Anda di halaman 1dari 21

PELAKSANAAN PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK

MASYARAKAT DI WILAYAH UPT PUSKESMAS BANGLI UTARA


BULAN APRIL 2023

2.1 Pengertian Kelompok Khusus

Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental

maupun sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan

pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan

ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya

sendiri.

Perawatan kelompok khusus adalah upaya di bidang keperawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan kepada kelompok – kelompok individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan dan kesehatan serta rawan

terhadap masalah tersebut yang dilaksanakan secara terorganisir dengan tujuan

meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya, mengutamakan upaya

promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative yang

ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kepada kelompok – kelompok yang

ada dimasyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan

masalah melalui proses keperawatan.

2.2 Tujuan Proses Keperawatan Pada Kelompok Khusus

1. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat

menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak

lain.
4

2. Tujuan khusus

Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam hal:

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai

dengan macam, jenis dan tipe kelompok.

2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi

berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok.

3. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi

berdasarkan rencana yang telah mereka susun bersama.

4. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan

mereka sendiri.

5. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam

pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.

6. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam

rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri.

7. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang

fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat.

2.3 Sasaran

Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi – institusi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan

kelompok khusus dimasyarakat yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui

posyandu yang ditujukan untuk ibu hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok

– kelompok khusus dengan ciri khas tertentu misalnya kelompok usila, kelompok

penderita berpenyakit kusta dan sebagainya.


5

A. Institusi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Terhadap Kelompok Khusus

Lembaga – lembaga sosial kemasyarakatan yang menyelenggarakan

pemeliharaan dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu, diantaranya:

• Panti wreda

• Panti asuhan

• Pusat rehabilitasi anak cacat (fisik, mental, sosial)

• Penitipan balita

Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi

meliputi:

a. Penghuni

Merupakan prioritas utama karena mereka yang rawan terhadap masalah

kesehatan dan umumnya merekalah yang bermasalah baik secara individu maupun

kelompok. Dalam mengatasi permasalahan perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan

lain maupun dengan petugas – petugas terkait.

b. Petugas

Merupakan orang yang setiap berhubungan langsung dengan pelayanan

penghuni panti dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan merekalah yang paling

mengetahui.

c. Lingkungan

Lingkungan mendapat perhatian karena dapat berpotensi menjadi salah satu

mata rantai penyebaran penyakit atau sebab kesakitan.


6

B. Pelayanan Kelompok Khusus Di Masyarakat

Pelayanan kelompok khusus di masyarakat dilakukan melalui kelompok –

kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat, melalui

pembentukan kader kesehatan diantara kelompok tersebut yang telah mendapatkan

pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas, selain itu lahan pembinaan kelompok khusus

masyarakat dapat dilakukan melalui posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan

anak balita serta kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan.

2.4 Klasifikasi Kelompok Khusus

Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan

kebutuhan yang mereka hadapi, diantaranya:

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat

pertumbuhan dan perkembangannya misal:

• Kelp. Ibu hamil

• Kelp. Ibu bersalin.

• Kelp. Ibu nifas.

• Kelp. Bayi dan anak balita.

• Kelp. Anak usia sekolah.

• Kelp. Usia lanjut.

b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan

bimbingan, diantaranya:

• Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS, Peny. Kelamin)

• Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung, Stroke)


7

• Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental, sosial)

• Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit (WTS,

penyalahgunaan obat & narkotika, pekerja tertentu).

2.5 Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya – upaya promotif,

preventif, kuratif, rehabilitative dan resosialitatif melalui kegiatan – kegiatan yang

terorganisasi sebagai berikut:

• Pelayanan kesehatan dan keperawatan.

• Penyuluhan kesehatan.

• Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok,

kader kesehatan dan petugas panti.

• Penemuan kasus secara dini.

• Melakukan rujukan medic dan kesehatan.

• Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat, kader dan

petugas panti atau pusat – pusat rehabilitasi kelompok khusus.

• Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada

petugas panti, kader kesehatan.

2.6 Prinsip dasar

Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok khusus adalah:

• Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus dalam

meningkatkan kesehatan mereka sendiri.


8

• Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan tidak

melupakan upaya kuratif dan rehabilitative.

• Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan secara

konsisten dan berkesinambungan.

• Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan

kelompok sebagai subyek maupun obyek pelayanan.

• Dilakukan diinstitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kelompok khusus dimasyarakat terhadap kelompok khusus

yang mempunyai masalah yang sama.

• Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti, petugas panti,

lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai

masalah yang sama kearah perilaku sehat.

2.7 Tahap – Tahap Perawatan Kelompok Khusus

1. Tahap persiapan

• Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan

jumlah panti atau pusat – pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.

• Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok

khusus terhdap institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

terhadap kelompok khusus dan kelompok khusus yang ada di masyarakat.

• Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti /institusi

melalui pengumpulan data.

• Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat dan diinstitusi


9

• Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan

kelompok khusus di masyarakat dan institusi.

• Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah

dan prioritas masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan

kader kesehatan dan petugas panti

2. Tahap perencanaan

Menyusun perencanaan penanggunangan masalah kesehatan /keperawatan

bersama petugas panti (bagi yang diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat).

Yang manyangkut:

• Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, kriteria hasil).

• Jadwal kunjungan.

• Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.

3. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati bersama,

yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa:

Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti.

• Pelayanan kesehatan dan keperawatan.

• Penyuluhan kesehatan.

• Imunisasi.

• Penemuan khasus dini.

• Rujukan bila dianggap perlu.

• Pencatatan dan pelaporan kegiatan.


10

2.8 Proses Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus

1) Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut

permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat

ditentukan.

5 tahap kegiatan dalam fase pengkajian:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai

masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus

diambil untuk mengatasinya. Komponen pengkajian komunitas terdiri dari:

1). Inti komunitas (core)

a. Riwayat/ sejarah perkembagnan komunitas

Dapat dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas.

Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah bianaan, luas wilayah,

iklim, tipe komunitas (masyarakat rural atau urban). Sambil berbincang-bincang

ajukan pertanyaan berikut kepada anggota masyarakat ; sudah berapa lama anda

tinggal di sisni, apakah ada perubahan daerah ini, siapa orang yang paling lama

tinggal di daerah ini dan mengetahui sejarah daerah tersebut.


11

b. Data demografi dan vital statistic

Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin (orang seperti apa

yang anda lihat ; anak-anak, remaja, dewasa, lansia, laki-laki atau perempuan,

orang yang tidak punya tempat tinggal, orang yang tinggal sendirian), status

perkawinan, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, ras atau suku dan bahasa

yang digunakan. Populasi homogen atau tidak.

Untuk vital statistic uraikan tentang : angka kesakitan, angka kematian, angka

kelahiran, cakupan imunisasi. Tentukan status kesehatan komunitas berdasarkan

kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok

khusus di masyarakat : ibu hamil, pekerja industri, kelompok penyakit kronis,

penyakit menular.

Data dapat diperoleh dengan menanyakan : keluhan yang dirasakan saat ini oleh

komunitas, kejadian penyakit dalam satu tahu terakhir (ISPA, asthma, TB paru,

penyakit kulit, penyakit mata, rematik, jantung, gangguan jiwa, kelumpuhan,

penyakit menahun lainnya)

c. Nilai dan keyakinan

Apakah di daerah tersebut ada mesjid, gereja, candi, pura? Apakah tampak

homogen? Apakah lapangan rumput dipelihara? Apakah ditanami bunga?

Apakah ada tanda seni? Bagaimana budayanya? Bagaimana warisan leluhurnya?

Apakah ada tanda peninggalan sejarah?

d. Etnisitas
12

Apakah anda melihat adanya indikator etnik kelompok tertentu (misal; restoran,

festival)? tanda kelompok budaya apa yang anda lihat?

2). Delapan (8) sub system

a. Lingkungan

Bagaimana kondisi pemukiman masyarakat? Bentuk bangunan (rumah petak,

asrama, paviliun), jenis bangunan (permanent, semi permanent, non permanen),

kebersihan lingkungan sekitar pemukiman, penyediaan air untuk MCK, air

minum, pengelolaan jamban, sarana pembuangan air limbah (SPAL),

pengelolaan sampah, polusi udara, air, tanah, suara, sumber polusi, binatang

peliharaan, batas-batas wilayah (peta wilayah), kondisi geografis.

b. Pelayanan kesehatan dan sosial

Kejadian akut atau kronis?Rumah Singgah?Penyembuhan Tradisional?Apakah

ada klinik, RS, pelayanan para praktisi kesehatan, pelayanan kesmasy,lembaga

kesehatan, pusat kedaruratan, rumah jompo, fasilitas pelayanan sosial (pasar,

took, swalayan) dan kesehatan mental?Adakah sumber yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat diluar daerah tersebut, dimana tempatnya?

c. Ekonomi

Apakah merupakan komunitas berkembang atau miskin? Apakah terdapat

industri, pertokoan, lapangan kerja? Jenis pekerjaan, penghasilan dan

pengeluaran rata-rata perbulan, jumlah pekerja di bawah umur, ibu rumah tangga,

lansia? Kemana warga masyarakat berbelanja? Apakah makanan menggunakan

tanda pemeriksaan kesehatan? Bagaimanakah angka pengangguran?


13

d. Transportasi dan keamanan

Bagaimana warga masyarakat melakukan perjalanan? Kondisi jalan? Jenis

kendaraan pribadi atau umum apa yang biasa mereka gunakan? Apakah terlihat

adanya bus, taksi, sepeda? Apakah ada jalur khusus untuk pejalan kaki?

Apakah keadaan udara dievaluasi? Jenis tindakan kriminal apa yang terjadi?

Apakah masyarakt merasa aman tinggal disana? System keamanan lingkungan,

penanggulangan kebakaran, penanggulangan bencana, penanggulangan polusi

air, udara, tanah?

e. Politik dan pemerintahan

Apakah ada tanda kegiatan politik (misal : rapat, poster)? Partai mana yang paling

mempengaruhi? Apakah masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan ?

bagaimana pemerintahan di daerah tersebut dibentuk (dengan pemilihan atau

calon tunggal)? system pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok

organisasi dalam komunitas?

f. Komunikasi

Adakah tempat khusus bagi masyarakat untuk berkumpul? Apakah masyarakat

mempunyai TV dan radio? Topik apa yang biasanya didengar oleh masyarakat?

Apakah informasi formal dan non formal yang ada? Apakah ada koran? Sarana

umum komunikasi, jenis alat komunikasi yang digunakan, cara penyebaran

informasi?

g. Pendidikan

Apakah ada sekolah disana? Bagaimana kondisinya? Apakah ada badan yang

mengurus pendidikan? Bagaiman fungsinya?bagaimana reputasi sekolah yang

ada? Tingkat pendidikan komunitas? Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal,

informal)? Apa isu utama yang muncul tentang pendidikan? Angka


14
15
16

a. Perhatian masyarakat

b. Prevalensi kejadian

c. Berat ringannya masalah

d. Kemungkinan masalah untuk diatasi

e. Tersedianya sumber daya masyarakat

f. Aspek politis

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti

tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan.

Diagnosa keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :

a. Masalah…..sehat…..sakit

b. Karakteristik polulasi

c. Karakteristik lingkungan (aktual, resiko, potensial)

Dianosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (resiko dan

potensial). Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama :

a. Problem (masalah) : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan

normal yang seharusnya terjadi.

b. Etiologi (penyebab) : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau

keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang

meliputi :

· Perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

· Lingkungan fisik, biologis, psikologis dan sosial


17

· Interaksi perilaku dan lingkungan

c. Sign atau symptom (tanda dan gejala) :

· Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa

· Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

Perumusan diagnosa keperawatan dapat dilakukan dengan cara :

DK = P + E + S

Resiko…(masalah)…(populasi) b.d (kurang pengetahuan) yang

dikarakteristikkan dengan

Contoh diagnosa keperawatan komunitas :

1. Anemia ibu hamil di RT 01 Kelurahan Medokan Kecamatan Semampir Surabaya

sehubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi

ibu selama hamil yang ditandai dengan

• 35,5% ibu hamil mengeluh pusing

• 25% ibu hamil pucat dan lemah

• 71,5% menyatakan kebutuhan makanan selama hamil sama dengan saat

tidak hamil

• Jumlah kader yang aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT,

ada RT yang tidak mau menjadi kader

• 90% bumil tidak mempunyai KMS

• 60% keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru di cuci

• 75% ibu hamil tidak memperoleh informasi tentang kebutuhan gizi ibu

hamil.

2. Resiko timbulnya kenakalan remaja di RT 01 Kelurahan Medokan Kecamatan

Semampir Surabaya sehubungan dengan :


18

• Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan

• Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : jumlah remaja RT 01 83 orang,

2,69%remaja merokok, 0,19% remaja minum-minuman keras, 0,28% main

kartu, 38,8% remaja mengisi waktu luang berkumpul dengan teman sebaya.

Hasil observasi banyak ditemukan remaja berkumpul di gang-gang jalan, dari

hasil wawancara didapatkan cukup banyak remaja yang merokok dan

minum-minuman keras.

3. Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA dan Lain-lain di Kelurahan

Medokan Kecamatan Semampir Surabaya sehubungan dengan kurangnya

pengetahuan masyarakat dalam memlihara lingkungan yang memenuhi syarat

kesehatan ditandai dengan :

• Letak kandang dalam rumah 1,41%

• System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%

• Tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sementara 29,14%

• Jarak septic tank dengan sumber air < 10m 10,8%

• Dll

4. Resiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di

Kelurahan Medokan Kecamatan Semampir Surabaya sehubungan dengan

• F Cakupan imunisasi rendah

• F Jumlah kader kurang

• F Banyaknya drop uot imunisasi ditandai dengan :…………………

5. Potensial peningkatan kesehatan balita di…………sehubungan dengan tingginya

kesadaran ibu terhadap kesehatan balitanya dan ditunjang keaktifan kader dan

petugas kesehatan ditandai dengan :


19

• Hampir seluruhnya balita dibawa ke Posyandu setiap bula (91,14%)

• Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap (86,08%)

• Hampir seluruhnya balita memiliki KMS (92,41%)

• Sebagian besar balita dalam garis hijau (71,23%)

3) Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tinadakan yang akan

dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Rencana keperawatan yang

disusun harus mencakup :

• Perumusan tujuan

1). Terjadi perubahan perilaku masyarakat

2). SMARTS (Spesifik, Measurable/dapat diukur, Attainable/dapat dicapai,

Relevan/sesuai, Time Bound/waktu tertentu, Sustainable/berkelanjutan)

• Rencana tindakan yang akan dilaksanakan

Langkah-langkah merencanakan tindakan

1). Identifikasi alternative tindakan

2). Tetapkan teknik yang digunakan

3). Melibatkan peran serta masyrakat dalam menyusun rencana tindakan

4). Pertimbangkan SDM dan fasilitas yang ada

5). Memenuhi kebutuhan yangh sangat dirasakan masyarakat


20

6). Mengarah pada tujuan

7). Realistic

8). Disusun secara berurutan

• Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan

1). Siapa yang melakukan?

2). Apa yang dilakukan?

3). Di mana dilakukan?

4). Kapan dilakukan?

5). Bagaimana melakukan?

6). Frekuensi melakukan?

CONTOH FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS
Rencana Waktu / Evaluasi
no Dx. Keperawatan Tupan Tupen Sasaran Strategi
kegiatan tempat Kriteria Standar

1 Peningkatan angkaSetelah dilakukanSetelah Kader posyanduKIE 1. Lakukan Minggu III/Psikomotor 1. Terbentuknya

kesakitan padatindakan keperawatandilakukan lansia Pembentukan balai RT 01 posyandu


lansia di RT 01Angka kesakitan padatindakan posyandu lansia lansia

berhubungan lansia dapatkeperawatan 3 2. Lakukan Psikomotor 2. Terbentunys

dengan kurangnyaditurunkan kali kegiatan pelatihan kader


pengetahuan masyarakat kader posyandu posyandu
masyarakat dalam mampu lansia Verbal lansia
memelihara memberikan 3. Berikan
kesehatan lansia perawatan pada penyuluhan
lansia di RT 01 kesehatan lansia
pada pelaksana Psikomotor
posyandu lansia
4. Berikan kenang
kenangan alat
posyandu lansia

4) Pelaksanaan
21

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah

direncanakan yang sifatnya:

a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan

kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.

b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.

c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan

komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat

pencegahan, yaitu:

a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi

sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus

terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan

dini dalam kesehatan keluarga.

b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan

derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan

sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses

penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi

keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.

c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada

tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh:

Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi

untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.


22

Mengadakan posyandu
lansia
Melaksanakan senam Evaluasi struktur :
lansia a). rencana sudah disiapkan 2
minggu sebelumnya
b). rencana dibuat oleh pokjakes
bersama mahasiswa
c). rencana dikoordinir oleh
coordinator kesehatan lansia

Evaluasi proses :
a). posyandu dan senam diikuti
oleh 40 orang dari 51 lansia
b). kegiatan berjalan lancar,
dimulai jam 08.00 berakhir jam
10.00 wib
c). kegiatan dibuka oleh kepala
kelurahan
Evaluasi hasil :
a). para lansia mengatakan
senang mengikuti senam dan
mengharapkan untuk
dilaksanakan sebulan sekali
b). para lansia mengatakan
badan lebih segar setelah
mengikuti senam
23

Anda mungkin juga menyukai