Anda di halaman 1dari 27

KOMANDO RESORT MILITER - 091/ASN

KOMANDO DISTRIK MILITER-0906/TGR

ESSAY

“PANDEMI COVID-19 DAN VIRUS MISINFORMASI”: OPTIMALISASI


PERAN KODIM-0906/TENGGARONG UNTUK MENJAGA STABILITAS
WILAYAH DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Dibuat oleh:
Letkol Inf. Charles Alling, SE, M.MDS
Dandim-0906/Tenggarong

Tenggarong, 5 Mei 2020


DAFTAR ISI

Daftar Isi .…………………………………………………………………………………… i


Abstrak ……………………………………………………………………………………… ii
Pendahuluan .…...………………………………………………………………………….
Pembahasan …..…………………………………………………………………………... 3
Pandemi Covid-19: Realisasi Program Pembinaan Teritorial 4
Memaknai Kompleksitas Covid-19 dan Virus Misinformasi ..……………………… 5
Status Quo Penanganan Covid-19………..…………………………………………. 10
Rural Development Participation: Optimalisasi Partisipasi Kodim-0906/Tgr
…....……..………………………………………….................................................... 14
Penutup ……………….….……………..…………………………………………………. 16
Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 16
Saran …………………………………………………………………………………… 17
Lampiran-lampiran ……….……………………………………………………………….. 18
Pola Pikir ……………………………………………………………………………….. 18
Alur Pikir ………………………………………………………………………………... 19
Preposisi Menjadi Judul………………………………………………………………. 20
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………. 21
Riwayat Hidup Singkat………………………………………………………………… 24

i
ABSTRAK

Isu Covid-19 dan virus misinformasi sementara menjangkit secara global dan
membutuhkan upaya penanganan yang melibatkan berbagai pihak baik di tingkat nasional
maupun daerah. Kodim- 0906/ Tgr sedang terlibat aktif dalam penanganan wabah ini di
wilayah teritorinya, namun masih membutuhkan pemikiran mendalam untuk mewujudkan
pola penangangan yang optimal. Tulisan mengandung library research yang
menggunakan pendekatan deskriptif-analitis untuk mengungkap persoalan komplekstitas
Covid-19 dan virus misinformasi serta bagaimana mengoptimalkan peran dan partisipasi
aktif Kodim-0906/Tgr.
Hasil riset menunjukan bahwa Covid-19 merupakan sebuah wabah yang meskipun
bukan wabah baru, sangatlah kompleks karena belum banyak riset ilmiah yang
menyediakan data akurat untuk memahami Covid-19 itu sendiri. Akibatnya, terjadilah
confirmation bias karena isu Covid-19 sangat tidak menentu, urgen dan penting.
Confirmation bias inilah yang menyebabkan begitu banyak misinformasi tentang Covid-19
menyebar begitu saja dan menjadi virus yang sangat berbahaya. Memahami dan
meverifikasi sumber informasi mengenai Covid-19 sangatlah penting dalam proses
penanganan kasus Covid-19 baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Penanganan Covid-19 di Kabupaten Kutai Kartanegara dilakukan melalui kerjasama
beberapa pihak termasuk pemerintah daerah dan Kodim-0906/Tgr. Sejauh ini, Kodim-
0906/Tgr menerapkan peran langsung dengan bentuk partisipasi yang variatif sesuai
dengan kondisi Geografi, demografi dan Kondisi Sosial. Partisipasi langsung lebih
diutamakan karena tidak hanya mendukung kebijakan pemerintah pusat, melainkan juga
karena adanya keterikatan mental dan emosi antara Kodim-0906/Tgr dengan masyarakat
sekitar, khsusunya masyarakat rentan. Konsep Rural Dimension Participation
menekankan peran aktif masyarakat sebagai aktor yang merasakan dampak langsung
sehingga Peran Kodim-0906/Tgr dapat diimplementasikan dalam tiga bentuk yaitu
partisipasi pengambilan keputusan seiring dengan program bantuan sosial yang diterima
masyarakat, partisipasi pelaksanaan untuk mencegah informasi hoax, dan partisipasi
dalam evaluasi penanganan Covid-19.

ii
Proposisi yang Dipilih No: A – Peran Serta TNI AD dalam Upaya Penanggulangan
Bencana Alam Bersama Pemerintah Daerah dan Komponen Masyarakat

Judul:
“Pandemi Covid-19 dan Virus Misinformasi”: Optimalisasi Peran Kodim-
0906/Tenggarong untuk Menjaga Stabilitas Wilayah di Kabupaten Kutai
Kartanegara

PENDAHULUAN
“Yang paling menakutkan dari Covid-19 adalah kelaparan, ketakutan dan
ketidakmenentuan. Ini bukan hanya tentang virus itu.” [Anonimus]

Meruaknya Covid-191 sejak awal tahun 2020 sampai saat ini masih menjadi
persoalan pelik bagi penduduk global yang berdasarkan laporan WHO (World Health
Organisation) sudah terdapat 65 negara termasuk Indonesia terjangkit virus mematikan ini
(PDPI, 2020). Episentrum di Wuhan, Provinsi Hubei, China, wabah dengan beberapa gejala
seperti pilek, sakit tenggorokan, batuk, demam dan menginfeksi saluran pernapasan, dapat
menyebar secara cepat melalui berbagai media dan menyebabkan kematian (Wang, 2020;
WHO, 2020). Lebih lanjut, WHO (2020) melaporkan Covid-19 belum memiliki vaksin namun
gejala-gejalanya dapat ditangani. Akan tetapi, intensitas penyebaran yang tinggi
menyebabkan penularan yang cepat pula sehingga berdampak pada ekonomi (WHO, 2020;
Kemenkeu, 2020). Dengan kata lain, dampak Covid-19 lebih menakutkan dari Covid-19 itu
sendiri – ketakutan, kelaparan dan ketidakmentuan dunia usaha dapat mengancam
stabilitas NKRI apabila pendekatan yang diterapakan tidak tepat.
Di Indonesia, kasus Covid-19 sudah dijadikan bencana nasional karena jumlah
kasusnya terus meningkat dan menyebar ke berbagai daerah disertai dengan berbagai
macam hoax tentang Covid-19 yang beredar di kalangan masyarakat (Pemerintah
Indonesia, 2020; Kompas.com, 2020). Di wilayah teritorial Kodim-0906/Tgr, pemerintah
daerah setempat telah menerapkan status tanggap darurat karena berdasarkan informasi
terkini dari Dinas Kesehatan, terdapat 644 Orang Dengan Pemantauan (ODP), dan 26
Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Meskipun jumlah kasusnya berkurang setelah
dilakukan penanganan, cakupan kasus ini terus membesar hampir ke seluruh wilayah

1
Corona Virus Disease 2020 adalah penyakit akibat suatu coronavirus baru yang sebelumnya tidak
teridentifikasi pada manusia. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang ditemukan pada hewan dan
manusia. Pandemik Covid-19 dinyatakan sebagai kejadian luar biasa yang meskipun bukan kejadian yang
pertama kali. Pada Tahun 2002 terdapat wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang
disebabkan oleh SARS-Coronovirus (SARS-CoV) dan penyakit MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
yang disebakan oleh MERS-Coronavirus (MERS-CoV) pada tahun 2012 (Wang dkk, 2020; WHO, 2020).

1
Kabupaten Kutai Kartanegara yang berdampak pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat
setempat (Liputan6.com, 2020).
Sesuai amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia (TNI), TNI AD melalui Satuan Komando Kewilayahan (Satkowil) memiliki
kewenangan untuk melakukan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang salah satu
tugasnya adalah perbantuan terhadap pemerintah daerah (Pemda) melalui Pembinaan
Teritorial (Binter). Untuk membantu pemerintah daerah Kutai Kertanegara dalam proses
mitigasi pandemi Covid-19, Satkowil TNI AD wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara yakni
Kodim-0906/Tgr merealisasikan program Binter untuk membendung dampak negatif
pandemi Covid-19 dan menjaga stabilitas kewilayahan. Kodim-0906/Tgr berperan dalam
upaya penanganan kasus Covid-19 bekerjasama dengan pemangku kepentingan
(stakeholder) terkait di wilayah tersebut meskipun partisipasi yang sudah dilakukan
sejauh ini masih belum optimal karena kompleksitas dan ketidak-menentuan
pandemi Covid-19.
Untuk mengoptimalkan peran Kodim-0906/Tgr dalam penanganan Covid-19 di
teritorialnya melalui program Binter, sangatlah penting untuk memaknai kompleksitas
Covid-19 dan virus misinformasi karena merupakan dua hal yang berbeda namun saling
terkait yang membutuhkan penjelasan runut agar penanganannya tepat sasaran. Selain itu,
dalam proses penanganan kasus Covid-19, ada peranan dan partisipasi aktif yang
melibatkan Kodim-0906/Tgr sehingga sangatlah penting untuk merefleksikan makna
“peran” berdasarkan perspektif ilmiah. Secara teoretis, “peran” dapat dimaknai secara luas
karena definisinya yang variatif (Pirdata, 1990: 87). Namun, dengan mempertimbangkan
kompleksitas dan ketidakmenentuan wabah Covid-19, model partisipasi “rural dimension
participation” yang dikembangkan oleh John Cohen dan Norman Uphoff (1980: 45) sangat
selaras dengan konteks partisipasi dalam penanganan Covid-19 di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Konsep partisipasi ini mencakup aspek krusial yang relevan dengan
penanganan Covid-19 dan virus misinformasi untuk mengoptimalkan peran Kodim-
0906/Tgr di wilayah teritorialnya.
Maksud dan tujuan penulisan essay ini adalah untuk memaknai kompleksitas
Covid-19 dan virus misinformasi serta mengetahui bagaimana mengoptimalkan peran
Kodim-0906/Tgr sehubungan dengan makin besarnya dampak pandemi Covid-19 dan virus
misinformasi yang berpotensi menimbulkan konflik sosial, dengan menganalisis dan
mesintesis aspek-aspek yang relevan terkait dengan peran dan partisipasi Kodim- 0906/Tgr
dalam penangangan Covid-19 pada level daerah. Metoda penulisan essay ini adalah
library research menggunakan pendekatan deskriptis-analitis. Data-data diambil dari

2
sumber yang sahih (valid) dan terpercaya (reliable) yakni website institusi pemerintah,
media massa nasional dan lokal; publikasi WHO, peraturan pemerintah, BPS (Badan Pusat
Statistik); dan juga tulisan ilmiah yang dipublikasi secara daring yang telah memberikan
kontribusi keilmuan terkait dengan isu ini.
Penulisan essay ini dibatasi hanya dalam konteks proses pemaknaan terhadap
kompleksitas Covid-19 dan virus misinformasi juga peran dan partisipasi aktif Kodim-
0906/Tgr yang sudah dilakukan untuk menjaga stabilitas wilayah Kabupaten Kutai
Kartangera sehubungan dengan meruaknya Covid-19 dan virus misinformasi di wilayah
tersebut. Isu yang diusung essay ini sangat penting karena pandemi Covid-19 masih
sementara berlangsung sehingga membutuhkan pemikiran kritis-analitis untuk
memitigasi dampak Covid-19 khsususnya pada masyarakat rentan (vulnerable people).
Melalui tulisan ini Penulis berharap dapat memberikan nilai guna sebagai bahan
pertimbangan bagi pemangku kepentingan dalam jajaran tertinggi TNI dan pemerintah
daerah dalam mengambil keputusan yang terkait dengan penanganan Covid-19.

PEMBAHASAN
“Opini bisa menimbulkan lebih banyak masalah di atas bumi daripada wabah dan gempa.”
[Voltiare, Filsuf Prancis 1694-1778]
Merebaknya pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah
Indonesia karena bagaimanapun juga dengan jumlah populasi yang tinggi dan kondisi
geografis wilayah Indonesia yang bervariasi, pandemi ini menimbulkan berbagai persoalan
sosial, ekonomi dan politik. Terlepas dari kurangnya pengetahuan substansi tentang Covid-
19 dan dampak negatifnya dalam berbagai sektor, masyarakat sangatlah tendensius dalam
menciptakan opini yang tidak berdasar dan menyebarkan ke media sosial sehingga menjadi
konsumsi publik yang potensial untuk menimbulkan konflik sehingga peran TNI AD sangat
krusial. TNI AD, sesuai dengan regulasi formal yang berlaku, memiliki strategi dalam
penanganan pandemi Covid-19 yang bersinergi dengan kebijakan pemerintah pusat dan
daerah.

Pandemi Covid-19: Realisasi Program Pembinaan Teritorial

Pembangunan sebuah daerah tidak terlepas dari peran penting TNI AD. Sesuai
Undang-Undang TNI, Binter adalah tugas penting TNI AD dalam membantu Pemda
menunaikan pembangunan fisik dan non-fisik dan juga dalam mengatasi bencana termasuk
pandemi Covid-19. Perbantuan TNI AD terhadap Pemda selaras dengan memosisikan sipil
di atas militer. Huntington (2013) menyatakan bahwa kontrol sipil terhadap militer dapat

3
dilakukan melalui tiga pola yakni kontrol sipil oleh lembaga pemerintah, kontrol sipil oleh
kelas sosial, dan kontrol sipil oleh bentuk konstitusional.
Upaya perbantuan TNI AD terhadap pemerintah merupakan bentuk kontrol sipil yang
konstitusional. Berlin (2009) berpendapat bahwa menempatkan militer sebagai penopang
pembangunan termasuk perbantuan bencana pandemi tidak menyalahi kontrol sipil atas
militer selama menempatkan otoritas sipil pada kedudukan yang dominan daripada militer
untuk kepentingan demokratisasi. Ide ini sejalan dengan pemikiran Edmonds (1990) yakni
keistimewaan militer dalam menerapkan pengaruhnya dapat direalisasikan sebagai sebuah
dukungan dalam menciptakan stabilitas pembangunan, namun pengaruh tersebut harus
dibatasi dalam kerangka pendukung pembangunan dan tidak mengarah pada usaha-usaha
yang sejatinya dapat mengganggu kontrol sipil (Huntington, 2003).
Sebagai upaya memaksimalkan peran dan fungsinya dalam perbantuan pemerintah,
TNI AD menunjukan sikap profesional karena selalu siaga dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan setiap tugas yang berhubungan dengan kepentingan sipil yang memegang
otoritas yang sah. Keprofesionalan TNI AD adalah sebuah realitas dari komitmen
fundamendal dalam mengawal kedaulatan negara dan menjamin integritas bangsa serta
mempunyai kompentensi dan etika yang handal di bidang militer (Syahnakari, 2008).
Namun, ketika dipandang dari konteks pelaksana kebijakan yang diambil oleh negara,
fungsi militer dalam mendukung pembangunan bukanlah bagian integral dari komponen
yang melibatkan dalam semua penentuan kebijakan yang berimplikasi pada urusan
pertahanan dan keamanan (Bainus, 2012). Dengan semua pengaruh dan kekuatannya,
militer meksanakan operasi di lapangan berlandaskan pada doktrin militer yang dimiliki,
pengalaman, dan kompetensi yang memamng secara profesional sudah tertanam dan
seluruh peraturan yang diterapkan akan diselaraskan dengan keputusan kelompok sipil
(Sutoro, 2002).
Upaya perbantuan TNI AD melalui Kodim-0906/Tgr terhadap Pemda Kabupaten
Kutai Kertanegara dilaksanakan melalui Binter. Tugas Binter yakni upaya pengelolaan
pertahanan di daerah melalui pendekatan atau metode pembinaan yang memfokuskan
pada tiga aspek yakni: Aspek Komunikasi Sosial, Ketahanan Wilayah, dan Bakti TNI.
Satkowil dalam hal ini Kodim-0906/Tgr memainkan peran dalam proses mitigasi pandemi
Covid-19 di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara yang berkorelasi dengan terpenuhinya
kepentingan publik yakni menyusutnya dampak negatif pandemi tersebut.
Seiring dengan pandemi Covid-19, komando teritorial dalam konteks Binter
sangatlah dibutuhkan publik. Selain itu, Binter merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan doktrin Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishanta)

4
yang meliputi segala upaya, kegiatan dan pekerjaan untuk menopang seluruh potensi
wilayah untuk kepentingan pertahanan yang merupajan fungsi pembinaan teritorial (Binter)
TNI (Adiwijoyo, 2002). Lebih lagi, menurut Herdiansah dkk (2017) eksistensi komando
teritorial TNI AD dianggap berperan penting tidak hanya dalam fungsi pertahanan
melainkan juga fungsi sosial politik yang memberikan dukungan dan kemudahan ketika
terjadi konflik eksternal dan internal, menjamin terjalannya hukum, tatanan dan kontrol
politik, perbantuan bencana, dan penanganan terorisme. Kodim-0906/Tgr melaksanakan
Binter untuk membantu Pemda dalam menurunkan dan mencegah dampak pandemi Covid-
19 di mana peran ini sangat dinantikan publik karena Kodim-0906/Tgr memiliki kapasitas,
kepemimpinan yang mumpuni dan pengalaman dalam mitigasi bencana.

Memaknai Kompleksitas Covid-19 dan Virus Misinformasi

Semenjak pandemi Covid-19 menjadi bencana nasional, Satkowil TNI AD melalui


Kodim-0906/Tgr secara aktif mencermati perkembangan isu ini baik secara subtansi Covid-
19 maupun juga potensi dampak negatif yang ditimbulkan di level daerah. Melalui Binter
Komunikasi Sosial, Kodim-0906/Tgr berkordinasi dengan berbagai stakeholder di
Kabupaten Kutai Kertanegara untuk menggali dan berbagi informasi tentang substansi
Covid-19. Penggalian informasi juga dilakukan melalui berbagai media online khususnya
laporan-laporan yang dikeluarkan pemerintah pusat, World Health Organization (WHO)
atau Badan Kesehatan Dunia dan institusi riset dalam dan luar negeri. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang Covid-19 yang menurut para ahli merupakan
virus baru yang sangat kompleks dan membunuh.

Berdasarkan riset Kompas.com (2020), opini tentang Covid-19 yang berkembang


tidak hanya menjadi bahan lelucon bagi sebagian kelompok masyarakat yang memiliki
pengetahuan umum yang mumpuni, melainkan juga menjadi isu sensitif bagi kelompok
masyarakat yang memiliki tingkat literasi rendah dan juga rentan terhadap dampak Covid-
19 itu sendiri. Bagi masyarakat renta2, informasi yang diterima tanpa diverifikasi
kebenarannya, disebarkan secara luas baik kepada komunitas di mana mereka berada
maupun melalui platform media sosial. Dengan demikian, apa yang diungkapkan Voltiare
di atas sangat logis karena hanya dengan opini, berbagai persoalan tentang Covid-19 terus
bermunculan dan berpotensi menimbulkan konflik. Platform media sosial yang populer di

2
adalah kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan apabila terjadi
suatu persoalan kompleks (WHO, 2002; Willem van Genugten J.M (ed). 1994, hlm 131). Di Kabupaten Kutai
Kartanegara, kelompok rentan umumnya mereka yang memiliki pendapatan rendah di bawah Upah Minimum
Regional, juga mereka yang memiliki tingkat pendidikan rendah, pengangguran, wanita sebagai kepala
keluarga dan penduduk usia di atas 60-an.
5
masyarakat Indonesai saat ini sudah menjadi sarang opini yang tidak berdasar yang
disebarluaskan ke penjuru Tanah Air.

Media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penyebaran informasi
hoax yakni dengan interaksi komunikasi melalui platform untuk mengirim dan menerima
pesan hoax dengan berbagai isi pesan, penetapan lingkungan dan waktu yang
berhubungan erat dengan proses produksi, penyebaran dan dampak hoax bagi masyarakat
(Allcott dan Gentzkow, 2017; Jemadu, 2017). Menurut Manning (2014: 1161) dalam
artikelnya “Social Media, Definition and Classes”, teknologi media sosial memudahkan
pengguna untuk mencari dan berbagi informasi apa saja yang mereka kehendaki. Selain
itu, pengguna akan dengan mudah memberi respons terhadap sebuah informasi (baik
informasi valid maupun hoax) atau menerima opini yang dikirim pengguna lain (Manning,
2014; Wright dkk, 2011).
Di Indonesia, Covid-19 mulai terdeteksi pada tanggal 2 Maret di mana Presiden Joko
Widodo mengumumkan langsung dari Istana Negara bahwa ada dua orang Indonesia
positif terjangkit Covid-19. Kedua WNI tersebut sempat menjalin kontak dengan warga
Jepang yang berkunjung ke Indonesia di mana warga negara Jepang tersebut terdeteksi
menderita Covid-19. Sebelum kasus Covid-19 mencuat, berbagai pihak baik dalam dan luar
negeri sudah menyoroti Pemerintah Indonesia dalam penanganan kasus Covid-19 karena
ketika 65 negara teridentifikasi terjangkit Covid-19, pemerintah Indonesia terkesan lamban
untuk membuka hasil identifikasinya (Ahmad, 2020). Sejak saat itu, kasus Covid-19 terus
meningkat. Data tersebut mengindikasikan penyebaran Covid-19 semakin masif yakni per
25 April 2020 Kasus Terkonfirmasi Akumulatif sudah menyentuh angka 8.600-an,
sementara Pasien Sembuh Akumulatif sudah menyentuh angka di atas 1.000 dan Pasien
Meninggal Akumulatif berada pada kisaran 700-an orang pada penghujung April 2020.
Kasus Covid-19 semakin menyebar hampir ke seluruh penjuru tanah air seperti
terlihat pada peta di atas meskipun tidak detail karena menurut Pemerintah Indonesia
(2020) peta tersebut hanya didasarkan pada centroid geografis dan mewakili kasus
terkonfirmasi Covid-19 pada tingkat Provinsi namun tidak mewakili alamat tertentu,
bangunan atau lokasi spesifik manapun. Terdapat 26 kasus terkonfirmasi yang masih
dalam investigasi di lapangan, oleh karena itu belum terpetakan pada peta di atas untuk
provinsi yang menjadi lokasi Covid-19. Dengan demikian, kasus Covid-19 terus meningkat
meskipun pemerintah Indonesia telah mengadopsi dan menerapkan anjuran WHO (2020)
untuk memerangi penyebaran Covid-19 dengan social distancing, physical distancing,
karantina dan isolasi.

6
Pemerintah Indonesia melalui PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 21 Tahun 2020
tentang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dalam Rangka Percepatan
Penanganan Covid-19 dan Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) Nomor 9 Tahun
2020 tentang PSBB (Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar) dalam Rangka
Percepatan Penanganan Covid-19, memberlakukan PSBB di beberapa daerah yang
menjadi episentrum Covid-19 (Tabel 1). Tapi realitanya, meskipun PSBB telah
diberlakukan di beberapa wilayah dan social distancing terus dianjurkan bagi masyarakat
Indonesia, masih banyak yang melanggarnya sehingga upaya PSBB dan social distancing
terancam gagal menekan penyebaran Covid-19 (Kompas.com, 2020).
Tabel 1. Langkah Preventif dan Mitigatif Covid-19

Social • Jarak sosial yang juga sering disebut dengan "jarak fisik" setidaknya 2
meter dari orang lain.
Distancing • Tidak berkerumun dan jauhi tempat-tempat ramai dan hindari pertemuan
massal
Physical • Jarak fisik sebagai cara untuk menghindari penyebaran virus corona
Distancing yang lebih luas.
• Penutupan bandara hingga pemberlakuan pembatasan terhadap
pergerakan warganya.
Karantina • Menjaga seseorang yang mungkin terpajan Covid-19 dari orang lain.
• Membatasi pergerakan di luar rumah atau tempat mereka sekarang.
Isolasi • Memisahkan orang sakit dari orang sehat dengan tetap di kamar atau
ruang "sakit" tertentu.
• Menggunakan kamar mandi yang berbeda (jika dimungkinkan).
PSBB • Peliburan sekolah dan tempat kerja,
• Pembatasan kegiatan keagamaan, kegiatan di tempat atau fasilitas
umum, moda transportasi, kegiatan sosial dan budaya, serta kegiatan
lain khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.
(Sumber: data dikumpulkan penulis)
Persoalan berikutnya adalah hoax yang dengan masif disebarkan melalui media
sosial dan telah menjadi “konsumsi” setiap hari masyarakat luas. Informasi hoax yang
dirangkum Litbang Kompas dan dimuat dalam Kompas.com (2020) menjunjukan adanya
lonjakan hoax yang tersebar di masyarakat pada periode Januari – Maret 2020. Pada
Januari tercatat 40 kasus hoax, melonjak ke 98 kasus pada Februari dan 246 kasus pada
Maret, sehingga diestimasi informas hoax akan terus bertambah seiring dengan
meningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air (Kompas.com, 2020). Data Kemenkominfo
(Kementerian Komunikasi dan Informasi) menunjukan hingga 18 April 2020, hoax telah
tersebar pada 1.209 platform media sosial baik Facebook, Instragram, Twitter maupun
Youtube (CNBC Indonesia, 2020). Sehubungan dengan dampak negatif virus misinformasi
ini, Kodim-0906/Tgr berupaya untuk mengevaluasi partisipasi yang sejauh ini, meskipun
7
berjalan lancar, belum optimal karena kompleksitas dan ketidakmenentuan pandemi Covid-
19 pada tingkat daerah.

Berdasarkan riset Kompas.com (2020), tema informasi hoax bervariasi dari waktu
ke waktu. Sejak mencuatnya kasus Covid-19, hoax yang muncul mengusung tema ada atau
tidaknya pasien yang masuk sebuah rumah sakit di suatu kota atau kabupaten, kemudian
konten hoax bergeser ke sejumlah pejabat, tokoh, dan publik figur yang dikabarkan
terjangkit Covid-19, dan yang lebih luas lagi, hoax juga menyoal kebijakan karantina wilayah
atau yang disebut lockdown. Berikut beberapa contoh hoax (Tabel 2).

Tabel 2. Contoh Berita Hoax pada Bulan Maret 2020 berdasarkan Okezone.com

No. Hoax tentang Covid-19

1. Semprot alcohol di seluruh tubu bisa membunuh virus corona Covid-19


2. Vaksin pneumonia ampuh untuk melindungi diri terpapar virus corona COVID-19
3. Bilas hidung pakai saline bantu cegah infeksi
4. Makan bawang putih mencegah infeksi
5. Hanya menyerang orang lanjut usia
6. Mandi air panas mencegah COVID-19

7. Virus corona dapat ditransmisikan melalui produk atau barang dari China atau
negara mana pun di mana kasus telah dilaporkan.
8. Virus corona baru dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk.

9. Air garam bisa melindungi anda dari infeksi COVID-19

(Sumber: Data yang dikumpulkan penulis)


Hoax dikategorikan berdasarkan permasalahan dan sasaran. Berdasarkan
permasalahan Covid-19, hoax dapat dikelompokan dalam tujuh kategori yakni sebaran,
penyebab, penularan, penanganan, lockdown, obat, dan dampak Covid-19, sementara
hoax menurut sasaran dapat dibagi menjadi lima kategori, yakni pasien di rumah sakit,
pejabat atau figur publik, korban meninggal, relasi agama, dan kepanikan masyarakat.
Konten hoax terkait masalah Covid-19 tidak selamanya membuat pembaca ketakutan,
tetapi kadang-kadang mejnadi lelucon karena informasi yang tersaji tidak logis
(Kompas.com, 2020; Okezone.com, 2020).
Banyak argumentasi yang berkembang bahwa persoalan terbesar bukan hanya
terletak pada kasus Covid-19 yang terus meningkat, melainkan juga hoax tentang Covid-
19 berserta dampaknya yang terus menjadi polemik dan mewarnai tatananan kehidupan

8
sosial. Hoax atau misinformasi yang tersebar dapat menjadi virus berbahaya yang oleh
pakar bisnis, Alex Edmans, seorang profesor di London Business School, Inggris, virus
misinformasi terjadi karena kurangnya data-data ilmiah dan terverifikasi terkait dengan
Covid-19 itu sendiri sehingga menimbulkan confirmation bias tentang Covid-19 (Edmans,
2020). Lebih lanjut, ia mengatakan virus misinformasi saat ini tidak hanya “menghajar”
kalangan akademisi, pemerintah dan bisnis melainkan juga masyarakat awam sehingga
tidak mengherankan jika hoax Covid-19 telah menjadi “santapan” mayoritas masyarakat
global, apalagi di Indonesia. Virus misinformasi tidak dapat dipungkiri akan terus menyebar
dan mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat apabila tidak ada mekanisme
mitigatif yang direalisasi.
Menurut Profesor Alex Edmans, dalam krisis Covid-19 ini, confirmation bias dan virus
misinformasi semakin tidak terbendung. Pihak yang mendukung kebijakan lockdown
mengikuti hasil riset yang dilakukan Imperial College London yang memprediksi akan terjadi
250,000 kematian di UK jika tidak melaksanakan lockdown, sementara riset yang dilakukan
Universitas Oxford mengestimasi setengah penduduk Inggris sudah ter-ekspose Covid-19.
Namun, hasil kedua penelitian tersebut belum diverfikasi kebenarannya melalui teknik peer-
review yang merupakan keharusan bagi setiap publikasi ilmiah untuk melewati tahap ini
mengingat isu Covid-19 sangatlah kompleks (Edmans, 2020). Peer-review ditujukan untuk
memverifikasi data dan mengkonfirmasi kebenaran informasi oleh pihak kedua yakni ahli
yang terkait dengan bidang itu sehingga hasil risetnya dapat dijadikan rujukan ilmiah dalam
pengambilan keputusan berbasis scientific-based (Kelly dkk, 2014: 228; Bohannon, 2013:
60; Falagas, 2007: 50). Sebagian besar kebijakan terkait dengan penanganan Covid-19
tidak berbasis riset yang benar-benar valid (Edmans, 2020).
Ada tiga alasan mengapa confirmation bias masih terus terjadi hingga saat ini yaitu:
1. Isu Covid-19 sangat tidak menentu karena masih relatif baru sehingga masih sedikit
bukti ilmiah yang dapat dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan. Belum
diketahui secara pasti apakah Covid-19 dapat dimitigasi melalui cuaca yang hangat
karena data-data masih sangat terbatas;
2. Isu Covid-19 sangat penting karena keganasannya membuat hampir semua orang
beropini – ilmuan mengestimasi seberapa cepat Covid-19 menyebar, pakar ekonomi
memprediksi dampak Covid-19 terhadap ekonomi, dan pakar psikologi organisasi
menjelaskan bagaimana Covid-19 merubah cara kerja, tapi sayangnya, keahlian
mereka tidak benar-benar berhubungan dengan Covid-19 itu sendiri; dan

9
3. Isu Covid-19 sangat mendesak karena masyarakat sangat membutuhkan jawaban
pasti saat ini sementara proses hasil riset untuk dilakukan peer-review sangatlah
lambat (Edmans, 2020).
Profesor Alex Edmans menyarankan langkah praktis untuk membendung
confirmation bias agar tidak menjadi virus misinformasi yang ditelan “mentah-mentah” oleh
masyarakat umum.
1. Mencari pendapat lain – karena banyak informasi yang beredar saat ini, carilah opini
yang disertai data akurat bukan hanya berdasarkan pada opini yang tidak berdasar;
2. Dengar pada ahlinya – saat mendengar informasi, verifikasi apakah yang memberi
informasi benar-benar ahli dibidangnya atau bukan, misalnya, jangan percaya isu
Covid-19 yang disebarkan oleh ibu rumah tangga; dan
3. Pause sebelum menyebar – saat menerima informasi, informasi tersebut harus
ditahan terlebih dahulu untuk diverifikasi kebenaranya. Panic-buying yang terjadi di
banyak negara adalah sebuah contoh informasi hoax yang diterima, tanpa
dikonfirmasi keakuratannya secara langsung disebar memalui aplikasi Whatsapp,
Facebook atau Twitter sehingga menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat.
Misinformasi itu sendiri merupakan virus yang dapat menyebar secara cepat dan
sulit untuk dikontrol di era sosial media saat ini. Di Inggris, hanya karena informasi hoax
tentang jaringan 5G milik China mengandung Covid-19 beredar luas di kalangan
masyarakat Inggris yang notabene sudah sangat berpendidikan dibanding Indonesia,
masyarakat Inggris beramai-ramai menghancurkan menara jaringan 5G, dan seorang lelaki
yang meninggal dunia karena meminum hydroxychloroquine yang menurut informasi hoax
yang disebarkan Presiden Amerika, Donald Trump, obat tersebut dapat menyembuhkan
Covid-19. Faktanya obat tersebut tidak menyembuhkan Covid-19 (Edmans, 2020).

Status Quo Penanganan Covid-19


Pemerintah Indonesia membuat berbagai kebijakan penanganan pandemi Covid-19
dan diteruskan kepada pemerintah daerah untuk diimplementasikan. Pemerintah Daerah
Kutai Kartanegara menerapkan kebijakan social distancing, karantina, isolasi, dan PSBB
yang bertujuan untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Namun, hal ini menimbulkan
dampak ekonomi yang sangat menonjol yakni menurunnya penghasilan dan kekurangan
pasokan pangan bagi kelompok rentan. Melalui pelaksanaan tugas perbantuan terhadap
Pemda Kabupaten Kutai Kertanegara, Kodim-0906/Tgr mengimplementasi program-
program Binter yang sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam penanganan

10
Covid-19 baik dalam perumusan kebijakan strategis maupun dalam pelaksanaan kegiatan
sosial.
Secara internal, Kodim-0906/Tgr mengembangkan konsep Tim Mobile yang
mengedepankan tiga tim dengan fungsi variatif untuk mempercepat penanggulangan
Covid-19 di teritori Kodim-0906/Tgr. Tim ini menitikberatkan pada Binter aspek –
Komunikasi Sosial, Ketahanan Wilayah dan Bakti TNI yang dilaksanakan secara
terpadu. Pertama, Tim Sterilisasi bertugas untuk membantu pemerintah daerah dalam
melaksanakan penyemprotan disinfectant dengan tiga cara yaitu man-pack, motorized, dan
mobile untuk jangkauan wilayah yang lebih luas. Kedua, Tim Deteksi berfungsi sebagai
pendetektor kasus Covid-19 dan selanjutnya melakukan pengawasan. Ketiga, Tim
Komunikasi Sosial dengan tugas utama melakukan “promosi kebijakan” yakni memberikan
himbauan terhadap masyarakat tentang kebijakan pemerintah dalam mencegah
penyebaran Covid-19.
Tim Sterilisasi dan Tim Deteksi menerapkan Binter aspek ketahanan wilayah yakni
melakukan upaya-upaya guna menekan terjadinya penyebaran Covid-19 yang pada
akhirnya akan menambah korban jiwa atau tidak menutup kemungkinan menggaggu
stabilitas wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara. Tim Komunikasi melaksanakan Binter
aspek Komunikasi Sosial untuk terus mengkampanyekan kebijakan pemerintah demi
meningkatnya kesadaran dan kedisipilinan masyarakat. Komunikasi sosial dilakukan
secara berkala baik melalui perorangan yang ditemui di jalan atau dikunjungi di rumah-
rumah warga rentan.
Melalui Tim Mobile ini, Kodim-0906/Tgr berhasil mengimplementasi program Binter
aspek Bakti TNI untuk memitigasi dampak negatif Covid-19 yang dialami masyarakat
sekitar. Program bakti sosial yang mengadopsi kebijakan pemerintah pusat yakni:
1. Melakukan pembagian masker dan antiseptik;
2. Melaksanakan dapur lapangan untuk menyiapkan makanan siap saji;
3. Menggelar donor arah untuk mendukung pasokan darah di PMI (Palang Merah
Indonesia) dalam mengantisipasi tingginya permintaan darah oleh pasien Covid-19;
dan
4. Melakanakan pembagian sembako bagi masyarakat rentan.
Kodim-0906/Tgr juga melakukan program terobosan sesuai dengan karakteristik
teritorinya yaitu mengembangkan antiseptik herbal berbahan dasar daun siri yang setara
dengan 70 persen etanol dan mengembangkan sterilisasi box khusus uang untuk memutus
mata rantai penyebaran covid-19. Program ini dilaksanakan karena kompleksitas Covid-19

11
dan intensitas penyebaran yang tinggi sehingga membutuhkan kesesuain program dengan
karakteristik isu Covid-19.
“Klinik Terapung” merupakan program Binter Bakti Sosial lainnya yang dikerjakan
Kodim-0906/Tgr. Pemberlakuan pembatasan sosial (social distancing) dan skema
penguncian (lockdown) sangat dampak secara negatif kepada semua masyarakat.
Kelompok rentan dan marjinal yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara
menanggung beban hidup yang lebih berat karena selain kemiskinan, terbatasnya akses
ke rumah sakit yang memadai menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang tinggal di
daerah terisolir dan hanya bisa dijangkau oleh transportasi air. Inisiatif Tim Kesehatan
Kodim-0906/Tgr, dengan berbagai peralatan medis termasuk obat-obatan, telah melakukan
berbagai upaya medis dengan menggunakan perahu berlabel “Klinik Terapung Kodim-
0906/Tgr”, untuk menolong kaum rentan dan tentunya sangat diapresiasi oleh kelompok
masyarakat ini dan pemerintah desa setempat.
Dunia pendidikan merupakan sektor lain yang menjadi sasaran Bakti TNI karena
sektor ini sangat vital dan mayoritas masyarakat rentan merasakan dampak pemberlakukan
kebijakan Covid-19. Adanya kekurangan tenaga pendidik membuat banyak murid Sekolah
Dasar tidak dapat melangsungkan kegiatan proses belajar mengajar sebagaimana
mestinya. Namun, tidak ada asa yang dapat terasah, Babinsa Kodim-0906/Tgr berinisiatif
menjadi tenaga pengajar sukarela dengan mengunjungi beberapa desa yang tidak memiliki
guru. Hal ini menimbulkan perhatian dan ketertarikan orang tua murid karena
bagaimanapun juga keberadaan “Babinsa Mengajar” sangatlah dibutuhkan dan merekapun
turut sumringah dan mengapresiasi kinerja Babinsa.
Sektor pertanian juga turut terdampak pandemi Covid-19. Ketahanan pangan
menjadi isu serius ketika supply chain menjadi terhalang karena pemberlakuan kebijakan
Covid-19. Di Desa Sumber Sari, Kecamatan Kutai Kertanegara dengan area persawahan
yang luas terdapat mayoritas masyarakat yang menjadikan pertanian sebagai substensi
dan sumber penghasilan mereka. Karena keterbatasan pupuk untuk pertanian, salah satu
Babinsa Kodim-0906/Tgr melakukan upaya terobosan dengan membuat pupuk organik
berbahan lokal yang ramah lingkungan. Meskipun tidak mudah mengubah mindset
masyarakat lokal untuk meninggalkan pupuk anorganik yang mahal dan pasokannya
terbatas, Babinsa tersebut berhasil menerapkan growth mindset kepada petani lokal untuk
menggunakan pupuk organik yang berkelanjutan dan terbukti meningkatkan produksi dan
pendapatan petani. Apresiasi yang besar diberikan kepada Babinsa Kodim-0906/Tgr
tersebut karena dedikasi dan kegigihannya dalam membantu ketahanan pangan di level
lokal.

12
Menurut Suginah (2010: 38), fungsi peran dan partisipasi dapat dilakukan secara
langsung yakni berperan aktif dalam suatu situasi sementara partisipasi tidak langsung
yaitu mendelegasikan perannya pada individu atau kelompok tertentu. Astuti (2008: 10),
menjelaskan bahwa fungsi Peran dan partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk
yaitu turut serta memberikan sumbangan finansial, berpartisipasi dalam memberikan
sumbangan kekuatan fisik, berpartisipasi dalam memberikan sumbangan material dan
berpartisipasi dalam memberikan sumbangan moril (dukungan, saran, anjuran, nasehat,
petuah, amanat, dan lain sebagainya). Sejauh ini, Kodim-0906/Tgr telah berperan dan
berpartisipasi langsung dalam penanganan Covid-19 dengan bentuk partisipasi yang
variatif yakni pemberian sumbangan berupa bahan makanan dan non-materil lainya,
melibatkan personel dalam mensterilkan wilayah dengan disinfectan, juga memberikan
dukungan dan terus mensosialisasikan kebijakan pemerintah. Partisipasi dalam bentuk
pemberian finansial kepada masyarakat tidak dilakukan karena bukan cakupan program
Kodim-0906/Tgr. Pemberian bantuan tersebut disesuaikan dengan informasi demografi
yang diperoleh dari pemerintah setempat.
Partisipasi langsung Kodim-0906/Tgr dalam bentuk yang bervariasi tidak hanya
didorong oleh kebijakan pemerintah semata, melainkan berlandaskan pada keterikatan
mental dan emosional yang terjalin dengan masyarakat di teritori Kodim-0906/Tgr. Hal ini
sangat relevan dengan apa yang diungkapkan Davis, dkk. (1987: 115) bahwa Peran dan
partisipasi langsung terjadi karena ada keterikatan mental dan emosi seseorang atau
kelompok dalam situasi tertentu yang mendorongnya untuk berkontribusi dan turut
menanggung beban bersama.
Namun, Peran dan partisipasi Kodim-0906/Tgr saat ini masih terbatas pada wilayah-
wilayah tertentu padahal tingkat kemiskinan di wilayah ini masih tinggi yang artinya
masyarakat rentan masih banyak dan harus didata dan dijangkau. Berdasarkan data BPS
(Badan Pusat Statisik) Kabupaten Kutai Kartanegara (2018), jumlah penduduk miskin di
Kalimantan Timur pada Maret 2018 sebanyak 218,90 ribu (6,03 persen). Pada September
2017 sebanyak 218,67 ribu (6,08 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara
persentase turun 0,05 persen poin tetapi secara absolut bertambah 0,23 ribu orang,
sementara di persentase kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara menurun berturut-
turut sejak 2016. Terakhir, persentase kemiskinan di daerah ini sebesar 7,31%, turun 0,26%
dari 2017 yang sebesar 7,57%. Di kabupaten ini, ada sekitar 30.809 anggota masyarakat
rentan yang dijadwalkan akan menerima bantuan sembako yang jadwal penyalurannya
hingga akhir Mei 2020 (Sumber: Data diolah penulis).

13
Selain itu, pendekatan Kodim-0906/Tgr saat ini masih berfokus pada level mitigasi
dampak ekonomi dan penyebaran Covid-19 dan belum memperhatikan isu hoax Covid-19
dalam masterplan penanggulangan Covid-19. Covid-19 merupakan wabah yang kompleks
sehingga membutuhkan keseriusan dalam menggunakan data akurat untuk membendung
dampak negatifnya (WHO, 2020; Edmans, 2020).

Rural Dimension Participation: Optimalisasi Peran Kodim-0906/Tgr


Secara substansi Covid-19 ini sangatlah kompleks dan masih membutuhkan telaah
ilmiah lanjutan. Penanganan pandemi Covid-19 masih belum optimal yang diakibatkan
berbagai faktor seperti ketidakmenentuan kapan pandemi ini berakhir, isu sosial dan
ekonomi yang terus digaungkan oleh berbagai elemen masyarakat dan biaya penanganan
sangatlah besar. Mencermati hal ini, Kodim-0906/Tgr menerapkan Binter Komunikasi
Sosial untuk mengkaji metode relevan yang dapat diterapkan karena masalah utama
mengapa korban pandemi Covid-19 terus meningkat terletak pada masyarakat itu sendiri
yakni ketidaktaatan pada kebijakan yang diterapkan. Ketidaktaatan inipun disebabkan
berbagai faktor termasuk persoalan ekonomi.
Dalam publikasi yang diterbitkan tahun 1980, John Cohen and Norman Uphoff
mengangkat sebuah konsep penting dalam melaksanakan suatu peran yakni Rural
Dimension Participation. Sesuai namanya, model partisipasi ini sebenarnya ditekankan
untuk pembangunan desa di mana masyarakat harus berpartisipasi dalam pengambilan
kebijakan. Namun, model partisipasi ini menitik-beratkan pada tiga pertanyaan mendasar
yaitu: Partisipasi seperti apa yang diinginkan? Siapa yang berpartisipasi? Dan bagaimana
proses partisipasi tersebut berlangsung? Pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya tidak
hanya dijawab oleh pemerintah daerah dan Kodim-0906/Tgr dalam merespon isu Covid-
19, melainkan juga masyarakat.
Substansinya adalah bukan hanya pemerintah dan Kodim-0906/Tgr yang
berpartisipasi dengan segala bantuan sosial yang diberikan, namun masyarakat memiliki
andil besar untuk berpartisipasi dalam penanganan Covid-19. Sejauh ini, masyarakat hanya
dijadikan “obyek” untuk mendengar dan melakukan arahan pemerintah untuk memitigasi
penyebaran Covid-19. Walaupun Covid-19 merupakan isu yang kompleks, masyarakat
seharusnya tidak dibiarkan bertindak pasif yakni hanya menerapkan kebijakan pemerintah
seperti social distancing dan PSBB, dan menerima bantuan sosial dari pemerintah.
Masyarakat seharusnya bertindak aktif sebagai “pelaku” dalam pembuatan kebijakan
karena mereka sendirilah yang mengalami dampak Covid-19. Yang disoroti John Cohen
dan Norman Uphoff adalah partisipasi masyarakat sangat terbatas dalam kegiatan di mana
masyarakat itu sendiri sebagai aktor penting karena ia yang mengalami dan merasakannya.
14
Hal ini terlihat selama kasus Covid-19 ini bergulir sehingga membuat masyarakat menjadi
penyebar informasi hoax.
Untuk melibatkan semua aktor agar berpartisipasi aktif dalam penanganan Covid-
19, John Cohen dan Norman Uphoff (1980) menyarankan tiga jenis partisipasi yang harus
dilakukan untuk mengoptimalkan Peran Kodim-0906/Tgr dalam membendung kasus Covid-
19 dan virus misinformasi di daerah teritorinya. Pertama, partisipasi dalam pengambilan
keputusan. Nampaknya, pengambilan kebijakan ini hanya bisa dilakukan oleh pemerintah
pusat karena Covid-19 adalah sebuah wabah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
dan sudah dijadikan bencana nasional. Namun, kalau diteliti lebih dalam, peran serta
masyarakat dalam pengambilan kebijakan untuk menangani Covid-19 juga diperlukan.
Misalnya, kebijakan pemberian sembako dan kartu pra-kerja bagi masyarakat terdampak,
masyarakat perlu berpartisipasi dalam menentukan program seperti apa yang dibutuhkan
sesuai dengan kondisi mereka. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti diskusi,
sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.
Persoalan yang saat ini terjadi adalah banyak masyarakat yang tidak menaati kebijakan-
kebijakan pemerintah karena mereka merasa bukan bagian dari kebijakan itu
(Kompas.com, 2020).
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Masyarakat harus diberdayakan dalam
pelaksanaan penanganan Covid-19 yaitu selain menerapkan kebijakan pemerintah dalam
memerangi penyebaran Covid-19, masyarakat juga harus terlibat aktif dalam pencegahan
informasi hoax. Masyarakat harus diberi informasi mengenai sumber-sumber informasi
yang harus dirujuk apabila memperoleh informasi hoax tentang Covid-19. Selain itu, Kodim-
0906/Tgr sejatinya memberdayakan platform media sosial sebagai strategi komunikasi
dalam membantu pemerintah dalam memberantas informasi hoax karena akan melibatkan
aspek kognisi, komunikasi dan kerjasama dalam membendung informasi hoax Covid-19.
Pemanfaatan media sosial untuk strategi komunikasi seyogyanya menampilkan tiga unsur
teori sosial yaitu koginisi, komunikasi dan kerjasama (Stareva, 2014). Ini merupakan
strategi yang tepat untuk diterapkan saat pandemic Covid-19 berlangsung.
Ketiga, partisipasi dalam evaluasi. Evaluasi penanganan Covid-19 perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah kebijakan penanganan Covid-19 dan bantuan sosial yang
diberikan sudah efektif. Dalam tahap ini, Kodim-0906/Tgr harus mendengar masukan
masyarakat secara langsung. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan
persoalan pelaksanaan program penanganan Covid-19 secara menyeluruh. Partisipasi ini
bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program dalam upaya memitigasi dampak Covid-

15
19 yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga Kodim-0906/Tgr memiliki dokumentasi
yang holistik untuk dijadikan acuan di masa mendatang.
Pendekatan ini menekankan pada penanganan pandemi Covid-19 yang holistik dan
komprehensif baik dari level pembuatan kebijakan hingga evaluasi dengan melibatkan
representasi kelompok masyarakat. Opini masyarakat tentang kebijakan hingga evaluasi
penanganan sangatlah dibutuhkan sehingga tidak menimbulkan atau menekan kontroversi
akibat kebijakan yang diambil tidak tepat sasaran. Sebagai contoh, di tingkat daerah
pemerintah daerah harus melibatkan perwakilan kelompok masyarakat dalam menerapkan
kebijakan atau turut mendengar opini masyarakat tentang kebijakan yang sudah diambil
atau mungkin ada alternatif lain. Selain itu, informasi tentang kebutuhan ril masyarakat
terdampak dan efektivitas pemberlakukan social distancing, skema penguncian atau
lockdown, dan PSBB yang diterapkan sangat diperlukan sehingga dalam proses evaluasi
di tingkat pusat, pemerintah daerah dapat memberikan masukan-masukan logis dan
rasional berdasarkan data yang diperoleh di tingkat daerah.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas, beberapa kesimpulan yang dapat dibuat adalah peran TNI AD
dalam penanganan pandemi Covid-19 dilakukan melalui Pembinaan Teritorial dan hal ini
tentunya konstitusional. TNI AD, secara yuridis, diberi tanggung jawab untuk membantu
pemerintah daerah melalui Satkowil dalam melaksanakan pembangunan termasuk
penanggulangan bencana dalam hal ini pandemi Covid-19. Binter Komunikasi Sosial
diterapkan untuk menggali informasi tentang substansi Covid-19. Covid-19 merupakan
sebuah wabah yang meskipun bukan wabah baru, sangatlah kompleks karena belum
banyak riset ilmiah yang menyediakan data akurat untuk memahami Covid-19 itu sendiri.
Akibatnya, terjadilah confirmation bias karena isu Covid-19 sangat tidak menentu, urgen
dan penting. Confirmation bias inilah yang menyebabkan begitu banyak misinformasi
tentang Covid-19 menyebar begitu saja dan menjadi virus yang sangat berbahaya.
Memahami dan meverifikasi sumber informasi mengenai Covid-19 sangatlah penting dalam
proses penanganan kasus Covid-19 baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Binter Komunikasi Sosial, Ketahanan Wilayah dan Bakti TNI diterapkan untuk
memitigasi dampak negatif pandemi Covid-19. Penanganan Covid-19 di Kabupaten Kutai
Kartanegara dilakukan melalui kerjasama beberapa pihak termasuk pemerintah daerah dan
Kodim-0906/Tgr. Sejauh ini, Kodim-0906/Tgr menerapkan peran aktif dengan bentuk
partisipasi yang variatif sesuai dengan kondisi demografi dan cakupan teritorialnya. Peran

16
aktif dan Partisipasi langsung lebih diutamakan karena tidak hanya mendukung kebijakan
pemerintah pusat, melainkan juga karena adanya keterikatan mental dan emosi antara
Kodim-0906/Tgr dengan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat rentan.
Melalui penerapan 3 Metoda, Kodim-0906/Tgr mengkaji pendekatan alternatif untuk
meningkatkan peran TNI AD dalam proses penanganan dampak negatif pandemi Covid-
19. Konsep Rural Dimension Participation menekankan partisipasi aktif masyarakat
sebagai aktor yang merasakan dampak langsung sehingga partisipasi dapat dilakukan
dalam tiga bentuk yaitu partisipasi pengambilan keputusan seiring dengan program
bantuan sosial yang diterima masyarakat, partisipasi pelaksanaan untuk mencegah
informasi hoax, dan partisipasi dalam evaluasi penanganan Covid-19.

Saran
Berdasarkan hasil di atas, beberapa saran yang dianggap penting yakni Pertama
pemerintah pusat perlu membuat suatu regulasi dalam konteks kerjasama dengan media-
media nasional dan lokal untuk menginformasikan penanggungjawab penanganan Covid-
19 di tingkat nasional dan daerah, baik secara online maupun offline. Kedua Perlu bagi
Pimpinan TNI untuk merumuskan anggaran khusus tanggap Bencana yang dialokasikan
ke satuan-satuan territorial (Kodam, Korem dan Kodim) guna mendukung operasional di
lapangan. Ketiga Untuk mengefektifkan peran satuan teritorial di lingkungan TNI AD perlu
adanya Pemutahiran doktrin dalam konteks pengerahan kekuatan dalam mengatasi
penangganan bencana alam dan wabah Penyakit untuk digunakan sebagai pedoman
dalam perbantuan TNI terhadap Pemerintah.

Tenggarong, 5 Mei 2020

,
Letkol Inf Charles Alling, SE, M.MDS
Dandim-0906/ Tenggarong

17
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Pola Pikir

“Pandemi Covid-19 dan Virus Misinformasi”: Optimalisasi Peran Kodim-0906/Tgr


Tenggarong untuk Menjaga Stabilitas di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

18
Lampiran 2

Alur Pikir

“Pandemi Covid-19 dan Virus Misinformasi”: Optimalisasi Peran


Kodim 0906/Tgr untuk Menjaga Stabilitas di Wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara

19
Lampiran 3

PROPOSISI A:
Peran Serta TNI AD dalam Upaya Penanggulangan Bencana Alam Bersama
Pemerintah Daerah dan Komponen Masyarakat

V1 V2
PERAN TNI AD PENANGGULANGAN
BENCANA

PERAN KODAM VI/MLW PENANGGULANGAN


BENCANA NON ALAM

PERAN KODIM-0906/TGR
PANDEMI COVID - 19

KOMPLEKSITAS
PENANGGANAN

JUDUL

1. “PANDEMI COVID-19 DAN VIRUS MISINFORMASI”: OPTIMALISASI PERAN


KODIM-0906/TENGGARONG UNTUK MENJAGA STABILITAS WILAYAH DI
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

2. OPTIMALISASI PERAN KODIM 0906 DALAM PENANGGUNALAN WABAH


COVID-19 DI WILAYAH TERITORI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

3. OPTIMALISASI KERJASAMA KODIM 0906 TENGGARONG DAN PEMERINTAH


DAERAH KABUPATEN KUTAI DALAM PENANGGULANGAN WABAH COVID-19

20
Lampiran 4

Daftar Pustaka

Adiwijoyo, Suwarno. 2002. Preventive Defense: Tentara Nasional Indonesia. Jakarta:


Swadana Bangun Dinamika Dunia. hal. 65.

Ahmad, F. 2020. Kasus Pertama Dua Orang Indonesia Positif Terinfkesi Virus Corona.
NU Online. 25 April 2020. https://www.nu.or.id/post/read/117376/kasus-pertama--
dua-orang-di-indonesia-positif-terinfeksi-virus-corona

Allcott, H., Gentzkow, M. 2017. Media Sosial dan Berita Palsu pada Pemilihan 2016
(Social Media and Fake News in the 2016 Election). Report research. 26 April 2020.
https://web.stanford.edu/~gentzkow/research/fakene ws.pdf.

Astuti, Widi. 2008. Bentuk – bentuk Partisipasi. Jakarta: Rieneke Cipta.

Bainus, Arry. 2012. Mengatur Tentara. Bandung: M63 Foundation dan Asosiasi Ilmu
Politik (AIPI) Bandung. h. 228.

Berlin, David Pion. 2009. Defense Organization and Civil Military in Latin America.
Armed Forces and Society. vol. 35, no.3, h. 535.

BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Kutai Kartanegara. 2020. Kabupaten Kutai
Kartanegara dalam Angka 2020. 25 April 2020. https://kukarkab.bps.go.id/ publication/
2020/04/27/21037f1f724d57ab8f8cc2a8/kabupaten-kutai-kartanegara-dalam-angka-
2020.html

Bohannon John. 2013. “Who’s Afraid of Peer Review?” Jurnal Science, 342(6154):60-
65. 26 April 2020. https://science.sciencemag.org/content/342/6154/60

Cohen, John. dan Uphoff, Norman. 1980. Tempat Partisipasi untuk Pengembangan
Daerah Kecil: Mencari Kejelasan melalui Kekhususan. (Participation's place in rural
development: Seeking clarity through specificity), Jurnal World Development, 8: 213-
235.

CNCB Indonesia. 2020. Kominfo Ada 554 Hoax Soal Covid-19 dengan 89 Tersangka.
26 April 2020. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200418175206-37-
152897/kominfo-ada-554-hoax-soal-covid-19-dengan-89-tersangka

Davis, Keith, E, dkk. 1987. Determinants of participation in Worksite Health Promotion


Activities. Jurnal Health, Education and Behavior. 27 April 2020.
https://doi.org/10.1177/109019818701400206

Edmans, Alex. 2020. Apa yang Harus Dipercaya: Covid-19 dan Virus Misinformasi
(What to Trust: Covid-19 and the Virus of Misinformation). 26 April 2020.

21
https://www.london.edu/think/pandemic-what-to-trust-covid-19-and-the-virus-of-
misinformation

Falagas, Matthew, E. (2007). “Peer Review in Open Access Scientific Journals.” Open
Medicine, 1(1): 49-51. 26 April 2020. https://www.ncbi.nlm.nih .gov/pmc/articles
/PMC2801911/

Herdiansah, A. G, dkk. 2017. Peran dan Fungsi Pembinaan Teritorial TNI AD dalam
Perbantuan Pemerintah Daerah: Studi di Kabupaten Lebak, Jurnal Ilmu
Pemerintahan, CosmoGov, Vol.3, No. 1, April 2017, hal. 65-70, ISSN 2442-5958

Huntington, Samuel. 2013. Prajurit dan Negara: Teori dan Politik Hubungan Sipil-
Militer. Jakarta: Grasindo. hal. 4-7.

Jemadu, L. 2017. Ancaman Hoax di Indonesia Sudah Capai Tahap Serius. 26 April
2020. http://www.suara.com/tekno/2017/05/04/141822/ancaman-hoax-di-indonesia-
sudah-capai-tahap-serius.

Kelly, J., Sadeghieh, T., dan Adeli, K. 2014. Ulasan Sejawat dalam Publikasi Ilmiah:
Manfaat, Kritik dan Panduan Survival (Peer review in scientific publications: benefits,
critiques, & a survival guide). Jurnal International Federation of Clinical Chemistry and
Laboratory Medicine. 26 April 2020. https://www.researchgate.net/publication
/309038713_Peer_Review_in_Scientific_Publications_Benefits_Critiques_A_Surviva
l_Guide

Kemenkeu (Kementerian Keuangan). 2020. Pemerintah Waspada Dampak Pandemi


Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia, Edisi 17 April 2020. 26 April 2020
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-pemerintah-waspada-
dampak-pandemi-covid-19-terhadap-ekonomi-indonesia/

Kompas.com. 2020. Lawan Corona, 2 Saran Ahli agar PSBB dan Social Distancing
Efektif Berjalan. 26 April 2020. https://www.kompas.com/sains/read/ 2020/04/18/
183700223/lawan-corona-2-saran-ahli-agar-psbb-dan-social-distancing-efektif-
berjalan.

Kompas.com. 2020. Upaya Lawan Korona. 26 April 2020. https://bebas.kompas.id


/baca/riset/2020/03/31/upaya-melawan-hoaks-covid-19/

Liputan6.com. 2020. Seluruh Kecamatan Terdampak Covid-19, Kutai Kartanegara


Tingkatkan Status Darurat, Edisi 19 April 2020. 26 April 2020
https://www.liputan6.com/regional/read/4231535/seluruh-kecamatan-terdampak-
covid-19-kutai-kartanegara-tingkatkan-status-darurat#

Manning, Jimmy. 2014. Sosial Media, Definis dan Kelas (Social media, Definition and
Classes of) In K. Harvey (Ed.), Jurnal Encyclopedia of social media and politics (pp.
1158-1162). Thousand Oaks, CA: Sage.

Okezone.com. 2020. Waspada terkait Covid-19. 26 April 2020.


https://www.okezone.com/tren/read/2020/04/17/620/2200926/waspada-3-hoax-
terkait-cara-sembuh-dari-covid-19-secara-mandiri

22
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2020. Panduan Praktis Klinis:
Pneumonia 2019-nCoV. Jakarta: PDPI.

Pemerintah Indonesia. 2020. Situasi Virus Corona. 26 April 2020.


https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala


Besar) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan


Sosial Berskala Besar) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.

Pirdata, Made. 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipasi dengan Pendekatan


Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Stareva, I. 2014. Media Sosial dan Lahirnya Relasi Publik: Kemunculan Media Sosial
Sebagai Faktor Penunjang Relasi Publik. Hamburg: Anchor Academic Publishing.

Suginah. 2010. Partisipasi Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Rintisan Sekolah


Dasar Bertaraf Internasional (RSDBI) di SD Negeri IV Wates, Kabupaten Kulon
Progo. S2 thesis, UNY. 27 April 2020. https://eprints.uny.ac.id/45363/

Sutoro, E. 2002. Meletakkan Militer pada Posisi yang Sebenarnya. Jakarta.

Syahnakri, K. 2008. Aku Hanya Tentara: Catatan Militer, Kepemimpinan, dan


Kebangsaan. Jakarta: Kompas. hal. 21

Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Technology Press. China.

Willem van Genugten J.M (ed). 1994. Referensi Hak Asasi Manusia (Human Rights
Reference). The Hague: Netherlands ministry of foreign Affairs.

WHO. 2020. WHO Director-General's opening remarks at the launch of the Access to
COVID-19 Tools Accelerator. 25 April 2020. https://www.who.int/dg/speeches/detai
l/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-launch-of-the-access-to-covid-19-
tools-accelerator

WHO. 2020. Kesehatan Lingkungan dalam Kedaruratan dan Bencana: Panduan


Praktis. 26 April 2020. https://apps.who.int/iris/handle/10665/42561

WHO. 2020. Materi Komunikasi Risiko COVID-19 untuk Fasilitas Pelayanan


Kesehatan. 26 April 2020. https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/risk-communication-for-healthcare-
facility.pdf?sfvrsn=9207787a_2

Wright, Kevin B., dan Webb, Lynne M. 2001. Komunikasi Melalui Mediasi Komputer
untuk Hubungan Personal (Computer-Mediated Communication in Personal
Relationships). New York: Peter Lang.

23
24

Anda mungkin juga menyukai