Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

INTERVENSI NON KLINIS

BIDANG:
INTERVENSI NON KLINIS

KELAS:
2017 - A

Oleh

Della Aulia Oktaviani 20170810029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
Universitas Hang Tuah
SURABAYA
2020

SOAL UTS INTERVENSI NON KLINIS


Kasus menggunakan jurnal yang berjudul
“Pemulihan Trauma Berbasis Komunitas: Pengalaman Indonesia dalam Intervensi
Trauma Massal”

1. Identifikasikan permasalahan apa saja yang terjadi pada kasus tersebut


sehingga perlu dilakukan intervensi!
Jawab:
Permasalahan yang terjadi pada kasus ini adalah adanya trauma secara
kelompok masyarakat akibat dari konflik dan pengungsian (refugess) baik sosial
maupun politik antar kelompok di daerah-daerah Indonesia, contohnya pada Aceh,
Sambas, Kalimantan, Maluku, Ambon, Palu, Papua, dan sebagainya. Akibat dari
peristiwa lama tersebut sekitar tahun 1997-2005, konflik tersebut menjadikan
traumatik bagi tiap individu pada masyarakat tersebut apalagi ditambah itu mereka
merasa bahwa itu adalah sebuah ancaman bagi mereka semua baik pada desa
mereka/wilayah mereka. Hal ini karena kefungsian sosial mereka terganggu dalam
keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar tempat tinggal nya. Permasalahan lain
yang terjadi akibat konflik masa lalu ini adalah banyaknya pengungsian di berbagai
kawasan sehingga mengakibatkan adanya konflik baru mengenai permasalahan
penerimaan pengungsian. Konflik tersebut akhirnya berangsur tanpa henti. Berbagai
konflik tersebut juga mengakibatkan banyak masyarakat/penduduk (termasuk anak-
anak) yang harus meninggalkan tempat tinggalnya dan menjadi pengungsi. Hal ini
juga berakibat selain pada sosialnya, pada pendidikan anak-anak juga di semua
peringkat khususnya sekolah SD dan menengah, tidak dapat berhenti meskipun dalam
keadaan darurat dan hal tersebut mengakibatkan kondisi permasalahan secara
psikologis anak-anak tersebut. Akhirnya anak-anak ini mengalami masa gejala
traumatik seperti merasa takut mengalami/menyaksikan peristiwa yang mengancam
jiwa, selalu teringat dan terganggubperistiwa yang menyedihkan serta merasa
bimbang apabila menjumpai peristiwa yang serupa sampai mereka menjadi pribadi
yang mudah curiga.
Dengan adanya permasalahan yang di alami penduduk yang terkenal konflik
lalu tersebut, perlunya dilakukan intervensi untuk menstabilkan kondisi mereka
sebagaimana mestinya. Agar aktivitas mereka dapat terjalin dengan baik dan kembali
normal. Salah satu contoh bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah melakukan
psikoedukasi pada anak-anak mengenai pendidikan ataupun materi pendidikan,
psikoedukasi pada penduduk lain mengenai motivasi untuk tetap melanjutkan
kehidupan setelah adanya konflik, melakukan pelatihan-pelatihan ataupun program
pendampingan pada penduduk tersebut.
2. Apakah tujuan dilaksanakannya intervensi tersebut? Gambarkan secara
mendetil sesuai dengan permahaman Anda dari kasus tersebut!
Jawab:
Tujuan dilaksanakannya intervensi tersebut pada kasus traumatik akibat
konflik masa lalu ini adalah agar dapat mencegah terjadinya masalah psikososial yang
lebih berat dan dapat mengatasi trauma yang sifatnya massal agar tidak
berkepanjangan lagi sehingga intervensi ini dapat membantu mempercepat kefungsian
sosial mereka dalam keluarga dan sekolah maupun lingkungannya, menyesuaikan
secara sosial dan menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya, meningkatkan rasa
untuk saling memberikan dukungan sosial antar anggota kelompok yang partisipasi
dalam intervensi ini, meningkatkan sosial resilience. Sehingga hal tersebut dapat
berefek membantu penduduk menyelesaikan masalah psikologisnya akibat
pengalaman trauma tersebut. Apalagi pada anak-anak yang sangat penting bagi
pendidikannya, sehingga dapat meningkatkan mereka untuk melanjutkan
pendidikannya tanpa perlu merasa takut akibat traumanya.
3. Menurut Anda, mengapa kasus tersebut lebih tepat ditangani dengan
pendekatan intervensi non klinis daripada menggunakan pendekatan intervensi
psikologi klinis? Jelaskan!
Jawab:
Alasan kasus traumatik massal akibat konflik masa lalu lebih tepat ditangani
dengan pendekatan intervensi non klinis daripada menggunakan pendekatan
intervensi psikologi klinis adalah karena pada kasus ini dalam melakukan intervensi
yang lebih berkaitan dengan pendidikan atau pemberian dukungan yang tepat
(supporting) sebagai bentuk pelayanan kesehatan mental mereka akibat konflik yang
menghasilkan traumatik pada mereka yang digunakan secara sistematis dan terencana
untuk mengubah keadaan kelompok/penduduk/masyarakat menju kepada perbaikan
kondisi efek mereka dan mencegah terjadinya penurunan keadaan yang lebih parah.
Program ini pula juga dilakukan tidak dilakukan pada psikolog di bidang klinis,
karena adapula mentor-mentor diberbagai bidang yang dibutuhkan di dalamnya
seperti guru, dan lain sebagainya.
Selain itu, kasus tersebut sifatnya massal yang terjadi pada penduduk di
berbagai kawasan bekas konflik di Indonesia, sehingga lebih mudah jika dilakukan
penangan berbasis secara komunitas (tiap daerah) seperti melakukan psikoedukasi
pada anak-anak mengenai pendidikan ataupun materi pendidikan, psikoedukasi pada
penduduk lain mengenai motivasi untuk tetap melanjutkan kehidupan setelah adanya
konflik, melakukan pelatihan-pelatihan ataupun program pendampingan pada
penduduk tersebu hingga penduduk tersebut dapat mendorong untuk menangani
permasalahan traumatiknya sendiri. Program-program pendampingan dan pelatihan
ini digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pemberdayaan penduduk korban
atau masyarakat agar dapat mencapai performa perilaku yang optimal kembali setelah
adanya konflik yang menimbulkan traumatik padanya. Program ini dimulai dari
psikoedukasi, pendampingan maupun pelatihan dapat diharapkan dapat dilakukan
proses modifikasi perilaku takut mereka akibat konflik tersebut menjadi perubahan
perilaku yang sebagaimana mestinya. Semua program tersebut difasilitasi oleh mentor
sesuai bidang masing-masing agar proses mentoring dapat berlangsung baik yang
berefek baik pada perubahan mereka. Sehingga hal tersebut lebih tepat jika dilakukan
berdasarkan intervensi non klinis.

Anda mungkin juga menyukai