MKLH KLMPK 9 Pak Fauji
MKLH KLMPK 9 Pak Fauji
OLEH
KELOMPOK IX
NURUL FADILA
DHEA FANATASYA F.A.GANI
PUTRI DAMAYANTI
NITASARI NASIR
MUHAMMAD RIDHA
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi,
dengan judul: " PANDANGAN AGAMA TENTANG KORUPSI" .
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak .
Akhirnya , kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman-
teman sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi merupakan masalah yang cukup serius yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain. Dari asal katanya, korupsi berasal dari bahasa latin yakni
corruption yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, atau memutarbalikkan. Menurut
Undang-Undang No. 31 tahun 1999 yang mengatur mengenai Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi,tertulis bahwa korupsi adalah tindakan memperkaya diri sendiri,
penyalahgunaanwewenang dan kekuasaan, memberi dan menjanjikan sesuatu kepada
pejabat atau hakim, berbuat curang, melakukan penggelapan, dan menerima hadiah
terkait tanggung jawabyang dijalani. (Napitupulu, 2010) Dari beragam definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan kegiatan penyelewengan maupun
penyalahgunaan uang dan jabatan yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan
dapat menyebabkan pengaruh buruk yang merusak.
Realitanya praktikal korupsi yang selama ini terjadi ialah berkaitan
denganpemerintahan sebuah Negara atau public office, sebab esensi korupsi
merupakanprilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di pemerintahan
yangterletak pada penggunaan kekuasaan dan wewenang yang terkadung dalam suatu
jabatan di sau pihak dan di pihak lain terdapat unsure perolehan atau keuntungan,baik
berupa uang atau lainnya. Sehingga tidak salah apabila ada yang memberikan defenisi
korupsi dengan ungkapan “Akhdul Amwal Bil Bathil”apapun istilanya,korupsi laksana
dalam kehidupan manusia.Mengapasaya mengungkapkan dunia hantu, sebab dunia
hantu merupakan dunia yang tidaktampak wujut jasadnya, akan tetapi hanya dapat
dirasakan dampaknya. Dunia hantumerupakan sebuah ilusi-fantasi yang
mengimplikasikan terhadap dunia ketidak jujuran,
1.2. Rumusan Masalah
Dalam islam, pengkhianatan terhadap harta negara dikenal dengan ghulul. Kata
ghululan dalam lafadz Muslim atau ghullun dalam lafadz Abu Dawud. Keduanya
dengan huruf ghain berharakat dhammah ini mengandung beberapa pengertian
diantaranya bermakna belenggu besi, atau berasal dari kata kerja ghalla bermakna
khianat. Ibnul Katsir menerangkan kata al ghulul, pada asalnya bermakna dalam
urusan harta rampasan perang, atau mencuri sesuatu dari harta rampasan perang
sebelum dibagikan.
Kemudian, kata ini digunakan untuk setiap perbuatan khianat dalam suatu urusan
secara sembunyi. Abu Bakar berkata, " Aku diberitahu bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda, " Barang siapa ( aparat ) yang mengambil harta negara selain untuk
hal yang telah dijelaskan. Sungguh ia telah berbuat ghulul atau ia telah mencuri".
2. Hukuman
Quraish Shihab Pernah menjelaskan bahwa hukuman koruptor sama halnya
dengan pencuri atau orang yang sudah berkali-kali mencuri. Namun berdasarkan
apa yang dicantumkan dalam Al Quran, hukuman koruptor menurut Islam bukanlah
hukuman mati.
Abi Quraish Shihab menyampaikan bahwa di dalam Al-Qur'an, "Pencuri lelaki
dan perempuan, potong tangannya".
Kata "potong tangan" ini dapat diartikan menjadi dua hal. Banyak ulama di masa
lalu yang menyebutkan bahwa pencuri atau koruptor tangannya benar-benar
dipotong. Sementara sekarang ini, ada juga pakar yang mengartikannya dengan
mencegah pelaku kembali melakukan korupsi atau mencuri untuk kedua kalinya.
3. Pemberantasan korupsi :
1. Sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan
sebaik-baiknya.
2. Larangan menerima suap dan hadiah.
3. Perhitungan kekayaan.
4. Teladan pemimpin.
5. Hukuman setimpal.
6. Pengawasan masyarakat.
2. Hukuman
Agama Kristen meyakini bahwa perbuatan korupsi akan mendapat hukuman dari
Tuhan. Pelaku korupsi akan dimintai pertanggungan jawab atas perbuatan mereka
di hadapan pengadilan Tuhan dan sebelum itu terjadi, pemerintah (dalam hal ini:
pengadilan) adalah alat Tuhan memberantas kejahatan.
2. Di dalam ajaran Agama Hindu, kasus korupsi sangat tidak dibenarkan. Hal ini
dikarenakan tindakan korupsi sangat tidak terpuji dan juga tidak selaras dengan
ajaran-ajaran Agama Hindu. Korupsi juga termasuk bagian dari Panca Ma yaitu lima
perbuatan manusia yang melenceng dari ajaran dharma.
2. Hukum
ajaran Buddha juga tidak membenarkan perilaku ini. Korupsi adalah pelanggaran
moralitas yang tercermin dalam sila kedua dari Pancasila Buddhis, tentang
pencurian. Perilaku pencurian dalam korupsi ini akan mendatangkan karma buruk
dalam kehidupan saat ini dan akan datang.
Dalam ajaran Hindu, juga menentang tindakan gratifikasi. Perilaku korupsi adalah
perbuatan yang tidak sesuai dengan darma (ajaran kebenaran, pandangan hidup,
atau tuntunan hidup manusia). Dalam mencari penghidupan, baik berupa harta
ataupun memenuhi keinginan & kebutuhan, pemeluk agama Hindu tidak boleh
menyimpang dari darma. Perbuatan seperti menerima gratifikasi, yang merugikan
orang banyak, melanggar norma hukum dan norma agama. Hal ini sangat dilarang
oleh ajaran Hindu tidak ada manfaatnya bagi kehidupan.
Agama Khonghucu mengajarkan umatnya untuk selalu menjunjung tinggi nilai-
nilai yang memuliakan hubungan dengan sesama manusia atau menjaga hubungan
baik berlandaskan kebajikan dan ketulusan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi merupakan masalah yang cukup serius yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.
Bentuk dari perilaku korupsi diantaranya, penyuapan, pemerasan dan gratifikasi.
Gratifikasi dapat disebut sebagai akar dari korupsi karena pemberian gratifikasi
berpotensi memiliki tujuan terselubung untuk menarik perhatian, tanam budi atau
simpati yang bisa mendorong seseorang berlaku tidak objektif/profesional.
DAFTAR PUSTAKA