Heruma Tarwiyati
Program Studi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Gresik
ABSTRAK
Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi cenderung mengalami
stres. Stres tersebut banyak disebabkan oleh sulitnya menentukan
judul, susahnya mencari literatur atau buku acuan serta banyaknya
revisi dari dosen penguji. Ketika stres, seseorang akan segera
melakukan coping, khususnya coping model Problem-Focused
Coping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana
hubungan antara tingkat problem-focused coping dengan tingkat stres
pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan
karakteristik permasalahannya, penelitian ini termasuk dalam
penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
mahasiswa semester genap angkatan 2009 Universitas
Muhammadiyah Gresik yang sedang menyusun Skripsi. Sedangkan
metode pengumpulan data dari kedua variabel menggunakan
kuesioner yang disusun dalam bentuk skala Likert. Untuk mengukur
Tingkat Problem-Focused Coping dan Tingkat Stres dengan
menggunakan pilihan jawaban SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), CS
(Cukup Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Data dari kedua variabel diolah dengan teknik statistik korelasi
Product Moment dengan taraf signifikansi 5 %. Dapat diketahui
bahwa r = -0,109, p = 0,409; p > 0,05. Karena taraf signifikasi p
lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima.
Jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
problem-focused coping dengan tingkat stres.
PENDAHULUAN
Skripsi adalah hasil penelitian mahasiswa yang merupakan mata kuliah yang
harus ditempuh setiap mahasiswa jenjang sarjana (S1) pada akhir program studinya
guna memenuhi persyaratan sebagai Sarjana (Buku panduan akademik Universitas
Muhammadiyah Gresik Tahun 2011/2012, 2011: 64).
Tidak sedikit pula mahasiswa yang takut dan menganggap mengerjakan
skripsi merupakan suatu beban yang berat. Ada juga akhirnya mahasiswa yang
63
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
64
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
peristiwa stres yang sama tidak mengalami masalah apa-apa dan bahkan mungkin
merasa peristiwa itu sebagai sesuatu yang menantang dan menarik (Atkinson,
1993: 336).
Stres terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa tersebut biasanya
dinamakan stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan
respons stres (Atkinson, 1993: 338). Stres merupakan tekanan, tuntutan maupun
kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari berbagai situasi
dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.
Menurut Patel, tingkatan stres terdiri dari beberpa jenis yaitu Too little stress,
Optimum stress, Too much stress, Breakdown stress. Dimana masing-masing
memiliki ciri-ciri fisik maupun mental tersendiri (Patel, 1983: 6).
Dari gejala-gejala stres yang muncul tidak sedikit mahasiswa yang malas
dalam mengerjakan skripsinya, seperti menunda untuk melaksanakan bimbingan
sehingga skripsinya tidak kunjung selesai.
Dalam bukunya Atkinson mengatakan bahwa emosi dan rangsangan fisiologis
yang ditimbulkan oleh situasi stres sangat tidak nyaman, dan ketidaknyamanan ini
memotivasi individu untuk melakukan sesuatu guna menghilangkannya. Proses
yang digunakan oleh seseorang yang menangani tuntutan yang menimbulkan stres
dinamakan coping (kemampuan mengatasi masalah) (Atkinson, 1993: 378).
Ada dua macam coping yang digunakan ketika mengalami stres yaitu strategi
terfokus masalah (problem-focused coping), seseorang dapat memfokuskan
permasalahan yang dialaminya dan mencoba untuk menemukan cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Kedua yaitu strategi terfokus emosi (emotion-
focused coping), seseorang berfokus menghilangkan emosi yang berhubungan
dengan stres seperti menyalurkan kemarahan, menggunakan alkohol atau obat-
obatan serta membicarakan berulang kali betapa buruknya segala sesuatu tanpa
mengambil tindakan untuk mengubahnya.
Strategi terfokus masalah (problem-focused coping) merupakan strategi untuk
memecahkan masalah antara lain menentukan masalah, menciptakan pemecahan
alternatif, menimbang-menimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat,
memilih salah satunya, dan mengimplementasikan alternative yang dipilih. Strategi
terfokus masalah (problem-focused coping) juga dapat diarahkan ke dalam: orang
dapat mengubah sesuatu pada dirinya sendiri dan bukan mengubah lingkungan.
Mengubah tingkat aspirasi, menemukan sumber pemuasan alternative, dan
mempelajari kecakapan baru adalah contoh dari strategi ini. Sedangkan strategi
terfokus emosi (emotion -focused coping) merupakan strategi untuk mencegah
emosi negatif menguasai dirinya dan untuk mencegah mereka melakukan tindakan
untuk memecahkan masalahnya.
Lazarus mengatakan Problem-Focused Coping adalah suatu istilah untuk
strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu
yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya (Santrock, 2002:
566). Jadi disini Problem-Focused Coping lebih cenderung mengatasi stres yang
65
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
dialaminya, karena mereka yakin bahwa hal-hal yang menjadi sumber masalah
masih dapat diubah.
LANDASAN TEORI
Tinjauan Tentang Tingkat Stres
Pengertian Stres
Sarafino mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber daya
sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang (Smet, 1994: 110), sedangkan
Lazarus memberikan definisi stres yang mencakup berbagai faktor yang terdiri
dari stimulus, tanggapan, penilaian kognitif terhadap ancaman, gaya pertahanan,
perlindungan psikologis dan situasi sosial (Hasan, 2008: 77). Dari berbagai macam
definisi tentang stres maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan tekanan,
tuntutan maupun kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari
berbagai situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial
seseorang.
Tingkat Stres
Tingkat stres berasal dari dua kata yaitu tingkat dan stres. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia Tingkat ialah tahap/babak. Sedangkan stres menurut Sarafino
adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari
berbagai situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial
seseorang. Sehingga tingkat stres adalah suatu tahapan kondisi yang disebabkan
oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara
tuntutan-tuntutan yang berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber daya
sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg bahwa tahapan/Tingkat stres sebagai
berikut:
1. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi
tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah
sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman
(bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang.
Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi
tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional,
insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi
tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
4. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak
mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan
66
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
67
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
3) Faktor-faktor Kognitif
Penilaian Kognitif adalah istilah yang digunakan Lazarus untuk
menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam
hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam, atau
menantang dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki kemampuan
untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif.
4) Faktor-faktor Sosial-Budaya
a) Stres Akulturatif
Akulturasi (acculturation) mengacu pada perubahan kebudayaan yang
merupakan akibat dari kontak langsung yang sifatnya terus menerus
antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. Stres akulturatif
(acculturative) adalah konsekuensi negatif dan akulturasi.
b) Status Sosial-Ekonomi
Kondisi kehidupan yang kronis, seperti pemukiman yang tidak
memadai, lingkungan yang berbahaya, tanggung jawab yang berat, dan
68
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
2) Faktor eksternal
a) Tuntutan pekerjaan/ tugas akademik (skripsi)
Tugas akademik (skripsi) yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan
kemampuan individu dapat menyebabkan terjadinya stres.
b) Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya
Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan
lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan
integrasi dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya.
69
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
70
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
2. Perilaku mal-Adaptif
a. Focus and venting of emotion adalah kecenderungan individu untuk
memuaskan diri pada pengalaman distress atau kekecewaan yang
kemudian dikeluarkan semua yang telah dirasakan.
b. Behavior disengagement adalah menurunnya usaha seseorang untuk
menghadapi sumber stres, bahkan menyerah dalam usaha dalam
mencapai tujuan yang terganggu oleh sumber stres.
c. Mental disengagement adalah secara psikologis menyerah menghadapi
situasi stres dan mengalihkan pada suatu aktivitas agar dapat melupakan
masalah.
71
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
72
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
73
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
yaitu skripsi, agar cepat terselesaikan dan segera menyelesaikan pendidikan strata
satu.
METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian Kuantitatif
adalah model penelitian yang dipengaruhi oleh cara bekerja penelitian dalam ilmu
alam yang melakukan pengumpulan data dengan mengukur (Purwanto, 2008: 226).
Berdasarkan tingkat analisisnya, tipe penelitian yang digunakan adalah
Korelasi. Penelitian jenis ini berupaya untuk melihat apakah antara dua variabel
atau lebih memiliki hubungan korelasi atau tidak.
Identifikasi Variabel
1. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:
39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Stres.
2. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2009: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Tingkat Problem-Focused Coping.
Definisi Operasional
Definisi Operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari konsep yang sedang didefinisikan atau “ Mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan
kebenarannya oleh orang lain” (Sarwono, 2006: 66).
Adapun definisi operasional dari penelitian ini yaitu:
1. Tingkat Stres
Tingkat Stres adalah adalah Suatu tahapan kondisi yang disebabkan
oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak
antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari berbagai situasi dengan sumber-
sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.
Patel menjelaskan adanya berbagai jenis tingkat stres yang umumnya
dialami manusia meliputi Too much stress dan Breakdown stress
Peneliti menggunakan hanya dua tingkatan stres saja dikarenakan dua
kondisi diatas menunjukkan keadaan stres seseorang.
Semakin tinggi skor menunjukkan tingginya tingkat stres yang
dialami, sebaliknya semakin rendah skor menunjukkan rendahnya tingkat
stres yang dialami.
2. Problem-Focused Coping
Problem-Focused Coping adalah adalah strategi untuk memecahkan
masalah yang berfokus pada masalah. Adapun indikator-indikator dalam
Problem-Focused Coping adalah: Active coping (coping aktif), Planning
74
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009: 81). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Sampling Insidental yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009: 81). Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswa semester genap angkatan 2009
Universitas Muhammadiyah Gresik yang sedang menyusun Skripsi.
75
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pada tabel korelasi, besarnya koefisien korelasi antara variabel
tingkat problem-focused coping (X) dengan variabel tingkat stres (Y) dihasilkan, r
= -0,109, p = 0,409; p > 0,05. Karena taraf signifikasi p lebih besar dari 0,05, maka
Ho diterima. Berdasarkan hasil analisis diatas mengartikan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat problem-focused coping dengan tingkat
stres.
Karena r = = -0,109 (negatif), maka berarti perubahan pada salah satu variabel
akan diikuti perubahan variabel lain dengan arah yang berlawanan, misalnya satu
variabel mengalami kenaikan akan diikuti oleh penurunan variabel yang lain,
artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier negatif, jika tingkat problem-
focused coping naik, maka tingkat stres turun (dan sebaliknya).
Koefisien determinasi (r²) dari r = - 0,109² = 0,012. Artinya r² = 0, 012 (1,2 %)
menginformasikan bahwa sumbangan tingkat problem-focused coping dengan
tingkat stres sebesar 1,2 %. Sedangkan sisanya 98,8 % dipengaruhi variabel lain
yang tidak diteliti.
Peneliti melakukan wawancara terkait dengan tingkat stres yang rendah
(berdasarkan hasil skor T) kepada responden dan responden mengatakan bahwa
dukungan-dukungan dari orang-orang terdekatlah yang dapat mengurangi stres.
Hasil wawancara menunjukkan sebesar 62,5 % responden mengatakan bahwa
dukungan terbesar di peroleh dari teman dekat. Dukungan diperoleh dari suami
sebesar 12,5 %, dan sebesar 25% dukungan diperoleh dari sahabat-sahabat
terdekat. Dukungan dari teman dekat berupa saran, ucapan-ucapan penyemangat
seperti “Semangat sayang, ayo jalan-jalan setelah skripsi selesai”, ditelfon ketika
sedang bingung, memaksa untuk tetap mengerjakan dengan cara halus, menghibur
ketika sedang bingung, mengingatkan untuk mengerjakan dan bimbingan,
mengantarkan ketika melakukan penelitian, membantu mengerjakan, diajak jalan-
jalan ketika stres. Dukungan dari suami berupa bantuan mengerjakan seperti
mengetik skripsi, serta memberi ucapan-ucapan semangat seperti “Jangan stres
mengerjakan skripsinya, nanti malah tidak selesai dan jangan membuat skripsi
sebagai beban tetapi anggap sebagai perlombaan”. Dukungan dari sahabat berupa
saling bertukar informasi, serta memberikan ucapan-ucapan semangat seperti “ ayo
semangat mengerjakan, ingat September ceria (Wisuda), habis itu kita jalan-jalan
ke luar kota, naik gunung atau ke pantai”. Dampaknya setelah diberikan bentuk-
bentuk dukungan tersebut, kembali semangat untuk mengerjakan skripsi dan stres
hilang perlahan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka coping model emotion-focused
coping juga bisa mempengaruhi stres. Emotion-focused coping (strategi terfokus
emosi) yaitu individu berusaha untuk meminimasi kecemasan melalui penarikan
diri baik mental maupun fisik atau untuk menghindari masalah. Dukungan-
dukungan dari orang-orang terdekat tersebut dapat memperkecil tingkat stres pada
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.
76
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh
dari frekuensi jawaban responden terhadap item-item pernyataan dalam variabel
tingkat problem-focused coping dan variabel tingkat stres. Beberapa saran yang
dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa Skripsi Universitas Muhammadiyah Gresik
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa item pada
variabel tingkat problem-focused coping yang cenderung sedikit dipilih
berada pada indikator / kategori Restrain coping dimana individu
menunggu datangnya kesempatan yang tepat untuk bertindak, dan tidak
memunculkan aksi sebelum waktu yang dirasakan benar-benar tepat itu
tiba. Jadi, memang sudah seharusnya bagi mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi di Universitas Muhammadiyah Gresik hendaknya ketika
mengerjakan skripsi tidak menunggu adanya kesempatan yang tepat untuk
bertindak terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa item pada
variabel tingkat stres yang cenderung banyak dipilih yaitu berada pada
indikator / kategori Breakdown stress (Munculnya Psikosomatis)
diantaranya yaitu sering merasa flu dan sakit kepala bahkan tidak bisa tidur
hingga larut malam karena memikirkan skripsi. Jadi, bagi mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi di Universitas Muhammadiyah Gresik hendaknya
tetap menjaga kesehatan badan ketika periode pengerjaan skripsi, karena
kalau kesehatan terganggu maka akan kesulitan untuk mengerjakan skripsi.
77
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, T. A, dkk. (2007). Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arifin, Z. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendekia.
Atkinson, R. L. (1993). Pengantar Psikologi. Jilid dua (terjemahan). Batam:
Interaksara.
Azwar, S. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2007). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2008). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, H.M.B. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Carver, C.S., Scheier, M.F., & Weintraub, J.K. (1989). Assessing Coping
Strategies: A Theorytically Based Approach. Journal of Personality and
Social Psychology, 56 (2), 267-283.(Online),
(www.psy.miami.edu/faculty/ccarver/sclCOPE .html), diakses pada tanggal
20 Januari 2013.
Cooper, C.L,. Payne, Roy. (Eds). (1991). Personality and Stress: Individual
Differences in the Stress Process. England: John Wiley & Sons Ltd.
Davidson, G. C. (2006). Psikologi Abnormal (Terjemahan). Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
78
Heruma Tarwiyati. Hubungan antara Tingkat Problem-Focused...
79
Jurnal Psikosains. Vol. 6/No.1/Agustus 2013
80