Anda di halaman 1dari 135

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

PADA LANSIA YANG MASIH BEKERJA

BIDANG:
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

DOSEN PEMBIMBING:
Puri Aquarisnawati, S.Psi., M.Psi

Disusun Oleh
Della Aulia Oktaviani 20170810029

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Usia lanjut merupakan periode akhir kehidupan yang identik dengan
perubahan yang bersifat menurun dan merupakan masa kritis untuk
mengevaluasi kesuksesan dan kegagalan seseorang menghadapi masa
kini dan masa depan (Hurlock, 2012).
Menurut Hurlock (2012), masa lansia dimulai dari umur 60 tahun
sampai meninggal dunia yang ditandai dengan adanya berbagai
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis serta semakin
menunjukkan penurunan dalam setiap perubahan. Individu telah
menjadi lanjut usia dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik, mental age,
dan chronologiccal age (Pratiwi & Sanudro, 2017). Tugas-tugas
perkembangan pada masa lansia mengalami perubahan seiring dengan
adanya penyesuaian dengan peran baru baik secara pribadi maupun
dalam masyarakat. Perubahan-perubahan dalam kehidupan lansia
umumnya berpotensi pada munculnya tekanan hidup karena stigma
menjadi tua dianggap sebagai usia yang dikaitkan dengan kelemahan,
ketidakberdayaan, dan rentan terhadap penyakit.
Masa lansia merupakan masa dimana beristirahat atau tidak
melakukan kegiatan memberatkan seperti pekerjaan rumah dan
mengurus diri sendiri apalagi harus menafkahi hidupnya melainkan
lansia sudah seharusnya hanya menikmati masa hidupnya setelah
pensiun. Namun, peneliti menemukan beberapa fenomena dimana
individu yang memasuki masa lansia masih berusaha bekerja. Salah
satu fenomena yang ditemukan oleh peneliti adalah subyek lansia
perempuan dan laki-laki yang masih bekerja setelah masa pensiunnya.
Kedua subyek ini bekerja sebagai pekerja pembuat batik di salah satu
kampung daerah Sidoarjo. Berdasarkan data prasurvey peneliti kepada

2
subyek melalui wawancara salah satu pekerja lansia wanita di sana,
antara lain.
“Sebenarnya aku itu pengen mbak dirumah aja, tapi ya ngono. Aku
engkok nggak isok mangan. Tapi pas mlebu kerjo ndek kene, sekitar
4 tahunan, aku dadi semangat. Soale enak ae mbak nggawe batik.
Penghasilane yo lumayan. Aku dadi isok ngelatih mbiyen aku mesti
nggawe batik ambek ibuku. Mbiyen sempet mbak aku nganggur.
Ya...akhir e dapet kerjo iki. Mbiyen aku kerjo nang pabrik tapi ga
nduwe pensiun. Yo wis kerja nang kene ae. Dadi yo dijalani ae, tapi
ya ngono kadang awak iku pegel kabeh. Pengen istirahat dirumah
ambek keluarga.”
Adapula prasurvey wawancara oleh peneliti kepada subyek lansia
laki-laki yang juga bekerja disana, antara lain:
“Aku wis kerjo iku ket tahun aku sik umur 55 mbak. Wis suwi sak
marine metu teko bengkel soale jarene aku wis ketuwek en dadine
kudu metu terus ga onok gaji pensiun akhir e sempet ngganggur
beberapa bulan. Terus kerjo nang kene sampek aku wis tuwek.
Awale gaisok mbak, tapi di ajari ambek sing nduwe akhire dadi isok.
Soale nek aku nggak kerjo neng kene, aku diuripi ambek sopo mbak.
Keluargaku wis gatau muleh soale. Dadi uripku tergantung ambek
pekerjaan iki.”
Dari hasil wawancara prasurvey tersebut membuktikan bahwa masih
ada lansia yang terpaksa bekerja karena ekonomi dan tidak memiliki
hasil pensiun dikarenakan dalam pekerjaannya terdahulu bukanlah
pekerjaan yang memiliki tunjangan pensiun. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap kualitas hidup lansia pada kesejahteraan psikologisnya.
Martinez (2012) mengungkapkan kualitas hidup merupakan elemen
penting dalam pembentukan Psychological Well-Being dalam diri
seseorang. Dalam kualitas hidup lansia pula juga dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan yang dialaminya. Hal ini sangat berpengaruh
pada kesejahteraan psikologis yang dimiliki oleh lansia maupun lansia
yang bekerja.
Ryff (1989) juga mendefinisikan Psychological Well-Being sebagai
sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap
diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur
lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan
hidup dan membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha

3
mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menurut Ryff (1989),
Psychological Well-Being merupakan salah satu tipe dari Well-Being
yang terdiri dari enam elemen yaitu Penerimaan diri (self acceptance),
Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others),
Otonomi (autonomy), Penguasaan lingkungan (environmental mastery),
Tujuan hidup (purpose in life), Pertumbuhan pribadi (personal growth).
Peneliti melakukan penelitian ini berdasarkan tinjauan dari beberapa
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Choiruddin (2019)
menunjukkan bahwa ke 5 reponden memiliki kondisi Psychological
Well-Being baik dilihat dari terpenuhinya aspek-aspek dalam
Psychological Well-Being yaitu penerimaan diri, otonomi, pertumbuhan
individu, hubungan positif dengan sesama, penguasaan terhadap
lingkungan, dan tujuan hidup. Kelima reponden memandang dirinya
sebagai individu yang masih memiliki kemampuan dalam bekerja telah
memasuki usia lanjut dan tetap semangat dalam bekerja. Tiga dari ke-5
reponden merasa bahagia dan antusias dalam melakukan pekerjaannya.
Faktor kondisi Psychological Well-Being ditemukan 2 dari ke-5
reponden yaitu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sedangkan
3 reponden lain tidak memiliki aktivitas lain selain bekerja. Kemudian
ke-5 reponden juga memiliki hubungan baik dengan rekan kerja
maupun tetangga, selain itu ke-5 reponden memiliki tujuan yaitu ingin
keluarga berkecukupan, ingin tetap bekerja, berwirausaha, mendekatkan
diri kepada Allah, memperbaiki kewajiban beribadah (Choirrudin,
2019).
Berdasarkan pemaparan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian pada lansia yang masih bekerja serta ingin
mengetahui bagaimana dimensi-dimensi Psychological Well-Being
pada lansia yang masih bekerja tersebut?

4
I.2. Fokus Kajian Penelitian
Fokus penelitian yang dilakukan peneliti adalah fokus penelitian
yang merujuk pada permasalahan yang telah teridentifikasi. Berikut
adalah fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Mengenai memahami dan mendiskripsikan dimensi-dimensi
Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih Bekerja,
menurut Ryff (1989), Psychological Well-Being terdiri dari
enam aspek yaitu Penerimaan diri (self acceptance), Hubungan
positif dengan orang lain (positive relations with others),
Otonomi (autonomy), Penguasaan lingkungan (environmental
mastery), Tujuan hidup (purpose in life), Pertumbuhan pribadi
(personal growth).

I.4. Tujuan Penelitian


Adapula tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang
Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih Bekerja, diantaranya
sebagai berikut.
1. Untuk memahami dan mendeskripsikan tentang dimensi-
dimensi Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih
Bekerja

I.5. Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini,
diantaranya sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dalam
bidang psikologis klinis terkait Psychological Well-Being pada
Lansia yang Masih Bekerja.

5
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi penelitian ilmiah bagi:
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan kepada mahasiswa mengenai gambaran
dimensi-dimensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih
Bekerja.
b. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah
Surabaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
penjelasan serta informasi bagi Fakultas terkait
Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih
Bekerja.
c. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan bagi
peneliti selanjutnya dalam mengkaji permasalahan
terkait Psychological Well-Being pada Lansia yang
Masih Bekerja.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Teoritis


A. Definisi Lansia
Usia lanjut merupakan periode akhir kehidupan yang
identik dengan perubahan yang bersifat menurun dan
merupakan masa kritis untuk mengevaluasi kesuksesan dan
kegagalan seseorang menghadapi masa kini dan dan masa
depan (Hurlock, 2012).
Menurut Hurlock (2012), masa lansia dimulai dari umur
60 tahun sampai meninggal dunia yang ditandai dengan adanya
berbagai perubahan yang bersifat fisik dan psikologis serta
semakin menunjukkan penurunan dalam setiap perubahan.
Individu telah menjadi lanjut usia dapat dilihat berdasarkan
ciri-ciri fisik, mental age, dan chronologiccal age (Pratiwi &
Sanudro, 2017).
B. Karakteristik Lansia
a) Perubahan fisik:. Perubahan-perubahan fisik yang
nyatadapat dilihat membuat lansia merasa kurang
percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya (Santrock, 2002).
b) Perubahan psikis: perubahan psikis pada lansia adalah
besarnya individual differences pada lansia. Lansia
memiliki kepribadian yang berbeda dengan sebelumnya.
Penyesuaian diri lansia yang sulit karena ketidakinginan
lansia untuk berinteraksi dengan lingkungan ataupun
pemberian batasan dapat berinteraksi (Hurlock, 2012).
c) Perubahan sosial: umumnya lansia banyak yang
melepaskan partisipasi sosialnya, walaupun pelepasan itu
dilakukan secara terpaksa. Aktivitas sosial yang banyak

7
pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi
fisik dan sosial lansia (Santrock, 2002).
d) Perubahan kehidupan keluarga: umumnya
ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan
karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya
akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosialnya
serta aktivitas kesehariannya.
C. Definisi Psychological Well-Being
Ryff (1989) mendefinisikan Psychological Well-Being
sebagai sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat
keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat
menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel
dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat
hidup lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan
mengembangkan dirinya.
D. Dimensi-Dimensi Psychological Well-Being
Enam dimensi Psychological Well-Being yang
merupakan intisari dari teori-teori functioning psychology yang
dirumuskan oleh Ryff (1989), yaitu:
a) Dimensi penerimaan diri (self-acceptance)
Penerimaan diri didefinisikan sebagai karakteristik
aktualisasi diri, fungsi optimal dan kematangan perjalanan
hidup. Individu dapat menerima dirinya dalam kondisi
apapun dan dengan masa lalu baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan. Cara memandang
masa lalu adalah poin utama dalam keberhasilan mencapai
kesejahteraan psikologis.

8
Menurut Ryff dan Keyes (1995), semakin individu
dapat menerima dirinya sendiri, maka akan semakin tinggi
sikap positif individu tersebut terhadap diri sendiri,
memahami, menerima semua aspek diri, termasuk kualitas
diri yang buruk dan memandang masa lalu sebagai sesuatu
yang baik.
b) Dimensi hubungan positif dengan orang lain (positive
relations with others)
Hubungan positif dengan orang lain merupakan
tingkat kemampuan dalam berhubungan hangat dengan
orang lain, hubungan interpersonal yang didasari oleh
kepercayaan, serta perasaan empati, mencintai dan kasih
sayang yang kuat.
Menurut Ryff dan Keyes (1995), semakin besar
kemampuan individu dalam membina hubungan
interpersonal, maka hal ini menunjukan bahwa individu
tersebut memiliki perhatian terhadap kesejahteraan orang
lain, mampu berempati, menyayangi, menjalin keintiman
dengan orang lain, memahami konsep memberi dan
menerima dalam membangun sebuah hubungan.
c) Dimensi otonomi (autonomy)
Orang yang memiliki otonomi digambarkan mampu
mengatur dirinya sendiri dan memiliki keinginan sesuai
dengan standard individu tersebut sehingga membentuk
kepercayaan pada diri sendiri, bukan pada kepercayaan
orang banyak.
Ryff & Keyes (1995) mengatakan bahwa, orang yang
memiliki otonomi tinggi mampu menentukan keputusan
bagi dirinya sendiri, dalam arti mampu menentukan
keputusan bagi dirinya sendiri, dalam arti mampu
melepaskan tekanan sosial dan sebaliknya, orang yang

9
memiliki otonomi rendah akan mengevaluasi dirinya
melalui pandangan orang lain dan menyesuaikan diri
terhadap tekanan sosial.
d) Dimensi Penguasaan Lingkungan (enviromental mastery)
Penguasaan lingkungan adalah kemampuan untuk
memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
kondisi psikis. Menurut Ryff & Keyes (1995) individu
yang memiliki penguasaan lingkungan yang tinggi
memiliki rasa menguasai, berkompetensi dalam mengatur
lingkungan, mampu mengontrol kegiatan-kegiatan
eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan yang
ditawarkan lingkungan secara efektif dan mampu memilih
atau menciptakan konteks lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan dan nilai pribadinya. Sebaliknya, penguasaan
lingkungan yang rendah akan membuat individu
cenderung sulit mengembangkan lingkungan sekitar,
kurang menyadari kesempatakn yang ditawarkan di
lingkungan dan kurang memiliki kontrol terhadap dunia di
luar diri.
e) Dimensi tujuan hidup (purpose in life)
Menurut Ryff & Keyes (1995) bahwa individu yang
memiliki tujuan hidup yang baik dikatakan memiliki
tujuan hidup dan arah kehidupan, merasa memiliki arti
tersendiri dari pengalaman hidup masa kini dan masa lalu,
percaya pada kepercayaan tertentu yang memberikan arah
hidupnya serta memiliki cita-cita atau tujuan hidup.
Sebaliknya, individu yang kurang memiliki tujuan idup
hanya memiliki sedikit keinginan dan cita-cita, kurang
memiliki arah kehidupan yang jelas dan tidak melihat
pengalamannya di masa lalu serta tidak memiliki bakat
yang menjadi kehidupannya lebih berarti.

10
f) Dimensi pertumbuhan pribadi (personal growth)
Optimal psychological functioning tidak hanya
bermakna pada pencapaian terhadap karakteristik-
karakteristik tertentu, namun pada sejauh mana seseorang
terus-menerus mengembangkan potensi dirinya,
bertumbuh, dan meningkatkan kualitas positif pada
dirinya (Ryff, 1989). Kebutuhan akan aktualisasi diri dan
menyadari potensi diri merupakan perspektif utama dari
aspek pertumbuhan diri. Keterbukaan akan pengalaman
baru merupakan salah satu karakteristik dari fully
functioning person (Ryff, 1989).
Individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang
baik ditandai dengan adanya perasaan mengenai
pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya,
memandang diri sendiri sebagai individu yang selalu
tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-
pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam menyadari
potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan
yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu,
serta dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan
memiliki pengetahuan yang bertambah (Ryff, 1989).
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-
Being
Faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological Well-Being
individu yang dikemukakan oleh Ryff& Keyes (1995) antara
lain:
1) Usia
Menurut Ryff & Keyes (1995), Aspek kesejahteraan
psikologis, seperti penguasaan lingkungan dan otonomi
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
2) Jenis kelamin

11
Menurut Ryff & Keyes (1995), perbedaan jenis
kelamin mempengaruhi aspek-aspek kesejahteraan
psikologis bahwa perempuan memiliki kemampuan yang
lebih tinggi dalam membina hubungan yang lebih
positif dengan orang lain serta memiliki pertumbuhan
pribadi yang lebih baik dari pada pria.
3) Status sosial ekonomi
Menurut Ryff & Keyes (1995) mengatakan bahwa
perbedaan kelas sosial ekonomi memiliki hubungan
dengan kesejahteraan psikologis individu. Ditemukan
kesejahteraan psikologis yang tinggi pada individu yang
memiliki status pekerjaan yang tinggi. Kesejahteraan
psikologis berkaitan dengan tingkat penghasil, status
pernikahan, dan dukungan sosial.
4) Budaya
Ryff menyatakan bahwa ada perbedaan kesejahteraan
psikologis antara masyarakat yang memiliki budaya yang
berorientasi pada individualisme dan kemandirian
seperti dalam aspek penerimaan diri atau otonomi lebih
menonjol dalam konteks budaya barat. Sementara itu,
masyarakat yang memiliki budaya yang berorientasi
kolektif dan saling ketergantungan dalam konteks
budaya timur seperti yang termasuk dalam aspek
hubungan positif dengan orang yang bersifat
kekeluargaan.
5) Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah hal-hal yang berkaitan
dengan rasa nyaman, perhatian, penghargaan atau
pertolongan yang di persepsikan. Hal-hal tersebut dapat
didapatkan dari orang-orang yang ada disekitar.
6) Daur hidup keluarga

12
Sejumlah peneliti telah melakukan studi dengan
menggunakan indikator kesejahteraan psikologis seperti
konsep diri, kesehatan mental dan kepuasan hidup, untuk
mempelajari hubungan antara daur hidup keluarga
dengan kesejahteraan psikologis dari anggota keluarga.
7) Evaluasi terhadap pengalaman
Evaluasi individu terhadap pengalaman hidupnya
memiliki pengaruh yang penting terhadap Psychological
Well-Being (Ryff & Keyes, 1995). Pernyataan ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan
Essex (dalam Rahayu, 2008) mengenai pengaruh
interpretasi dan evaluasi individu pada pengalaman
hidupnya terhadap kesehatan mental. Interpretasi dan
evaluasi pengalaman hidup diukur dengan mekanisme
evaluasi diri oleh Rosenberg (dalam Ryff & Essex, 1992;
dalam Rahayu, 2008) dan dimensi-dimensi
Psychological Well-Being digunakan sebagai indikator
kesehatan mental individu. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa mekanisme evaluasi diri ini
berpengaruh pada Psychological Well-Being individu,
terutama dalam dimensi penguasaan lingkungan, tujuan
hidup, dan hubungan yang positif dengan orang lain.
8) Religiusitas
Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi
lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara positif
sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna.

II.2. Kajian Pustaka


Dalam penulisan pelaporan penelitian ini, peneliti menggali
informasi dari jurnal-jurnal atau penelitian-penelitian sebelumnya yang
dianggap relevan dengan penelitian ini. Jurnal atau penelitian-penelitian

13
sebelumnya ini sebagai bahan perbandingan baik mengenai kekurangan
atau kelebihan yang sudah ada serta mendapatkan informasi-informasi
yang mendukung dilaksanakannya penelitian ini sesuai dengan
kebutuhan peneliti. Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan
yang digunakan oleh peneliti.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Firmansyah
Choiruddin dalam skripsinya pada tahun 2019 yang berjudul
“Psychological Well-Being pada Lansia Yang Masih Bekerja.”
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa ke 5 reponden memiliki kondisi Psychological Well-
Being baik. Hal tersebut dilihat dari terpenuhinya dimensi-
dimensi dalam Psychological Well-Being yaitu penerimaan diri,
otonomi, pertumbuhan individu, hubungan positif dengan
sesama, penguasaan terhadap lingkungan, dan tujuan hidup.
Kelima reponden memandang dirinya sebagai seseorang yang
masih memiliki kemampuan dalam bekerja telah memasuki usia
lanjut dan tetap semangat dalam bekerja. Tiga dari ke-5
reponden merasa bahagia dan antusias dalam melakukan
pekerjaannya. Faktor kondisi Psychological Well-Being
ditemukan 2 dari ke-5 reponden yaitu bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sedangkan 3 reponden lain tidak memiliki
aktivitas lain selain bekerja. Kemudian ke-5 reponden juga
memiliki hubungan baik dengan rekan kerja maupun tetangga,
selain itu ke-5 reponden memiliki tujuan yaitu ingin keluarga
berkecukupan, ingin tetap bekerja, berwirausaha, mendekatkan
diri kepada Allah, memperbaiki kewajiban beribadah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Wahyu Pratiwi & Gagas
Aryadi Samudro pada tahun 2017 dengan judul “Fenomenologi
Ketekunan Para Pekerja Lansia”. Berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh menunjukkan bahwa para pekerja lansia masih
terus bekerja hingga saat ini dikarenakan faktor ekonomi yang

14
menuntut mereka masih mencari nafkah demi memenuhi
kebutuhan hidup dan rasa segan menyusahkan anak, cucu, dan
orang lain. Di sisi lain, para lansia terus bekerja hingga saat ini
karena mereka ingin memaksimalkan ibadah di mana mereka
berusaha untuk mencari keberkahan dalam hidupnya. Namun, di
balik semua itu, ada rasa yang terdalam bagi diri mereka bahwa
mereka sebenarnya ingin berusaha menimati hidup.
3. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tsuraya Syarif pada
tahun 2016 dengan judul “Studi Fenomenologi pada Lansia
Pendiri Bank Sampah.” Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa Psychological Well-Being pada
Lansia mengarah pada aspek tujuan hidup, kecintaan
lingkungan, dan otonomi. Faktor penentu yang paling banyak
ditunjukkan dalam hasil ini adalah religiusitas, kepribadian, dan
hubungan menikah.

II.3. Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan kebutuhan peneliti
pada tujuan dilakukan penelitian ini. Pertanyaan penelitian ini
merupakan central phenomena yang ada dalam penelitian. Berikut
adalah pertanyaan penelitian yang akan digunakan dalam penggalian
informasi di lapangan.
1. Bagaimana gambaran dimensi-dimensi yang mendominasi
Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih Bekerja?

15
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Desain Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
dimensi Psychological Well Being terhadap Lansia yang masih bekerja.
Maka peneliti akan memberikan gambaran mengenai Psychological
Well-Being berdasarkan keenam dimensi oleh Ryff (1989) yang
menjadi aspek-aspek wawancara dalam penelitian ini beserta faktor
yang mempengaruhinya. Melalui aspek-aspek wawancara tersebut
peneliti dapat melihat pandangan individu lansia yang bersifat subyektif
dan menggalinya secara mendalam. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan tujuan untuk menggali dan mendapatkan gambaran
yang luas serta mendalam berkaitan dengan Psychological Well-Being
pada Lansia yang Masih Bekerja.
Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Menurut Denzin
dan Linconl memaparkan bahwa fenomenologi merupakan suatu
metode pendekatan yang lebih memfokuskan diri pada konsep suatu
fenomena tertentu dan bentuk dari studinya adalah untuk melihat dan
memahami arti dari suatu pengalaman yang berkaitan dengan suatu
fenomena tertentu (dalam Sholihah, 2014). Pengumpulan data ini
menggunakan wawancara dan observasi kepada subyek penelitian.
Wawancara dilakukan mendalam dan narasi yang merupakan kunci
untuk menghasilkan deskripsi dari pengalaman yang dialami individu
agar dapat memahami secara utuh mengenai fenomena atau kondisi
Psychological Well-Being pada Lansia yang Masih Bekerja.

III.2. Subjek Penelitian


1. Kualifikasi Subyek Penelitian

16
Kualifikasi pemilihan subyek penelitian ini didasarkan pada
karakteristik tertentu yang dibutuhkan oleh peneliti serta
relevan dengan topik penelitian yang di angkat, antara lain:
a. Lansia usia 60 hingga 70 tahun,
b. Berjenis kelamin perempuan atau perempuan,
c. Bekerja
d. Responden yang terpilih dalam penelitian ini adalah 2
lansia (laki-laki dan perempuan) yang bekerja menjadi
pembuat batik M di daerah Sidoarjo. Usia lansia
perempuan adalah 66 tahun sedangkan usia lansia laki-
laki adalah 64 tahun.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian sekaligus lokasi subyek
yang digunakan penelitian adalah lansia yang bekerja di
Kampoeng Batik M yang ada di area perumahan kampung
batik tulis. Lokasi tersebut merupakan area tempat pembelian
kain batik maupun pembuatan batik secara langsung. Singkat
cerita, lokasi Kampoeng Batik M ini telah berdiri sejak 1675.
Areanya dinamakan kampung batik tulis karena sebagian besar
kelurahan M adalah seorang pembatik.
3. Teknik Penentuan Subjek
Teknik yang digunakan peneliti untuk menentukan subjek
penelitian adalah subjek yang dapat memberikan informasi
yang relevan dengan tujuan penelitian serta topik penelitian.
Untuk itu, peneliti menentukan subjek penelitian dipilih secara
purposive sampling yaitu dalam memilih subyek penelitian,
peneliti menentukan sendiri kategori subyek yang hendak
dipilih serta subyek yang dapat memberikan data secara penuh
(Sugiyono, 2009).
4. Relevansi Subjek dengan Topik Penelitian

17
Relevansi subjek dengan topik penelitian ini adalah sesuai
dengan tujuan penelitian dan kualifikasi subyek penelitian,
sehingga peneliti memilih lansia yang bekerja di salah satu
pembuatan batik di daerah Sidoarjo. Usia lansia perempuan
adalah 66 tahun sedangkan usia lansia laki-laki adalah 64
tahun. Dari subyek lansia yang masih bekerja ini akan digali
mengenai gambaran aspek yang paling dominan dan faktor
yang dominan mempengaruhi Psychological Well-Being pada
Lansia yang Masih Bekerja tersebut.

III.3. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan dengan teknik penggalian atau pengumpulan
data sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009) guna
mendapatkan data yang paling tepat, sebagai berikut:
a. Observasi
Peneliti mengamati tentang aktivitas yang dilakukan subyek
selama wawancara, situasi dan kondisi, sarana dan prasarana
sehingga peneliti mendapat kesan-kesan pribadi. Dalam
observasi ini peneliti menggunakan pencatatan perilaku dan
kejadian mengenai kondisi selama wawancara berlangsung.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti ingin memperoleh data yang
diperlukan dalam memperjelas pendalaman terhadap
permasalahan yang diteliti, sehingga penelitian ini dapat
berjalan sesuai tujuan penelitian yang diinginkan peneliti.
Adapun wawancara ini dilakukan secara langsung maupun
melalui via komunikasi telfon kepada responden berdasarkan
panduan wawancara yang telah disiapkan.

18
III.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis data berupa Duta Mode Interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1996) sebagai berikut ini.
a. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data ini merupakan proses awal yaitu berusaha
mengumpulkan data mentah yang berkaitan dengan bentuk-
bentuk praktis fenomena.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang
tinggi. Mereduksi data sama dengan merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan di cari
tema beserta polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencari bila diperlukan (Sugiyono, 2008).
c. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Pada penelitian ini, bentuk penyajian data yang
digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Kedua bentuk
penyajian data ini dikombinasikan dengan memudahkan peneliti
dalam memahami apa yang terjadi, serta merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
d. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Merupakan proses terakhir yaitu menyimpulkan data-data
yang telah disederhanakna mengenai bentuk-bentuk praktis.
Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara.
Kesimpulan ini diperoleh dari reduksi data dan penyajian data.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini berupa

19
deskrpsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas
(Poerwandari, 2005).

20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini melibatkan 2 subyek penelitian yang bekerja di
Kampoeng Batik M. Sesuai dengan tujuan penelitian, semua subyek
penelitian yang terlibat merupakan lansia dengan usia 64 dan 66 yang
masih bekerja di usia lansia dan masa pensiunnya. Sebelumnya peneliti
telah mendatangi lokasi setelah mendapatkan informasi dari keluarga
peneliti terkait lokasi subyek penelitian. Peneliti mendatangi salah satu
tempat pembuatan produksi kain batik sekaligus toko penjualannya
dengan bantuan keluarga peneliti yang sebelumnya telah mengetahui
pemilik rumah produksi tersebut. Peneliti meminta izin untuk
menjadikan diantara pekerja untuk diwawancarai sebagai subyek
penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti mendapatkan kesempatan
untuk mengamati kegiatan pekerja-pekerja dalam membuat batik
tersebut. Di tengah pengamatannya yang didampingi pemilik, peneliti
akhirnya menemukan dua subyek penelitian yang setuju untuk
diwawancarai dimana subyek tersebut sesuai dengan kriteria yang akan
digunakannya berdasarkan tujuan penelitian. Kemudian peneliti juga
sedikit bertanya seputar kehidupan subyek pada saat itu. Keduanya
merupakan subyek lansia yang telah mengalami masa pensiun dari
pekerjaan aslinya sebelum memutuskan menjadi salah satu pekerja
pembuatan batik di sini.
Namun dikarenakan adanya wabah pandemi COVID-19 yang telah
menyebar di kota Surabaya dan Sidoarjo, diwajibkan bagi seluruh
warga di Indonesia termasuk kota Sidoarjo dan Surabaya untuk
karantina diri ditambah pemberlakuan PSBB. Membuat penelitian ini
mengalami gangguan dalam proses pengambilan data terhadap subyek
penelitian yang letaknya sedikit jauh dari lokasi rumah peneliti dan
tidak dianjurkan untuk menemui. Dengan bantuan keluarga peneliti,

21
peneliti mendapatkan nomor keluarga dari lansia perempuan yang satu
tempat tinggal beserta nomor tetangga dari lansia laki-laki yang
bersebelahan rumahnya. Semua itu berkat bantuan dari pemilik batik
yang mencoba mencari nomor yang dapat dihubungi kedua subyek
penelitian tersebut. Di bantu pemilik tersebut, peneliti mencoba
menghubungi subyek penelitian satu persatu setelah sebelumnya telah
dihubungi pemilik batik bahwa akan dihubungi oleh peneliti terkait
kelanjutan wawancara yang telah direncanakan. Peneliti menghubungi
keduanya pada tanggal 10 Mei 2020 saat sore hari pukul 15.00 WIB
pada lansia laki-laki setelah meminta izin kepada tetangga pemilik
ponsel dan 15.47 WIB kepada lansia perempuan untuk meminta maaf
bahwa wawancara akan dilaksanakan melalui alat komunikasi via
whatsapp tersebut. Kemudian, kedua subyek penelitian beserta pemilik
ponsel tetangga lansia laki-laki dan keluarga dari lansia perempuan
sepakat. Berikut penjelasan mengenai jalannya penelitian yang peneliti
lakukan.
1. Lansia Laki-Laki
Tidak terlalu berbeda dengan bagaimana peneliti berkenalan
dengan subyek lansia laki-laki atas nama X, peneliti mendapatkan
informasi mengenai subyek X dari pemilik batik di Kampoeng
Batik M melalui bantuan keluarganya yang telah mengetahui lokasi
tersebut sebelumnya. Sama seperti subyek Y, ntuk mendapatkan
kontak X, peneliti melalui bantuan keluarganya menghubungi
pemilik batik untuk meminta izin serta bantuannya mengenai
nomor yang dapat menghubungkan peneliti kepada X. Selang
seminggu lebih lamanya bersamaan dengan mendapatkan kontak
subyek Y, pada tanggal 9 Mei 2020 pukul 20.33 WIB keluarga
peneliti dihubungi oleh pemilik batik tersebut dan memberikan
nomor yang dapat menghubungkan langsung kepada subyek X.
Berbeda dengan subyek sebelumnya, nomor yang didapat untuk
terhubung dengan subyek X adalah nomor whatsapp tetangga

22
sebelah rumah subyek X yang bersedia untuk membantu peneliti
yang kebetulan tetangga tersebut juga merupakan salah satu pekerja
di tempat pemilik batik tersebut Sebab, subyek X tidak memiliki
ponsel yang dapat dihubungi nantinya. Kemudian, pemilik batik
juga mengatakan bahwa telah menjelaskannya kepada subyek X
dan tetangganya tersebut perihal wawancara.
Menurut peneliti, subyek Y termasuk kedalam kriteria subyek
penelitian yang cocok. Sebelum terjadinya COVID-19 melanda
Indonesia, sama seperti subyek sebelumnya pun peneliti telah
menemui subyek X saat setelah meminta izin kepada pemilik batik
bersama bantuan keluarganya. Di tengah peneliti bertemu dengan
subyek, peneliti juga sedikit mempertanyakan perihal subyek X
seperti identitas dan sedikit latar belakang kehidupannya. Diketahui
bahwa subyek X merupakan lansia berusia 64 tahun, tinggal
sebatang kara di kontrakan yang dihuninya, telah pensiun
pekerjaan di bengkel sebelum memutuskan untuk bekerja menjadi
karyawan di salah-satu pembuatan batik di Kampoeng Batik M.
Profesinya berada di bagian batik cap.
Pada hari Minggu tanggal 10 Mei 2020 pukul 15.00 WIB,
peneliti memutuskan untuk menghubungi nomor tetangga sebelah
subyek X dan mulai memperkenalkan diri serta maksud dan
tujuannya. Akhirnya setelah tetangga X mengizinkan pun
memberikan ponsel kepada subyek X. Memberikan kesempatan
peneliti dengan subyek X berbincang. Peneliti menjelaskan untuk
melanjutkan wawancara melalui bantuan media whatsapp
tetangganya. Subyek X menyetujui dan membuat kesepakatan
bersama bahwa wawancara akan dilakukan pada hari Sabtu tanggal
16 Mei 2020 pada pukul 10.00 WIB menyesuaikan waktu luang
dari subyek X. Peneliti pun menyetujuinya dan memberitahukan
kepada tetangga subyek X perihal jadwal dilaksanakan wawancara.

23
Tetangga subyek X pun tidak merasa keberatan pada jadwal yang
telah disepakati tersebut.
Pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2020 pukul 10.00 WIB
menghubungi whatsapp tetangga sebelah kontrakan subyek X
setelah sebelumnya mengirimi pesan untuk sekedar menanyakan
luang waktu subyek X. Saat panggilan diterima, langsung saja
suara dari subyek X yang terdengar. Wawancara tersebut
berlangsung selama satu jam lebih 57 menit. Wawancara dengan
subyek X hanya berlangsung selama satu hari dalam wkatu satu
jam lebih 57 menit saja.
Observasi yang dilakukan pada subyek X oleh peneliti ini
adalah melalui suara dan kalimat yang digunakannya selama
wawanara berlangsung satu hari.
2. Lansia Perempuan
Peneliti mendapatkan informasi mengenai lansia perempuan
atas nama Y dari pemilik batik di Kampoeng Batik M melalui
bantuan keluarganya yang telah mengetahui lokasi tersebut
sebelumnya. Untuk mendapatkan kontak Y, peneliti melalui
bantuan keluarganya menghubungi pemilik batik untuk meminta
izin serta bantuannya mengenai nomor yang dapat menghubungkan
peneliti kepada Y. Selang seminggu lebih lamanya, pada tanggal 9
Mei 2020 pukul 20.33 WIB keluarga peneliti dihubungi oleh
pemilik batik tersebut dan memberikan nomor yang dapat
menghubungkan langsung kepada subyek Y. Pemilik batik itu juga
mengatakan bahwa nomor yang diberikannya meurpakan nomor
anak dari subyek Y yang tinggal satu rumah dengannya. Sebab,
subyek Y tidak memiliki ponsel yang dapat dihubungi nantinya.
Kemudian, pemilik batik juga mengatakan bahwa telah
menjelaskannya kepada keluarga subyek Y perihal wawancara
tersebut.

24
Menurut peneliti, subyek Y termasuk kedalam kriteria subyek
penelitian yang cocok. Sebelum terjadinya COVID-19 melanda
Indonesia, peneliti telah menemui subyek Y saat setelah meminta
izin kepada pemilik batik bersama bantuan keluarganya. Di tengah
peneliti bertemu dengan subyek, peneliti juga sedikit
mempertanyakan perihal subyek Y seperti identitas dan sedikit latar
belakang kehidupannya. Diketahui bahwa subyek Y merupakan
lansia berusia 66 tahun, tinggal bersama anak perempuannya,
menantu dan cucunya, telah pensiun dari pabrik di wilayah
Sidoarjo 4 tahun lalu sebelum memutuskan untuk bekerja menjadi
karyawan di salah-satu pembuatan batik di Kampoeng Batik M.
Profesinya berada di bagian canting batik.
Pada hari Sabtu tanggal 10 Mei 2020 pukul 15.00 WIB,
peneliti memutuskan untuk menghubungi anak dari subyek Y dan
mulai memperkenalkan diri serta maksud dan tujuannya. Akhirnya
si anak dari subyek Y memberikan ponsel kepada subyek Y.
Memberikan kesempatan peneliti dengan subyek Y berbincang.
Peneliti menjelaskan untuk melanjutkan wawancara melalui
bantuan media whatapp putrinya. Subyek Y menyetujui dan
mengatakan bahwa ingin dilakukan pada hari Senin tanggal 18 Mei
2020 pada sore hari pukul 15.00 WIB sama seperti hari itu
waktunya sebab menurut Y waktu itu adalah waktu luangnya.
Peneliti pun menyetujuinya dan memberitahkan kepada anak
subyek Y perihal jadwal dilaksanakan wawancara.
Pada hari Senin tanggal 18 Mei 2020 pukul 15.00 WIB
menghubungi whatsapp anak dari subyek Y setelah sebelumnya
mengirimi pesan untuk sekedar menanyakan luang waktu subyek
Y. Saat panggilan diterima, langsung saja suara dari subyek Y
dapat yang menjawabnya. Wawancara tersebut berlangsung selama
satu jam. Merasa peneliti takut subyek Y kelelahan walaupun saat
ditanya tidak kelelahan malah merasa senang ada teman

25
mengobrol, peneliti tetap menghindari hal tersebut. Mengingat
kondisi subyek penelitiannya adalah seorang lansia. Di samping itu
pula saat itu telah memasukin bulan puasa. Peneliti memutuskan
untuk memberhentikan sesi wawancara di hari berikutnya pada hari
Selasa tanggal 19 Mei 2020 dengan waktu yang sama pukul 15.00
WIB untuk melakukan wawancara lanjutan. Wawancara pertama
ini terhenti hingga pembahasan mengenai indikator wawancara
otonomi. Peneliti juga memberi kabar kepada anka subyek Y
mengenai wawancara lanjutan tersebut. Wawancara lanjutan itu
berlangsung selama satu jam lewat dua puluh tujuh menit.
Observasi yang dilakukan pada subyek Y oleh peneliti ini
adalah melalui suara dan kalimat yang digunakannya selama
wawancara berlangsung 2 hari lamanya.

IV.2. Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap kedua
subyek penelitian, peneliti mendapatkan hasil penelitian. Berikut adalah
hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan peneliti.
A. Identitas Responden
Identitas Responden 1 Responden 2
Inisial Nama X Y
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Usia 64 Tahun 66 Tahun
Suku Jawa Jawa
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan Pembatik Cap Pembatik Canting
Agama Islam Islam

B. Analisis Interpersonal
1. Analisis Interpersonal Subyek X
a. Hasil observasi
Pada tanggal 16 Mei 2020 dilakukan wawancara dengan
responden 1 yang memiliki inisial nama X merupakan

26
responden lansia laki-laki dengan usia 64 tahun dengan kulit
berwarna sawo matang gelap, memiliki tubuh tinggi kecil, kulit
yangmengeriput, dan rambut lurus memutih yang tebal. Pada
saat pertama kali bertemu dengan subyek X sebelum dilakukan
wawancara dan adanya COVID-19, subyek X merupakan
orang yang sedikit kaku ketika berbicara, menggunakan bahasa
jawa, dan bertindak sopan ketika ingin berjaba tangan dengan
peneliti, subyek cukup meletakkan kedua tangganya sendiri
dan menunduk. Wawancara yang dilakukan menggunakan via
whatsapp yang dimiliki oleh tetangganya. Hal tersebut
dikarenakan subyek X yang tidak memiliki akun whatsapp.
Pada saat wawancara kepada subyek X, hanya memakan waktu
satu hari selama 1 jam 57 menit saja. Tatanan bahasa yang
digunakan subyek X sangat sopan layaknya berbahasa Jawa
halus. Ketika bercerita mengenai atau menjawab pertanyaan
yang diajukan peneliti, subyek X gaya berbicaranya
mengulang kata ‘nggeh’ di awal berbicara. Subyek X mampu
menjelaskan jawaban disertai cerita sesuai pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti. Namun, ketika membicarakan mengenai
masa lalunya atau subyek X sekedar menyinggung persoalan
keluarga, cara subyek X menjawabnya di awali dengan helaan
napas. Suara nada bicaranya pun terdengar lirih tidak seperti
jawaban pembahasan yang lain yang spontan ketika
menjawabnya. Hal tersebut selalu dilakukan subyek X ketika
objek pembahasannya mengenai masa lalu atau keluarganya.
Berbeda lagi ketika subyek menjawab mengenai tentang
insiden pemecatannya di pekerjaan bengkelnya dulu. Nada
bicaranya menggebu-gebu dan sedikit membesar dari
sebelumnya dan sesekali menghembuskan napasnya kuat-kuat
di akhir cerita. Kemudian cara menjawab subyek X tidak
bertele-tele.

27
b. Hasil wawancara
1. Latar Belakang
Latar belakang kehidupan subyek X merupakan seorang
lansia laki-laki berumur 64 tahun yang tinggal seorang diri di
sebuah kontrakan daerah Sidoarjo. Lulusan SMP. Subyek X
sebetulnya masih memiliki 2 anak yang sudah berkeluarga di
Jakarta dan Kalimantan, hanya saja tidak ada kabar setelah 3
tahun belakangan ini.
“Anak kulo niku mboten malih njenguk kulo sejak
puasa 3 tahun lalu nduk. Onok sing nang Jakarta, onok
sing nang Kalimantan. Nelfon kulo ae mboten.” (X1-
1605)
Pekerjaan subyek X dulunya adalah sebagai seorang
montir di bengkel yang sudah bekerja selama 8 tahun sebelum
dipecat. Alasan pemilik bengkel tersebut memecat subyek X
karena kondisi fisik dan umur subyek yang tidak
memungkinkan lagi untuk bekerja.
“Nggeh kulo kan sebelum e kerjo nang bengkel terus di
pecat niku. Akhir e kulo sempet dadi pengangguran
pirang wulan ngunu. Terus akhir e kulo mboten gelem
nganggur maleh, mung kerjo dadi tukang parkir. Akhir
e tonggo kulo mau nawani kerjo nang kene mbatik iki.”
(X1-1605)
Keadaan tersebut merubah subyek X sempat menjadi
seorang pengangguran yang kemudian menjadi tukang parkir
sebelum tetangga sebelah kontrakannya menawarinya untuk
bekerja menjadi seorang pembatik cap yang saat ini menjadi
tempat kerjanya.
2. Dimensi Psychological Well-Being
1) Dimensi Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Subyek X pada menerima dirinya dengan selalu
mempersepsikan diri untuk selalu menikmati pekerjaan
hidupnya dengan penuh rasa syukur.
“Menurut kulo pribadi, pripun nggeh mba. Nggeh
ngonten niki lah. Nggeh kulo nikmati kehidupan kulo
sing sakniki. Nggeh meskipun kulo niku taksih kerjo

28
piyambak, nggeh tapi kulo berusaha menikmati. Kulo
dadi wong sing bersyukur.” (X1-1605)
Untuk mempertahankan rasa menikmatinya terhadap
pekerjaan subyek X, subyek cenderung melepas kejenuhan
bekerja yang monoton dengan berbicara atau berbincang
bersama teman pekerja lainnya di sana.
“Nggih sing kulo rasaaken seneng mawon. Soale niku
kan ngebantu kulo melepas kejenuhan teko aktivitas
kulo sing niku-niku mawon. Terus lek kulo kerjo kan
damel kebutuhan kulo piyambak. Dadi kulo mboten
jenuh ngono lo mba kalih kerjo ane kulo.” (X1-1605)
Kegiatan tersebut mampu membuat subyek X untuk
menikmati pekerjaannya dengan bersyukur ditambah umurnya
yang sama dengan pekerja lain sehingga mampu membuat
pembicaraan mereka setara dengan yang dirasakan. Hal ini
memicu subyek X untuk selalu bersyukur dan menjalankan
pekerjaannya dengan baik.
Subyek X juga menerima dirinya dari segi kekurangan
yang dimilikinya berupa kondisi fisiknya yang sudah menua
dan mudah pegal ketika terlalu lama untuk berdiri.
“Nggih sing dadi ngeroso berat niku nek nggeh sampun
udzur sampun tuwo nggeh awak niku yo keroso pegel.
Terus lek didamel ngadek suwe, pegel linu. Nggeh sing
dadi halangan niku faktor fisik mawon mergo wis tuwo.
Kan mboten saget dalem kerjo sing kuat-kuat.” (X1-
1605)
Subyek cenderung mendeskripsikan kekurangannya
merupakan suatu hal yang tidak membuatnya berhenti
menyerah untuk terus bekerja. Akan tetapi dengan menyadari
kekurangan yang dimilikinya tersebut, subyek X berusaha
menanggulanginya. Cara menyikapi subyek X terhadap
kekurangan tubuhnya yang sudah tua dan mudah lelah/pegal
adalah dengan mencoba menyempatkan untuk beristirahat atau
memafaatkan waktu istirahatnya di sela-sela pekerjaannya
sekedar duduk atau mengisi staminanya. Subyek X juga tidak
akan izin bekerja selagi keadaannya masih memungkinkan

29
untuk bekerja. Sebab subyek beranggapan pekerjaannya
merupakan sebuah kewajiban yang harus diselesaikan. Hal
tersebut membuktikan bahwa subyek mampu untuk menerima
kondisi fisiknya saat ini dengan baik dan memaksimalkan
kondisinya dengan beberapa penanganan yang dilakukannya
untuk dapat menjalankan pekerjaannya.
Akan tetapi subyek X kurang menerima dirinya dari segi
masa lalu dimana subyek X yang sempat dipecat dari
pekerjaannya sebagai montir di bengkel selama 8 tahun
lamanya. Alasan pemilik bengkel yang digunakan untuk
memecat subyek X kurang diterima oleh subyek S sendiri
hingga saat ini.
“Nggeh awale niku sebenere kulo kerjo ning bengkel
mbak. Kulo teng bengkel niku sakjane sampun suwe.
Tapi nggih sing jenenge umur, makin tuwo niku lak
makin kroso semakin pegel, akhir e sing nduwe bengkel
niku mboten percoyo maneh kalih kulo. Nggih akhir e
kulo istilahe di pecat ngunu lo mba karena usia kulo
sing ora memungkinkan maleh. Sakjane kulo niku taksih
sreg kerjo nang bengkel. Tapi nggih yaopo malih, kulo
mboten saget protes. Kan niku wis dadi kebijakan sing
nduwe bengkel.” (X1-1605)
Hingga saat ini subyek X merasa kurang menerima alasan
yang diutarakan pemilik bengkel kepadanya. Membuat subyek
X sesekali merasa perasaan yang kembali teringat akan masa
lalunya tersebut sebagai perasaan yang tidak diterima.
“Perasaan kulo sakjane wis mboten nopo-nopo, yo tapi
nggeh koyok kulo mboten nriman. Soale kulo dipecat
alasane kulo wis tuwo. Kecuali nek kulo ngelakoni
keasalahan, ora opo-opo ngono.” (X1-1605)
Namun, saat ini subyek X sudah melakukan tindakan
untuk tidak menanggung perasaan tidak terimanya kepada
kejadian pemecatannya tersebut. Hal ini terbukti jika subyek X
belajar bersyukur yang kembali lagi kepada persepsi dirinya
yang menganggap bahwa dirinya adalah individu yang
bersyukur atas apa yang saat ini telah ada pada kehidupannya.

30
“Nggeh mung nekani nang ati, yen ora oleh ngroso ora
trimo terus ngenten. Wong kulo wis entuk nyambut
gawe sing luwih enak, dadi nggeh berusaha ora
ngeroso ngono terus. Ikhlasne ae. Isok ae kulo dipecat
ben gusti Allah ngekek i kulo penggaweyan sing luwih
apik maleh ngonten.” (X1-1605)
Rasa bersykurnya di dasari dengan melibatkan
kepercayaannya kepada Tuhan yang mengganti pekerjaannya
lebih baik dari sebelumnya.
2) Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain
(Positive Relations With Others)
Subyek X cenderung memiliki hubungan interpersonal
yang baik dengan pekerja yang lain. Aktivitas subyek yang
berbicara dengan pekerja lain menggantikan rasa kesepian
hidupnya akibat keluarga subyek yang tidak mengunjungi dan
memberikan kabar 3 tahun lamanya. Membuat subyek X harus
berusaha menjalani hidupnya sendiri.
“Nggarai kulo kerjo niku mboten ngeroso pegel,
jalaran seneng mbak. Terus ngeroso kulo mboten dewe
malih, kan soale keluarga kulo mboten onok kabar,
dadi mben ambek konco kerjo dadi ngeroso ora dewe
nang ndunyo.” (X1-1605)
Aktivitas dengan pekerja lain seperti berbincang inilah
yang menjadi penghilang rasa penatnya dikala bekerja.
“Nggeh mergo konco kulo, dadine pas iku kulo nggarap
kerjaane. Terus konco kulo niku ben istirahat dilut,
mengko nek wis mari baru ngelanjutne ngonten. Awak
dewe kerjo podo nang kono, dadine kodo ngewangi
liyane yen ono kangelan.” (X1-1605)
Subyek X juga memiliki inisiatif ketika pekerja lain
mengalami kesulitan dan subyek X akan mengambil alih
pekerjaan temannya yang disuruhnya untuk beristirahat
sejenak. Saling kepedulian ini membuat hubungan subyek
dnegan pekerja lain yang sangat positif.
Interaksi subyek X dengan teman pekerja lain yang
terbilang cukup dekat, saling memberikan dukungan dan
perhatian satu sama lain membuat kedekatan diantaranya

31
menjadikan hubungan yang positif. Sehingga subyek X
memiliki hubungan yang positif dengan teman-teman pekerja
lain.
3) Dimensi Otonomi (Autonomy)
Subyek X memiliki kemandirian dalam menyelesaikan
kendala yang dialaminya. Inisiatif-inisiatif subyek X untuk
menanggulanginya dengan mempergunakan waktu istirahatnya
dengan baik dan mencari hiburan melalui interaksi dengan
teman pekerja lain di sela pekerjaannya atau waktu istirahatnya
untuk bekerja membuat subyek X mampu menangani rasa
sumpek akibat pekerjaannya yang monoton dan teringat
keluarganya yang tidak sedikitpun memberi kabar.
“Mergo yen kulo ngobrol kalih liyane niku tapi mboten
nyeritaaken keluarga kulo cerito liyane, rosone plong
ngonten. Dadi kulo niku mboten saget ngelanjutne kerjo
an kulo yen wis ngerasa sumpek mbak. Dadi kulo kudu
ngilangne roso sumpek niku dhisik ben saget lanjut
malih.” (X1-1605)
Dengan inisiatifnya tersebut mampu membuat subyek X
bertahan menjalankan kehidupannya untuk bekerja di usia
tuanya sehingga dapat berjalan dengan baik hingga saat ini.
Subyek X mampu menangani dirinya sendiri hal tersebut juga
terbukti dikarenakan subyek X tidak menceritakan persoalan
keluarganya melainkan topik hal lain yang sama dengan
teman-teman pekerja lain.
Situasi sumpek di tengah pekerjaannya yang menumpuk
terjadi dikarenakan subyek X sesekali teringat anak-anaknya
yang sama sekali tidak memberikan kabar selama 3 tahun
lamanya.
“Biasane pas kerjo kulo eleng keluarga kulo kok nggeh
kebangetan ora nggolek o kulo. Ngonten. Padahal kulo
wis nggedekno anak kulo kok saiki lali ambek kulo. Opo
maneh ibu e iku wis mboten onok. Dadi kulo urip dewe
an nang kontrakan cilik. Untung tonggo sebelah kulo
apik wong e.” (X1-1605)

32
Kemandirian subyek X juga dapat dilihat dari segi dirinya
yang tinggal sendiri di sebuah kontrakan hingga saat ini.
Kondisi sosial subyek X dengan keluarganya tidak
merubah keputusannya terhadap subyek yang bekerja. Subyek
X dibantu dukungan dari teman pekerja lain dan tetangga
sebelah kontrakannya dapat meretas segala perasaan
kesedihannya terhadap keluarga subyek yang tidak
mengabarinya sama sekali.
“Ora onok sing ngerespon mba. Keluarga kulo mboten
ngereken. Dadine mung nduweni konco-konco sing
nggeh, apik karo kulo lan tonggo sebelah kulo sing
merhatikno kulo yen mulih kerjo ngono kulo ditakoni
wis dhahar durung? Mengko diajak mangan bareng
ngonten karo keluargane.” (X1-1605)
Hal tersebut mmebuktikan bahwa tekanan sosial
keluarganya tidak mempengaruhi keputusan subyek X. Serta
selalu melibatkan segala urusannya dengan berdoa kepada
yang Maha Kuasa. Akan tetapi, walaupun subyek X memiliki
hubungan yang baik dengan pekerja lain dan tetangganya,
dalam memutuskan sesuatu, subyek X tidak mencampur
uruskan ketika subyek mengambil keputusan. Dimana
keputusan yang dibuat subyek X merupakan keputusan yang di
ambil tanpa adanya campur tangan dari orang lain selain
dirinya.
Ketika subyek mengambil keputusan untuk bekerja di usia
tuanya setelah insiden pemecatan pekerjaan bengkel,
pengangguran, dan sempat menjadi tukang parkir.
“Nggeh kulo kan sebelum e kerjo nang bengkel terus di
pecat niku. Akhir e kulo sempet dadi pengangguran
pirang wulan ngunu. Terus akhir e kulo mboten gelem
nganggur maleh, mung kerjo dadi tukang parkir. Akhir
e tonggo kulo mau nawani kerjo nang kene mbatik iki.”
(X1-1605)
Subyek mengambil pekerjaan tersebut terlepas dari
keahliannya, namun karena subyek X mampu belajar hal baru

33
sehingga saat ini subyek masih bertahan bekerja menjadi
seorang pembatik cap.
“Mboten enten, niku murni kulo sederek mutusne iyo
dicoba sek, pasti kulo saget nek di wuruk i. Buktine
nganti sakniki kulo kerjo nang kene nganti 9 tahun nan.
Sing nduwe nggeh apik karo telaten karo kulo nganti
isok ngene. Makane akeh sing seneng kerjan nang kono,
mergo sing nduwe apik wong e.” (X1-1605)
Ketahanan subyek untuk bekerja menjadi pembatik cap
cap yang dulunya benar-benar bukan keahlian subyek X, saat
ini dilatar belakangi juga karena ketelatenan pemilik batik
yang mau untuk mengajarkan subyek X menjadi pembatik
yang benar.
4) Dimensi Penguasaan Lingkungan (Enviromental
Mastery)
Subyek X mampu mengontrol kegiatan di luar dirinya. Hal
ini terbukti ketika subyek dikejar deadline pengerjaan batik
yang menumpuk tanpa melupakan tubuhnya untuk istirahat
saat jam istirahat pekerjaannya dan tidak lupa kewajiban
pribadinya berupa ibadah, dan mengisi stamina pada tubuhnya.
“Alon-alon dilakoni sing sregep, lek misale kulo pegel,
istirahat, kudu ibadah sisan karo dahar. Mengko
dilanjut malih. Asal tepat waktu mawon ngonten. Ora
usah di ulur-ulur.” (X1-1605)
Subyek X mampu memanfaatkan peluang yang ada
dengan menjalankannya tanpa harus menyia-nyiakan walaupun
konsekuensi pekerjannya ini dulu adalah diluar keahliannya.
Ditambah kondisinya yang hidup sendiri dan membutuhkan
uang untuk mencukupi kebutuhannya.
“Nerimo kerjo ne mbak. Nggeh mboten nopo-nopo yen
kulo belajar maleh. Nanging kulo sak niki saget
ngelakoni.” (X1-1605)
Namun hingga saat ini subyek mampu menjalankan
pekerjannya dengan baik.
“Mergane nggeh ora bakal ono kesempatan malih.
Dadine kulo nggeh butuh duwit, gawe urip dewe nang
kene. Dadine nggeh diterimo ngonten.” (X1-1605)

34
Hal tersebut adanya alasan bahwa subyek X menganggap
kesempatan tidak akan datang kembali, kemudian subyek yang
mmebutuhkan biaya kehidupan sehingga subyek X menerima
kesempatan pekerjaan membatik tersebut dengan baik dan
sungguh-sungguh hingga saat ini.
5) Dimensi Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Subyek X cenderung memaknai hidupnya untuk selalu
bersyukur dengan kehidupannya saat ini dan pekerjaannya saat
ini walaupun tanpa perhatian dan dukungan keluarganya
sendiri.
“Sakniki kudu bersyukur isok urip dewe. Ora oleh
ngeluh. Ben sing ora nganggep, kulo nggeh saget ora
nganggep anak-anak kulo. Kulo mbuktikne yen kulo
saget urip dewe.” (X1-1605)
Subyek mengabdi dengan pekerjaannya saat ini, sehingga
ketika anaknya kembali dan mencoba mengajaknya bersama,
subyek X tidak menginginkan mengikutinya.
“Mboten nopo-nopo. Nangin kulo mboten gelem yen
dijak melu. Nang kene ae kulo wis seneng.” (X1-1605)
Sebab tujuan subyek X adalah meneruskan hidupnya
untuk bekerja mencari upah hidupnya sehingga membuat
subyek X juga menjaga kesehatan tubuhnya agar tetap bisa
bekerja disertai berdoa dan ibadah.
“Terus sehat ben isok kerjo nggolek duwit, ben iku ora
sepiro tapi isok di nggo dahar karo urip. Karo dungo
sing akeh ben di ewangi karo sing kuasa. Ojok lali
ibadah.” (X1-1605)
Subyek X di dalam keputusan dan berlangsungan
kehidupannya selalu mencampur uruskan persoalan doa dan
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan
jika subyek X berpegang teguh secara rohani.
6) Dimensi Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Subyek X merupakan individu yang selalu ingin belajar
tentang hal baru pada dirinya.

35
“Wong kulo wong sing gelem sinau asal kelakon mba.
Dadine opo ae saget kulo kerjakne.” (X1-1605)
Dengan potensi yang dimilikinya tersebut bersama dengan
tekadnya, saat ini dapat memberikan perubahan pada
kehidupannya. Dimulai dari sudah dapat mencukupi
kehidupannya, bisa menjadi individu yang sehat, bukan
menjadi individu yang pengangguran, serta memiliki teman
yang menemaninya. Sehingga subyek X merasa tidak
sendirian.
“Nggeh kulo dadi saget nguripi urip kulo. Saget dahar,
saget sehat. Ngonten. Mboten dadi pengangguran. Oleh
konco sing dadine kulo mboten ngeroso dewe malih
nang kene.” (X1-1605)
Namun, mengingat potensi yang bisa dilakukan, subyek X
memilih tidak memiliki rencana untuk meningkatkan
potensinya yang mau belajar hal baru lebih dari pekerjaannya
saat ini. Sebab subyek X sudah bersyukur dengan
pekerjaannya saat ini.
“Nggeh kulo bersyukur sanget kaleh urip kulo sakniki.
Kulo mung pengen diparingi sehat terus nganti isok
kerjo terus. Matur suwon sanget nggeh kalih tonggo
kulo niku kaleh konco-konco kulo lan sing nduweni
batik niku.” (X1-1605)
Pernyataan tersebut membuktikan bahwa subyek X tidak
memiliki perencanaan kedepannya yang lebih dari posisinya
sekarang, sebab subyek X merasa cukup dengan kondisi dan
lingkungannya saat ini. Padahal potensi tekad yang dimilikinya
bisa saja membawa subyek X lebih dari posisinya saat ini.

2. Analisis Interpersonal Subyek Y


a. Hasil observasi
Pada tanggal 18 Mei 2020 dan 19 Mei 2020 dilakukan
wawancara dengan responden ke 2 yang memiliki inisial nama
Y. Pada tanggal 18 Mei 2020 dilakukan wawancara pertama
hingga kebagian otonomi saja. Dilanjutkan wawancara

36
lanjutan yang kedua pada tanggal 19 Mei 2020 hingga
pertanyaan penggalian data akhir. Hal ini dilakukan selama
dua hari dikarenakan mengingat kondisi subyek Y yang tidak
memungkinkan untuk berlama-lama. Peneliti takut subyek Y
kelelahan mengingat memasuki bulan puasa saat itu. Subyek Y
merupakan lansia perempuan berusia 66 tahun. Tidak ada
perbedaan catatan observasi terhadap subyek Y di kedua hari
tersebut. Ketika subyek Y diwawancara, subyek cenderung
membalas dengan suara yang serak lembut namun terdapat
khas perempuan yang senang berbicara. Subyek Y setiap
menjawab pertanyaan, selalu menceritakan keseluruhan
pertanyaan tersebut dengan menggebu-gebu. Kesan yang
dibawa subyek Y ini membuat suasana wawancara melalui
telfon ini dilakukan layaknya curhatan saja. Setiap menjawab
pertanyaan yang diajukan peneliti, subyek Y langsung
menjawabnya tanpa ragu. Nada suaranya lirih khas lansia
perempuan yang lemah lembut. Tidak ada helaan nafas yang
kencang atau memelan secara tiba-tiba. Helaan nafasnya
hampir tidak tertangkap di pendengaran peneliti. Pembawaan
gaya bicaranya cenderung ceria dan ramah. Terkadang di akhir
wawancara, subyek Y juga selalu memberikan nasihat kepada
peneliti untuk menjaga kesehatannya. Ketika membahas
mengenai almarhum suami subyek, subyek Y tetap teratur
dalam berbicara. Tidak ada intonasi bicaranya yang berbeda.
b. Hasil wawancara
1. Latar Belakang
Subyek Y merupakan lansia perempuan berusia 66 Tahun
lulusan SMA. Statusnya menikah namun suaminya meninggal
akibat tidak cepat dilakukan operasi jantung.
“Sedih to, mbrebes mili rasa e nduk. Nganti nang ati.
Loro ngono. Ngeroso ora berguna maneh dadi wedok
sing nggolek duwek gawe biaya rawat bojo sampe

37
akhire bojoku wus ora ono gegarane kesuwen ora di
operasi jantung. Utang duwik ikupun ora cukup.” (Y1-
1805)
Hal tersebut karena adanya kendala biaya. Sebelum itu,
subyek Y sempat bekerja di sebuah pabrik hingga ketika masa
pensiun tiba, suaminya meninggal dunia. Semenjak subyek
sudah ditinggal pergi oleh almarhum suami subyek Y, anak
dan menantunya memaksa untuk subyek Y tinggal bersama
hingga saat ini.
“Sebener e anakku karo bojone. Jarene ben isok
mantau aku ngono. Padahal aku isok urip dewe.” (Y1-
18-05)
Namun Subyek Y masih merasa bahwa subyek dapat
hidup sendiri tanpa harus bersama anak dan menantunya.
2. Dimensi Psychological Well-Being
1) Dimensi Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
Subyek Y mempresepsikan dirinya sendiri sebagai
individu yang tidak berdaya mengingat fisiknya yang sudah
menua dengan umur dan rentan sakit bersamaan dengan
riwayat yang dimiliki subyek berupa mengidap diabetes yang
selalu merepotkan orang lain terutama anak dan menantunya.
“Lek ngartikno aku dewe kuwi, wong kulo wis tuwek
mbak. Wis ora isok nyambut gawe sing aneh-aneh. Isok
e mung yo ngene iki. Wis ora isok nyambut gawe sing
abot-abot. Ngandelno kerjo sing lungguh ae. Untung e
mbiyen melu ibuku mbatik. Dadine ora kangelan saiki
kate kerjo opo. Wong aku wis pengsiun ngene, dadine
tandane wis tuwek, haha. Mbasiyo wis tuwek, aku ora
gelem nyusahno anakku sing saiki nguripi aku. Opo
maneh aku wis gampang loro nduk, engkok ngentekno
duwik e anakku terus ae.” (Y1-1805)
Hal tersebut membuat dirinya berpegang teguh untuk tidak
merepotkan anak dan menantunya untuk merawat dan
membiayai segala bentuk kesehatan berupa biaya obat-obat
yang harus diminum setiap hari dan biaya pengobatan
kontrolnya.
“Iyo nduk, jogo-jogo misal e aku loro isok onok duwek
dewe karo bayari obat-obat sing kudu tak tuku

38
mbendino sak jadwal e. terus duwek e anak karo bojone
ben utuh gawe putuku ae sing sik TK.” (Y1-1805)
Sehingga membuat subyek Y memutuskan bekerja di
masa tuanya. Untuk membiayai segala kebutuhan
kesehatannya sendiri tanpa repot keluarganya yang
menanggung lagi. Sebab, Subyek merasa jika ada kebutuhan
anak dan menantunya yang jauh lebih di utamakan yaitu biaya
sekolah cucunya.
Prinsip yang dipegang subyek Y karena semata-mata
subyek mempersepsikan dirinya sebagai individu rentan sakit
akibat diabetes dan tidak berdaya yang selalu merepotkan
orang lain.
“Aku nduwe loro gulo nduk. Nah iku. Wis pirang taun e
lali, pas jek teko kerjo nang pabrik tau ngamar, sampe
iku wis ora gelem nyusahno lek loro. Kan isok
ngilangno duwek anakku, gawe biaya i rumah sakit
kuwi.” (Y1-1805)
Alasan utama yang diuraikan subyek mengenai subyek Y
memutuskan bekerja adalah lagi-lagi tidak jauh berbeda
menjawabnya. Selalu mencantumkan rasa tidak enak hatinya.
Subyek Y ingin tidak menjadi lansia yang merepotkan hanya
karena kondisi fisiknya yang tidak seprima dulu.
“Ben ora ngerepoti anakku lan bojone. Ben duwek e
isok di gawe bayar sekolah putuku sing ngganteng
kuwi. Karo nggolek biaya gawe kesehatan atau biaya
mangan e ngono. Ben aku isok bayar duwik obatku karo
lek misal nang rumah sakit.” (Y1-1805)
Pemicu alasan utama subyek Y tersebut dikarenakan
subyek mempersepsikan dirinnya sebagai lansia yang sudah
tidak berdaya mengingat kondisi fisiknya yang melemah,
memiliki riwayat penyakit diabetes sehingga membutuhkan
perawatan obat dan kontrol dari dokter, dan kondisi yang saat
ini dimana subyek Y tinggal bersama anak dan menantunya.
Hal tersebut membuktikan jika subyek Y mempersepsikan
dirinya adalah individu lansia yang tidak memiliki fisik prima
lagi dan rentan akan sakit mampu menerima dirinya untuk

39
terus bekerja tanpa peduli fisiknya. Sebab, dorongan utama
subyek Y adalah tidak ingin menjadi sosok yang sudah lemah
namun merepotkan orang disekitarnya.
Subyek Y menyikapi kekurangannya dengan
mempersepsikan bahwa kekurangan yang dimiliki subyek
merupakan suatu kekurangan yang harus diterimanya yang
justru membantunya untuk mengetahui mana yang
diperbolehkan untuk dilakukannya dan tidak boleh
dilakukannya.
“Kelemahan kuwi batesan e awak e dewe nduk. Kudu
isok bersyukur karo opo sing dadi kelemahan utowo
kekurangane dewe. Soale lek onok kekurangan, iku isok
ngerti opo sing iso dilakoni karo sing ora isok dilakoni
awak dewe. Koyok mbah wek iki, yo nduwe kekurangan.
Kekurangane akeh nduk. Yo awak e wis sepuh, dadi
sering loro-loro, ra isok mangan aneh-aneh. Wis ora
kuat ngelakoni sing abot-abot. Sering mumet to, mikir
duwek haha.” (Y1-1805)
Hal ini terlihat bahwa subyek Y mampu menyikapi
kekurangan yang dimiliki dengan positif. Menerimanya
dengan lapang dada, bahkan subyek Y menyadari kondisi
fisiknya yang tidak bisa digapainya. Seperti subyek Y
menyadari bahwa dirinya mudah sakit atau kambuh pada
diabetesnya, sehingga subyek tidak bisa kelelahan dengan
mengerjakan sesuatu yang berat. Kondisi itu membuat subyek
mengerti bahwa dirinya sebaiknya tidak melakukan sesuatu hal
yang berat untuk dilakukannya. Sebab hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya.
“Yo mung isok njogo pola mangan sing apik nduk. Ojok
mangan aneh-aneh, sego kudu dikurangi, akeh mangan
sayur. Ngombe obat teko dokter utowo mantri, ora oleh
ngeyel sing dikandani keluarga karo dokter pokok e
manut. Soale aku iki kan kerjo. Dadi keluarga karo
dokter lek ngandani iku mergo njogo kesehatan kulo.
Lek misal kulo pengen mangan opo, keluarga
ngelengno lek iku ora apik, kudu manut lan ora lali
ngombe obat sing teratur.” (Y1-1805)

40
Sehingga cara subyek menyikapnya dengan menjaga
kesehatannya agar dapat bekerja semaksimal mungkin. Antara
lainnya seperti mendengarkan perkataan dokter, keluarga, serta
menjaga pola makan, istirahat dan tidak lupa obat yang
dikonsumsinya setiap hari.
Subyek Y pernah melalui masa lalu yang kurang nyaman.
Hal tersebut diungkapkan oleh subyek ketika zaman dimana
subyek Y masih bekerja di pabrik.
“Ora onok nduk. Mung kedadeyan pas loro. Dadine
uwih opname mbiyen nduk pas jamane kerjo nang
pabrik. Gegarane gulone mundak terus. Dadine kadang
nduwuran iku sering nyeneni karo kate dipecat, tapi
untunge sik diparingi kesempatan kerjo nang kono.”
(Y1-1805)
Semasa subyek Y dulu masih bekerja di pabrik, subyek
mengalami hampir dipecat karena seringnya izin karena
opname.
Subyek Y mempersepsikan masa lalu dirinya itu dengan
menjadikan masa lalu adalah peristiwa pembelajaran agar tidak
terulang kembali seperti kambuh dengan menjaga kesehatan
subyek yang masih bekerja di usia tuanya saat ini agar insiden.
Namun insiden meninggalnya suami subyek Y, masih belum
terlupakan hingga saat ini. Subyek Y masih merasa bersalah
atas keterlambatannya yang membayar biaya operasi jantung
suami saat itu.
“Sedih to, mbrebes mili rasa e nduk. Nganti nang ati.
Loro ngono. Ngeroso ora berguna maneh dadi wedok
sing nggolek duwek gawe biaya rawat bojo sampe
akhire bojoku wus ora ono gegarane kesuwen ora di
operasi jantung. Utang duwik ikupun ora cukup.” (Y1-
1805)
Kesedihan pada masa lalunya ini, membuat subyek Y
mampu untuk menanggulangi agar tidak terulang kembali
dengan memperbaiki sikap atau perilakunya yang salah.
Seperti menjaga pola makan, obat, check up ke dokter dan
mencoba mensyukuri hidupnya sekarang.

41
“nggolek duwek nduk sing akeh gawe mbayar operasi
bojo, operasine sing berjuta-juta karo biaya bojoku
sing kadang kambuh dirawat, karo biayaku rawat sak
umpamane kambuh sewayah-wayah. Makane aku mikir
misale aku loro terus, mengko sopo sing ngopeni
bojoku. Anakku pastine kudu ngopeni keluargane.
Maringono aku dadi ngerawat awak tuwek iki ben ora
kambuh, ben isok nggolek duwek gawe mbayar
operasi.” (Y1-1805)
Hal tersebut membuat subyek Y memiliki penerimaan
yang baik terhadap masa lalunya dimana menyikapi masa
lalunya dengan memperbaiki pola hidupnya yang sehat.
2) Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain
(Positive Relations With Others)
Subyek Y memiliki hubungan interpersonal yang baik
dengan pekerja lainnya yang selalu memberi dukungan dan
perhatian kepada subyek di saat bekerja selain keluarganya.
“Enak nduk, uwong-uwong e podo apik. Onok sing
luwih enom teko aku ngunu tapi sik apik karo aku.
Kadang ngewangi aku utowo nakoni kulo yaopo
pekerjaanku ngono, lek ora ngono yo nakoni wis
mangan durung? Dadine aku kerjo ora kroso pegel.
Enak ngunu.” (Y1-1805)
Selain itu, subyek Y juga akan turut memberikan perhatian
kepada pekerja lain yang mengalami kesulitan walaupun hanya
sekedar menanyakan kondisinya yang kurang fit dan
menyarankan untuk beristirahat.
“Tak takoni kenopo, onok opo ngunu. Lek dijawab
alasane, kadang iso ngewangi kadang ora iso. Tapine
mek aku nakon karo ngekek i weruh lek istirahat disik
mengko loro. Tapi uwong jaman saiki semangat e
ancen tak akui. Tapi ojok sampe loro. Mesakne awak e
sing pegel wisan.” (Y1-1805)
Kondisi tersebut membuat hubungan subyek dengan
pekerja lain sangat positif. Hal ini terbukti ketika kedua pihak
baik dari subyek Y maupun dari pihak teman-teman pekerja
lainnya di sana saling memberikan perhatian kecil.
Membangun kelekatan yang baik selama bekerja di sana.
3) Dimensi Otonomi (Autonomy)

42
Subyek Y secara terus terang sangat membutuhkan
bantuan orang lain.
“Ngeroso kangelan, terus bingung kudu diapakno.
Soale awak wis ora kuat. Onok pengen njaluk rewang
tapi ora gelem nambah ngerepotne.” (Y1-1805)
Namun dikarenakan subyek Y tidak ingin merepotkan
orang lain, membuatnya urung untuk meminta bantuan. Yang
di dapat subyek Y atas sikapnya adalah perhatian dan
dukungan dari keluarga dan pekerja lain.
“Butuh nduk. Iso teko semangat keluargaku utawa teko
konco-konco sing kerjo iku. Ngewangi iku mung kadang
ngewenehi perhatian. Disiapno bekal misale, dielengno
ngombe obat, terus liyane sisan.” (Y1-1805)
Dalam tindakannya tersebut, subyek Y tidak melupakan
untuk doa dan tawakalnya subyek kepada Allah yang mampu
membuatnya terus menjalankan pekerjaannya hingga saat ini.
Hal ini membuktikan jika subyek Y membutuhkan orang lain
dalam kehidupannya melalui dukungan dan perhatian dari
orang disekitarnya tanpa harus ikut campur dalam urusan
memutuskan sesuatu.
Subyek Y juga bertahan dengan pekerjaannya yang
sempat bimbang untuk melanjutkan pekerjaannya atau tidak.
“Ora tau nduk nek kerjo ora tau berubah pikiran. Iku
wis keputusan mantep. Mung bimbang kudu mandek
karo kerjoan iki. Wedi malah parah. Tapi nek dijogo
pasti ora loro.” (Y1-1805)
Hal tersebut dikarenakan adanya faktor diri subyek yang
melihat lingkungan keluarganya selalu dibuat repot oleh
subyek sehingga subyek tidak ingin merepotkan orang di
sekitarnya untuk membiayai hidupnya. Walaupun keluarganya
tidak mempermasalahkan hal tersebut. Subyek juga memilih
melanjutkan pekerjaannya setelah COVID-19 berakhir dan
atau ketika tempat kerjanya sudah buka atau saat ada pesanan.
“Iya nduk utawa mengko nek ono panggilan yo mlebu.
Biasane nek ono pesenan ngono. Rejeki ora oleh
ditolak.” (Y1-1805)

43
Subyek Y ketika merasa labil bekerja atau tidak, subyek Y
memutuskan untuk tetap bekerja tanpa adanya campur tangan
dari pihak lain. Murni dari keputusannya sendiri.
“Iyo diewangi teko anakku karo bojone ngewangi aku.
Teko nggolekno kerjo sing isok digarap, karo mutusne
diterno jemput iku. Gegarane sik khawatir ngono
jarene. Padahal tuwek-tuwek ngene aku sik iso budal
dewe. Tapi nek mutusne kerjo nang kono opo ora, iku
aku dewe.” (Y1-1805)
Peran orang lain seperti keluarganya hanya membantu
mencari pekerjaan yang sesuai kemampuan subyek Y dan
mengantar jemput subyek ketika bekerja.
4) Dimensi Penguasaan Lingkungan (Enviromental
Mastery)
Subyek Y mengontrol kegiatan di luar dirinya dengan
berpegang teguh itu adalah kewajibannya yang harus
diselesaikan sebagai pekerja pembuat batik canting walaupun
di kejar deadline penyelesaian pemesanan atau bahkan jadwal
seharusnya jenis batik dibuat.
“Wis kewajibane, dadi wong kerjoan sing marikno
tugas e sing wakeh. Wis rejekine sing kape teko dadi
sing tak pikirno mung aku kudu marikno ngono. Lek
ora mengko ora oleh penghasilan.” (Y2-1905)
Hal tersebut membuktikan bahwa subyek Y mampu
mengontrol kegiatan pekerjaannya berlandasakan bahwa
pekerjannya tersebut adalah kewajiban yang harus segera
diselesaikan serta rezeki yang tengah datang kepadanya.
Subyek Y juga mampu memanfaatkan peluang dengan
menganggap kesempatan yang datang kepadanya merupakan
rezeki dari Allah yang tidak boleh disia-siakan. Membuat
subyek berani memutuskan menerima peluang tersebut dan
menjaga kesehatan tubuhnya agar tetap bekerja.
“Lek aku kudu tak jumuk. Ora oleh ditolak. Wis
termasuk rejeki gawe kene teka gusti Allah. Dadi ora
oleh di siak-siakno karo aku seneng.” (Y2-1905)

44
Sehingga penguasaan lingkungan yang dimiliki oleh
subyek Y memiliki kontrol kegiatan diluar dirinya dengan baik
dan mampu memanfaatkan peluang dengan menganggap
kesempatan yang datang kepadanya sebuah rezeki dari Allah
yang tidak dapat ditolak.
5) Dimensi Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Subyek Y cenderung memaknai hidupnya dengan
mempergunakan kesempatan bekerjanya di usia tua untuk
mencari biaya kesehatannya, memanjatkan doa kepada Allah
sehingga ketika di ujung umurnya subyek Y merasa tidak lagi
menyesalinya.
“Mung isok urip tanpo ngerepotne keluargaku. Uwong
e wis apik, aku ra lidok nek sampe ngerepotne. Mung
pengen kerjo gawe biaya urip karo obat ben waras
terus. Karo ngadep gusti Allah sing luwih sregep lan
tenanan. Dadine pas mati, ora nyesel amarga kurang
dilakoni apik.” (Y2-1905)
Hal ini semata-mata bahwa subyek Y bertujuan hidupnya
untuk tidak merepotkan orang lain atau keluarganya yang
sudah baik kepadanya di usia tuanya ini.
“Yo mung dungo sing akeh ambek gusti Allah ben luwih
cidek. Terus kerjo sing tenanan ben akeh rejekine.
Terus jogo kesehatan terus, ora oleh telat ngombe obat
ambek dahar opo maneh kudu istirahat cukup. Ben isok
kerjo terus ngono.” (Y2-1905)
Hasilnya subyek Y memiliki tujuan hidup yang lebih
menikmati masa hidupnya yang bekerja saat ini dengan syukur
dan menikmatinya tanpa lupa untuk mencampuri urusan
dengan Allah.
6) Dimensi Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Subyek Y cenderung tidak memiliki rencana untuk
meningkatkan potensinya sebagai seorang pembatik canting
lebih dari pekerjaannya saat ini karena kondisinya yang sudah
menuda, sudah bukan waktunya untuk lebih dari ini.
“Ndak nduk. Wis tuwek. Ora iso sing luwih teko saiki.
Isok kerjo ae wis seneng. Dadine sakmene ae. Ben cah

45
sing luwih enom ae sing kudu ningkatno dadi sing luwih
teko aku ngono.” (Y2-1905)
Menurut subyek Y yang cocok adalah anak yang masih
muda. Sebab, saat ini subyek Y bekerja hanya untuk mencari
biaya kesehatannya yang memiliki riwayat diabetes.
“Luwih peduli karo kesehatan ben isok terus kerjo
nduk. Mangan e kudu teratur karo ngombe obat ngono.
Karo isok kontrol rutin ngono. Luwih bersyukur. Luwih
ngeroso sehat. Yo mung pegel-pegel awak wae kan
lungguh terus ngono. ” (Y2-1905)
Sehingga dari uraian di atas bahwa pertumbuhan pribadi
pada subyek Y memiliki pertumbuhan pribadi yang lebih
mengarah kepada menjaga kesehatannya agar dapat bekerja
dengan baik.

C. Analisis Antarpersonal
Responden memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda.
Pada responden pertama yaitu subyek X merupakan seorang lansia
laki-laki berumur 64 tahun yang tinggal seorang diri di sebuah
kontrakan daerah Sidoarjo. Pendidikan terakhirnya adalah SMP.
Memiliki 2 anak yang sudah berkeluarga di Jakarta dan Kalimantan,
hanya sudah tidak memberi kabar setelah 3 tahun belakangan ini.
pekerjaan subyek X dulunya adalah sebagai montir di sebuah
bengkel yang dekat dengan kontrakannya selama 8 tahun sebelum
akhirnya dipecat oleh pemilik bengkel karena kondisi fisik dan usia
subyek yang tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Sejak insiden
pemecatan itu, akhirnya subyek X menjadi pengangguran beberapa
bulan, kemudian menjadi tukang parkir sebelum menjadi pekerja
pembuat batik cap. Sedangkan pada responden kedua yaitu subyek Y
merupakan seorang lansia perempuan berumur 66 tahun. Lulusan
pendidikan akhir adalah SMA. Statusnya sudah menikah namun
suaminya meninggal akibat teralmbatnya melakukan operasi jantung
karena terkendala biaya. Sebelumnya subyek Y pernah bekerja di
sebuah pabrik. Sempat terancam di pecat karena subyek Y sering

46
kambuh sakit diabetes. Ketika sudah pensiun, suaminya meninggal
dunia. Semenjak itu subyek di paksa untuk tinggal bersama anak dan
menantunya agar dapat memantau kondisi subyek Y hingga saat ini.
Kedua subyek masih bekerja di usia tuanya menjadi pekerja
batik di salah satu Kampoeng Batik M. Subyek X bekerja menjadi
pembatik tersebut sudah 9 tahun bagian batik cap. Subyek X bekerja
karena subyek membutuhkan biaya hidupnya sendiri di sebuah
kontrakan kecil. Sedangkan pada subyek Y bekerja menjadi
pembatik tersebut sudah kurang lebih 7 tahun bagian canting batik.
Subyek Y bekerja karena subyek tidak ingin merepotkan anak dan
menantunya yang membiayai kehidupan kesehatannya kemudian
subyek Y akhirnya bekerja untuk mencari upah biaya obat-obat
diabetes yang harus diminumnya, kontrol ke dokter, biaya kesehatan
jika subyek berjaga-jaga harus rawat inap.
Dalam dimensi psychological well-being, responden memiliki
persamaan dan perbedaan. Pada dimensi penerimaan diri (self-
acceptance), subyek X mampu menerima segala bentuk
kehidupannya dengan mempersepsikan dirinya untuk selalu
menikmati pekerjaannya sebagai pembatik di masa tua dengan penuh
rasa syukur. Untuk mempertahankan rasa menikmati pekerjaannya,
subyek X cenderung melepas kejenuhan bekerja yang monoton
dengan berbicara atau berbincang bersama teman-teman pekerja
lainnya. Subyek X juga menerima segala kekurangan yang
dimilikinya baik kondisi fisiknya yang sudah menua dan mudah
pegal jika terlalu lama untuk berdiri. Sebab subyek X cenderung
mendeskripsikan kekurangannya merupakan suatu hal yang tidak
membuatnya berhenti menyerah untuk terus bekerja sehingga cara
menyikapi kekurangan adalah dengan mencoba menyempatkan
untuk memanfaatkan waktu istirahatnya dan mengisi stamina
tubuhnya. Namun, subyek X kurang menerima masa lalu dirinya
yang dipecat dari bengkel dengan alasan usianya yang sudah terlalu

47
tua sehingga mempengaruhi kondisi fisiknya. Ketika subyek X
melewati bengkel dulu subyek bekerja, subyek X kembali teringat
dan rasa tidak terimanya muncul. Sehingga saat ini subyek mencoba
untuk mengikhlaskan dan mencoba mensyukuri pekerjaannya saat
ini yang telah diganti oleh Tuhan. Sedangkan subyek Y
mempersepsikan dirinya sebagai individu yang tidak berdaya
mengingat fisiknya yang sudah menua dengan umur dan rentan sakit
bersamaan dengan riwayat yang dimiliki subyek berupa mengidap
diabetes yang selalu merepotkan orang lain terutama anak dan
menantunya. Subyek Y menyikapi kekurangannya dengan
mempersepsikan bahwa kekurangan yang dimiliki subyek
merupakan suatu kekurangan yang harus diterimanya yang justru
membantunya untuk mengetahui mana yang diperbolehkan untuk
dilakukannya dan tidak boleh dilakukannya. Seperti subyek Y
menyadari bahwa dirinya mudah sakit atau kambuh pada
diabetesnya, sehingga subyek tidak bisa kelelahan dengan
mengerjakan sesuatu yang berat. Kondisi itu membuat subyek
mengerti bahwa dirinya sebaiknya tidak melakukan sesuatu hal yang
berat untuk dilakukannya. Sebab hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatannya. Subyek Y mempersepsikan masa
lalu dirinya itu dengan menjadikan masa lalu adalah peristiwa
pembelajaran agar tidak terulang kembali seperti kambuh dengan
menjaga kesehatan subyek yang masih bekerja di usia tuanya saat ini
membuat subyek Y memiliki penerimaan yang baik terhadap masa
lalunya dimana menyikapi masa lalunya dengan memperbaiki pola
hidupnya yang sehat. Namun insiden meninggalnya suami subyek Y,
masih belum terlupakan hingga saat ini. Subyek Y masih merasa
bersalah atas keterlambatannya yang membayar biaya operasi
jantung suami saat itu. Kedua subyek sama-sama kurang menerima
insiden menyakitkan di masa lalunya berupa jika pada subyek X
insiden pemecatan pekerjaan sebelumnya di bengkel selama 8 tahun

48
dengan alasan fisik, sedangkan subyek Y insiden subyek yang
kurang cepat mengumpulkan biaya operasi jantung untuk suaminya
yang sekarang sudah tiada.
Dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain (positive
relations with others), pada subyek X cenderung memiliki hubungan
interpersonal yang baik dengan pekerja yang lain. Aktivitas subyek
yang berbicara dengan pekerja lain menggantikan rasa kesepian
hidupnya akibat keluarga subyek yang tidak mengunjungi dan
memberikan kabar 3 tahun lamanya. Membuat subyek X harus
berusaha menjalani hidupnya sendiri. Subyek X juga memiliki
inisiatif ketika pekerja lain mengalami kesulitan dan subyek X akan
mengambil alih pekerjaan temannya yang disuruhnya untuk
beristirahat sejenak. Interaksi subyek X dengan teman pekerja lain
yang terbilang cukup dekat, saling memberikan dukungan dan
perhatian satu sama lain membuat kedekatan diantaranya menjadikan
hubungan yang positif. Sedangkan pada subyek Y memiliki
hubungan interpersonal yang baik dengan pekerja lainnya yang
selalu memberi dukungan dan perhatian kepada subyek di saat
bekerja selain keluarganya. Selain itu, subyek Y juga akan turut
memberikan perhatian kepada pekerja lain yang mengalami kesulitan
walaupun hanya sekedar menanyakan kondisinya yang kurang fit
dan menyarankan untuk beristirahat. Kondisi hubungan baik pada
subyek X dan Y dengan orang lain membuat memiliki hubungan
yang positif dan adanya kelekatan yang baik terhadap pekerja lain.
Pada dimensi otonomi (autonomy), subyek X memiliki
kemandirian dalam menyelesaikan kendala yang dialaminya.
Inisiatif-inisiatif subyek X untuk menanggulanginya dengan
mempergunakan waktu istirahatnya dengan baik dan mencari
hiburan melalui interaksi dengan teman pekerja lain di sela
pekerjaannya atau waktu istirahatnya untuk bekerja membuat subyek
X mampu menangani rasa sumpek akibat pekerjaannya yang

49
monoton dan teringat keluarganya yang tidak sedikitpun memberi
kabar. Dengan inisiatifnya tersebut mampu membuat subyek X
bertahan menjalankan kehidupannya untuk bekerja di usia tuanya
sehingga dapat berjalan dengan baik hingga saat ini. Hal tersebut
juga terbukti dikarenakan subyek X tidak menceritakan persoalan
keluarganya melainkan topik hal lain yang sama dengan teman-
teman pekerja lain. Kemandirian subyek X juga dapat dilihat dari
segi dirinya yang tinggal sendiri di sebuah kontrakan hingga saat ini.
tekanan sosial keluarganya tidak mempengaruhi keputusan subyek
X. Serta selalu melibatkan segala urusannya dengan berdoa kepada
yang Maha Kuasa. Akan tetapi, walaupun subyek X memiliki
hubungan yang baik dengan pekerja lain dan tetangganya, dalam
memutuskan sesuatu, subyek X tidak mencampur uruskan ketika
subyek mengambil keputusan. Dimana keputusan yang dibuat
subyek X merupakan keputusan yang di ambil tanpa adanya campur
tangan dari orang lain selain dirinya. Ketahanan subyek untuk
bekerja menjadi pembatik cap yang dulunya benar-benar bukan
keahlian subyek X, saat ini dilatar belakangi juga karena ketelatenan
pemilik batik yang mau untuk mengajarkan subyek X menjadi
pembatik yang benar. Sedangkan pada subyek Y secara terus terang
sangat membutuhkan bantuan orang lain. Namun dikarenakan
subyek Y tidak ingin merepotkan orang lain, membuatnya urung
untuk meminta bantuan. Yang di dapat subyek Y atas sikapnya
adalah perhatian dan dukungan dari keluarga dan pekerja lain.
Dalam tindakannya tersebut, subyek Y tidak melupakan untuk doa
dan tawakalnya subyek kepada Allah yang mampu membuatnya
terus menjalankan pekerjaannya hingga saat ini. Hal ini
membuktikan jika subyek Y membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya walaupun subyek mengaku mengalami kesulitan.
Subyek Y juga bertahan dengan pekerjaannya yang sempat bimbang
untuk melanjutkan pekerjaannya atau tidak. Hal tersebut dikarenakan

50
adanya faktor diri subyek yang melihat lingkungan keluarganya
selalu dibuat repot oleh subyek sehingga subyek tidak ingin
merepotkan orang di sekitarnya untuk membiayai hidupnya.
Walaupun keluarganya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Peran
orang lain seperti keluarganya hanya membantu mencari pekerjaan
yang sesuai kemampuan subyek Y dan mengantar jemput subyek
ketika bekerja.
Pada dimensi penguasaan lingkungan (enviromental mastery),
subyek X mampu mengontrol kegiatan di luar dirinya. Hal ini
terbukti ketika subyek dikejar deadline pengerjaan batik yang
menumpuk tanpa melupakan tubuhnya untuk istirahat saat jam
istirahat pekerjaannya dan tidak lupa kewajiban pribadinya berupa
ibadah, dan mengisi stamina pada tubuhnya. Dalam penguasaan
lingkunganya, subyek X juga mampu memanfaatkan peluang yang
ada dengan menjalankannya tanpa harus menyia-nyiakan walaupun
konsekuensi pekerjannya ini dulu adalah diluar keahliannya.
Ditambah kondisinya yang hidup sendiri dan membutuhkan uang
untuk mencukupi kebutuhannya. Hal ini karena subyek X
menganggap kesempatan tidak akan datang kembali, kemudian
subyek yang mmebutuhkan biaya kehidupan sehingga subyek X
menerima kesempatan pekerjaan membatik tersebut dengan baik dan
sungguh-sungguh hingga saat ini. sedangkan pada subyek Y mampu
mengontrol kegiatan di luar dirinya dengan berpegang teguh pada
kewajibannya yang harus diselesaikan sebagai pekerja pembuat batik
canting walaupun di kejar deadline penyelesaian pemesanan atau
bahkan jadwal seharusnya jenis batik dibuat. Sebab menuurt subyek
Y pekerjaannya adalah kewajiban yang harus diselesaikan dan rezeki
yang datang kepadanya. Subyek Y juga mampu memanfaatkan
peluang dengan menganggap kesempatan yang datang kepadanya
merupakan rezeki dari Allah yang tidak boleh disia-siakan. Membuat
subyek berani memutuskan menerima peluang tersebut dan menjaga

51
kesehatan tubuhnya agar tetap bekerja. Sehingga penguasaan
lingkungan yang dimiliki oleh subyek X & Y memiliki kontrol
kegiatan diluar dirinya dengan baik dan mampu memanfaatkan
peluang dengan menganggap kesempatan yang datang kepadanya
sebuah rezeki dan kewajiban yang harus diselesaikannya.
Pada dimensi tujuan hidup (purpose in life), subyek X
cenderung memaknai hidupnya untuk selalu bersyukur dengan
kehidupannya saat ini dan pekerjaannya saat ini walaupun tanpa
perhatian dan dukungan keluarganya sendiri. Sebab tujuan subyek X
adalah meneruskan hidupnya untuk bekerja mencari upah hidupnya
sehingga membuat subyek X juga harus menjaga kesehatan
tubuhnya agar tetap bisa bekerja disertai berdoa dan ibadah.
Sedangkan pada subyek Y, cenderung memaknai hidupnya dengan
mempergunakan kesempatan bekerjanya di usia tua untuk mencari
biaya kesehatannya, memanjatkan doa kepada Allah sehingga ketika
di ujung umurnya subyek Y merasa tidak lagi menyesalinya. Subyek
Y bertujuan hidup saat ini untuk tidak merepotkan orang lain atau
keluarganya yang sudah baik kepadanya di usia tuanya ini. Hasilnya
subyek Y memiliki tujuan hidup yang lebih menikmati masa
hidupnya yang bekerja saat ini dengan syukur dan menikmatinya
tanpa lupa untuk mencampuri urusan dengan Allah. Kedua subyek
memiliki pemaknaan hidup yang bertujuan untuk bertahan hidup di
usianya saat ini dengan bekerja untuk mencukupi kebutuhannya dan
mesnyukuri hidupnya saat ini dengan mencampuri urusan berdoa di
dalamnya.
Pada dimensi pertumbuhan pribadi (personal growth), subyek X
merupakan individu yang selalu ingin belajar tentang hal baru pada
dirinya. Namun, subyek X tidak memiliki perencanaan kedepannya
dalam meningkatkan potensinya yang lebih dari posisinya sekarang,
sebab subyek X merasa cukup dengan kondisi dan lingkungannya
saat ini. Sedangkan pada subyek Y, cenderung tidak memiliki

52
rencana untuk meningkatkan potensinya sebagai seorang pembatik
canting lebih dari pekerjaannya saat ini karena kondisinya yang
sudah menuda, sudah bukan waktunya untuk lebih dari ini.
Menurutnya hal tersebut cocok jika untuk yang lebih muda darinya.
Subyek Y lebih menjagat kesehatannya agar lebih stabil untuk saat
ini. Kedua subyek tersebut tidak memiliki perencanaan untuk
menjadi yang lebih dari posisinya saat ini, sebab merasa cukup
dengan kondisinya saat ini mengingat umur yang sudah menua.

IV.3. Pembahasan
Hasil penelitian pada kedua responden memiliki latar belakang
kehidupan yang berbeda. Pada responden pertama yaitu subyek X
merupakan seorang lansia laki-laki berumur 64 tahun yang tinggal
seorang diri di sebuah kontrakan daerah Sidoarjo. Pendidikan
terakhirnya adalah SMP. Memiliki 2 anak yang sudah berkeluarga
di Jakarta dan Kalimantan, hanya sudah tidak memberi kabar setelah
3 tahun belakangan ini. pekerjaan subyek X dulunya adalah sebagai
montir di sebuah bengkel yang dekat dengan kontrakannya selama 8
tahun sebelum akhirnya dipecat oleh pemilik bengkel karena kondisi
fisik dan usia subyek yang tidak memungkinkan lagi untuk bekerja.
Sejak insiden pemecatan itu, akhirnya subyek X menjadi
pengangguran beberapa bulan, kemudian menjadi tukang parkir
sebelum menjadi pekerja pembuat batik cap. Sedangkan pada
responden kedua yaitu subyek Y merupakan seorang lansia
perempuan berumur 66 tahun. Lulusan pendidikan akhir adalah
SMA. Statusnya sudah menikah namun suaminya meninggal akibat
teralmbatnya melakukan operasi jantung karena terkendala biaya.
Sebelumnya subyek Y pernah bekerja di sebuah pabrik. Sempat
terancam di pecat karena subyek Y sering kambuh sakit diabetes.
Ketika sudah pensiun, suaminya meninggal dunia. Semenjak itu

53
subyek di paksa untuk tinggal bersama anak dan menantunya agar
dapat memantau kondisi subyek Y hingga saat ini.
Ryff (1989) mendefinisikan Psychological Well-Being sebagai
sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap
diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur
lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan
hidup dan membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha
mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Kedua subyek masih bekerja di usia tuanya menjadi pekerja
batik di salah satu Kampoeng Batik M. Subyek X bekerja menjadi
pembatik tersebut sudah 9 tahun bagian batik cap. Subyek X bekerja
karena subyek membutuhkan biaya hidupnya sendiri di sebuah
kontrakan kecil. Sedangkan pada subyek Y bekerja menjadi
pembatik tersebut sudah kurang lebih 7 tahun bagian canting batik.
Subyek Y bekerja karena subyek tidak ingin merepotkan anak dan
menantunya yang membiayai kehidupan kesehatannya kemudian
subyek Y akhirnya bekerja untuk mencari upah biaya obat-obat
diabetes yang harus diminumnya, kontrol ke dokter, biaya kesehatan
jika subyek berjaga-jaga harus rawat inap.
Kesejahteraan psikologis atau biasa disebut dengan
psychological well-being adalah suatu kondisi indvidu yang mampu
menghadapi berbagai hal yang dapat memicu permasalahan dalam
kehidupannya, mampu melalui periode sulit dalam kehidupannya
dengan mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya dan
menjalankan fungsi psikologi positif sehingga dapat merasakan
adanya kesejahteraan batin dalam hidup individu.
Dalam dimensi psychological well-being, responden memiliki
persamaan dan perbedaan. Pada dimensi penerimaan diri (self-
acceptance), subyek X mampu menerima segala bentuk
kehidupannya dengan mempersepsikan dirinya untuk selalu

54
menikmati pekerjaannya sebagai pembatik di masa tua dengan penuh
rasa syukur. Untuk mempertahankan rasa menikmati pekerjaannya,
subyek X cenderung melepas kejenuhan bekerja yang monoton
dengan berbicara atau berbincang bersama teman-teman pekerja
lainnya. Subyek X juga menerima segala kekurangan yang
dimilikinya baik kondisi fisiknya yang sudah menua dan mudah
pegal jika terlalu lama untuk berdiri. Sebab subyek X cenderung
mendeskripsikan kekurangannya merupakan suatu hal yang tidak
membuatnya berhenti menyerah untuk terus bekerja sehingga cara
menyikapi kekurangan adalah dengan mencoba menyempatkan
untuk memanfaatkan waktu istirahatnya dan mengisi stamina
tubuhnya. Namun, subyek X kurang menerima masa lalu dirinya
yang dipecat dari bengkel dengan alasan usianya yang sudah terlalu
tua sehingga mempengaruhi kondisi fisiknya. Ketika subyek X
melewati bengkel dulu subyek bekerja, subyek X kembali teringat
dan rasa tidak terimanya muncul. Sehingga saat ini subyek mencoba
untuk mengikhlaskan dan mencoba mensyukuri pekerjaannya saat
ini yang telah diganti oleh Tuhan. Sedangkan subyek Y
mempersepsikan dirinya sebagai individu yang tidak berdaya
mengingat fisiknya yang sudah menua dengan umur dan rentan sakit
bersamaan dengan riwayat yang dimiliki subyek berupa mengidap
diabetes yang selalu merepotkan orang lain terutama anak dan
menantunya. Subyek Y menyikapi kekurangannya dengan
mempersepsikan bahwa kekurangan yang dimiliki subyek
merupakan suatu kekurangan yang harus diterimanya yang justru
membantunya untuk mengetahui mana yang diperbolehkan untuk
dilakukannya dan tidak boleh dilakukannya. Seperti subyek Y
menyadari bahwa dirinya mudah sakit atau kambuh pada
diabetesnya, sehingga subyek tidak bisa kelelahan dengan
mengerjakan sesuatu yang berat. Kondisi itu membuat subyek
mengerti bahwa dirinya sebaiknya tidak melakukan sesuatu hal yang

55
berat untuk dilakukannya. Sebab hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatannya. Subyek Y mempersepsikan masa
lalu dirinya itu dengan menjadikan masa lalu adalah peristiwa
pembelajaran agar tidak terulang kembali seperti kambuh dengan
menjaga kesehatan subyek yang masih bekerja di usia tuanya saat ini
membuat subyek Y memiliki penerimaan yang baik terhadap masa
lalunya dimana menyikapi masa lalunya dengan memperbaiki pola
hidupnya yang sehat. Namun insiden meninggalnya suami subyek Y,
masih belum terlupakan hingga saat ini. Subyek Y masih merasa
bersalah atas keterlambatannya yang membayar biaya operasi
jantung suami saat itu. Kedua subyek sama-sama kurang menerima
insiden menyakitkan di masa lalunya berupa jika pada subyek X
insiden pemecatan pekerjaan sebelumnya di bengkel selama 8 tahun
dengan alasan fisik, sedangkan subyek Y insiden subyek yang
kurang cepat mengumpulkan biaya operasi jantung untuk suaminya
yang sekarang sudah tiada. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
Ryff (1989) di dalam mendefinisikan penerimaan diri sebagai
karakterteristik aktualisasi diri, fungsi optimal dan kematangan
perjalanan hidup dimana individu dapat menerima dirinya dalam
kondisi apapun dan dengan masa lalu baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan. Sebab cara memandang masa
lalu adalah poin utama dalam keberhasilan mencapai kesejahteraan
psikologis. Menurut Ryff dan Keyes (1995), semakin individu dapat
menerima dirinya sendiri, maka akan semakin tinggi sikap positif
individu tersebut terhadap diri sendiri, memahami, menerima semua
aspek diri, termasuk kualitas diri yang buruk dan memandang masa
lalu sebagai sesuatu yang baik. Namun, pada subyek X dan Y belum
mampu menerima masa lalu yang tidak menyenangkan. Sehingga
kedua subyek tersebut masih belum dapat dikategorikan menerima
dirinya sendiri sehingga sikap positif individu terhadap dirinya
sendiri masuk ke dalam kategori rendah.

56
Dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain (positive
relations with others), pada subyek X cenderung memiliki hubungan
interpersonal yang baik dengan pekerja yang lain. Aktivitas subyek
yang berbicara dengan pekerja lain menggantikan rasa kesepian
hidupnya akibat keluarga subyek yang tidak mengunjungi dan
memberikan kabar 3 tahun lamanya. Membuat subyek X harus
berusaha menjalani hidupnya sendiri. Subyek X juga memiliki
inisiatif ketika pekerja lain mengalami kesulitan dan subyek X akan
mengambil alih pekerjaan temannya yang disuruhnya untuk
beristirahat sejenak. Interaksi subyek X dengan teman pekerja lain
yang terbilang cukup dekat, saling memberikan dukungan dan
perhatian satu sama lain membuat kedekatan diantaranya menjadikan
hubungan yang positif. Sedangkan pada subyek Y memiliki
hubungan interpersonal yang baik dengan pekerja lainnya yang
selalu memberi dukungan dan perhatian kepada subyek di saat
bekerja selain keluarganya. Selain itu, subyek Y juga akan turut
memberikan perhatian kepada pekerja lain yang mengalami kesulitan
walaupun hanya sekedar menanyakan kondisinya yang kurang fit
dan menyarankan untuk beristirahat. Kondisi hubungan baik pada
subyek X dan Y dengan orang lain membuat memiliki hubungan
yang positif dan adanya kelekatan yang baik terhadap pekerja lain.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ryff (1989) yang mendefinisikan
hubungan positif dengan orang lain merupakan tingkat kemampuan
dalam berhubungan hangat dengan orang lain serta hubungan
interpersonal yang didasari oleh kepercayaan dan perasaan empati,
mencintai serta kasih sayang yang kuat. Menurut Ryff dan Keyes
(1995), semakin besar kemampuan individu dalam membina
hubungan interpersonal, maka hal ini menunjukan bahwa individu
tersebut memiliki perhatian terhadap kesejahteraan orang lain,
mampu berempati, menyayangi, menjalin keintiman dengan orang
lain, memahami konsep memberi dan menerima dalam membangun

57
sebuah hubungan. Maka pada subyek X dan Y memiliki
kemampuan besar pada individu dalam membina hubungan
interpersonal sehingga individu subyek X dan Y memilki perhatian
terhadap kesejahteraan orang lain, mampu berempati, menyayangi,
menjalin keintiman dengan orang lain, memahami konsep memberi
dan menerima dalam membangun sebuah hubungan pertemanan
dengan pekerja lain di tempat kerjanya.
Pada dimensi otonomi (autonomy), subyek X memiliki
kemandirian dalam menyelesaikan kendala yang dialaminya.
Inisiatif-inisiatif subyek X untuk menanggulanginya dengan
mempergunakan waktu istirahatnya dengan baik dan mencari
hiburan melalui interaksi dengan teman pekerja lain di sela
pekerjaannya atau waktu istirahatnya untuk bekerja membuat subyek
X mampu menangani rasa sumpek akibat pekerjaannya yang
monoton dan teringat keluarganya yang tidak sedikitpun memberi
kabar. Dengan inisiatifnya tersebut mampu membuat subyek X
bertahan menjalankan kehidupannya untuk bekerja di usia tuanya
sehingga dapat berjalan dengan baik hingga saat ini. Hal tersebut
juga terbukti dikarenakan subyek X tidak menceritakan persoalan
keluarganya melainkan topik hal lain yang sama dengan teman-
teman pekerja lain. Kemandirian subyek X juga dapat dilihat dari
segi dirinya yang tinggal sendiri di sebuah kontrakan hingga saat ini.
Tekanan sosial keluarganya tidak mempengaruhi keputusan subyek
X. Serta selalu melibatkan segala urusannya dengan berdoa kepada
yang Maha Kuasa. Akan tetapi, walaupun subyek X memiliki
hubungan yang baik dengan pekerja lain dan tetangganya, dalam
memutuskan sesuatu, subyek X tidak mencampur uruskan ketika
subyek mengambil keputusan. Dimana keputusan yang dibuat
subyek X merupakan keputusan yang di ambil tanpa adanya campur
tangan dari orang lain selain dirinya. Ketahanan subyek untuk
bekerja menjadi pembatik cap yang dulunya benar-benar bukan

58
keahlian subyek X, saat ini dilatar belakangi juga karena ketelatenan
pemilik batik yang mau untuk mengajarkan subyek X menjadi
pembatik yang benar. Sedangkan pada subyek Y secara terus terang
sangat membutuhkan bantuan orang lain. Namun dikarenakan
subyek Y tidak ingin merepotkan orang lain, membuatnya urung
untuk meminta bantuan. Yang di dapat subyek Y atas sikapnya
adalah perhatian dan dukungan dari keluarga dan pekerja lain.
Dalam tindakannya tersebut, subyek Y tidak melupakan untuk doa
dan tawakalnya subyek kepada Allah yang mampu membuatnya
terus menjalankan pekerjaannya hingga saat ini. Hal ini
membuktikan jika subyek Y membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya melalui dukungan dan perhatian dari orang
disekitarnya tanpa harus ikut campur dalam urusan memutuskan
sesuatu. Subyek Y juga bertahan dengan pekerjaannya yang sempat
bimbang untuk melanjutkan pekerjaannya atau tidak. Hal tersebut
dikarenakan adanya faktor diri subyek yang melihat lingkungan
keluarganya selalu dibuat repot oleh subyek sehingga subyek tidak
ingin merepotkan orang di sekitarnya untuk membiayai hidupnya.
Walaupun keluarganya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Peran
orang lain seperti keluarganya hanya membantu mencari pekerjaan
yang sesuai kemampuan subyek Y dan mengantar jemput subyek
ketika bekerja serta memberi bentuk sebuah perhatian dan dukungan
saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ryff dan Keyes (1995) bahwa
orang yang memiliki otonomi tinggi mampu menentukan keputusan
bagi dirinya sendiri sehingga mampu melepaskan tekanan sosial dan
sebaliknya, orang yang memiliki otonomi rendah akan mengevaluasi
dirinya melalui pandangan orang lain dan menyesuaikan diri
terhadap tekanan sosial. Maka, pada subyek X dan Y memiliki
otonomi yang tinggi sehingga mampu menentukan keputusan bagi
dirinya sendiridan melepaskan tekanan sosial yang ada.

59
Pada dimensi penguasaan lingkungan (enviromental mastery),
subyek X mampu mengontrol kegiatan di luar dirinya. Hal ini
terbukti ketika subyek dikejar deadline pengerjaan batik yang
menumpuk tanpa melupakan tubuhnya untuk istirahat saat jam
istirahat pekerjaannya dan tidak lupa kewajiban pribadinya berupa
ibadah, dan mengisi stamina pada tubuhnya. Dalam penguasaan
lingkunganya, subyek X juga mampu memanfaatkan peluang yang
ada dengan menjalankannya tanpa harus menyia-nyiakan walaupun
konsekuensi pekerjannya ini dulu adalah diluar keahliannya.
Ditambah kondisinya yang hidup sendiri dan membutuhkan uang
untuk mencukupi kebutuhannya. Hal ini karena subyek X
menganggap kesempatan tidak akan datang kembali, kemudian
subyek X yang membutuhkan biaya kehidupan sehingga subyek X
menerima kesempatan pekerjaan membatik tersebut dengan baik dan
sungguh-sungguh hingga saat ini. Sedangkan pada subyek Y mampu
mengontrol kegiatan di luar dirinya dengan berpegang teguh pada
kewajibannya yang harus diselesaikan sebagai pekerja pembuat batik
canting walaupun di kejar deadline penyelesaian pemesanan atau
bahkan jadwal seharusnya jenis batik dibuat. Sebab menuurt subyek
Y pekerjaannya adalah kewajiban yang harus diselesaikan dan rezeki
yang datang kepadanya. Subyek Y juga mampu memanfaatkan
peluang dengan menganggap kesempatan yang datang kepadanya
merupakan rezeki dari Allah yang tidak boleh disia-siakan. Membuat
subyek berani memutuskan menerima peluang tersebut dan menjaga
kesehatan tubuhnya agar tetap bekerja. Sehingga penguasaan
lingkungan yang dimiliki oleh subyek X & Y memiliki kontrol
kegiatan diluar dirinya dengan baik dan mampu memanfaatkan
peluang dengan menganggap kesempatan yang datang kepadanya
sebuah rezeki dan kewajiban yang harus diselesaikannya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ryff (1989) yang mendefinisikan
penguasaan lingkungan merupakan kemampuan untuk memilih atau

60
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi psikis. Menurut
Ryff & Keyes (1995) individu yang memiliki penguasaan
lingkungan yang tinggi memiliki rasa menguasai, berkompetensi
dalam mengatur lingkungan, mampu mengontrol kegiatan-kegiatan
eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan yang
ditawarkan lingkungan secara efektif dan mampu memilih atau
menciptakan konteks lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan
nilai pribadinya. Sebaliknya, penguasaan lingkungan yang rendah
akan membuat individu cenderung sulit mengembangkan lingkungan
sekitar, kurang menyadari kesempatan yang ditawarkan di
lingkungan dan kurang memiliki kontrol terhadap dunia di luar diri.
Maka, pada subyek X dan Y memiliki penguasaan lingkungan yang
tinggi sehingga adanya rasa menguasai, berkompetensi dalam
mengatur lingkungan, mampu mengontrol kegiatan-kegiatan
eksternal (pekerjaannya), menggunakan kesempatan yang
ditawarkan lingkungan secara efektif dan mampu memilih atau
menciptakan konteks lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan
nilai pribadinya.
Pada dimensi tujuan hidup (purpose in life), subyek X
cenderung memaknai hidupnya untuk selalu bersyukur dengan
kehidupannya saat ini dan pekerjaannya saat ini walaupun tanpa
perhatian dan dukungan keluarganya sendiri. Sebab tujuan subyek X
adalah meneruskan hidupnya untuk bekerja mencari upah hidupnya
sehingga membuat subyek X juga harus menjaga kesehatan
tubuhnya agar tetap bisa bekerja disertai berdoa dan ibadah.
Sedangkan pada subyek Y, cenderung memaknai hidupnya dengan
mempergunakan kesempatan bekerjanya di usia tua untuk mencari
biaya kesehatannya, memanjatkan doa kepada Allah sehingga ketika
di ujung umurnya subyek Y merasa tidak lagi menyesalinya. Subyek
Y bertujuan hidup saat ini untuk tidak merepotkan orang lain atau
keluarganya yang sudah baik kepadanya di usia tuanya ini. Hasilnya

61
subyek Y memiliki tujuan hidup yang lebih menikmati masa
hidupnya yang bekerja saat ini dengan syukur dan menikmatinya
tanpa lupa untuk mencampuri urusannya dengan Allah. Kedua
subyek memiliki pemaknaan hidup yang bertujuan untuk bertahan
hidup di usianya saat ini dengan bekerja untuk mencukupi
kebutuhannya dan mesnyukuri hidupnya saat ini dengan mencampuri
urusan berdoa di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ryff
dan Keyes (1995) bahwa individu yang memiliki tujuan hidup yang
baik dikatakan memiliki tujuan hidup dan arah kehidupan, merasa
memiliki arti tersendiri dari pengalaman hidup masa kini dan masa
lalu, percaya pada kepercayaan tertentu yang memberikan arah
hidupnya serta memiliki cita-cita atau tujuan hidup. Sebaliknya,
individu yang kurang memiliki tujuan idup hanya memiliki sedikit
keinginan dan cita-cita, kurang memiliki arah kehidupan yang jelas
dan tidak melihat pengalamannya di masa lalu serta tidak memiliki
bakat yang menjadi kehidupannya lebih berarti. Maka, pada subyek
X dan Y memiliki tujuan hidup yang baik dengan memiliki arti
tersendiri dari pengalaman hidupnya, serta percaya kepada
kepercayaan tertentu (selalu melibatkan Tuhan di dalam proses
hidupnya) yang memberikan arah hidupnya.
Pada dimensi pertumbuhan pribadi (personal growth), subyek X
merupakan individu yang selalu ingin belajar tentang hal baru pada
dirinya. Namun, subyek X tidak memiliki perencanaan kedepannya
dalam meningkatkan potensinya yang lebih dari posisinya sekarang,
sebab subyek X merasa cukup dengan kondisi dan lingkungannya
saat ini. Sedangkan pada subyek Y, cenderung tidak memiliki
rencana untuk meningkatkan potensinya sebagai seorang pembatik
canting lebih dari pekerjaannya saat ini karena kondisinya yang
sudah menuda, sudah bukan waktunya untuk lebih dari ini.
Menurutnya hal tersebut cocok jika untuk yang lebih muda darinya.
Subyek Y lebih menjagat kesehatannya agar lebih stabil untuk saat

62
ini. Kedua subyek tersebut tidak memiliki perencanaan untuk
menjadi yang lebih dari posisinya saat ini, sebab merasa cukup
dengan kondisinya saat ini mengingat umur yang sudah menua. Hal
ini tidak sesuai dengan pernyataan Ryff (1989) yang mendefinisikan
pertumbuhan pribadi merupakan optimal psychological functioning
tidak hanya bermakna pada pencapaian terhadap karakteristik-
karakteristik tertentu, namun pada sejauh mana seseorang terus-
menerus mengembangkan potensi dirinya, bertumbuh, dan
meningkatkan kualitas positif pada dirinya. Kebutuhan akan
aktualisasi diri dan menyadari potensi diri merupakan perspektif
utama dari aspek pertumbuhan diri. Keterbukaan akan pengalaman
baru merupakan salah satu karakteristik dari fully functioning person.
Individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai
dengan adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang
berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sendiri sebagai
individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam
menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan
yang terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu, serta dapat
berubah menjadi pribadi yang lebih efektif dan memiliki
pengetahuan yang bertambah (Ryff, 1989). Maka, pada subyek X
dan Y tidak memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai
dengan tidak adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang
memandang dirinya sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan
berkembang, dan sudah tidak terbuka terhadap pengalaman-
pengalaman baru.
Faktor kondisi psychological well-being ditemukan subyek X
yaitu bekerja untuk mencari kebutuhan biaya hidupnya sendiri.
Kemudian subyek Y bekerja untuk mencari biaya kebutuhan
kesehatannya sendiri agar tidak merepotkan keluarga dan
mendekatkan diri kepada Allah.

63
BAB V
KEISMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Dari hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
kedua responden memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda.
Pada responden pertama yaitu subyek X merupakan seorang lansia
laki-laki berumur 64 tahun yang tinggal seorang diri di sebuah
kontrakan daerah Sidoarjo. Pendidikan terakhirnya adalah SMP.
Memiliki 2 anak yang sudah berkeluarga di Jakarta dan Kalimantan,
hanya sudah tidak memberi kabar setelah 3 tahun belakangan ini.
pekerjaan subyek X dulunya adalah sebagai montir di sebuah
bengkel yang dekat dengan kontrakannya selama 8 tahun sebelum
akhirnya dipecat oleh pemilik bengkel karena kondisi fisik dan usia
subyek yang tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Sejak insiden
pemecatan itu, akhirnya subyek X menjadi pengangguran beberapa
bulan, kemudian menjadi tukang parkir sebelum menjadi pekerja
pembuat batik cap. Sedangkan pada responden kedua yaitu subyek Y
merupakan seorang lansia perempuan berumur 66 tahun. Lulusan
pendidikan akhir adalah SMA. Statusnya sudah menikah namun
suaminya meninggal akibat teralmbatnya melakukan operasi jantung
karena terkendala biaya. Sebelumnya subyek Y pernah bekerja di
sebuah pabrik. Sempat terancam di pecat karena subyek Y sering
kambuh sakit diabetes. Ketika sudah pensiun, suaminya meninggal
dunia. Semenjak itu subyek di paksa untuk tinggal bersama anak dan
menantunya agar dapat memantau kondisi subyek Y hingga saat ini.
Kedua subyek masih bekerja di usia tuanya menjadi pekerja batik di
salah satu Kampoeng Batik M. Subyek X bekerja menjadi pembatik
tersebut sudah 9 tahun bagian batik cap. Subyek X bekerja karena
subyek membutuhkan biaya hidupnya sendiri di sebuah kontrakan
kecil. Sedangkan pada subyek Y bekerja menjadi pembatik tersebut

64
sudah kurang lebih 7 tahun bagian canting batik. Subyek Y bekerja
karena subyek tidak ingin merepotkan anak dan menantunya yang
membiayai kehidupan kesehatannya kemudian subyek Y akhirnya
bekerja untuk mencari upah biaya obat-obat diabetes yang harus
diminumnya, kontrol ke dokter, biaya kesehatan jika subyek berjaga-
jaga harus rawat inap.
Pada subyek X, dimensi psychological well-being yang
terpenuhi dengan baik adalah dimensi hubungan positif dengan
orang lain (positive relations with others), otonomi (autonomy),
penguasaan lingkungan (enviromental mastery), dan tujuan hidup
(purpose in life). Namun, pada dimensi penerimaan diri (self
aceptance) yang dimiliki subyek X belum mampu menerima masa
lalu yang tidak menyenangkan dimana insiden pemecatan pekerjaan
sebelumnya di bengkel selama 8 tahun dengan alasan fisik. Maka
penerimaan diri subyek X masih belum dapat dikategorikan
menerima dirinya sendiri, maka sikap positif individu terhadap
dirinya sendiri masuk ke dalam kategori rendah. Selain itu, adapula
dimensi lain yang tidak terpenuhi dengan baik adalah dimensi
pertumbuhan pribadi (personal growth), karena subyek X tidak
memiliki perencanaan untuk menjadi yang lebih dari posisinya saat
ini. Hal ini disebabkan subyek X yang merasa cukup dengan
kondisinya saat ini mengingat umur yang sudah menua. Maka, pada
subyek X tidak memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai
dengan tidak adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang
memandang dirinya sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan
berkembang, dan sudah tidak terbuka terhadap pengalaman-
pengalaman baru. Faktor kondisi psychological well-being
ditemukan subyek X yaitu bekerja untuk mencari kebutuhan biaya
hidupnya sendiri.
Pada subyek Y, dimensi psychological well-being yang
terpenuhi dengan baik adalah dimensi hubungan positif dengan

65
orang lain (positive relations with others), otonomi (autonomy),
penguasaan lingkungan (enviromental mastery), dan tujuan hidup
(purpose in life). Namun, pada dimensi penerimaan diri (self
aceptance) yang dimiliki subyek Y belum mampu menerima masa
lalu yang tidak menyenangkan dimana insiden keterlambatan
pembiayaan operasi jantung kepada suami Y, membuat suami Y
meninggal dunia. Maka penerimaan diri subyek Y masih belum
dapat dikategorikan menerima dirinya sendiri, maka sikap positif
individu terhadap dirinya sendiri masuk ke dalam kategori rendah.
Selain itu, adapula dimensi lain yang tidak terpenuhi dengan baik
adalah dimensi pertumbuhan pribadi (personal growth), karena
subyek Y tidak memiliki perencanaan untuk menjadi yang lebih dari
posisinya saat ini. Hal ini disebabkan subyek Y yang merasa cukup
dengan kondisinya saat ini mengingat umur yang sudah menua.
Maka, pada subyek Y tidak memiliki pertumbuhan pribadi yang baik
ditandai dengan tidak adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang
memandang dirinya sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan
berkembang, dan sudah tidak terbuka terhadap pengalaman-
pengalaman baru. Faktor kondisi psychological well-being
ditemukan subyek Y yaitu bekerja untuk mencari biaya kebutuhan
kesehatannya sendiri agar tidak merepotkan keluarga dan
mendekatkan diri kepada Allah.

V.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk responden adalah
mempertahankan psychological well-being agar kehidupan
kesejahteraan psikologisnya dalam usia saat ini yang masih bekerja
menjadi tetap stabil/baik dengan menerima diri baik dari masa lalu-
saat ini-yang akan datang, menjaga hubungan positif diri dengan
orang lain, dan menguasai lingkungannya. Selain itu tetap menilai
diri positif dan mempertahankan aktivitas positif yang dilakukannya.

66
Adapula saran yang dapat diberikan kepada orang dilingkungan
responden untuk tetap mendukung responden agar dapat bertahan
baik dalam bekerja, memberikan dukungan agar selalu semangat
menjalani kehidupannya, mengingatkan agar menjaga kesehatannya,
serta memberikan nasihat tanpa menyakitinya.
Yang terakhir, saran bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan
dapat melakukan penelitian dengan responden yang lebih banyak
lagi dengan range usia yang berbeda serta menambahkan literasi
lebih banyak dan lebih konkret dari penelitian ini.

67
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B. (2012) Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Martinez, C., Martin, A.J., Liem, G.A.D., & Colmar, S. (2012). A
longitudinal analysis of physical and psychological wellbeing
amongst late adolescents: Exploring the transition from
school to postschool life. Australian Educational and
Developmental Psychologist, 29, 17-43. DOI:
10.1017/edp.2012.1.
Pratiwi, I. W., & Samudro, G. A. (2017). Fenomena Ketekunan Para
Pekerja Lansia. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Pengembangan SDM, 6(2).
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup
Edisi 11 Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Sholihah, W.M. (2014). Makna Kebahagiaan Sejati (Authentic Happiness)
Calon Tenaga Kerja Wanita Yang Akan Bekerja di Luar Negeri.
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rahayu, Malika Alia. (2009). Psychological Well-Being pada Istri Kedua
dalam Pernikahan Poligami. Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Ryff, C.D & Keyes, C.L.M, (1995). The Structurs of Psychological
well being Revisited. Journal of Personality and Social
Psychology Vol. 69 : 719-727
Ryff, C.D & Keyes, C.L.M, (1995). The Structurs of Psychological
well being Revisited. Journal of Personality and Social
Psychology Vol. 69 : 719-727.

68
LAMPIRAN 1
Panduan Wawancara

69
PANDUAN WAWANCARA
A. Pedoman Umum
 Identitas Subyek:
Nama :.......................................................................
Inisial :.......................................................................
TTL :.......................................................................
Usia :.......................................................................
Status :.......................................................................
Pendidikan Terakhir :.......................................................................
Pekerjaan Saat Ini
:.......................................................................
Pekerjaan Sebelumnya :.......................................................................
Alamat :.......................................................................

70
NO. ASPEK DEFINISI INDIKATOR PERTANYAAN
1. Penerimaan diri Kemampuan individu menerima dirinya secara Persepsi mengenai 1. Bagaimana asumsi Anda mengenai diri Anda sendiri?
(self- keseluruhan baik pada masa kini maupun masa lalu diri sendiri 2. Bagaimana perasaan Anda?
acceptance) sehingga mampu mengaktualisasi diri, berfungsi 3. Apa saja yang Anda lakukan terhadap diri Anda sendiri?
optimal dan bersikap positif terhadap kehidupan yang 4. Apa yang menjadi alasan Anda melakukan hal tersebut?
dijalaninya (kematangan). Sikap terhadap 1. Apa yang Anda ketahui mengenai kelemahan yang Anda miliki?
kelemahan dan 2. Apa yang Anda lakukan untuk menanggulangi kelemahan Anda?
kekuatan yang 3. Bagaimana perasaan Anda pada saat itu?
dimiliki 4. Pada saat situasi apa Anda harus melakukan hal tersebut?
Persepsi mengenai 1. Apakah Anda pernah mengalami hal yang kurang nyaman di masa lalu?
masa lalunya 2. Bagaimana perasaan Anda jika mengingat tentang masa yang telah Anda lalui
sebelumnya?
3. Pada saat situasi apa hal tersebut terjadi?
4. Apa yang Anda lakukan ketika hal tersebut terjadi kembali?
2. Hubungan Individu mampu memiliki hubungan positif dengan Hubungan 1. Bagaimana hubungan Anda terhadap para karyawan yang lain di sana?
positif dengan individu lain adalah individu yang bisa membuka diri interpersonal 2. Apa yang Anda rasakan saat Anda bekerja dengan pekerja yang lain di sana?
orang lain dengan lingkungannya dan memiliki keinginan untuk 3. Pernahkah Anda melihat pekerja yang lain mengalami kesulitan?
(positive berbagi kasih sayang dan kepercayaan kepada orang 4. Pada saat situasi seperti apa hal itu terjadi pada saat itu?
relations with lain. 5. Apa yang Anda lakukan pada saat itu?
others)
3. Otonomi Kemampuan inididu yang mempercayai dirinya dalam Kemandirian 1. Apa saja yang Anda rasakan ketika tengah mengalami kendala pada diri Anda?
(autonomy) menghadapi lingkungan termasuk situasi yang 2. Apa yang Anda lakukan pada saat itu?
mengancam serta memiliki keterampilan yang baik 3. Apa alasan Anda melakukan hal tersebut?
dalam mengambil ketputusan atas permasalahan. 4. Apakah Anda memerlukan bantuan orang lain dalam menyelesaikannya?
Individu mampu menentukan nasib sendiri (self- 5. Apakah yang Anda lakukan dapat menyelesaikan kendala Anda pada saat itu?
determination), kemampuan mandiri, tahan terhadap Tahan terhadap 1. Pernahkah Anda merubah keputusan Anda?
tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri dan tekanan sosial 2. Apa yang menjadi alasan Anda pada saat itu?

71
mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur 3. Apakah Anda tetap melanjutkan keputusan Anda tersebut?
tangan orang lain. 4. Bagaimana hasil atas keputusan Anda pada saat itu?
5. Bagaimana respon lingkungan sekitar Anda terhadap keputusan Anda tersebut?
Mampu mengambil 1. Pernahkah Anda berada dalam permasalahan yang mengharuskan Anda untuk
keputusan tanpa mengambil keputusan secara cepat pada saat itu?
adanya campur 2. Pada saat situasi seperti apa?
tangan orang lain 3. Apa yang Anda putuskan?
4. Apakah Ada peran lain yang membantu Anda mengambil keputusan tersebut?
4. Penguasaan Individu yang memiliki keyakinan dan kompetensi Mampu mengontrol 1. Apa yang Anda rasakan ketika ada hal yang banyak sekali harus dikerjakan oleh
Lingkungan dalam mengatur lingkungannya serta memanfaatkan kegiatan di luar diri Anda?
(enviromental kesempatan yang ada di lingkungan. 2. Bagaimana Anda dalam membagi waktu bersama pekerjaan Anda saat ini?
mastery) 3. Pada saat situasi apa Anda merasakan hal tersebut?
4. Apa yang Anda lakukan pada saat itu?
5. Apa yang Anda pikirkan untuk melakukan hal tersebut?
Memanfaatkan 1. Apa yang Anda rasakan ketika mendengar adanya kesempatan untuk Anda?
peluang yang ada 2. Kapan Anda terakhir mendapatkan kesempatan seperti itu?
3. Apa yang Anda lakukan pada saat itu?
4. Apa yang Anda pikirkan untuk memilih melakukan hal tersebut?
5. Tujuan hidup Individu memiliki pemahaman yang jelas akan Pemaknaan 1. Apa yang Anda maknai tentang hidup Anda saat ini?
(purpose in life) tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan hidupnya 2. Apa yang Anda rasakan ketika menjalankan aktivitas di dalam hidup Anda saat
bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam ini?
hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa 3. Apa tujuan hidu yang ingin Anda capai?
lampau dan masa sekarang memiliki makna. 4. Apa saja yang ingin Anda lakukan pada kehidupan Anda saat ini untuk mencapai
tujuan hidup Anda?
5. Kapan Anda dapat melaksanakan hal tersebut?
6. Pertumbuhan Individu menyadari kemampuannya dalam Perencanaan dan 1. Menurut Anda, potensi apa yang Anda miliki sendiri?
pribadi merencanakan dan melakukan berbagai kegiatan yang pelaksanaan kerja 2. Apakah Anda memiliki rencana untuk meningkatkan potensi tersebut?
(personal dapat membantunya untuk mengembangkan diri, belajar 3. Apakah ada perubahan ketika Anda menjadi seorang pekerja pembuat batik?

72
growth) dari kesalahannya untuk melakukan perbaikan yang 4. Bagaimana Anda melaksanakan rencana tersebut?
positif secara kontinyu. 5. Apakah ada peran lain yang membantu Anda dalam meningkatkan potensi diri?
6. Apa yang menjadi alasan Anda melakukan rencana tersebut?
7. Apa yang Anda rasakan selama rencana itu Anda mulai kerjakan?

73
LAMPIRAN 2
Transkrip Wawancara

74
IDENTITAS INFORMAN
“SUBYEK 1 (X)”

Nama : Subagyo
Inisial :X
TTL : Sidoarjo, 22 Maret 1956
Usia : 64 Tahun
Status : Sudah Menikah (Pasangan Meninggal)
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan Saat Ini : Karyawan Batik (Cap)
Pekerjaan Sebelumnya : Karyawan Bengkel
Alamat : Kampoeng Batik X, Sidoarjo

75
ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN

HARI 1
SABTU, 16 MEI 2020 PUKUL 15.00 WIB
T : “Assalammu’alaim mbah. Bagaimana kabarnya?”
J : “Waalaikumsalam, baik mbak alhamdulillah.”
T : “Semoga selalu diberikan kesehatan dan rezeki ya mbah.”
J : “Aamin aamiin maturnuwun mbak.”
T : “Oke, Sebelumnya saya mau mengucapkan terimakasih berkat mbah yang mau
meluangkan waktunya di sore hari ini untuksaya tanya-tanyain. Gapapa ya
RAPPO mbah?”
J : “Mboten nopo-nopo mbak. Kulo nggeh senggang kok niki. Mung lenggah ning
lencak.”
T : “Oke, apa bisa dimulai mbah? Atau mbah mau menyelesaikan sesuatu gitu?”
J : “Mboten mbak, wis leyeh-leyeh kulo.”
T : “Oke kalau sudah tidak ada, bisa dimulai ya mbah?”
J : “Monggo mbak.”
ISI Penerimaan diri Persepsi mengenai diri sendiri T : “Bagaimana penilaian tentang diri mbah sendiri?”
(self- J : “Menurut kulo pribadi, pripun nggeh mba. Nggeh ngonten niki lah. Nggeh kulo
acceptance) nikmati kehidupan kulo sing sakniki. Nggeh meskipun kulo niku taksih kerjo
piyambak, nggeh tapi kulo berusaha menikmati. Kulo dadi wong sing
bersyukur.”
T : “Apa yang mbah rasakan ketika sedang menjalankan pekerjaan mbah saat ini?”
J : “Nggeh sing kulo rasakaken yo nggeh seneng-seneng ae mbak. Soale kulo
sampun biasa kerjo. Dadi selain untuk biasa hidup piyambak, nggeh kulo
dadiaken hiburan. Dadi mbok menowo, perasaan kulo niku seneng terus.”
T : “Mbah tadi kan bilang kalau mbah berusaha menikmati pekerjaan mbah saat ini
dan berusaha untuk selalu senang gitu, lalu hal apa yang mbah lakukan terhadap
diri mbah sendiri biar mbah bisa selalu senang dengan pekerjaannya?”

76
J : “Ya kan di sela-sela kulo kerjo mbatik niku, kan mboten kerjo dewenan. Kan
kulo enten rencang-rencang. Seumuran loh mbak. Nah kulo saget cerito, ngobrol
kaleh sing liyane saget termasuk hiburan bagi kulo niku.”
T : “Lalu apa yang menjadikan alasan mbah untuk selalu berusaha senang ketika
bekerja dengan melakukan interaksi bersama teman-teman di sana?”
J : “Soale niku sing kulo ceritaaken nggih kalih rencang-rencang niku nggih sami-
sami dirasaaken soale kan seumuran dadi masalah sami dadi masalah nyambuh
dadine seneng ngonten.”
T : “Memangnya apa yang didapat oleh diri mbah sendiri ketika sudah merasa
senang setelah melakukan hal tersebut?”
J : “Nggih sing kulo rasaaken seneng mawon. Soale niku kan ngebantu kulo
melepas kejenuhan teko aktivitas kulo sing niku-niku mawon. Terus lek kulo
kerjo kan damel kebutuhan kulo piyambak. Dadi kulo mboten jenuh ngono lo
mba kalih kerjo ane kulo.”
Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan yang dimiliki T : “Oke, apa yang mbah tau tentang kelemahan atau kekurangan yang dimiliki?”
J : “Nggih sing dadi ngeroso berat niku nek nggeh sampun udzur sampun tuwo
nggeh awak niku yo keroso pege. Terus lek didamel ngadek suwe, pegel linu.
Nggeh sing dadi halangan niku faktor fisik mawon mergo wis tuwo. Kan mboten
saget dalem kerjo sing kuat-kuat.”
T : “Lalu apa yang mbah lakukan untuk menanggulangi kekurangan yang mbah
miliki tersebut?”
J : “Nggeh niku mbak, kan nopo nek kerjo seharian kan kebanyakan kulo ngadek.
Nggih kadang kulo niku lenggah pisan-pisan. Terus nggih kadang niku kerjo
damel istirahat kan, kulo gunakne istirahat kaleh ngunjuk air putih utowo dahar
makanan tuku teko warung.”
T : “Bagaimana perasaan mbah saat itu?”
J : “Nggeh mboten ngerasakno nopo-nopo. Nggeh ancen wis dadi kewajiban kulo.
Kulo yo nggeh kudu soale damel kebutuhan kulo piyamba. Dadi nggeh meski

77
ngerusulo sitik, tapi nggih kulo kerjaaken.”
T : “Pada saat situasi apa sih mbah merasa seperti itu?”
J : “Nggeh lek kejo niku mawon, tapi nggeh mboten mbendino. Saumpami kerjo
seminggu, baru keroso pegel e. ngonten niku mbak. Tergantung kondisi awak
kulo piyambak.”
T : “Ketika hal tersebut terjadi kembali, apa yang akan mbah lakukan?”
J : “Nggeh kadang kulo istirahat, lek ancen mboten sehat kulo ijin mboten nyambut
gawe. Dadi kulo damel istirahat teng kamar. Tapi niku lek kepekso banget. Soale
nek mboten kepekso eman mboten kerjo, bayaran kulo berkurang. Nek taksih
kuat, kulo taksih kerjo.”
T : “Memangnya mbah pernah sakit sampai nggak kerja?”
J : “Lek sakit parah niku mboten, Cuma lek izin ora mlebu niku pernah.”
T : “Pernah nggak sih mbah merasa kesal dengan kondisi tersebut yang badan mbah
sering pegal?”
J : “Nggeh kulo mboten terlalu mikirake atau ngeluh terus-terusan. Soale nggeh
mboten enten fungsine. Nek ngeluh terus, sambatan terus dadi kulo nggeh
mboten terlalu mikiraken kejenuhan-kejenuhan niku.”
T : “Jadi mbah nggak mempermasalahkan kekurangan mbah yang lebih mudah
capek itu ya? Karena mbah ketika merasa capek, mbah berusaha untuk istirahat
biar badan pulih, seperti kalau udah nggak kuat mbah izin kerja tapi kalau masih
kuat mbah kerja gitu ya?”
J : “Inggih mbak.”
Persepsi mengenai masa lalunya T : “Terus, apakah mbah pernah mengalami hal yang kurang nyaman di masa lalu?”
J : “Nggeh awale niku sebenere kulo kerjo ning bengkel mbak. Kulo teng bengkel
niku sakjane sampun suwe. Tapi nggih sing jenenge umur, makin tuwo niku lak
makin kroso semakin pegel, akhir e sing nduwe bengkel niku mboten percoyo
maneh kalih kulo. Nggih akhir e kulo istilahe di pecat ngunu lo mba karena usia
kulo sing ora memungkinkan maleh. Sakjane kulo niku taksih sreg kerjo nang

78
bengkel. Tapi nggih yaopo malih, kulo mboten saget protes. Kan niku wis dadi
kebijakan sing nduwe bengkel.”
T : “Bengkel di mana mbah?”
J : “Ning cidek omah kontrakan kok mbak.”
T : “Sejak kapan mbah kerja di bengkel saat itu?”
J : “Nggeh nek mboten kulo salah, ket umur 47, berarti 8 tahunan kulo kerjo. Umur
55 an kulo baru dipecat. Ngoten.”
T : “Lalu bagaimana perasaan mbah jika mengingat tentang masa tersebut?”
J : “Perasaan kulo sakjane wis mboten nopo-nopo, yo tapi nggeh koyok kulo
mboten nriman. Soale kulo dipecat alasane kulo wis tuwo. Kecuali nek kulo
ngelakoni keasalahan, ora opo-opo ngono.”
T : “Oke, pada saat situasi seperti apa mbah merasakan hal tersebut?”
J : “Pas nek kulo ngelewati bengkel ngroso koyok ngono mba. Koyok ora trimo
nang ati.”
T : “Kalau boleh tau, apa saat melihat semua bengkel atau bengkel yang dulu mbah
kerja saja?”
J : “Bengkel mbyien tok mbak.”
T : “Apa yang mbah lakukan ketika hal tersebut terjadi kembali?”
J : “Nggeh mung nekani nang ati, yen ora oleh ngroso ora trimo terus ngenten.
Wong kulo wis entuk nyambut gawe sing luwih enak, dadi nggeh berusaha ora
ngeroso ngono terus. Ikhlasne ae. Isok ae kulo dipecat ben gusti Allah ngekek i
kulo penggaweyan sing luwih apik maleh ngonten.”
T : “Jadi mbah hanya merasa ketika melihat bengkel yang dulu menjadi tempat
kerja mbah saja ya? Dan mbah saat ini berusaha untuk mengikhlaskan.”
J : “Nggih ngonten mba.”
ISI Hubungan Hubungan interpersonal T : “Oke, nah kan tempat kerja mbah sekarang banyak pekerja lain kan mbah,
positif dengan gimana hubungan mbah terhadap teman-teman lain di sana?”
orang lain J : “Nggeh konco-konco podo apik, nek wayah e istirahat ngonten nggeh cerito-

79
(positive cerito bareng ngonten. Dadi sing awak dewe podo kesel, dadi mboten keroso
relations with pegel e ngonten. Digowo seneng lah.”
others) T : “Apa yang mbah rasakan ketika bekerja dengan pekerja yang lain di sini?”
J : “Nggarai kulo kerjo niku mboten ngeroso pegel, jalaran seneng mbak. Terus
ngeroso kulo mboten dewe malih, kan soale keluarga kulo mboten onok kabar,
dadi mben ambek konco kerjo dadi ngeroso ora dewe nang ndunyo.”
T : “Oh, kalau boleh tau, kenapa mbah bilang kalau keluarga mbah nggak ada
kabar? Dimana mereka?”
J : “Anak kulo niku mboten malih njenguk kulo sejak puasa 3 tahun lalu nduk.
Onok sing nang Jakarta, onok sing nang Kalimantan. Nelfon kulo ae mboten.”
T : “Sudah pernah coba menghubungi?”
J : “Ora di angkat nduk. Paling wis ora gelem ngakoni mbah e niki haha.”
T : “Okey, ehm kembali ke persoalan pekerjaan mbah, pernah ngga mbahmelihat
pekerja yang lain mengalami kesulitan?”
J : “Nggeh tau mba, koyo onok sing gerah. Ngonten, saking kepegelen garapane
wakeh mbeludak mbak.”
T : “Apa yang mbah lakukan pada saat itu?”
J : “Nggeh mergo konco kulo, dadine pas iku kulo nggarap kerjaane. Terus konco
kulo niku ben istirahat dilut, mengko nek wis mari baru ngelanjutne ngonten.
Awak dewe kerjo podo nang kono, dadine kodo ngewangi liyane yen ono
kangelan.”
T : “Jadi pada saat ada teman mbah yang kesulitan karena sakit waktu itu, mbah
akhirnya mencoba menggantikan pekerjaannya dan menyuruhnya istirahat.
Kalau sudah lebih baik, baru nanti teman mbah melanjutkan kembali yang sudah
mbah kerjakan, begitu ya?”
J : “ Nggeh daripada mengko onok opo-opo terus ora iso ngelanjutne kerjone.”
ISI Otonomi Kemandirian T : “Oke, kemudian apa yang mbah rasakan ketika tengah mengalami
(autonomy) kendala/kesulitan pada diri mbah sendiri?”

80
J : “Nggeh ngerosone sumpek mba. Nang pikiran iku mesti kepikiran terus ora onok
entek e. Mergo mikirno yaopo carane ben mari ngonten.”
T : “Lalu apa yang mbah lakukan pada saat seperti itu?”
J : “Nggeh kulo manfaatne wektu istirahat gawe ngobrol ambe konco liane, ben
pikiran niku saget mikir jernih. Ora mikir elek-elek. Nek wis isok ngguyu, kulo
biasane isok ngelanjutno kerjaan kulo. Mboten usah mikir sing pegel liyan-liyan
e. ngonten.”
T : “Apa alasan mbah melakukan hal tersebut?”
J : “Mergo yen kulo ngobrol kalih liyane niku, rosone plong ngonten. Dadi kulo
niku mboten saget ngelanjutne kerjo an kulo yen wis ngerasa sumpek mbak.
Dadi kulo kudu ngilangne roso sumpek niku dhisik ben saget lanjut malih.”
T : “Apakah mbah memerlukan bantuan orang lain dalam menyelesaikan kesulitan
mbah itu?”
J : “Mboten se, kulo mung perlu konco niku gawe pripun nggeh. Niku gawe ben
pikiran iku isok mikir sing apik-apik. Dadi onok pengaruhe ben kulo saget
ngelanjutke kerjoan kulo.”
T : “Biasanya pas waktu apa mbah selalu merasakan hal seperti itu?”
J : “Biasane pas kejo kulo eleng keluarga kulo kok nggeh kebangetan ora nggolek o
kulo. Ngonten. Padahal kulo wis nggedekno anak kulo kok saiki lali ambek kulo.
Opo maneh ibu e iku wis mboten onok. Dadi kulo urip dewe an nang kontrakan
cilik. Untung tonggo sebelah kulo apik wong e.”
T : “Okay, apakah dengan cara mbah meluangkan waktu untuk berbicara dengan
teman-teman mbah itu bisa menyelesaikan kesulitan yang pada saat itu kembali
teringat?”
J : “Nggeh saget mbak. Pripun nggeh, ngaruh e sitik tapi isok lah gawe kulo
ngelanjutno kerjaan kulo. Ngonten. Soale ora ngono, kulo kesusahan mengko
entuk duwek e piye ngonten.”
Tahan terhadap tekanan sosial T : “Okey, pernahkah mbah merubah keputusan mbah sendiri secara tiba-tiba?”

81
J : “Ora tau mbak.”
T : “Apa alasan mbah pada saat itu tidak pernah merubah keputusan apapun sama
sekali?”
J : “Soale kulo kudu mandiri, urip dewe, dadi nggeh kulo ora tau isok ngerubah
keputusan. Opo maneh kerjo utowo keputusan kulo gawe urip dewe. Wong yen
kulo nggolek anak kulo ora onok duwek, mung cukup gawe mangan. Mengko
nek nggolek, kulo ilang dadi gembel haha. Ora saget mbalek.”
T : “Apakah mbah tetap melanjutkan keputusan mbah hingga kedepannya?”
J : “Nggeh nek sampe kapan anak kulo mboten nggolek i kulo, pasrah tetep ngene
tetep kerjo nang batik. Tak ngapdi mba. Karo nyuwun kekuatan nang sing Kuasa
nang ndunyo iki.”
T : “Bagaimana hasil atas keputusan mbah yang tetap bertahan bekerja hingga saat
ini?”
J : “Kulo saget mangan, saget ngelanjutno urip. Ora perlu anak anak kulo sing
ngopeni kulo saget urip. Kerjo dewe.”
T : “Bagaimana respon lingkungan sekitar mbah terhadap keputusan mbah
tersebut?”
J : “Ora onok sing ngerespon mba. Keluarga kulo mboten ngereken. Dadine mung
nduweni konc-konco sing nggeh, apik karo kulo lan tonggo sebelah kulo sing
merhatikno kulo yen mulih kerjo ngono kulo ditakoni wis dhahar durung?
Mengko diajak mangan bareng ngonten karo keluargane.”
Mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur T : “Pernahkah mbah berada dalam permasalahan yang mengharuskan mbah untuk
tangan orang lain mengambil keputusan secara cepat saat itu juga?”
J : “Nggeh tau mba.”
T : “Pada saat situasi seperti apa mbah saat itu?”
J : “Nggeh kulo kan sebelum e kerjo nang bengkel terus di pecat niku. Akhir e kulo
sempet dadi pengangguran pirang wulan ngunu. Terus akhir e kulo mboten
gelem nganggur maleh, mung kerjo dadi tukang parkir. Akhir e tonggo kulo mau

82
nawani kerjo nang kene mbatik iki.”
T : “Apa yang mbah putuskan akhirnya?”
J : “Nggeh kulo ragu wong ora iso opo-opo, tapi jarene mengko di ajari. Akhir e
kulo coba soale mung dikek i kesempatan nganti sorene mawon.”
T : “Apakah ada orang lain yang membantu mbah untuk mengambil keputusan
itu?”
J : “Mboten enten, niku murni kulo sederek mutusne iyo dicoba sek, pasti kulo
saget nek di wuruk i. Buktine nganti sakniki kulo kerjo nang kene nganti 9 tahun
nan. Sing nduwe nggeh apik karo telaten karo kulo nganti isok ngene. Makane
akeh sing seneng kerjan nang kono, mergo sing nduwe apik wong e.”
ISI Penguasaan Mampu mengontrol kegiatan di luar diri T : “Okey, Apa yang mbah rasakan ketika ada hal pekerjaan yang banyak sekali
Lingkungan harus diselesaikan sama mbah?”
(enviromental J : “Pastine yen ngarani niku opo nggeh...gopoh haha. Soale di uber waktu niku.”
mastery) T : “Pada saat situasi apa mbah merasakan hal tersebut?”
J : “Nggeh kerjaan nang kerjoan saiki, niku onok pesenan karo koyok wis wayahe
nggawe batik niki-niku ngonten. Pasti wis terjadwal lan wakeh.”
T : “Bagaimana mbah dalam membagi wkatu bersama pekerjaan mbah saat itu?”
J : “Alon-alon dilakoni sing sregep, lek misale kulo pegel, istirahat, kudu ibadah
sisan karo dahar. Mengko dilanjut malih. Asal tepat waktu mawon ngonten. Ora
usah di ulur-ulur.”
T : “Apa yang mbah lakukan pada saat itu? Dapat bagian apa mbah saat itu?”
J : “Cetak batik mbak. Ndek ruangan sing ketutup terus panas.”
T : “Apa yang mbah pikirkan untuk melakukan hal tersebut?”
J : “Mung iling nggeh niku wis kewajiban kulo dadi sing nyambut gawe nang kunu.
Opo maneh sing nduwe wong e apik, dadi ora oleh ngelarani atine ngonten.”
T : “Jadi, mbah nggak mau mengecewakan hati sang pemiliki begitu ya?”
J : “Enggeh mbak.”
Memanfaatkan peluang yang ada T : “Terus apa yang mbah rasakan ketika mendengar adanya kesempatan yang

83
datang untuk mbah?”
J : “Kudu dipergunakne sing apik. Kudu diterimo.”
T : “Kapan mbah terakhir kali mendapatkan kesempatan seperti itu?”
J : “Nggeh pas kulo ditawani kerjoan nang batik niku kaleh tonggo kulo.”
T : “Apa yang mbah lakukan pada saat itu?”
J : “Nerimo kerjo ne mbak. Nggeh mboten nopo-nopo yen kulo belajar maleh.
Nanging kulo sak niki saget ngelakoni.”
T : “Apa yang mbah pikirkan untuk memilih melakukan hal tersebut?”
J : “Mergane nggeh ora bakal ono kesempatan malih. Dadine kulo nggeh butuh
duwit, gawe urip dewe nang kene. Dadine nggeh diterimo ngonten.”
ISI Tujuan hidup Pemaknaan hidupnya T : “Oke, apa yang mbah artikan tentang hidup mbah saat ini?”
(purpose in life) J : “Sakniki kudu bersyukur isok urip dewe. Ora oleh ngeluh. Ben sing ora
nganggep, kulo nggeh saget ora nganggep anak-anak kulo. Kulo mbuktikne yen
kulo saget urip dewe.”
T : “Kalau misalkan anak mbah nanti nemuin mbah bagaimana?”
J : “Mboten nopo-nopo. Nangin kulo mboten gelem yen dijak melu. Nang kene ae
kulo wis seneng.”
T : “Apa tujuan yang ingin mbah capai saat ini?”
J : “Ora onok. Mung isok selalu nduweni duwit gawe urip dewe nang kene.”
T : “Apa saja yang ingin mbah lakukan pada kehidupan mbah saat ini untuk
mencapai tujuan mbah itu?”
J : “Terus sehat ben isok kerjo nggolek duwit, ben iku ora sepiro tapi isok di nggo
dahar karo urip. Karo dungo sing akeh ben di ewangi karo sing kuasa. Ojok lali
ibadah.”
T : “Kapan mbah dapat melaksanakan hal tersebut?”
J : “Sakniki wis kulo lakokne mbak. Dadine kulo isok urip 9 tahun iki dadi kerjo
nang batik.”
ISI Pertumbuhan Perencanaan dan pelaksanaan kerja T : “Menurut mbah potensi atau sesuatu apa yang mbah miliki sendiri?”

84
pribadi J : “Wong kulo wong sing gelem sinau asal kelakon mba. Dadine opo ae saget kulo
(personal kerjakne.”
growth) T : “Apakah mbah memiliki rencana untuk meningkatkan apa yang mbah miliki
tersebut?”
J : “Mboten mbak. Ngene wis cukup. Sampun.”
T : “Apakah ada perubahan ketika mbah menjadi seorang pekerja pembuat batik?”
J : “Nggeh kulo dadi saget nguripi urip kulo. Saget dahar, saget sehat. Ngonten.
Mboten dadi pengangguran. Oleh konco sing dadine kulo mboten ngeroso dewe
malih nang kene.”
T : “Apakah ada orang lain yang membantu mbah dalam meningkatkan sesuatu
yang mbah miliki tadi?”
J : “Nggeh sing nduweni penggaweyan pabrik mau ngrewangi kulo nganti saget
nggawe batik cetak. Karo konco-konco nang kerjo ngonten kadang nggeh
ngewangi kulo.”
T : “Apa yang mbah rasakan hingga saat ini setelah semua yang mbah lakukan?”
J : “Nggeh kulo bersyukur sanget kaleh urip kulo sakniki. Kulo mung pengen
diparingi sehat terus nganti isok kerjo terus. Matur suwon sanget nggeh kalih
tonggo kulo niku kaleh konco-konco kulo lan sing nduweni batik niku.”
PENUTUP T : “Oke, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih banyak sama mbah karena
sudah mau meluangkan waktunya dari hari ini. Dan bersedia menjadi yang saya
wawancarai. Sebelumnya saya juga mohon maaf jikalau ada kata-kata yang
kurang berkenan di hati mbah.”
J : “Enggeh mbak mboten nopo-nopo.”
T : “Kalau begitu saya akhiri saja karena sudah siang. Semoga bapak selalu dalam
keadaan sehat ya.”
J : “Enggeh mbak matur suwun sanget.”
T : “Semoga puasanya juga lancar, diberikan rezeki selalu, dan dikelilingi oleh
orang baik.”

85
J : “Aamiin mbak, matur suwun nggeh. Mugi-mugi mbak e kuliah e lancar. Tugas e
rampung. Yen menowo ono opo-opo kulo siyap yen mbak e njaluk ewang kulo.”
T : “Wah terimakasih banyak mbah, saya nggak akan lupa kebaikan mbah ya.
Kalau begitu saya akhir i ya mbah. Assalammu’alaikum.”
J : ‘Waalaikumsalam mbak.”

86
IDENTITAS INFORMAN
“SUBYEK 2 (Y)”

Nama : Jumiyah
Inisial :Y
TTL : Surabaya, 14 Januari 1954
Usia : 66 Tahun
Status : Sudah Menikah (Pasangan Meninggal)
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Saat Ini : Karyawan Batik (Canting)
Pekerjaan Sebelumnya : Karyawan Pabrik
Alamat : Kampoeng Batik X, Sidoarjo

87
ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN

HARI 1
SENIN, 18 MEI 2020 PUKUL 15.00 WIB
T : “Selamat Sore mbah.”
J : “Sore nduk.”
T : “Gimana kabarnya mbah sekeluarga?”
J : “Alhamdulillah Allah paringi kesehatan karo aku lan keluarga. Sehat-sehat juga
nduk?”
T : “Iya mbah sehat juga alhamdulillah. Sebelumnya mohon maaf lewat telfon
begini ya mbah.”
J : “Rapopo nduk, ora apik nek sindhuk mrene. Engko loro, jogo kesehatan yo.”
RAPPO T : “Iya mbah, mbah juga jangan lupa istirahat yang cukup, sarapan dan obatnya.”
J : “Iya nduk, mung iki sik puasa dadine ora iso mangan karo ngombe obat.”
T : “Wah sama mbah, semangat semoga sampai buka nanti.”
J : “Iyo nduk.”
T : “Oke, mbah jadi di sini saya minta waktunya buat tanya-tanya ke mbah nggak
apa-apa?”
J : “Takok ae nduk, mengko tak jawab. Mbah seneng cerito, haha.”
T : “Alhamdulillah, bisa dimulai mbah?”
J : “Siap nduk, ayo. Tak jawab e.”
ISI Penerimaan diri Persepsi mengenai diri sendiri T : “Oke, Bagaimana penilaian tentang diri mbah sendiri?”
(self- J : “Lek ngartikno aku dewe kuwi, wong kulo wis tuwek mbak. Wis ora isok
acceptance) nyambut gawe sing aneh-aneh. Isok e mung yo ngene iki. Wis ora isok nyambut
gawe sing abot-abot. Ngandelno kerjo sing lungguh ae. Untung e mbiyen melu
ibuku mbatik. Dadine ora kangelan saiki kate kerjo opo. Wong aku wis pengsiun
ngene, dadine tandane wis tuwek, haha. Mbasiyo wis tuwek, aku ora gelem
nyusahno anakku sing saiki nguripi aku. Opo maneh aku wis gampang loro
nduk, engkok ngentekno duwik e anakku terus ae.”

88
T : “Ooh, jadi sekarang mbah tinggal di rumah sama anak mbah?”
J : “Iyo nduk, anakku wedok karo bojone sing bagus. Dadine tuwek ngene, lek iso
ora ngerepotno pindo...sering loro mbah wek iki, hahaha.”
T : “sering sakit apa mbah?”
J : “Aku nduwe loro gulo nduk. Nah iku. Wis pirang taun e lali, pas jek teko kerjo
nang pabrik tau ngamar, sampe iku wis ora gelem nyusahno lek loro. Kan isok
ngilangno duwek anakku, gawe biaya i rumah sakit kuwi.”
T : “Kira-kira sejak kapan mbah tau kalau sakit diabetes?”
J : “Pas sik aku kerjo nang pabrik. Sik enom. Sik ayu, haha. Pas wiwit e aku kerjo
nang pabrik iku jektas eroh. Gara-gara ne, tau ngamar kui.”
T : “Terus gimana perasaannya mbah melihat kondisi yang diceritakan mbah tadi
saat itu?”
J : “Sungkan nduk karo bojo lan anakku. Ket bojoku loro jantung sampe saiki wis
ora onok, aku ngerepotno wae, ngentekno duwek wakeh, opo maneh pas loro.
Dadi ngeroso bersalah. Mbiayai obat-obat kuwi.”
T : “Memangnya bagaimana ceritanya mbah jadi tinggal bersama mereka?”
J : “Sebener e anakku karo bojone. Jarene ben isok mantau aku ngono. Padahal aku
isok urip dewe.”
T : “Lalu, kenapa mbah tetap merasa bersalah kalau begitu?”
J : “Kan sejatine nek wis berkeluarga, wong tuwane ora oleh ngerepoti ngene. Tapi
yo kuwi nduk, bojone karo anakku mekso. Dadine aku ora isok nek ora nuruti.
Tapi kulo tetep kerjo akhire, ngewangi mbiayai uripku iki. Ben aku ora ngerepoti
banget.”
T : “Jadi, mbah merasa merepotkan dengan tinggal di rumah anak dan suaminya,
yang akhirnya mbah memutuskan untuk bekerja, begitu?”
J : “Iyo nduk, jogo-jogo misal e aku loro isok onok duwek dewe karo bayari obat-
obat sing kudu tak tuku mbendino sak jadwal e. terus duwek e anak karo bojone
ben utuh gawe putuku ae sing sik TK.”
T : “Gimana cara mbah minta izin buat bekerja lagi ke anak mbah sama suaminya

89
itu?”
J : “Awal e ora oleh, tapi akhir e diolehi mung kerjo dadi nggawe batik. Kan cidek
teko omah karo kerjo ne aku isok nyambi lungguh. Ngono.”
T : “Oke, selain bekerja membuat batik, apa lagi yang mbah lakukan untuk diri
mbah sendiri?”
J : “Lek saiki, mung iku ae nduk. Soale aku yo ngerti kondisi dewe, ora gelem
mekso. Mung isok mbatik nyanting gawe nggolek duwek biaya obat gulo iki
menowo sisan nek kambuh ngono.”
T : “Berarti hanya bekerja untuk mencukupi kebutuhan kesehatan mbah ya?”
J : “Iyo nduk, ben ora ngerepotno.”
T : “Alasan mbah melakukan tersebut?”
J : “Kabeh mau?”
T : “Iya mbah, alasan utama mbah bekerja apa?”
J : “Ben ora ngerepoti anakku lan bojone. Ben duwek e isok di gawe bayar sekolah
putuku sing ngganteng kuwi. Karo nggolek biaya gawe kesehatan atau biaya
mangan e ngono. Ben aku isok bayar duwik obatku karo lek misal nang rumah
sakit.”
T : “Jadi karena mbah merasa mbah udah sering sakit, apalagi tinggal serumah
dengan keluarga anak mbah, mbah merasa itu akan merepotkan anak mbah dan
suaminya begitu ya? Sehingga mbah memutuskan untuk bekerja menjadi
pembuatan batik bagian canting untuk menambah uang pengobatan mbah dan
biaya obat yang harus dibeli sesuai jadwal begitu ya?”
J : “Iya nduk.”
Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan yang dimiliki T : “Oke, mbah, apa aja sih yang mbah ketahui mengenai kelemahan yang dimiliki
diri sendiri?”
J : “Kelemahan kuwi batesan e awak e dewe nduk. Kudu isok bersyukur karo opo
sing dadi kelemahan utowo kekurangane dewe. Soale lek onok kekurangan, iku
isok ngerti opo sing ido dilakoni karo sing ora isok dilakoni awak dewe. Koyok

90
mbah wek iki, yo nduwe kekurangan. Kekurangane akeh nduk. Yo awak e wis
sepuh, dadi sering loro-loro, ra isok mangan aneh-aneh. Wis ora kuat ngelakoni
sing abot-abot. Sering mumet to, mikir duwek haha.”
T : “Oh, terus apa yang mbah lakukan untuk istilahnya mengatasi kekurangan mbah
tersebut?”
J : “Yo mung isok njogo pola mangan sing apik nduk. Ojok mangan aneh-aneh,
sego kudu dikurangi, akeh mangan sayur. Ngombe obat teko dokter utowo
mantri, ora oleh ngeyel sing dikandani keluarga karo dokter pokok e manut.
Soale aku iki kan kerjo. Dadi keluarga karo dokter lek ngandani iku mergo njogo
kesehatan kulo. Lek misal kulo pengen mangan opo, keluarga ngelengno lek iku
ora apik, kudu manut lan ora lali ngombe obat sing teratur.”
T : “Oke, lalu bagaimana perasaan mbah waktu keluarga dan dokter seperti itu?”
J : “Pastine aku iki seneng lek diperhatikno. Dadi nduwe semangat maneh nggawe
ngelakoni urip.”
T : “Harus tetap semangat ya mbah?”
J : “Pastine nduk. Wis urip karo wong apik kudu urip sing semangat kuwi.”
T : “Biasanya pada saat apa hal tersebut terjadi ke mbah?”
J : “Pas awak iki lali, pas lagi loro, utowo mulih kerjo pas jam sore opo wayahe
bengi arep turu ngono. Ngelengno mangan, obat, ngono kuwi.”
T : “Memangnya mbah waktu kerja dimulai jam berapa?”
J : “Jam sepuluh an nduk terus mulih jam telu nganti papat sore ngono utowo sak
marine. Tapi nek Sabtu Minggu ngono, libur, wis ijin karo wong sing nduwe.
Kadang digawakno bekal mbah ngono iku karo anakku.”
T : “Jadi, menurut mbah kekurangan itu harus disyukurin. Karena berkat
kekurangan di diri sendiri, akan mengetahui mana yang bisa dilakukan dan
nggak bisa dilakukan oleh diri sendiri atau disebut dengan batasan diri. Dengan
mbah memiliki batasan itu akhirnya mbah menjaga diri mbah di tengah kegiatan
mbah dengan menuruti perkataan dokter dan keluarga mbah untuk menjaga

91
kesehatan, begitu ya mbah?”
J : “Iya nduk ben ora ngerepoti.”
T : “Kalau begitu tetap jaga kesehatan ya mbah. Tapi, kondisi seperti ini masih
bekerja atau bagaimana?”
J : “Ora nduk, saiki kondisi ne ngene malah nang omah ae. Dadi aku iki nang omah
ae soale panggone penggaweyan kuwi yo tutup. Tapi lek onok pesenan baru
mlebu. Tapi sampe saiki gorong onok.”
Persepsi mengenai masa lalunya T : “Oke, terus mbah ada nggak kejadian yang kurang nyaman yang pernah dialami
waktu di masa lalu?”
J : “Ora onok nduk. Mung kedadeyan pas loro. Dadine uwih opname mbiyen nduk
pas jamane kerjo nang pabrik. Gegarane gulone mundak terus. Dadine kadang
nduwuran iku sering nyeneni karo kate dipecat, tapi untunge sik diparingi
kesempatan kerjo nang kono.”
T : “Terus bagaimana perasaan mbah waktu ingat kejadian tersebut?”
J : “Sedih to, mbrebes mili rasa e nduk. Nganti nang ati. Loro ngono. Ngeroso ora
berguna maneh dadi wedok sing nggolek duwek gawe biaya rawat bojo sampe
akhire bojoku wus ora ono gegarane kesuwen ora di operasi jantung. Utang
duwik ikupun ora cukup.”
T : “Sampai sekarang apakah mbah merasa menyesal?”
J : “Iyo nduk, tapi ya wis diikhlasno ae. Jare anakku iku guduk salahku, mung wis
takdir e bojo wis wayahe.”
T : “Jadi situasi ketika mbah sering kambuh sakitnya waktu zaman kerja di pabrik
sampai dimarahin atasan dan terancam dikeluarkaan saat itu ya? Sama situasi
ketika mbah kehilangan suami mbah karena terlambat operasi jantung sebab
biaya yang kurang saat itu, merupakan kejadian masa lalu yang kurang nyaman
menurut mbah hingga saat ini begitu ya?”
J : “Iya nduk.”
T : “Apa saja yang mbah lakukan pada saat itu?”

92
J : “nggolek duwek nduk sing akeh gawe mbayar operasi bojo, operasine sing
berjuta-juta karo biaya bojoku sing kadang kambuh dirawat, karo biayaku rawat
sak umpamane kambuh sewayah-wayah. Makane aku mikir misale aku loro
terus, mengko sopo sing ngopeni bojoku. Anakku pastine kudu ngopeni
keluargane. Maringono aku dadi ngerawat awak tuwek iki ben ora kambuh, ben
isok nggolek duwek gawe mbayar operasi.”
T : “Oke, terus apa yang akan mbah lakukan ketika hal tersebut terjadi kembali?”
J : “Yo pokok e kudu di rawat awak e. Masio wis tuwek ngene, kudu di rawat dadi
sehat terus ben ora ngerepotno wong liyane ngono.”
ISI Hubungan Hubungan interpersonal T : “Oke, ngomongin pekerjaan nih mbah yang buat batik bagian canting ya>”
positif dengan J : “Iyo.”
orang lain T : “Apa yang mbah rasakan saat bekerja dengan pekerja yang lain di sana? Atau
(positive bagaimana perasaan mbah saat bekerja dengan pekerja yang lain di sana?”
relations with J : “Enak nduk, uwong-uwong e podo apik. Onok sing luwih enom teko aku ngunu
others) tapi sik apik karo aku. Kadang ngewangi aku utowo nakoni kulo yaopo
pekerjaanku ngono, lek ora ngono yo nakoni wis mangan durung? Dadine aku
kerjo ora kroso pegel. Enak ngunu.”
T : “Pernah nggak mbah melihat pekerja yang lain mengalami kesulitan?”
J : “Tau nduk, onok sing kangelan. Ora mung aku.”
T : “Pada saat situasi seperti apa mbah melihatnya?”
J : “Pas kerjo nggawe batik, pas isih nyanting utowo ngewernoi, kabeh onok sing
kangelan pasti.”
T : “Terus apa yang mbah lakukan pada saa itu?”
J : “Tak takoni kenopo, onok opo ngunu. Lek dijawab alasane, kadang iso
ngewangi kadang ora iso. Tapine mek aku nakon karo ngekek i weruh lek
istirahat disik mengko loro. Tapi uwong jaman saiki semangat e ancen tak akui.
Tapi ojok sampe loro. Mesakne awak e sing pegel wisan.”
T : “Jadi mbah merasa bekerja di sana itu nyaman karena orang-orang yang lain

93
sama mbah itu pada baik semua ya mbah? Jadi mbah bekerja serasa nggak capek
dan kalau misalkan ada yang kesusahan mbah ngingetin untuk istirahat jangan
dipaksakan begitu ya?”
J : “Iya nduk, ojok sampe kerjo nggolek rejeki malah dadi diparingi gerah, haha.”
ISI Otonomi Kemandirian T : “Apa yang mbah rasakan ketika sedang mengalami kendala pada diri mbah?”
(autonomy) J : “Ngeroso kangelan, terus bingung kudu diapakno. Soale awak wis ora kuat.
Onok pengen njaluk rewang tapi ora gelem nambah ngerepotne.”
T : “Terus apa yang mbah lakukan pada saat itu?”
J : “Diadepi nduk, karo tetep ngejogo awak ben ora kambuh. Selagi sik isok
nyambut gawe. Ora oleh males mengko ngerepotne liyane terutamane keluarga
ngono karo gawe biaya urip.”
T : “Jadi semua dilakukan karena keluarga dan diri sendiri ya mbah?”
J : “Iya nduk.”
T : “Apakah mbah pada saat itu memerlukan bantuan orang lain dalam
menyelesaikannya?”
J : “Butuh nduk. Iso teko semangat keluargaku utawa teko konco-konco sing kerjo
iku. Ngewangi iku mung kadang ngewenehi perhatian. Disiapno bekal misale,
dielengno ngombe obat, terus liyane sisan.”
T : “Apakah tindakan yang mbah lakukan bisa menyelesaikan kendala mbah saat
itu?”
J : “Titik-titik isok sampe saiki dadi isok ngejalakno biasa. Intine kudu bersyukur
lan tawakal nang sing kuasa.”
T : “Jadi menurut mbah ketika mbah merasa ada kendala, mbah memerlukan
bantuan berupa dukungan dari keluarga atau teman di kerjaan dan perhatian
begitu. Dengan begitu juga mbah nggak boleh untuk malah bekerja dan harus
menjaga ketahanan tubuh selagi bisa kerja cari uang begitu ya?”
J : “Iya nduk.”
Tahan terhadap tekanan sosial T : “Baik, pernah nggak mbah ingin merubah keputusan mbah sendiri?”

94
J : “Ora tau nduk nek kerjo ora tau berubah pikiran. Iku wis keputusan mantep.
Mung bimbang kudu mandek karo kerjoan iki. Wedi malah parah. Tapi nek
dijogo pasti ora loro.”
T : “Alasan mbah untuk tetap memilih bekerja walaupun sempat bimbang pada saat
itu?”
J : “Soale ora gelem ngerepotno keluargaku sing apik iku, nduk. Makane tetep milih
kerjo. Wong yo kerjone ora abot bangert terus aku yo seneng karo kerjaanku
iki.”
T : “Apakah setelah kondisi pandemi ini berakhir nanti dan kembali normal, mbah
tetap melanjutkan keputusan untuk bekerja?”
J : “Iyo nduk panggah. Lek wis toko bukak maneh, pastine sik ngelanjutno
mumpung iso kerjo.”
T : “Jadi, hasil dari keputusan itu mbah tetap bekerja menunggu situasi pulih
kembali dan toko sudah buka?”
J : “Iya nduk utawa mengko nek ono panggilan yo mlebu. Biasane nek ono pesenan
ngono. Rejeki ora oleh ditolak.”
T : “Jadi mbah nggak pernah sama sekali mengubah keputusan untuk berhenti kerja
karena mbah merasa rejeki nggak boleh ditolak selagi masih bisa bekerja begitu
ya?”
J : “Iya nduk.”
Mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur T : “Oke. Mbah, pernah nggak mbah menghadapi kendala atau permasalahan yang
tangan orang lain mengharuskan mbah untuk mengambil keputusan cepat saat itu juga?”
J : “Ora onok, mung kudu cepet mikir sing labil iku mau nduk. Kerjo utowo
mandek wae karo mikir konsekuensi awak sing bakal kudu luwih dijogo timbang
ora kerjo.”
T : “Kira-kira saat kapan mbah menghadapinya?”
J : “Pas sing wis dipekso kudu sak omah ambek anakku karo bojone. Ket iku wis
nggolek kerjo tekorewangane anakku sing akhire ngolehi lek misale kerjo

95
nggawe batik iki. Nyanting ngono.”
T : “Tadi kan mbah bilang diizinkan kalau kerja jadi pembatik sama anak mbah.
Saat itu apa mbah putuskan?”
J : “Yo aku ora gelem nyiak-yiakno rejeki kuwi. Dadi aku gelem. Opo maneh
mbyiyen wis tau mbatik teko cilik karo ibukku. Mung nek kerjo, bakalan di anter
jemput karo bojo utowo anakku. Ora adoh teko omah.”
T : “Apa mbah dalam mengambil keputusan itu dibantu sama yang lain?”
J : “Iyo diewangi teko anakku karjo bojone ngewangi aku. Teko nggolekno kerjo
sing isok digarap, karo mutusne diterno jemput iku. Gegarane sik khawatir
ngono jarene. Padahal tuwek-tuwek ngene aku sik iso budal dewe. Tapi nek
mutusne kerjo nang kono opo ora, iku aku dewe.”
T : “Jadi, mbah mengalami perasaan bingung antara lanjut kerja atau tidak ya.
Terus untuk memutuskan mbah kerja di sana atau tidak itu hanya sesuai
keputusan mbah sendiri tanpa ikut campur tangan oleh siapapun. Hanya saja
ketika yang mencarikan pilihan kerja di tempat batik itu dan untuk diantar
jemput itu adalah anak dan menantu mba. Padahal mbah merasa kalau mbah bisa
berangkat sendiri, begitu ya?”
J : “Bener nduk.”
PENUTUP T : “Oke, untuk hari ini sampai di sini dulu mbah.”
J : “Loh uwis?”
T : “Iya mbah, untuk hari ini cukup dulu karena waktu yang mau buka puasa. Jadi
mbah bisa istirahat terlebih dahulu sambil menunggu buka puasa untuk har ini.
Boleh saya meminta waktu di hari berikutnya untuk melanjutkan wawancara hari
ini?”
J : “Sesok rapopo nduk, aku raono kegiatan. Jam e podo ae jam 3 yo marine
asharan.”
T : “Wah boleh sekali mbah. Sekali lagi terimakasih atas ketersediaannya.”
J : “Pada-pada nduk. Aku seneng nduk.”

96
T : “Kalau begitu saya tutup telfonnya, mbah bisa mebersiap-siap buka puasa
mbah.”
J : “Iya nduk rewangi ibu e yo nyepakno buka.”
T : “Iya mbah, jaga kesehatan mbah. Salam untuk keluarga. Assalammu’alaikum.”
J : “Waalaikumsalam.”
HARI 2
SELASA, 19 MEI 2020 PUKUL 15.00 WIB
RAPPO T : “Assalammu’alaikum mbah. Bagaimana kabarnya?”
J : “Waalaikum salam nduk. Apik nduk, sendhuk piye?”
T : “Baik mbah alhamdulillah. Gimana mbah puasanya?”
J : “Kuat nduk. Sik puasa nganti saiki.”
T : “Alhamdulillah. Baik mbah, hari ini kita bakalan melanjutnya di hari pertama
kemarin. Apakah mbah siap?”
J : “Siap nduk.
ISI Penguasaan Mampu mengontrol kegiatan di luar diri T : “Oke, kita mulai dari pernah nggak mbah ngerasain pekerjaan mbah yang harus
Lingkungan diselesaikan banyak sekali saat itu?”
(enviromental J : “Oh, tau nduk. Pas iko onok pesenan sing wakeh utowo kudu onok batik sing
mastery) kudu digarap jenise.”
T : “Apa yang mbah rasakan pada saat itu?”
J : “Dadi koyok...di uber-uber ngono. Kudu ndang dimarikno. Dadi awak rasa e
pegel kabeh nduk. Mung iku rejeki dadine kudu semangat.”
T : “Apakah hanya saat situasi tersebut mbah merasakannya?”
J : “Iyo nduk, koyok semangat mung yo pegel koyok diuber-uber.”
T : “Aa yang dilakukan mbah pada saat itu?”
J : “Kebagian mung canting batik nduk karo kudu ndang dimarikno ngono.”
T : “Apa yang mbah pikirkan untuk melakukan hal tersebut pada saat itu?”
J : “Wis kewajibane, dadi wong kerjoan sing marikno tugas e sing wakeh. Wis
rejekine sing kape tetko dadi sing tak pikirno mung aku kudu marikno ngono.

97
Lek ora mengko ora oleh penghasilan.”
T : “Jadi mbah ada dalam posisi pekerjaan banyak seperti banyak pesanan dan atau
harus membuat batik yang harus dikerjakan tepat waktu. Saat itu mbah canting
batik, jadi menurut mbah sudah menjadi kewajiban untuk dikerjakan karena itu
adalah rejeki mbah, begitu ya?”
J : “Iya nduk.”
Memanfaatkan peluang yang ada T : “Terus apa yang mbah rasakan ketika mendengar adanya kesempatan?
J : “Kesempatan opo kuwi?”
T : “Apa aja mbah.”
J : “Lek aku kudu tak jumuk. Ora oleh ditolak. Wis termasuk rejeki gawe kene teka
gusti Allah. Dadi ora oleh di siak-siakno karo aku seneng.”
T : “Kapan mbah terakhir mendapatkan sebuah kesempatan tersebut?”
J : “Kesempatan dike i izin anakku karo bojone gawe kerjo lan entuk kerjo nang
penggawenane batik sing isok tak garap. Karo dikek i kesempatan gusti Allah
gawe kesehatan sampe saiki. Ngono. Ngerti wis sepuh, tapi sik sehat.”
T : “Kemudian apa yang dilakukan mbah waktu itu ketika mendapatkan sebuah
kesempatan tersebut?”
J : “Nerimo kerjo iku mau sing digolekno karo dijogo maneh kesehatane ditambah
saiki kan aku kerjo nduk sampe saiki sik dilakoni.’
T : “Apa yang mbah pikirkan pada saat mengambil kesempatan tersebut pada saat
itu?”
J : “Opo yo nduk. Mung ora bakal ono kesempatan sing koyok ngene maneh, dadi
ditrimo sampe saiki kerjo nang kono nganti wis 4 tahunan iki.”
T : “Jadi mbah pernah mendapatkan kesempatan untuk sehat kembali, kesempatan
untuk diizinkan bekerja di salah satu tempat pembuatan batik di bagian canting.
Dengan begitu mbah lebih menjaga kesehatannya lagi untuk tetap sehat dan
menurut mbah kesempatan nggak akan datang dua kali, ajdi mbah memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk bekerja hingga 4 tahun in. Benar begitu?”

98
J : “Iya nduk.”
ISI Tujuan hidup Pemaknaan hidupnya T : “ Baik, apa yang dimaknai mbah tentang hidup mbah saat ini?”
(purpose in life) J : “Uripku kudu tak pergunakno apik-apik. Tetep kerjo nggolek duwek gawe
mbiayai urip sing kudu dijogo kesehatane.”
T : “Lalu apa yang mbah rasakan ketika menjalankan aktivitas di dalma hidup mbah
saat ini?”
J : “Sing dirasakno luwih bersyukur isih dikek i wektu gawe njogo kesehatan, iso
dungo nang gusti Allah, karo bersyukur nduweni koyok keterampilan sing iso
digawe kerjo karo panjang umur. Dadi lek kerjo rasane kudu bersyukur, onok
seneng e onok pegel e. Rapopo, dijalani. Nek awak dewe njalani apik-apik
dadine yo apik. Kudu ikhlas nggeh. Ora oleh ngresulo terus terusan.”
T : “Oke, apa tujuan hidup saat ini yang ingin sekali mbah capai?”
J : “Mung isok urip tanpo ngerepotne keluargaku. Uwong e wis apik, aku ra lidok
nek sampe ngerepotne. Mung pengen kerjo gawe biaya urip karo obat ben waras
terus. Karo ngadep gusti Allah sing luwih sregep lan tenanan. Dadine pas mati,
ora nyesel amarga kurang dilakoni apik.”
T : “Apa saja yang ingin mbah lakukan pada kehidupan saat ini untuk mencapai
tujuan hidup?”
J : “Yo mung dungo sing akeh ambek gusti Allah ben luwih cidek. Terus kerjo sing
tenanan ben akeh rejekine. Terus jogo kesehatan terus, ora oleh telat ngombe
obat ambek dahar opo maneh kudu istirahat cukup. Ben isok kerjo terus ngono.”
T : “Kapan mbah dapat melaksanakan hal tersebut?
J : “Saiki wis tak laksanakno titik-titik. Pasti iso nduweni urip sing apik. Ojok lali
dungo nang gusti Allah.”
T : “Jadi mbah merasa hidup harus dipergunakan dengan baik dengan mendekatkan
diri ke Allah untuk minta doa dijaga kesehatan biar bisa terus kerja sambil
menjaga kesehatan dengan pola makan dan minum obat yang teratur sama
istirahat yang cukup dan lebih dekat ke Allah untuk memperbaiki hidup biar

99
mbah ketika sudah tidak ada, tidak sia-sia dan menyesal karena semasa hidup
sudah dikerjakan dengan baik dan diperbaiki. Begitu ya mbah?”
J : “Iya nduk.”
ISI Pertumbuhan Perencanaan dan pelaksanaan kerja T : “Menurut mbah nih, potensi yang mbah miliki sendiri apa?”
pribadi J : “Dadi sing nggawe batik nang canting sing apik. Soale aku yo ket cilik wis di
(personal wuruk i karo ibuk. Dadine wis iso.”
growth) T : “Apakah mbah memiliki rencana untuk meningkatkan ptensi keahlian mbah
dalam membatik canting tersebut?”
J : “Ndak nduk. Wis tuwek. Ora iso sing luwih teko saiki. Isok kerjo ae wis seneng.
Dadine sakmene ae. Ben cah sing luwih enom ae sing kudu ningkatno dadi sing
luwih teko aku ngono.”
T : “Apakah ada perubahan ketika mbah menjadi seorang pekerja pembuat batik?”
J : “Luwih peduli karo kesehatan ben isok terus kerjo nduk. Mangan e kudu teratur
karo ngombe obat ngono. Karo isok kontrol rutin ngono. Luwih bersyukur.
Luwih ngeroso sehat. Yo mung pegel-pegel awak wae kan lungguh terus ngono.

T : “Berarti sampai saat ini mbah nggak ada rencana kedepan untuk lebih dari ini
mengembangkan potensi mbah sebagai keahlian di menyanting batik karena
sudah bukan waktunya mbah melainkan ornag yang lebih muda dari mbah begitu
ya? Dan berkat kegiatan mbah saat ini, mbah jauh lebih peduli sama kesehatan
mbah dan merasa jauh lebih sehat begitu ya?”
J : “Iyo nduk bener. Soale wis sepuh. Terus mergo iki dadi rutin kontrol nang
dokter utowo mantri.”
T : “Terus apa yang mbah rasakan selama rencana itu mulai dilaksanakan?”
J : “Bersyukur nduk. Seneng ngono. Soale yo apik ambek aku kabeh keluargaku
karo konco sing podo kerjo nang batik ngono.”
PENUTUP T : “Oke, semuanya sudah selesai mbah. Sebelumnya saya mau ngucapin
terimakasih sama mbah dan sekeluarga sudah mau menjadi informan yang saya

100
wawancarai. Maaf mengganggu waktunya dan mohon maaf kalau saya ada salah
kata ya mbah. Semoga mbah dan sekeluarga selalu sehat dalam lindungan Allah.
Sekali lagi saya berterima kasih.”
J : “Iyo nduk, sami-sami. Sepurane mbah lek onok tuturane wong tuwek iki ga apik
nggeh. Semoga nduk sisan sehat terus sak keluarga. Ojok metu-metu sek yo
nduk, sik gurung apik. Semangat kuliahe. Ojok lalu sholat terus nggeh nang gusti
Allah.”
T : “Iya mbah. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih. Salam untuk keluarga ya
mbah.”
J : “Iya nduk.”
T : “Assalammu’alaikum mbah, jangan lupa istirahat dan makan sama obatnya.”
J : “ Waalaikum salam. Ndang ngerewngi ibu siap-siap buka puasa nggih nak.”
T : “Iya mbah.”

101
LAMPIRAN 3
Coding

102
A. Dimensi Penerimaan Diri (Self-Acceptance)
1) Persepsi mengenai diri sendiri
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Bagaimana penilaian tentang diri mbah Subyek
sendiri?” mempersepsikan
X1-1605 “Menurut kulo pribadi, pripun nggeh mba. dirinya melalui
Nggeh ngonten niki lah. Nggeh kulo nikmati perilaku
kehidupan kulo sing sakniki. Nggeh kesehariannya,
meskipun kulo niku taksih kerjo piyambak, dimana subyek
nggeh tapi kulo berusaha menikmati. Kulo melakukan
dadi wong sing bersyukur.” kehidupan
bekerjanya
dengan
menikmatinya
sebagai bentuk
dirinya adalah
individu yang
bersyukur.
DA-1605 “Apa yang mbah rasakan ketika sedang Subyek selalu
menjalankan pekerjaan mbah saat ini?” menganggap
X1-1605 “Nggeh sing kulo rasakaken yo nggeh pekerjaan sebagai
seneng-seneng ae mbak. Soale kulo sampun hiburan karena
biasa kerjo. Dadi selain untuk biasa hidup sudah terbiasa.
piyambak, nggeh kulo dadiaken hiburan.
Dadi mbok menowo, perasaan kulo niku
seneng terus.”
DA-1605 “Mbah tadi kan bilang kalau mbah Berbincang atau
berusaha menikmati pekerjaan mbah saat bercerita dengan
ini dan berusaha untuk selalu senang gitu, teman kerjanya
lalu hal apa yang mbah lakukan terhadap dapat merasa
diri mbah sendiri biar mbah bisa selalu dirinya selalu
senang dengan pekerjaannya?” senang/bersyukur
X1-1605 “Ya kan di sela-sela kulo kerjo mbatik niku, dalam kehidupan
kan mboten kerjo dewenan. Kan kulo enten subyek saat ini.
rencang-rencang. Seumuran loh mbak. Nah
kulo saget cerito, ngobrol kaleh sing liyane
saget termasuk hiburan bagi kulo niku.”
DA-1605 “Lalu apa yang menjadikan alasan mbah Berbicara/berbagi
untuk selalu berusaha senang ketika cerita dengan

103
bekerja dengan melakukan interaksi teman bekerja
bersama teman-teman di sana?” subyek karena
X1-1605 “Soale niku sing kulo ceritaaken nggih kalih umur yang sama
rencang-rencang niku nggih sami-sami sehingga apa
dirasaaken soale kan seumuran dadi masalah yang diceritakan
sami dadi masalah nyambuh dadine seneng serta yang
ngonten.” dirasakan setara
yang menjadikan
subyek merasa
senang dalam
bekerja.
DA-1605 “Memangnya apa yang didapat oleh diri Selain merasa
mbah sendiri ketika sudah merasa senang senang, aktivitas
setelah melakukan hal tersebut?” berbicara dengan
X1-1605 “Nggih sing kulo rasaaken seneng mawon. teman pekerja
Soale niku kan ngebantu kulo melepas lain subyek
kejenuhan teko aktivitas kulo sing niku-niku mampu melepas
mawon. Terus lek kulo kerjo kan damel kejenuhan
kebutuhan kulo piyambak. Dadi kulo aktivitas
mboten jenuh ngono lo mba kalih kerjo ane monotonnya.
kulo.”

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Oke, Bagaimana penilaian tentang diri Subyek
mbah sendiri?” mempersepsikan
Y1-1805 “Lek ngartikno aku dewe kuwi, wong kulo dirinya sebagai
wis tuwek mbak. Wis ora isok nyambut individu yang
gawe sing aneh-aneh. Isok e mung yo ngene sudah berumur,
iki. Wis ora isok nyambut gawe sing abot- dan rentan sakit,
abot. Ngandelno kerjo sing lungguh ae. sehingga ia tidak
Untung e mbiyen melu ibuku mbatik. Dadine ingin
ora kangelan saiki kate kerjo opo. Wong aku menyusahkan
wis pengsiun ngene, dadine tandane wis anak subyek
tuwek, haha. Mbasiyo wis tuwek, aku ora karena takut
gelem nyusahno anakku sing saiki nguripi menghabiskan
aku. Opo maneh aku wis gampang loro uang si anak
nduk, engkok ngentekno duwik e anakku subyek.
terus ae.”
DA-1805 “Ooh, jadi sekarang mbah tinggal di Subyek tidak
rumah sama anak mbah?” ingin lebih

104
Y1-1805 “Iyo nduk, anakku wedok karo bojone sing menyusahkan
bagus. Dadine tuwek ngene, lek iso ora anak dan
ngerepotno pindo...sering loro mbah wek iki, menantunya lebih
hahaha.” dari tinggal
bersama.
DA-1805 “sering sakit apa mbah?” Subyek
Y1-1805 “Aku nduwe loro gulo nduk. Nah iku. Wis beranggapan
pirang taun e lali, pas jek teko kerjo nang diirnya
pabrik tau ngamar, sampe iku wis ora gelem menyusahkan
nyusahno lek loro. Kan isok ngilangno anaknya dengan
duwek anakku, gawe biaya i rumah sakit menghabiskan
kuwi.” uang si anak
karena membayar
biaya
pengobatannya
ketika kambuh.
DA-1805 “Kira-kira sejak kapan mbah tau kalau Subyek
sakit diabetes?” mengetahui
Y1-1805 “Pas sik aku kerjo nang pabrik. Sik enom. dirinya memiliki
Sik ayu, haha. Pas wiwit e aku kerjo nang riwayat diabetes
pabrik iku jektas eroh. Gara-gara ne, tau sejak saat masih
ngamar kui.” bekerja di pabrik.
DA-1805 “Terus gimana perasaannya mbah Subyek merasa
melihat kondisi yang diceritakan mbah tidak enak hati
tadi saat itu?” dengan menantu
Y1-1805 “Sungkan nduk karo bojo lan anakku. Ket dan anaknya
bojoku loro jantung sampe saiki wis ora karena sejak
onok, aku ngerepotno wae, ngentekno duwek pengobatan
wakeh, opo maneh pas loro. Dadi ngeroso suami subyek
bersalah. Mbiayai obat-obat kuwi.” yang sudah tiada
hingga saat ini
karena
menyusahkan
soal biaya
pengobatan
diabetes subyek.
DA-1805 “Memangnya bagaimana ceritanya mbah Anak dan
jadi tinggal bersama mereka?” menantu subyek
Y1-1805 “Sebener e anakku karo bojone. Jarene ben yang memaksa
isok mantau aku ngono. Padahal aku isok subyek untuk
urip dewe.” tinggal bersama
agar memudah
pemantauan
keadaan subyek.
DA-1805 “Lalu, kenapa mbah tetap merasa Subyek
bersalah kalau begitu?” menganggap

105
Y1-1805 “Kan sejatine nek wis berkeluarga, wong dirinya
tuwane ora oleh ngerepoti ngene. Tapi yo merepotkan
kuwi nduk, bojone karo anakku mekso. karena berpegang
Dadine aku ora isok nek ora nuruti. Tapi teguh bahwa
kulo tetep kerjo akhire, ngewangi mbiayai ketika anak
uripku iki. Ben aku ora ngerepoti banget.” sudah
berkeluarga,
sebagai orang tua
tidak boleh
mencampuri.
Agar tidak terlalu
merepotkan
sehingga subyek
berinisiatif untuk
bekerja mencari
biaya hidup.
DA-1805 “Jadi, mbah merasa merepotkan dengan Subyek
tinggal di rumah anak dan suaminya, mempersepsikan
yang akhirnya mbah memutuskan untuk dirinya dapat
bekerja, begitu?” membiayai biaya
Y1-1805 “Iyo nduk, jogo-jogo misal e aku loro isok obat-obat yang
onok duwek dewe karo bayari obat-obat sing harus diminum
kudu tak tuku mbendino sak jadwal e. terus setiap saat.
duwek e anak karo bojone ben utuh gawe
putuku ae sing sik TK.”
DA-1805 “Gimana cara mbah minta izin buat Subyek hanya
bekerja lagi ke anak mbah sama diizinkan ketika
suaminya itu?” bekerja menjadi
Y1-1805 “Awal e ora oleh, tapi akhir e diolehi mung pembatik dengan
kerjo dadi nggawe batik. Kan cidek teko alasan tempat
omah karo kerjo ne aku isok nyambi kerjanya tidak
lungguh. Ngono.” jauh dari rumah
dan tidak
memberatkan
fisiknya.
DA-1805 “Oke, selain bekerja membuat batik, apa Subyek
lagi yang mbah lakukan untuk diri mbah mempresepsikan
sendiri?” dirinya hanya
Y1-1805 “Lek saiki, mung iku ae nduk. Soale aku yo mampu bekerja
ngerti kondisi dewe, ora gelem mekso. Mung sebatai
isok mbatik nyanting gawe nggolek duwek penyanting batik
biaya obat gulo iki menowo sisan nek untuk mencari
kambuh ngono.” biaya selama
pengobatan
diabetesnya.
DA-1805 “Berarti hanya bekerja untuk mencukupi Dengan subyek

106
kebutuhan kesehatan mbah ya?” mampu
Y1-1805 “Iyo nduk, ben ora ngerepotno.” mencukupi
kebutuhan
kesehatannya,
subyek merasa
cara agar tidak
merepotkan.
DA-1805 “Alasan mbah melakukan tersebut?”
Y1-1805 “Kabeh mau?”
DA-1805 “Iya mbah, alasan utama mbah bekerja Subyek
apa?” menjelaskan
Y1-1805 “Ben ora ngerepoti anakku lan bojone. Ben alasannya bekerja
duwek e isok di gawe bayar sekolah putuku di usia tua &
sing ngganteng kuwi. Karo nggolek biaya masa pensiunnya
gawe kesehatan atau biaya mangan e ngono. karena
Ben aku isok bayar duwik obatku karo lek keinginannya
misal nang rumah sakit.” terhadap dirinya
yang ingin
membiayai
pengobatannya
agar tidak
menyusahkan
anak dan
menantunya.
DA-1805 “Jadi karena mbah merasa mbah udah
sering sakit, apalagi tinggal serumah
dengan keluarga anak mbah, mbah
merasa itu akan merepotkan anak mbah
dan suaminya begitu ya? Sehingga mbah
memutuskan untuk bekerja menjadi
pembuatan batik bagian canting untuk
menambah uang pengobatan mbah dan
biaya obat yang harus dibeli sesuai jadwal
begitu ya?”
Y1-1805 J : “Iya nduk.”

2) Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan yang dimiliki


Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Oke, apa yang mbah tau tentang Subyek
kelemahan atau kekurangan yang mendeskripsikan

107
dimiliki?” kekurangan yang
X1-1605 “Nggih sing dadi ngeroso berat niku nek dimiliki secara
nggeh sampun udzur sampun tuwo nggeh fisiknya yang tua
awak niku yo keroso pegel. Terus lek mudah pegel linu
didamel ngadek suwe, pegel linu. Nggeh sing ketika berdiri
dadi halangan niku faktor fisik mawon terlalu lama.
mergo wis tuwo. Kan mboten saget dalem
kerjo sing kuat-kuat.”
DA-1605 “Lalu apa yang mbah lakukan untuk Untuk mengatasi
menanggulangi kekurangan yang mbah kekurangannya,
miliki tersebut?” subyek
X1-1605 “Nggeh niku mbak, kan nopo nek kerjo menyempatkan
seharian kan kebanyakan kulo ngadek. Nggih duduk sesekali
kadang kulo niku lenggah pisan-pisan. Terus dan
nggih kadang niku kerjo damel istirahat kan, menggunakan
kulo gunakne istirahat kaleh ngunjuk air waktu sitirahat
putih utowo dahar makanan tuku teko kerja sambil
warung.” minum air putih
dan makan dari
warung yang
dibelinya.
DA-1605 “Bagaimana perasaan mbah saat itu?” Perasaan subyek
X1-1605 “Nggeh mboten ngerasakno nopo-nopo. terhadap
Nggeh ancen wis dadi kewajiban kulo. Kulo kekurangan yang
yo nggeh kudu soale damel kebutuhan kulo dimilikinya
piyamba. Dadi nggeh meski ngerusulo sitik, selalu
tapi nggih kulo kerjaaken.” menumbuhkan
perasaan percaya
bahwa ini adalah
kewajiban dari
kebutuhan
subyek yang
bekerja walaupun
terkadang
mengeluh.
DA-1605 “Pada saat situasi apa sih mbah merasa Subyek merasa
seperti itu?” kelelahan ketika
X1-1605 “Nggeh lek kejo niku mawon, tapi nggeh telah bekerja
mboten mbendino. Saumpami kerjo selama satu
seminggu, baru keroso pegel e. ngonten niku minggu
mbak. Tergantung kondisi awak kulo kemudian
piyambak.” setelahnya.
DA-1605 “Ketika hal tersebut terjadi kembali, apa Subyek
yang akan mbah lakukan?” mengantisipasi
X1-1605 “Nggeh kadang kulo istirahat, lek ancen kelelahannya
mboten sehat kulo ijin mboten nyambut terjadi dengan

108
gawe. Dadi kulo damel istirahat teng kamar. beristirahat
Tapi niku lek kepekso banget. Soale nek cukup di sela-
mboten kepekso eman mboten kerjo, bayaran sela bekerjanya
kulo berkurang. Nek taksih kuat, kulo taksih selama subyek
kerjo.” masih mampu
untuk bekerja.
DA-1605 “Memangnya mbah pernah sakit sampai Subyek tidak
nggak kerja?” pernah sakit
X1-1605 “Lek sakit parah niku mboten, Cuma lek izin parah, namun
ora mlebu niku pernah.” pernah izin untuk
tidak bekerja
karena
kondisinya yang
kurang fit.
DA-1605 “Pernah nggak mbah merasa kesal Subyek
dengan kondisi tersebut yang badan mbah menyikapi
sering pegal?” kekurangannya
X1-1605 “Nggeh kulo mboten terlalu mikirake atau dengan tidak
ngeluh terus-terusan. Soale nggeh mboten memikirkannya
enten fungsine. Nek ngeluh terus, sambatan terlalu dalam.
terus dadi kulo nggeh mboten terlalu
mikiraken kejenuhan-kejenuhan niku.”
DA-1605 “Jadi mbah nggak mempermasalahkan
kekurangan mbah yang lebih mudah
capek itu ya? Karena mbah ketika merasa
capek, mbah berusaha untuk istirahat
biar badan pulih, seperti kalau udah
nggak kuat mbah izin kerja tapi kalau
masih kuat mbah kerja gitu ya?”
X1-1605 “Inggih mbak.”

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Oke, mbah, apa aja sih yang mbah Subyek
ketahui mengenai kelemahan yang beranggapan
dimiliki diri sendiri?” bahwa
Y1-1805 “Kelemahan kuwi batesan e awak e dewe kekurangan yang
nduk. Kudu isok bersyukur karo opo sing dimilikinya
dadi kelemahan utowo kekurangane dewe. membantunya
Soale lek onok kekurangan, iku isok ngerti mengetahui
opo sing iso dilakoni karo sing ora isok batasan yang

109
dilakoni awak dewe. Koyok mbah wek iki, boleh dan tidak
yo nduwe kekurangan. Kekurangane akeh dilakukan serta
nduk. Yo awak e wis sepuh, dadi sering loro- mengetahui
loro, ra isok mangan aneh-aneh. Wis ora kuat kekurangannya
ngelakoni sing abot-abot. Sering mumet to, adalah mudah
mikir duwek haha.” rentan sakit,
harus menjaga
makanannya,
tidak kuat
beraktivitas
terlalu kuat, dan
mudah
memikirkan
sesuatu.
DA-1805 “Oh, terus apa yang mbah lakukan untuk Subyek
istilahnya mengatasi kekurangan mbah mengatasi
tersebut?” kekurangannya
Y1-1805 “Yo mung isok njogo pola mangan sing apik dengan menjaga
nduk. Ojok mangan aneh-aneh, sego kudu pola makannya,
dikurangi, akeh mangan sayur. Ngombe obat teratur minum
teko dokter utowo mantri, ora oleh ngeyel obat sesuai resep
sing dikandani keluarga karo dokter pokok e dokter atau
manut. Soale aku iki kan kerjo. Dadi mantri, dan taat
keluarga karo dokter lek ngandani iku mergo ucapan dokter
njogo kesehatan kulo. Lek misal kulo pengen serta
mangan opo, keluarga ngelengno lek iku ora keluarganya.
apik, kudu manut lan ora lali ngombe obat
sing teratur.”
DA-1805 “Oke, lalu bagaimana perasaan mbah Arahan dan
waktu keluarga dan dokter seperti itu?” perhatian dari
Y1-1805 “Pastine aku iki seneng lek diperhatikno. pihak dokter
Dadi nduwe semangat maneh nggawe serta keluarganya
ngelakoni urip.” merupakan
semangat bagi
subyek untuk
menjalankan
hidup.
DA-1805 “Harus tetap semangat ya mbah?” Subyek merasa
Y1-1805 “Pastine nduk. Wis urip karo wong apik harus semangat
kudu urip sing semangat kuwi.” karena hidup
dengan orang-
orang yang baik
di sekelilingnya.
DA-1805 “Biasanya pada saat apa hal tersebut Perhatian
terjadi ke mbah?” diberikan ketika
Y1-1805 “Pas awak iki lali, pas lagi loro, utowo mulih subyek lupa

110
kerjo pas jam sore opo wayahe bengi arep makan & minum
turu ngono. Ngelengno mangan, obat, ngono obat, saat sakit,
kuwi.” sewaktu
sepulang dari
kerja, dan
menjelang tidur.
DA-1805 “Memangnya mbah waktu kerja dimulai Subyek
jam berapa?” menjelaskan
Y1-1805 “Jam sepuluh an nduk terus mulih jam telu waktu kerja
nganti papat sore ngono utowo sak marine. dimulai dari jam
Tapi nek Sabtu Minggu ngono, libur, wis ijin 10 pagi hingga 3
karo wong sing nduwe. Kadang digawakno sampai 4 sore.
bekal mbah ngono iku karo anakku.” Untuk Sabtu dan
Minggu, subyek
izin tidak
bekerja.
DA-1805 “Jadi, menurut mbah kekurangan itu
harus disyukurin. Karena berkat
kekurangan di diri sendiri, akan
mengetahui mana yang bisa dilakukan
dan nggak bisa dilakukan oleh diri sendiri
atau disebut dengan batasan diri. Dengan
mbah memiliki batasan itu akhirnya
mbah menjaga diri mbah di tengah
kegiatan mbah dengan menuruti
perkataan dokter dan keluarga mbah
untuk menjaga kesehatan, begitu ya
mbah?”
Y1-1805 “Iya nduk ben ora ngerepoti.”
DA-1805 “Kalau begitu tetap jaga kesehatan ya
mbah. Tapi, kondisi seperti ini masih
bekerja atau bagaimana?”
Y1-1805 “Ora nduk, saiki kondisi ne ngene malah
nang omah ae. Dadi aku iki nang omah ae
soale panggone penggaweyan kuwi yo tutup.
Tapi lek onok pesenan baru mlebu. Tapi
sampe saiki gorong onok.”

3) Persepsi mengenai masa lalunya


Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan

111
DA-1605 “Terus, apakah mbah pernah mengalami Subyek memiliki
hal yang kurang nyaman di masa lalu?” masa lalu yang
X1-1605 “Nggeh awale niku sebenere kulo kerjo ning dipecat dari
bengkel mbak. Kulo teng bengkel niku pekerjaannya di
sakjane sampun suwe. Tapi nggih sing bengkel dengan
jenenge umur, makin tuwo niku lak makin alasan kondisi
kroso semakin pegel, akhir e sing nduwe umur dan fisik
bengkel niku mboten percoyo maneh kalih subyek yang
kulo. Nggih akhir e kulo istilahe di pecat semakin lebih
ngunu lo mba karena usia kulo sing ora tua sehingga
memungkinkan maleh. Sakjane kulo niku pemilik bengkel
taksih sreg kerjo nang bengkel. Tapi nggih menjadi tidak
yaopo malih, kulo mboten saget protes. Kan percaya kembali
niku wis dadi kebijakan sing nduwe pada subyek.
bengkel.”
DA-1605 “Bengkel di mana mbah?” Tempat bengkel
X1-1605 “Ning cidek omah kontrakan kok mbak.” yang dulu
menjadi
pekerjaannya
ada di dekat
kontrakan
subyek sendiri.
DA-1605 “Sejak kapan mbah kerja di bengkel saat Subyek bekerja
itu?” di bengkel
X1-1605 “Nggeh nek mboten kulo salah, ket umur 47, selama 8 tahun
berarti 8 tahunan kulo kerjo. Umur 55 an sebelum dipecat.
kulo baru dipecat. Ngoten.”
DA-1605 “Lalu bagaimana perasaan mbah jika Subyek merasa
mengingat tentang masa tersebut?” kurang
X1-1605 “Perasaan kulo sakjane wis mboten nopo- menerima alasan
nopo, yo tapi nggeh koyok kulo mboten dibalik
nriman. Soale kulo dipecat alasane kulo wis pemecatan dari
tuwo. Kecuali nek kulo ngelakoni pekerjaan
keasalahan, ora opo-opo ngono.” bengkelnya.
DA-1605 “Oke, pada saat situasi seperti apa mbah Subyek akan
merasakan hal tersebut?” kembali
X1-1605 “Pas nek kulo ngelewati bengkel ngroso mengingat
koyok ngono mba. Koyok ora trimo nang perasaan tidak
ati.” terima dipecat
ketika melewati
bengkel.
DA-1605 “Kalau boleh tau, apa saat melihat semua Subyek hanya
bengkel atau bengkel yang dulu mbah mengalami
kerja saja?” situasi tersebut
X1-1605 “Bengkel mbyien tok mbak.” ketika melewati
bengkel yang

112
dulunya menjadi
tempat subyek
bekerja.
DA-1605 “Apa yang mbah lakukan ketika hal Subyek
tersebut terjadi kembali?” menangani
X1-1605 “Nggeh mung nekani nang ati, yen ora oleh perasaan tidak
ngroso ora trimo terus ngenten. Wong kulo terimanya itu
wis entuk nyambut gawe sing luwih enak, dengan berusaha
dadi nggeh berusaha ora ngeroso ngono ikhlas bahwa
terus. Ikhlasne ae. Isok ae kulo dipecat ben Allah
gusti Allah ngekek i kulo penggaweyan sing menggantinya
luwih apik maleh ngonten.” dengan
pekerjaan yang
lebih baik
sekarang.
DA-1605 “Jadi mbah hanya merasa ketika melihat
bengkel yang dulu menjadi tempat kerja
mbah saja ya? Dan mbah saat ini
berusaha untuk mengikhlaskan.”
X1-1605 “Nggih ngonten mba.”

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Oke, terus mbah ada nggak kejadian Subyek memiliki
yang kurang nyaman yang pernah masa lalu yang
dialami waktu di masa lalu?” kurang nyaman
Y1-1805 “Ora onok nduk. Mung kedadeyan pas loro. berupa kejadian
Dadine uwih opname mbiyen nduk pas subyek opname
jamane kerjo nang pabrik. Gegarane gulone saat jaman masih
mundak terus. Dadine kadang nduwuran iku kerja di pabrik
sering nyeneni karo kate dipecat, tapi karena gula
untunge sik diparingi kesempatan kerjo nang daranya selalu
kono.” naik membuat
subyek terancam
dipecat.
DA-1805 “Terus bagaimana perasaan mbah waktu Kejadian di masa
ingat kejadian tersebut?” lalunya itu
Y1-1805 “Sedih to, mbrebes mili rasa e nduk. Nganti membuat subyek
nang ati. Loro ngono. Ngeroso ora berguna merasa tidak
maneh dadi wedok sing nggolek duwek berguna sebagai
gawe biaya rawat bojo sampe akhire bojoku perempuan yang

113
wus ora ono gegarane kesuwen ora di mencari biaya
operasi jantung. Utang duwik ikupun ora perawatan dan
cukup.” operasi jantung
almarhum
suaminya kala
itu. Ditambah
suami subyek
yang meninggal
karena operasi
jantung yang
terlambat
terkendala biaya.
DA-1805 “Sampai sekarang apakah mbah merasa Kejadian suami
menyesal?” subyek membuat
Y1-1805 “Iyo nduk, tapi ya wis diikhlasno ae. Jare subyek tegar
anakku iku guduk salahku, mung wis takdir untuk ikhlas dan
e bojo wis wayahe.” mengingat
ucapan anaknya
bahwa hal
tersebut bukan
salah subyek
melainkan takdir.
DA-1805 “Jadi situasi ketika mbah sering kambuh
sakitnya waktu zaman kerja di pabrik
sampai dimarahin atasan dan terancam
dikeluarkaan saat itu ya? Sama situasi
ketika mbah kehilangan suami mbah
karena terlambat operasi jantung sebab
biaya yang kurang saat itu, merupakan
kejadian masa lalu yang kurang nyaman
menurut mbah hingga saat ini begitu ya?”
Y1-1805 “Iya nduk.”
DA-1805 “Apa saja yang mbah lakukan pada saat Subyek
itu?” menanganinya
Y1-1805 “nggolek duwek nduk sing akeh gawe kala itu dengan
mbayar operasi bojo, operasine sing berjuta- bekerja mencari
juta karo biaya bojoku sing kadang kambuh uang untuk biaya
dirawat, karo biayaku rawat sak umpamane operasi suami,
kambuh sewayah-wayah. Makane aku mikir perawatan suami,
misale aku loro terus, mengko sopo sing dan biaya
ngopeni bojoku. Anakku pastine kudu kesehatannya.
ngopeni keluargane. Maringono aku dadi Subyek juga
ngerawat awak tuwek iki ben ora kambuh, mempresepsikan
ben isok nggolek duwek gawe mbayar bahwa jika
operasi.” subyek sakit,
nanti suami

114
subyek tidak ada
yang merawat.
DA-1805 “Oke, terus apa yang akan mbah lakukan Subyek
ketika hal tersebut terjadi kembali?” mengantisipasi
Y1-1805 “Yo pokok e kudu di rawat awak e. Masio hal tersebut
wis tuwek ngene, kudu di rawat dadi sehat terjadi kembali
terus ben ora ngerepotno wong liyane dengan merawat
ngono.” tubuhnya agar
tetap sehat agar
tidak merasa
merepotkan
orang lain.

B. Hubungan Positif Dengan Orang Lain (Positive Relations With Others)


1) Hubungan Interpersonal
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Oke, nah kan tempat kerja mbah Subyek memiliki
sekarang banyak pekerja lain kan mbah, hubungan positif
gimana hubungan mbah terhadap teman- secara personal
teman lain di sana?” dengan teman
X1-1605 “Nggeh konco-konco podo apik, nek wayah pekerja lainnya
e istirahat ngonten nggeh cerito-cerito bareng dengan berbagi
ngonten. Dadi sing awak dewe podo kesel, cerita yang
dadi mboten keroso pegel e ngonten. Digowo mampu
seneng lah.” menghilangkan
rasa pegal akibat
pekerjaan
subyek.
DA-1605 “Apa yang mbah rasakan ketika bekerja Subyek merasa
dengan pekerja yang lain di sini?” hubungannya
X1-1605 “Nggarai kulo kerjo niku mboten ngeroso dengan pekerja
pegel, jalaran seneng mbak. Terus ngeroso yang lain mampu
kulo mboten dewe malih, kan soale keluarga membuatnya
kulo mboten onok kabar, dadi mben ambek selalu senang,
konco kerjo dadi ngeroso ora dewe nang tidak merasa
ndunyo.” lelah bekerja,
dan tidak merasa
sendirian
mengingat
keluarganya

115
tidak ada kabar.
DA-1605 “Oh, kalau boleh tau, kenapa mbah bilang Anak-anak
kalau keluarga mbah nggak ada kabar? subyek yang
Dimana mereka?” berkeluarga di
X1-1605 “Anak kulo niku mboten malih njenguk kulo Jakarta dan
sejak puasa 3 tahun lalu nduk. Onok sing Kalimantan
nang Jakarta, onok sing nang Kalimantan. sudah tidak lagi
Nelfon kulo ae mboten.” menjenguk
subyek sejak 3
tahun yang lalu.
DA-1605 “Sudah pernah coba menghubungi?” Subyek berusaha
X1-1605 “Ora di angkat nduk. Paling wis ora gelem menghubungi
ngakoni mbah e niki haha.” keluarganya
yang tidak di
angkat membuat
subyek
berpikiran bahwa
subyek sudah
tidak di anggap.
DA-1605 “Okey, ehm kembali ke persoalan Subyek melihat
pekerjaan mbah, pernah ngga mbah pekerja lain
melihat pekerja yang lain mengalami pernah
kesulitan?” mengalami
X1-1605 “Nggeh tau mba, koyo onok sing gerah. kesulitan saat
Ngonten, saking kepegelen garapane wakeh bekerja.
mbeludak mbak.”
DA-1605 “Apa yang mbah lakukan pada saat itu?” Saat itu subyek
X1-1605 “Nggeh mergo konco kulo, dadine pas iku melakukan
kulo nggarap kerjaane. Terus konco kulo tindakan berupa
niku ben istirahat dilut, mengko nek wis mari mengambil alih
baru ngelanjutne ngonten. Awak dewe kerjo pekerjaan
podo nang kono, dadine kodo ngewangi temannya yang
liyane yen ono kangelan.” di arahkan oleh
subyek untuk
beristirahat
terlebih dahulu
sebelum bekerja
kembali.
DA-1605 “Jadi pada saat ada teman mbah yang
kesulitan karena sakit waktu itu, mbah
akhirnya mencoba menggantikan
pekerjaannya dan menyuruhnya istirahat.
Kalau sudah lebih baik, baru nanti teman
mbah melanjutkan kembali yang sudah
mbah kerjakan, begitu ya?”
X1-1605 “Nggeh daripada mengko onok opo-opo

116
terus ora iso ngelanjutne kerjone.”

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Oke, ngomongin pekerjaan nih mbah
yang buat batik bagian canting ya.”
Y1-1805 “Iyo, bener.”
DA-1805 “Apa yang mbah rasakan saat bekerja Subyek merasa
dengan pekerja yang lain di sana? Atau nyaman bekerja
bagaimana perasaan mbah saat bekerja di sana karena
dengan pekerja yang lain di sana?” teman pekerja
Y1-1805 “Enak nduk, uwong-uwong e podo apik. lain yang baik
Onok sing luwih enom teko aku ngunu tapi padanya tanpa
sik apik karo aku. Kadang ngewangi aku peduli umur
utowo nakoni kulo yaopo pekerjaanku untuk saling
ngono, lek ora ngono yo nakoni wis mangan membantu dan
durung? Dadine aku kerjo ora kroso pegel. memberi
Enak ngunu.” perhatian kepada
subyek.
DA-1805 “Pernah nggak mbah melihat pekerja Subyek pernah
yang lain mengalami kesulitan?” melihat pekerja
Y1-1805 “Tau nduk, onok sing kangelan. Ora mung yang lain
aku.” mengalami
kesulitan selain
diri subyek.
DA-1805 “Pada saat situasi seperti apa mbah Subyek
melihatnya?” menyaksikan
Y1-1805 “Pas kerjo nggawe batik, pas isih nyanting kesulitan yang di
utowo ngewernoi, kabeh onok sing kangelan alami pekerja
pasti.” yang lain saat
membuat
batik/nyanting.
DA-1805 “Terus apa yang mbah lakukan pada saa Subyek berusaha
itu?” menanyakan
Y1-1805 “Tak takoni kenopo, onok opo ngunu. Lek keadaan pekerja
dijawab alasane, kadang iso ngewangi lain dan
kadang ora iso. Tapine mek aku nakon karo memberikan
ngekek i weruh lek istirahat disik mengko penuturan untuk
loro. Tapi uwong jaman saiki semangat e istirahat terlebih
ancen tak akui. Tapi ojok sampe loro. dahulu agar tidak
Mesakne awak e sing pegel wisan.” sakit.

117
DA-1805 “Jadi mbah merasa bekerja di sana itu
nyaman karena orang-orang yang lain
sama mbah itu pada baik semua ya
mbah? Jadi mbah bekerja serasa nggak
capek dan kalau misalkan ada yang
kesusahan mbah ngingetin untuk istirahat
jangan dipaksakan begitu ya?”
Y1-1805 “Iya nduk, ojok sampe kerjo nggolek rejeki
malah dadi diparingi gerah, haha.”

C. Otonomi (Autonomy)
1) Kemandirian
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Oke, kemudian apa yang mbah rasakan Subyek selalu
ketika tengah mengalami merasa terpikirkan
kendala/kesulitan pada diri mbah cara penyelesaian
sendiri?” kendala atau
X1-1605 “Nggeh ngerosone sumpek mba. Nang kesulitan yang
pikiran iku mesti kepikiran terus ora onok sedang
entek e. Mergo mikirno yaopo carane ben dihadapinya.
mari ngonten.”
DA-1605 “Lalu apa yang mbah lakukan pada saat Subyek berinisiatif
seperti itu?” untuk
X1-1605 “Nggeh kulo manfaatne wektu istirahat menanggulanginya
gawe ngobrol ambe konco liane, ben pikiran dengan
niku saget mikir jernih. Ora mikir elek-elek. mempergunakan
Nek wis isok ngguyu, kulo biasane isok waktu istirahat,
ngelanjutno kerjaan kulo. Mboten usah berbincang dengan
mikir sing pegel liyan-liyan e. ngonten.” pekerja lain dan
berusaha
mengerjakan
pekerjaannya
dengan
pembawaan yang
senang.
DA-1605 “Apa alasan mbah melakukan hal Subyek
tersebut?” menganggap
X1-1605 “Mergo yen kulo ngobrol kalih liyane niku dengan berbincang
tapi mboten nyeritaaken keluarga kulo dengan teman
cerito liyane, rosone plong ngonten. Dadi pekerjanya,

118
kulo niku mboten saget ngelanjutne kerjo an subyek dapat
kulo yen wis ngerasa sumpek mbak. Dadi merasa ringan,
kulo kudu ngilangne roso sumpek niku tidak sumpek
dhisik ben saget lanjut malih.” sehingga bisa
melanjutkan
pekerjaannya.
DA-1605 “Apakah mbah memerlukan bantuan Subyek hanya
orang lain dalam menyelesaikan memerlukan
kesulitan mbah itu?” dukungan dari
X1-1605 “Mboten se, kulo mung perlu konco niku teman pekerja lain
gawe pripun nggeh. Niku gawe ben pikiran ketika mengalami
iku isok mikir sing apik-apik. Dadi onok permasalahan
pengaruhe ben kulo saget ngelanjutke sebab terdapat
kerjoan kulo.” pengaruh baik
bagi kelangsungan
penyelesaian
pekerjaannya.
DA-1605 “Biasanya pas waktu apa mbah selalu Situasi subyek
merasakan hal seperti itu?” mengalami
X1-1605 “Biasane pas kejo kulo eleng keluarga kulo kesulitan itu ketika
kok nggeh kebangetan ora nggolek o kulo. teringat
Ngonten. Padahal kulo wis nggedekno anak keluarganya yang
kulo kok saiki lali ambek kulo. Opo maneh tidak
ibu e iku wis mboten onok. Dadi kulo urip menghubunginya
dewe an nang kontrakan cilik. Untung dan subyek
tonggo sebelah kulo apik wong e.” berusaha hidup
hingga saat ini
dengan
bermodalkan
kontrakan kecil
dengan
lingkungan yang
baik.
DA-1605 “Okay, apakah dengan cara mbah Ketika subyek
meluangkan waktu untuk berbicara meluangkan wkatu
dengan teman-teman mbah itu bisa berbicara dengan
menyelesaikan kesulitan yang pada saat teman pekerja lain
itu kembali teringat?” dapat memberikan
X1-1605 “Nggeh saget mbak. Pripun nggeh, ngaruh e pengaruh beban
sitik tapi isok lah gawe kulo ngelanjutno kesulitan yang di
kerjaan kulo. Ngonten. Soale ora ngono, alaminya sehingga
kulo kesusahan mengko entuk duwek e piye dapat melanjutkan
ngonten.” pekerjaan.

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805

119
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Apa yang mbah rasakan ketika sedang Subyek merasa
mengalami kendala pada diri mbah?” kesusahan ketika
Y1-1805 “Ngeroso kangelan, terus bingung kudu mengalami
diapakno. Soale awak wis ora kuat. Onok kendala dan
pengen njaluk rewang tapi ora gelem nambah enggan meminta
ngerepotne.” pertolongan
karena dirinya
yang takut
merepotkan.
DA-1805 “Terus apa yang mbah lakukan pada saat Subyek
itu?” menghadapi
Y1-1805 “Diadepi nduk, karo tetep ngejogo awak ben permasalahan
ora kambuh. Selagi sik isok nyambut gawe. yang di alaminya
Ora oleh males mengko ngerepotne liyane dan bersyukur
terutamane keluarga ngono karo gawe biaya selagi masih bisa
urip.” bekerja.
DA-1805 “Jadi semua dilakukan karena keluarga
dan diri sendiri ya mbah?”
Y1-1805 “Iya nduk.”
DA-1805 “Apakah mbah pada saat itu memerlukan Subyek
bantuan orang lain dalam membutuhkan
menyelesaikannya?” bantuan orang
Y1-1805 “Butuh nduk. Iso teko semangat keluargaku lain berupa
utawa teko konco-konco sing kerjo iku. perhatian
Ngewangi iku mung kadang ngewenehi terhadap
perhatian. Disiapno bekal misale, dielengno kondisinya dari
ngombe obat, terus liyane sisan.” keluarga dan
teman bekerja.
DA-1805 “Apakah tindakan yang mbah lakukan Subyek mampu
bisa menyelesaikan kendala mbah saat menghadapinya
itu?” dengan sabar,
Y1-1805 “Titik-titik isok sampe saiki dadi isok tawakal, percaya
ngejalakno biasa. Intine kudu bersyukur lan dan bersyukur
tawakal nang sing kuasa.” kepada yang
maha kuasa.
DA-1805 “Jadi menurut mbah ketika mbah merasa
ada kendala, mbah memerlukan bantuan
berupa dukungan dari keluarga atau
teman di kerjaan dan perhatian begitu.
Dengan begitu juga mbah nggak boleh

120
untuk malah bekerja dan harus menjaga
ketahanan tubuh selagi bisa kerja cari
uang begitu ya?”
Y1-1805 “Iya nduk.”

2) Tahan terhadap tekanan sosial


Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Okey, pernahkah mbah merubah Subyek tidak
keputusan mbah sendiri secara tiba-tiba?” pernah merubah
X1-1605 “Ora tau mbak.” keputusan
sendiri secara
mendadak.
DA-1605 “Apa alasan mbah pada saat itu tidak Subyek berusaha
pernah merubah keputusan apapun sama untuk
sekali?” menjalankan
X1-1605 “Soale kulo kudu mandiri, urip dewe, dadi kehidupannya
nggeh kulo ora tau isok ngerubah keputusan. secara baik
Opo maneh kerjo utowo keputusan kulo dengan menekan
gawe urip dewe. Wong yen kulo nggolek keadaannya yang
anak kulo ora onok duwek, mung cukup saat itu jauh dari
gawe mangan. Mengko nek nggolek, kulo keluarga.
ilang dadi gembel haha. Ora saget mbalek.”
DA-1605 “Apakah mbah tetap melanjutkan Subyek tetap
keputusan mbah hingga kedepannya?” melanjutkan
X1-1605 “Nggeh nek sampe kapan anak kulo mboten keputusannya
nggolek i kulo, pasrah tetep ngene tetep kerjo bekerja dan
nang batik. Tak ngapdi mba. Karo nyuwun berdoa kepada
kekuatan nang sing Kuasa nang ndunyo iki.” yang Maha
Kuasa.
DA-1605 “Bagaimana hasil atas keputusan mbah Subyek dapat
yang tetap bertahan bekerja hingga saat melanjutkan
ini?” hidupnya dengan
X1-1605 “Kulo saget mangan, saget ngelanjutno urip. baik bersama
Ora perlu anak anak kulo sing ngopeni kulo pekerjaannya
saget urip. Kerjo dewe.” tanpa adanya
keluarganya.
DA-1605 “Bagaimana respon lingkungan sekitar Subyek
mbah terhadap keputusan mbah mendapatkan
tersebut?” respon berupa
X1-1605 “Ora onok sing ngerespon mba. Keluarga dukungan dan

121
kulo mboten ngereken. Dadine mung perhatian yang
nduweni konco-konco sing nggeh, apik karo baik dari teman
kulo lan tonggo sebelah kulo sing merhatikno bekerjanya dan
kulo yen mulih kerjo ngono kulo ditakoni wis tetangga sebelah
dhahar durung? Mengko diajak mangan kontrakan tanpa
bareng ngonten karo keluargane.” adanya keluarga.

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Baik, pernah nggak mbah ingin merubah Subyek hanya
keputusan mbah sendiri?” sempat merasa
Y1-1805 “Ora tau nduk nek kerjo ora tau berubah bimbang antara
pikiran. Iku wis keputusan mantep. Mung bekerja atau
bimbang kudu mandek karo kerjoan iki. tidak
Wedi malah parah. Tapi nek dijogo pasti ora dikarenakan
loro.” khawatir tidak
bisa menjaga
kondisi
kesehatannya.
DA-1805 “Alasan mbah untuk tetap memilih Subyek tetap
bekerja walaupun sempat bimbang pada memutuskan
saat itu?” bekerja dengan
Y1-1805 “Soale ora gelem ngerepotno keluargaku sing alasan tidak mau
apik iku, nduk. Makane tetep milih kerjo. merepotkan
Wong yo kerjone ora abot bangert terus aku keluarganya
yo seneng karo kerjaanku iki.” yang sudah baik
kepada subyek.
DA-1805 “Apakah setelah kondisi pandemi ini Setelah Pandemi
berakhir nanti dan kembali normal, mbah berakhir, subyek
tetap melanjutkan keputusan untuk tetap akan
bekerja?” melanjutkan
Y1-1805 “Iyo nduk panggah. Lek wis toko bukak pekerjaannya.
maneh, pastine sik ngelanjutno mumpung iso
kerjo.”
DA-1805 “Jadi, hasil dari keputusan itu mbah tetap Untuk saat ini
bekerja menunggu situasi pulih kembali jika ada
dan toko sudah buka?” panggilan
Y1-1805 “Iya nduk utawa mengko nek ono panggilan pesanan, maka
yo mlebu. Biasane nek ono pesenan ngono. subyek bekerja.
Rejeki ora oleh ditolak.”
DA-1805 “Jadi mbah nggak pernah sama sekali

122
mengubah keputusan untuk berhenti
kerja karena mbah merasa rejeki nggak
boleh ditolak selagi masih bisa bekerja
begitu ya?”
Y1-1805 “Iya nduk.”

3) Mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang


lain
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Pernahkah mbah berada dalam Subyek pernah
permasalahan yang mengharuskan mbah dalam situasi
untuk mengambil keputusan secara cepat masalah yang
saat itu juga?” harus mengambil
X1-1605 “Nggeh tau mba.” keputusan secara
cepat.
DA-1605 “Pada saat situasi seperti apa mbah saat Subyek
itu?” melakukan
X1-1605 “Nggeh kulo kan sebelum e kerjo nang tindakan tersebut
bengkel terus di pecat niku. Akhir e kulo ketika insiden
sempet dadi pengangguran pirang wulan dipecat dan
ngunu. Terus akhir e kulo mboten gelem setelahnya
nganggur maleh, mung kerjo dadi tukang sempat
parkir. Akhir e tonggo kulo mau nawani mengalmai
kerjo nang kene mbatik iki.” pengangguran
serta menjadi
tukang parkir.
DA-1605 “Apa yang mbah putuskan akhirnya?” Subyek
X1-1605 “Nggeh kulo ragu wong ora iso opo-opo, tapi memutuskan
jarene mengko di ajari. Akhir e kulo coba menerima
soale mung dikek i kesempatan nganti sorene pekerjaannya
mawon.” dengan
mempelajari
bagaimana
membatik.
DA-1605 “Apakah ada orang lain yang membantu Subyek murni
mbah untuk mengambil keputusan itu?” mengambil
X1-1605 “Mboten enten, niku murni kulo sederek keputusan untuk
mutusne iyo dicoba sek, pasti kulo saget nek bekerja sebagai
di wuruk i. Buktine nganti sakniki kulo kerjo pembatik cap
nang kene nganti 9 tahun nan. Sing nduwe tanpa adanya

123
nggeh apik karo telaten karo kulo nganti isok ikut campur
ngene. Makane akeh sing seneng kerjan nang orang lain.
kono, mergo sing nduwe apik wong e.” keputusan
subyek berhasil
hingga sampai
saat ini.

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y1-1805


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1805
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1805 “Oke. Mbah, pernah nggak mbah Subyek sempat
menghadapi kendala atau permasalahan mengalami
yang mengharuskan mbah untuk kelabilan ketika
mengambil keputusan cepat saat itu memutuskan
juga?” untuk lanjut
Y1-1805 “Ora onok, mung kudu cepet mikir sing labil bekerja atau
iku mau nduk. Kerjo utowo mandek wae karo tidak dengan
mikir konsekuensi awak sing bakal kudu adanya
luwih dijogo timbang ora kerjo.” konsekuensi
kesehatan yang
lebih dijaga
kembali.
DA-1805 “Kira-kira saat kapan mbah Subyek
menghadapinya?” mengalami
Y1-1805 “Pas sing wis dipekso kudu sak omah ambek kelabilan
anakku karo bojone. Ket iku wis nggolek berpikir ketika
kerjo tekorewangane anakku sing akhire sudah satu
ngolehi lek misale kerjo nggawe batik iki. rumah dengan
Nyanting ngono.” keluarga anak
subyek dan anak
subyek yang
sudah memberi
izin untuk
bekerja dengan
syarat sebagai
pembatik
canting saja.
DA-1805 “Tadi kan mbah bilang diizinkan kalau Subyek tidak
kerja jadi pembatik sama anak mbah. mau menyia-
Saat itu apa mbah putuskan?” nyiakan
Y1-1805 “Yo aku ora gelem nyiak-yiakno rejeki kuwi. kesempatan
Dadi aku gelem. Opo maneh mbyiyen wis tau sehingga

124
mbatik teko cilik karo ibukku. Mung nek menerima
kerjo, bakalan di anter jemput karo bojo tawaran bekerja
utowo anakku. Ora adoh teko omah.” sebagai
pembatik
mengingat
keterampilan
subyek sejak
kecil dengan
ibunya untuk
membuat batik.
DA-1805 “Apa mbah dalam mengambil keputusan Subyek
itu dibantu sama yang lain?” mengambil
Y1-1805 “Iyo diewangi teko anakku karo bojone keputusan untuk
ngewangi aku. Teko nggolekno kerjo sing bekerja adalah
isok digarap, karo mutusne diterno jemput keinginannya
iku. Gegarane sik khawatir ngono jarene. sendiri
Padahal tuwek-tuwek ngene aku sik iso budal sedangkan anak
dewe. Tapi nek mutusne kerjo nang kono opo dan menantunya
ora, iku aku dewe.” hanya menawari
pekerjaan
sebagai
pembatik beserta
antar jemput
kerjanya.
DA-1805 “Jadi, mbah mengalami perasaan bingung
antara lanjut kerja atau tidak ya. Terus
untuk memutuskan mbah kerja di sana
atau tidak itu hanya sesuai keputusan
mbah sendiri tanpa ikut campur tangan
oleh siapapun. Hanya saja ketika yang
mencarikan pilihan kerja di tempat batik
itu dan untuk diantar jemput itu adalah
anak dan menantu mba. Padahal mbah
merasa kalau mbah bisa berangkat
sendiri, begitu ya?”
Y1-1805 “Bener nduk.”

D. Penguasaan Lingkungan (Enviromental Mastery)


1) Mampu mengontrol kegiatan di luar diri
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan

125
DA-1605 “Okey, Apa yang mbah rasakan ketika Yang dirasakan
ada hal pekerjaan yang banyak sekali subyek ketika
harus diselesaikan sama mbah?” pekerjaan
X1-1605 “Pastine yen ngarani niku opo nggeh...gopoh menumpuk yang
haha. Soale di uber waktu niku.” harus segera
diselesaikan
adalah subyek
panik dikejar
oleh deadline.
DA-1605 “Pada saat situasi apa mbah merasakan Subyek
hal tersebut?” merasakan situasi
X1-1605 “Nggeh kerjaan nang kerjoan saiki, niku panik dikejar
onok pesenan karo koyok wis wayahe oleh deadline
nggawe batik niki-niku ngonten. Pasti wis ketika pekerjaan
terjadwal lan wakeh.” pembatiknya
yang mengalami
banyak pesanan
dan pembuatan
batik sesuai
jadwal yang
ditentukan oleh
atasan.
DA-1605 “Bagaimana mbah dalam membagi wkatu Subyek
bersama pekerjaan mbah saat itu?” mengontrol
X1-1605 “Alon-alon dilakoni sing sregep, lek misale pembagian waktu
kulo pegel, istirahat, kudu ibadah sisan karo pekerjaannya
dahar. Mengko dilanjut malih. Asal tepat dengan
waktu mawon ngonten. Ora usah di ulur- melaksanakan
ulur.” perlahan secara
tepat wkatu tanpa
tetap beristirahat
yang cukup
ketika pegal,
ibadah dan
makan.
DA-1605 “Apa yang mbah lakukan pada saat itu? Subyek
Dapat bagian apa mbah saat itu?” mendapatkan
X1-1605 “Cetak batik mbak. Ndek ruangan sing bagian pekerjaan
ketutup terus panas.” pada batik cap.
DA-1605 “Apa yang mbah pikirkan untuk Subyek berusaha
melakukan hal tersebut?” memaksimalkan
X1-1605 “Mung iling nggeh niku wis kewajiban kulo pekerjaannya
dadi sing nyambut gawe nang kunu. Opo sebagai
maneh sing nduwe wong e apik, dadi ora kewajiban
oleh ngelarani atine ngonten.” dirinya yang
berkerja di sana

126
karena tidak
ingin
mengecewakan
pemiliknya.
DA-1605 “Jadi, mbah nggak mau mengecewakan
hati sang pemiliki begitu ya?”
X1-1605 “Enggeh mbak.”

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y2-1905


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1905
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1905 “Oke, kita mulai dari pernah nggak mbah Subyek pernah
ngerasain pekerjaan mbah yang harus merasakan harus
diselesaikan banyak sekali saat itu?” menyelesaikan
Y2-1905 “Oh, tau nduk. Pas iko onok pesenan sing pekerjaan
wakeh utowo kudu onok batik sing kudu menumpuk
digarap jenise.” dengan batas
waktu yang telah
ditentukan
berupa pesanan
dan atau berupa
jadwal batik
yang harus di
kerjakan.
DA-1905 “Apa yang mbah rasakan pada saat itu?” Subyek merasa
Y2-1905 “Dadi koyok...di uber-uber ngono. Kudu seperti dikejar-
ndang dimarikno. Dadi awak rasa e pegel kejar oleh
kabeh nduk. Mung iku rejeki dadine kudu deadline/waktu.
semangat.”
DA-1905 “Apakah hanya saat situasi tersebut mbah Hanya saat
merasakannya?” situasi
Y2-1905 “Iyo nduk, koyok semangat mung yo pegel pekerjaannya,
koyok diuber-uber.” subyek merasa
dikejar oleh
deadline/waktu.
DA-1905 “Apa yang dilakukan mbah pada saat Posisi subyek
itu?” terhadap
Y2-1905 “Kebagian mung canting batik nduk karo pekerjaannya
kudu ndang dimarikno ngono.” saat itu adalah
canting batik.
DA-1905 “Apa yang mbah pikirkan untuk Subyek
melakukan hal tersebut pada saat itu?” memikirkan

127
Y2-1905 “Wis kewajibane, dadi wong kerjoan sing kewajibannya
marikno tugas e sing wakeh. Wis rejekine sebagai seorang
sing kape tetko dadi sing tak pikirno mung pekerja batik
aku kudu marikno ngono. Lek ora mengko canting yang
ora oleh penghasilan.” harus
menyelesaikan
pekerjaannya
tersebut.
DA-1905 “Jadi mbah ada dalam posisi pekerjaan
banyak seperti banyak pesanan dan atau
harus membuat batik yang harus
dikerjakan tepat waktu. Saat itu mbah
canting batik, jadi menurut mbah sudah
menjadi kewajiban untuk dikerjakan
karena itu adalah rejeki mbah, begitu
ya?”
Y2-1905 “Iya nduk.”

2) Memanfaatkan peluang yang ada


Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Terus apa yang mbah rasakan ketika Subyek
mendengar adanya kesempatan yang menghadapi
datang untuk mbah?” peluang dengan
X1-1605 “Kudu dipergunakne sing apik. Kudu tidak menyia-
diterimo.” nyiakannya.
DA-1605 “Kapan mbah terakhir kali mendapatkan Terakhir kali
kesempatan seperti itu?” subyek
X1-1605 mendapatkan
“Nggeh pas kulo ditawani kerjoan nang batik
niku kaleh tonggo kulo.” kesempatan atau
peluang ketika
ditawari bekerja
sebagai
pembatik.
DA-1605 “Apa yang mbah lakukan pada saat itu?” Subyek
X1-1605 “Nerimo kerjo ne mbak. Nggeh mboten menerima
nopo-nopo yen kulo belajar maleh. Nanging pekerjaannya
kulo sak niki saget ngelakoni.” dengan
menerima
konsekuensi
diluar

128
keahliannya
yang harus
belajar membatik
terlebih dahulu.
DA-1605 “Apa yang mbah pikirkan untuk memilih Subyek
melakukan hal tersebut?” memikirkan
X1-1605 “Mergane nggeh ora bakal ono kesempatan bahwa
malih. Dadine kulo nggeh butuh duwit, gawe kondisinya yang
urip dewe nang kene. Dadine nggeh diterimo membutuhkan
ngonten.” uang untuk masa
hidupnya dengan
menerima
kesempatan
tersebut.

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y2-1905


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1905
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1905 “Terus apa yang mbah rasakan ketika
mendengar adanya kesempatan?”
Y2-1905 “Kesempatan opo kuwi?”
DA-1905 “Apa aja mbah.” Subyek
Y2-1905 “Lek aku kudu tak jumuk. Ora oleh ditolak. beranggapan
Wis termasuk rejeki gawe kene teka gusti kesempatan
Allah. Dadi ora oleh di siak-siakno karo aku adalah rezeki
seneng.” dari Allah yang
tidak boleh
dilewatkan.
DA-1905 “Kapan mbah terakhir mendapatkan Subyek terakhir
sebuah kesempatan tersebut?” mendapatkan
Y2-1905 “Kesempatan dike i izin anakku karo bojone kesempatan
gawe kerjo lan entuk kerjo nang ketika diberi izin
penggawenane batik sing isok tak garap. bekerja dan
Karo dikek i kesempatan gusti Allah gawe kesehatannya
kesehatan sampe saiki. Ngono. Ngerti wis hingga saat ini di
sepuh, tapi sik sehat.” usia tua subyek.
DA-1905 “Kemudian apa yang dilakukan mbah Subyek
waktu itu ketika mendapatkan sebuah memutuskan
kesempatan tersebut?” menerima
Y1-1905 “Nerimo kerjo iku mau sing digolekno karo pekerjaan
dijogo maneh kesehatane ditambah saiki kan tersebut dan
aku kerjo nduk sampe saiki sik dilakoni.” menjaga lebih

129
ekstra
kesehatannya.
DA-1905 “Apa yang mbah pikirkan pada saat Subyek
mengambil kesempatan tersebut pada saat berpikiran
itu?” bahwa
Y1-1905 “Opo yo nduk. Mung ora bakal ono kesempatan
kesempatan sing koyok ngene maneh, dadi tidak akan dua
ditrimo sampe saiki kerjo nang kono nganti kali dan subyek
wis 4 tahunan iki.” tidak menyesal
dengan
keputusannya
bekerja hingga
saat ini.
DA-1905 “Jadi mbah pernah mendapatkan
kesempatan untuk sehat kembali,
kesempatan untuk diizinkan bekerja di
salah satu tempat pembuatan batik di
bagian canting. Dengan begitu mbah lebih
menjaga kesehatannya lagi untuk tetap
sehat dan menurut mbah kesempatan
nggak akan datang dua kali, ajdi mbah
memanfaatkan kesempatan tersebut
untuk bekerja hingga 4 tahun in. Benar
begitu?”
Y1-1905 “Iya nduk.”

E. Tujuan Hidup (Purpose in Life)


1) Pemaknaan hidupnya
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Oke, apa yang mbah artikan tentang Subyek
hidup mbah saat ini?” memaknai
X1-1605 “Sakniki kudu bersyukur isok urip dewe. Ora hidupnya sendiri
oleh ngeluh. Ben sing ora nganggep, kulo untuk selalu
nggeh saget ora nganggep anak-anak kulo. bersyukur dan
Kulo mbuktikne yen kulo saget urip dewe.” membuktikan
subyek dapat
menjalankan
kehidupannya
tanpa anak-
anakna tersebut.

130
DA-1605 “Kalau misalkan anak mbah nanti nemuin Subyek tidak
mbah bagaimana?” masalah jika
X1-1605 “Mboten nopo-nopo. Nangin kulo mboten bertemu anaknya
gelem yen dijak melu. Nang kene ae kulo wis tetapi tidak
seneng.” berkeinginan
untuk ikut
bersama
anaknya.
DA-1605 “Apa tujuan yang ingin mbah capai saat Tujuan hidup
ini?” subyek adalah
X1-1605 “Ora onok. Mung isok selalu nduweni duwit meneruskan
gawe urip dewe nang kene.” hidupnya untuk
bekerja mencari
upah.
DA-1605 “Apa saja yang ingin mbah lakukan pada Subyek
kehidupan mbah saat ini untuk mencapai mencapai
tujuan mbah itu?” tujuannya
X1-1605 “Terus sehat ben isok kerjo nggolek duwit, dengan menjaga
ben iku ora sepiro tapi isok di nggo dahar pola hidup sehat
karo urip. Karo dungo sing akeh ben di agar dapat tetap
ewangi karo sing kuasa. Ojok lali ibadah.” bekerja dan
berdoa kepada
sang Maha
Kuasa.
DA-1605 “Kapan mbah dapat melaksanakan hal Yang ingin
tersebut?” dilaksanakan
X1-1605 “Sakniki wis kulo lakokne mbak. Dadine subyek saat ini
kulo isok urip 9 tahun iki dadi kerjo nang sudah dilakukan
batik.” hingga saat ini
sampai sudah 9
tahun kerja
lamanya.

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y2-1905


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1905
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1905 “ Baik, apa yang dimaknai mbah tentang Subyek
hidup mbah saat ini?” memaknai
Y2-1905 “Uripku kudu tak pergunakno apik-apik. hidupnya dengan
Tetep kerjo nggolek duwek gawe mbiayai mempergunakan
urip sing kudu dijogo kesehatane.” sebaik mungkin
kesempatan

131
bekerjanya untuk
mencari biaya
hidup sehingga
perlu untuk
menjaga
kesehatannya.
DA-1905 “Lalu apa yang mbah rasakan ketika Subyek merasa
menjalankan aktivitas di dalam hidup bersyukur dengan
mbah saat ini?” kesempatan
Y2-1905 “Sing dirasakno luwih bersyukur isih dikek i masih bisa
wektu gawe njogo kesehatan, iso dungo menjaga
nang gusti Allah, karo bersyukur nduweni kesehatan, berdoa
koyok keterampilan sing iso digawe kerjo kepada Allah,
karo panjang umur. Dadi lek kerjo rasane dan bersyukur
kudu bersyukur, onok seneng e onok pegel e. diberi
Rapopo, dijalani. Nek awak dewe njalani keterampilan
apik-apik dadine yo apik. Kudu ikhlas membatik yang
nggeh. Ora oleh ngresulo terus terusan.” dipergunakan
untuk bekerja.
DA-1905 “Oke, apa tujuan hidup saat ini yang Tujuan hidup
ingin sekali mbah capai?” subyek adalah
Y2-1905 “Mung isok urip tanpo ngerepotne hidup tanpa
keluargaku. Uwong e wis apik, aku ra lidok merepotkan
nek sampe ngerepotne. Mung pengen kerjo keluarga (anak
gawe biaya urip karo obat ben waras terus. dan menantunya)
Karo ngadep gusti Allah sing luwih sregep dengan
lan tenanan. Dadine pas mati, ora nyesel membiayai
amarga kurang dilakoni apik.” keperluan
kesehatannya
sendiri serta lebih
tawakal kepada
Allah SWT.
DA-1905 “Apa saja yang ingin mbah lakukan pada Subyek berusaha
kehidupan saat ini untuk mencapai mencapai
tujuan hidup?” tujuannya dengan
Y2-1905 “Yo mung dungo sing akeh ambek gusti terus berdoa
Allah ben luwih cidek. Terus kerjo sing kepada Allah dan
tenanan ben akeh rejekine. Terus jogo bekerja dengan
kesehatan terus, ora oleh telat ngombe obat sungguh-sungguh
ambek dahar opo maneh kudu istirahat untuk mencari
cukup. Ben isok kerjo terus ngono.” rezeki serta
menjaga
kesehatannya.
DA-1905 “Kapan mbah dapat melaksanakan hal Subyek sudah
tersebut?” melaksanakannya
Y2-1905 “Saiki wis tak laksanakno titik-titik. Pasti iso hingga saat ini.

132
nduweni urip sing apik. Ojok lali dungo
nang gusti Allah.”
DA-1905 “Jadi mbah merasa hidup harus
dipergunakan dengan baik dengan
mendekatkan diri ke Allah untuk minta
doa dijaga kesehatan biar bisa terus kerja
sambil menjaga kesehatan dengan pola
makan dan minum obat yang teratur
sama istirahat yang cukup dan lebih
dekat ke Allah untuk memperbaiki hidup
biar mbah ketika sudah tidak ada, tidak
sia-sia dan menyesal karena semasa hidup
sudah dikerjakan dengan baik dan
diperbaiki. Begitu ya mbah?”
Y2-1905 “Iya nduk.”

F. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)


1) Perencanaan dan pelaksanaan kerja
Inisial Subyek : Subyek X Kode Subyek X : X1-1605
Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1605
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 16 Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1605 “Menurut mbah potensi atau sesuatu apa Subyek memiliki
yang mbah miliki sendiri?” potensi diri yang
X1-1605 “Wong kulo wong sing gelem sinau asal selalu ingin
kelakon mba. Dadine opo ae saget kulo belajar hal baru
kerjakne.” membuat subyek
dapat
mengerjakan apa
saja.
DA-1605 “Apakah mbah memiliki rencana untuk Subyek tidak
meningkatkan apa yang mbah miliki memiliki
tersebut?” rencana untuk
X1-1605 “Mboten mbak. Ngene wis cukup. Sampun.” meningkatkan
potensinya.
DA-1605 “Apakah ada perubahan ketika mbah Subyek memiliki
menjadi seorang pekerja pembuat batik?” perubahan ketika
X1-1605 “Nggeh kulo dadi saget nguripi urip kulo. belajar sebagai
Saget dahar, saget sehat. Ngonten. Mboten pembuatan batik
dadi pengangguran. Oleh konco sing dadine dengan dapat
kulo mboten ngeroso dewe malih nang menjalankan
kene.” hidupnya untuk
mencukupi

133
kebutuhannya
serta tidak
merasa sendiri
karena ada
teman
sepekerjanya
DA-1605 “Apakah ada orang lain yang membantu Subyek menjadi
mbah dalam meningkatkan sesuatu yang dapat membuat
mbah miliki tadi?” batik berkat
X1-1605 “Nggeh sing nduweni penggaweyan pabrik pemilik batik
mau ngrewangi kulo nganti saget nggawe dan teman-teman
batik cetak. Karo konco-konco nang kerjo pekerjanya yang
ngonten kadang nggeh ngewangi kulo.” membantunya
mengajarkan
membuat batik
cap.
DA-1605 “Apa yang mbah rasakan hingga saat ini Subyek merasa
setelah semua yang mbah lakukan?” bersyukur karena
X1-1605 “Nggeh kulo bersyukur sanget kaleh urip sudah diberikan
kulo sakniki. Kulo mung pengen diparingi kesehatan untuk
sehat terus nganti isok kerjo terus. Matur bisa bekerja
suwon sanget nggeh kalih tonggo kulo niku hingga saat ini
kaleh konco-konco kulo lan sing nduweni serta teman-
batik niku.” teman pekerja
lain dan
pemiliknya yang
sudah
membantu.

Inisial Subyek : Subyek Y Kode Subyek Y : Y2-1905


Pewawancara : Della Aulia O. Kode Pewawncara : DA-1905
Lokasi : Via telfon whatsapp Tgl Wawancara : 18 Mei 2020 & 19
Mei 2020

Kode Transkrip Wawancara Catatan


DA-1905 “Menurut mbah nih, potensi yang mbahSubyek memiliki
miliki sendiri apa?” potensi yang
Y2-1905 sudah
“Dadi sing nggawe batik nang canting sing bisa
membuat batik
apik. Soale aku yo ket cilik wis di wuruk i
karo ibuk. Dadine wis iso.” canting berkat
diajarkan ibunya
sejak dulu.
DA-1905 “Apakah mbah memiliki rencana untuk Subyek tidak ada
meningkatkan potensi keahlian mbah keinginan untuk
dalam membatik canting tersebut?” meningkatkan

134
Y2-1905 “Ndak nduk. Wis tuwek. Ora iso sing luwih potensinya sebab
teko saiki. Isok kerjo ae wis seneng. Dadine menurutnya
sakmene ae. Ben cah sing luwih enom ae sing sudah menjadi
kudu ningkatno dadi sing luwih teko aku giliran orang
ngono.” yang masih
muda darinya.
DA-1905 “Apakah ada perubahan ketika mbah Subyek
menjadi seorang pekerja pembuat batik?” mengalami
Y2-1905 “Luwih peduli karo kesehatan ben isok terus perubahan pada
kerjo nduk. Mangan e kudu teratur karo dirinya yang saat
ngombe obat ngono. Karo isok kontrol rutin ini jauh lebih
ngono. Luwih bersyukur. Luwih ngeroso peduli dengan
sehat. Yo mung pegel-pegel awak wae kan kesehatannya
lungguh terus ngono. ” agar bisa bekerja
dengan makan
dan minum obat
yang teratur serta
rutin kontrol
sesuai jadwal.
DA-1905 “Berarti sampai saat ini mbah nggak ada
rencana kedepan untuk lebih dari ini
mengembangkan potensi mbah sebagai
keahlian di menyanting batik karena
sudah bukan waktunya mbah melainkan
orang yang lebih muda dari mbah begitu
ya? Dan berkat kegiatan mbah saat ini,
mbah jauh lebih peduli sama kesehatan
mbah dan merasa jauh lebih sehat begitu
ya?”
Y2-1905 “Iyo nduk bener. Soale wis sepuh. Terus
mergo iki dadi rutin kontrol nang dokter
utowo mantri.”
DA-1905 “Terus apa yang mbah rasakan selama Subyek merasa
rencana itu mulai dilaksanakan?” bersyukur atas
Y2-1905 “Bersyukur nduk. Seneng ngono. Soale yo apa yang
apik ambek aku kabeh keluargaku karo dilakukannya
konco sing podo kerjo nang batik ngono.” hingga saat ni
serta bersyukur
karena
dikelilingi oleh
orang yang baik
kepadanya.

135

Anda mungkin juga menyukai