Anda di halaman 1dari 7

Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengidentifikasi terjadinya masalah kesehatan yang dapat mengganggu


proses kerja pada Pengelolaan Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota Ternate?
2. Bagaimana sistem keselamatan dan kesehatan kerja di Pengelolaan Air Bawah Tanah
Di kawasan PDAM Kota Ternate?
3. Perlengkapan kerja apa saja yang dipakai untuk menciptakan tempat kerja yang aman
dan sehat?
4. Bagaimana memberikan informasi dan solusi dalam pencegahan terhadap risiko
kecelakaan kerja pada Pengelolaan Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota
Ternate?
A. Tujuan
1. Mengetahui masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja pada
Pengelolaan Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota Ternate
2. Mengetahui bagaimana sistem keselamatan dan kesehatan kerja di Pengelolaan Air
Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota Ternate
3. Mengetahui Perlengkapan kerja yang dipakai untuk menciptakan tempat kerja yang
aman dan sehat
4. Memberikan informasi dan solusi dalam pencegahan terhadap risiko kecelakaan kerja
pada Pengelolaan Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota Ternate
B. Manfaat
1. Bagi Penulis :
a. Mengetahui permasalahan kesehatan yang diakibatkan oleh proses pengolahan air
bersih.
b. Mendapat kesempatan dalam menyusun Laporan Kerja Praktek mengenai SMK3 .
2. Memberikan Bagi Perusahaan:
informasi serta solusi terhadap masalah kesehatan yang dapat terjadi di Pengelolaan
Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota Ternate.
3. Bagi Institusi:
Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara Universitas Khairun dengan PDAM
Kota Ternate
C. Gangguan Kesehatan Akibat Kerja
Berikut beberapa penyakit yang sering didapatkan oleh pekerjaan
1. Faktor Fisik : Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran
akibat bising atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah gangguan pendengaran
tipe sensorineural yang disebabkan oleh pajanan bising yang cukup keras dalam
jangkat waktu yang lama, biasanya akibat bising lingkungan kerja. Kebisingan adalah
bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
kenyamanan lingkungan pada tingkat dan waktu tertentu. Sehingga Pekerja berpotensi
mengalami hal ini karena pekerjaan yang mereka lakukan setiap hari terpapar oleh
suara bising.1
2. Faktor Biologi : Tinea Ungium
Tinea Unguium merupakan salah satu penyakit akibat infeksi jamur superfisial
yang disebabkan oleh jamur kelompok dermatofita yang menginfeksi kuku manusia.
Berdasarkan lingkungan hidupnya, dermatomikosis mempunyai tempat hidup salah
satunya di bagian superficial, yakni pada stratum corneum, rambut, kuku. Jamur
dermatofita juga bersifat geofilik, yang artinya jamur tersebut dapat menginfeksi
manusia saat kontak langsung dengan tanah. Pekerja berpotensi menderita tinea
unguium dikarenakan pekerjaan yang mereka lakukan sering berada ditempat yang
lembab dan bersentuhan langsung dengan tanah misalnya pada saat pembersihan bak
penampungan air danau bervolume 200 m3 .2
3. Fakor Kimia : Dermatitis Kontak Iritan dan Kongjungtivitis
Karyawan yang bekerja di IPA Danau Laguna memiliki risiko bahaya tinggi
terpapar bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan yaitu NaOCl, NaOH, Clorin, dan
Citric Acid dan Kaporit merupakan bahan berbahaya yang dapat menyebabkan iritasi
mata dan luka bakar yang parah, bahkan dapat menyebabkan kerusakan kornea. Oleh
sebab itu, perusahaan memberikan alat pelindung diri (APD) berupa wearpack, helm,
sarung tangan, dan masker. Namun alat pelindung diri untuk mata masih sangat
minim. Hal itu menyebabkan tingginya risiko karyawan terkena konjungtivitis.
Adanya keluhan kesehatan pada karyawan, didukung berdasarkan wawancara
karyawan yang merasakan dampak kesehatan yakni keluhan iritasi pada mata ketika
melakukan pencampuran bahan kimia.3
Dermatitis kontak iritan (DKI) kronik merupakan dermatitis kontak yang
paling sering ditemukan pada karyawan, DKI kumulatif berkembang sebagai akibat
kerusakan berulang pada kulit, dimana bahan kimia yang terlibat bersifat kimia lemah
dan tidak mampu langsung menimbulkan dermatitis, sehingga membutuhkan paparan
yang berulang kali untuk menimbulkan dermatitis. Selain itu terdapat juga DKI akut,
salah satu penyebab dermatitis ini adalah bahan kimia yang digunakan dalam Instalasi
Pengelolaan Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota yaitu Kalsium Hipoklorit
berupa senyawa (Ca(OCl)2 yang berfungsi untuk memproduksi zat organik,
mengoksidasi logam, dan sebagai desinfeksi terhadap mikroorganisme.3
4. Faktor Psikologi : Stress akibat kerja
Menurut World Health Organization (WHO), stres akibat kerja adalah sebuah
respons yang ditimbulkan karena dihadapkan pada tekanan dan tuntutan kerja yang
tidak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan seseorang, sehingga orang tersebut
tidak dapat mengatasinya. Ada banyak penyebab yang bisa meningkatkan stres di
tempat kerja, tiga pengelompokan kategori potensi pemicu stres kerja, misalnya beban
kerja yang tinggi, tuntutan atau tekanan pekerjaan, shift kerja atau jam kerja, tekanan
atas peran tertentu dalam pekerjaan, peraturan berlebihan dan kurang adil. Penyebab
individu yakni kejenuhan dan ketidakpuasan kerja, dan dari lingkungan. Buruknya
kondisi lingkungan kerja misalnya pencahayaan, suhu, kebisingan.4
5. Faktor Ergonomi : Myalgia
Myalgia merupakan salah satu penyakit akibat kerja dari faktor ergonomi.
Bahaya ergonomi (Biomechanical hazards) dapat berasal dari desain kerja, layout,
maupun aktivitas yang buruk. Bahaya ergonomi dibagi menjadi 3: 4
1. Bahaya terkait pekerjaan, terdiri dari durasi, frekuensi, beban, urutan pekerjaan,
prioritas pekerjaan, dan postur kerja.
2. Bahaya terkait peralatan, terdiri dari dimensi, bentuk, desain, dan penempatan dari
fasilitas yang digunakan untuk mendukung pekerjaan.
3. Bahaya terkait lingkungan atau tempat kerja, terdiri dari dimensi, luas, dan layout
tempat kerja.

Pekerja berpotensi mengalami hal ini karena pekerjaan yang mereka lakukan setiap
hari seperti memantau pengolahan air dengan duduk di depan computer dalam waktu
lama.4

D. Faktor Terjadinya Penyakit Akibat Kerja Pengelolaan Air Bawah Tanah Di


kawasan PDAM Kota Ternate
1. Fakor kimiawi
Faktor kimia yang terdapat pada lingkungan kerja pengelolaan air bawah tanah
yakni pekerja harus berhubungan dengan bahan-bahan kimia dalam rangka
meningkatkan kualitas air sebelum disalurkan kepada pelanggan. Dalam hal
pembekalan dan pelatihan, PDAM Kota Ternate dinilai sudah cukup memberikan
pengetahuan kepada para pekerja. Hal ini karena pengetahuan mengenai zat kimia
tidak hanya berdampak dari sisi K3 tapi juga dari sisi efektifitas dan efisiensi
operasional PDAM Kota Ternate. Penerapan SOP K3 sudah dilaksanakan PDAM
Kota Ternate. zat kimia yang digunakan yaitu kaporik (Kalsium hipoklorit). Namun
penerapan sistem APD pada pelaksanaan kerja masih belum tercapai dengan baik.

Dalam pengolahan air baku diatas, pekerja kadang menggunakan APD yang sesuai
selama pengerjaannya seperti: sarungan tangan safety dan safety googles pada saat
membubuhkan bahan kimia.
2. Faktor Fisik
Faktor Fisik yang terdapat pada lingkungan kerja pengelolaan air bawah tanah
yakni bunyi bising, serta listrik dengan tegangan tinggi. Kebisingan suara yang tidak
dikehendaki bersumber dari alat-alat kerja yang digunakan. Para pekerja juga
menjadikan ruang monitor tempat alat-alat berada sebagai tempat beristirahat mereka
sembari melakukan pemantauan selama bekerja. Beberapa pekerja mengaku setelah
mereka bekerja ditempat ini, volume suara mereka menjadi lebih keras dibanding
biasanya. Keterbatasan APD yang tersedia menyebabkan para pekerja sering tidak
menggunakannya dan kesadaran terhadap risiko kecelakaan kerja masih kurang.
3. Faktor Biologi
Risiko K3 pada aspek biologi di pengelolaan air bawah tanah merupakan salah
satu faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja. Pekerja
menjadi lebih berisiko untuk terpapar mikroorganisme pada saat pekerja melakukan
pembersihan bak penampungan tiap 6 bulan sekali.
4. Faktor psikologi
Faktor psikologis yang terdapat pada pengelolaan air bawah tanah yaitu
kejenuhan, dan stres akibat kerja yang dapat mengurangi produktivitas kerja. Pekerja
mendapatkan waktu kerja selama 12 dan 24 jam sehari, dengan melakukan monitoring
alat di ruang monitor dengan tingkat radiasi yang cukup tinggi.

E. Identifikasi Lingkungan industri


1. Pekerja
Jumlah pekerja yang bertugas di setiap intalasi pengelolaan air tanah yaitu 4 orang
dengan waktu kerja secara bergantian membutuhkan waktu setaip 12 jam dan 24 jam.
F. Jenis Pengamatan
1. Data Profil
Pengelolaan Air Bawah Tanah Di kawasan PDAM Kota Ternate tersebar
dibeberapa tempat pusat operasi, yang terdiri dari Sumur dan Bround. sumber operasi
Akegaale terdiri dari 7 sumur dengan ketinggian 9 meter dan 5 bround dengan
ketinggian 6 meter. Bround I menggunakan I pompa, Bround II menggunakan III
pompa yang terdiri dari pompa I,II,III dan Bround III menggunakan I pompa. Sumber
operasi Kalumpang terdiri dari 8 sumur dengan ketinggian yang berbeda-beda, dari 23
meter sampai 100 meter. Sumber operasi Skep terdiri dari 6 sumur dan memiliki
ketinggian yang sama yaitu 100 meter. Sumber operasi Ubo-ubo terdiri dari 6 sumur,
dengan ketinggian sumur I,II,IV,V,VI 100 meter sedangkan sumur III 35 meter.
2. Waktu kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di tempat pengolahan air Tanah pada tanggal 18 Juli 2023
3. Beban kerja
Beban kerja berkaitan dengan jam kerja, serta keselamatan dan kesehatan
kerja. Jam kerja pada intalasi pengelolaan air tanah dibagi dalam 2 shift dan ada yang
1 shift yakni waktu kerja selama 12 dan 24 jam sehari. Untuk keselamatan dan
kesehatan kerja merujuk pada tingginya faktor risiko dan APD yang digunakan
namun masih Rendahnya kesadaran para pekerja bahwa pentingnya APD saat bekerja.
4. Penyediaan APAR
Pemasangan alat pemadam api ringan (APAR) merupakan bagian dari sistem
tanggap darurat kebakaran. PDAM perlu dilengkapi dengan pemasangan APAR di
ruangan yang mengandung risiko kebakaran. Selain itu APAR merupakan salah satu
dari sistem proteksi kebakaran aktif yang merupakan bagian dari sistem tanggap
darurat kebakaran digunakan untuk memadamkan kebakaran yang masih kecil dan
digunakan dalam keadaan emergensi. Sehingga dapat mencegah atau mengatasi
kebakaran agar tidak lebih besar yang menimbulkan kerugian bahkan korban jiwa.
Dalam hal ini intalasi pengelolaan air tanah belum tersedia APAR di Kelurahan Jan.
5. Asuransi
PDAM Kota Ternate telah bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam
mendukung kesehatan pekerjanya, dan telah berjalan dengan baik. Program BPJS
Ketenagakerjaan adalah program jaminan sosial yang diberikan bagi pekerja.
Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelanggara Jaminan Sosial mengatur bahwa program jaminan BPJS
Ketenagakerjaan yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun
dan jaminan kematian. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengatur bahwa sistem
jaminan sosial mempunyai asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengatur bahwa BPJS
Ketenagakerjaan mempunyai tujuan yaitu mewujudkan terselenggaranya program
jaminan BPJS Ketenagakerjaan dan terpenuhinya kebutuhan dasar yang layak bagi
setiap pekerja atau anggota keluarganya.4

1. Eryani YM. Wibowo CA. Saftarina F. Faktor Risiko Terjadinya Gangguan


Pendengaran Akibat Bising. Journal: Jurnal Medula Medula Volume 7, Nomor 4,
Tahun 2017.
2. Perdoski.Panduan Praktik Kllinis.2017
3. Wijaya PGI, Darmada, Rusyati LMM. Edukasi dan penatalaksanaan dermatitis kontak
iritan kronis di rsup sanglah denpasar bali TAHUN 2014/2015. E-JURNAL
MEDIKA. Universitas Udayana. 2016
4. Buku ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). Tim K3 Ft UNY 2014.

Anda mungkin juga menyukai