Nathanael Orin - Penilaian KD 3.3, 4.3, 3.4, 4.4, 3.8, 4.8
Nathanael Orin - Penilaian KD 3.3, 4.3, 3.4, 4.4, 3.8, 4.8
BIOLOGI
SINDROM TURNER
JAKARTA BARAT
2020
BAB I
EKSPLORASI PERISTIWA SINDROM TURNER
1.1. Sindrom Turner
Sindrom Turner terjadi pada satu dari setiap 2.000-4.000 wanita yang lahir dan
mempengaruhi perkembangan pada penderitanya. Sindrom Turner adalah kelainan
genetik yang paling umum kedua di dunia. Sindrom Turner ditemukan oleh Dr. Henry
Turner pada tahun 1938 di Amerika Serikat. Sindrom Turner disebut juga sebagai
Ullrich-Turner Syndrome atau Bonnevie-Ullrich-Turner Syndrome atau terkadang
disebut Gonadal Dysgenesis (45XO). Sindrom Turner terjadi ketika sang penderita tidak
memiliki pasangan dua kromosom X seks yang biasa semua atau sebagian dari salah satu
kromosom X hilang, disebut juga sebagai monosomi X (45X). Semua penderita dari
sindrom Turner berjenis kelamin perempuan. Menurut WHO, Sindrom Turner jarang
terjadi dan probabilitas terjadinya sekitar 1 dari 3000 kelahiran bayi perempuan. Materi
genetik yang hilang mencegah tubuh perempuan tumbuh dan menjadi dewasa secara
alami. Sindrom Turner bervariasi, dan setiap wanita akan memiliki kebutuhan dan
karakteristik kesehatan yang unik dan berbeda-beda.
1.1.1. Ciri-Ciri
Ciri-ciri dan karakteristik pada penderita:
● Bertubuh pendek
● Mengalami pertumbuhan abnormal
● Karakteristik seksual wanita tidak menonjol seperti kurangnya
perkembangan ovarium (dysgenesis ovaricular), payudara yang
tidak berkembang, bahkan dapat terjadi kemandulan
● Kehilangan lipatan kulit di sekitar leher dan leher berbentuk seperti
sayap
● Pembengkakan pada tangan dan kaki (lymphedema)
● Low hairline posterior
● Hiperpigmentasi pada kulit
● Keterbelakangan mental
Individu yang terkena sindrom Turner memiliki gejala dan karakteristik
yang berbeda-beda pada tiap orang sesuai dengan susunan genetik dari
kromosom yang dimiliki dan berbeda-beda pada tiap tingkatnya. Ciri-ciri yang
timbul ini jika tidak dirawat maka akan menimbulkan masalah kesehatan lebih
lanjut. Masalah kesehatan yang akan muncul antara lain adalah penyakit
kardiovaskular (koarktasio aorta), masalah pada ginjal dan hati, gangguan
autoimun seperti tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) dan penyakit celiac,
diabetes, katarak, osteoporosis, tekanan darah tinggi dan gangguan
pendengaran. Intervensi atau penanganan dini terbukti akan menghasilkan hasil
positif jangka panjang.
Pada sedikit kasus penderita sindrom turner baru dapat terdeteksi saat
dewasa, mereka mengalami pubertas secara alami, tetapi pada titik tertentu,
ovarium mereka mungkin berhenti berfungsi karena hormon tidak diproduksi
lagi dan menyebabkan menstruasi terhenti atau menjadi tidak teratur sehingga
mendapat kesulitan atau tidak bisa untuk hamil (kemandulan). Mereka bisa
hamil hanya jika ada teknologi pendukung yang memadai. Dokter mungkin
melakukan beberapa tes hormon yang dapat menunjukkan sindrom turner tetapi
karyotype adalah satu-satunya cara untuk mendiagnosis kondisi sindrom ini
dengan pasti.
1.1.2. Penyebab
Manusia memiliki 46 kromosom, yang berisi semua gen dan DNA
seseorang. Dua dari kromosom ini merupakan kromosom seks yang
menentukan jenis kelamin seseorang. Kromosom seks untuk jenis kelamin
perempuan disebut kromosom X yang ditulis sebagai XX. Sedangkan untuk
jenis kelamin laki-laki memiliki kromosom X dan Y yang ditulis sebagai XY.
Kedua kromosom seks ini membantu seseorang mengembangkan kesuburan dan
karakteristik seksual gender mereka.
1.1.3. Diagnosis
Penderita sindrom Turner dapat didiagnosis pada tahap kehidupan atau
umur yang berbeda-beda, bisa saat tahap prenatal bahkan bisa juga saat dewasa.
Sindrom Turner dapat didiagnosis saat masih menjadi janin, pada masa bayi,
periode pra-remaja akhir (8-12 tahun), atau pada akhir masa remaja / awal masa
dewasa. Diagnosis yang dilakukan setelah usia 50 tahun diperlukan tes
tambahan. Diagnosis sindrom Turner yang terlewat ataupun tertunda bisa
menjadi masalah. Maka dari itu penting sekali untuk dokter ataupun orang tua
mendiagnosa secara dini agar tidak memiliki masalah kesehatan yang
memperburuk keadaan penderita. Umumnya ada sesuatu yang berbeda pada
penderita yang membuat orang tua ataupun dokter mencurigai adanya
kemungkinan terkena sindrom Turner.
Diagnosis akhir dapat dilakukan dengan tes darah, dokter akan mengamati
kumpulan lengkap kromosom seseorang lalu akan menganalisis kariotipe dan
menentukan apakah salah satu pasangan kromosom X hilang atau jika ada
perbedaan struktural pada kromosom X. Lalu pada tahap selanjutnya bisa
dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui gangguan-gangguan lain
yang dialami.
1.1.5. Penanganan
Hingga saat ini belum ada obat untuk sindrom Turner tetapi penderitanya
dapat menjalani beberapa terapi dan pengobatan. Pengobatan umumnya harus
bersifat individual serta dokter, keluarga, dan pasien harus memutuskan pilihan
pengobatan bersama. Terapi pasien penderita sindrom Turner akan dirujuk ke
ahli endokrinologi, tetapi untuk beberapa masalah kesehatan tertentu akan
dirujuk dan ditangani oleh spesialis yang sesuai dengan bidangnya.
Kromosom merupakan suatu struktur padat yang terdiri dari 2 komponen molekul
yaitu protein dan DNA. Kromosom terletak pada inti sel (nukleus). Kromosom berisi
molekul DNA yang strukturnya menyerupai benang atau disebut benang kromatin halus.
Setiap kromosom terdiri dari DNA yang melingkar erat berkali-kali di sekitar protein
yang disebut histon yang mendukung strukturnya. Struktur padat kromosom dapat dilihat
jelas saat sel membelah pada tahap metafase karena DNA yang menyusun kromosom
menjadi lebih padat selama pembelahan sel. Kromosom diturunkan dari orang tua ke
keturunannya, DNA berisi instruksi spesifik yang membuat setiap jenis makhluk hidup
unik.
2.1.2.1. Kromosom X
Kromosom X merupakan 5% dari total DNA dalam genom
manusia dan terdiri dari 155 juta pasang basa. Laki-laki memiliki
satu kromosom X dan satu kromosom Y, sedangkan perempuan
memiliki dua kromosom X. Pada kromosom X terdapat gen SHOX
yang berperan untuk pembentukan struktur tubuh pada masa embrio.
Gen SHOX juga berperan untuk perkembangan tulang. Ada
beberapa gen pada kromosom X yang berpengaruh juga pada
intelegensi.
2.1.2.2. Kromosom Y
Kromosom Y lebih kecil daripada kromosom X dan membawa
lebih sedikit gen dibanding kromosom X. Kromosom Y merupakan
2% dari total DNA dalam sel dan terdiri dari ±58 juta pasang basa.
Kromosom Y terdiri dari 70-200 gen. Kromosom Y merupakan
penentu jenis kelamin laki-laki. Di dalam kromosom Y terdapat gen
SRY yang bertujuan untuk perkembangan testis.
RNA bisa dibilang mirip dengan DNA. Tetapi mereka berbeda secara struktur
karena RNA memiliki untaian tunggal sedangkan DNA memiliki untaian ganda. Lalu
DNA memiliki timin sedangkan RNA memiliki urasil. Secara fungsi pun berbeda, DNA
menyimpan informasi untuk pengkodean protein, sedangkan RNA menggunakan
informasi tersebut untuk memungkinkan sel mensintesis protein tertentu.
2.3.1. Transkripsi
Transkripsi adalah transfer instruksi genetik dalam DNA ke mRNA.
Transkripsi terjadi di dalam inti sel. Transkripsi merupakan tahap pembentukan
RNA-duta (mRNA/RNAd/ARNd). Enzim yang akan bekerja adalah enzim
RNA polimerase. Transkripsi akan dilakukan dengan 3 langkah.
2.3.2. Translasi
Translasi adalah proses di mana kode genetik dalam mRNA dibaca untuk
membuat protein. mRNA akan meninggalkan nukleus dan akan bergerak ke
ribosom, yang terdiri dari rRNA dan protein. Ribosom membaca urutan kodon
dalam mRNA, dan molekul RNA-transfer (tRNA/RNAt/ARNt) akan membawa
asam amino ke ribosom dalam urutan yang benar. mRNA sebagai cetakan akan
membawa kode genetik 3 nukleotida (kodon) dan akan diterjemahkan oleh
tRNA. Proses translasi ini juga terjadi dalam 3 langkah.
Yang ketiga adalah Termination, proses ini terjadi ketika tRNA mengenali
kodon stop (UAA, UAG, atau UGA). Kodon stop tidak berisi asam amino atau
disebut juga kodon nonsense, tetapi kodon ini merupakan komponen faktor lepas
(release factor). Ketika ditemukan kodon stop, maka polipeptida yang tumbuh
akan dilepaskan dan subunit ribosom akan berdisosiasi dan meninggalkan
mRNA. Polipeptida tersebut akan diproses menjadi protein di badan golgi.
Setelah ribosom menyelesaikan translasi, mRNA terdegradasi sehingga
nukleotida dapat digunakan kembali dalam reaksi transkripsi lainnya.
Tahap profase merupakan tahap terlama dalam mitosis. Pada tahap awal
profase akan terjadi penebalan benang-benang kromatin, nukleolus akan lenyap,
dan kromosom yang terduplikasi akan terlihat sebagai kromatid bersaudara
(sister chromatid). Pada tahap ini juga akan terbentuk gelendong mitotik yang
terdiri dari sentrosom, aster, dan mikrotubulus dan kedua sentrosom akan saling
menjauh.
Pada tahap akhir profase membran inti akan terfragmentasi dan
mikrotubulus akan menjulur dari sentrosom hingga memasuki wilayah inti.
Pada tahap ini kromosom akan semakin terkondensasi serta terbentuk
mikrotubulus kinetokor dan mikrotubulus nonkinetokor atau sering disebut
benang spindel. Tahap ini juga bisa disebut sebagai tahap prometafase.
Pada tahap metafase kedua sentrosom akan berada pada kutub yaang
berseberangan dan kromosom akan berjejer di lempeng metafase atau bidang
ekuator. Setelah tahap metafase akan lanjut ke tahap anafase. Tahap anafase
merupakan tahap terpendek dalam mitosis. Pada tahap ini kromatid bersaudara
akan terpisah dan akan bergerak menuju kutub yang berlawanan. Tahap terakhir
merupakan tahap telofase. Pada tahap ini akan terjadi peristiwa kariokinesis dan
sitokinesis. Peristiwa kariokinesis merupakan pembagian inti menjadi dua
bagian. Sedangkan peristiwa sitokinesis merupakan pembagian sitoplasma
menjadi dua bagian. Tahap akhir sitokinesis akan dihasilkan 2 sel anakan.
3.2. Meiosis
Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang menghasilkan sel telur dan sperma.
3.2.1. Konsep Meiosis
Meiosis akan terjadi saat pembentukan gamet pada makhluk hidup. Tujuan
dari meiosis adalah mengurangi jumlah kromosom pada sel gamet, agar setelah
fertilisasi individu yang dihasilkan memilki jumlah kromosom sel tubuh yang
sama dengan induknnya.
Pada tahap profase meiosis I akan terbagi menjadi 5 tahap lagi yaitu
leptoten, zigoten, pakiten, diploten, dan diakinesis. Pada leptoten benang
kromatin akan memendek, menebal, dan memadat menjadi seperti bentuk
benang tunggal. Pada zigoten kromosom homolog akan menyambung atau
membentuk sinaps. Pada pakiten akan terjadi peristiwa crossing over (pindah
silang). Kromosom homolog akan melakukan crossing over (pindah silang)
yang akhirnya akan meningkatkan jenis keanekaragaman pada sel gamet yang
dihasilkan. Pada tahap diploten dan diakinesis sambungan (sinaps) kromosom
akan lepas, nukleolus dan membran inti akan menghilang. Pada tahap ini juga
akan terbentuk benang-benang spindel (mikrotubula) di antara sentrosom.
Pada tahap metafase I, kromosom akan bergerak ke bidang ekuator
(lempeng metafase). Pada tahap anafase I, kromosom homolog akan berpisah.
Pada tahap telofase I akan muncul zona pembelahan di tengah. Sebelum masuk
ke tahap meiosis II tidak terjadi jeda panjang seperti interfase I. Tetapi akan
terjadi interkinesis tanpa melewati fase sintesis atau tidak terjadi replikasi DNA.
Tahap meiosis II pun akan dibagi menjadi profase II, metafase II, anafase
II, telofase II, dan sitokinesis II. Pada tahap profase II akan mendapatkan 2 sel
anakan. Benang spindel pun mulai terbentuk dan kromatid saudara masih
melekat pada sentromernya. Pada tahap metafase II kromosom akan berjajar di
bidang ekuator (lempeng metafase). Pada tahap anafase II sentromer kromatid
saudara akan berpisah sehingga kromatid akan menjadi kromosom individual.
Pada tahap telofase II akan muncul zona pembelahan di tengah. Pada akhir
sitokinesis II akan terbentuk 4 sel anakan. Pada tahap meiosis II tidak ada
reduksi kromosom karena sudah terjadi di meiosis I pada tahap anafase I.
3.3. Perbedaan Mitosis dan Meiosis
Nondisjunction dapat terjadi selama anafase mitosis, meiosis I, atau meiosis II.
Selama anafase, kromatid saudara atau kromosom homolog pada meiosis I akan terpisah
dan pindah ke kutub sel yang arahnya berlawanan pemisahan ini ditarik oleh
mikrotubulus. Dalam nondisjunction, pemisahan tersebut gagal terjadi yang akhirnya
menyebabkan kromatid saudara atau kromosom homolog (pada meiosis I) ditarik ke satu
kutub sel.
Nondisjunction pada meiosis I terjadi ketika tetrad gagal berpisah selama anafase
I. Pada akhir meiosis I akan dihasilkan 2 sel anak haploid, satu dengan n + 1 dan yang
lainnya dengan n – 1. Kedua sel anakan ini akan membelah lagi pada meiosis II yang
akan menghasilkan 4 sel anak, 2 dengan n + 1 dan 2 dengan n – 1.