.
 Asidosis diabetik, yaitu akumulasi asam yang disebabkan oleh metabolisme lemak yang berlebihan pada
kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes.
 Asidosis tubular renal, yaitu gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh tidak bisa mengekskresikan asam secara
efektif.

4. Pemeriksaan diagnostik pada Asidosis Respiratorik:


 Gas darah arteri untuk menilai pH, PaCO2, dan bikarbonat.
 Pemeriksaan elektrolit dan fungsi ginjal untuk mengevaluasi keseimbangan elektrolit dan fungsi ginjal, yang
mungkin terpengaruh oleh kondisi penyebab asidosis.
 Pemeriksaan kadar glukosa darah pada penderita diabetes untuk mengevaluasi apakah kondisi tersebut
menyebabkan asidosis diabetik.
 Pemeriksaan pencitraan untuk mengevaluasi penyebab asidosis respiratorik, seperti CT scan pada penyakit paru
obstruktif atau MRI pada gangguan neurologis.

Pengukuran kadar laktat dalam darah untuk mengevaluasi apakah kondisi menyebabkan asidosis laktat.

B. Pathways pada Asidosis metabolik:


1. Produksi asam meningkat, seperti pada kasus ketoasidosis pada diabetes mellitus atau akumulasi
asam laktat pada kegagalan organ atau infeksi tertentu.
2. Hilangnya bikarbonat dari tubuh, seperti pada kasus diare yang berat atau ginjal yang tidak berfungsi
dengan baik untuk mengekskresikan asam.

*Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi Asidosis metabolik antara
lain:
1. Analisis gas darah: tes ini akan menunjukkan pH darah yang rendah dan kadar bikarbonat yang
rendah.
2. Pemeriksaan elektrolit: tes ini dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan elektrolit yang terkait
dengan asidosis metabolik.
3. Pemeriksaan fungsi ginjal: tes ini dilakukan untuk memeriksa apakah ginjal berfungsi dengan baik
untuk mengekskresikan asam.
4. Tes darah untuk melihat kadar laktat: tes ini akan membantu mengidentifikasi apakah asidosis
metabolik disebabkan oleh akumulasi laktat dalam tubuh.
5. Pengukuran anion gap: pengukuran ini dapat membantu mengidentifikasi penyebab asidosis
metabolik dan membedakan antara asidosis metabolik dengan gap anion tinggi atau rendah.
C. Pathways pada Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik terjadi ketika pH darah meningkat di atas batas normal (7,35-7,45) karena
pengurangan konsentrasi CO2 dalam darah akibat hiperventilasi. Berikut adalah beberapa pathways dan
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan keseimbangan asam basa
ini:
*Pathways:

 Penyebab hiperventilasi harus diidentifikasi dan diperbaiki. Misalnya, pengobatan kondisi yang
mendasari seperti asma, kecemasan, atau penyakit paru-paru lainnya.
 Jika alkalosis respiratorik terkait dengan kehilangan cairan atau elektrolit seperti diare, maka
penggantian cairan dan elektrolit harus dilakukan.
 Jika obat-obatan tertentu menyebabkan hiperventilasi dan alkalosis respiratorik, maka obat-obatan
harus dihentikan atau diganti dengan obat lain.
*Pemeriksaan diagnostik:

 Pemeriksaan gas darah arteri untuk mengukur pH, PCO2, dan PO2.
 Elektrolit darah untuk memeriksa kadar natrium, kalium, dan klorida.
 Pemeriksaan fungsi paru, seperti spirometri, untuk mengevaluasi kemampuan paru untuk
mengeluarkan CO2.
 Pemeriksaan EEG untuk mengevaluasi aktivitas otak dan kejang, karena kejang dapat menyebabkan
hiperventilasi dan alkalosis respiratorik.
 Tes urine untuk memeriksa kadar pH urine dan mengidentifikasi penyebab alkalosis respiratorik
seperti diuretik atau penyakit ginjal.
Pemeriksaan diagnostik tambahan mungkin juga dilakukan tergantung pada penyebab alkalosis
respiratorik dan kondisi pasien secara keseluruhan. Penting untuk mengidentifikasi penyebab dan
menangani kondisi yang mendasari untuk mengatasi alkalosis respiratorik dan mengembalikan
keseimbangan asam basa ke dalam kondisi normal.

D. Pathways pada Alkalosis metabolik


A. Alkalosis metabolik adalah gangguan keseimbangan asam-basa di mana pH darah menjadi lebih
tinggi dari normal karena kelebihan basa dalam tubuh atau kekurangan asam. Berikut adalah
pathways dan pemeriksaan diagnostik pada alkalosis metabolik:
*Pathways:

 Penyebab primer: Gangguan metabolisme seperti kelebihan konsumsi antasida, peningkatan sekresi
HCO3- oleh ginjal, atau kehilangan asam lambung.
 Penyebab sekunder: Kondisi medis seperti kegagalan pernapasan, gagal jantung, atau penggunaan
diuretik.
*Pemeriksaan diagnostik:

 Analisis gas darah arteri (AGDA): AGDA adalah tes diagnostik yang paling akurat untuk menilai
gangguan keseimbangan asam-basa. Dalam kasus alkalosis metabolik, pH darah akan lebih tinggi dari
normal (lebih dari 7,45), sementara HCO3- akan lebih tinggi dari normal (lebih dari 26 mEq/L).
 Elektrolit darah: Tes ini akan menunjukkan konsentrasi elektrolit dalam darah, termasuk natrium
(Na+), kalium (K+), dan klorida (Cl-). Dalam alkalosis metabolik, kadar klorida seringkali rendah
karena pengeluaran klorida yang lebih banyak dari tubuh dalam upaya untuk mengimbangi kelebihan
basa.
 Urinalisis: Tes ini dapat membantu menilai fungsi ginjal dan menunjukkan jika ada peningkatan
ekskresi asam atau basa dalam urin.
 Uji provokasi asam: Tes ini melibatkan memberikan dosis kecil asam dalam air minum untuk
menginduksi produksi asam lambung. Jika ada alkalosis metabolik, pH urin akan tetap tinggi karena
ginjal terus mengeluarkan basa.
Tes untuk penyebab sekunder: Jika terdapat kemungkinan adanya penyebab sekunder alkalosis metabolik,
seperti kegagalan pernapasan atau gagal jantung, tes tambahan seperti tes fungsi paru atau tes pencitraan
jantung dapat diperlukan.
Pemeriksaan diagnostik harus selalu dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang terlatih untuk
memastikan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai