LANDASAN TEORI
A. COPING STRESS
1. Stres
a. Pengertian Stres
Stres sudah menjadi bagian konsep teoritis yang sanget penting. Konsep stress
telah diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan (Gifford, 1987). Stres dalam
bentuk apapun adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Setiap orang mengalami
stres secara berbeda dan mungkin tidak menyadari dari mana asalnya atau
2007).
Menurut Manktelow (2007) stres adalah kumpulan hasil respon, jalan, dan
pengalaman yang berkaitan yang disebabkan oleh berbagai stressor atau keadaan
yang menyebabkan stres. Stres dapat dianggap sebagai suatu peristiwa adanya
(Lazarus dalam Lahey 2012). Stres bergantung kepada kognisi yang berhubungan
dengan orang lain dan lingkungannya (Lazarus dalam Pervin & Cervone, 2004).
Stres dipandang sebagai hal yang terjadi ketika individu memandang situasi
13
stressor. Menurut tokoh lain stres diartikan sebagai pengalaman negatif yang
disertai dengan emosi, fisiologis, biokimia dan perilaku yang dapat diprediksi
(Baum, 1999).
perubahan fisiologis, yang sangat jelas dari ini adalah “fight or flight” melawan
atau menghidari terhadap situasi stres. Stres akut mengakibatkan individu merasa
bahwa jantung akan berdetak lebih cepat dan tangan yang berkeringat. Hasil dari
stres jangka panjang adalah perubahan kronis pada fisiologis (Gibbons & Tim,
1998). Stres terbentuk dari berbagai hal (Manktelow, 2007). Ada dua model dasar
stres yang mendominasi. Salah satu menekankan respon fisiologis yang lain
psikologis telah lama dipelajari oleh Lazarus (1966) yang menekankan peran
penilaian kognitif, upaya individu untuk menilai situasi yang serius dan mengatasi
psikologi dan sumber dayanya yaitu biologis, psikologis dan sistem sosialnya.
Stres bukan hanya sebuah stimulus atau respon melainkan sebuah proses ketika
seseorang merupakan agen aktif yang dapat mempengaruhi dampak dari stressor
Kondisi stres memiliki dua komponen yaitu fisik yang melibatkan jasmaniah atau
Dengan demikian dapat dapat disimpulkan bahwa stres adalah respon individu
Dalam penelitian ini, lanjut usia yang menjadi penyintas erupsi Gunung
tidak mengetahui kapan Gunung Sinabung akan berhenti erupsi serta merasakan
kerinduan akan rumah. Peneliti juga melihat bahwa lanjut usia harus tinggal
dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih dan tidak adanya pembatas antara
lanjut usia dan anak-anak. Hal ini membuat lanjut usia mengalami stres yang
ditunjukkan oleh beberapa gejala seperti selera makan yang menurun, tekanan
darah naik, sulit tidur, migran, jantung yang berdetak lebih cepat, kondisi fisik
yang terus-menerus sakit, menarik diri dari teman, sering melamun dan merasakan
kebingungan.
b. Gejala-gejala Stres
Menurut Vlinside, Eddy dan Mozie (dalam Rice 1998) secara umum gejala
keluarga, kehilangan nafsu makan dan tenaga, emosi yang meledak dan
kehilangan kontrol
4. Gejala fisik : keadaan fisik lemah, migran dan kepala pusing, sakit
2. Coping Stress
Ketegangan emosional dan fisik yang menyertai stres menimbulkan rasa yang
situasi stres. Ada berbagai cara yang berbeda dalam menghadapi situasi yang ada
(Sarafino, 2011).
Coping stress berarti upaya yang dilakukan oleh individu untuk menghadapi
sumber stres dan mengendalikan reaksi tersebut (Lahey, 2012). Coping juga dapat
disebut sebagai proses mencoba untuk mengolah tuntutan yang dibuat oleh
peristiwa stres yang dinilai melebihi sumber daya seseorang (Lazarus & Folkman
dalam Sarafino, 2011). Upaya ini dapat berorientasi pada aksi dan interpsikis;
meminimalkan tuntutan lingkungan yang stres (Lazarus & Launier dalam Taylor
& Annette, 2007). Coping dalam definisi ini menunjukkan bahwa cara mengatasi
stres sangat bervariasi dan tidak selalu mengarah pada solusi dari masalah.
atau menghidari situasi (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Sarafino, 2011).
Coping dapat membantu dalam proses mengatasi stres. Cara mengatasi stres
Sumber daya dalam mengatasi stres termasuk optimisme, rasa penguasaan, harga
diri dan dukungan sosial. Sumber daya akan mempengaruhi proses coping yang
dan ditandai dengan penghindaran seperti penarikan atau penolakan. Upaya dalam
melakukan coping mungkin akan adaptif atau maladaptif dan bentuk dari proses
Dalam penelitian ini, lanjut usia yang menjadi penyintas erupsi Gunung
Sinabung merasakan stres yang ditunjukkan dengan beberapa gejala, tetapi lanjut
disebabkan oleh Gunung Sinabung. Lanjut usia memiliki beberapa cara untuk
mengatasi hal tersebut seperti mengayam, menari atau biasa disebut juga dengan
landek, bekerja dan memasak. Peneliti juga melihat bahwa lanjut usia melakukan
beberapa upaya untuk mengatasi stres seperti berkumpul dengan pengungsi lain,
Menurut Lahey, 2012 ada beberapa strategi coping yang dilakukan individu
a. Effective Coping
Metode ini efektif untuk mengatasi baik menghapus stres atau mengontrol
reaksi seseorang
1. Removing Stress
Salah satu cara efektif untuk menangani stres adalah menghapus sumber
mengenai apa yang menjadi sumber stress sesungguhnya. Apabila individu tidak
2. Cognitive Coping
stres. Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi stres adalah reappraisal
atau melakukan penilaian kembali. Hal ini mengubah atau menafsirkan cara
berfikir tentang peristiwa stres yang mendorong kehidupan seseorang atau dapat
Ketika sumber stres tidak dapat dihapus atau diubah, pilihan lain yang
b. Ineffective Coping
Banyak upaya individu untuk mengatasi stres tidak efektif, mungkin akan
tidak memberikan solusi jangka panjang dan bahkan dapat membuat masalah
lebih buruk. Tiga yang umum tetapi tidak efektif, strategi untuk mengatasinya
1. Withdrawal
atau lari dari kenyataan atau menarik diri. Hal ini hanya akan menghilangkan stres
2. Aggression
Ketika individu dihadapkan dengan situasi frustasi atau situasi stress maka
aggression adalah tindakan agresif yang merupakan reaksi terhadap situasi stres.
3. Self medication
Ketika individu dihadapkan dalam situasi stres dan merasakan coping stres
tidak efektif, maka mereka berfokus kepada penggunaan tembakau, alkohol dan
obat-obatan untuk meredam reaksi emosi terhadap situasi stres. Bagi sebagian
tidak menghilangkan penyebab dari stres atau bahkan sering sekali menciptakan
masalah-masalah baru.
4. Defence mechanism
merasa tidak nyaman. Ketika situasi yang membuat stres datang, maka secara
lahiriah individu akan membuat suatu pertahanan agar kondisi dirinya tetap
nyaman. Dalam hal ini penggunaan pertahanan lebih kepada yag bersifat negatif
Ada beberapa faktor sumber daya yang mempengaruhi coping stress, baik
sumber daya dari dalam diri individu (internal) maupun sumber daya dari luar diri
a. Personality (Kepribadian)
yang menekan atau peristiwa stres. Hal ini dapat berupa self esteem, self
a. Dukungan Sosial
oleh individu yang berasa dari orang lain. Dukungan dapat diberikan oleh
b. Materi
c. Tingkat Pendidikan
lingkungan agar dapat mengatasi situasi atau peristiwa yang menyebabkan stres
atau tekanan baik fisik maupun psikologis. Coping yang dilakukan individu ketika
menghadapi situasi stres dibagi menjadi dua yaitu : (1) effective coping
mengontrol sumber stres. Effective coping dibagi menjadi tiga yaitu : (a) removing
stress merupakan cara individu mengatasi stres dengan menghapus sumber stres,
(b) cognitive coping merupakan cara individu mengatasi stres dengan melakukan
ineffective coping tidak memberikan solusi jangka panjang atau bahkan membuat
masalah menjadi lebih buruk. Ineffective coping dibagi menjadi empat cara yaitu:
dihadapkan dengan situasi frustasi, (c) self medication merupakan indivdu lebih
dengan situasi stres. Adapun faktor yang mempengaruhi coping stress adalah
sebagai berikut: (1) kepribadian, (2) dukungan sosial, (3) materi dan (4) tingkat
pendidikan.
Bencana alam merupakan peristiwa yang relatif jarang terjadi. Bencana alam
terjadi secara dramatis dan memberikan kesan yang tidak menyenangkan bagi
individu. Bencana alam sulit untuk diartikan, bukan karena kita tidak tahu apa
sebenarnya bencana tetapi karena kriteria yang sulit untuk ditentukan. Bencana
alam disebabkan oleh kekuatan alam dan tidak berada dibawah kendali manusia
(Gifford, 1986).
Bencana alam dapat dikatakan sebagai kejadian atau peristiwa yang terjadi
secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Bencana alam juga merupakan
dari masyarakat yang terkena dampak. Besarnya dampak dari bencana alam
adalah terganggunya fungsi individual, grup, organisasi dan tidak dapat berfungsi
seperti semula (Rubonis & Bickman, 1991 dalam Ursano & Norwood, 2003).
Penelitian ini akan membahas tentang bencana alam erupsi Gunung Sinabung.
Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ketinggian dari gunung
ini adalah 2.451 meter diatas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi di
kesuburan yang diberikan gunung ini membuat masyarakat bercocok tanam sayur-
Pada tahun 2010, Gunung Sinabung mendadak aktif kembali dan meletus
setelah gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Letusan gunung
mengeluarkan asap, abu vulkanik dan lava. Letusan tersebut menutupi ribuan
hektar lahan pertanian masyarakat dibawah radius enam kilometer dan terancam
gagal panen. Status gunung dinaikkan menjadi status awas dan lebih dari 12 ribu
Gunung kembali meletus pada tahun 2013 dan terjadi sebanyak 4 kali letusan.
Status gunung dinaikkan ke Siaga (level 3), diturunkan menjadi Waspada (level 2)
pada 29 September 2013 dan kembali dinaikkan kelevel tertinggi yaitu Awas
terus meningkat dan berpotensi terjadinya guguran jubah yang diikuti awan panas
(Teran, 2014).
mengeluarkan asap kawah dan dinyatakan pada Awas (level 4). Gunung Sinabung
terus menunjukkan aktivitas yang tidak tahu kapan akan berhenti. Masyarakat dan
(KaroKab, 2017).
salah satu gunungapi yang tertinggi di Sumatera Utara. Gunung Sinabung secara
kabut asap yang merusak pemukiman, lahan pertanian warga yang tinggal
disekitarnya. Erupsi Gunung Sinabung menjadi salah satu bencana yang dapat
dikatakan sebagai bencana yang memiliki jangka waktu yang lama dan tidak
C. LANJUT USIA
Proses menua (aging) adalah proses yang dialami oleh setiap manusia.
Hurlock (1991) usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Usia 60 biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan lanjut
usia. Usia 60 sebagai usia pensiun dalam berbagai urusan, sebagai tanda mulainya
lanjut usia. Tahap terakhir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi lanjut
usia dini yang berkisar antara usia 60-70 dan lanjut usia yang mulai pada usia 70-
akhir kehidupan seseorang. Orang dalam usia 60-an biasanya digolongkan sebagai
usia tua yang berarti antara sedikit lebih tua atau setelah madya dan lanjut usia
setelah mereka mecapai usia 70, yang menurut standar beberapa kamus berarti
makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan
kejayaan masa mudanya. Pada masa ini akan ditandai dengan perubahan fungsi
tersebut menentukan lanjut usia dapat melakukan penyesuaian diri secara baik
atau buruk.
tahap terakhir atau periode penutup dari rentang kehidupan yang ditandai dengan
Lanjut usia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Menurut
Pemunduran pada lanjut usia sebagian datang dari faktor fisik yang
Selain itu, pemunduran lanjut usia juga datang dari faktor psikologis yaitu
sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan
Orang yang lanjut usia melakukan segala apa yang dapat mereka
muda. Hal ini dilakukan untuk menutupi bahwa mereka belum lanjut usia.
Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lanjut usia
menyenangkan.
berikut:
a. Perubahan Fisik-biologis
berkurangnya fungsi alat indera dan sistem saraf seperti penurunan sel dan
Perubahan ini dapat dilihat ketika lanjut usia merada tidak percaya diri
b. Perubahan Psikis
c. Perubahan sosial
sosial yang banyak pada lanjut usia mempengaruhi baik buruknya kondisi
Gunung ini menunjukkan aktivitas pada tahun 2010 hingga 2017 setelah
sebelumnya tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600 (Islahudin, 2016).
Erupsi tersebut mengeluarkan awan panas yang menutupi sejumlah tempat tinggal
pengungunsian salah satunya adalah kelompok lanjut usia. Jumlah lanjut usia
yang mengungsi sekitar 2.411 orang (Mandailing, 2014). Kelompok lanjut usia
yang mengungsi harus tidur berdesak-desakan dan tidak adanya pembatas antara
lanjut usia dan anak-anak, hal ini membuat pola tidur para lanjut usia sangat
terganggu. Kebutuhan yang diberikan untuk lanjut usia juga masih kurang
(Martha, 2015).
sangat memprihatinkan dan lanjut usia harus bekerja sebagai buruh petani untuk
posko yang tida terjaga kebersihannya dan bantuan yang semakin lama semakin
erupsi gunung yang secara terus menerus menunjukkan aktivitas dan tidak tahu
kapan akan berhenti. Tekanan yang dirasakan lanjut usia ditandai dengan
beberapa gejala fisik seperti sulit tidur, tekanan darah naik, menurunnya selera
individu yang berada pada tahap terakhir atau tahap penutup dari rentang
kehidupan dengan batas usia 60 keatas. Lanjut usia memiliki lima ciri yaitu: (1)
lanjut usia merupakan periode kemunduran, (2) perbedaan individu pada efek
menua, (3) usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda, (4) menua membutuhkan
perubahan peran, (5) penyesuaian yang buruk. Tiga perubahan yang dialami oleh
lanjut usia yaitu: (1) perubahan fisik-biologis, (2) perubahan psikis dan (3)
perubahan sosial. Adapun tiga tugas perkembangan lanjut usia adalah (1) lanjut
suami atau istri, (2) perbaikan dan perubahan peran, (3) lanjut usia perlu
dan tidak adanya pembatas antara anak-anak dan lanjut usia. Lanjut usia penyintas
gejala seperti sulit tidur, tekanan darah meningkat, selera makan yang menurun
GUNUNG SINABUNG
Coping stress merupakan cara seseorang untuk keluar dari situasi atau kondisi
stres yang dialami. Anna dan Sami (2009) memberikan makna coping sebagai
mengolah tuntutan internal maupun eksternal yang dinilai berat atau melebihi
terhadap bencana salah satunya adalah kelompok lanjut usia. Kerentanan lanjut
usia dalam situasi bencana diakibatkan karena kondisi fisik dan psikologis yang
manusia dimana semua orang akan menjalani hidup dengan tenang dan damai
serta menikmati masa pensiun dengan anak dan cucu. Lanjut usia dimulai dari
perubahan mulai dari fisik, psikologis dan sosial (Hurlock, 1991). Perubahan-
perubahan yang dialami menuntut lanjut usia untuk dapat menyesuaikan diri
para lanjut usia seperti lingkungan yang tidak bersih, tidur bersama dalam satu
ruangan, tidak ada pemisah antara lanjut usia dan anak-anak dan makan yang
tidak bergizi diposko pengungsian serta tidak dapat bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Lanjut usia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut dengan kondisi fisik dan psikologis yang semakin menurun
Ketika berada dalam situasi yang menekan, individu memiliki cara untuk
mengatasi tekanan tersebut yang disebut dengan coping (Lazarus & Folman dalam
Sarafino 2011). Coping menunjukkan usaha dan perilaku yang dilakukan individu
membantu individu untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan dapat
menguasai situasi tersebut. Menurut Lahey (2012) coping stress terbagi menjadi
dua strategi yaitu effective coping dan ineffective coping. Effective coping dapat
diartikan sebagai cara yang efektif untuk mengatasi baik menghapus stres dan
bahkan dapat membuat masalah lebih buruk lagi. Begitu juga halnya dengan
lanjut usia yang berada diposko pengungsian. Mereka harus beradaptasi dan
dan kogntif yang semakin menurun. Berbagai cara efektif yang dilakukan oleh
para lanjut usia seperti menyibukkan diri dengan menenun, menyontil atau
agar dapat menyesuaikan diri diposko pengungsian. Cara atau coping yang
perasaan tertekan dan mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut. Cara tersebut
STRESSOR
Tugas Perkembangan
Stres
1. Perilaku
2. Emosi
3. Kognitif
Effective Ineffective 4. Fisik
Coping Coping