Anda di halaman 1dari 78

SKRIPSI

HUBUNGAN OVERWEIGHT DENGAN USIA MENARCHE PADA


REMAJA AWAL DI MIN 1 KOTA MALANG

RANINDYA DWI NOVIYANTI


NIM. P17311191006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2023
SKRIPSI

HUBUNGAN OVERWEIGHT DENGAN USIA MENARCHE


PADA REMAJA AWAL DI MIN 1 KOTA MALANG

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang

RANINDYA DWI NOVIYANTI


NIM. P17311191006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2023
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ranindya Dwi Noviyanti
NIM : P17311191006
Judul Skripsi : Hubungan Overweight dengan Usia Menarche pada Remaja Awal
di MIN 1 Kota Malang

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tulisan dalam skripsi ini
adalah benar-benar hasil pemikiran kami sendiri. Sepanjang pengetahun kami
belum ada karya ilmiah serupa yang ditulis oleh orang lain. Apabila nanti terbukti
bahwa skripsi ini tidak asli atau disusun oleh orang lain atau hasil menjiplak karya
orang lain baik sebagian atau selurhnya, maka kami bersedia untuk menerima
sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Malang, 26 Juni 2023


Yang Membuat Pernyataan,

Ranindya Dwi Noviyanti


NIM. P17311191006

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul Hubungan Overweight dengan Usia Menarche Pada


Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang, Oleh Ranindya Dwi Noviyanti NIM
P17311191006 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Malang, 27 Juni 2023


Pembimbing Utama

Didien Ika S, S.SiT., M.Keb


NIP.197212102002122001

Malang, 20 juni 2023n


Pembimbing Pendamping

Innas Tiara A, S.Keb., Bd., M.Kes


NIP. 919930612202008201

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Hubungan Overweight dengan Usia Menarche Pada


Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang, Oleh Ranindya Dwi Noviyanti NIM
P17311191006 ini telah dipertahankan di depan dewan penguji Ujian Sidang
Skripsi pada 28 Juni 20232023

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ni Wayan D R, A.Per.Pen., M.Kes Didien Ika S, S.Si.T, M.Keb Innas Tiara A, S,Keb., Bd., M.Kes
NIP. 196611151986032001 NIP.197212102002122001 NIP. 919930612202008201

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi


Poltekkes Kemenkes Malang Sarjana Terapan Kebidanan Malang

Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes Dr. Heny Astutik, S.Kep. Ns, M.Kes
NIP. 196607271991032003 NIP. 196906211992032003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Overweight Dengan Usia Menarche pada Remaja Awal Di MIN 1
Kota Malang” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana
Terapan Kebidanan pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Malang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :

1. Dr. Moh. Wildan, A.Per.Pen., M.Pd selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Malang, yang telah meberikan kesempatan menyusun Laporan
Tugas Akhir ini.
2. Rita Yulifah, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Dr. Heny Astutik., S.Kep.Ns., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Didien Ika Setyarini, S.SiT. M.Keb, selaku pembimbing utama.
5. Innas Tiara Ardhiani, S,Keb., Bd., M.Kes, selaku pembimbing pendamping.
6. Ni Wayan Dwi R, A.Per.Pen., M.Kes selaku penguji ketua.
7. Lismawati, S.Keb., Bd, selaku petugas UKS MIN 1 Kota Malang.
8. Ibnu Fajar, S.KM., M.Kes selaku dosen biostatistika.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Malang, 27 Juni 2023

Penulis

iv
ABSTRAK

Noviyanti, Ranindya Dwi. 2023. Hubungan Overweight dengan Usia Menarche


pada Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang. Skripsi. Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Pembimbing Utama : Didien Ika Setyarini., S.SiT., M.Keb. pembimbing
Pendamping : Innas Tiara Ardhiani, S.Keb., Bd., M.Kes.
Kelebihan berat badan dan obesitas sudah menjadi epidemi bagi seluruh dunia,
khususnya bagi negara indonesia. Kelebihan berat badan dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan yang signifikan terutama pada anak sekolah dan menjadi
suatu masalah kesehatan yang harus segera diatasi. Studi epidemiologis
mengungkapkan fenomena bahwa usia menarche di berbagai belahan dunia
semakin cepat. Penurunan usia menarche mencerminkan asupan gizi dan kesehatan
umum yang lebih baik. Hal tersebut juga dikarenakan perubahan kondisi sosial
ekonomi dan gaya hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan overweight dengan usia meanrche pada remaja awal. Desain yang
digunakan adalah Observasional Analitik dengan pendekatan Cross-Sectional,
dengan populasi sebanyak 42 remaja overweight, sampling menggunakan teknik
total sampling. Hasil dari penelitian yang didapatkan dengan menggunakan uji
korelasi Spearman Rank menunjukkan p-value 0,408 dimana nilai p > 0,05
sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara overweight dengan usia
menarche pada remaja awal di MIN 1 Kota Malang. Overweight dan usia menarche
berinteraksi dengan genetik, gaya hidup, dan lingkungan. Overweight bukan
menjadi satu-satunya faktor dalam kejadian menarche. Perlunya pemantauan
konsumsi makanan yang seimbang untuk menjaga status gizi yang sehat. Gizi yang
tidak adekuat bukan hanya mengganggu pertumbuhan dan fungsi organ, tetapi juga
fungsi reproduksi.
Kata kunci : Overweight, Usia Menarche

v
ABSTRAK

Noviyanti, Ranindya Dwi. 2023. The Relationship between Overweight and


age of Menarche in early adolescence at MIN 1 Malang City. Thesis.
Undergraduate Study Program In Midwifery. Health Polytechnic
Ministry Of Health Malang. Main Mentor : Didien Ika S, S.SiT., M.Keb.
Companion Mentor: Innas Tiara Ardhiani, S.Keb., Bd., M.Ke.s
Overweight and obesity has become an epidemic for the whole world, especially
for the country of indonesia. Overweight from year to year always has a significant
increase, especially in elementary school and becomes a health problem that must
be addressed immediately. Epidemiological studies reveal the phenomenon that the
age of menarche in different parts of the world is accelerating. The decrease in
menarche age reflects better nutritional intake and general health. This is also due
to changes in socio-economic conditions and human lifestyle. This study aims to
determine the relationship of overweight with meanrche age in early adolescence.
The design used is observational analytic with Cross-Sectional approach, with a
population of 42 overweight adolescents, sampling using total sampling technique.
The results of the study obtained by using Spearman Rank correlation test showed
a p-value of 0.408 where the p value > 0.05 so that there is no significant
relationship between overweight and menarche age in early adolescents in MIN 1
Malang. Overweight and age of menarche interact with genetics, lifestyle, and
environment. Being Overweight isn't the only factor in menarche. The need for
monitoring the consumption of a balanced diet to maintain a healthy nutritional
status. Inadequate nutrition disrupts not only the growth and function of organs, but
also reproductive function.
Keywords: Overweight, age of Menarche

vi
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
2.1 Konsep Teori ................................................................................................. 7
2.1.1 Konsep Dasar Remaja ............................................................................. 7
2.1.2 Pengertian Pubertas............................................................................... 13
2.1.3 Konsep Dasar Menarche ....................................................................... 14
2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT) .................................................................. 21
2.1.5 Overweight ............................................................................................ 24
2.1.6 Dampak Overweight Terhadap Kesehatan Reproduksi ........................ 26
2.1.7 Hubungan overweight dengan usia menarche ...................................... 27
2.2 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 30
2.3 Hipotesis ...................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 31
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 31
3.2 Kerangka Operasional ................................................................................. 31
3.3 Populasi, Sample dan Sampling .................................................................. 32
3.3.1 Populasi................................................................................................. 32
3.3.2 Sampel .................................................................................................. 32
3.3.3 Sampling ............................................................................................... 32
3.4 Kriteria Sample ............................................................................................ 32
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................................... 32

vii
3.6 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 33
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 34
3.8 Alat Pengumpulan Data ............................................................................... 34
3.9 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 34
3.10 Metode Pengolahan Data ........................................................................... 35
3.11 Analisis Data ............................................................................................. 38
3.11.1 Analisis Univariat ............................................................................... 38
3.11.2 Analisis Bivariat ................................................................................. 39
3.12 Etika Penelitian.......................................................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 42
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 42
4.1.1 Data Umum ........................................................................................... 42
4.1.2 Data Khusus .......................................................................................... 44
4.1.3 Hasil Analisis Uji Statistik ................................................................... 44
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 46
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 57
BAB V PENUTUP................................................................................................ 59
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 59
5.2 Saran ............................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri-ciri seks sekunder pada remaja………………………………….10


Tabel 2.2 Klasifikasi aktivitas fisik berdasarkan intensitasnya menurut
Kemenkes 2018………………………………………………………17
Tabel 2.3. Klasifikasi Ambang Batas IMT Anak berdasarkan PMK No.2
Tahun 2020……………………………………………………….......22
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Remaja
Overweight dengan Usia Menarche di MIN 1 Kota Maang…………33
Tabel 4.1 Distribusi Usia Menarche Ibu dari Remaja yang Overweight di
MIN 1 Kota Malang………………………………………………….42
Tabel 4.2 Distribusi Penghasilan Orang Tua dari Remaja yang Overweight
di MIN 1 Kota Malang……………………………………………….43
Tabel 4.3 Distribusi Aktivitas Fisik dari Remaja yang Overweight di MIN 1
Kota Malang………………………………………………………….43
Tabel 4.4 Distribusi Keterpaparan Media dari Remaja yang Overweight di
MIN 1 Kota Malang………………………………………………….43
Tabel 4.5 Distribusi Usia Menarche Remaja yang Overweight di MIN 1
Kota Malang………………………………………………………......44
Tabel 4.6 Uji Normalitas Shapiro Wilk Hubungan Overweight dengan Usia
Menarche pada Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang………………44
Tabel 4.7 Uji Spearman Rank Overweight dengan Usia Menarche pada
Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang…………………………….....45

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Remaja Overweight


dengan Usia Menarche…………………………………………………..30
Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Overweight dengan
Usia Menarche pada Remaja Putri di MIN 1 Kota Malang………….31

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian…………………………………………………...65


Lampiran 2. Permohonan menjadi responden………………………………...….66
Lampiran 3. Persetujuan menjadi responden (Informed Consent)……………….67
Lampiran 4. Instrumen Penelitian…..…………………………………………....68
Lampiran 5. Grafik Indeks Massa Tubuh Menurut Umur Anak Perempuan
5-18 Tahun (Z-Score)………………………………………………70
Lampiran 6. Ethical Clearence………………………………………………….71
Lampiran 7. PSP………………………………………………………………….75
Lampiran 8. Pernyataan Kesediaan Membimbing..…………...…………………76
Lampiran 9. Lembar Konsultasi………………………………………………….78
Lampiran 10. Pengolahan Data……….………………………………………….84

xi
DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik


FSH : Folikel Stimulating Hormon
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
H-H-O : Hipotalamus – Hipofisis – Ovarium
IGF-I : Insulin growth factor-I
IMT : Indeks Massa Tubuh
LH : Luteinizing Hormon
LiLa : Lingkar Lengan Atas
MIN : Madrasah Ibtidaiyah Negeri
OPK : Ovarium Polikistik
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah atau Unit Kesehatan Sekolah
UNICEF : United Nations Children’s Fund
WHO : World Health Organization

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelebihan berat badan dan obesitas sudah menjadi epidemi bagi

seluruh dunia, khususnya bagi negara indonesia. Kelebihan berat badan dari

tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan yang signifikan terutama pada

anak sekolah dan menjadi suatu masalah kesehatan yang harus segera diatasi

(Nugraha, Relaksana, and Siregar 2021). Siswa sekolah dasar masih sering

mengkonsumsi jajanan tidak sehat, serta perkembangan teknologi seperti

gadget dan adanya akses media sosial menyebabkan seseorang semakin

malas untuk melakukan aktivitas fisik salah satunya adalah berolahraga.

Kondisi tersebut tanpa disadari memicu terjadinya kelebihan berat badan.

Gaya hidup yang tidak seimbang antara pola makan dan aktivitas akan

mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan kelebihan berat badan (Setiawati

et al. 2019). Kondisi kelebihan berat badan memiliki konsekuensi berat

termasuk diabetes dini, tekanan darah tinggi, masalah psikososial terkait

stigma dan perundungan oleh anak lain, capaian pembelajaran yang lebih

rendah dan lebih berisiko mengalami berbagai penyakit tidak menular namun

mengancam nyawa saat dewasa. Misalnya, penyakit jantung, stroke, dan

beberapa jenis kanker (United Nations Indonesia 2021).

Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali terjadi akibat

ovulasi (pelepasan sel telur) pada permulaan masa menstruasi. Studi

epidemiologis mengungkapkan fenomena bahwa usia menarche di berbagai

1
2

belahan dunia semakin cepat. Penurunan usia menarche mencerminkan

asupan gizi dan kesehatan umum yang lebih baik. Kemenkes melaporkan

terjadi penurunan usia menarche di Indonesia dari rata-rata 14 tahun menjadi

12,8 tahun. Hal ini dikarenakan perubahan kondisi sosial ekonomi dan

perubahan gaya hidup manusia terutama pola makan. Dampak

dari menarche dini menjadi pemicu timbulnya sel kanker pada payudara

karena stimulus estrogen terhadap pembelahan sel epitel atau karena estrogen

dan metabolitnya bertindak sebagai mutagen. Menarche dini juga mempunyai

resiko tinggi mengalami menopause dini yang meningkatkan seseorang

mengalami kelainan jantung dan juga tulang (Kurnia 2020). Menurut WHO,

menarche yang semakin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat

bersentuhan dengan kehidupan seksual yang memungkinkan remaja untuk

hamil dan menjadi seorang ibu semakin besar. Menarche yang terlambat juga

berdampak pada terlambatnya kematangan fisik, hormon maupun organ

tubuh (Nurwiliani 2022).

Menurut hasil survei WHO tahun 2018, sekitar 155 juta anak dengan

overweight di seluruh dunia, 30-45 juta anak mengalami obesitas. Di

Indonesia, pada anak usia 5-12 tahun sebanyak 18,8% kelebihan berat badan

(overweight) dan 10,8% mengalami obesitas (Kementerian Kesehatan RI

2018). Menurut Kemenkes RI (2018) umur kejadian menarche di Indonesia

rata-rata terjadi pada umur 12,4 tahun dengan prevalensi 60%, usia 9-10 tahun

2,6% usia 11-12 tahun sebanyak 30,3% dan pada usia 13 tahun sebanyak 30

%. Sisanya mengalami menarche diatas usia 13 tahun (Hafidha 2020).


3

Peningkatan berat badan menyebabkan kadar leptin mempengaruhi

maturasi oosit yang merangsang pematangan ovum yang dihasilkan ovarium

dan mempengaruhi produksi GnRH. Perubahan sekresi GnRH menyebabkan

sekresi kadar FSH dan LH berubah yang dapat mempengaruhi kejadian

menarche (Fathin, Ardiaria, and Fitranti 2017). Berat badan juga memiliki

peranan penting dalam siklus menstruasi, apabila terjadi kekurangan atau

kelebihan dapat memunculkan gangguan siklus menstruasi. Jaringan lemak

yang sedikit dalam tubuh dapat menyebabkan keterlambatan menarche,

semakin banyak lemak semakin banyak pula kandungan esterogen yang

diproduksi sehingga menyebabkan menarche lebih cepat terjadi. Kecepatan

metabolisme tubuh tergantung pada keadaan gizi. Penambahan lemak selama

pertumbuhan memberikan kontrol pada sekresi hormon GnRH, sehingga

jaringan lemak menjadi sumber esterogen di luar hipofisis (Reswari 2012).

Upaya pemerintah dalam mewujudkan remaja sehat dengan

pembentukan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang

bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas,

pemanfaatan layanan puskesmas untuk pelayanan kesehatan repoduksi

remaja dan meningkatkan keterampilan remaja dalam mencegah masalah

kesehatan (Agustiani et al. 2022). Peran bidan dalam menangani remaja yang

mengalami menarche dengan memberikan konseling tentang kesehatan

reproduksi remaja sesuai UU No.28 Tahun 2017 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan (Kementerian Kesehatan RI 2017).

Pendidikan kesehatan dan konsultasi mengenai kesehatan reproduksi perlu


4

diberikan, serta adanya rujukan untuk remaja yang berisko kelebihan berat

badan melalui kerja sama antara sekolah dengan Puskesmas di wilayah

tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya. Terdapat

24,7% dari 182 siswi yang mengalami overweight di MIN 1 Kota Malang.

MIN 1 Kota Malang terletak di tengah perkotaan sehingga akses konsumsi

makanan terutama junkfood sangat mudah, ditambah lagi dengan

kecanggihan digital yang dapat memesan makanan melalui online. Tingkat

sosial ekonomi wali murid pada sekolah ini termasuk ke dalam golongan

menengah ke atas yang berpotensi terjadi perubahan pola makan dan

minimnya aktivitas pada anak.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Overweight dengan Usia Menarche ada

Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Hubungan Overweight dengan Usia Menarche pada Remaja

Awal di MIN 1 Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

Overweight dengan Usia Menarche pada Remaja Awal di MIN 1 Kota

Malang
5

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi remaja overweight di MIN 1 Kota Malang

b. Mengidentifikasi usia menarche di MIN 1 Kota Malang

c. Menganalisis hubungan overweight dengan usia menarche pada remaja awal

di MIN 1 Kota Malang

1.4 Manfaat Penelitian


a. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keilmuan dan

dapat menjelaskan hubungan remaja overweight dengan usia menarche.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian dapat memberi pengetahuan remaja overweight

dengan usia menarche pada remaja putri.

2) Bagi Institusi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi

mengenai remaja overweight dengan usia menarche. Sehingga dapat

digunakan sebagai tambahan materi dalam pemberian Pendidikan

Kesehatan Reproduksi Remaja terutama tentang menarche.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan juga

mengembangkan teori khususnya di bidang kebidanan. Serta sebagai

referensi untuk penelitian selanjutnya.


6

4) Bagi Responden/Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran remaja dan

orang tua mengenai kelebihan berat badan (overweight) sehingga para

remaja mendapatkan kesehatan yang optimal di masa mendatang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori

2.1.1 Konsep Dasar Remaja

Masa remaja (adolescence) merupakan masa terjadinya perubahan

yang berlangsung cepat dalam pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial.

Masa ini merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju remaja yang

ditandai dengan banyak perubahan, diantaranya pertambahan massa otot,

jaringan lemak tubuh, dan perubahan hormon. Perubahan tersebut

memengaruhi kebutuhan gizi. Selain itu, kebutuhan gizi pada remaja juga

dipengaruhi oleh faktor psikologi dan sosial. Masa remaja dibagi

berdasarkan kondisi perkembangan fisik, psikologi, dan sosial. Menurut

Sarwono, remaja dibagi menjadi 3 stase, yaitu remaja awal (11-14 tahun),

remaja pertengahan (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Pakar

Gizi Indonesia, 2016).

Pada remaja perempuan, growth spurt terjadi pada 12-18 bulan

sebelum menarche (10-14 tahun). Pertumbuhan berlanjut selama 7 tahun

atau saat remaja sampai usia 21 tahun. Selama masa ini, terjadi percepatan

pertumbuhan yang meliputi 45% pertumbuhan tulang dan 15-25%

pertambahan tinggi badan (WHO/UNICEF, 2005). Selama masa growth

spurt, sebanyak 37% total massa tulang terbentuk. Penambahan lemak lebih

banyak pada remaja perempuan sehingga lemak tubuh perempuan pada

7
8

masa dewasa sebesar 22% dibandingkan pada laki-laki dewasa yang hanya

15%. Pembentukan lemak tubuh sebanyak 15-19% terjadi di masa anak-

anak hingga mencapai 20% di masa remaja. Pada remaja laki-laki terjadi

lebih banyak pertumbuhan otot daripada tulang dengan lemak tubuh normal

sekitar 12%. Tinggi badan remaja laki-laki akan bertambah setinggi 18cm,

sedangkan remaja perempuan lebih rendah. Perbedaan tersebut yang

menyebabkan terjadinya perbedaan zat gizi remaja laki-laki dan perempuan.

Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada masa remaja perlu diperhatikan karena

terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan psikis, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan

makan pada remaja memengaruhi kebutuhan dan asupan zat gizi.

Kebutuhan zat gizi khusus perlu diperhatikan, terutama pada kelompok

remaja dengan aktivitas olahraga tinggi, gangguan perilaku makan, diet

ketat, konsumsi alkohol dan obat-obatan (Pakar Gizi Indonesia, 2016).

Zat gizi memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, balita,

hingga remaja, dengan kebutuhan gizi pada masa remaja lebih besar

dibandingkan dua masa sebelumnya. Kebutuhan gizi pada remaja

dipengaruhi oleh pertumbuhan pada masa pubertas. Kebutuhan gizi yang

tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang cepat (growth spurt) (Pakar

Gizi Indonesia, 2016).

a. Perubahan Hormon

Pubertas erat kaitannya dengan perkembangan biologis. Fungsi hipofisis

menyebabkan peningkatan sekresi hormon dan menyebabkan efek


9

fisiologis yang luas. Hormon diproduksi oleh kelenjar endokrin, yang

dikendalikan oleh sistem saraf pusat, terutama hipotalamus. Beberapa

hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan antara lain

hormon pertumbuhan (growth hormone), gonadotropic (hormon

gonadotropik), estrogen, progesteron, dan testosteron.

Selama pubertas terjadi perubahan kadar hormon yang mempengaruhi seks

sekunder. Hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen

pada pria dan estrogen pada wanita. Kematangan seksual pada remaja putri

yaitu timbulnya menstruasi dan pada pria ditandai dengan produksi cairan

mani, zat lain juga terkait karakteristik sekunder seperti wajah, tubuh, dan

rambut kelamin. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas

bertanggung jawab atas munculnya hasrat seksual (Ekasari 2022).

b. Perubahan Fisik

Fenomena ledakan pertumbuhan remaja yang terjadi dikaitkan pada

kematangan seksual adalah peningkatan pertumbuhan yang sangat

signifikan. Perubahan fisik pada remaja wanita bermula pada usia 10-14

tahun dan berakhir pada usia 17-19 tahun, sedangkan pada remaja laki-laki

perubahan fisik bermula pada usia 12-14 tahun dan berakhir pada usia 20

tahun.

Periode atau masa remaja identik dengan proses pematangan fisik (jasmani)

dan psikologis (rohani). Remaja mengalami perubahan fisik akibat

munculnya ciri-ciri seks sekunder yang begitu menonjol baik pada

perempuan maupun laki-laki. Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja


10

dapat optimal dengan pemenuhan gizi yang cukup. Remaja harus

mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtua agar tidak menimbukan

efek yang dapat berakibat kurangnya dalam penerimaan sosial (Rima

Wirenviona, Anak Agung Istri Dalem Cinthya Riris, and Dr. Rr. Iswari

Hariastuti 2020) .

Tabel 2.1 Ciri-ciri seks sekunder pada remaja

Ciri-ciri seks sekunder remaja Ciri-ciri seks sekunder remaja


perempuan laki-laki

a. Menstruasi a. Mimpi basah

b. Perkembangan payudara b. Perubahan suara menjadi berat


dimulai paling muda usia 8-10 c. Tumbuh jakun
tahun. d. Serta tinggi dan berat badan

c. Pinggul dan pantat membesar bertambah

d. Kelenjar keringat aktif ditandai e. Rambut pada ketiak, alat


keringat bertambah banyak kelamin, dada dan wajah mulai

e. Rambut pada ketiak dan alat tumbuh

kelamin mulai tumbuh f. Pundak dan dada bertambah

f. Kulit lebih halus besar dan bidang

g. Tinggi dan berat badan g. Kelenjar keringat aktif ditandai


bertambah dengan keringat yang
bertambah banyak
h. Pada alat reproduksi, penis dan
buah zakar membesar

h. Perubahan Sosial

Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai dengan

perubahan cara melihat dirinya sendiri. Emosi pada remaja meningkat

sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Tekanan yang terjadi karena
11

sosial mengakibatkan emosi pada remaja meningkat, dan mengalami

perubahan emosi yang akan dimunculkan berupa sikap dan tingkah laku

remaja setiap tindakannya.

Remaja perlu belajar dalam memperoleh gambaran tentang bagaimana

keadaan yang dapat menimbulkan reaksi emosional dengan cara terbuka.

Keluarga atau teman sebaiknya mendukung remaja dalam taham

pencapaian kematangan emosional remaja. Remaja lebih terbuka tentang

perasaan dan masalah pribadi kepada teman sebaya daripada kepada

keluarga, hal ini membawa pengaruh besar terhadap remaja. Teman sebaya

lebih berpengaruh kepan remaja untuk melakukan ajakan bermain diluar

rumah. Pengaruh dari teman sebaya dapat dilihat dari penampilan, gaya

bicara, minat, sikap dan perilaku remaja (Ekasari 2022).

i. Perubahan Psikologis

Secara psikologis, perubahan kemampuan intelektual mendorong remaja

memahami dunia luar. Remaja belajar mengorganisasikan ide-ide, seperti

dalam kegiatan belajar. Ia akan melatih daya ingat, kemampuan menalar,

berpikir, dan linguistik. Perubahan emosi pada remaja hampir sama dengan

pola emosi anak-anak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang bisa

membangkitkan emosi, misalnya merasa diperlalukan seperti anak-anak dan

tidak adil, sedangkan perubahan perilaku sosial sebagai salah satu tugas

pokok perkembangan remaja ialah penyesuaian terhadap pengaruh teman

sebaya dan meningkatkannya minat terhadap heteroseksual.


12

Secara umum, remaja mengalami adaptasi, seperti berusaha mendapat status

dalam kelompok, keinginan untuk dihargai, menerima perubahan dan

kondisi fisik, membangun hubungan di lingkungan sosial, dan membangun

minat jenis kelamin. Remaja mengalami minat dunia sosial yang berubah.

Ia ingin menghabiskan akhir pekan dengan berekreasi, memperhatikan

penampilan, mengejar prestasi, meningkatkan kemandirian, mendapatkan

status sosial, dan membayangkan seks dan perilaku seks.

Usia remaja memiliki beberapa karakteristik yang terkait dengan periode

masa hidup yang berbeda. Pertama, masa transisi (time of transition) adalah

masa peralihan dari beberapa fase perjuangan berat yang dilalui remaja ke

tahap penerimaan. Kedua, masa stress (somatic, culture, economy, and

psychology stress) yang ditandai remaja mengalami stressapabila tidak

berprestasi atau gagal dalam mewujudkan keinginanya. Ketiga, masa

berbahaya (dangerous age) adalah saat di mana remaja sangat rentan

terhadap berbagai jenis kejahan yang sering terjadi, seperti kenakalan atau

penyimpangan perilaku, seperti tawuran, bolos di sekolah, seks bebas,

penggunaan narkoba, dan miras. Keempat, masa canggung, atau masa yang

tidak menyenangkan (awkward age), terjadi ketika remaja terus berusaha

belajar dari lingkungan luar, yang kadang-kadang tidak mendukung apa

yang mereka lakukan. Remaja harus belajar menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru mereka untuk mencapai perkembangan sosial yang baik.

Lingkungan baru biasanya penuh dengan tuntutan untuk menjadi remaja

yang baik. Kelima, masa berprestasi (time of achievement) ditandai dengan


13

perkembangan inteligensi yang terus meningkat. Remaja lebih suka belajar

sesuatu yang dapat dimengerti secara logika dan mengalami peningkatan

pada kepekaan emosi, ditandai dengan luapan emosi pada hal-hal yang ia

senangi. Keenam, masa sepi (lonely time) karena ada beberapa waktu

remaja butuh menyendiri (lonely time). Hal tersebut terjadi karena frustasi

terkait masalah percintaan atau di sekolah (Rima Wirenviona, Anak Agung

Istri Dalem Cinthya Riris, and Dr. Rr. Iswari Hariastuti 2020).

2.1.2 Pengertian Pubertas

Pubertas merupakan periode laman rentang perkembangan pada saat

anak-anak berubah, dari makhluk asseksual menjadi seksual. Pada masa

anak-anak akan mengalami kematangan organ reproduksi serta mengalami

perubahan dalam pertumbuhan fisik dan juga psikologis. Pubertas

merupakan periode Ketika kematangan fisik terjadi sangat cepat yang

melibatkan perubahan hormonal juga tubuh khususnya pada masa remaja

awal (Ayu Idaningsih 2021).

Masa pubertas dibagi menjadi 3 tahap :

a. Tahap Prapuber

Tahapan ini berkembang selama satu hingga dua tahun terakhir masa kanak-

kanak, ketika seseorang sudah tidak lagi seorang anak atau remaja.

Meskipun organ reproduksinya belum berkembang sepenuhnya pada tahap

prapuber ini, ciri seks sekunder masih dapat dilihat.


14

b. Tahap Puber

Tahapan ini terjadi di garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa

remaja, di mana kematangan seksual sudah ditunjukkan dengan mimpi

basah untuk anak laki-laki dan menstruasi pada perempuan. Pada titik ini,

ciri seks sekunder sudah tumbuh, sel direproduksi dalam organ seks, dan

remaja mungkin mengalami gangguan psikologis.

c. Tahap Pascapuber

Ini adalah tahun pertama atau kedua masa remaja. Pada tahap ini, ciri

seksual sekunder dapat berkembang dengan baik dan organ seksual juga

sudah berfungsi dengan baik (Ayu Idaningsih 2021).

2.1.3 Konsep Dasar Menarche

a. Pengertian Menarche

Menarche adalah menstruasi pertama, atau haid, yang merupakan

tanda kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi

remaja sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia

terjadinya menarche, adanya keluhan selama menarche maupun lamanya

hari menarche. Remaja wanita yang pertama kali mengalami haid mungkin

mengalami masalah psikologis seperti nyeri perut, ketidaknyamanan, dan

ketidaknyamanan. Namun, pada beberapa remaja, masalah ini tidak muncul.

Ini karena mereka makan makanan yang baik dan berolahraga secara teratur

(Ardiansyah et al. 2022).


15

Menarche umumnya terjadi antara usia sepuluh hingga enam belas

tahun, ketika perubahan fisiknya mulai terlihat, seperti bentuk tubuhnya

menjadi lebih jelas, kulit menjadi lebih halus, payudara membesar, suara

menjadi lebih nyaring, dan munculnya bulu halus di beberapa area tubuh.

Namun, beberapa faktor, seperti status gizi anak, berat badan, tinggi badan,

aktivitas fisik, dan keadaan ekonomi sosial dan keluarga, menyebabkan

menarche terjadi semakin cepat seiring usia (Meni Fuzi Astuti Tanjung

2022) .

Menarche menggambarkan onset siklus menstruasi yang merupakan

puncak dari rangkaian peristiwa yang kompleks meliputi pematangan aksis

hipotalamus-hipofisis-ovarium (H-H-O) untuk memproduksi ovum ataupun

endometrium matang sehingga dapat menunjang zigot jika terjadi

pembuahan. Tiga tahap pematangan aksis H-H-O meliputi :

1) Peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis

2) Pengenalan dan respons ovarium terhadap gonadotropin sehingga

memungkinkan terjadinya produksi steroid ovarium (esterogen dan

progesteron)

3) Terbentuknya pengaturan umpan balik positif pada kelenjar

hipotalamus dan hipofisis oleh esterogen. Kombinasi dari peristiwa-

peristiwa pematangan ini akan menyebabkan terjadinya ovulasi (Meni

Fuzi Astuti Tanjung 2022).


16

b. Macam-macam Menarche

Menurut Marmi (2013) dalam (Adam, Kadir, and Abudi 2022) usia

terjadinya menarche dapat dikategorikan menjadi:

1) Menarche dini

Menarche dini merupakan menstruasi pertama yang di alami seorang

wanita subur pada usia < 11 tahun. Menarche dini terjadi karena produksi

hormon esterogen lebih banyak dibandingkan perempuan pada umumnya.

Menarche dini dikarenakan hormon gonadotrophin diproduksi sebelum

anak usia 8 tahun yang menyebabkan pubertas dini. Gonadotropin

merangsang ovarium dan memberikan ciri kelamin sekunder serta

mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi organ reproduksi

2) Menarche normal

Menarche normal merupakan menstruasi pertama atau darah yang

keluar dari vagina wanita yang terjadi pada perempuan umur 11-13

tahun.

3) Menarche tarda/lambat

Menarche tarda yaitu menstruasi pertama yang baru datang setelah umur

13 tahun yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan, dan

kurang gizi.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menarche

1) Aktivitas Fisik

Olahraga yang dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan

kehilangan massa tubuh bersih, oleh karena faktor kelelahan dan


17

kehilangan nafsu makan. Selain itu, latihan fisik yang berat dapat

memperlambat kejadian menarche (Sinaga 2015). Menurut Kemenkes

2018, aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan intensitas dan

besaran kalori yang digunakan (Prasetyo Kusumo 2020).

Tabel 2.2 Klasifikasi aktivitas fisik berdasarkan intensitasnya menurut

Kemenkes 2018

Aktifitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat

a. Melakukan a. Berjalan pada a. Berjalan dengan

pekerjaan rumah kecepatan sedang kecepatan 8

tangga seperti atau cepat 4,8-7,2 km/jam atau lebih

mencuci piring, km/jam seperti : b. Jogging atau

setrika, memasak, berjalan untuk berlari

menyapu, rekreasi, ke kelas, c. Mendaki gunung

mengepel lantai kantor atau toko atau panjat tebing

dan menjahit. b. Berjalan menuruni d. Bersepeda

b. Latihan tangga atau bukit dengan kecepatan

peregangan dan c. Bersepatu roda >10 mph atau

pemanasan dengan dengan kecepatan bersepeda pada

gerakan lambat. sedang tanjakan curam

c. Membuat prakarya, d. Bersepeda dengan e. Sepeda stasioner


menggambar, kecepatan 5-9 mph menggunakan

melukis dan pada permukaan usaha berat

bermain musik datar atau sedikit f. Kalistenik berupa

d. Memancing, tanjakan push up, pull up

memanah, e. Sepeda stasioner g. Olahraga beladiri

menembak, golf menggunakan usaha (karate, judo, tae

dan naik kuda. sedang kwon do, jujitsu)


f. Yoga
18

2) Genetik

Waktu terjadinya kematangan seksual seorang remaja putri mengikuti

menstruasi pertama ibunya. Usia menarche ibu dapat mempengaruhi

kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu

menarche. Usia menarche ibu berkaitan dengan usia menarche anak, tidak

hanya karena pengaruh genetik tetapi juga berkaitan dengan lingkungan

keluarga (Herawati 2013).

3) Status gizi

Status gizi remaja putri sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik

dari faktor terjadinya menarche, adanya keluhan selama menstruasi,

maupun lamanya hari menstruasi. Gizi yang berlebih akan mempercepat

pertumbuhan dan pematangan organ seksual. Sedangkan tidak

terpenuhinya kebutuhan gizi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya

pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear. Makanan bergizi

tinggi dapat mengakibatkan peningkatan estrogen. Jadi dengan asupan gizi

yang baik dapat menyebabkan usia menarche menjadi lebih cepat

(Mutasya, Edison, and Hasyim 2016).

4) Sosial ekonomi

Tingginya pendapatan keluarga cenderung diikuti dengan tingginya

jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan per kapita

juga dapat menetukan pola makan, termasuk pola jajan anak. Kebiasaan

jajan memungkinkan tubuh memperoleh tambahan energi sehingga tanpa

disadari asupan energi ke dalam tubuh melebihi kebutuhan dan dampaknya


19

berupa bertambahnya timbunan lemak dalam tubuh (Mutasya, Edison, and

Hasyim 2016).

5) Keterpaparan media dewasa

Paparan audio visual terutama media dewasa merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi usia menarche. Dengan terpaparnya audio visual

dewasa dapat merangsang kematangan seksual lebih cepat yang

dipengaruhi oleh terpacunya rangsangan hormon gonadotropin yang

berpengaruh terhadap kematangan organ reproduksi (Herawati 2013).

Pengawasan dari orang tua dapat memungkinkan adanya penyeleksian dan

sedikitnya peluang bagi remaja untuk menonton hal yang ditayangkan

secara bebas (Mutasya, Edison, and Hasyim 2016).

d. Fisiologis Menarche

Saat seorang wanita telah mengalami menstruasi maka dapat

dikatakan bahwa organ reproduksi wanita tersebut telah siap bereproduksi

atau menghasilkan keturunan. Menstruasi pertama kali (menarche) dimulai

saat pubertas, yaitu sekitar usia 11-13 tahun. Usia menarche telah bergeser

ke usia yang lebih muda disebabkan oleh semakin baiknya asupan gizi dan

derajat kesehatan.

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypotalamic-pituitary-ovarium-axis)

dengan perubahan terkait jaringan sasaran pada saluran repdroduksi normal.

Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini karena merupakan


20

sumber hormonal wanita paling utama yang bertanggung jawab dalam

pengaturan proses menstruasi.

Pada saat menarche terjadi perubahan yang timbul karena beberapa

kelenjar di dalam tubuh. Pusat pengendali utama pada otak (hypotalamus)

bekerja sama dengan kelenjar bawah otak untuk mengendalikan

serangkaian perubahan hormonal. Hypotalamus sebagai faktor pencetus

yang bergerak melalui pembuluh darah di kelenjar bawah otak dan

menyebabkan pertumbuhan pada remaja pada usia 8 tahun. Sekitar usia 12

tahun, hormon kelenjar pituitary mulai menghasilkan GnRH yang befungsi

untuk kematangan seksual pada remaja putri. Hormon itu mencapai kelenjar

pituitary dan menghasilkan hormon yang mempengaruhi indung telur berisi

cairan yang disebut folikel. Hormon perangsang folikel atau FSH yang

bertugas mempengaruhi dan merangsang pertumbuhan folikel. Folikel yang

terangsang akan menghasilkan hormon estrogen, kemudian folikel tersebut

mati. Namun saat folikel pertama mati, sejumlah folikel lain sudah mulai

dirangsang oleh FSH dan memproduksi estrogen.

Folikel yang dirangsang FSH pada setiap bulannya akan menjadi

semakin banyak (± 12-20 folikel) sehingga jumlah estrogen yang terbentuk

semakin banyak. Estrogen mempengaruhi pembesaran payudara karena

pertumbuhan saluran susu dipayudara, merangsang pertumbuhan saluran

telur, rongga rahim, dan vagina sehingga membesar. Pada vagina, estrogen

membuat dinding vagina menebal dan cairan vagina bertambah banyak,

serta mengakibatkan timbulnya lemak di daerah pinggul wanita.


21

Kadar esterogen yang beredar dalam darah semakin banyak pada

remaja putri akan merangsang lapisan dalam rongga rahim (endometrium)

sehingga menebal. Selain itu, kenaikan estrogen menyebabkan kelenjar

bawah otak tertekan sehingga produksi FSH berkurang. Dengan penurunan

kadar FSH menyebabkan pertumbuhan folikel melambat. Akibatnya

produksi estrogen menurun. Pembuluh darah yang mengaliri lapisan dalam

rahim mengerut dan putus sehingga terjadi perdarahan di dalam rahim. Hal

tersebut juga menyebabkan endometrium runtuh, berbentuk cairan berupa

darah dan sel endometrium terkumpul di rahim akan mengalir melalui

vagina dan mulai terjadi haid pertama atau menarche (Sholicha 2020).

2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)

a. Definisi Indeks Massa Tubuh

Penilaian gizi pada remaja meliputi pengukuran antopometri yang

meliputi IMT, Lingkar lengan atas (LiLa), lingkar kepala, dan tebal lipatan

lemak bawah kulit. Berat badan berhubungan erat dengan status kesehatan.

Penurunan berat badan tidak disengaja berarti terjadi penurunan kesehatan,

termasuk imunitas. Berat dan tinggi badan dihitung untuk memperoleh IMT

yang lebih menggambarkan proporsi tubuh (Pakar Gizi Indonesia, 2016).

Berdasarkan PMK No.2 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak,

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu indikator yang menunjukkan

bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh dengan

tercapainya berat badan yang normal dan sesuai untuk tinggi badannya.

Skrining gizi diawali dengan pengukuran tinggi dan berat badan secara
22

akurat sehingga diperoleh Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tepat. Indeks

Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk

menentukan status gizi remaja. Berikut merupakan cara perhitungan Indeks

Massa Tubuh (IMT) .

Berat badan (kg)


Indeks Massa Tubuh (IMT) = Tinggi badan (m)2 .

Tabel 2.3 Klasifikasi Ambang Batas IMT Anak usia 5-18 tahun berdasarkan

PMK No.2 Tahun 2020

Kategori Keterangan Ambang Batas


Indeks (Z-Score)
Massa Sangat kurus Kekurangan berat <-3 SD
Tubuh badan tingkat berat
menurut Kurus Kekurangan berat -3 SD sd <-2
Umur badan tingkat ringan SD
(IMT/U) Normal Optimal -2 SD sd +1 SD
anak Usia Overweight Kelebihan berat badan +1 SD sd +2 SD
5-18 tahun tingkat ringan
Gemuk / Kelebihan berat badan > + 2 SD
Obesitas tingkat sedang

b. Faktor yang mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT)

1) Asupan nutrisi

Asupan nutrisi yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik

akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan (Utami and

Setyarini 2017). Obesitas sendiri dapat disebabkan karena berlebihan

asupan energi tanpa pembakaran energi yang cukup, sehingga energi yang
23

berlebih disimpan dalam tubuh sebagai lemak, yang menyebabkan berat

badan meningkat. (Wijaya, Muliarta, and Permana 2020).

2) Umur

Kegemukan secara intens bertambah terus menerus dari umur 20-10 tahun.

Setelah usia 60 tahun, tingkat kegemukan mulai menurun.

3) Jenis kelamin

Laki-laki biasanya memiliki berat badan yang lebih berat daripada

perempuan. Sirkulasi otot versus lemak juga berbeda pada orang-orang,

laki-laki pasti menghadapi kejantanan naluriah daripada wanita.

4) Genetika

Beberapa penelitian telah menunjukkan beberapa hal yang dapat

mempengaruhi berat badan seseorang, termasuk unsur-unsur keturunan.

Penelitian lain menunjukkan jika orang tua gemuk maka akan memiliki

keturunan yang gemuk juga.

5) Aktivitas fisik

Seiring dengan beralihnya pekerjaan fisik ke mesin dan meningkatnya

penggunaan bantuan teknologi, transportasi dan rekreasi menyebabkan

berkurangnya aktifitas fisik yang dilakukan (Kamaruddin et al. 2022).

6) Citra Tubuh

Salah satu masalah yang dihadapi oleh remaja saat ini adalah mendapatkan

bentuk tubuh yang ideal menurut persepsi diri sendiri. Remaja pria lebih

memperhatikan tinggi badannya daripada remaja putri karena mulai

adanya ketertarikan untuk membuat kelompok teman dan terhadap lawan


24

jenis, dan adanya prestige jika memiliki tinggi badan yang ideal

(Hartyningtyas 2013).

2.1.5 Overweight

Overweight adalah kondisi di mana proporsi berat badan dan tinggi

badan melebihi standar. Overweight tidak hanya terjadi pada orang dewasa;

mereka juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Pola makan yang tidak

sehat, seperti konsumsi makanan tinggi kalori dan rendah serat, serta

kurangnya aktivitas fisik, dapat menyebabkan overweight pada remaja.

Makanan yang berlebihan tersebut disimpan dalam tubuh sebagai lemak,

yang menyebabkan tubuh menjadi berlebihan berat badan. Tingkat sosial

ekonomi dan pengetahuan gizi seseorang juga sangat mempengaruhi

kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. (Ariani 2019).

Faktor utama penyebab overweight :

a. Faktor genetik atau keturunan

Jika kedua orang tuanya mengalami kegemukan sekitar 80%, maka anaknya

berpotensi menjadi gemuk. Apabila salah satu orang tua yang mengalami

kegemukan maka kejadian kegemukan pada anaknya 40% dan jika

keduanya tidak mengalami kegemukan makan prevalensinya turun menjadi

14%.

b. Faktor psikologis atau emosi

Stres, kecemasan, dan ketakutan dapat memengaruhi perilaku seseorang dan

dapat menyebabkan sikap yang berbeda dalam mengatasinya, seperti makan

terlalu banyak makanan kesukaan. Salah satu kondisi psikologis yang dapat
25

menyebabkan kegemukan adalah ketidakseimbangan, yang menyebabkan

orang cenderung melarikan diri dengan makan makanan yang tinggi kalori

atau kolesterol.

c. Pola makan yang berlebihan

Makanan yang berlebihan atau kekurangan dapat disebabkan oleh pola

makan yang berlebihan, makan dengan buru-buru, menghindari sarapan,

dan terbiasa mengkonsumsi makanan ringan yang tidak sehat. Konsumsi

makanan yang kurang dari kebutuhan akan menyebabkan tubuh menjadi

kurus, sedangkan konsumsi makanan yang berlebihan akan menyebabkan

tubuh menjadi kelebihan berat badan atau kelebihan berat badan. Hal ini

akan menyebabkan obesitas jika terjadi dalam jangka waktu yang lama.

d. Kurang melakukan aktivitas fisik

Aktivitas yang kurang akan menyebabkan penumpukan lemak atau

kelebihan kalori dalam tubuh yang pada akhirnya akan mengalami

kegemukan.

e. Penggunaan obat-obatan

Seseorang dalam keadaan sakit akan mengkonsumsi berbagai macam obat

untuk menyebuhkan penyakitnya, beberapa obat dapat merangsang cepat

lapar sehingga akan meningkatkan nafsu makan pasien. Penggunaan obat

akan menyebabkan peningkatan berat badan (Ariani 2019).

f. Faktor lingkungan

Meskipun gen memainkan peran penting dalam banyak kasus obesitas,

lingkungan seseorang juga sangat penting. Lingkungan ini mencakup pola


26

gaya hidup, seperti apa dan berapa kali dia makan dan berolahraga.

Meskipun individu tidak dapat mengubah pola genetiknya, mereka dapat

mengubah pola makan dan aktivitas mereka.

Lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas dan pola makan orang tua yang tidak

teratur, yang berdampak negatif pada anak-anak seperti tidak menyediakan

makanan yang mengandung banyak energi dan aktivitas keluarga juga tidak

mendukung (Hamzah et al. 2021).

2.1.6 Dampak Overweight Terhadap Kesehatan Reproduksi

Overweight atau kelebihan berat badan mempunyai dampak yang

sangat luas di bidang kesehatan. Angka kejadian hipertensi, penyakit

jantung, osteoarthritis, keganasan endometrium, keganasan buah dada paska

menopause dan masih banyak kelainan lain, akan sangat meningkat pada

wanita dengan obesitas.

Overweight mempengaruhi fungsi reproduksi wanita karena adanya

kadar leptin dan insulin yang tinggi. Tingginya kadar leptin dapat

menghambat kerja folicle stimulating hormone (FSH) dan insulin like

growth factor-I (IGF-I) di folikel, sehingga dapat mengganggu sintesis

esterogen di ovarium atau folikel, tetapi tidak mengganggu sintesis

progesterone.

Akibat terjadinya ketidakseimbangan hormon menyebabkan

terjadinya OPK (ovarium polikistik) yang merupakan anovulasi kronik

akibat adanya gangguan umpan balik dengan kadar esterogen yang terlalu

tinggi. Dampak dari sindroma ovarium polikistik adalah infertilitas,


27

gangguan haid (amenore, oligomenore ataupun perdarahan uterus disfungsi,

keganasan endometrium dan keganasan buah dada, penyakit kardio

vaskuler, gangguan metabolisme glukosa (Sugiharto 2012).

Gangguan haid berupa dismenorea atau nyeri saat haid akan

meningkat pada wanita yang mengalami kelebihan berat badan. Gizi yang

berlebih dapat menimbulkan dismenore karena jaringan lemak yang

berlebihan dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah yaitu

terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi

wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi

terganggu dan dapat menimbulkan nyeri dismenorhea (Sholicha 2020).

2.1.7 Hubungan overweight dengan usia menarche

Umur saat menarche terutama dipengaruhi oleh faktor genetik juga

faktor eksternal seperti cuaca, penyakit kronis, sinar matahari, sedangkan

faktor diet yang tidak sehat, stress atau faktor psikologis turut berperan.

Remaja putri yang memiliki IMT lebih tinggi cenderung mendapatkan

menarche terlebih dahulu, dikarenakan kadar leptin yang disekresikan oleh

kelejar adiposa dan leptin mempengaruhi kadar neuropeptida yang

mempengaruhi GnRH. Perubahan sekresi kadar GnRH juga mengubah

sekresi kadar FSH dan LH. Selain itu, kadar leptin berpengaruh pada

maturasi oosit yang merangsang pematangan ovum yang dihasilkan

ovarium. Oleh karena itu remaja putri yang memiliki nilai IMT yang tinggi

akan mengalami menarche di usia yang lebih mudah dibandingkan dengan

remaja putri yang memiliki IMT rendah, hal ini disebabkan oleh perbedaan
28

jumlah kelenjar adiposa yang menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin

yang berbeda.

Secara fisiologis, menarche dialami oleh perempuan setelah

mengalami peningkatan kadar GnRH, LH dan FSH yang biasanya dimulai

pada usia 8 tahun. Hormon tersebut meningkatkan kadar esterogen serta

memicu pertumbuhan dan perkembangan organ seksual, termasuk

penebalan endometrium yang akan meluruh atau disebut menstruasi.

Terpicunya GnRH ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya IMT.

Indeks Massa Tubuh yang meningkat pada remaja putri menunjukkan

bahwa terdapat jaringan lemak yang tinggi sehingga menimbulkan

terjadinya menarche akibat meningkatnya kadar leptin yang memberi sinyal

ke otak.

Nutrisi juga mempengaruhi kematangan seksual pada remaja

perempuan yang mengalami menarche, kematangan seksual terlihat pada

remaja putri yang sudah mengalami menarche dibandingkan dengan remaja

putri yang belum mengalami menarche (Fitriany, Maulina, and Witanti

2018).

Konsumsi makanan tinggi lemak akan mengakibatkan penumpukan

lemak dalam jaringan adiposa yang memiliki korelasi positif dengan

peningkatan kadar leptin. Dimana leptin akan memicu pengeluaran hormon

GnRH yang dapat mempengaruhi pengeluaran Follicle Stimulating Hormon

(FSH) dan Luteinezing Hormon (LH) dalam merangsang pematangan

folikel dan pembentukan hormon (Hamzah et al. 2021).


29

Di masa remaja awal, kelebihan berat badan berdampak penting

pada kesehatan yang menyebabkan onset pubertas terjadi lebih awal yang

ditunjukkan dengan perkembangan payudara (thelarche) yang lebih dini.

Tetapi jelas dari sekian faktor pubertas, status gizi memainkan peran penting

dalam waktu dan perkembangan pubertas. Peningkatan lemak tubuh saat

lahir atau pada masa awal anak-anak dan peningkatan IMT yang cepat

diprediksi memiliki onset pubertas yang lebih dini (Lazzerri 2018).


30

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Remaja Menarche Dini


(usia <11 tahun)

Menarche Normal
Overweight Menarche (usia 11-13 tahun)

Menarche Lambat
Faktor-faktor yang (usia >13 tahun)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
mempengaruhi:
1. Aktivitas fisik
1. Genetik
2. Genetik
2. Psikologis
3. Status gizi
3. Pola makan
4. Sosial ekonomi
4. Penggunaan
5. Keterpaparan
obat-obatan
media
5. Aktivitas fisik
6. Lingkungan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Terdapat hubungan

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Remaja yang mengalami

Overweight dengan Usia Menarche

2.3 Hipotesis

H1 : Terdapat hubungan antara overweight dengan usia menarche pada

remaja awal di MIN 1 Kota Malang


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini yaitu Observasional Analitik dengan

menggunakan pendekatan Cross-sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis hubungan antara overweight terhadap usia menarche

pada remaja awal di MIN 1 Kota Malang.

3.2 Kerangka Operasional


Populasi
Remaja awal yang mengalami overweight yaitu kelas VI Tahun ajaran 2022-
2023 dan alumni tahun ajaran 2021-2022 di MIN 1 Kota Malang sebanyak 42
remaja

Kriteria Inklusi Teknik Sampling


Total sampling
Sampel
Remaja awal yang mengalami overweight sebanyak 42 remaja

Pengumpulan Data
Pengukuran tinggi badan, berat badan, grafik Z-Score dan kuisioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, Data Entry

Analisis Data
uji korelasi Spearman Rank

Hasil
H0 ditolak jika p-value ≤ 0,05
H0 diterima jika p-value > 0,05

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Overweight dengan Usia


Menarche pada Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang

31
32

3.3 Populasi, Sample dan Sampling

3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah remaja awal yang mengalami overweight

yaitu kelas VI di MIN 1 Kota Malang Tahun Ajaran 2022/2023 dan alumni

tahun ajaran 2021/2022 yang telah memenuhi kriteria sebanyak 42 remaja.

3.3.2 Sampel
Besar sampel dalam penelitian telah disesuaikan dengan kriteria

inklusi dan eksklusi responden dengan jumlah 42 remaja.

3.3.3 Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Total

sampling dimana seluruh anggota populasi yang telah memenuhi kriteria

dijadikan sampel.

3.4 Kriteria Sample

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Mengkonsumsi obat-obatan steroid dari dokter

3.5 Variabel Penelitian


a. Variabel Bebas (Independen Variabel)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia Menarche

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah remaja overweight


33

3.6 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Overweight dengan


Usia Menarche pada Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang

No Variabel Definisi Hasil Ukur Alat Ukur Skala

1 Remaja Remaja yang Overweight Z-score Interval


Overweight dilakukan pengukuran (+1 SD sd +2
dengan menggunakan SD)
alat microtoise dan
timbangan berat badan
yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam
grafik
Z-Score dan memiliki
ambang batas Z-score
+1 SD sd +2 SD
2 Usia Usia dalam tahun 1. Menarche Kuisioner Ordinal
Menarche pertama kali saat dini <11
mendapatkan tahun
menstruasi atau haid 2. Menarche
yang terjadi, yang normal 11-
merupakan ciri khas 13 tahun
kedewasaan seorang 3. Menarche
wanita lambat >13
tahun
34

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di MIN 1 Kota Malang. Waktu penelitian

untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Februari – Maret 2023 di

MIN 1 Kota Malang.

3.8 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data dari variabel penelitian yang diukur. Alat

pengumpulan data pada penelitian ini adalah timbangan berat badan,

microtoise, grafik Z-Score dan kuisioner.

3.9 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan data primer yang

dikumpulkan dari media kuisioner dan pengukuran Indeks Massa Tubuh

(IMT) berupa tinggi badan dan berat badan siswa. Dan data sekunder yang

diperoleh dari sumber kedua seperti referensi yang didapat dari buku atau

jurnal yang berkaitan dengan remaja overweight dan usia menarche.

Langkah-Langkah pengumpulan data :

a. Tahap Persiapan

1) Melakukan studi kepustakaan dari website lembaga resmi seperti Badan

Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan dan Riskesdas untuk menggali

permasalahan dan data mengenai overweight.

2) Mengurus surat izin penelitian kepada Komite Etik Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang.
35

3) Mengurus surat izin penelitian di Kementrian Agama Kota Malang.

4) Melakukan studi pendahuluan di MIN 1 Kota Malang dengan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

5) Melakukan pendekatan serta menjelaskan maksud dan tujuan kepada

calon responden.

6) Memberikan penjelasan sebelum subyek penelitian setuju untuk menjadi

responden penelitian.

7) Menjelaskan prosedur pengukuran tinggi badan dan berat badan serta

pengisian kuesioner kepada responden.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Calon responden dengan berat badan overweight yang bersedia

mengikuti penelitian menandatangani surat persetujuan/ informed

consent untuk menjadi responden.

2) Pemberian kuisioner dilakukan melalui zoho form agar pengisian dapat

dilakukan dirumah dengan dampingan orang tua.

c. Tahap Akhir

1) Memasukkan seluruh data hasil kuisoner ke dalam master tabel.

2) Pengolahan data hasil penelitian.

3.10 Metode Pengolahan Data

a. Editing (Penyuntingan data)

Hasil dari kuesioner harus di lakukan penyuntingan (edit) terlebih dahulu.

Secara umum editing adalah kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut :


36

1) Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan/pernyataan telah dijawab

oleh responden

2) Apakah jawaban atau tulisan cukup jelas atau terbaca

b. Coding (Kode)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Dimana peneliti memberikan kode di setiap kuesioner

yang disebarkan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

1) Kode responden

a) Responden 1 : R001

b) Responden 2 : R002

c) Responden 3 : R003, dst

2) Kode usia menarche :

a) Usia <11 tahun (Dini) :1

b) Usia 11-13 tahun (Normal) :2

c) Usia >13 tahun (Tarda) :3

3) Kode usia menarche ibu

a) Usia <11 tahun (Dini) :1

b) Usia 11-13 tahun (Normal) :2

c) Usia >13 tahun (Tarda) :3

4) Kode penghasilan orang tua

a) ≤ Rp 2.000.000,- (Rendah) :1

b) Rp 2.000.000 – 5.000.000,- (Sedang) :2


37

c) ≥ Rp 5.000.000,- (Tinggi) :3

5) Kode aktivitas fisik

a) Jenis aktivitas fisik

1) Aktivitas ringan :1

2) Aktivitas sedang :2

3) Aktivitas berat :3

b) Frekuensi olahraga

1) Tidak pernah :1

2) Jarang :2

3) Kadang-kadang :3

4) Sering :4

5) Selalu :5

c) Durasi olahraga

1) ≤ 15 menit :1

2) 30 – 45 menit : 2

3) ≥ 1 jam diberi : 3

6) Keterpaparan media

1) Tidak terpapar :1

2) Terpapar ringan :2

3) Terpapar berat :3
38

c. Data Entry (memasukkan data)

Memasukkan jawaban dari setiap responden yang telah diubah dalam

bentuk kode ke dalam program komputer (software) (Wulandari 2019).

Dalam penelitian ini dimasukkan data remaja overweight dan usia menarche.

3.11 Analisis Data

3.11.1 Analisis Univariat


Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk data kategorik

pada penelitian ini dapat berupa distribusi frekuensi dan presentase dari

setiap variabel yang diteliti. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari data

khurus berupa variabel bebas yaitu remaja overweight dan variabel

terikatnya yaitu usia menarche. Serta data umum berupa usia menarche ibu,

penghasilan orang tua, aktivitas fisik, dan keterpaparan media.

Menurut (Arikunto, 2013) kategori interprestasi tabel distribusi

frekuensi dibagi menjadi :

a. 0 % : Tidak satupun

b. 1-25% : Sebagian kecil

c. 26-49% : Hampir setengah

d. 50% : Setengah

e. 51-75% : Sebagian besar

f. 76-99% : Hampir seluruh

g. 100% : Seluruh
39

3.11.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara kedua

variabel yang diteliti. Analisa bivariat bertujuan untuk menganalisis data

yang dapat membuktikan hipotesa. Dalam penelitian ini analisis bivariat

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara remaja overweight dengan

usia menarche. Uji statistik yang digunakan adalah uji Spearman rank

menggunakan komputer. Dasar pengambilan keputusan uji korelasi

Spearman Rank adalah :

a. Jika p value ≤ α (0,05) artinya H0 ditolak atau terdapat hubungan antara

overweight dengan usia menarche.

b. Jika p value > α (0,05) artinya H0 diterima atau tidak terdapat hubungan

antara overweight dengan usia menarche.

c. Kategori hasil koefisian korelasi pada uji Spearman rank adalah sebagai

berikut :

1) 0.00 - 0,199 : Hubungan sangat lemah

2) 0,200 - 0,399 : Hubungan lemah

3) 0,400 - 0,599 : Hubungan sedang

4) 0,600 - 0,799 : Hubungan kuat

5) 0,800 – 1000 : Hubungan sangat kuat

3.12 Etika Penelitian


a. Izin Penelitian

Etika penelitian yand ditempuh penulis secara prosedural yaitu

peneliti meminta surat pengantar dari institusi untuk melakukan penelitian

yang ditujukan kepada Disnaker-PMPTSP Kota Malang, Kementerian


40

Agama Kota Malang dan Kepala MIN 1 Kota Malang untuk mendapatkan

izin penelitian.

b. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan responden merupakan lembar informasi yang

memuat informasi tentang penelitian kepada calon responden sebelum

memutuskan bersedia atau tidak bersedia menjadi subjek atau responden

penelitian. Lembar persetujuan disusun dengan kalimat yang mudah dan

dipahami masyarakat umum yang didalamnya memuat judul penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tahapan penelitian, contact person

penelitian, risiko dan efek samping yang mungkin terjadi, kerahasiaan data

penelitian serta surat pernyataan persetujuan ikut serta dalam penelitian yang

ditandatangani oleh responden dan orang tua responden.

c. Kerahasiaan data (Confidentialty)

Peneliti tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian

berdasarkan data individual, namun data dilaporkan berdasarkan kelompok.

Hal ini adalah tanggung jawab peneliti untuk menemukan suatu metode yang

dapat menjamin tentang kerahasiaan responden.

d. Anonimitas (Anonimity)

Anonimitas atau tanpa nama. Individu yang bersedia berpartisipasi

dalam riset mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa informasi yang

dikumpulkan dari atau tentang subjek penelitian tetap bersifat pribadi dan

tidak mencantumkan nama responden, tetapi hanya diberi kode pada lembar

kuisioner.
41

e. Rekomendasi Persetujuan Etik

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti mengajukan persetujuan layak

etik dan Komisi Etik Peneltian Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

Penelitian ini sudah dinyatakan layak etik dari Poltekkes Kemenkes Malang

dengan normor etik No.427/V/KEPK POLKESMA/2023 pada tanggal 30

Mei 2023.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian

mengenai hubungan overweight dengan usia menarche pada remaja awal di MIN 1

Kota Malang. Hasil penelitian yang akan diuraikan yaitu karakteristik demografi

responden dan hasil analisis penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada 19 februari

– 19 Maret 2023 di MIN 1 Kota Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan

menyebarkan kuisioner kepada 42 remaja yang overweight.

4.1.1 Data Umum

A. Karakteristik Demografi

1. Gambaran Usia Menarche Ibu

Tabel 4.1 Disribusi Usia Menarche Ibu dari Remaja yang Overweight

Usia Menarche ibu f %


Menarche Normal 28 66,7
Menarche Tarda 14 33,3
Total 42 100,0

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu responden

mengalami menarche normal dengan presentase 66,7%.

42
43

2. Gambaran Penghasilan Orang Tua


Tabel 4.2 Distribusi Penghasilan Orang Tua dari Remaja yang Overweight

Penghasilan Orang Tua f %


Sedang 16 38,1
Tinggi 26 61,9
Total 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua

responden memiliki pendapatan tinggi dengan presentase 61,9%. Dalam

penelitian ini, tidak terdapat orang tua responden yang memiliki penghasilan

rendah.

3. Gambaran Aktivitas Fisik


Tabel 4.3 Distribusi Aktifitas Fisik dari Remaja yang mengalami Overweight

Aktivitas Fisik f %
Ringan 8 19
Sedang 20 47,6
Tinggi 14 33,3
Total 42 100,0

Pada tabel 4.4 Menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden

melakukan aktifitas fisik sedang dengan presentase 47,6%.

4. Gambaran Keterpaparan Media

Tabel 4.4 Distribusi Keterpaparan Media dari Remaja yang Overweight

Keterpaparan Media f %
Ringan 12 28,6
Berat 36 71,4
Total 42 100,0

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden terpapar

berat media informasi dengan presentase 71,4%. Keterpaparan media dewasa

kategori ringan berupa tayangan berpegangan tangan, berpelukan, dan


44

berciuman bibir. Sedangkan kategori berat berupa tayangan perabaan dada

atau alat kelamin, menampilkan alat genital dan aktivitas seksual.

4.1.2 Data Khusus

1. Gambaran Remaja yang mengalami Overweight

Responden pada penelitian ini merupakan remaja awal dengan usia 11-

14 tahun, dimana remaja tersebut memiliki berat badan yang berlebih dengan

nilai Z-Score +1 SD sampai dengan +2 SD sebanyak 42 remaja.

2. Gambaran Usia Menarche Remaja

Tabel 4.5 Distribusi Usia Menarche Remaja yang mengalami Overweight

Usia Menarche f %
Menarche Dini 23 54,8
Menarche Normal 16 38,1
Menarche Tarda 3 7,1
Total 42 100,0

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mengalami

menarche dini (<11 tahun) dengan presentase 54,8%.

4.1.3 Hasil Analisis Uji Statistik

1. Uji Normalitas Shapiro Wilk


Tabel 4.6 Uji Normalitas Shapiro Wilk Hubungan Remaja Overweight dengan
Usia Menarche
Statistic df Sig.
Overweight .941 42 .030
Usia Menarche .725 42 .000

Interpretasi hasil uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk

didapatkan nilai signifikasi p=0.030 untuk variabel overweight dan p=000

untuk variabel usia menarche. Dari tabel 4.6 didapatkan p ≥0,05 pada variabel
45

overweight dan p<0,05 pada variabel usia menarche. Dari uji normalitas dapat

disimpulkan persebaran data pada variabel overweight normal dan pada

variabel usia menarche tidak normal, uji parametrik korelasi tidak dapat

digunakan pada uji analisis penelitian ini. Analisis data dapat dilakukan

menggunakan uji alternatif statistik yaitu korelasi Spearman Rank.

2. Uji Korelasi Spearman Rank


Tabel 4.7 Uji Spearman Rank Remaja yang Overweight dengan Usia
Menarche
Overweight Usia
Menarche
Spearman’s Overweight Corelation 1.000 .131
Rho coefficient
Sig. . .408
(2-tailed)
N 42 42
Usia Corelation .131 1.000
Menarche coefficient
Sig. .408 .
(2-tailed)
N 42 42

Berdasarkan output diatas, diketahui nilai signifikansi atau Sig (2

tailed) sebesar 0,408 > 0,05 maka diartikan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara remaja Overweight dengan usia menarche. Dari output uji

korelasi Spearman Rank diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,131, artinya

tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel Overweight dengan usia

menarche adalah 0,131 atau sangat lemah. Angka koefisien korelasi pada

hasil tersebut bernilai positif yaitu 0,131 sehingga hubungan kedua variabel

tersebut bersifat searah (jenis hubungan searah), dapat diartikan bahwa

semakin remaja memiliki berat badan lebih maka usia mengalami menarche

semakin cepat.
46

4.2 Pembahasan
Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali terjadi akibat ovulasi

(pelepasan sel telur) pada permulaan masa menstruasi. Penurunan usia manarche

mencerminkan asupan gizi dan kesehatan umum yang lebih baik. Manarche juga

dipengaruhi oleh perubahan kondisi sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup

manusia terutama pada pemilihan pola makan. Seperti lokasi yang menjadi tempat

penelitian yaitu MIN 1 Kota Malang, dimana lokasi madrasah ini sangat strategis di

tengah perkotaan, dengan kemajuan teknologi digital yang dirasakan oleh para siswa,

guru, dan stafnya. Tidak lepas dari itu, para siswa di MIN 1 Kota Malang juga

memiliki tingkatan sosial ekonomi kelas menengah ke atas, dimana mereka mampu

mengakses berbagai kecanggihan teknologi, misalnya dalam melakukan aktifitas

konsumtif. Aktifitas konsumtif yang seringkali dipilih oleh para siswa yaitu

memutuskan untuk mengkonsumsi makanan cepat saji. Pada penelitian ini, peneliti

juga melihat usia responden saat penelitian dilakukan. Siswi yang berusia 12 tahun

merupakan usia terbanyak yang menjadi responden penelitian. Dikarenakan pada

usia tersebut sebagian responden sudah mengalami menarche dibandingkan pada

anak usia lainnya.

Dari 42 responden yang diteliti sebagian besar responden yang diteliti mengalami

menarche dini yaitu sebanyak 23 anak (54,8%), 16 anak (38,1%) mengalami

menarche normal dan 3 anak lainnya (7,1%) mengalami menarche tarda. Menurut

(Aulya, Kundaryanti, and Rena 2021), seseorang dikatakan mengalami menstruasi

normal pada usia 11-13 tahun. Sehingga apabila seseorang mengalami menstruasi
47

pada usia <11 tahun, maka dikatakan menarche dini dan apabila mengalami

menstruasi >13 tahun maka dikatakan menarche terlambat/tarda.

Rata-rata anak yang mengalami menarche pada penelitian ini berusia 10,62 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kadir, Linardi, and Aditiawati

2019) bahwa beberapa tahun terakhir, pubertas dan menarche terjadi pada usia yang

semakin dini di berbagai negara termasuk Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar

Tahun 2010 menyatakan bahwa 13 tahun merupakan rata-rata usia menarche wanita

di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 menunjukkan rata-rata usia

remaja putri yang sudah mengalami haid di Kota Malang terjadi pada usia 12,72

tahun. Dari penelitian tersebut sebagian besar wanita yang mengalami menarche

sebelum usia 12,72 tahun memiliki berat badan lebih dibandingkan dengan wanita

seusianya yang belum mengalami menarche.

Berdasarkan data yang telah diperoleh menggunakan uji korelasi Spearman Rank

didapati hasil p-value sebesar 0,408 (p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara remaja overweight dengan usia menarche, dan tingkat

keeratan hubungan kedua variabel tersebut sangat lemah. Penelitian ini sejalan

dengan yang dilakukan oleh (Garba, Rabiu, and Abubakar 2018) pada sekolah

menengah pertama di Kano, Nigeria Barat Laut menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan namun usia menarche dan kelebihan berat badan memiliki

hubungan yang linier (searah) dari pengurangan usia rata-rata saat menarche dari

kelebihan berat badan.

Penelitian ini juga senada dengan yang dilakukan oleh (Rianti 2018) di SMP

Muhammadiyah 9 Surabaya, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan


48

signifikan antara kelebihan berat badan dengan usia menarche yang lebih cepat.

Dengan nilai p-value sebesar 0,336 dan signifikansi 0,05, karena p-value lebih besar

dari p-tabel (0,336 > 0,05).

Kelebihan berat tidak berhubungan dengan usia menarche karena berinteraksi

dengan gaya hidup, lingkungan dan genetika. Sekresi hormon leptin yang diturunkan

dari lemak pada wanita menjadi salah satu penyebab stimulasi hipotalamus untuk

meningkatkan sekresi hormon GnRH yang mengaktifkan hipofisis-ovarium dan

memulai masa pubertas. Berat badan bukan menjadi faktor utama yang

mempengaruhi terjadinya menarche, terdapat faktor-faktor lain yang juga

mempengaruhi terjadinya menarche seperti genetik, lingkungan sosial dan ekonomi,

aktivitas fisik dan keterpaparan media.

1. Faktor genetik

Pada penelitian ini tidak terdapat ibu responden yang mengalami menarche

dini, sebagian besar mengalami menarche normal dan sisanya mengalami

menarche lambat. Faktor genetik atau riwayat usia menarche ibu dapat

memengaruhi seberapa cepat anak berkembang. Ini dikarenakan lokus (gen)

yang mengatur hormon esterogen telah diturunkan kepada anaknya. Usia

menarche ibu berkorelasi dengan usia menarche anaknya. Namun, faktor lain

seperti lingkungan keluarga juga dapat mempengaruhi usia menarche anak.

Gaya hidup yang dijalani dan kemajuan teknologi saat ini dapat mempengaruhi

seberapa cepat menarche anak (Rachma and Puspita 2021).

Overweight juga dapat disebabkan oleh genetik, adanya mutasi pada gen

menyebabkan kelainan reseptor otak terhadap asupan makanan yang ditandai


49

dengan kemampuan dalam meningkatkan atau menghambat asupan makanan.

Faktor transkrip gen dapat mempengaruhi pembentukan sel lemak terhadap

status gizi sehingga kelebihan berat badan pada orang tua memberikan resiko

terjadinya berat badan pada anak (Hanani, Badrah, and Noviasty 2021).

Responden pada penelitian ini memiliki Z-Score pada ambang batas +1SD

sampai dengan +2 SD yang dikategorikan memiliki berat badan berlebih atau

overweight. Kekurangan maupun kelebihan nutrisi dapat menimbulkan penyakit

tertentu. Status gizi dapat dipengaruhi oleh pola makan yang tidak tepat dan

konsumsi makanan cepat saji. Makanan bergizi dan berlemak tinggi berasal dari

hewani mengakibatkan kenaikan berat badan pada remaja putri yang

menyebabkan kadar esterogen akan meningkat akibat kolesterol tinggi. Tidak

hanya lemak dari tubuh saja, namun juga dipengaruhi oleh asupan makan dan

tidak adanya penyakit yang melemahkan sistem imun tubuh. Dengan asupan gizi

yang baik dapat mempecepat pembentukan hormon yang dapat mempengaruhi

terjadinya menarche (sari et al. 2019).

2. Lingkungan Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi pada responden yang diteliti berada pada kalangan

menengah keatas. Dari hasil penelitian sebanyak 61,9% berada pada status

ekonomi tinggi dan 38,1% sisanya berada pada status ekonomi sedang. Faktor

sosial ekonomi adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi tingkat

menarche remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Larasati et al. 2019)

orang dengan status ekonomi menengah ke atas lebih mudah mendapatkan

protein hewani dan lemak jenuh yang baik. Menarche dapat dipengaruhi oleh
50

makanan yang mengandung protein pada awal kehidupan. Meskipun tingkat

sosial ekonomi seseorang tidak berdampak langsung terhadap kejadian

menarche, status ekonomi rendah akan mempengaruhi status gizi seseorang

karena mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka.

Tingginya penghasilan orangtua menyebabkan terjadinya peningkatan taraf

hidup yang mendorong adanya perubahan gaya hidup modern yang diikuti

peningkatan daya beli dan pola konsumsi anak. Peningkatan ini menyebabkan

maraknya restoran siap saji modern dan bervariasinya jajanan anak di sekolah

dasar. Makanan cepat saji memiliki kandungan kalori, lemak, gula dan natrium

(Na) tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat.

Nutrisi berpengaruh pada kematangan seksual karena mempengaruhi sekresi

GnRH dan respon terhadap LH untuk sekresi esterogen dan progesteron pada

ovarium sehingga pubertas akan terjadi lebih cepat (Anita and Simanjuntak

2018).

Sosial ekonomi juga menjadi faktor terjadinya stress. Stress merupakan reaksi

psikologis saat mengalami gangguan tuntutan atau tekanan yang tidak sesuai

dengan harapan, baik harapan diri sendiri, orangtua atau dari orang lain. Paparan

stresor dapat menyebabkan kelelahan kognitif, emosional, dan fisik. Terjadiya

menstruasi dikendalikan oleh hormon yang komples, reaksi tubuh terhadap

stress mempengaruhi banyak kadar hormon dan proses metabolisme dalam

tubuh. Stress juga dapat mempengaruhi fungsi hipotalamus yang mengontrol

kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan ovarium. Kelenjar tersebut bekerja sama

dalam mengelola hormon. Oleh karena itu disfungsi ovarium dapat menjadi
51

pusat masalah dengan produksi esterogen, ovulasi atau proses reproduksi

lainnya. Salah satunya yaitu terjadinya menarche dan perubahan siklus

menstruasi (Irshad, Aijaz, and Husain 2022).

3. Aktivitas fisik

Dalam penelitian ini, sebagian besar melakukan aktivitas fisik sedang

sebanyak 47,6%, 33,3% melakukan aktvitas fisik berat dan 19% melakukan

aktivitas fisik ringan. Menurut penelitian (Lugina, Maywati, and Neni 2021)

aktivitas fisik merupakan faktor resiko kejadian overweight. Tubuh akan

menyimpan energi yang berlebih dalam bentuk lemak tubuh. Cadangan lemak

yang menumpuk akibat asupan yang berlebih dan terus-menerus tanpa

diimbangi aktivitas fisik yang cukup akan mengakibatkan overweight.

Aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap penentuan usia menarche, menurut

(Napitululu, Hubaybah, and Halim 2018) kekuatan otot dapat ditingkatkan

melalui latihan yang adekuat, yang terkait erat dengan kematangan seksual.

Aktifitas fisik berat dan asupan makanan yang tidak cukup dapat memperlambat

menarche. Ini terjadi karena produksi progesteron berkurang, yang menunda

kematangan endometrium. Kelelahan dan kehilangan nafsu makan akan

menyebabkan penurunan berat badan jika aktivitas fisik yang berat

dikombinasikan dengan pola makan yang tidak sehat. Jika lemak tubuh

berkurang secara signifikan, metabolisme tubuh akan menurun dan hormon

esterogen akan diproduksi lebih sedikit sehingga menyebabkan amenore (Fitra

hayati 2019).
52

4. Keterpaparan media

Pada penelitian ini, sebagian besar responden terpapar berat media informasi

sebanyak 71,4% dan 28,6% sisanya terpapar ringan. Media informasi yang

ditonton oleh anak juga menjadi faktor eksternal kejadian menarche. Hal-hal

yang berbau pornografi dapat mengakibatkan terjadinya menarche dini.

Rangsangan yang masuk melalui mata dan telinga akan diteruskan ke

hipotalamus untuk memberikan stimulus membentuk gonadotropic releasing

hormon (GnRh) yang merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal

sehingga follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH)

merangsang ovarium untuk mengeluarkan esterogen dan melepaskan ovum.

Esterogen mampu merangsang pertumbuhan payudara karena pada payudara

terdapat reseptor untuk esterogen, terutama pada glandula payudara. Esterogen

juga menyebabkan perubahan organ seks sekunder seperti pertumbuhan rambut,

pembesaran pinggul dan pantat, pertumbuhan vulva dan akhirnya terjadi

perkembangan endometrium di dalam uterus. Pengaruh kemajuan teknologi

menyebabkan informasi lebih cepat diakses dalam berbagai bentuk paparan

media audio visual. Hal ini mendorong remaja untuk mengambil kebiasaan yang

tidak sehat, seperti menonton film yang tidak sesuai dengan usia dan mengakses

internet untuk mendapatkan informasi tentang pornografi melalui ponsel yang

dimiliki (Karmila and Perbata 2022).

Overweight atau kelebihan berat badan juga disebabkan beberapa faktor antara

lain :
53

1. Pola makan

Status gizi yang baik akan dipengaruhi oleh pola makan yang sehat, yang

sesuai dengan kebutuhan, dan pilihan bahan makanan yang tepat. Asupan

makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat

badan dan penyakit gizi lainnya. Sebaliknya, asupan makanan yang kurang dari

kebutuhan tubuh akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap

penyakit. Mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar dan tidak seimbang

dapat menyebabkan keadaan gizi yang lebih buruk, yang meningkatkan risiko

masalah kesehatan terutama penyakit degenerative (Izhar 2020).

2. Aktivitas Fisik

Kurang gerak adalah faktor risiko kedua yang menyebabkan banyak orang

menjadi obesitas. Karena kemajuan dalam teknologi dan informasi, masyarakat

sekarang memiliki banyak fasilitas yang dapat mereka gunakan tanpa

mengurangi aktivitas fisik saat melakukan kegiatan sehari-hari. Mereka tinggal

duduk dan bekerja dengan orang-orang di sekitar mereka, yang dilengkapi

dengan berbagai fasilitas media dan komunikasi. Ada banyak alat rumah tangga

yang secara otomatis mengurangi gerakan tubuh. Orang dapat mengerjakan

tugasnya sambil menonton televisi sambil mengonsumsi banyak makanan

ringan. Akibatnya, mereka tanpa disadari makan terlalu banyak makanan dan

tidak melakukan aktivitas apa pun (Izhar 2020).

3. Genetik

Orang tua yang kelebihan berat badan secara langsung resesif pada

keturunannya karena proporsi sel lemak ibu menurun selama kehamilan.


54

Overweight dapat diturunkan dari sebuah kelompok orang ke generasi

berikutnya. Ini adalah alasan mengapa orang tua yang gemuk sering memiliki

anak yang gemuk juga. dalam menghitung jumlah sel lemak yang ada dalam

tubuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa ibu yang obesitas memiliki

jumlah sel lemak yang lebih besar dan melebihi ukuran normal, yang secara

otomatis akan diturunkan kepada bayi selama kehamilan. Tidak mengherankan

bayi yang dilahirkan memiliki jumlah unsur lemak yang sama. Bila kedua orang

tua mengalami obesitas maka 80% anaknya akan mengalami obesitas, bila salah

satu orang tua obesitas maka kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua

orang tua tidak mengalami obesitas prevalensi menjadi 14% (Izhar 2020).

4. Penghasilan Keluarga

Kelompok populasi tertentu dengan akses yang lebih besar ke makanan

berenergi tinggi (status sosial ekonomi rendah di negara industri dan status sosial

ekonomi tinggi di negara berkembang) memiliki risiko obesitas yang lebih tinggi

daripada rekan mereka. Karena harganya yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan makanan tradisional, konsumsi makanan cepat saji lebih umum untuk

keluarga berstatus ekonomi tinggi. Selain itu, saat ini restoran cepat saji sebagian

besar masih berlokasi di perkotaan. Seperti yang dinyatakan sebelumnya,

pendidikan orang tua berhubungan dengan tingkat pendapatan orang tua.

Pendapatan keluarga yang mendukung kemampuan membeli fast food inilah

yang menyebabkan meningkatnya konsumsi makanan berenergi tinggi

(Qatrunnada 2022).
55

5. Lingkungan

Secara teori, daerah urban atau perkotaan memiliki risiko kelebihan berat

badan lebih tinggi karena makanan tinggi lemak dan gula lebih bervariasi dan

melimpah. Daerah tempat tinggal merupakan faktor risiko obesitas dimana

subjek yang tinggal di perkotaan memiliki risiko 1.358 kali lebih besar untuk

mengalami obesitas. Lingkungan perkotaan seperti akses makanan dan sarana

transportasi diduga mendukung gaya hidup yang mengarah pada obesitas, seperti

kemudahan akses makanan cepat saji dan sarana transportasi yang dapat

menurunkan tingkat aktivitas fisik (Qatrunnada 2022)

6. Durasi Tidur

Remaja yang overweight memiliki durasi tidur yang lebih pendek daripada

remaja yang tidak overweight. Durasi tidur rata-rata remaja overweight adalah

16,1 menit/hari lebih pendek dibandingkan anak non overweight. Berdasarkan

National Sleep Foundation dan penelitian di Australia, anak usia sekolah dasar

biasanya memiliki waktu tidur 10 jam per hari. Remaja yang memiliki durasi

tidur pendek dapat menyebabkan gaya hidup sedentari yang tinggi dan

peningkatan asupan energi, yang mengakibatkan kelebihan berat badan. Durasi

tidur yang singkat dapat meningkatkan rasa lapar, meningkatkan kesempatan

makan, terjadi perubahan termoregulasi, dan meningkatkan kelelahan.

Peningkatan asupan energi yang tidak diimbangi dengan pengeluaran energi

dapat menyebabkan overweight. Peningkatan asupan makanan, terutama

makanan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat. Perubahan ini berhubungan

dengan peningkatan serum ghrelin dan penurunan serum leptin. Kurang tidur (2-
56

4 jam sehari) dapat mengakibatkan hilangnya leptin sebesar 18% dan

peningkatan ghrelin sebesar 28% yang dapat menyebabkan peningkatan nafsu

makan sekitar 23-24%. Maka dapat disimpulkan dari beberapa penelitian bahwa

secara keseluruhan, pengurangan tidur dapat meningkatkan asupan berlebihan

>250 kkal/hari (Qatrunnada 2022)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi overweight dan menarche memiliki

kesaaman. Kedua faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dari hasil uji

koefisien korelasi pada variabel tersebut menunjukkan adanya korelasi positif, yang

berarti semakin berat tubuh remaja atau overweight maka usia menarche akan terjadi

lebih cepat. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif antara overweight

dengan usia menarche meskipun keeratan hubungan tersebut sangat lemah.

Menurut penelitian (Murfat 2022) berat badan berlebih atau overweight dapat

mempengaruhi siklus menstruasi yang memanjang, memendek atau tidak mengalami

menstruasi selama beberapa bulan. Perpanjangan siklus menstruasi disebabkan oleh

lemak tubuh yang berlebih akan menyebabkan peningkatan kadar esterogen yang

akan menimbulkan perpanjangan siklus menstruasi, kadar lemak yang rendah

menyebabkan kadar esterogen yang rendah dan akan menyebabkan infertilitas.

Lemak tubuh juga berpengaruh pada hipotalamus. Berat badan yang lebih atau

kurang akan menyebabkan gangguan pada hipotalamus dalam memberi rangsangan

terhadap hipofisis anterior yang menghasilkan hormon FSH dan LH yang

berpengaruh terhadap terjadinya menstruasi. FSH akan merangsang pertumbuhan

sel telur, sedangkan LH berpengaruh pada pematangan sel telur yang akan meluruh
57

jika tidak dibuahi. Terganggunya hormon tersebut berkaitan erat dengan siklus

menstruasi (Isramilda and Prihadianto 2021).

Penelitian (Pasaribu, Rahayu, and Marlina 2022) menyatakan bahwa overweight

dapat meningkatkan risiko terjadinya PMS yang disebabkan oleh hormon

progesteron dan esterogen yang tidak seimbang. Pada wanita overweight cenderung

terjadi peningkatan hormon esterogen yang mempengaruhi peningkatan hormon

prolaktin dan retensi air serta natriumsehingga menyebabkan edema dan nyeri pada

payudara menjelang menstruasi.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya

a. Tidak mengendalikan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi usia

menarche seperti faktor genetik, lingkungan sosial ekonomi, aktivitas fisik

dan keterpaparan media.

b. Pengisian kuisioner bersifat me-recall sehingga memungkinkan adanya

kesulitan mengingat pada responden yang dapat menjadi bias dalam

penelitian.

c. Sample yang digunakan pada penelitian ini sedikit, sample yang lebih besar

memungkinkan adanya perbedaan dalam hasil penelitian.

d. Populasi pada penelitian ini hanya pada kategori Overweight, kategori yang

lebih lengkap sesuai Indeks Massa Tubuh dapat menghasilkan penelitian

yang berbeda.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperluas kategori populasi

dan sampel penelitian sesuai dengan Indeks Massa Tubuh. Serta peneliti
58

selanjutnya dapat mengendalikan faktor-faktor perancu yang dapat

mempengaruhi variabel terikat maupun variabel bebas terkait seperti faktor

genetik, penghasilan orang tua, aktivitas fisik, keterpaparan media dan

lainnya.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Overweight dengan Usia

Menarche pada Remaja Awal di MIN 1 Kota Malang dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat 15,5% dari 270 siswi remaja awal di MIN 1 Kota Malang yang

berada pada ambang batas Z-Score (+1 SD sampai dengan + 2 SD) atau

Overweight.

2. Terdapat 54,8% remaja mengalami menarche dini, 38,1% mengalami

menarche normal dan 7,1% mengalami menarche tarda. Rata-rata usia

menarche remaja di MIN 1 Kota Malang terjadi pada usia 10,62 tahun.

3. Hasil uji korelasi Spearman Rank yaitu 0,408 dimana hasil tersebut

menjelaskan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak karena signifikansi alpha

>0,005 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara remaja

overweight dengan usia menarche. Berat badan lebih bukan faktor utama

penyebab menarche dini, kelebihan berat badan berineraksi dengan faktor

genetik, lingkungan dan gaya hidup sehari-hari.

5.2 Saran

1. Bagi Responden

Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan siswa dapat menerapkan gaya

hidup yang baik dan mengurangi tayangan dan musik orang dewasa serta

mampu memilih media massa dan konten yang baik.

59
60

2. Bagi Orangtua Responden

Sebagai pendidikan pertama, perlunya memperkenalkan pendidikan seks pada

anak dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Pembekalan secara mental

dan agama yang baik agar anak dapat membentengi diri untuk menjaga agar

tidak tergoda dengan hal-hal yang dilarang agama.

3. Bagi Institusi

Adanya kecenderungan dalam percepatan usia menarche, diharapkan sekolah

dapat mengimbangi percepatan pubertas tersebut dengan memberikan

pendidikan seksual dan konseling mengenai permasalahan kesehatan

reproduksi remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Fatlun Indriani, Sunarto Kadir, and Ramly Abudi. 2022. “Hubungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di MTs Negeri 3
Kabupaten Gorontalo.” Gorontalo Journal Health and Science Community 6 (3),
272–83.

Agustiani, Mia Dwi, Riska Ismawati Hakim, Sunartono Sunartono, and Soerjo Hadijono.
2022. “Stress Remaja Putri Dalam Menghadapi Menstruasi.” Jurnal Keperawatan
Mandira Cendikia 1 (1), 143–149.

Anita, Surya, and Yunida T Simanjuntak. 2018. “Hubungan Konsumsi Junk Food Dengan
Usia Menarche Siswa Sekolah Dasar Di Gedung Johor Medan.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat Unnes. 7 (1).

Ardiansyah, S et al. 2022. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Aceh : Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini. https://books.google.co.id/books?id=RCduEAAAQBAJ.

Ariani, KO. 2019. “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Konsumsi Energi Dan Konsumsi
Serat Dengan Status Overweight Pada Remaja Putri Di Kota Denpasar.”
Undergraduated Thesis. Denpasar : Program Studi Sarjana Terapan Gizi Poltekkes
Kemenkes Denpasar. 1–21.

Aulya, Yenny, Rini Kundaryanti, and Apriani Rena. 2021. “Hubungan Usia Menarche
Dan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada Siswi
Di Jakarta Tahun 2021.” Jurnal Menara Medika 4(1): 10–21.

Ayu Idaningsih,. 2021. Psikologi Kebidanan. Cirebon : Lovrinz.


https://books.google.co.id/books?id=6AlBEAAAQBAJ.

Ekasari, M F. 2022. Latihan Keterampilan Hidup Bagi Remaja. Malang : Wineka Media.
https://books.google.co.id/books?id=9PJvEAAAQBAJ.

Fathin, Annisa Nur, Martha Ardiaria, and Deny Yudi Fitranti. 2017. “Journal of
Nutrition.” 6: 249.

Fitra hayati, Neni. 2019. “Hubungan Asupan Makanan Dan Aktivitas Fisik Dengan Usia
Menarche Pada Siswi Smpn 4 Vii Koto Sungai Sarik Tahun 2018.” Jik : Jurnal Ilmu
Kesehatan 3(1): 48–53.

Fitriany, Julia, Fury Maulina, and Cut Ela Witanti. 2018. “Hubungan Indeks Massa
Tubuh Dengan Usia Menarche Pada Siswi Smp Di Kota Lhokseumawe.”
AVERROUS : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 4(1): 26.

61
62

Garba, Ibrahim, Ayyuba Rabiu, and Idris Sulaiman Abubakar. 2018. “Age at Menarche
and Its Association with Overweight/Obesity among Adolescent in Kano.” Journal
of Medicine in the Tropics 19: 116–22.

Hafidha, Mega. 2020. “Gambaran Kejadian Menarche Pada Siswi Kelas IV, V, Dan VI
Sd Negeri Beji Wates Kulon Progo Tahun 2020.” Undergraduated Thesis.
Yogyakarta : Progam Studi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 10–
23. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4.

Hamzah et al. 2021. Teori Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Aceh : Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.
https://books.google.co.id/books?id=FmBQEAAAQBAJ.

Hanani, Retno, Sitti Badrah, and Reny Noviasty. 2021. “Pola Makan , Aktivitas Fisik Dan
Genetik Mempengaruhi Kejadian Obesitas.” Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai.
14: 120–29.

Hartyningtyas. 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT)


Pada Siswa SMA Marsudinirini Bekasi Tahun 2013.” Jurnal Gizi Indonesia 3: 98–
105.

Herawati, Rika. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Pada
Remaja Putri Di SMP Negeri 8 Tambusai Utara Tahun 2013.” Jurnal Maternity and
Neonatal 1 (3), 132.
http://ejournal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/download/1104/805.

Irshad, Sana, Asiya Aijaz, and Akbar Husain. 2022. “A Study Of Menstruation And
Stress : The Biological And Psychological Overview On Menarche And Menstrual
Disorder.” EPRA : Jurnal Internasional Penelitian Multidisiplin (IJMR) : 85–90.

Isramilda, and Dino Gagah Prihadianto. 2021. “Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Pada Siswi SMA Harapan Utama Batam.”
Jurnal Zona Kebidanan. 11(2): 1–9.
Izhar, M Dody. 2020. “Determinan Kejadian Overweight Pada Wanita Usia Subur Di
Kota Jambi.” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 20(2): 410.

Kadir, Minerva Riani, Felicia Linardi, and Aditiawati Aditiawati. 2019. “Hubungan Usia
Menarche Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Di Kota Palembang.” Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya 6(1): 16–22.

Kamaruddin, I et al. 2022. Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Padang : Get Press
Indonesia. https://books.google.co.id/books?id=psGAEAAAQBAJ.

Karmila, Dany, and Dian Pratama Perbata. 2022. “Hubungan Keterpaparan Media Massa
Dengan Usia Terjadinya Menarche Pada Siswi SMP.” Jurnal Keperawatan 14: 155–
60.
63

Kementerian Kesehatan RI. 2017. “Peraturan Mneteri Kesehatan RI Nomor 28 Tentang


Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.” Jakarta : Kemekes RI. 1–14.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/112080/permenkes-no-28-tahun-2017.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. “Epidemi Obesitas.” Jurnal Kesehatan: 1–8.


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/factsheet-obesitas-kit-informasi-
obesitas.

Larasati, Nenda, F S Sintha, Ni Luh, and Desi Puspareni. 2019. “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Menarche Dini pada Siswi SMP Setia Negara Depok
Tahun 2018.” Jurnal Medika Respati. 14(2): 143–49.

Lugina, Wanda, Sri Maywati, and Neni Neni. 2021. “Hubungan Aktivitas Fisik, Asupan
Energi, Dan Sarapan Pagi Dengan Kejadian Overweight Pada Siswa SMA
Tasikmalaya Tahun 2020.” Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia 17(2): 305–13.

Meni Fuzi Astuti Tanjung, S.S.T.M.K.M. 2022. Kajian Kista Ovarium. Tangerang :
Pascal Books. https://books.google.co.id/books?id=91hcEAAAQBAJ.

Murfat, Zulfitriani. 2022. “Pengaruh Overweight Dan Obesitas Terhadap Siklus


Menstruasi.” Jurnal Mahasiswa Kedokteran 2(5): 359–67.

Mutasya, Fitrah Umi, Edison Edison, and Hasnar Hasyim. 2016. “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Usia Menarche Siswi SMP Adabiah.” Jurnal Kesehatan
Andalas 5(1): 233–37.

Napitululu, Valensia, Hubaybah, and Rd Halim. 2018. “Hubungan Status Gizi dan
Aktivitas Fisik Terhadap Usia Menarche pada Siswi di SDN 47/IV Kota Jambi
Tahun 2018.” Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ). 2(1): 71–80.

Nugraha, Fajar, Riki Relaksana, and Adiatma Y.M Siregar. 2021. “Determinan Sosial
Ekonomi Terhadap Berat Badan Lebih Dan Obesitas Di Indonesia: Analisis Data
Ifls 2014.” Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 5(2): 17–28.
Qatrunnada, Rifdah Dinda. 2022. “Factors That Cause Overweight and Obesity in
School-Age Children and Adult: A Literature Review.” Media Gizi Kesmas 11(1):
318–26.

Pakar Gizi Indonesia. 2016. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi. Jakarta : ECG.

Pasaribu, Irma Hamdayani, Maria Alia Rahayu, and Rina Marlina. 2022. “Overweight
Dan Premestrual Syndrome.” Health Science Growth 7(1): 1–9.

Prasetyo Kusumo, Mahendro. 2020. Buku Pemantauan Aktivitas Fisik. Yogyakarta : The
Journal Living
Pratiwi, Heri, and Rodiani. 2015. “Pengaruh Overweight dan Obesitas Terhadap Siklus
Menstruasi.” Fakumi Medical Journal 4(2): 109–15.
64

Rachma, Widya Siestianing, and Ikha Deviyanti Puspita. 2021. “Hubungan Asupan
Makan , Status Gizi , Dan Usia Menarche Ibu Dengan Menarche Dini Pada Remaja
Putri Di Wilayah Perumahan Bumi Pertiwi 2 , Kabupaten Bogor.” Digital Library
Sebelas Maret University 1(2): 51–59.
Reswari, Amallia Ardana. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) Dengan Usia
Terjadinya Menarche Pada Siswi Sekolah. Undergraduated Thesis. Surakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Rianti, Friska Septa. 2018. “Hubungan Antara Obesitas Dengan Usia Menarche Siswi
SMP Muhammadiyah 9 Surabaya Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Latar Belakang
Timbulnya Dikarenakan Keadaan Adanya Obesitas Ketimpangan Diakibatkan Oleh
Kualitas Kesehatan Yang Berkaitan Dengan Fenomena Obes.” respository unair
Rima Wirenviona, Anak Agung Istri Dalem Cinthya Riris, and Dr. Rr. Iswari Hariastuti.
2020. Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Surabaya : Airlangga University
Press. https://books.google.co.id/books?id=Ssf0DwAAQBAJ.
Sari, Devi Partika, Nurhapsa, erna Magga, and Nurlinda. 2019. “Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Early Menarche Pada Siswi Sekolah Dasar Kelurahan Lapadde Kota
Parepare.” Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan 2(1): 141–55.
Setiawati, Fransiska Sabatini, Trias Mahmudiono, Nadia Ramadhani, and Khairina
Fadiah Hidayati. 2019. “Intensitas Penggunaan Media Sosial, Kebiasaan Olahraga,
Dan Obesitas Pada Remaja Di SMA Negeri 6 Surabaya Tahun 2019.” Amerta
Nutrition 3(3): 142.
Sholicha, M. 2020. “Gmbaran Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche
Pada Siswi Kelas VII SMP Negeri 1 Depok.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53(9): 1689–99.
Sinaga, Sarma Eko Natalia. 2015. “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Menarche Di SMP X Di Rangkabitung.” COPING Ners Journal 3(2): 34–43.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/15683/10501.
Sugiharto. 2012. “Jurnal Kesehatan Masyarakat Unnes.” Jurnal Kesehatan Masyarakat
7(2): 144–50. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas%0AFAKTOR.
United Nations Indonesia. 2021. “Survey of Socio Economic Impact of the COVID-19
Pandemic on SDG Progress in Indonesia.” (April): 1–49.
Utami, Deviani, and Galih Ayu Setyarini. 2017. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Usia 15-18 Tahun Di SMAN 14 Tangerang.”
Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan 4(3): 207–15.
Wijaya, Gede Bagus Rawida, I Made Muliarta, and Padma Permana. 2020. “Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Pada Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Anak Sekolah
Menengah Atas (SMA) Di Kecamatan Buleleng, Bali, Indonesia Tahun 2016.”
Intisari Sains Medis 11(1): 223.

Anda mungkin juga menyukai