Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TIPE II

A.Definisi DM tipe II

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi baik ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO,
2016).

Kata diabetes berasal dari bahasa latin yang berarti "melewati", mengacu pada
poliuria - gejala khas diabetes mellitus (DM). Kata mellitus berarti "dari madu", yang
berarti glikosuria, merupakan ciri dari diabetes insipidu (Rodriguez-Saldana, 2019).

Diabetes Melitus didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai


sindrom metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat salah satu dari
beberapa kondisi yang menyebabkan sekresi dan / atau tindakan insulin yang rusak.
Pradiabetes adalah keadaan yang ditandai dengan kelainan metabolisme yang
meningkatkan risiko terkena DM dan komplikasinya

Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor.
Pada Diabetes Melitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan
fungsi insulin. Diabetes Melitus tipe II (DMTII) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya (Decroli, 2019).

Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan 3 cara yaitu jika terdapat keluhan klasik,
pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM, yang kedua bila pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik dan yang ketiga tes toleransi glukosa oral (TTGO) >200mg/dL.
(American Diabetes Association. Diabetes Guidelines. Diabetes Care, 2016)
B.Etiologi

Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kelainan sekresi insulin dan kelainan kerja
insulin. Pada awalnya terjadi resistensi insulin karena insulin yang berkaitan dengan
reseptor sehingga meningkatkan transport glukosa yang menembus mebran sel.
Berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel mengakibatkan tidak
normalnya insulin. Selanjutnya terjadi kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah
insulin yang beredar (Anderson, Wilson, & Dkk, 2006). Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit Diabetes Melitus yaitu faktor keturunan, bahan beracun, nutrisi,
virus dan bakteri (Novitasari, 2012).

Dalam (Walker, 2020) Semua sel tubuh Anda membutuhkan energi. Sumber utamanya
adalah glukosa, yang membutuhkan hormon insulin untuk masuk ke dalam sel. Pada
penyakit diabetes, terdapat kekurangan insulin atau insulin tidak dapat bekerja dengan
baik, yang menyebabkan berbagai gejala dan gangguan kesehatan.

Pada penderita diabetes, glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke sel tubuh sehingga
kehilangan sumber energi yang biasa. Tubuh mencoba membuang kelebihan glukosa
dalam darah dengan mengeluarkannya melalui urin, dan menggunakan lemak dan
protein (dari otot) sebagai sumber energi alternatif. Hal ini mengganggu proses tubuh
dan menyebabkan gejala diabetes. Akibatnya, glukosa menumpuk di dalam darah dan
menyebabkan gejala seperti mengeluarkan banyak air seni, karena tubuh Anda
mengeluarkan kelebihan glukosa dengan menyaringnya ke dalam urin. Karena tubuh
Anda tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi, ia menggunakan otot dan
simpanan lemaknya, yang dapat menyebabkan gejala seperti penurunan berat badan.
Kadar glukosa darah yang hanya sedikit. Penyebab dari penyakit diabetes melitus
(Susanti, 2019)

1. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit Diabetes
Melitus. Sekitar 50% penderita diabetes tipe 2 mempunyai orang tua yang
menderita diabetes, dan lebih dari sepertiga penderita diabetes mempunyai
saudara yang mengidap diabetes. Diabetes tipe 2 lebih banyak kaitannya dengan
faktor genetik dibanding diabetes tipe 1
2. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko diabetes yang paling penting untuk
diperhatikan. Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah orang
yang gemuk. Hal disebabkan karena semakin banyak jaringan lemak, maka
jaringan tubuh dan otot akan semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama
jika lemak tubuh terkumpul di daerah perut. Lemak ini akan menghambat kerja
insulin sehingga gula tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah.
3. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak dan
kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko terkena diabetes.
Adapun pola hidup buruk adalah pola hidup yang tidak teratur dan penuh
tekanan kejiwaan seperti stres yang berkepanjangan, perasaan khawatir dan takut
yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai spiritual. Hal ini diyakini sebagai faktor
terbesar untuk seseorang mudah terserang penyakit berat baik diabetes maupun
penyakit berat lainnya. Di samping itu aktivitas fisik yang rendah juga
berpotensi untuk seseorang terjangkit penyakit diabetes.
4. Usia
Pada diabetes melitus tipe 2, usia yang berisiko ialah usia diatas 40 tahun.
Tingginya usia seiring dengan banyaknya paparan yang mengenai seseorang dari
unsur-unsur di lingkungannya terutama makanan.

C.Patofisiolgi

Gambaran patologi pada penderita Diabetes Melitus dapat dihubungkan dengan


salah satu efek akibat kurangnya insulin. Kurangnya penggunaan glukosa oleh sel-sel
tubuh yang mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yaitu 300-
1200 mg/dl. Peningkatan pergerakan lemak di tempat penyimpanan lemak yang
menyebabkan metabolism lemak menjadi tidak normal. Penderita yang mengalami
defisiensi insulin tidak mampu untuk mempertahankan kadar glukosa puasa yang
normal. Apabila terjadi hiperglikemi yang melebihi batas ginjal normal 160-180 mg/
100 ml, dapat menimbulkan glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak mampu
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria dapat mengakibatkan diuresis osmotic
yang menyebabkan poliuri. Dimana poliuri disertai dengan adanya kehilangan sodium,
klorida, potassium dan fosfat. Poliuri dapat menyebabkan dehidrasi kemudian polidipsi.
Selanjutnya glukosa akan keluar bersama urin sehingga pasien mengalami
keseimbangan protein negative dan berat badan yang menurun. Penurunan berat badan
menimbulkan polifagi. Penderita akan mengalami asthenia atau berkurangnya energy
sehingga penderita akan lebih cepat merasa lelah dan mengantuk, hal ini disebabkan
oleh hilangnya protein dalam tubuh dan pengurangan terhadap penggunaan karbohidrat
unruk energi. Apabila hiperglikemi dibiarkan dalam jangka waktu yang lama maka akan
mengakibatkan arteriosclerosis, adanya penebalan membrane basalis dan terjadinya
perubahan pada saraf perifer. Hal ini mengakibatkan terjadinya ganggren pada penderita
dengan defisiensi insulin. Biasanya pasien dengan defisiensi tidak mampu
mempertahankan kadar glukosa normal (A & Wlison, 2006).
D.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien Diabetes Melitus yaitu :

a. Diet Perhimpunan diabetes Amerika merekomendasikan 50-60 % kalori untuk pasien


Diabetes Melitus.

1) Karbohidrat 60-70 %

2) Protein 12-20 %

3) Lemak 20-30 %

b. Obat hipoglikemik oral (OHO)

1) Sulfonylurea adalah obat golongan yang bekerja dengan cara menstimulasi agar
insulin yang tersimpan dapat terlepas, menurunkan ambang sekresi insulin dan untuk
meningkatkan sekresi insulin sebagai rangsangan dari glukosa.

2) Biguanid yaitu obat yang bekerja dengan cara menurunkan kadar glukosa dalam
darah tetapi tidak membuat glukosa dalam darah dibawah normal.

3) Inhibitor glukosidase adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat cara kerja
enzim glukosidase di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dalam darah dan dapat menurunkan hiperglikemia pasca prandial.

E.Manifestasi klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Melitus
diantaranya :

a. Pengeluaran urin (poliuria) Poliuria adalah keadaan dimana volume urin dalam 24
jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala Diabetes Melitus
karena kadar glukosa dalam tubuh yang relatif tinggi sehingga tubuh berusaha
mengeluarkan kelebihan glukosa melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering
terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan banyak mengandung glukosa
(PERKENI, 2011).

b. Timbul rasa haus (polidipsia) Polidipsia adalah rasa haus yang berlebih timbul karena
kadar glukosa dalam darah terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (PERKENI, 2011).

c. Timbul rasa lapar (polifagia) Pasien dengan Diabetes Melitus akan cepat merasakan
lapar dan lemas, hal ini disebabkan karena kadar glukosa dalam tubuh semakin habis,
sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).
d. Penyusutan berat badan Penyusutan berat badan pada pasien Diabetes Melitus
disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan
energy untuk tubuh (PERKENI, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4567/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf

https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1473/1/6.Anggi%20Maulida
%20Permatasari%20(P07220118066).pdf

Anda mungkin juga menyukai