Anda di halaman 1dari 2

Teori konsep belajar Jean Piaget (perkembangan kognitifnya):

1) Intelegensi.

Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikannya secara ketat.
Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis.

Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium ke arah di mana semua struktur
yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan.

2) Organisasi.

Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna
mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem yang lebih
tinggi.

3) Skema.

Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan
kognitif seseorang.

4) Asimilasi.

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau
pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

5) Akomodasi.

Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga cocok
dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan
rangsangan yang ada.

6) Ekuilibrasi.

Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi


adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi
dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.
Proses belajar menurut Albert Bandura (1977)

Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku model dan
berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil/perolehan
belajar seorang siswa. Dalam bukunya sosial learning Theory, Albert Bandura sebagaimana
dikutip oleh Pressly & McCormic (1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan yaitu:

1. Tahap perhatian (attentional processe). Pada tahap pertama ini para siswa/ para
peserta didik pada umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku
model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau
perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian peserta
didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan ontonasi khas seperti menyajikan
pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketikamenyajikan contoh perilaku
tertentu.
2. Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention processes). Pada tahap berikutnya,
informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses, dan
disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam
menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang
dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang
jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
3. Tahap reproduksi (production processes). Pada tahap reproduksi, segala bayangan/
citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan
dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori pada peserta didik itu diproduksi
kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para peseta didik, guru dapat
menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap
misalnya dengan menggunakan sarana post-test.
4. Tahap motivasi (motivation processes). Tahap terakhir dalam proses terjadinya
peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat
berfungsi sebagai reinforcement, ‘penguatan’ bersemayamnya segala informasi dalam
memori para peserta didik yang berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka
yang belum menunjukan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting
penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka.
Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang
yang tidak menguasai materi atau perilaku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai