Anda di halaman 1dari 8

Konsep Reinforcement Dalam Aliran Kognitivisme

(Tugas Mata Kuliah Modifikasi Perilaku)

Disusun Oleh

Kelompok 6

1. Komang Elis Aprilyana Sari 20170810024


2. Basmalah Anggun Karomah 20160810016
3. Cici Nirmayunita 20170810053
4. Fenty Suciari D.T 20170810004
5. Fasta Khairina 20160810040
6. Alvin Aditya R 20170810007

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS HANGTUAH

SURABAYA

2019
Soal :

1. Jelaskan apa yang dimaksud reinforcement (penguatan)?


2. Jelaskan apa yang dimaksud positive reinforcement?
3. Berikan contoh kasus dalam pendekatan kognitivisme sertkan positive reinforcement
dan reward yang diberikan.

Jawab :

1) Dalam pendekatan behavioral, menjelaskan bahwa reinforcement adalah merupakan suatu


strategi kegiatan yang membuat perilaku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya
(berpeluang untuk tidak terjadi lagi) pada masa yang akan datang (Skinner dalam Alwisol,
2006). Burden (2003), menjelaskan mengenai reinforcement adalah sebagai suatu kejadian
atau konsekuen yang meningkatkan atau kemungkinan suatu yang segera mengikuti
perilaku tersebut.
Sedangkan dalam pendekatan kognitivisme dapat dijelaska bahwa reinforcement adalah
suatu strategi untuk meningkatkan proses beripikir yang menekankan pada proses belajar
individu sehingga berpeluang untuk terbentuknya perilaku dari hasil proses belajar individu
tersebut.
Tujuan Pemberian Reinforcement (penguatan)
Reinforcement (penguatan) sebagai satu bagian kegiatan dalam proses pembelajaran dan
mempunyai tujuan yang sangat penting. Menurut (Sobry Sutikno 2010:82) disamping
sebagai pendorong bagi individu untuk lebih giat melakukan suatu kegiatan,
Reinforcement (penguatan) juga dapat meningkatkan frekuensi suatu tingkah laku positif
yang ditampilkan oleh individu.
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga prinsip (Sobry Sutikno,
2010:84) yaitu:
1. Kehangatan dan Keantusiasan
2. Kebermaknaan
3. Menghindari penggunaan respon negatif
Teknik Pemberian Reinforcement (Penguatan) Dalam keterampilan dasar mengajar
(Hamid Darmadi, 2010:3), Reinforcement (penguatan) terbagi atas dua Teknik yaitu:
A. Penguatan verbal
Berupa pemberian pemahaman dan dorongan yang digunakan untuk menguatkan
perilaku individu merupakan penguatan verbal yang dapat dinyatakan dalam dua bentuk,
yaitu :
(a) kata kata, contohnya: bagus, good job, tepat
(b) kalimat, contohnya: sudah bagus namun jangan lupa untuk diulang kembali
pelajarannya dan jangan pernah takut mencoba.
B. Penguatan non verbal
a) Penguatan berupa mimik dan gerakan badan (gestural), seperti: senyuman, anggukan,
acungan ibu jari, kadang - kadang disertai penguatan verbal.
b) Penguatan dengan cara mendekati, ialah seperti mendekatnya guru kepada peserta
didik untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pekerjaan atau prilaku
peserta didik. Cara tersebut dapat dilakukan antara lain dengan cara berdiri di samping
peserta didik, duduk disamping peserta didik, berjalan di sisi peserta didik. Seringkali
penguatan ini berfungsi untuk memperkuat penguatan verbal.
c) Penguatan dengan sentuhan. Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaannya
terhadap perilaku, penampilan peserta didik dengan menepuk-nepuk bahu peserta didik,
menjabat tangan peserta didik yang menang lomba. Cara seperti ini disebut dengan
sentuhan. Penggunaan penguatan ini harus dipertimbangkan dengan cermat, agar sesuai
dengan umur, jenis kelamin, latar belakang budaya.
d) Penguatan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Guru dapat menggunakan
kegiatankegiatan atau tugas-tugas yang disenangi peserta didik sebagai penguatan yang
terkait dengan penampilan yang diberi penguatan. Contoh: peserta didik yang berhasil
melakukan suatu kegiatan praktikum, peserta didik diminta untuk membimbing teman
lainnya dalam kegiatan praktikum tersebut.
e) Penguatan berupa simbol atau benda. Berupa simbol, seperti: tanda √ (cek), komentar
tertulis pada buku peserta didik. Berupa benda, seperti lencana, dan benda lain yang
mempunyai arti simbolis.Walaupun penguatan berupa benda dapat dipakai sebagai
insentif yang berguna tetapi sebaiknya jangan terlalu sering, agar tidak terjadi kebiasaan
peserta didik mengharap untuk memperoleh benda sebagai imbalan penampilannya.
f) Penguatan tak penuh. Jika ada peserta didik memberikan jawaban yang hanya sebagian
benar, guru jangan langsung menyalahkannya, tetapi berikan penguatan tak penuh.
Contoh: bila ada peserta didik yang memberikan jawaban sebagian benar, penguatan
guru: ya, jawabanmu sudah bagus, tetapi masih perlu disempurnakan.

Jadwal Penguatan (Schedule Of Reinforcement)


Dalam memanipulasi tingkah laku, yang terpenting bukan hanya wujud dari
reinforcementnya tetapi juga bagaimana pengaturan pemberiannya. Reinforcement yang
diadministrasi dengan cermat memungkinkan kita untuk membentuk tingkah laku. Skedul
pemberian penguatan meliputi:
1. Penguatan Berkelanjutan (Continuous Reinforcement)
Setiapa kali muncul tingkah laku yang dikehendaki diberikan reinforcement. Kalau
reinforcement dihentikan, tingkah laku yang dikehendaki itu dengan cepat
mengalami ekstinsi dan hilang. Pemberian penguatan dapat diatur, tidak kontinyu
tetapi selang-seling, berselang berdasarkan waktu (interval) atau berdasarkan
perbandingan (ratio).
2. Interval Tetap (Fixed Interval)
Pemberian reinforcement dalam waktu yang teratur. Misalnya merpati selalu diberi
makanan setiap 5 menit. Awalnya merpati mematuk makanannya setiap menit,
namun setelah lima kali mematuk, Merpati baru mendapatkan makananya. Lama-
lama merpati enggan mematuk makanan sesudah mendapat makanan, dan baru
mematuk sesuda mendekati 5 menit.
3. Interval Berubah (Variable Interval)
Memberikan reinforcement dalam waktu yang tidak tentu, tetapi jumlah penguatan
yang diberikan sama dengan pengaturan tetap.
4. Perbandingan Tetap (Fixed Ratio)
Mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang
kesekian kalinya.
5. Perbandingan Berubah (Variable Ratio)
Memberikan reinforcement secara acak.

2) Positive reinforcement dalam pendekatan kognitivisme merupakan peningkatan proses


berpikir berdasarkan prinsip frekuensi berpikir yang meningkat karena diikuti dengan
stimulus berpikir yang mendukung sehingga akan mencapai rewarding.

Manfaat dan Kelemahan Positive Reinforcement


Adapun manfaat positive reinforcement menurut Arief (2002: 128), adalah:
a. Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa individu untuk melakukan
perbuatan positif dan bersikap progresif.
b. Menjadi pendorong bagi individu lainnya untuk mengikuti anak yang telah
memperoleh penghargaan baik dalam tingkah laku sopan santun ataupun semangat dan
motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.
c. Seseorang yang menerima ganjaran akan memahaminya sebagai penerimaan terhadap
pribadinya yang menyebabkan merasa tenteram dimana ketentraman adalah salah satu
kebutuhan dari segi psikologi.

Seseorang yang mendapat penghargaan atau hadiah akan merasa senang dan
membuat dirinya merasa diterima dan dihargai oleh orang lain. Sehingga seseorang
akan termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Segala sesuatu yang mempunyai
manfaat pasti mempunyai kelemahan, begitu juga dengan positive reinforcement,
selain mempunyai manfaat juga mempunyai kelemahan. Adapun kelemahannya
menurut Abdullah (2005: 223) antara lain:
a. Pemberian ganjaran yang berlebihan akan membuat seseorang menganggap
kemampuannya lebih tinggi dari orang lain dan cenderung akan merendahkan orang
lain.
b. Umumnya ganjaran membutuhkan alat tertentu serta membutuhkan biaya untuk
menunjang pemberian reinforcement positef serta waktu pemahaman yang lebih lama
untuk menunjang perilaku tersebut.
Oleh karena itu hendaknya haruslah bijaksana dalam memberikan positive
reinforcement kepada individu. Karena terkadang individu mengerjakan sesuatu yang baik
hanya untuk mendapatkan pujian atau ganjaran. Penerapan positive reinforcement juga
harus lebih tepat pemberiannya agar tidak ada rasa iri hati yang timbul oleh individu lain
karena adanya pemberian hadiah sebagai penerapan positive reinforcement.

3) Positif reinforcement dalam pendekatan kognitivisme merupakan peningkatan proses pola


piker dari individu itu sendiri sehingga individu tersebut dapat meningkatkan suatu
perilaku yang diharapkan dari proses belajar yang ia alami. Sedangkan untuk reward sendiri
merupakan suatu timbal balik yang ia terima ketika sudah mampu mengubah pola
berpikirnya sendiri sehingga proses belajarnya pun menjadi optimal dan ia mampu
mendapatkan hadiah yang sesuai dengan yang ingin ia capai.
Perbedaan yang penting adalah bahwa dalam penguatan positif, respon menghasilkan
stimulus (penguat positif), sedangkan pada penguatan negatif, respon menghilangkan atau
mencegah terjadinya rangsangan.
Dalam hal ini positive reinforcement dapat dilakukan melalui
a. Memberikan pemahaman akan perilaku yang ingin ditimbulkan
b. Memberikan contoh untuk mengubah pola piker individu
c. Memberikan feed back agar terbentukan pemikiran yang kreatif pada diri individu
d. Mengajarkan atau menanamkan pengetahuan baru sehingga individu dapat
mengelola pengetahuan tersebut menjadi satu kesatuan.
e. Mengoptimalkan proses belajar dari individu untuk membentuk perilaku yang
diinginkan.
Contoh kasus :
Klien terapi ini adalah anggota tim bola basket Cahaya Lestari Surabaya (CLS Knights)
atau Surabaya Fever yang mengalami cedera sejak Februari 2012 dan telah menjalani tiga
tahapan operasi, dan pada saat sesi terapi berlangsung ia sedang menjalani proses
rehabilitasi/pemulihan dengan metode fisioterapi. Klien memiliki keluhan stres dan sakit
akibat cedera aktivitas latihan ataupun pertandingan. Selain kondisi tersebut, ia terindikasi
mengalami kecemasan dan ketakutan untuk kembali bertanding di lapangan dimana
kecemasan dan ketakutannya itu membuat performanya di lapangan menjadi kurang
maksimal.

Positive reinforcement yang dilakukan menurut teori Piaget

Diberi reinforcement berupa pujian


dan reward ketika ia mampu untuk
Memberikan berani ikut latihan dengan teman-
pemahaman temannya dan mengikuti latihan
bahwa cedera sesuai dengan kondisinya saat itu.
merupakan
musibah yang bisa Altet menerima
Terjadi kesesuaian
dialami oleh siapa pemahaman yang
antara perilaku yang
saja. Setelah itu diberikan SESUAI
diharapkan
memberikan mengenai cedera
latihan khusus merupakan
kepada altet musibah yang bisa
TIDAK SESUAI Mengagendakan
tersebut sehingga dialami oleh
setiap orang rekreasi bersama
altet tidak takut
sehingga dengan teman-teman dalam
dan cemas lagi
demikian ia akan tim basketnya sehingga
ketika melakukan
berani unruk dapat mengubah pola
latihan dengan
latihan kembali. pikirnya menjadi
teman-temannya.
optimis kembali

Meskipun altet tetap takut dan


cemas untuk mengikuti latihan, Atlet mampu
tetapi pelatih dan teman-teman merubah pola
dalam timnya tetap memberikan pikirnya dari
motivasi sebagai dorongan untuk yang awalnya
bermain kembali. takut dan cemas
saat dilapangan
menjadi berani
Daftar Pustaka
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian, edisi revisi. Malang: UMM Press.
Ratna Anissa. 2006. Teori Belajar. Malang : UMM Press

Anda mungkin juga menyukai