Anda di halaman 1dari 29

STUDI KASUS

BIOLOGI

SINDROM TURNER

DIBUAT DAN DISUSUN OLEH:


Nathanael Orin Dion / XII IPA 3 / 28

SMA KRISTEN IPEKA PURI INDAH

JAKARTA BARAT

2020
BAB I
EKSPLORASI PERISTIWA SINDROM TURNER
1.1. Sindrom Turner
Sindrom Turner terjadi pada satu dari setiap 2.000-4.000 wanita yang lahir dan
mempengaruhi perkembangan pada penderitanya. Sindrom Turner adalah kelainan
genetik yang paling umum kedua di dunia. Sindrom Turner ditemukan oleh Dr. Henry
Turner pada tahun 1938 di Amerika Serikat. Sindrom Turner disebut juga sebagai
Ullrich-Turner Syndrome atau Bonnevie-Ullrich-Turner Syndrome atau terkadang
disebut Gonadal Dysgenesis (45XO). Sindrom Turner terjadi ketika sang penderita tidak
memiliki pasangan dua kromosom X seks yang biasa semua atau sebagian dari salah satu
kromosom X hilang, disebut juga sebagai monosomi X (45X). Semua penderita dari
sindrom Turner berjenis kelamin perempuan. Menurut WHO, Sindrom Turner jarang
terjadi dan probabilitas terjadinya sekitar 1 dari 3000 kelahiran bayi perempuan. Materi
genetik yang hilang mencegah tubuh perempuan tumbuh dan menjadi dewasa secara
alami. Sindrom Turner bervariasi, dan setiap wanita akan memiliki kebutuhan dan
karakteristik kesehatan yang unik dan berbeda-beda.

1.1.1. Ciri-Ciri
Ciri-ciri dan karakteristik pada penderita:
● Bertubuh pendek
● Mengalami pertumbuhan abnormal
● Karakteristik seksual wanita tidak menonjol seperti kurangnya
perkembangan ovarium (dysgenesis ovaricular), ​payudara yang
tidak berkembang, bahkan dapat terjadi kemandulan
● Kehilangan lipatan kulit di sekitar leher dan leher berbentuk seperti
sayap
● Pembengkakan pada tangan dan kaki (​lymphedema)​
● Low hairline posterior
● Hiperpigmentasi pada kulit
● Keterbelakangan mental
Individu yang terkena sindrom Turner memiliki gejala dan karakteristik
yang berbeda-beda pada tiap orang sesuai dengan susunan genetik dari
kromosom yang dimiliki dan berbeda-beda pada tiap tingkatnya. Ciri-ciri yang
timbul ini jika tidak dirawat maka akan menimbulkan masalah kesehatan lebih
lanjut. Masalah kesehatan yang akan muncul antara lain adalah penyakit
kardiovaskular (koarktasio aorta), masalah pada ginjal dan hati, gangguan
autoimun seperti tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) dan penyakit celiac,
diabetes, katarak, osteoporosis, tekanan darah tinggi dan gangguan
pendengaran. Intervensi atau penanganan dini terbukti akan menghasilkan hasil
positif jangka panjang.

Untuk ciri bertubuh pendek umumnya terjadi pada semua penderita


sindrom Turner, para penderita sindrom ini memiliki tinggi rata-rata sekitar 4
kaki 7 inch (139.7 cm). Mereka seringkali memiliki tinggi badan normal selama
3 tahun pertama dalam hidupnya namun seiring berjalannya waktu pertumbuhan
semakin lambat. Sekitar 30% penderita sindrom Turner dilaporkan memiliki
katup aorta bikuspid atau kelainan pada katup jantungnya, yang berarti bahwa
pembuluh darah utama dari jantung hanya memiliki dua daripada tiga
komponen ke katup yang mengatur aliran darah, diagnosis gejala kardiovaskular
ini jika tak terdeteksi maka akan menyebabkan perburukan. Hormon estrogen
yang rendah juga dapat menyebabkan osteoporosis yang dapat menyebabkan
penurunan tinggi badan serta patah tulang. Walaupun penderita sindrom Turner
memiliki ovarium yang tidak berfungsi dan tidak subur tetapi vagina dan rahim
mereka sepenuhnya dalam keadaan normal.

Banyak anak perempuan dengan Sindrom Turner didiagnosis saat lahir


atau selama masa bayi, biasanya karena adanya ciri fisik yang khas seperti
lymphedema (pembengkakan akibat kelebihan cairan limfatik, terutama pada
tangan dan kaki), lipatan kulit yang bengkak atau longgar yang sering terlihat
pada bagian belakang leher, atau kondisi cacat jantung (penyempitan pada
aorta) yang sering terlihat pada beberapa penderita Sindrom Turner.
Beberapa anak perempuan tidak memiliki tanda-tanda fisik yang jelas
pada saat lahir atau masa bayi, dan mungkin baru bisa didiagnosis di masa
kanak-kanak. Kejadian seperti ini seringkali terlihat karena mereka memiliki
perawakan pendek yang tidak dapat dijelaskan atau pertumbuhan yang buruk.
Beberapa perempuan mungkin baru bisa terlihat saat masa remaja dimana
mereka belum mulai pubertas yang bisa dilihat saat mereka belum atau tidak
mengalami menstruasi dan memiliki payudara yang tidak berkembang. Pada
kebanyakan penderita sindrom Turner, ovarium mereka tidak berfungsi dengan
baik sehingga tidak dapat membuat estrogen. Tanpa adanya estrogen mereka
tidak bisa mengembangkan payudara. Pada masa kanak-kanak, penderita
sindrom Turner juga sering mengalami infeksi telinga tengah. Dalam beberapa
kasus, infeksi yang berulang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Pada sedikit kasus penderita sindrom turner baru dapat terdeteksi saat
dewasa, mereka mengalami pubertas secara alami, tetapi pada titik tertentu,
ovarium mereka mungkin berhenti berfungsi karena hormon tidak diproduksi
lagi dan menyebabkan menstruasi terhenti atau menjadi tidak teratur sehingga
mendapat kesulitan atau tidak bisa untuk hamil (kemandulan). Mereka bisa
hamil hanya jika ada teknologi pendukung yang memadai. Dokter mungkin
melakukan beberapa tes hormon yang dapat menunjukkan sindrom turner tetapi
karyotype adalah satu-satunya cara untuk mendiagnosis kondisi sindrom ini
dengan pasti.

Pada gambar 3.A terlihat


bahwa penderita sindrom Turner
mengalami perawakan tubuh yang
pendek, ​webbing neck (leher
berbentuk seperti sayap dan tidak
ada lipatan), dan ​pectus
excavatum (kondisi dimana tulang
dada tenggelam masuk ke dalam tubuh). Dan pada gambar 3.B dan 3.C bisa
dilihat bahwa jari-jari kaki dan tangan penderita sindrom turner mengalami
pemendekan.

1.1.2. Penyebab
Manusia memiliki 46 kromosom, yang berisi semua gen dan DNA
seseorang. Dua dari kromosom ini merupakan kromosom seks yang
menentukan jenis kelamin seseorang. Kromosom seks untuk jenis kelamin
perempuan disebut kromosom X yang ditulis sebagai XX. Sedangkan untuk
jenis kelamin laki-laki memiliki kromosom X dan Y yang ditulis sebagai XY.
Kedua kromosom seks ini membantu seseorang mengembangkan kesuburan dan
karakteristik seksual gender mereka.

Kelainan sindrom Turner disebabkan karena mutasi gonosom, kelainan


formula kromosom yang disebabkan karena peristiwa ​non-disjunction. Usia
orang tua, etnis, pola makan, atau faktor lain tidak menyebabkan dan tidak
menambah kemungkinan terjadinya sindrom Turner. Sindrom turner pada
umumnya memiliki kromosom dengan jumlah 45 (22 AA + X). Sindrom
Turner terjadi ketika semua atau salah satu kromosom X hilang. Hampir sekitar
50% kasus Sindrom Turner disebabkan karena kehilangan kromosom X di
semua sel yang diuji (umumnya sel darah), bisa dituliskan 45X atau monosomi
X. Lalu bisa juga terjadi mosaikisme pada penderita sindrom Turner. Dimana
mosaikisme adalah suatu kondisi saat sel di dalam orang yang sama memiliki
susunan genetik yang berbeda. Kondisi ini dapat mempengaruhi semua jenis sel,
termasuk sel darah, sel telur/sperma, dan sel kulit. Mosaikisme disebabkan oleh
kesalahan pembelahan sel di awal perkembangan bayi yang belum lahir.
Penderita mosaikisme memiliki lebih sedikit masalah kesehatan, termasuk
masalah jantung yang lebih jarang atau tidak begitu parah dan lebih sedikit
masalah dengan tangan / kaki bengkak (​lymphedema).​ Seorang gadis atau
wanita yang juga memiliki fragmen kromosom Y memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengembangkan pertumbuhan di ovarium.
Sekitar 20% kasus sindrom Turner akan memiliki dua kromosom X, tetapi
salah satunya tidak lengkap atau memiliki struktur yang berbeda, terjadi
mosaikisme dengan kariotipe 45X/46XX. 15% kasus terjadi karena
isokromosom dengan kariotipe 46,X,i(Xq), 5% kasus terjadi karena kromosom
cincin dengan kariotipe 46,X,r(X), dan 5% kasus terjadi karena delesi dengan
kariotipe 46,X,del(Xp). Mosaikisme juga bisa terjadi dengan kariotipe
45X/46,XY umumnya terjadi pada sebagian kecil kasus saja. Pada kasus ini
terdapat fragmen kecil kromosom Y dalam selnya, yang dapat meningkatkan
risiko berkembangnya tumor gonadoblastoma pada gonad (organ seks
internal/kelenjar kelamin). Tumor ini pada awalnya jinak tetapi dapat
menyebabkan kanker seiring berjalannya waktu. Hal ini diantisipasi dengan cara
ovarium diangkat dengan operasi. Dengan memiliki materi kromosom Y tidak
akan membuat penderita sindrom Turner memiliki ciri seperti laki-laki.

Sindrom Turner umumnya tidak disebabkan oleh keturunan genetik atau


tidak diturunkan dalam keluarga. Gen pada kromosom X yang menyebabkan
munculnya sebagian besar ciri sindrom Turner masih belum ditentukan. Dan
penyebab spesifik sindrom Turner tidak atau belum diketahui. Namun, peneliti
telah berhasil mengidentifikasi gen yang menyebabkan munculnya perawakan
pendek dan kelainan kerangka pada penderita sindrom Turner, yakni gen
SHOX. Gen SHOX berperan penting untuk perkembangan dan pertumbuhan
tulang.

1.1.3. Diagnosis
Penderita sindrom Turner dapat didiagnosis pada tahap kehidupan atau
umur yang berbeda-beda, bisa saat tahap prenatal bahkan bisa juga saat dewasa.
Sindrom Turner dapat didiagnosis saat masih menjadi janin, pada masa bayi,
periode pra-remaja akhir (8-12 tahun), atau pada akhir masa remaja / awal masa
dewasa. Diagnosis yang dilakukan setelah usia 50 tahun diperlukan tes
tambahan. Diagnosis sindrom Turner yang terlewat ataupun tertunda bisa
menjadi masalah. Maka dari itu penting sekali untuk dokter ataupun orang tua
mendiagnosa secara dini agar tidak memiliki masalah kesehatan yang
memperburuk keadaan penderita. Umumnya ada sesuatu yang berbeda pada
penderita yang membuat orang tua ataupun dokter mencurigai adanya
kemungkinan terkena sindrom Turner.

Untuk mendiagnosa terjadinya sindrom Turner dapat dilihat dari


penampilannya saat lahir apakah bayi tersebut menderita ​lymphedema ​atau
apakah leher mereka berselaput. Jika terlihat kedua tanda tersebut dokter dapat
mencurigai bahwa bisa jadi bayi tersebut menderita sindrom Turner. Untuk
memperkuat diagnosa umumnya dokter melakukan tes darah dengan
menganalisis kromosom mereka. Namun, beberapa kasus baru dapat didiagnosa
saat remaja ketika mereka memiliki perawakan yang pendek atau telat pubertas.

Diagnosis akhir dapat dilakukan dengan tes darah, dokter akan mengamati
kumpulan lengkap kromosom seseorang lalu akan menganalisis kariotipe dan
menentukan apakah salah satu pasangan kromosom X hilang atau jika ada
perbedaan struktural pada kromosom X. Lalu pada tahap selanjutnya bisa
dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui gangguan-gangguan lain
yang dialami.

Dokter akan melakukan ekokardiografi atau MRI jantung untuk


mendeteksi apakah terdapat gangguan jantung, umumnya penderita sindrom
Turner akan mengalami kelainan jantung berupa koarktasio aorta. Dokter juga
akan melakukan pengecekan pada fungsi tiroid dan fungsi ginjal sang penderita.
Lalu dapat juga dilakukan USG abdomen untuk melihat apakah terjadi
malformasi ginjal ​(horseshoe kidney). Lalu penderita juga dapat melakukan
konsul THT, konsul mata, dan konsul gigi.
1.1.4. Akibat
Penderita sindrom Turner biasanya memiliki kecerdasan dan intelegensi
normal dengan kemampuan verbal dan membaca yang baik. Tetapi ada
beberapa penderita yang memiliki masalah dengan matematika, kemampuan
mengingat dan gerakan jari. Serta beberapa dari penderita mereka memiliki
masalah dengan tingkah laku atau mental.

Fungsi kognitif dan masalah pendidikan yang menjadi masalah bagi


penderitanya adalah kesulitan dengan koordinasi visual-spasial (membaca peta
atau mengatur visualisasi mereka), memori, dan perhatian, serta beberapa
ketidakmampuan belajar lainnya. Masalah psikososial juga menekan para
penderitanya. Para penderita cenderung terserang secara mental oleh
orang-orang di sekitar dan tidak jarang mereka mengalami harga diri yang
rendah, kecenderungan untuk mengisolasi diri, depresi, dan kesulitan
beradaptasi terhadap kehidupan sosial. Kesulitan pun tampak pada komunikasi
non verbal, lalu kesulitan untuk mengemudi atau mengendarai sepeda. Pada
beberapa penderita juga mengalami ADHD ​(a​ ttention deficit hyperactivity
disorder),​ yaitu gangguan kesehatan secara mental yang dapat menyebabkan
penderitanya memiliki perilaku hiperaktif. Meskipun penderita sindrom Turner
mungkin mengalami kesulitan belajar pelajaran tertentu tetapi kebanyakan dari
mereka dapat menghadiri sekolah dan kelas reguler. Umumnya yang dapat
menghadiri kelas reguler ini para penderita yang bisa tidak ada masalah dalam
penulisan tangan, tidak ada masalah pendengaran, dapat menghafal
informasi-informasi yang diberikan, dan dapat mengembangkan kemampuan
bahasa mereka dengan baik.

1.1.5. Penanganan
Hingga saat ini belum ada obat untuk sindrom Turner tetapi penderitanya
dapat menjalani beberapa terapi dan pengobatan. Pengobatan umumnya harus
bersifat individual serta dokter, keluarga, dan pasien harus memutuskan pilihan
pengobatan bersama. Terapi pasien penderita sindrom Turner akan dirujuk ke
ahli endokrinologi, tetapi untuk beberapa masalah kesehatan tertentu akan
dirujuk dan ditangani oleh spesialis yang sesuai dengan bidangnya.

Yang pertama dapat dilakukan penyuntikan hormon pertumbuhan atau


bisa dengan penyuntikan hormon lain akan meningkatkan hormon pertumbuhan
sehingga penderita bisa tumbuh dan mencapai tinggi yang mendekati rata-rata.
Terkadang akan diberikan penambahan oxandrolone pada anak berusia 8-10
tahun jika mereka terlihat sangat pendek.

Yang kedua dapat dilakukan terapi penggantian estrogen untuk membantu


penderitanya mengembangkan perubahan fisik saat pubertas, termasuk
mengembangkan payudaranya dan dapat mengalami periode menstruasi.
Perawatan ini biasanya dimulai ketika penderita berusia sekitar 12 atau 13
tahun. Penggantian hormon ini dapat membantu memulai perkembangan
seksual. Pemberian estrogen juga dapat mencegah terjadinya osteoporosis.
Untuk mengantisipasi terjadinya osteoporosis umumnya dokter akan
memberikan suplementasi kalsium dan vitamin D. Dan penderita dianjurkan
untuk melakukan aktivitas fisik atau setidaknya terpapar sinar matahari selama
30 menit per hari untuk membantu pertumbuhan tulang serta menghindari
terjadinya osteoporosis.

Jika penderita lahir dengan kondisi kelainan jantung seperti penyempitan


aorta (koarktasio aorta) maka perlu dirujuk ke kardiologis (ahli jantung) untuk
dilakukan operasi jantung. Lalu jika penderita mengalami infeksi telinga tengah
dan menyebabkan gangguan pendengaran maka akan dirujuk ke spesialis THT.
Tekanan darah tinggi pun cukup umum terjadi pada penderita sindrom Turner,
biasanya peningkatan tekanan darah bisa terjadi jika adanya penyempitan aorta
atau kelainan ginjal. Namun, dalam beberapa kasus tidak ada penyebab spesifik
terjadinya kenaikan tekanan darah. Jika tidak ada penyebab spesifik maka
tekanan darah harus diperiksa secara rutin dan penderita perlu mengkonsumsi
beberapa obat-obatan. Penderita sindrom Turner juga dapat terkena diabetes
atau hipotiroidisme, maka dari itu perlu terus dipantau dan melakukan
kunjungan pemeriksaan ke dokter secara rutin.

Hampir semua penderita sindrom Turner tidak subur, tetapi kehamilan


dengan embrio donor masih memungkinkan. Ditambah teknologi reproduksi
yang saat ini maju dapat membantu penderita bisa bereproduksi. Fertilisasi in
vitro akan dilakukan dengan cara sel telur donor akan digunakan untuk
membuat embrio yang dapat dimasukkan ke dalam rahim penderita sindrom
Turner. Dengan bantuan terapi hormon, wanita tersebut dapat membawa janin
yang sedang berkembang tersebut.

Seluruh terapi dan pengobatan yang dilakukan perlu dilakukan ​monitoring


setelahnya. Laju pertumbuhan perlu diperhatikan setiap 6 bulan untuk melihat
apakah terapi yang dijalankan direspon oleh tubuh atau tidak. Pemantauan
dilakukan juga untuk melihat efek samping yang terjadi seperti jika terjadi
diabetes melitus, ​sleep of capital femoral epiphysis (SCFE), ​idiopathic
intracranial hypertension,​ edema, ​lymphedema,​ atau skoliosis. Setiap tahunnya
juga akan dilakukan pemantauan terhadap gula darah, profil lipid, dan fungsi
tiroid. Terapi hormon pertumbuhan akan dihentikan jika tulang sudah berumur
14 tahun atau tulang sudah tidak responsif terhadap terapi ini. Pemantauan juga
dilakukan untuk melihat efek psikologis dan perilaku penderita karena kedua
hal ini akan terpengaruh akibat terapi estrogen. Setelah dilakukan terapi tunggal
hormon pertumbuhan umumnya penderita akan mendapatkan hasil akhir tinggi
badan setinggi 147,9 ± 7,2 cm. Sedangkan jika penderita melakukan terapi
hormon pertumbuhan dan terapi hormon estrogen akan mendapatkan hasil akhir
tinggi badan setinggi 149,3 ± 6,6 cm.
BAB II
ANALISA MATERI GENETIK
2.1. Kromosom
Istilah kromosom berasal dari bahasa Yunani untuk warna (chroma) dan tubuh
(soma). Ilmuwan memberi nama ini pada kromosom karena mereka adalah struktur sel,
atau badan, yang diwarnai dengan kuat oleh pewarna warna-warni yang digunakan dalam
penelitian.

Kromosom merupakan suatu struktur padat yang terdiri dari 2 komponen molekul
yaitu protein dan DNA. Kromosom terletak pada inti sel (nukleus). Kromosom berisi
molekul DNA yang strukturnya menyerupai benang atau disebut benang kromatin halus.
Setiap kromosom terdiri dari DNA yang melingkar erat berkali-kali di sekitar protein
yang disebut histon yang mendukung strukturnya. Struktur padat kromosom dapat dilihat
jelas saat sel membelah pada tahap metafase karena DNA yang menyusun kromosom
menjadi lebih padat selama pembelahan sel. Kromosom diturunkan dari orang tua ke
keturunannya, DNA berisi instruksi spesifik yang membuat setiap jenis makhluk hidup
unik.

2.1.1. Kromosom Tubuh


Kromosom tubuh adalah kromosom yang mengendalikan sifat-sifat tubuh
seperti warna mata, warna kulit, tinggi badan, dll. Kromosom tubuh disebut juga
sebagai autosom. Kromosom tubuh diturunkan dari orang tua ke anaknya.

2.1.2. Kromosom Seks


Kromosom seks terdiri dari dua yaitu kromosom X dan kromosom Y.
Kromosom seks bertujuan untuk menentukan jenis kelamin seseorang.
Kromosom seks disebut juga sebagai gonosom.

2.1.2.1. Kromosom X
Kromosom X merupakan 5% dari total DNA dalam genom
manusia dan terdiri dari 155 juta pasang basa. Laki-laki memiliki
satu kromosom X dan satu kromosom Y, sedangkan perempuan
memiliki dua kromosom X. Pada kromosom X terdapat gen SHOX
yang berperan untuk pembentukan struktur tubuh pada masa embrio.
Gen SHOX juga berperan untuk perkembangan tulang. Ada
beberapa gen pada kromosom X yang berpengaruh juga pada
intelegensi.

2.1.2.2. Kromosom Y
Kromosom Y lebih kecil daripada kromosom X dan membawa
lebih sedikit gen dibanding kromosom X. Kromosom Y merupakan
2% dari total DNA dalam sel dan terdiri dari ±58 juta pasang basa.
Kromosom Y terdiri dari 70-200 gen. Kromosom Y merupakan
penentu jenis kelamin laki-laki. Di dalam kromosom Y terdapat gen
SRY yang bertujuan untuk perkembangan testis.

2.1.3. Kromosom Manusia Normal


Manusia normal akan lahir dengan 46 kromosom atau 23 pasang
kromosom, dengan jumlah gen sebanyak 20.000 hinga 25.000 gen. Satu set 23
kromosom diwarisi dari ibu biologis (dari sel telur) dan set lainnya diwarisi dari
ayah biologis (dari sperma). Dari 23 pasang
kromosom tersebut, 22 pasang disebut
sebagai autosom (kromosom tubuh) dan
pasangan terakhir akan disebut sebagai
kromosom seks. Kromosom X dan
kromosom Y akan menentukan jenis
kelamin seseorang. Laki-laki akan dituliskan
46XY sedangkan perempuan akan dituliskan 46XX. Namun ada kasus-kasus
dimana kelahiran seseorang tidak selalu normal karena ada mutasi pada
gen/kromosom mereka. Contohnya ada laki-laki yang terlahir dengan 46XX
karena translokasi bagian kecil dari daerah penentu jenis kelamin kromosom Y,
dan ada pula perempuan yang terlahir dengan 46XY karena mutasi pada
kromosom Y.

2.1.4. Kromosom Penderita Sindrom Turner


Kromosom yang terpengaruh pada sindrom Turner adalah kromosom
ke-23 yaitu kromosom seks mereka. Sindrom Turner hanya terjadi pada
penderita yang berjenis kelamin perempuan sehingga kromosom yang dimiliki
oleh penderita yang seharusnya 46XX menjadi 45XO karena hilangnya
sebagian atau keseluruhan kromosom X. Kromosom 45XO merupakan yang
paling sering terjadi pada penderita sindrom ini. Tetapi tidak semua penderita
sindrom Turner memiliki kromosom 45XO karena ada 2 tipe sindrom Turner.
Yang pertama adalah sindrom Turner klasik dengan hasil analisis kromosom
45,X atau 46,XiXq. Yang kedua adalah sindrom Turner mosaik dengan hasil
analisis kromosom 45,X tetapi terdapat tambahan lini sel lain seperti
45,X/46,XX; 45,X/46,X,i(X) dan 45,X/46,XY.

2.2. Gen & DNA


Gen adalah unit fisik dan fungsional dasar dari keturunan. Gen terdiri dari DNA.
DNA atau asam deoksiribonukleat adalah materi keturunan pada manusia dan hampir
semua organisme lain. Gen pertama kali dikemukakan oleh W. Johannsen pada tahun
1909. Setiap sel tubuh manusia mengandung sekitar 26.000-40.000 gen. Sedangkan DNA
(deoxyribonucleic acid)​ ditemukan oleh Friedrich Miescher pada tahun 1869.

2.2.1. Fungsi Gen


Gen berperan sebagai instruksi untuk membuat molekul yang disebut
protein. Gen juga berfungsi untuk mengendalikan sifat-sifat hereditas suatu
organisme. Satu gen dapat mengendalikan satu sifat hereditas sehingga satu
individu punya mempunyai ribuan sifat dan setiap individu berbeda-beda. Alel
adalah bentuk gen yang sama dengan perbedaan kecil dalam urutan basa
DNA-nya. Perbedaan kecil ini berkontribusi pada ciri fisik unik setiap orang.
2.2.2. Fungsi DNA
DNA berfungsi untuk menyimpan informasi dalam bentuk kode yang
terdiri dari 4 basa kimia yaitu adenin (A), guanin (G), sitosin (C), dan timin (T).
DNA manusia terdiri dari sekitar 3 miliar basa dan lebih dari 99% basa tersebut
sama dengan semua orang. Basa DNA saling berpasangan satu sama lain, A
berpasangan dengan T dan C berpasangan dengan G, pasangan ini akan
membentuk unit yang disebut pasangan basa. Setiap basa juga terikat pada
molekul gula dan molekul fosfat. Basa, gula, dan fosfat yang tergabung disebut
nukleotida. Nukleotida tersusun dalam dua untai
panjang yang membentuk spiral yang disebut
juga sebagai heliks ganda. Struktur heliks ganda
terlihat seperti sebuah tangga, dengan pasangan
basa membentuk anak tangga dan molekul gula
dan fosfat membentuk sisi vertikalnya. DNA
dapat mereplikasi atau membuat salinan dirinya.
Setiap untai DNA dalam heliks ganda berfungsi
sebagai pola untuk menduplikasi urutan basa. Ini sangat penting ketika
digunakan untuk sel membelah karena setiap sel baru perlu memiliki salinan
yang sama persis dengan DNA yang ada pada sel lama.

2.2.3. Gen & DNA pada Penderita Sindrom Turner


Gen atau DNA spesifik penyebab terjadinya sindrom Turner sampai saat
ini belum diketahui secara pasti dan masih dilakukan penelitian lebih lanjut.
Tetapi peneliti telah berhasil mengidentifikasi salah satu gen yang kemungkinan
menjadi penyebab munculnya beberapa ciri dari penderita sindrom Turner
seperti perawakan pendek dan kelainan rangka pada penderitanya. Gen tersebut
adalah gen SHOX ​(s​ hort-stature homeobox)​. Diketahui bahwa gen SHOX
berperan untuk pertumbuhan serta perkembangan tulang.
2.3. Sintesis Protein
DNA akan ditemukan di kromosom. Dalam sel eukariotik, kromosom selalu
berada di dalam nukleus, tetapi protein dibuat di ribosom dalam sitoplasma atau pada
retikulum endoplasma kasar (RE kasar). DNA bisa sampai ke tempat protein dibuat
dibantu oleh RNA atau asam ribonukleat. RNA adalah molekul kecil yang dapat masuk
melalui pori-pori di membran inti. Ini membawa informasi dari DNA di dalam inti ke
ribosom di sitoplasma dan kemudian membantu merakit protein. Ada dua proses yang
terjadi yaitu transkripsi dan translasi.
Proses: DNA → RNA → Protein

RNA bisa dibilang mirip dengan DNA. Tetapi mereka berbeda secara struktur
karena RNA memiliki untaian tunggal sedangkan DNA memiliki untaian ganda. Lalu
DNA memiliki timin sedangkan RNA memiliki urasil. Secara fungsi pun berbeda, DNA
menyimpan informasi untuk pengkodean protein, sedangkan RNA menggunakan
informasi tersebut untuk memungkinkan sel mensintesis protein tertentu.

2.3.1. Transkripsi
Transkripsi adalah transfer instruksi genetik dalam DNA ke mRNA.
Transkripsi terjadi di dalam inti sel. Transkripsi merupakan tahap pembentukan
RNA-duta (mRNA/RNAd/ARNd). Enzim yang akan bekerja adalah enzim
RNA polimerase. Transkripsi akan dilakukan dengan 3 langkah.

Inisiasi ​(initiation) merupakan awal dari


transkripsi. Terjadi ketika enzim RNA
polimerase mengikat gen bagian promotor. Lalu
akan memberi sinyal ke DNA untuk melepaskan
sehingga enzim dapat membaca basa di salah
satu untaian DNA. Enzim siap untuk membuat
untaian mRNA dengan sekuens basa
komplementer. Intinya pada tahap ini DNA
cetakan/​template​ akan berikatan dengan enzim RNA polimerase.
Elongasi ​(elongation) adalah penambahan nukleotida ke untai mRNA.
Pada tahap elongasi mRNA akan disalin atau ditranskrip RNA polimerase
dengan menambahkan ribonukleotida pasangan dari DNA cetakan/​template​.
Dan tahap terakhir adalah ​Termination. Termination adalah akhir dari
transkripsi. Saat RNA polimerase mentranskripsi terminator, ia terlepas dari
DNA. Pita mRNA akan dilepas dari RNA polimerase untuk diproses dan
dibawa ke ribosom di sitoplasma. Untaian mRNA selesai setelah langkah ini.

2.3.2. Translasi
Translasi adalah proses di mana kode genetik dalam mRNA dibaca untuk
membuat protein. mRNA akan meninggalkan nukleus dan akan bergerak ke
ribosom, yang terdiri dari rRNA dan protein. Ribosom membaca urutan kodon
dalam mRNA, dan molekul RNA-transfer (tRNA/RNAt/ARNt) akan membawa
asam amino ke ribosom dalam urutan yang benar. mRNA sebagai cetakan akan
membawa kode genetik 3 nukleotida (kodon) dan akan diterjemahkan oleh
tRNA. Proses translasi ini juga terjadi dalam 3 langkah.

Yang pertama adalah inisiasi ​(initiation),​ proses ini melanjutkan untuk


memindai mRNA dalam arah 5' menjadi 3' sampai menemukan kodon start
(AUG). Pada tahap ini mRNA akan berikatan dengan RNA-ribosom
(rRNA/RNAr/ARNr) di subunit kecil. Subunit kecil tersebut akan terikat ke sisi
5’ dari awal mRNA. Subunit besar akan menempel dan menginisiasi tRNA,
yang membawa metionin (Met), dan akan terikat ke ribosom.
Yang kedua adalah elongasi ​(elongation)​, pada proses ini ribosom akan
bergeser satu kodon dan mengkatalisasi setiap proses yang terjadi. tRNA yang
bermuatan akan masuk, polipeptida akan menjadi satu asam amino, dan tRNA
yang tidak bermuatan akan keluar.

Yang ketiga adalah ​Termination,​ proses ini terjadi ketika tRNA mengenali
kodon stop (UAA, UAG, atau UGA). Kodon stop tidak berisi asam amino atau
disebut juga kodon nonsense, tetapi kodon ini merupakan komponen faktor lepas
(release factor)​. Ketika ditemukan kodon stop, maka polipeptida yang tumbuh
akan dilepaskan dan subunit ribosom akan berdisosiasi dan meninggalkan
mRNA. Polipeptida tersebut akan diproses menjadi protein di badan golgi.
Setelah ribosom menyelesaikan translasi, mRNA terdegradasi sehingga
nukleotida dapat digunakan kembali dalam reaksi transkripsi lainnya.

2.3.3. Sintesis Protein pada Sindrom Turner


Sintesis protein pada sindrom turner tidak berbeda dengan manusia
normal. Selama pengobatan dan terapi hormon pun sintesis protein tetap sama
dengan manusia normal. Degradasi asam amino dan laju sintesis protein serupa
di semua situasi.

2.3.4. Contoh Sintesis Protein


● DNA Pengkode:
5’ ATG - GTG - GGA - GCC - CCA - CAT - CTG - TAA 3’
● DNA Cetakan (template)
3’ TAC - CAC - CCT - CGG - GGT - GTA - GAC - ATT 5’
● mRNA
5’ AUG - GUG - GGA - GCC - CCA - CAU - CUG - UAA 3’
● tRNA
5’ UAC - CAC - CCU - CGG - GGU - GUA - GAC 3’
● Asam Amino Penyusun
5’ AUG - GUG - GGA - GCC - CCA - CAU - CUG - UAA 3’
5’ MET - VAL - GLY - ALA - PRO - HIS - LEU - STOP 3’
● Protein yang Terbentuk
AUG = Metionin (Met)
GUG = Valin (Val)
GGA = Glisin (Gly)
GCC = Alanin (Ala)
CCA = Prolin (Pro)
CAU = Histidin (His)
CUG = Leusin (Leu)
Jadi protein yang terbentuk terdiri dari 7 macam asam amino yang berbeda
yaitu Metionin, Valin, Glisin, Alanin, Prolin, Histidin, dan Leusin.
BAB III
ANALISA PEMBELAHAN SEL
3.1. Mitosis
Mitosis adalah proses pembuatan sel tubuh baru.

3.1.1. Konsep Mitosis


Mitosis merupakan pembelahan inti yang menghasilkan dua anak inti yang
identik dengan inti asli, biasanya tepat sebelum pembelahan sel. Dalam mitosis,
sel akan menggandakan semua isinya termasuk kromosom dan akan membelah
untuk membentuk dua sel anak yang identik. Langkah-langkah pada proses
pembelahan sel mitosis dikontrol oleh gen. Ketika mitosis tidak berjalan dengan
baik maka akan timbul masalah kesehatan seperti kanker.

3.1.2. Tahapan Mitosis


Proses mitosis terbagi menjadi 4 tahap yaitu profase, metafase, anafase,
dan telofase. Sebelum tahap profase ada tahap interfase terlebih dahulu dan
tahap profase akan dibagi menjadi 2 yaitu tahap awal dan tahap akhir.

Pada tahap interfase merupakan fase persiapan sebelum dimulainya


pembelahan sel. Fase ini akan terbagi menjadi tiga tahap yaitu gap pertama (G​1​),
sintesis (S), dan gap kedua (G​2​). Pada G​1 sel mulai bertumbuh dengan
menghasilkan beberapa protein dan organel. Lalu akan terjadi proses sintesis
dimana terjadi replikasi DNA. Pada G​2 kromosom belum terkondensasi tetapi
sudah dihasilkan dua sentrosom dan masih terdapat membran inti.

Tahap profase merupakan tahap terlama dalam mitosis. Pada tahap awal
profase akan terjadi penebalan benang-benang kromatin, nukleolus akan lenyap,
dan kromosom yang terduplikasi akan terlihat sebagai kromatid bersaudara
(sister chromatid).​ Pada tahap ini juga akan terbentuk gelendong mitotik yang
terdiri dari sentrosom, aster, dan mikrotubulus dan kedua sentrosom akan saling
menjauh.
Pada tahap akhir profase membran inti akan terfragmentasi dan
mikrotubulus akan menjulur dari sentrosom hingga memasuki wilayah inti.
Pada tahap ini kromosom akan semakin terkondensasi serta terbentuk
mikrotubulus kinetokor dan mikrotubulus nonkinetokor atau sering disebut
benang spindel. Tahap ini juga bisa disebut sebagai tahap prometafase.

Pada tahap metafase kedua sentrosom akan berada pada kutub yaang
berseberangan dan kromosom akan berjejer di lempeng metafase atau bidang
ekuator. Setelah tahap metafase akan lanjut ke tahap anafase. Tahap anafase
merupakan tahap terpendek dalam mitosis. Pada tahap ini kromatid bersaudara
akan terpisah dan akan bergerak menuju kutub yang berlawanan. Tahap terakhir
merupakan tahap telofase. Pada tahap ini akan terjadi peristiwa kariokinesis dan
sitokinesis. Peristiwa kariokinesis merupakan pembagian inti menjadi dua
bagian. Sedangkan peristiwa sitokinesis merupakan pembagian sitoplasma
menjadi dua bagian. Tahap akhir sitokinesis akan dihasilkan 2 sel anakan.

3.2. Meiosis
Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang menghasilkan sel telur dan sperma.
3.2.1. Konsep Meiosis
Meiosis akan terjadi saat pembentukan gamet pada makhluk hidup. Tujuan
dari meiosis adalah mengurangi jumlah kromosom pada sel gamet, agar setelah
fertilisasi individu yang dihasilkan memilki jumlah kromosom sel tubuh yang
sama dengan induknnya.

Meiosis adalah reproduksi sel melalui tahap pembelahan seperti mitosis


tetapi pada prosesnya terjadi pengurangan jumlah kromosom. Meiosis bisa
disebut juga sebagai pembelahan reduksi. Meiosis memastikan bahwa manusia
memiliki jumlah kromosom yang sama di setiap generasi. Meiosis akan
membentuk sel sperma dan sel telur.

3.2.2. Tahapan Meiosis


Tahapan meiosis terbagi menjadi meiosis I dan meiosis II. Pada
masing-masing tahap akan dibagi lagi menjadi tahap-tahap kecil seperti mitosis.
Perbedaan hanyalah pada pembentukan kromosom homolog di profase I
meiosis. Sebelum masuk ke tahap meiosis I akan terjadi proses interfase terlebih
dahulu.

Pada tahap profase meiosis I akan terbagi menjadi 5 tahap lagi yaitu
leptoten, zigoten, pakiten, diploten, dan diakinesis. Pada leptoten benang
kromatin akan memendek, menebal, dan memadat menjadi seperti bentuk
benang tunggal. Pada zigoten kromosom homolog akan menyambung atau
membentuk sinaps. Pada pakiten akan terjadi peristiwa ​crossing over (pindah
silang). Kromosom homolog akan melakukan ​crossing over (pindah silang)
yang akhirnya akan meningkatkan jenis keanekaragaman pada sel gamet yang
dihasilkan. Pada tahap diploten dan diakinesis sambungan (sinaps) kromosom
akan lepas, nukleolus dan membran inti akan menghilang. Pada tahap ini juga
akan terbentuk benang-benang spindel (mikrotubula) di antara sentrosom.
Pada tahap metafase I, kromosom akan bergerak ke bidang ekuator
(lempeng metafase). Pada tahap anafase I, kromosom homolog akan berpisah.
Pada tahap telofase I akan muncul zona pembelahan di tengah. Sebelum masuk
ke tahap meiosis II tidak terjadi jeda panjang seperti interfase I. Tetapi akan
terjadi interkinesis tanpa melewati fase sintesis atau tidak terjadi replikasi DNA.

Tahap meiosis II pun akan dibagi menjadi profase II, metafase II, anafase
II, telofase II, dan sitokinesis II. Pada tahap profase II akan mendapatkan 2 sel
anakan. Benang spindel pun mulai terbentuk dan kromatid saudara masih
melekat pada sentromernya. Pada tahap metafase II kromosom akan berjajar di
bidang ekuator (lempeng metafase). Pada tahap anafase II sentromer kromatid
saudara akan berpisah sehingga kromatid akan menjadi kromosom individual.
Pada tahap telofase II akan muncul zona pembelahan di tengah. Pada akhir
sitokinesis II akan terbentuk 4 sel anakan. Pada tahap meiosis II tidak ada
reduksi kromosom karena sudah terjadi di meiosis I pada tahap anafase I.
3.3. Perbedaan Mitosis dan Meiosis

Aspek Mitosis Meiosis

Tujuan Pertumbuhan dan regenerasi Mempertahankan jumlah


kromosom sel tubuh organisme
agar selalu tetap melalui reduksi
kromosom pada pembentukan
gamet

Hasil pembelahan 2 sel anak 4 sel anak

Sifat sel anak Diploid (2n), sama dengan Haploid (n)


induknya (identik)

Tempat terjadi Sel somatis Sel gonad

Jumlah pembelahan 1 kali 2 kali

Peranan bagi Menghasilkan sel somatik Menghasilkan sel-sel gamet


organisme eukariotik
multiseluler

Interkinesis - Antara tahap meiosis I dan


meiosis II

Crossing over (​ pindah - Profase I: ada, pada tahap


silang) pakiten
Profase II: tidak ada

Sinapsis kromosom - Terjadi pada profase I


homolog

Duplikasi kromosom Tahap awal profase Tahap pertengahan profase I


(kromatid saudara)
Metafase Kromosom berjajar di bidang Metafase I: kromosom homolog
ekuator (lempeng metafase) bejajar di bidang ekuator
dalam 1 baris (lempeng metafase) secara
berpasangan
Metafase II: kromosom berjajar
seperti mitosis

Anafase Sentromer saat anafase terbagi Anafase I: sentromer belum


dua sehingga kromatid memisah berpisah, terjadi pemisahan
saat anafase, terjadi pemisahan kromosom homolog
kromatid saudara Anafase II: sentromer berpisah,
terjadi pemisahan kromatid
bersaudara

3.4. Proses Pembelahan Sel Mutan


Selama pembelahan sel pada mitosis maupun meiosis bisa saja terjadi kesalahan
yang akhirnya didapatkan hasil akhir kelainan kromosom. Kelainan yang terjadi antara
kelainan jumlah atau kelainan struktur. Kelainan ini dapat terjadi pada kromosom tubuh
(autosom) atau kromosom seks (gonosom).

Kelainan pada sindrom Turner dikarenakan gagal pemisahan ​(nondisjunction)


selama proses mitosis ataupun meiosis. ​Nondisjunction adalah kegagalan pemisahan
kromosom yang menghasilkan sel anak dengan jumlah kromosom yang tidak normal.
Nondisjunction d​ apat mengakibatkan mosaikisme yang terjadi pada tahap awal
pembelahan mitosis.

Nondisjunction dapat terjadi selama anafase mitosis, meiosis I, atau meiosis II.
Selama anafase, kromatid saudara atau kromosom homolog pada meiosis I akan terpisah
dan pindah ke kutub sel yang arahnya berlawanan pemisahan ini ditarik oleh
mikrotubulus. Dalam ​nondisjunction,​ pemisahan tersebut gagal terjadi yang akhirnya
menyebabkan kromatid saudara atau kromosom homolog (pada meiosis I) ditarik ke satu
kutub sel.

Nondisjunction pada mitosis dapat terjadi karena inaktivasi antara topoisomerase


II, condensin, atau separase. Ini akan menghasilkan 2 sel aneuploid, yang satu dengan 47
kromosom (2n + 1) dan yang lainnya dengan 45 kromosom (2n – 1).

Nondisjunction pada mitosis dapat menyebabkan mosaikisme somatik dengan


ketidakseimbangan kromosom hanya tercermin pada keturunan langsung dari sel asal
tempat terjadinya ​nondisjunction.​ Ini dapat menyebabkan beberapa jenis kanker salah
satunya retinoblastoma.

Nondisjunction pada meiosis I terjadi ketika tetrad gagal berpisah selama anafase
I. Pada akhir meiosis I akan dihasilkan 2 sel anak haploid, satu dengan n + 1 dan yang
lainnya dengan n – 1. Kedua sel anakan ini akan membelah lagi pada meiosis II yang
akan menghasilkan 4 sel anak, 2 dengan n + 1 dan 2 dengan n – 1.

Nondisjunction pada meiosis II terjadi akibat kegagalan kromatid saudara untuk


berpisah selama anafase II. Tahap meiosis I berjalan tanpa adanya kegagalan. Lalu baru
muncul kegagalan saat tahap meiosis II yang akan menghasilkan 2 sel anak normal
dimana akan memiliki 23 kromosom dan 2 sel anak lainnya akan menjadi aneuploid, satu
dengan n + 1 dan yang lainnya dengan n – 1.
Nondisjunction pada meiosis memiliki dampak klinis yang lebih besar karena
kebanyakan aneuploid tidak layak untuk hidup. Namun beberapa akan menghasilkan
keturunan yang layak dengan beberapa gangguan perkembangan. Tetapi sindrom Turner
merupakan satu-satunya monosomi kromosom yang layak untuk hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ​“What Is Turner Syndrome?”​.
(​https://turnersyndromefoundation.org/what_is_turner_syndrome/​)
Gottlieb, Samantha F.; Tupper, Connor; Kerndt, Connor C.; Tegay, David H..​ ​“Genetics,
Nondisjunction”.​ 26 September 2020
(​https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482240/​)
Gravholt, Claus Højbjerg; Riis, Anne Lene; Møller, Niels; Christiansen, Jens Sandahl. ​“Protein
metabolism in Turner syndrome and the impact of hormone replacement therapy”.
Oktober 2007. (​https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17561982/​)
Green, Eric D. ​“Chromosome”.​ (​https://www.genome.gov/genetics-glossary/Chromosome​)
Hurst, Anna C. Edens. ​“Mosaicism”.​ 15 Oktober 2018.
(​https://medlineplus.gov/ency/article/001317.htm​)
Irnaningtyas. 2018. ​Biologi untuk SMA/MA Kelas XII.​ Jakarta: Penerbit Erlangga.
McLaughlin, Katy. ​“Nondisjunction”​. 16 Mei 2020. (​https://biologydictionary.net/nondisjunction/​)
National Human Genome Research Institute. ​“About Turner Syndrome”.​ 24 September 2013.
(​https://www.genome.gov/Genetic-Disorders/Turner-Syndrome​)
National Human Genome Research Institute. ​“Chromosome Abnormalities Fact Sheet”.​ 15
Agustus 2020. (​https://www.genome.gov/about-genomics/fact-sheets/Chromosome-
Abnormalities-Fact​-Sheet​)
National Human Genome Research Institute. ​“Chromosomes Fact Sheet”.​ 15 Agustus 2020.
(​https://www.genome.gov/about-genomics/fact-sheets/Chromosomes-Fact-Sheet​)
Nawawi, Yusuf Syaeful. ​“Karakteristik Dismorfologi pada Pasien dengan Kelainan Kromosom
Seks”​. 2009. (​http://eprints.undip.ac.id/7490/1/Yusuf_Syaeful_Nawawi.pdf​)
Osuri, G. ​“The DNA, RNA, and Proteins”.
(​https://www.bioinformatics.org/tutorial/1-1.html​#:~:text=Functionally%2C%20DNA%2
0maintains%20the%20protein,to%20synthesize%20the%20particular%20protein.&text=
protein%2Dencoding%20information-,a.,the%20cell%20produces%20the%20protein.​)
Rieser, Patricia; Davenport, Marsha. ​“Turner Syndrome: A Guide for Families”.​
(​http://media.wix.com/ugd/8fb9de_3b42111faa254ab2b193ecb33f71e937.pdf​)
Ross, Judith L. ​“Turner Syndrome (for Teens)”.​ September 2017.
(​https://kidshealth.org/en/teens/turner.html​)
Simanjuntak, Tigor P. ​“Sindrom Turner”.​ 2010.
(​http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/view/1677/1322​)
Turner Syndrome Society of the United States. ​“About Turner Syndrome”.
(​https://www.turnersyndrome.org/about-turnersyndrome​)
U.S. National Library of Medicine. ​“How do cells divide?”.​ 18 September 2020.
(​https://medlineplus.gov/genetics/understanding/howgeneswork/cellsdivide/​)
U.S. National Library of Medicine. ​“How many chromosomes do people have?”. 1​ 8 September
2020. (​https://medlineplus.gov/genetics/understanding/basics/howmanychromosomes/​)
U.S. National Library of Medicine. ​“Turner Syndrome”.​ 7 April 2016.
(​https://medlineplus.gov/turnersyndrome.html​)
U.S. National Library of Medicine. ​“What is a chromosome?”.1​ 8 September 2020.
(​https://medlineplus.gov/genetics/understanding/basics/chromosome/​)
U.S. National Library of Medicine. ​“What is a gene?”.​ 17 September 2020.
(​https://medlineplus.gov/genetics/understanding/basics/gene/​)
U.S. National Library of Medicine. ​“What is DNA?”.​ 17 September 2020.
(​https://medlineplus.gov/genetics/understanding/basics/dna/​)
Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi. ​“Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia
Sindrom Turner”​. 2017. (​http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2018/
03/PPK-Sindrom-Turner.pdf​)
Wakim, Suzanne; Grewal, Mandeep. ​“Protein Synthesis”.​ 1 Agustus 2020.
(​https://bio.libretexts.org/Bookshelves/Human_Biology/Book%3A_Human_Biology_(W
akim_and_Grewal)/06%3A_DNA_and_Protein_Synthesis/6.04%3A_Protein_Synthesis​)
World Health Organization. ​“Gender and Genetics”.
(​https://www.who.int/genomics/gender/en/index1.html​)

Anda mungkin juga menyukai