Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Untuk Masa Depan

Oleh: Raden Alfin Dwisatrio A. S.T

Kelahiran suatu generasi adalah berkah bagi masyarakat yang diberinya, keberkahan itu penuh
dengan suka cita namun tak luput dari kecenderungan dan tantangan. Generasi saat ini, seperti yang
sebelum-sebelumnya juga memilki karakter tersendiri dalam melihat dan mencerna dunia. Namun,
keadaan juga membuat sebuah generasi memiliki sifat yang tak ingin dimilikinya. 64.5% rakyat
Indonesia lahir setelah tahun 1980 [1] bersamanya teknologi dengan berbagai kemajuanya
mendampingi hidupnya dalam mempermudah berbagai kegiatan namun tidak tanpa dengan
konsekuensi. Dengan kemajuan teknologi, generasi ini cenderung memiliki kurangnya rasa
komitmen ditambah adanya rasa untuk hidup hanya pada saat ini (Fear of missing out) tanpa
memikirkan masa depan [2]. Kesadaran ini akan membawa seseorang kepada sejarah dan pelajaran
yang tertanam didalamnya, dengan sadar akan ini maka sesesorang dapat membangun motivasi dari
dalam dirinya.
Sejarah mengajarkan kita bahwa waktu dalam kesulitan akan membuat seseorang menjadi
kuat, dan orang yang kuat akan menghasilkan masa yang penuh kemakmuran. Pada awal abad 20,
Indonesia tak luput dari cobaan dan ujian. Kekuasaan negara berganti berkali-kali namun tidak sekali
berpindah kepada putra dan putri bumi pertiwi. Perjuangan yang amat besar dengan darah, keringat,
dan air mata kemudian diperlukan untuk menghasilkan kemerdekaan dan kemandirian Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang akhirnya berdaulat dan penuh kebijaksanaan dapat menentukan
bagaimana berkehidupan di bumi nusantara yang amat dicintai. Sejarah mengajarkan bahwa negara
kita pernah terancam sampai jati dirinya dipermalukan pada tragedi 30 September, namun dengan
penuh tekad Pancasila dapat harum kembali dan menjadikan negara ini macan asia yang disegani di
seluruh dunia dengan komoditas unggulan seperti kedelai. Sejarah barupun juga mengajarkan bahwa
kesulitan yang dialami seseorang dalam menempuh dan berkegiatan dapat diselesaikan. Birokrasi dan
infrastruktur yang kokoh, tangguh, dan dapat diandalkan menyatukan negeri dan menjadi tulang
punggung perekonomian sebuah negara yang maju.
Maka dengan kesadaran ini seorang individu harus berusaha menafsirkan sejarah dengan
penuh hati, sadar dalam kondisi yang dialaminya sekarang dan selaraskan dengan perjuangan dari
leluhur yang telah mendahuluinya. Tidak hanya demi pertumbuhan insanya namun juga untuk
membangun lingkungan sekitarnya yang penuh dengan orang-orang yang ia sayangi. Seperti
semboyan yang diucapkan oleh proklamator kita Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Maka dengan ini mari kita senantiasa memahami sejarah besar yang ada pada kita dan berkarya agar
menjadi lebih baik dengan landasan yang agung ini.
Daftar Pustaka
[1] Jarot, D., 2021. Indonesia Didominasi Milenial dan Generasi Z. [online] katadata. Available at:
<https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/6014cb89a6eb7/indonesia-didominasi-
milenial-dan-generasi-z> [Accessed 20 June 2022].
[2] Putra, Y., 2017. THEORITICAL REVIEW : TEORI PERBEDAAN GENERASI. Among
Makarti, 9(2).
Raden Alfin Dwisatrio Andrianto, lahir di Jakarta 20 Februari 1997. Saya adalah seorang
sarjana Teknik Industri secara pendidikan, namun juga seorang penuntut ilmu seumur hidup saya.
Saya percaya dengan ilmu dan keinginan untuk berbagi dapat membuat lingkungan sekitar kita
menjadi lebih baik. Dengan keyakinan saya bahwa bakat yang terlahir tidaklah cukup untuk membuat
orang menjadi hebat, namun dedikasi, komitmen, dan konsistensi diperlukan untuk mendapatkan
kehebatan tersebut. Saat ini saya meneruskan pendidikan Master of Project Management di
University of Sydney. Saya juga gemar beroganisasi dan mengukuti komunitas seperti dalam
olahraga golf dan menembak saya. Semasa kuliah saya aktif dalam organisasi Trisakti Marketing
Club dan menjadi ketua beberapa acara yang diselenggarakan dan menjadi anggota terbaik pada
periode 2019. Kegemaran saya akan belajar membawa saya mengikuti workshop dan seminar di luar
negeri.

Anda mungkin juga menyukai