Anda di halaman 1dari 124

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

DI DESA ALEBO KECAMATAN KONDA

KABUPATEN KONAWE SELATAN

SKRIPSI

OLEH:

MUH. ZARESTA
NIM. D1A117194

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR
DI DESA ALEBO KECAMATAN KONDA
KABUPATEN KONAWE SELATAN

Skripsi
diajukan kepada Fakultas Pertanian
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pada Jurusan/Program Studi Agribisnis

Oleh:
MUH. ZARESTA
NIM. D1A117194

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

ii
iii
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehaditar Allah SWT, karena atas Rahmat dan

Hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini. Seiring

dengan selesainya hasil penelitian ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

Ayahanda Halim S.Pd dan Ibunda Halima atas perhatian dan doanya kepada penulis.

Terima kasih penulis tujukan kepada Ibu Dr. Yusna Indarsyih, S.P.,M.S. sebagai

pembimbing I dan Ibu Fahria Nadiryati Sadimantara, S.P.,M.P. sebagai pembimbing II

yang telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan hasil penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo,

Pengelola Jurusan Program Studi Agribisnis, yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di UHO.

2. Dosen pengajar dan pegawai administrasi pada Jurusan/Program Studi Agribisnis

maupun di tingkat Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3. Ibu Prof. Dr. Ine Fausayana, S.E., M.Si selaku Penasehat Akademik selama penulis

mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

4. Responden pemilik usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi

5. Ibu Prof. Dr. Ine Fausayana, S.E., M.Si selaku Penasehat Akademik selama penulis

mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

6. Keluarga besar dari kedua orangtua.

7. Adik-adik tercinta, Sakti dan Satria yang menjadi motivasi penulis selama ini untuk

berupaya menjadi pribadi yang lebih baik dan meraih kesuksesan.

vi
8. Sahabat COCIWI, Soelaiman, Firman Purnama, Mutmainnah, Sulistyo Amurwani,

Puji Astuti Kadang, Megawati, Rukia Taslim dan Agnes Amelia.

9. Terkhusus untuk Saidatul Ma’rifa, yang telah banyak membantu, mendukung, serta

memotivasi penulis.

10. Saudara tak sedarah, Ahsan Taqwim Hasyim, Candra, Adam, Reski dan Fitri.

11. Sahabat angkatan 2017 kelas Agribisnis B, Ade Luckyta Maidha Ratri, Agista

Auliani Istigfarah Zakariah, Agus Arywirawan, Agus Rismawan, Ahmad Aldin,

Alfillah Aidin, Andi Rahmat, Aminah Tuzu Rianti, Arham, Ayu Reski, Bebi

Junaidin, Dewi Sri Indriani, Endeng Saputri, Evi Dewi Utami, Fandi Regandi,

Faustina Putri Rasali, Filsa Rezki, Fitri Arianti, Gusti Ayu, Hamrin, Hastati,

Herlisa, Iman Fathurrahman, Irmasila, Kadek Widyantari, Kaharuddin, La Ode

Hasrudin, Muh. Aswan Tahyat, Muh. Hasan Al Jufri, Muhammad Alkadri,

Muhammad Hidayatullah, Uswatun Hasanah, Wa Ode Nursanti, Wika Indah

Permatasari, Yuliana Linda dan Yuniar Azzahra.

Akhirnya, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk

saya pribadi dan orang lain. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan

dalam hasil penelitian ini sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca demi kesempurnaan hasil penelitian ini dimasa mendatang.

Kendari, Februari 2022

Muh. Zaresta

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muh. Zaresta lahir di Kendari, Provinsi

Sulawesi Tenggara pada tanggal 03 Juli 1999. Penulis

merupakan anak satu-satunya dari pasangan Bapak Halim

dan Ibu Halima. Penulis menyelesaikan pendidikan formal

di SDN 1 Bahonsuai pada tahun 2011, pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bumi Raya dan tamat tahun

2014. Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bumi Raya

dan tamat pada tahun 2017. Tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan melalui

jalur SBMPTN di Universitas Halu Oleo, Fakultas Pertanian pada Program

Studi/Jurusan Agribisnis. Selama masa studi penulis pernah menjadi ketua tingkat

di Jurusan agribisnis angkatan 2017 dan menjadi wakil ketua HIMJAGRI tahun

2019-2020. Pada tahun 2018 berkesempatan mewakili Universitas Halu Oleo

dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dan RAKORNAS di

Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

viii
ABSTRAK

MUH. ZARESTA (D1A1 17 194). Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras
Petelur di Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Dibawah
Bimbingan YUSNA INDARSYIH sebagai pembimbing I dan FAHRIA
NADIRYATI sebagai pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kelayakan usaha ternak


ayam ras petelur ditinjau dari aspek nonfinansial. (2) Menganalisis kelayakan
usaha ternak ayam ras petelur ditinjau dari aspek finansial., dan (3) menganalisis
sensitivitas kelayakan usaha ternak ayam ras petelur, apabila terjadi perubahan
faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe
Selatan pada Agustus 2021 hingga bulan Februari 2022. Objek penelitian ini
adalah Usaha Ternak Ayam Ras Petelur H. Rondi. Penelitian ini menggunakan
metode Studi kasus. Analisis data yang digunakan yaitu analisis nonfinansial yang
meliputi aspek pasar dan aspek teknis, analisis kelayakan finansial yang meliputi
Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, Internal of Return, Payback Period
dan Analisis Sensitivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek pasar dilihat
dari peluang pasar serta bauran pemasaran dan aspek teknis baik dari lokasi usaha,
layout, peralatan kandang, proses produksi dan luas lahan, kandang, gudang,
sudah dikerjakan serta berjalan dengan baik dan memberikan hasil sesuai yang
diharapkan, sehingga dapat dikatakan layak secara nonfinansial. Kemudian dari
hasil asprk finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp889.851.153, dengan discount
factor yang digunakan sebesar 15%, Net B/C sebesar 2,42, IRR sebesar 43%,
Payback periode selama 2 tahun 3 bulan. Usaha ini dinyatakan layak diusahakan
secara finansial. Selain itu berdasarkan perhitungan analisis sensitivitas, usaha
tetap layak untuk dijalankan meskipun terjadi kenaikan harga pakan jagung dan
DOC sebesar 30%, serta penurunan harga jual telur sebesar 15%.

Kata Kunci: Ternak Ayam Ras Petelur, Kelayakan Nonfinansial, Kelayakan


Finansial, Sensitivitas.

ix
ABSTRACT

MUH. ZARESTA (D1A1 17 194). Feasibility Analysis of Laying Chicken


Livestock in Alebo Village, Konda District, South Konawe Regency. Under the
guidance of YUSNA INDARSYIH as supervisor I and FAHRIA NADIRYATI as
supervisor II.

This study aims to (1) analyze the feasibility of laying hens in terms of non-
financial aspects. (2) Analyzing the feasibility of laying hens in terms of financial
aspects, and (3) analyzing the sensitivity of the feasibility of laying hens, if there
are changes in the factors that affect the benefits and costs of the business. This
research was conducted in Alebo Village, Konda District, South Konawe Regency
from August 2021 to February 2022. The object of this research is the Laying
Chicken Business of H. Rondi. This research uses case study method. The data
analysis used is non-financial analysis which includes market and technical
aspects, financial feasibility analysis which includes Net Present Value, Net
Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, Payback Period and Sensitivity
Analysis. The results of this study indicate the market aspect seen from market
opportunities as well as the marketing mix and technical aspects both from the
business location, layout, cage equipment, production process and land area,
cages, warehouses, have been carried out and are running well and provide the
expected results, so that can be said to be non-financially feasible. Then from the
results of the financial asprk, the NPV value is Rp889.851.153, with a discount
factor used of 15%, Net B/C of 2.42, IRR of 43%, Payback period for 2 year 3
months. This business is declared financially feasible. In addition, based on the
calculation of sensitivity analysis, the business is still feasible to run despite an
increase in the price of corn feed and DOC by 30%, and a decrease in the selling
price of eggs by 15%.

Keywords: Laying Chicken Livestock, Non-financial Feasibility, Financial


Feasibility, Sensitivity.

x
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul................................................................................................i
Halaman Judul..................................................................................................ii
Halaman Pengesahan.......................................................................................iii
Ucapan Terimakasih........................................................................................iv
Riwayat Hidup.................................................................................................vii
Abstrak............................................................................................................viii
Abstract..............................................................................................................ix
Daftar Isi.............................................................................................................v
Daftar Tabel.....................................................................................................vii
Daftar Gambar...............................................................................................viii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan dan Kegunaan...............................................................................7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis Peternakan...............................................................................8
2.2 Karakteristik Ayam Petelur......................................................................9
2.3 Telur Ayam Ras......................................................................................13
2.4 Deskripsi Teori.......................................................................................14
2.4.1 Konsep Studi Kelayakan Bisnis......................................................14
2.4.2 Aspek Nonfinansial.........................................................................15
2.4.3 Aspek Finansial...............................................................................17
2.4.4 Analisis Sensitivitas........................................................................21
2.5 Penelitian Terdahulu...............................................................................21
2.6 Kerangka Pikir Penelitian.......................................................................25
III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................28
3.2 Populasi dan Sampel...............................................................................28
3.3 Jenis dan Sumber Data............................................................................29
3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................29
3.5 Variabel Penelitian..................................................................................29
3.6 Konsep Operasional................................................................................30
3.7 Analisis Data...........................................................................................32

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur........................37
4.2 Asumsi-Asumsi Dasar............................................................................40
4.3 Analisis Aspek Non Finansial................................................................42
4.3.1 Analisis Aspek Pasar.......................................................................42

xi
4.3.2 Analisis Aspek Teknis....................................................................46
4.4 Analisis Aspek Finansial........................................................................55
4.4.1 Arus Kas (Cashflow).......................................................................56
4.4.2 Kriterian Kelayakan (Cashflow) Usaha Peternakan Ayam Ras
Petelur.............................................................................................63
4.4.3 Analisis Sensitivitas........................................................................65
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................68
5.2 Saran.......................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................71
LAMPIRAN.....................................................................................................74

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Populasi Ternak Ayam Ras Petelur Menurut Kabupaten/Kota


Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017-2020 (Ekor)...................... 2
1.2 Produksi Telur (kg) menurut Jenis Unggas dan Kecamatan di
Kabupaten Konawe Selatan, 2020...................................................... 4
4.1 Karakteristik Responden................................................................... 38
4.2 Selisih antara Permintaan dan Penawaran Telur............................... 43
4.3 Biaya Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur............................. 59
4.4 Biaya Reinvestasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur......................... 60
4.5 Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Ras Petelur.................................. 61
4.6 Biaya Variabel Usaha Ternak Ayam Ras Petelur.............................. 62
4.7 Hasil Analisis Finansial Usaha Ternak Ayam Ras Petelur................ 63
Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Jagung dan
4.8
DOC, serta penurunan harga jual telur............................................... 65

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 White Leghorn................................................................................ 11


2.2 Lohmann Brown, Hisex Brown, dan Bovans Brown..................... 13
2.3 Skema Kerangka Pikir Penelitian................................................. 27
4.1 Layout Peternakan................................................................... 47

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Peta Lokasi............................................................................ 75
2 Arus Penerimaan................................................................... 76
3 Arus Pengeluaran.................................................................. 77
4 Cashflow Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur H. Rondi.......... 80
5 Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Jagung 30%.......... 83
6 Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Doc 30%........................ 86
7 Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Telur 15%............ 89
8 Perhitungan NPV, Net B/C, IRR dan PP................................. 92
9 Dokumentasi Penelitian.......................................................... 94

xv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan subsektor pertanian yang potensial untuk

dikembangkan dinegara kita yang semakin maju ini (Muhammad et al., 2017).

Pengembangan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu,

serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak,

meningkatkan devisa serta memperluas kesempatan kerja di pedesaan. Kegiatan

pengembangan usaha peternakan ayam petelur merupakan salah satu cara dalam

memenuhi kebutuhan telur dimasyarakat (Ulfa et al., 2014).

Telur merupakan sumber protein utama dan murah bagi masyarakat

indonesia. Terdapat berbagai macam jenis telur yang dijual seperti telur itik, telur

puyuh, telur manila, telur ayam kampung dan telur ayam ras. Namun, pasokan

yang sedikit di pasaran membuat harga telur itik, telur puyuh, telur manila dan

telur ayam kampung cenderung lebih mahal dibandingkan harga telur ayam ras.

Tingginya permintaan dari masyarakat akan telur ayam ras menjadi sinyal bagi

para peternak untuk terus mengembangkan usahanya (Sianturi, 2011).

Sulawesi Tenggara merupakan wilayah yang mempunyai laju

pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun cenderung selalu meningkat. Data

statistik tahun 2018, penduduk Sulawesi Tenggara berjumlah 2.653.654 jiwa,

tahun 2019 meningkat menjadi 2.704.737 jiwa dan tahun 2020 penduduk

Sulawesi Tenggara berjumlah 2.755.589 jiwa (BPS, 2020). Seiring meningkatnya


2

jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan perlunya gizi

(protein) hewani, maka kebutuhan terhadap telur khususnya telur ayam ras

cenderung meningkat. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan tersebut

diperlukan adanya pengembangan usaha ternak ayam ras petelur (Hasiruddin et

al., 2015). Makanan sumber protein hewani semakin dihargai dan produk ternak

berupa telur pun berkembang. Hal ini diharapkan dapat membantu pemenuhan

kebutuhan rumah tangga di daerah masing-masing khususnya untuk pemenuhan

kebutuhan protein hewani (Afandi et al., 2019).

Tabel 1.1 Populasi Ternak Ayam Ras Petelur menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017-2020 (ekor).

Ayam Ras Petelur (ekor)


No Kabupaten/Kota 2017 2018 2019 2020
1 Buton 200.000 150.000 1.200.000
2 Muna 29.943.000 34.434.000 32.375.000 33.994.000
3 Konawe 22.339.000 23.456.000 71.754.000 78.394.000
4 Kolaka 18.512.000 19.029.000 6.416.000 6.834.000
5 Konawe Selatan 108.300.000 111.549.000 134.500.000 137.100.000
6 Bombana 9.350.000 2.246.000 10.000.000 10.000.000
7 Wakatobi 5.422.000 7.620.000 6.626.000 6.656.000
8 Kolaka Utara 27.462.000 105.300.000 47.055.000 52.019.000
9 Buton Utara 1.273.000 1.100.000 3.450.000 4.000.000
10 Konawe Utara 2.500.000 3.300.000 8.543.000 9.000.000
11 Kolaka Timur 50.000.000 48.450.000 55.500.000 60.000.000
12 Konawe Kepulauan 263.000 289.000
13 Kota Kendari 39.557.000 43.780.000 22.483.000 23.607.000
14 Kota Bau-Bau 20.000.000 21.000.000 34.598.000 36.328.000
15 Muna Barat 25.158.000 31.563.000 25.000.000 21.225.000
16 Buton Tengah 1.000.000 1.200.000 3.800.000 4.000.000
17 Buton Selatan 2.170.000 2.235.000 800.000 824.000
Sulawesi Tenggara 363.186.000 456.112.000 463.163.000 485.470.000
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara (2020)

Tabel 1.1 menunjukkan populasi ternak ayam ras petelur menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara berbeda-beda. Data di Provinsi


3

Sulawesi Tenggara menunjukkan populasi ternak ayam ras petelur terus mengalami

peningkatan yang signifikan dari tahun 2017 hingga tahun 2020. Data Badan Pusat

Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara (2020) tentang populasi ternak ayam ras petelur

menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun (2017-2020)

memperlihatkan populasi ternak ayam ras petelur di Kabupaten Konawe Selatan selalu

menunjukkan populasi terbanyak diantara kabupaten lain. Masih banyaknya lahan

kosong serta suhu yang tidak terlalu ekstrim menjadi salah satu faktor pendukung

keberhasilan masyarakat dalam menjalankan usaha peternakan.

Pengelolaan dan pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan

khusus dan sangat penting untuk diperhatikan karena dengan pemeliharaan yang

baik akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik, kondisi ayam yang sehat

dan tingkat kematian yang rendah pada akhirnya akan menghasilkan ayam petelur

dengan produksi telur yang tinggi. Dalam mengelola usaha peternakan ayam ras

petelur, tiap peternak harus memahami unsur penting dalam usaha peternakan,

yaitu manajemen perkandangan, manajemen pemilihan bibit, manajemen

pemberian pakan, manajemen kesehatan dan pencegahan penyakit, serta

manajemen pemasaran. Kelima unsur ini sangat berperanan dalam menentukan

tingkat efisiensi dan tingkat pendapatan usaha peternakan, sehingga animo

masyarakat untuk menjalankan usahanya semakin besar dan usaha peternakan

ayam petelur dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan (Putri et al.,

2017).

Ternak ayam ras petelur di Kabupaten Konawe Selatan diharapkan mampu

memberikan dampak positif terhadap masyarakat seperti memberikan kesempatan kerja,


4

meningkatkan pendapatan dan perbaikan taraf hidup, serta memenuhi permintaan pasar

akan telur. Produksi telur unggas menurut kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan

pada tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Produksi Telur Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Konawe


Selatan, tahun 2020.
Ayam Ras Ayam Itik Manila
No Kecamatan
Petelur (Kg) Kampung (Kg) (Kg) (Kg)
1 Tinanggea 18.825,00 35.328,25 44.186,05 7.202,88
2 Lalembu 61.744,31 31.967,38 28.273,50
3 Andoolo 35.314,65 2.225,66 362,34
4 Buke 30.120,00 47.198,87 11.577,27 4.913,55
5 Andoolo Barat 15.060,00 37.545,94 3.983,09 735,66
6 Palangga 22.590,00 49,199,64 14.226,25 5.418,63
7 Palangga Selatan 15.060,00 44.254,04 6.003,50 1.976,40
8 Baito 36.163,52 3.944,61
9 Lainea 35.873,44 6.183,10
1 Laeya 30.120,00 41.704,83 80.175,00 7.713,45
0
1 Kolono 24.911,27 4.573,18
1
1 Kolono Timur 94.125,00 45.091,90 1.840,82 494,10
2
1 Laonti 19.920,99 1.815,16
3
1 Moramo 22.590,00 52.318,00 7.215,75
4
1 Moramo Utara 150.600,00 20.925,26 2.834,99 351,36
5
1 Konda 489.450,00 45.067,30 11.262,98 4.232,79
6
1 Wolasi 19.953,36 2.569,32
7
1 Ranomeeto 75.300,00 43.989,86 7.081,06 1.756,80
8
1 Ranomeeto Barat 90.661,20 14.882,79 1.026,24
9
2 Landono 75.300,00 37.037,69 3.829,16 1.207,80
0
2 Mowila 46.607,05 6.939,95 3.853,98
1
2 Sabulakoa 22.569,26 3.437,90 757,62
2
2 Angata 30.120,00 39.175,69 6.798,84 4.353,57
5

3
2 Benua 29.058,51 5.753,36 3.524,58
4
2 Basala 35.365,16 5.086,30 1.273,68
5
Konawe Selatan 1.159.921,20 921.200,84 273.967,60 80.972,01
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan (2020)

Dari data produksi telur unggas menurut kecamatan di kabupaten Konawe

Selatan tahun 2020 dapat dilihat produksi telur ayam ras lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis unggas lainnya, kondisi ini membuktikan bahwa

masyarakat yang berternak ayam ras petelur lebih produktif menghasilkan telur

dibandingkan dengan peternak unggas jenis lain. Kecamatan Konda tercatat

sebagai kecamatan dengan produksi telur tertinggi di Kabupaten Konawe Selatan.

Diketahui ternak ayam ras petelur H. Rondi merupakan satu-satunya usaha

peternakan ayam ras petelur yang berada di Desa Alebo, Kecamatan Konda dan

merupakan salah satu usaha peternakan yang memberikan kontribusi terhadap

penyuplaian telur di Kabupaten Konawe Selatan dan daerah disekitarnya. Ternak

ayam ras petelur H. Rondi memulai usahanya dari Tahun 2016 hingga sekarang.

Investasi dan modal awal yang tinggi digunakan untuk membangun kandang

ayam ras petelur, membiayai sarana dan prasarana penunjang lainnya yang akan

menentukan keberhasilan usaha, sehingga perlu dikaji mengenai pelaksanaan

usaha mulai dari budidaya hingga pemasarannya sejauh mana kegiatan tersebut

dapat memberikan manfaat bila dijalankan. Dari hasil perhitungan analisis

kelayakan usaha tersebut maka dapat diketahui seberapa besar manfaat dan

keuntungan yang diperoleh yang nantinya akan menentukan kelayakan usaha

tersebut untuk dijalankan (Boer et al., 2019).


6

Dalam praktik di lapangan sering kali dijumpai peternakan ayam ras

petelur yang tidak mengalami kemajuan/perkembangan signifikan pada usahanya

meskipun peternakan tersebut sudah lama berjalan bahkan tak jarang ada

peternakan yang usahanya terhenti karena keuntungan yang sedikit atau bahkan

mengalami kerugian. Hal ini menjadi pertimbangan masyarakat lain yang ingin

memulai dan manjalankan usaha ternak ayam ras petelur. Sehubungan dengan hal

tersebut diatas, untuk menghindari tidak layaknya suatu usaha maka aktivitas

kelayakan bisnis harus berfungsi sebagaimana mestinya (Afandi et al., 2019).

Usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang dapat

menghasilkan perputaran modal yang cepat. Namun demikian, usaha peternakan

ayam ras petelur masih sangat rentan dalam pengembangannya, hal ini karena

fluktuatifnya harga bahan maupun produk yang dihasilkan. Tanpa antisipasi dan

penanganan yang tepat, tidak sedikit usaha peternakan yang mengalami kerugian

dan bahkan hingga menutup usahanya. Untuk mencapai keuntungan yang

maksimal perlu adanya langkah upaya, salah satu diantaranya dengan mengetahui

kelayakan suatu usaha peternakan ayam petelur (Ramadhani, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis

kelayakan usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi untuk memberikan informasi

mengenai studi kelayakan aspek finansial dan nonfinansial usaha sebagai panduan dan

bahan pertimbangan kepada masyarakat sekitar yang baru ingin memulai usaha serta

terkhusus kepada pelaku usaha dalam mengambil suatu keputusan pada pengembangan

usaha ternak ayam ras petelur agar berjalan dengan baik untuk mendapatkan hasil yang

maksimal serta tidak akan menimbulkan masalah dimasa yang akan datang.
7

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa Alebo,

Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ditinjau dari aspek

nonfinansial?

2. Bagaimana kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa Alebo,

Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ditinjau dari aspek finansial?

3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa

Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa Alebo,

Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ditinjau dari aspek

nonfinansial.

2. Menganalisis kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa Alebo,

Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ditinjau dari aspek finansial.

3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa

Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan.

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah daerah sebagai bahan informasi Dinas Peternakan dalam

mengembangkan usaha ternak ayam ras petelur dilingkungan masyarakat.


8

2. Bagi pengusaha ternak ayam ras petelur, diharapkan sebagai informasi tentang

pentingnya menerapkan studi kelayakan usaha dari aspek finansial dan

nonfinansial.

3. Bagi peneliti, berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam

mengkaji studi kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis Peternakan

Menurut asal muasalnya, kata Agribisnis berangkat dari kata agribusiness,

dimana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business yaitu usaha atau kegiatan

pertanian serta apapun yang berkaitan dengan pertanian berorientasi profit. Secara

konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari

pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran

produk-produk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling

berkaitan satu sama lain (Maulidah, 2012).

Peternakan merupakan suatu kegiatan memelihara hewan ternak untuk

dibudidayakan sehingga mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut.

Beternak dapat mempunyai arti dengan membuka usaha, yaitu menanamkan

sejumlah uang disertai pengorbanan lain yang dikeluarkan selain uang tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan suatu persiapan yang tepat sebelum beternak agar

usaha tidak kandas ditengah jalan (Rasyaf, 2011).


9

Agribisnis peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem yaitu hulu, hilir

dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi

sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan serta

peralatan-peralatan peternakan. Sub sistem budidaya ternak berkaitan dengan

proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh sub

sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub

sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem

budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub system

penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem di

atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non

bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan,

transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah (Sianturi, 2011).

2.2 Karakteristik Ayam Ras Petelur

Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek

moyangnya merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan genetik

melalui proses persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai penghasil

telur (Putri et al., 2017). Ayam ras petelur merupakan ayam ras betina yang

dikembangkan untuk diambil telurnya. Ayam petelur diperoleh dari usaha

penetasan ayam petelur yang dilakukan oleh peternak. Hasil penetasan tersebut

tentunya tidak kesemuanya ayam betina. Jika presentase diasumsikan 50% ayam

betina, maka 50% akan dihasilkan produk yang berupa ayam petelur dengan

kelamin jantan. Akan tetapi karena produk jantan ini tidak dimiliki nilai jual,

maka ayam jantan dijadikan sebagai produk sampingan. Produk jantan akan
10

dinilaikan lebih lanjut untuk menjual ayam konsumsi dengan istilah ayam

pejantan (Sholihah et al., 2019).

Menurut Alif (2017) mengembangkan ternak ayam ras petelur dapat berjalan

dengan baik jika peternak telah memahami sifat-sifat ayam ras petelur itu sendiri.

Berikut beberapa sifat-sifat ayam ras petelur yang diklasifikasikan berdasarkan

keunggulan dan kelemahannya.

1. Keunggulan

a) Laju pertumbuhan ayam ras petelur berjalan sangat cepat, yakni pada umur 4,5

bulan ayam telah mencapai usia dewasa degan bobot badan berkisar 1,6-1,7 kg.

Pada usia ini, ayam telah mencapai usia produksi.

b) Kemampuan reproduksi ayam ras petelur sangat tinggi yakni berkisar 250-280

butir/tahun, dengan bobot telur antara 50-60 gram/butir.

c) Ayam ras petelur sangat baik dalam memanfaatkan konversi ransum pakan,

yakni setiap 2,2 kg - 2,5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur.

d) Periode produksi ayam ras petelur lebih panjang dibandingkan ayam kampung,

yakni hingga ayam berumur 19-20 bulan. Walaupun hanya mengalami satu

periode bertelur, akan tetapi periode tersebut berlangsung sangat panjang.

2. Kelemahan

a) Ayam ras petelur sangat sensitif terhadap perubahan iklim cuaca maupun

lingkungan. Selain itu, kemampuan adaptasinya pun sangat rendah jika

dibandingkan dengan ayam kampung sehingga pada beberapa kasus perubahan


11

iklim ataupun lingkungan, ayam ras petelur banyak mengalami stress dan

kematian.

b) Metode pemeliharaan ayam ras petelur membutuhkan penanganan yang lebih

sulit dibandingkan ayam kampung. Hal ini mencakup kualitas pakan, air minum,

serta obat-obatan untuk menunjang daya tahan.

c) Ayam ras petelur memiliki tingkat kanibalisme yang lebih tinggi dibandingkan

ayam kampung.

Menurut Putri et al. (2017), terdapat dua macam tipe ayam petelur, yaitu:

1. Tipe ayam petelur ringan

Tipe ayam ini sering disebut dengan ayam petelur putih yang mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:

a) Bentuk badan ramping atau kecil mungil

b) Warna bulu putih bersih

c) Warna jengger merah

d) Warna telinga putih

e) Mata menonjol dan berwarna mata merah

f) Warna kaki kuning

Ciri khas pada ayam white leghorn betina:

a) Pial dilipat ganda

b) Perut yang mendalam


12

Gambar 2.1 ayam petelur putih (white leghorn)


Sumber : Putri et al. (2017)

White Leghorn adalah jenis ayam asal dari Tuscany , Italia tengah. Ayam ini

merupakan salah satu strain komersial yang paling populer dari ayam petelur di seluruh

dunia. Ayam tipe ini umumnya berasal dari galur murni White leghorn yang mampu

bertelur lebih dari 260 butir/tahun. Ayam tipe petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca

panas dan keributan. Ayam jenis Leghorn adalah salah satu ras yang digunakan untuk

membuat persilangan hibrida modern. Leghorn adalah penghasil telur yang sangat baik

yang berwarna putih, jumlah produksi sekitar 280 butir per tahun. Akan tetapi, leghorn

biasanya menghindari kontak dengan manusia dan cenderung gelisah serta bertingkah.

2. Tipe ayam petelur medium

Bobot badan ayam dengan tipe petelur medium ini cukup berat, namun tidak

seberat ayam tipe pedaging sehingga ayam ini disebut dengan tipe ayam medium. Ayam

ini umumnya mempunyai warna bulu coklat dan menghasilkan telur berwarna coklat

pula. Tipe ayam petelur medium ini memiliki kemampuan bertelur yang yang

berkualitas dengan jumlah yang banyak. Adapun nama lain dari ayam medium adalah

ayam petelur coklat, yang disebabkan karena bulu dan kulit telur yang dihasilkannya
13

berwarna cokelat. Kualitas telur yang dihasilkan tipe ayam petelur medium ini

menyerupai telur putih yang dihasilkan ayam petelur ringan, namun memiliki berat telur

yang lebih tinggi. Salah satu keunggulan ayam petelur medium ini adalah selain

menghasilkan telur yang banyak, ayam ini juga memiliki daging yang rasanya enak dan

tebalnya cukup dikonsumsi, meskipun tidak setebal daging yang dimiliki ayam broiler.

Beberapa tipe ayam petelur medium adalah: Lohmann brown, Hisex brown, dan Bovans

brown.

Gambar 2.2 tipe Lohmann brown, Hisex brown, dan Bovans brown.
Sumber : Putri et al. (2017)

Masyarakat indonesia umumnya lebih banyak yang memelihara ayam ras

petelur tipe medium daripada tipe ringan karena tipe medium lebih menguntungkan jika

diternak. Kelemahan dari ayam ras petelur yaitu sangat peka terhadap lingkungan

sehingga lebih mudah mengalami stres, memiliki sifat kanibalisme yang tinggi, dan

selama pemeliharaan membutuhkan pakan dengan kualitas yang baik serta air minum

yang cukup.

2.3 Telur Ayam Ras


14

Telur disamping harganya relatif murah jika dibandingkan dengan

makanan berprotein hewani lainnya, telur juga mengandung protein cukup tinggi

(Sarwono, 1997 dalam (Sianturi, 2011). Komposisi telur ayam terdiri dari 73,7

persen air, 12,9 persen protein, 11,2 persen lemak dan 0,9 persen karbohidrat,

sedangkan struktur telur terdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11 persen dari

total bobot telur), putih telur (57 persen dari total bobot telur) dan kuning telur (32

persen dari total bobot telur) (Purnama, 2008 dalam (Sianturi, 2011).

Telur dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, memberikan

pengobatan, dan memiliki banyak kegunaan lainnya sehingga telur dikatakan

sebagai produk yang serbaguna. Tingkat konsumsi telur ayam akan terus

meningkat karena faktor karakteristik produk unggas yang harganya terjangkau

oleh masyarakat luas, berkualitas gizi baik, disukai oleh konsumen segala umur,

tersedia dalam jumlah yang cukup, dan dapat diolah menjadi berbagai jenis

makanan, serta penyebarannya menjangkau seluruh wilayah indonesia (Fadilah

dan Fatkhuroji, 2013).

2.4 Deskripsi Teori

2.4.1 Konsep Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka

menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran

prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat

diterima dari suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan
15

keputusan investasi. Saat ini, studi kelayakan bisnis sudah menjadi tolak ukur

yang sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis

terutama oleh pihak investor dan lembaga keuangan sebelum memberi bantuan

dana atau modal. Dengan demikian, studi kelayakan juga sering disebut dengan

feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

keputusan: (a) apakah menolak atau menerima suatu rencana bisnis yang

direncanakan dan (b) apakah menghentikan atau mempertahankan bisnis yang

sudah/sedang dijalankan (Nurmalina et al., 2020).

Menurut Nurmalina et al. (2020), aspek yang perlu diperhatikan dalam

studi kelayakan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek finansial (keuangan) dan

aspek non finansial. Aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria investasi bisnis

yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR)

dan payback Period (PP). Aspek nonfinansial terdiri atas aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen-hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek

lingkungan. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi

kelayakan sangat bergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis.

2.4.2 Aspek Nonfinansial

a) Aspek Pasar

Menurut Hidayat (2021), pasar merupakan tempat bertemunya

penjual dan pembeli yang melakukan transaksi, atau saling bertemunya

antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.

Pengertian pasar dalam ilmu lebih konseptual, yakni bertemunya permintaan

dan penawaran. Dengan demikian, sebuah pasar tidak harus dikaitkan


16

dengan suatu tempat. Pasar dalam perspektif pemasaran adalah orang atau

organisasi yang mempunyai kebutuhan dan didukung oleh daya beli (serta

akses).

Aspek pasar merupakan suatu aspek yang menghubungkan antara

perusahaan dengan konsumen. Langkah yang harus dilakukan perusahaan

adalah mengetahui peluang pasar dan bauran pemasaran yang akan

ditetapkan. Jika kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi sangat

tinggi dan harga jual yang ditetapkan sesuai, maka akan menghasilkan

keuntungan bagi perusahaan. Begitu pula dengan sebaliknya jika pasar tidak

menyediakan kemungkinan dalam menyerap hasil produksi maka usaha

yang akan dilakukan akan mengalami kerugian (Sianturi, 2011).

Menurut Hidayat (2021), Permintaan (demand) dari perspektif

pemasaran adalah keinginan akan produk-produk tertentu yang didukung

oleh kemampuan untuk membayar. Dan dari perspektif ekonomi dapat kita

artikan jumlah barang yang dibutuhkan oleh konsumen dengan kemampuan

untuk membeli pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu.

Besarnya permintaan pasar merupakan indikator utama dari daya tarik pasar.

Semakin besar permintaan pasar maka semakin menarik, dan semakin besar

pula peluang bisnis dipasar tersebut.

Penawaran dapat diartikan sebagai berbagai kuantitas barang yang

ditawarkan pada berbagai tingkat harga pada waktu tertentu. Selisih antara

permintaan dan penawaran adalah peluang pasar. Sehingga semakin tinggi


17

permintaan dibandingkan penawaran, maka secara teoritis semakin besar

pula peluang pasar.

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

Bauran pemasaran (marketing mix) meliputi 4 P yaitu produk (product), harga

(price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk adalah penawaran

berwujud perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk,

merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan

bayarkan untuk produk tertentu. Tempat adalah berbagai bentuk kegiatan yang

dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi

pelanggan. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan

untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran

(Sianturi, 2011).

b) Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis

tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al., 2020).

Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari

aspek teknis ini adalah:

1) Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk

pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.

2) Seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu

tingkatan skala ekonomis.


18

3) Kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama serta alat pembantu mesin dan

peralatan.

4) Bagaimana proses produksi dilakukan dan tata letak pabrik yang dipilih,

termasuk juga tata letak bangunan dan fasilitas lain.

2.4.3 Aspek Finansial (Keuangan)

Dalam praktiknya, ada beberapa kriteria untuk menentukan apakah suatu

usaha layak atau tidak untuk dijalankan ditinjau dari aspek keuangan. Kriteria ini

sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan dan metode mana

yang akan digunakan (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), Setiap metode yang digunakan

memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Dalam penilaian suatu

usaha hendaknya penilai menggunakan beberapa metode sekaligus. Artinya,

semakin banyak metode yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran

yang lengkap sehingga diharapkan memberikan hasil yang akan diperoleh menjadi

lebih sempurna. Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan

kelayakan suatu usaha atau investasi adalah:

a) Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat

yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat

dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis

dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis

menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu


19

bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0, bisnis tersebut tidak layak untuk

dijalankan (Nurmalina et al., 2020).

Menurut Nurmalina et al. (2020), Net Present Value atau nilai

bersih sekarang adalah selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan

nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas

operasional maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang. Nilai

yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp).

NPV dapat dirumuskan sebagai berikut:


n
( Bt−Ct)
NPV ¿ ∑
t=0 (1+i)t

Keterangan:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3...........,n), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya.
i = Suku bunga atau Tingkat DR (%)
1
t = Discount Factor (DF) pada tahun ke – t
(1+i)

b) Net Benefit-Cost Ratio

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai

positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain,

manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap

satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. secara matematis dapat dinyatakan

sebagai:
n
Bt
∑ (1+i )t B t−C >0
t=0 /1 t
Net B/C = n
B t−C <0
Ct
∑ (1+i )
t
t

t=0 /1
20

Keterangan:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net

B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil

dari satu (Nurmalina et al., 2020).

c) Internal Rate Of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al. (2020), Kelayakan bisnis juga dinilai

dari seberapa besar tingkat pengembalian bisnis terhadap investasi yang

ditanamkan. Ini dapat ditunjukan dengan mengukur besaran Internal Rate

Of Return (IRR). IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang

menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari

perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis

dikatakan layak bila IRR-nya lebih besar dari Discount rate atau tingkat

bunga.

Rumus dalam menghitung IRR:

NPV 1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (i −i )
NPV 1 −NPV 2 2 1

Keterangan:
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif

d) Payback Period

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa

kembali. Bisnis yang Payback Period-nya singkat atau cepat


21

pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih (Nurmalina et

al., 2020).

Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

I
PP =
Ab

Keterangan:
PP = Waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi
(tahun/Bulan)
I = Jumlah modal investasi yang diperlukan (Rp)
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya (Rp)

2.4.4. Analisis Sensitivitas

Menurut Nurmalina et al. (2020), analisis sensitivitas digunakan untuk

melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu

analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah menilai apa yang akan terjadi

dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis, apabila terjadi

perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat. Apakah kelayakan suatu

kegiatan investasi atau bisnis sensitif tidak terhadap perubahan yang terjadi.

Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan

suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-

proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu

yang akan datang (Kadariah, 1986 dalam (Nurmalina et al., 2020). Serta

merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa

yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis, jika terjadi

perubahan atau ketidakpastian dalam perhitungan biaya atau manfaat.


22

Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis

umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan dalam

biaya ataupun hasil produksi. Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan

memengaruhi kelayakan suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan analisis

dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang

sesuai dengan bisnis yang dijalankan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Afandi et al. (2019) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Finansial

Usaha Ayam Petelur Pada Peternakan Anas di Kelurahan Pengawu, Kecamatan

Tatangga, Kota Palu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha

ayam petelur pada peternakan Anas di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga

Kota Palu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kelayakan

Finasial dengan menggunakan Net Present Value (NPV), Profitability index (PI),

IRR, dan Payback Period. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Hasil Net

Present Value (NPV) sebesar Rp.7.310.881 Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini

layak dijalankan yang ditunjukkan dengan nilai NPV, PI, IRR, lebih besar dari 1,

sehingga usaha ini layak dijalankan. Payback Period yang diperoleh memiliki

masa pengembalian selama 3,7 tahun. Artinya, investasi yang dijalankan atau

pinjaman investasi dalam usaha ini dapat dikembalikan selama 3,7 tahun.

Iskandar et al. (2019), dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan

Finansial Usaha Ayam Ras Petelur UD. Putra Tamago Kecamatan Palu Selatan

Kota Palu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha

ayam ras petelur pada UD. Putra Tamago. Penetuan responden pada penelitian ini
23

yaitu ditentukan secara sengaja. Data dianalisis dengan menggunakan analisis

kelayakan finansial yang terdiri dari 4 indikator : Net Present Value (NPV), Net

Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period

(PP). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa NPV selama periode 2014

hingga 2018 adalah Rp. 642.565.489, Net B/C adalah 1.30; IRR adalah 24,80%,

dan PP adalah 3 tahun 4 bulan. Nilai ini mengindikasian secara finansial usahatani

pada UD. Putra Tamago layak untuk diusahakan.

Putri et al. (2017), dengan judul penelitian “Kelayakan Usaha Peternakan

Ayam Ras Petelur”. Penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras

petelor di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini

adalah untuk mengetahui dan memahami tingkat kelayakan dalam pengembangan

usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Petang. Data dianalisis

menggunakan analisis nonfinansial dan finansial. Analisis nonfinansial terdiri dari

aspek pasar, aspek teknis dan aspek sumberdaya manusia. Ditinjau dari aspek pasar

dan aspek teknis usaha tersebut layak untuk dijalankan, sementara dari aspek sumber

daya manusia, calon peternak belum memiliki pengalaman yang memadai dalam

memelihara ayam ras petelur. Ditinjau dari aspek finansial usaha peternakan di

kecamatan Petang layak untuk dilakukan. Ditunjukkan dengan nilai Net Present

Value (Rp. 2.700.565.191,91), Internal Rate of Return (19,63%), NetBenefi- Cost

Ratio (1.98), Pay Back Period (0,51), dan Analisis Break Even Point (7,97).

Sholihah et al. (2019), dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Usaha

Ayam Pejantan di Peternakan Tiara Poultry Shop Desa Dadapan Kecamatan

Solokuro Kabupaten Lamongan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui kelayakan Return Cost Ratio (R/C), Benefit Cost Ratio (B/C), BEP
24

(Break Even Point). Hasil penelitian adalah peternakan ayam jantan Toko Unggas

Tiara mengalami kenaikan pendapatan yang tidak menentu meskipun untung.

Keuntungan setiap periode dengan rata-rata Rp 12.518.741. Analisis R/C bahwa

usaha pemeliharaan ayam pejantan mengalami keuntungan karena nilai R/C> 1,

dengan rata-rata 1,11. Analisis B/C, B/C ratio layak jika diuntungkan jika nilai

B/C>0, dengan rata-rata 0,11. Analisa produk BEP dan harga dalam 2 tahun

terakhir cenderung beransur membaik, baik itu produk BEP maupun harga BEP.

Meski kurun waktu tertentu mengalami penurunan. Namun usaha tani yang masih

mengalami impas, tidak mengalami untung rugi. Kesimpulannya adalah hasil

telaah analisis yang diteliti oleh penulis, usaha tersebut masih layak untuk

dijalankan dan dikembangkan.

Sianturi (2011), dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Usaha Ayam

Ras Petelur Pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga

Kabupaten Bogor”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur tersebut layak atau tidak

dijalankan sehingga peneliti melakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek

non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek

hukum dan aspek sosial lingkungan yang dilakukan secara kualitatif. Selain aspek

non finansial peneliti juga menganalisis dari segi aspek finansial yang terdiri dari

Net Present Value (Net B/C ratio), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Ratio

(Net B.C Ratio), Payback Period (PP), Laba Rugi serta menganalisis tingkat

kepekaan atau sensitivitas terhadap variabel output maupun variabel input yang

dilakukan secara kuantitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Berdasarkan hasil


25

perhitungan kelayakan secara finansial dari usaha ayam ras petelur pada Dian

Layer Farm maka diperoleh pada saat kondisi awal usaha dimana belum ada

penambahan produktivitas menunjukkan NPV lebih besar dari 0 yaitu sebesar

Rp2.359.608.260,73 IRR lebih besar dari discount rate yaitu sebesar 71 persen ,

Net B/C sebesar 3,28 lebih besar dari satu, PP lebih pendek dari umur proyek

yaitu 2 tahun 3 bulan. Analisis sensitivitas usaha ini layak untuk dijalankan karena

dilihat dari penurunan jumlah produksi sebesar 26 persen, kenaikan harga DOC

sebesar 28,6 persen dan kenaikan harga pakan sebesar 37 persen nilai NPV

menunjukkan lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar dari 1, IRR lebih besar dari

discount rate dan PP sebelum umur usaha berakhir. Pada kondisi pengembangan

hasil yang diperoleh dari analisis finasial menunjukkan bahwa usaha ini layak

untuk dijalankan ketika dilakukan pengembangan usaha dengan meningkatkan

produktivitas ayam ras petelur.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Putri et al. (2017), dan Sianturi (2011), pada komoditi yang

diteliti, sama-sama meneliti ayam ras petelur dan menggunakan alat analisis

nonfinansial dan finansial. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu yaitu dari aspek analisis kelayakan usaha yang digunakan dan lokasi

penelitian, pada penelitian yang dilakukan Afandi et al. (2019) dan Iskandar et al.

(2019) hanya menganalisis aspek finansial sedangkan penelitian ini menggunakan

analisis aspek finansial dan nonfinansial, serta pada penelitian Sholihah et al.

(2019) yang menggunakan alat analisis yang sama namun pada komoditi dan

lokasi penelitian yang berbeda.


26

2.6. Kerangka Pikir Penelitian

Usaha ternak ayam ras petelur merupakan salah satu usaha di sektor

peternakan khususnya bidang perunggasan yang memiliki prospek yang cukup

baik. Kegiatan pengembangan usaha ternak ayam ras petelur merupakan salah

satu cara dalam memenuhi kebutuhan protein hewani di masyarakat. Harga yang

relatif murah jika dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya

memungkinkan telur dapat beli oleh seluruh lapisan masyarakat, hal tersebut

mendorong seseorang untuk berinvestasi dalam usaha ternak ayam ras petelur.

Desa Alebo merupakan salah satu desa di Kecamatan Konda Kabupaten

Konawe Selatan, yang menjadi tempat pengembangan usaha pertanian dan

peternakan. Ada banyak jenis usaha pada sektor pertanian maupun peternakan

yang dikembangkan, salah satunya yaitu usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi.

Analisis kelayakan usaha berguna untuk melihat apakah usaha peternakan

ayam ras petelur H. Rondi layak untuk dijalankan atau tidak. Hasil analisis pada

penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha

peternakan ayam ras petelur H. Rondi dilihat dari aspek – aspek studi kelayakan

usaha yang meliputi aspek nonfinansial dan aspek finansial. Penentuan kelayakan

aspek non finansial dilakukan dengan cara membandingkan kejadian atau

kenyataan yang terjadi di lapangan dengan literatur atau penelitian terdahulu

melalui kegiatan observasi langsung dan kemudian dianalisis dengan analisis

kualitatif. Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek-aspek yang berkaitan

seperti aspek pasar dan aspek teknis. Sedangkan aspek finansial dinilai
27

berdasarkan kriteria investasi bisnis yang meliputi Net Present Value (NPV), Net

B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan payback Period (PP).

Setelah diketahui kelayakan usaha dari aspek finansial maka selanjutnya

dilakukan analisis sensitivitas. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam

menjalankan usaha umumnya disebabkan oleh kenaiakan harga pakan ayam ras

petelur dan DOC, serta penurunan harga jual telur. Analisis sensitivitas dilakukan

terhadap komponen tersebut karena dianggap komponen paling penting dalam

usaha ternak ayam ras petelur. Dengan adanya analisis sensitivitas ini dapat

diketahui seberapa besar perubahan yang terjadi berada dalam batas toleransi

usaha yang dijalankan.

Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan

sebagai berikut:

Usaha Ternak Ayam Ras Petelur H. Rondi

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Finansial
1. Net Present Value (NPV)
Aspek Non Finansial 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
1. Aspek Pasar 3. Internal Rate Of Return (IRR)
2. Aspek Teknis 4. Payback Period (PP)

Analisis Sensitifitas:
1. Kenaikan Harga Pakan Jagung 30%
2. Kenaikan Harga DOC 30%
3. Penurunan Harga Jual Telur 15%

Layak Tidak Layak


28

Dapat Diusahakan Rekomendasi


dan Dikembangkan Perbaikan

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian


29

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe

Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa usaha tersebut merupakan satu-satunya usaha ternak ayam ras petelur yang

berada di lokasi penelitian yaitu Desa Alebo dan merupakan usaha yang cukup besar

dengan kapasitas kandang 2700 ekor yang telah dijalankan selama 6 tahun. Waktu

pelaksanaan dalam penelitian ini selama 6 bulan, mulai dari pengumpulan data hingga

penyusunan selesai yakni dari Bulan Agustus 2021 hingga bulan Februari 2022.

3.2 Populasi dan Sampel

Penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang tidak menekankan

pada jumlah atau kuantitas populasi dan sampel yang diteliti, sebaliknya

penelitian studi kasus lebih menekankan kedalaman pemahaman atas fenomena

atau objek yang diteliti. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian studi kasus

hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat

penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto, 2006). Adapun objek

dalam penelitian ini yaitu pada satu usaha ternak ayam ras petelur yang ada di

Desa Alebo, dan informan penelitian ini adalah H. Rondi selaku pemilik usaha.

3.3 Jenis dan Sumber Data


30

Jenis dan sumber data yang digunakan dari penelitian ini terdiri data

primer dan data sekunder sebagai berikut :

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari responden.

Data primer dapat diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), dan observasi langsung.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga/instansi terkait dan

data yang diperoleh dengan melakukan kegiatan literature review terhadap

beberapa buku, jurnal, dan sumber lainnya serta browsing di beberapa website

pemerintahan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara yaitu pengumpulan data melalui interaksi langsung dengan

responden berdasarkan keperluan penelitian dengan berpedoman pada daftar

pertanyaan (kuisioner).

2. Observasi partisipatif yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

melakukan pengamatan secara langsung dan turut serta melakukan kegiatan yang

menjadi obyek penelitian.

3. Pencatatan yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pencatatan data

dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Variabel Penelitian

1. Identitas responden yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha

ternak ayam ras petelur, jumlah tanggungan anggota keluarga, pekerjaan sampingan,

dan lama usaha.

2. Analisis kelayakan usaha meliputi:


31

a) Analisis Aspek Nonfinansial yaitu Analisis Deskriptif terhadap aspek

pasar dan aspek teknis.

b) Analisis Aspek Finansial yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit

Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period

(PP).

c) Analisis Sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan jagung dan DOC,

serta penurunan harga jual telur

3.6 Konsep Operasional

Konsep operasional mencakup beberapa pengertian khusus atau batasan yang

digunakan untuk mendapatkan data dan menganalisa data dalam penelitian ini yaitu:

1. Responden dalam penelitian ini adalah H. Rondi selaku pemilik usaha Tenak Ayam

Ras Petelur di Desa Alebo.

2. Biaya investasi adalah biaya awal yang dikeluarkan sebelum usaha beroperasi

atau pada saat usaha telah beroperasi untuk memperoleh manfaat.

3. Biaya tetap adalah kekayaan yang telah atau harus dikeluarkan yang besarnya

tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan dari usaha.

4. Biaya variabel adalah kekayaan yang telah atau harus dikeluarkan yang

besarnya berubah mengikuti aktivitas usaha.

5. Ayam ras petelur yang dibudidayakan adalah tipe ayam petelur medium jenis

Hisex brown dengan populasi 2.700 ekor.

6. Ayam afkir adalah ayam yang telah berumur lebih dari 90 minggu dimana

ayam sudah dalam kondisi tidak produktif untuk menghasilkan telur.


32

7. Telur adalah produk utama yang dihasilkan pada usaha ternak ayam ras

petelur.

8. Egg tray merupakan kemasan yang digunakan untuk mengemas telur sebelum

dipasarkan atau biasa disebut rak telur.

9. Produksi adalah hasil yang diperoleh ternak ayam ras petelur pada saat panen

(rak/ekor/kg).

10. Harga jual adalah nilai dari produk yang dihasilkan (telur = Rp/rak, ayam afkir

= Rp/ekor, pupuk kandang = Rp/kg).

11. Studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka

menentukan layak atau tidak usaha ternak ayam ras petelur tersebut

dijalankan.

12. Aspek pasar adalah aspek yang mengkaji peluang pasar dan bauran pemasaran

usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi.

13. Aspek teknis adalah suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan

usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi secara teknis dan pengoperasiannya

setelah bisnis tersebut selesai dibangun.

14. Net present value (NPV) atau nilai bersih sekarang adalah selisih antara nilai

sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas

bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan

datang, diukur dalam satuan rupiah (Rp).


33

15. Net benefit cost ratio (Net B/C) adalah adalah rasio antara manfaat bersih

yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif yang di ukur

dalam satuan persen (%).

16. Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian bisnis terhadap

investasi yang ditanamkan di ukur dalam satuan persen (%).

17. Payback Periode (PP) menunjukkan seberapa cepat investasi bisa kembali.

18. Analisis sensitivitas mencoba mengukur kemampuan usaha Ternak Ayam Ras

Petelur bertahan dengan adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi

diwaktu yang akan datang seperti kenaikan harga pakan dan DOC serta

penurunan harga jual.

3.7. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjawab penelitian ini dibedakan

berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Analisis Aspek Nonfinansial

a) Aspek Pasar

Untuk mengetahui aspek pasar, langkah yang harus dilakukan adalah

mengetahui peluang pasar dan bauran pemasaran yang akan ditetapkan

perusahaan. Selisih antara permintaan dan penawaran adalah peluang pasar.

Sehingga semakin tinggi permintaan dibandingkan penawaran, maka secara

teoritis semakin besar pula peluang pasar (Hidayat, 2021).

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

Bauran pemasaran (marketing mix) meliputi 4 P yaitu produk (product),


34

harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk adalah

penawaran berwujud perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas,

rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang

yang pelanggan bayarkan untuk produk tertentu. Tempat adalah berbagai

bentuk kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat

diperoleh dan tersedia bagi pelanggan. Promosi meliputi semua kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan

produknya ke pasar sasaran (Sianturi, 2011).

b) Aspek Teknis

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah

penentuan lokasi bisnis, penentuan luas produksi, pemilihan mesin peralatan

dan teknologi, serta penentuan layout pabrik dan bangunan (Hidayat, 2021)..

Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis usaha yang

akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri

(Kasmir dan Jakfar, 2012).

Jadi, analisis dari aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan usaha

ternak ayam ras petelur H. Rondi dalam menjalankan usahanya dengan

menilai ketepatan lokasi bisnis, luas peternakan, peralatan kandang, layout

peternakan, serta proses produksi.

2. Analisis Aspek Finansial

Kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu

usaha atau investasi adalah:


35

a) Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al. (2020), NPV dapat dirumuskan sebagai

berikut:
n
( B t−Ct )
NPV ¿ ∑ t
t=0 (1+i)

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t


Ct = Biaya pada tahun t
t =  Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3...........,n), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya.
i = Tingkat DR (%)
1
t = Discount Factor (DF) pada tahun ke – t
(1+i)

Sianturi (2011), Adapun kriteria penilaian untuk NPV adalah sebagai

berikut:

a) Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan.

b) Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk

dilaksanakan.

c) Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap dimana perusahaan tidak rugi dan

tidak untung.

b) Net Benefit-Cost Ratio

Secara matematis Net B/C ratio dapat dinyatakan sebagai:


n
Bt
∑ (1+i )
t
B t−C >0
t=0 /1 t
Net B/C = B t−C <0
n
Ct
∑ (1+i )
t
t

t=0 /1
36

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t


Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun

Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C

lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari

satu (Nurmalina et al., 2020).

c) Internal Rate Of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari tingkat pengembalian bisnis

terhadap investasi yang ditanamkan. Rumus dalam menghitung IRR:

NPV 1
𝐼𝑅𝑅=𝑖1 + (i −i )
NPV 1 −NPV 2 2 1

Keterangan:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif


i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif

Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari

discount rate atau bunga pinjaman yang telah di tentukan sebaliknya jika nilai

IRR lebih kecil dari discount rate atau bunga pinjaman maka usaha tersebut

tidak layak untuk dijalankan.

d) Payback Period

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi usaha ternak

ayam ras petelur H. Rondi bisa kembali.


37

Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

I
PP =
Ab

Keterangan:

PP = Waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi


(tahun/bulan)
I = Jumlah modal investasi yang diperlukan (Rp)
Ab = Manfaat hasil bersih rata-rata pertahun per periode (Rp)

Payback Period menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun)

suatu investasi akan bisa kembali. Apabila Payback Period kurang dari satu

periode yang telah ditentukan maka proyek tersebut diterima, apabila tidak

maka proyek tersebut ditolak (Hidayat, 2021).

3. Sensitivitas kelayakan usaha ternak ayam ras petelur di Desa Alebo, Kec.

Konda, Kab. Konawe Selatan (Studi Kasus: Ternak Ayam Ras Petelur H.

Rondi) dikaji menggunakan analisis sensitivitas. Perubahan-perubahan yang

biasa terjadi dalam menjalankan usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi

umumnya disebabkan oleh kenaikan harga pakan dan DOC serta penurunan

harga jual telur. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap komponen tersebut

karena dianggap komponen paling penting dalam suatu usaha ternak ayam ras

petelur serta membutuhkan biaya yang lebih besar dari biaya lainnya. Dengan

adanya analisis sensitivitas ini dapat diketahui seberapa besar perubahan yang

berada dalam batas toleransi usaha yang dilakukan.


38

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur

Usaha peternakan ayam ras petelur tersebut terletak di Desa Alebo, Kecamatan

Konda, Kabupaten Konawe Selatan, dengan luas 328 Ha dan berada 60 km dari Ibukota

Kabupaten Konawe Selatan dan 5 km dari Ibukota Kecamatan Konda dengan batas

wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan hutan Morome

2. Sebelah selatan berbatasan dengan hutan Lebo Jaya

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Konda

4. Sebelah barat berbatasan dengan hutan Kelurahan Konda

Desa Alebo berada pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian 55 m dari

permukaan laut serta curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm/tahun. Suhu udara

rata-rata harian di Desa Alebo berkisar antara 27-30oC. Responden dalam penelitian ini

yaitu H. Rondi selaku pemilik usaha ternak ayam ras petelur di Desa Alebo, yang

berusia 66 tahun.

Awalnya usaha peternakan yang dijalankan adalah peternakan ayam broiler yang

pertama kali dijalankan tahun 2002, namun pada perjalanannya usaha tersebut

mengalami beberapa kendala seperti krisis keuangan, merebaknya kasus flu burung dan

biaya operasional yang tinggi membuat usaha yang dijalankan mengalami kerugian dan

berhenti beroperasi. Namun pada tahun 2016 H. Rondi kembali membuka usaha

peternakan namun bukan lagi peternakan ayam broiler, melainkan ternak ayam ras
39

petelur. Usaha ternak ayam ras petelur ini dipilih sebagai sumber pendapatan utama

bagi keluarga bermula ketika peternak mengikuti pelatihan tentang beternak ayam ras

petelur yang dilaksanakan oleh dinas peternakan. Setelah mengikuti pelatihan tersebut

peternak merasa tertarik pada dunia ternak ayam ras petelur sehingga memutuskan

untuk magang dan bekerja sebagai karyawan pada usaha ternak ayam ras petelur, hal ini

dilakukan untuk mencari pengalaman dan menambah wawasan serta berusaha

mengumpulkan modal dengan tekad ingin membuka usaha sendiri. Setelah delapan

tahun menjadi karyawan, dengan pengalaman yang ada serta pengetahuan yang dimiliki

peternak membulatkan tekad untuk membuka sendiri usaha ternak ayam ras petelur.

Tabel 4.1. Karakteristik responden


Karakteristik responden Satuan Nilai
Umur Tahun 66
Pendidikan Tahun 12 (SMA)
Pengalaman Usaha Tahun 6
Tanggungan Keluarga Orang 1
Luas Lahan Ha 1.5
Kapasitas Kandang Layer Ekor 2.700

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden, diketahui bahwa

pemilik usaha mempekerjakan 1 karyawan tetap selaku kepala kandang dan 2 karyawan

lepas atau karyawan panggilan yang masih dalam usia produktif. Hal ini sejalan dengan

hasil penelitian Suyono dan hermawan (2013), bahwa umur tenaga kerja yang berada

dalam usia produktif memiliki kreativitas yang tinggi, pengetahuan dan wawasan yang

lebih baik serta bertangung jawab terhadap tugas, hal ini akan berdampak positif

terhadap produktivitas usaha.

Pendidikan terakhir yang ditempuh pemilik usaha adalah SMA. Pendidikan

umumnya akan mempengaruhi pola pikir peternak dalam pengambilan keputusan, hal

ini mejadi salah satu pertimbangan pemilik usaha mempekerjakan 1 karyawan tetap
40

yang memiliki gelar sarjana. Hal ini sejalan dengan pendapat Tuwo (2011), yang

menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi cara berpikir petani. Petani yang

memiliki pendidikan formal yang memadai dapat lebih tanggap terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi dalam usahataninya.

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya jumlah anggota rumah tangga

yang masih menjadi tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jumlah tanggungan keluarga terbagi dua yaitu tanggungan keluarga kecil dan

tanggungan keluarga besar. Jumlah tanggungan keluarga yang kecil yaitu berkisar 1-4

jiwa sedangkan lebih dari 4 jiwa termasuk jumlah tanggungan keluarga yang besar

(Hardin, 2019). Pemilik usaha mempunyai 2 orang anak laki-laki yang sudah

berkeluarga dan memiliki pekerjaan masing-masing sehingga jumlah tanggungan

keluarga relatif kecil karena hanya memiliki satu tanggungan keluarga yaitu istri yang

berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Peternak memiliki lahan peternakan yang dikelola seluas 1,5 Ha dengan kapasitas

kandang layer 2.700 ekor sehingga termasuk kategori skala usaha kecil. Hal ini sesuai

dengan pendapat Fadilah (2013), yang mengatakan bahwa usaha peternakan ayam ras

dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat) dengan

jumlah populasi ternak dibawah 50.000 ekor, skala sedang (peternak mapan) dengan

populasi berkisar 50.000-100.000 ekor dan skala besar (skala perusahaan) dengan

jumlah populasi diatas 100.000 ekor. Peternakan ayam yang dijalankan dalam skala

kecil memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya, modal yang perlu

disediakan tergolong kecil atau dapat dijalankan dengan modal yang terbatas, kandang

dapat dibangun secara sederhana, lokasinya bisa didekat tempat tinggal serta
41

kepemilikannya bersifat perorangan. Kelemahannya, kontinuitas usaha sepanjang tahun

tidak berjalan lancar dan lingkup pemasaran terbatas. Namun, dengan pengalaman

usaha beternak ayam ras petelur selama 6 tahun, kelemahan tersebut tidak menjadi

penghambat peternak untuk terus mengembangkan usahanya, terbukti peternak telah

mampu menjalankan usaha peternakannya hingga seperti sekarang. Pengalaman usaha

berguna dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional usaha sehingga dapat

mencapai keberhasilan (Purba dan Khadijah, 2020).. Sebelum memulai usaha, petrnak

pernah mendapatkan pelatihan tentang budidaya ayam ras petelur. Setelah mengikuti

pelatihan tersebut peternak merasa tertarik pada dunia ternak ayam ras petelur sehingga

memutuskan untuk magang dan bekerja sebagai karyawan pada usaha peternakan ayam

ras petelur, hal ini dilakukan untuk mencari pengalaman dan menambah wawasan serta

berusaha mengumpulkan modal dengan tekad ingin membuka usaha sendiri. Hal ini

sejalan dengan pendapat Tuwo (2011), yang menyatakan bahwa pengalaman

merupakan suatu proses pendidikan yang diperoleh diluar bangku sekolah, melainkan

dari suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami yang sangat berguna bagi

seseorang untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya.

4.2 Asumsi Asumsi Dasar

Analisis kelayakan usaha ternak ayam ras petelur menggunakan asumsi

dasar sebagai berikut:

1. Umur bisnis ditentukan selama sepuluh tahun berdasarkan umur ekonomis

investasi dengan biaya tertinggi yaitu kandang, mess dan gudang.

2. Sumber investasi yang digunakan adalah modal sendiri karena mampu

mendanai usaha.
42

3. Harga yang digunakan diasumsikan kostan, baik harga input maupun harga

output dari kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur

4. Proyeksi dari populasi ayam ras petelur yang diusahakan, setiap satu ekor

ayam menghasilkan satu butir telur per hari dan diperkirakan jumlah ayam

yang dapat bertelur setiap harinya adalah 80%. Sedangkan jumlah ayam yang

dapat hidup hingga umur afkir 90 minggu atau pada akhir umur produksi

ayam yaitu 90%.

5. Harga jual telur ayam adalah Rp17.500 per kilogram, ayam afkir Rp42.500

per ekor, kotoran ayam Rp10.000 per karung dengan bobot 50 kg serta biaya

operasional di asumsikan konstan hingga akhir umur bisnis.

6. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 15%. Diasumsikan

tetap hingga akhir bisnis.

7. DOC dibeli setiap 18 bulan sekali dengan pertimbangan periode bertelur

ayam, dimana ayam akan mulai bertelur ketika umur 4,5 bulan hingga

mencapai umur afkir 22,5 bulan, sehingga pembelian DOC dilakukan 4,5

bulan sebelum ayam layer memasuki usia afkir yang kemudian akan dijual

sebagai ayam pedaging.

4.3 Analisis Aspek Non Finansial

Analisis dari aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

usaha ternak ayam ras petelur yang terletak di Desa Alebo, Kecamatan Konda,
43

Kabupaten Konawe Selatan, layak untuk dilaksanakan. Aspek nonfinansial yang

dikaji terdiri dari dari aspek pasar dan aspek teknis.

4.3.1 Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan suatu aspek yang menghubungkan antara

perusahaan dengan konsumen. Langkah yang harus dilakukan adalah mengetahui

peluang pasar dan bauran pemasaran yang akan ditetapkan. Jika kemampuan pasar

dalam menyerap hasil produksi sangat tinggi dan harga jual yang ditetapkan

sesuai, maka akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Begitu pula

sebaliknya jika pasar tidak menyediakan kemungkinan dalam menyerap hasil

produksi maka usaha yang akan dilakukan akan mengalami kerugian (Sianturi,

2011).

a) Peluang Pasar

Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa permintaan lebih

besar dari pada penawaran yang ada, menurut pemilik untuk hari normal

permintaan telur dari pelanggan tetap disekitar Kabupaten Konawe Selatan yang

terdiri dari grosir telur dan kios-kios, mencapai 150 rak perhari. Kondisi berbeda

terjadi ketika memasuki hari-hari besar permintaan telur bisa mencapai 200-250

rak per hari sehingga peluang pasar masih ada untuk dipenuhi. Pemilik sendiri

mengatakan bahwa dimasa datang konsumsi telur akan terus naik dikarenakan

pendapatan masyarakat rata-rata meningkat, dan telur juga memiliki harga yang

murah dibandingkan sumber protein hewani yang lain seperti daging ayam atau

sapi, serta lebih efisien dalam pengolahan dan penyimpanan artinya konsumen

tidak perlu pengolahan yang kompleks dalam mengolahnya untuk dikonsumsi.


44

Seluruh produksi habis terjual, dimana peternak dengan populasi 2.700 ekor

ayam dengan produksi mencapai 72 rak per hari, penawaran produk perusahaan

masih belum mampu memenuhi permintaan telur dari para konsumen atau agen

penyalur sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tersebut masih memiliki peluang

yang besar. Selain itu, usaha ternak ayam ras petelur juga memiliki prospek yang

baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing dalam usaha peternakan ayam ras

petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa Alebo (Pemerintah Desa Alebo,

2021). Peternakan yang ada disekitar daerah tersebut adalah peternakan sapi dan

ayam potong. Keadaan ini sangat berpotensi terhadap kelanjutan usaha ternak

ayam ras petelur.

Tabel 4.2 Selisih antara Permintaan dan Penawaran Telur


No Kondisi Penawaran (rak) Permintaan (rak) Selisih (rak)
1 Hari Normal 72 150 78
2 Hari Besar 72 225 153
Sumber : Data Primer Olahan (2021).

b) Bauran Pemasaran

1. Produk

Proses pemanenan telur dilakukan setiap hari, dan proses penjualannya

dilakukan pada hari itu juga atau selambat-lambatnya 3 hari setelah pemanenen

sehingga dapat dipastikan kualitas telur yang dipasarkan masih terjamin

kesegarannya. Selain itu, dalam menjual hasil produksinya perusahaan juga

melakukan seleksi terhadap telur yang dihasilkan. Telur yang baik ditandai

dengan cangkang yang berwarna pekat dan cerah, memiliki ukuran yang normal

serta tidak retak. Telur yang retak dipisahkan dan dijual dengan harga yang lebih

murah kepada pelanggan-pelanggan tertentu atau dikonsumsi sendiri. Kemasan


45

yang digunakan juga sudah standar terutama bagi pelanggan yang membeli dalam

jumlah besar.

Setelah dilakukan proses sortasi dan grading, telur yang baik akan dikemas

dalam egg tray dan disusun rapi serta akan di ikat menggunakan tali rafia dengan

jumlah tumpukan yang telah di tentukan untuk mencegah telur agar tidak pecah

serta menghindari robohnya tumpukan telur dalam rak. Dalam satu rak berisi 30

butir telur dengan berat sekitar dua kilogram. Sedangkan untuk telur pecah tidak

ada penanganan secara khusus. Karena pelanggan yang membeli adalah

masyarakat sekitar peternakan, sehingga telur dikemas dalam kantong plastik

biasa, atau terkadang untuk beberapa pelanggan membawa wadah sendiri.

Usaha ternak ayam ras petelur sudah menghasilkan telur ayam ras dengan

kualitas yang baik, terbukti selama menjalani usaha peternakan tersebut belum

pernah ada konsumen atau pelanggan yang melakukan komplain terhadap telur

yang dihasilkan, bahkan pelanggan mengaku puas dengan telur yang ditawarkan

karena masih segar atau masih baru.

2. Harga

Dalam memberikan harga kepada pelanggan, pemilik usaha selalu

mengikuti harga pasar yang berlaku. Produk atau output peternakan ini adalah

telur, ayam afkir dan kotoran ayam. Kotoran ayam dijual dalam bentuk karungan

dengan berat sekitar 50 kg dengan harga Rp10.000 per karung, sedangkan untuk

Ayam afkir dijual dengan harga sekitar Rp42.500 per ekor. Kriteria dalam

menjual ayam ini adalah melihat ketika ayam sudah turun produktivitasnya,

biasanya ayam yang telah berumur lebih dari 90 minggu atau 22,5 bulan. Telur
46

adalah produk utama dari usaha ini, telur dijual dengan harga normal kisaran

Rp17.500 per kilogram. Di Kabupaten Konawe Selatan banyak peternak ayam ras

petelur dan peternak ayam pedaging yang menjadi saingan. Sehingga apabila

peternak tidak mengikuti harga yang berlaku maka konsumen akan pindah ke

produsen lain.

3. Tempat atau Saluran Distribusi

Saluran distribusi ternak ayam ras petelur terbagi atas pedagang

pengumpul atau grosir, pedagang eceran atau kios-kios, dan konsumen akhir.

Pedangang pengumpul dan pedagang eceran yang dituju adalah pedagang yang

ada di Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan untuk konsumen akhir yang dituju

berasal dari daerah sekitar usaha ternak ayam ras petelur.

4. Promosi

Promosi yang dilakukan peternak adalah dengan menawarkan kepada

pedagang eceran dan pedagang pengumpul dengan mendatangi tempat usaha

tersebut sambil memperkenalkan produk usaha peternakannya. Namun seiring

berjalannya usaha, peternakan tersebut telah memiliki pelanggan tetap atau

saluran pemasaran yang tetap, hal ini tak terlepas dari kualitas telur yang

ditawarkan masih dalam kondisi segar atau masih baru sehingga menjadi

pertimbangan tersendiri dari pelanggan untuk membeli produk peternakan ayam

ras petelur H. Rondi selaku peternak lokal daerah ketimbang membeli telur dari

luar daerah Sulawesi Tenggara. Peternak juga menawarkan sistem bon kepada

pelanggan tetapnya artinya agen dapat menjual produk dengan melakukan


47

pembayaran setelah produk habis, strategi ini juga memperkuat saluran pemasaran

usaha sehingga aspek pemasaran layak.

Berdasarkan hasil analisis aspek pasar, untuk peluang pasar usaha ini

masih cukup besar karena jumlah permintaan telur untuk hari normal dua kali

lebih besar dari jumlah penawaran yang ada dan untuk hari besar permintaan

dapat mencapai tiga kali lebih besar dari jumlah penawaran. Sementara untuk

bauran pemasaran berupa produk, harga, saluran pemasaran, dan promosi yang

telah diterapkan telah memberikan hasil sesuai yang diharapkan sehingga keadaan

usaha ternak ayam ras petelur dinilai dari aspek pasar layak utuk dijalankan.

4.3.2 Analisis Aspek Teknis

1. Lokasi Peternakan dan Kandang

Lokasi peternakan adalah aspek penting karena jika lahan atau lokasi tidak

layak maka usaha tidak dapat dilaksanakan dengan baik, lokasi usaha yang baik

bagi peternakan adalah jauh dari pemukiman masyarakat karena akan terkena

dampak negatif dari usaha peternakan ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan.

Lokasi juga harus mempunyai sumber air bersih yang cukup karena air adalah hal

penting yang akan mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan,

akses transportasi yang baik dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran sehingga

proses pengiriman dapat berjalan dengan baik kondisi jalan yang baik pula akan

menentukan kualiatas telur seperti persentase telur yang pecah yang diakibatkan

jalan yang kurang baik. Jaringan listrik yang memadai untuk melaksanakan

kegiatan usaha peternakan yang digunakan untuk mesin, penerangan, dan

mempermudah proses kegiatan dimalam hari.


48

Pada penentuan lokasi, pemilik usaha memperhatikan beberapa

pertimbangan yaitu :

1. Temperatur di lokasi adalah sekitar 270C – 300C, temperatur ini sudah cukup

ideal untuk usaha ayam ras petelur. Ketika malam hari temperatur mengalami

penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut peternak menggunakan pemanas

tambahan untuk meningkatkan temperatur udara dengan menggunakan

lampu. Temperatur udara minimum dan maximum diseluruh kepuluan

Indonesia walaupun agak berbeda-beda, tetapi sebagian besar masih dapat

ditoleransi atau diadaptasi dengan baik oleh ternak ayam.

2. Tidak mengganggu lingkungan masyarakat disekitarnya. Dengan jarak antara

peternakan dengan lingkungan pemukiman ±500 meter dari pagar terluar

sehingga mengurangi dampak negatif dari usaha peternakan ini seperti bau

dan limbah yang dihasilkan serta meminimalkan kontaminasi lalat terhadap

masyarakat.

3. Lokasinya terbuka, cukup luas dan tidak ada bangunan atau pun pepohonan

rindang yang menghalangi sirkulasi udara sehingga udaranya segar.

4. Keadaan sekitarnya tenang, tidak terlalu berdekatan dengan keramaian, untuk

menghindari ayam mengalami stres akibat kebisingan dan suara-suara yang

menggaduhkan yang akan merugikan usaha peternakan.

5. Lokasi lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya, sehingga gerakan udara bebas

dan untuk menghindari air menggenang pada waktu musim hujan, sehingga

tidak menimbulkan kelembaban yang tinggi yang akan mengganggu

kesehatan ayam.
49

6. Ketersediaan air bersih dan listrik. Lokasi terdapat sumber air bersih berupa

sumur yang ketersediaan airnya cukup melimpah. Ketersediaan sumber air di

areal kandang memiliki peranan yang vital untuk pertumbuhan ayam dan

operasional kandang. Masing-masing unit kandang dilengkapi dengan tempat

penampungan air. Pada mess karyawan juga telah dipasangi KWH.

Sementara untuk antisipasi pemadaman listrik dari PLN, peternak juga telah

menyediakan genset.

7. Lokasi tidak jauh dengan tempat pemasaran, sehingga biaya tataniaga dapat

ditekan.

8. Usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi memiliki akses jalan yang masih

dalam kondisi baik. Hal ini membantu mengurangi resiko telur pecah ketika

hendak dipasarkan dan mempermudah pelanggan untuk datang ke lokasi

usaha.

9. Usaha ternak ayam ras petelur masih memiliki lahan yang cukup luas untuk

pengembangan usahanya dengan menambah 2 blok kandang layer yang baru.

2. Layout dan Luas Lahan, Kandang, Gudang, dll

Layout produksi merupakan pengaturan penempatan infrastruktur dan

fasilitas yang dimiliki oleh peternak sehingga mempermudah proses produksi dan

aktivitas lainnya yang berkaitan dengan bisnis yang dilakukan. Pemilik usaha

telah merancang layout produksi sebaik mungkin untuk mempermudah serta

mengefisienkan proses produksi. Untuk lebih jelasnya, layout usaha dapat dilihat

pada Gambar 4.1

GERBANG
50

Mess Gudang
Karyawan dan Tempat
1. Tempat Penyimpanan
Penyimpanan Pakan
2. Telur

Sumur 3.

4.

Toren air 5.
KANDANG DOC
1200 L
6.

7.
Toren air 8.
500 L KANDANG LAYER I
9.

Toren air 10.


500 L KANDANG LAYER II

Gambar 4.1 Layout Peternakan

Pemilik usaha ternak ayam ras petelur masih memiliki lahan yang cukup

luas untuk pengembangan usahanya yaitu seluas 1,5 Ha yang telah dipagar

keliling, bahkan dengan lahan yang ada masih dapat menambah kandang ataupun

bangunan lainnya.

Pada peternakan ayam ras petelur terdapat 1 kandang pembesaran DOC

dengan lebar 5 m dan panjang 60 m serta 2 kandang layer. Dalam satu kandang

layer terdapat ± 650 kandang baterai yang diisi oleh dua ekor ayam. Ukuran

sebuah kandang baterai adalah lebar 30 cm, panjang 35 cm, dan tinggi 30 cm.

Terdapat pula mess berukuran 5 m x 5,5 m sebagai tempat pekerja beristirahat dan
51

tempat penyimpanan telur sebelum dikirim ke konsumen. Ada pula gudang

tempat penyimpanan pakan yang berukuran 3,5 m x 4 m.

Untuk kontruksi kandang, pemilik usaha menggunakan bambu dan kayu

sebagai bahan utamanya untuk menekan biaya pembuatan kandang, namun bambu

yang digunakan pun merupakan jenis bambu pilihan serta diberikan perlakuan

terlebih dahulu sebelum di pasang di kandang, bambu tersebut direndam di sungai

dengan waktu yang cukup lama agar bambu dapat tahan lama dan tidak dimakan

rayap.

Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap

mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat

obat-obatan dan sistem alat penerangan. Kandang layer di peternakan tersebut

menggunakan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bambu

atau kayu kaso yang dipasang berjarak agar kotoran ayam langsung jatuh dibawah

sekitar kandang sehingga mudah dalam membersihkan.

3. Peralatan Kandang

Selain kandang, peralatan kandang juga menjadi bagian yang tidak bisa

dipisahkan dari konstruksi kandang. Peralatan ini akan mendukung terwujudnya

kandang yang nyaman. Secara umum peralatan yang tersedia di peternakan ayam

ras petelur tersebut terdiri dari tempat pakan, tempat minum, lampu untuk

pencahayaan, tangki semprot untuk pembersihan dan desinfeksi kandang, serta

peralatan seperti gerobak, pompa ban, sekop, ember, timbangan, egg tray, tali

rafia, sapu ijuk dan sendok sampah, dll.


52

Dilihat dari peralatan yang digunakan menunjukkan bahwa peternak

masih menggunakan teknologi yang sederhana dikarenakan semua belum

otomatis seperti kandang modern (close house) pada umumnya. Alasan peternak

masih menggunakan teknologi sederhana dikarenakan pertimbangan biaya

investasi dan realita produksi yang sudah dijalankan. Peternak merasa bahwa

dengan menggunakan teknologi sederhana sudah dapat mencapai hasil yang

diharapkan yaitu tingkat produksi serta tingkat stres dan penyakit ayam yang

masih dalam batas toleransi.

4. Proses Produksi

Proses produksi pada usaha ternak ayam ras petelur dimulai sejak

persiapan kandang, pemeliharaan, pemanenan, penyimpanan, dan pengiriman

produk sampai diterima oleh pembeli.

a) Persiapan kandang

Persiapan kandang adalah tahap awal dalam kegiatan peternakan ayam

petelur. Tahap ini dimulai dari proses pencucian kandang yang di dalamnya

terdapat sanitasi dan desinveksi kandang. Kegiatan ini dilakukan dengan mencuci

setiap bagian kandang dengan cairan disinveksi berupa cairan kimia atau dapat

diganti dengan deterjen lalu disemprot menggunakan air sehingga kotoran dapat

lepas dan hilang dari kandang. Setelah dilakukan kegiatan ini kandang

diistirahatkan dua sampai tiga hari sehingga kandang akan aman bagi ayam karena

bibit penyakit sudah hilang.

b) Proses Pemeliharaan
53

Bibit yang digunakan oleh peternak adalah tipe ayam petelur medium jenis

Hixex Brown, jenis ini dipilih oleh peternak dengan beberapa pertimbangan

karena dirasa lebih baik dalam kemampuan bertahan hidup karena tingkat

kematian yang rendah dan produksi telurnya juga cukup tinggi. Selain itu,

kemampuan konversi ransum juga menjadi faktor penting dalam pemilihan jenis

bibit yang akan digunakan, sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi

makannya banyak juga tidak menguntungkan. Konversi ransum merupakan

perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sebuah

telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang

baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak atau

lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya.

Proses pemeliharaan pada peternakan ayam ras petelur dilakukan sejak

bibit ayam atau DOC di datangkan ke kandang. DOC yang diambil berumur 0

sampai satu hari atau baru menetas dengan tingkat kematian 2 persen dari 100

ekor ayam. Sehingga ketika melakukan pembelian DOC, setiap 100 ekor ayam

ditambah 2 ekor ayam sebagai ganti resiko kematian yang 2 persen.

DOC akan dipelihara di kandang pembesaran DOC hingga berumur 18

minggu kemudian dipindahkan ke kandang layer karena akan memasuki periode

bertelur. Biasanya ayam akan mulai bertelur pada umur 18 sampai 20 minggu dan

akan terus bertelur hingga berumur 90 minggu dan kemudian ayam akan di jual

karena produksi telur pada ayam yang berusia lebih dari 90 minggu telah

menurun, inilah yang dinamakan ayam afkir.


54

Menejemen pemberian pakan diberikan dua kali dalam sehari yaitu pagi

dan sore hari dengan persentase pemberian pakan pada sore hari lebih banyak

yaitu 70 persen dan 30 persen untuk pagi hari dengan bobot pemberian pakan ±

115 gr untuk satu ekor ayam per hari. Untuk air minum yang diberikan harus air

bersih dan sehat sehingga ayam akan tumbuh dan berproduksi dengan maksimal.

Untuk air minum pemberiannya dilakukan dengan sistem add libitum atau

sekenyangnya artinya ketersediaan air akan selalu ada.

Obat-obatan dan Vaksin (OVD) digunakan untuk mencegah dan

mengobati penyakit yang terjadi atau menyerang ayam sehingga mempengaruhi

produktivitas atau mengalami kematian jika tidak ditangani dan vitamin diberikan

agar kondisi ayam tetap optimal karena kondisi alam yang terjadi seperti cuaca

ekstrim. Obat-obatan yang digunakan biasanya diberikan pada ayam yang

mengalami penyakit pernapasan dan pencernaan. Tingkat kematian ayam yang

diakibatkan penyakit sangat tinggi apalagi jika penyakit tersebut disebabkan oleh

virus sehingga untuk meminimalisir tingkat kematian akibat virus, peternak

melakukan program vaksinasi secara berkala. Pemberian vaksin dilakukan dengan

cara oral dan suntik, sedangkan pemberian obat dan vitamin dilakukan dengan

mencampur pada air atau pakan ayam.

Walaupun telah dilakukan vaksinasi, namun peternak tetap selalu

melakukan pemantaun pada kondisi ayam. Jika terdapat kelainan atau kondisi

ayam yang tidak biasa seperti diam, lemas, dan kurang nafsu makan maka ayam

akan segara dikeluarkan dari kandang layer dan disimpan ditempat terpisah untuk
55

kemudian dilakukan perawatan khusus, hal ini juga dilakukan untuk mencegah

penularan penyakit pada ayam lain.

c) Proses Pemanenan dan Pengemasan

Pemanenan telur dilakukan dengan cara manual oleh peternak, dengan

menempatkan telur pada ember atau keranjang telur, sebelum kemudian di sortir

dan dikemas kedalam egg tray. Pemanenan dilakukan dua kali dalam sehari

sekitar jam 10.00 dan jam 16.00.

Secara keseluruhan proses produksi dilakukan dengan baik dan terencana

dari awal sampai telur dapat dikirim kepada konsumen. Kegiatan pengemasan

dilakukan dalam gudang, yang di dalamnya terdapat kegiatan grading yaitu

penilaian kondisi telur dan setelah itu dilakukan sortasi dimana telur dipisahkan

berdasarkan kondisi fisik dan kualitasnya. Telur yang akan dikirim dikemas ke

dalam egg tray yang telah disediakan sebelumnya, telur yang dimasukan haruslah

bersih dan utuh, jika ada telur yang kotor maka peternak akan memisahkan dan

mencucinya dan apabila ada telur yang retak akan dipisahkan dan dijual dengan

harga yang lebih murah atau digunakan untuk konsumsi peternak. Setelah telur

dikemas maka akan disusun dengan rapi dan diikat yang kemudian akan siap

untuk dipasarkan atau diantarkan ke konsumen.

Berdasarkan analisis aspek teknis, usaha peternakan ayam ras petelur

layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria kelayakan bisnis yang ada

yaitu penentuan lokasi bisnis yang tepat, luas lahan yang memadai serta bangunan

dengan ukuran yang telah memenuhi standar, ketepatan teknologi yang

digunakan, pemanfaatan infrastruktur yang ada, proses produksi yang jelas, dan
56

tata letak atau layout produksi yang baik. Lokasi bisnis dipilih berdasarkan alasan

kedekatan dengan pasar lokal, serta kondisi lokasi yang mendukung untuk

kegiatan bisnis peternakan ayam ras petelur. Teknologi dalam peternakan ayam

ras petelur masih sederhana karena semua belum otomatis, Alasan peternak masih

menggunakan teknologi sederhana dikarenakan pertimbangan biaya investasi dan

realita produksi yang sudah dijalankan dimana dengan peralatan yang ada, telah

memberikan hasil yang diharapkan. Infrastruktur telah dibangun dengan lengkap

guna menunjang kegiatan produksi yang dijalankan oleh peternak. Infrastruktur

yang ada ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan layout produksi yang

baik dan efisien serta mempermudah proses produksi yang dilakukan. Proses

produksi telah dijalankan dengan baik mulai dari persiapan kandang,

pemeliharaan, pemanenan dan pengemasan hingga penjualan kepada konsumen.

4.4 Analisis Aspek Finansial

Aspek finansial dalam analisis kelayakan usaha ternak ayam ras petelur

berkaitan dengan keseluruhan aktivitas yang dijalankan oleh peternak yang dilihat dari

sisi finansial (keuangan). Kelayakan usaha ternak ayam ras petelur akan dinilai

menggunakan kriteria penilaian investasi, meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback

Period serta analisis sensitivitas. Sebelum menghitung kelayakan usaha menggunakan

kriteria penilaian investasi, terlebih dahulu akan di proyeksikan arus kas (cashflow) dari

bisnis usaha ternak ayam ras petelur.


57

4.4.1 Arus Kas (Cashflow) Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Proyeksi arus kas (cashflow) merupakan laporan aliran kas yang

memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow) usaha

berjalan (Nurmalina et al., 2020).

1. Arus Penerimaan (inflow)

Dalam inflow atau arus penerimaan adalah segala komponen yang dapat

memberikan pemasukan dalam bisnis, baik pada saat permulaan ataupun selama

bisnis berjalan (Nurmalina et al., 2020). Arus penerimaan bisnis ini adalah

penerimaan dari hasil penjualan telur ayam ras, ayam petelur afkir dan kotoran

ayam. Lebih jelasnya, arus penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 3.

a) Penjualan Telur Ayam

Jumlah ayam ras petelur yang diusahakan oleh usaha ternak ayam ras

petelur H. Rondi sebanyak 2.700 ekor dimana setiap ayam petelur mampu

menghasilkan satu butir telur per hari. Telur ayam dijual dalam satuan kilogram

atau per rak tergantung keinginan konsumen. Bobot telur ayam ras pada saat

panen sekitar 40-80 gram per telur, dengan harga jual ditingkat peternak adalah

Rp17.500 per kg dan berat bersih telur dalam satu rak sekitar 2 kg. Total

penerimaan dari penjualan telur ayam sebesar Rp529.200.000 pada tahun pertama

usaha dimulai dan pada tahun kedua sebesar Rp907.200.000 hingga tahun

selanjutnya. Dengan perhitungan dari jumlah ayam 2.700 ekor diperkirakan

bertelur setiap harinya 80 persen sehingga menghasilkan ±2.160 butir perhari atau

±144 kg.
58

b) Penjualan Ayam Afkir

Penerimaan penjualan ayam petelur afkir adalah penerimaan sampingan

yang dihasilkan pada saat periode pemeliharaan berakhir. Penerimaan penjualan

Ayam petelur afkir mulai diperoleh pada akhir tahun kedua yaitu ketika ayam

berusia 22,5 bulan. Untuk menjaga agar periode bertelur ayam tidak putus, 4,5

bulan sebelum ayam memasuki usia afkir, peternak akan membeli bibit atau DOC

sehingga ketika ayam layer periode pertama memasuki usia 22,5 bulan maka

peternak telah memiliki stok ayam layer yang berusia 4,5 bulan yang nantinya

akan menggantikan ayam afkir yang telah dijual. Dari 2.700 ekor ayam yang

diusahakan diperkirakan hidup hingga umur afkir 90 minggu atau akhir umur

produksi ayam yaitu sekitar 90 persen atau sama dengan 2.430 ekor ayam. Nilai

jual ayam petelur afkir yaitu Rp42.500 per ekor. Adapun total nilai penerimaan

dari setiap periode penjualan ayam afkir sebesar Rp103.275.000.

Pada umumnya ayam petelur afkir banyak dicari pelanggan untuk dijadikan

ayam potong yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga dapat dijual.

Ayam afkir usaha ternak ayam ras petelur di jual ke pasar pasar yang ada di

kecamatan konda, disetiap pasar sudah ada pedagang ayam yang menerima atau

melakukan kerja sama.

c) Penjualan Kotoran Ayam

Penerimaan penjualan kotoran ayam petelur juga merupakan penerimaan

sampingan yang memberikan manfaat cukup besar terhadap keuntungan

perusahaan. Kotoran ayam dijual dengan harga Rp10.000 per karung, dengan

berat per karung 50 kg. Kotoran ayam banyak dicari petani karena harganya yang
59

cukup terjangkau untuk dijadikan pupuk kompos. Pada tahun pertama, peternak

baru menjual kotoran ayamnya setelah memasuki bulan kelima usaha berjalan

atau setelah ayam DOC berumur 4,5 bulan dan dipindahkan ke kandang layer.

Adapun total nilai penerimaan dari penjualan kotoran ayam sebesar Rp1.050.000

pada tahun pertama dan Rp1.800.000 pada tahun berikutnya. Usaha ternak ayam

ras petelur dalam sehari mampu menghasilkan ±25 kg kotoran ayam sehingga jika

diakumulasikan dalam setahun dapat mencapai 180 karung.

2. Arus Pengeluaran ( Outflow)

Menurut Nurmalina et al. (2020) Komponen biaya dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah

biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk

memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Sedangkan biaya operasional

merupakan semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya yang

menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi

setiap proses produksi dalm satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional

terdiri atas dua komponen utama, yakni biaya variabel dan biaya tetap.

a) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan atau digunakan

oleh peternak untuk menjalankan kegiatan bisnis di awal usaha dan melakukan

kegiatan reinvestasi yaitu mengganti investasi yang umur ekonomisnya sudah

habis sebelum 10 tahun umur usaha. Umur usaha ditetapkan berdasarkan umur

ekonomis invetasi dengan biaya tertinggi yaitu kandang, mess dan gudang. Pada

awal tahun usaha, biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp555.525.000, dan
60

pada tahun ke 5 berjalannya usaha dilakukan reinvestasi untuk barang-barang

yang memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan biaya sebesar Rp2.035..000,

sehingga total biaya investasi yang dikeluarkan oleh peternak sebesar

Rp557.560.000. Rincian biaya investasi dan biaya reinvestasi dapat dilihat pada

Tabel 4.3 dan Tabel 4.4:

Tabel 4.3 Biaya Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Harga Jumlah Biaya


No Komponen Jumlah Satuan
Persatuan (Rp) (Rp)
1 Lahan 150x100 m2 100,000,000
2 Pagar Keliling 150x100 m2 50,000,000
3 Kandang Doc 1 unit 50,000,000 50,000,000
4 Kandang Layer 2 unit 60,000,000 120,000,000
5 Gudang 1 unit 10,000,000 10,000,000
6 Mes 1 unit 15,000,000 15,000,000
Tempat Pakan unit
7 10 25,000 250,000
DOC
Tempat Minum unit
8 10 25,000 250,000
DOC
9 Ember Plastik 10 unit 15,000 150,000
Timbangan unit
10 2 700,000 1,400,000
Duduk
11 Sekop 3 unit 30,000 90,000
12 Gerobak Dorong 2 unit 400,000 800,000
13 Tangki Semprot 1 unit 500,000 500,000
14 Pompa Manual 1 unit 60,000 60,000
15 Sapu Ijuk 1 unit 10,000 10,000
16 Sendok Sampah 1 unit 15,000 15,000
17 Generator 1 unit 7,500,000 7,500,000
18 Mobil Pick Up 1 unit 170,000,000 170,000,000
19 Motor 1 unit 15,000,000 15,000,000
20 Instalasi Listrik 1 unit 3,500,000 3,500,000
21 Instalasi Air 1 unit 10,000,000 10,000,000
22 Telepon 1 unit 1,000,000 1,000,000
Total Biaya Investasi 555,525,000
61

Tabel 4.4 Biaya Reinvestasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Harga persatuan Jumlah Biaya


No Komponen Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Tempat Pakan Doc 10 unit 25,000 250,000
2 Tempat Minum Doc 10 unit 25,000 250,000
3 Ember Plastik 10 unit 15,000 150,000
4 Gerobak Dorong 2 unit 400,000 800,000
5 Tangki Semprot 1 unit 500,000 500,000
6 Pompa Manual 1 unit 60,000 60,000
7 Sapu Ijuk 1 unit 10,000 10,000
8 Sendok Sampah 1 unit 15,000 15,000
Total Reinvestasi 2,035,000

b) Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan

kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya

tidak terkait langsung dengan jumlah produksi dan akan dikeluarkan selama usaha

itu berlangsung. Biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha meliputi biaya gaji

karyawan yang terdiri dari satu karyawan tetap dan dua karyawan lepas atau

karyawan panggilan, selain itu ada biaya perawatan dan operasional kendaraan

serta biaya listrik dan telpon. Pembayaran dilakukan sebulan sekali dan dihitung

dalam setahun. Total biaya tetap yang dikeluarkan pertahunnya sebesar

Rp96.780.000. Adapun rincian biaya tetap tersebut terdapat pada Tabel 4.5
62

Tabel 4.5 Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Biaya tetap Biaya tetap


No Komponen Jumlah Satuan
perbulan(Rp) pertahun (Rp)
1 Gaji Karyawan:
a.Karyawan Tetap 1 orang 5,000,000 60,000,000
b.Karyawan Lepas 2 orang 2,200,000
2 Perawatan
Kendaraan :
a.Mobil Pick Up 1 unit 5,000,000
b. Motor 1 unit 1,500,000
3 Operasional
Kendaraaan :
a.Mobil Pick Up 120 liter 1,140,000 13,680,000
b.Motor 30 liter 300,000 3,600,000
4 Listrik 12 bulan 800,000 9,600,000
5 Telepon 12 bulan 100,000 1,200,000
Total Biaya Tetap 96,780,000

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi

dan jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya yang dikeluarkan

diantaranya yaitu DOC, pakan, vaksin, obat-obatan, desinfektan, tray telur dan tali

rafia. DOC dibeli setiap 18 bulan sekali dengan pertimbangan periode bertelur

ayam, dimana ayam akan mulai bertelur ketika umur 4,5 bulan hingga mencapai

umur afkir 22,5 bulan, sehingga pembelian DOC dilakukan 4,5 bulan sebelum

ayam layer memasuki usia afkir yang kemudian akan dijual sebagai ayam

pedaging. Pakan yang diberikan merupakan kombinasi dari konsentrat, jagung

giling, dan dedak dengan perbandingan 40 persen konsentrat, 40 persen jagung,

serta 20 persen dedak. Adapun untuk mencegah serta menjaga ayam agar tetap

sehat dan terhindar dari penyakit dilakukan kegiatan vaksinasi setiap 3 bulan

sekali atas kerjasama dengan PT. Medion serta pemberian obat-obatan dan
63

vitamin yang dilakukan sesuai prosedur. Penyemprotan desinfektan juga

dilakukan setiap kali melakukan kegiatan pembersihan kandang. Sementara untuk

egg tray dan tali rafia digunakan untuk pengemasan telur yang kemudian akan

dipasarkan. Untuk menekan biaya variabel, egg tray yang dibeli merupakan egg

tray bekas namun masih dengan kondisi layak pakai, egg tray dibeli perikat

dimana dalam satu ikatnya berisi 50 lembar. Total biaya variabel yang

dikeluarkan tiap tahunnya berbeda-beda, tahun pertama biaya yang dikeluarkan

sebesar Rp514.454.400, tahun kedua Rp519.614.400, tahun ketiga dan keempat

Rp506.114.400, tahun kelima dan keenam Rp519.614.400, tahun ketujuh dan

kedelapan Rp506.114.400, tahun kesembilan Rp519.614.400 dan tahun kesepuluh

Rp506.114.400. Adapun rata-rata biaya variabel usaha ternak ayam ras petelur

pertahun sebesar Rp515.048.400. Rincian komponen biaya variabel yang

digunakan dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Biaya Variabel Pertahun Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

No Komponen Satuan Harga persatuan (Rp)


1 DOC Ekor 5,000
2 Pakan :
a. Konsentrat Kg 9,500
b. Jagung Giling 6,200
c. Dedak 3,000
3 Vaksin Liter 500,000
4 Obat-Obatan Pack 50,000
5 Desinfektan Liter 30,000
6 Tray Telur Ikat 30,000
7 Tali Rafia Kg 15,000

4.4.2 Kriteria Kelayakan (Cashflow) Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur


64

Kriteria kelayakan finansial untuk menjawab tujuan pada penelitian ini

memiliki kesamaan dengan penelitian Wicaksono et al. (2020), kriteria kelayakan

usaha yang digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback

Period (PP). hasil analisis kelayakan finansial usaha ternak ayam ras petelur dapat

dilihat pada Tabel 4.7 :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Finasial Usaha Ternak Ayam Ras Petelur.
Aspek Finansial Nilai (Rp) Keterangan
Net Present Value (NPV) 889.851.153 Layak
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 2.42 Layak
Internal Rate of Return (IRR) 43% Layak
Payback Period (PP) 2.3 Layak

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value dari

benefit dengan present value dari costs. Kriteria penilaian Net Present Value

(NPV) yaitu jika NPV lebih besar dari nol pada saat suku bunga yang berlaku

maka usaha ternak ayam ras petelur dinyatakan layak; Jika NPV lebih kecil dari

nol pada saat suku bunga yang berlaku maka usaha ternak ayam ras petelur

dinyatakan tidak layak; Jika NPV sama dengan nol pada saat suku bunga yang

berlaku maka usaha ternak ayam ras petelur dinyatakan dalam posisi impas

(Wicaksono et al., 2020). Berdasarkan hasil perhitungan NPV yang disajikan pada

lampiran 8 menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) pada discount factor

15% sebesar Rp889.851.153, angka ini menunjukkan bahwa usaha ternak ayam

ras petelur menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena NPV yang

diperoleh (+), ini sejalan dengan penelitian Maulana et al. (2014), yang

menyatakan usaha layak karena menghasilkan NPV lebih besar dari nol.
65

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dan NPV negatif.

Net B/C ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara nilai manfaat

sekarang dengan nilai dan biaya sekarang pada tingkat discount factor yang

berlaku yaitu 15%. Dari hasil analisis discount factor 15% diperoleh Net B/C

yang di sajikan pada Lampiran 4 sebesar 2.42 yang berarti bahwa usaha ini layak

untuk diusahakan karena nilai yang diperoleh lebih besar dari satu (Net B/C > 1),

seperti yang telah disebutkan dalam penelitian Ulfa et al. (2014), ketika

mendapatkan nilai Net B/C > 1 maka usaha tersebut layak untuk diusahakan

(untung), untuk lebih jelasnya perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8.

IRR merupakan nilai yang menggambarkan tingkat pengembalian modal

bagi pemilik perusahaan yang melakukan investasi selama proyek berlangsung.

Nilai IRR yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur adalah sebesar 43% atau

lebih besar dari tingkat suku bunga 15%. Seiring dengan penelitian yang

dilakukan Iskandar et al. (2019), yang memperoleh nilai IRR lebih besar dari

tingkat suku bunga artinya usaha layak untuk dijalankan. Perhitungan IRR dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Payback periode menunjukkan waktu pengembalian modal yang akan

digunakan untuk melaksanakan pengembalian usaha ternak ayam ras petelur.

Nilai Payback periode yang diperoleh dari usaha ternak ayam ras petelur adalah

2,3 berarti tingkat pengembalian modal investasi pada usia usaha dua tahun tiga

bulan. Waktu pengembalian ini lebih rendah dari umur usaha, maka

pengembangan bisnis ini layak untuk dijalankan. Sejalan dengan penelitian

Afandi et al. (2019), yang mendapatkan nilai Payback Period lebih rendah dari
66

umur usaha sehingga bisnis dinyatakan layak. Perhitungan PP disajikan pada

Lampiran 8.

4.4.3 Analisis Sensitivitas

Metode lain dalam analisis sensitivitas yaitu dengan melihat perubahan

pada suatu variabel untuk sampai ke hasil perhitungan yang membuat usaha tidak

dapat diterima atau dijalankan. Tujuan sensitivitas adalah melihat apa yang terjadi

dengan analisis usaha jika terjadi suatu perubahan pada biaya dan manfaat seperti

adanya kenaikan biaya variabel dan penurunan produksi. Hasil perhitungan

analisis sensitivitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Jagung dan
DOC, Serta Penurunan Harga Jual Telur.
Hasil Analisis Sensitivitas
Keterangan Persentase
NPV (Rp) Net B/C IRR PP(tahun)
Kondisi Normal 889.851.153 2.42 43% 2.3
Kenaikan Harga Jagung 30% 639.998.040 1.95 38% 2.8
Kenaikan Harga Doc 30% 874.364.384 2.39 43% 2.3
Penurunan Harga Jual Telur 15% 256.201.466 1.37 28% 4.5

Komponen biaya yang terkadang mengalami kenaikan harga menurut

peternak biasanya terjadi pada biaya variabel pakan jagung dan DOC serta harga

penjualan telur. Jika harga jagung pada usaha ternak mengalami kenaikan sebesar

30%, yaitu dari harga awal jagung Rp6.200 menjadi Rp8.060, Pada saat tersebut

usaha masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari 0, Net B/C

lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount factor serta payback

periode sebelum umur usaha. Batas toleransi kenaikan harga jagung yaitu sebesar

100%, apabila terjadi kenaikan harga melebihi batas toleransi tersebut usaha akan

menghasilkan NPV lebih kecil dari 0 sehingga usaha menjadi tidak layak.
67

Kenaikan pakan ini biasanya disebabkan oleh kelangkaan pasokan jagung dari

petani.

Komponen biaya variabel berikutnya yang terkadang mengalami kenaikan

harga adalah DOC. Ketika terjadi kenaikan harga DOC sebesar 30%, yaitu dari

harga awal Rp5.000 menjadi Rp6.500 pada saat tersebut perusahaan masih tetap

layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari 0, Net B/C lebih besar dari

satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount factor serta payback periode

sebelum umur proyek. Kenaikan harga DOC tidak berpengaruh besar pada

aktivitas usaha, bahkan ketika kenaikan mencapai 400% usaha masih layak untuk

dijalankan. Hal ini karena pembelian DOC hanya dilakukan setiap 18 bulan

sekali. Kenaikan harga DOC biasanya diakibatkan kurangnya pasokan telur yang

ada di produsen dikarenakan indukan ayam yang dijadikan bibit untuk

menghasilkan telur DOC terserang penyakit sehingga DOC yang dihasilkan

kurang memenuhi syarat. Keterbatasan jumlah produksi tersebut membuat

produsen harus meningkatkan harga DOC agar tidak mengalami kerugian.

Pada komponen penerimaan dari penjualan produk, harga telur juga

terkadang mengalami penurunan. Hal tersebut biasa diakibatkan karena

banyaknya pasokan telur dari pesaing yang ada dipasaran, atau banyaknya telur

yang masuk dari luar daerah Sulawesi Tenggara yang menawarkan telur dengan

harga yang lebih murah, kondisi ini membuat peternak harus selalu berupaya

untuk menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan ataupun pengaruh dari luar,

salahsatunya dengan ikut menurunkan harga jual telur agar tidak kehilangan

konsumen atau pun langganan. Pada kondisi penurunan harga jual telur sebesar
68

15%, usaha masih tetap layak untuk dijalankan karena NPV lebih besar dari 0,

Net B/C lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat discount factor serta

payback periode sebelum umur usaha. Apabila terjadi penurunan harga jual telur

hendaknya tidak lebih dari 21% dimana nilai NPV akan lebih kecil dari 0. Apabila

kondisi ini berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak segera ditanggulangi

secara tepat, maka usaha akan mengalami kerugian yang akan mengakibatkan

kebangkrutan.

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, disimpulkan bahwa usaha masih

layak untuk dijalankan ketika terjadi kondisi:

1. Kenaikan harga jagung sebesar 30%, dengan batas toleransi kenaikan

harga sebesar 100%.

2. Kenaikan harga DOC sebesar 30%, dengan batas toleransi kenaikan harga

sebesar 400%.

3. Serta penurunan harga jual telur sebesar 15%, dengan batas toleransi

penurunan harga sebesar 21%.

Apabila terjadi kondisi perubahan melebihi batas toleransi yang telah

ditentukan, maka usaha akan menghasilkan NPV lebih kecil dari 0, artinya usaha

mengalami kerugian. Hal ini menuntut peternak untuk selalu siap dan cepat

tanggap untuk melakukan antisipasi atau tindakan yang tepat menanggapi

perubahan yang terjadi agar usaha tidak mengalami kerugian yang besar dan tetap

dapat beroperasi.

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
69

Ayam ras petelur merupakan salah satu ternak unggas penghasil telur yang

sangat banyak digemari oleh masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan telur

merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan harganya

terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Kesimpulan yang didapat mengenai

Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur dapat dilihat dari hasil analisis

usaha melalui aspek non finansial dan finansial.

1. Hasil analisis aspek nonfinansial dari aspek pasar menjelaskan bahwa usaha

ini layak untuk dijalankan karena peluang pasar dan bauran pemasaran dinilai

memadai untuk pemasaran produk. Analisis aspek teknis menjelaskan bahwa

usaha ini layak karena usaha ternak ayam ras petelur H. Rondi telah memiliki

lokasi yang tepat, luas lahan dan kandang serta bangunan yang lainnya

memadai, memiliki sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan

operasional, layout peternakan yang tertata dengan baik serta proses produksi

yang sudah cukup baik.

2. Hasil analisis aspek finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi

menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan

nilai NPV sebesar Rp889.851.153 lebih besar dari nol, nilai net B/C sebesar

2,42 lebih besar dari satu, nilai IRR sebesar 43% lebih besar dari tingkat

discount rate yang ditentukan, dan PP berada sebelum masa proyek berakhir

yaitu 2 tahun 3 bulan.

3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras

petelur H. Rondi masih tetap layak dijalankan dan mendapatkan keuntungan

meskipun terjadi kenaikan harga jagung dan DOC sebesar 30 persen. Ketika
70

terjadi penurunan harga jual telur sebesar 15%, usaha juga tetap masih

mendapat keuntungan dan layak untuk dijalankan.

Dilihat dari sisi analisis finansial dan nonfinansial, ketika pemilik usaha

ingin melakukan pengembangan usaha dengan menambah kandang dan jumlah

populasi ayam untuk meningkatkan produktivitas, usaha ini masih layak untuk

dijalankan.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari analisis yang

dilakukan terhadap usaha ternak ayam ras H. Rondi adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis nonfinansial menunjukkan peluang pasar yang

besar serta bauran yang telah cukup baik, sebaiknya pemilik usaha

melakukan ekspansi usaha untuk meningkatkan jumlah produksi dengan

menambah jumlah kandang dan ayam petelur dengan memanfaatkan lahan

yang belum terpakai secara optimal oleh peternak. Peternak juga diharapkan

selalu mengaupdate informasi-informasi terbaru yang berkaitan dengan

peternakan ayam ras petelur, baik mengenai penyakit atau virus yang sedang

terjadi serta cara penanggulangannya maupun perkembangan terbaru dari segi

harga-harga baik harga input maupun output agar apabila ada perubahan

perusahaan dapat segera mengatasi.

2. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial, usaha telah memenuhi kriteria dan

layak untuk dijalankan, namun peternak harus terus menjaga produktivitas

usahanya agar produksinya tidak mengalami penurunan. Untuk itu semua


71

pekerja harus selalu mengecek keadaan peternakan secara rutin, serta

menjaga kondisi kandang agar tetap bersih.

3. Dilihat dari analisis sensitivitas yang menunjukkan kemampuan usaha dalam

bertahan pada kondisi kenaikan harga jagung dan DOC dengan persentase

30% maupun penurunan harga jual telur dengan persentase 15%. Dari ketiga

komponen yang dihitung menggunakan analisis sensitivitas, penurunan harga

jual telur menjadi komponen yang cukup mempengaruhi usaha dibandingkan

kompoonen lainnya. Ketika terjadi kondisi perubahan harga melebihi batas

toleransi yang telah ditentukan sebaiknya peternak segara mengambil langkah

cepat dan tepat untuk menanggulangi kondisi tersebut agar usaha tidak

mengalami kerugian yang besar dan tetap dapat beroperasi.

DAFTAR PUSTAKA
72

Afandi, Christoporus, Hajar S. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ayam


Petelur Pada Peternakan Anas di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga
Kota Palu. e-J. Agrotekbis. 7(6): 694-703.

Alif. 2017. Kiat Sukses Beternak Ayam Petelur. Yogyakarta. BIO GENESIS.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT.


Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. 2020. Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Menurut Provinsi
dan Jenis Kelamin (Ribu Jiwa), 2018-2020. Jakarta. BPS.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. 2020. Populasi Ternak Ayam
Ras Petelur Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016-2019 (Ribu Ekor). Kendari. BPS Provinsi Sulawesi Tenggara.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan. 2020. Produksi Telur Menurut
Jenis Unggas di Kabupaten Konawe Selatan, tahun 2020. Konawe Selatan.
BPS Kabupaten Konawe Selatan.

Boer NP, Abdi, Gafaruddin A. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Usaha


Hidroponik di Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari (Studi
Kasus Hidroponik Faperta). JIA. 6(1): 27-36.

Fadilah R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Jakarta. Agromedia Pustaka.

Fadilah R, Fatkhuroji. 2013. Maksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Jakarta.


PT.AgroMediaPustaka.

Hardin. 2019. Identitas Petani yang Mempengaruhi Pendapatan bagi Usahatani


Padi Sawah di Kota Baubau. Jurnal Media Agribisnis. Jurnal Media
Agribisnis. 3(2): 121-144.

Hasiruddin, Hafid H, Malesi L. 2015. Potensi dan Kelayakan Finansial Usaha


Peternakan Sapi Potong di Desa Alebo Kecamatan Konda Kabupaten
Konawe Selatan JITRO. 2(3): 88-105.

Hidayat A. 2021. Studi Kelayakan Bisnis. Sumatra Barat. Insan Cendekia Mandiri.

Iskandar N, Damayanti L, Sulaeman. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Usaha


Ayam Ras Petelur UD. Putra Tamago Kecamatan Palu Selatan Kota Palu.
e-J. Agrotekbis. 7(5): 640-646.

Kasmir, Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta. Prenadamedia group.

Maulana Y, Mauludin Y, Gunadhi E. 2014. Analisis Usaha Peternakan Ayam Ras


Pedaging dengan Pola Kemitraan (Studi Kasus di Peternakan Bu Lilis
73

Rancamidin, Cibodas). Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut.


12(12): 1-10.

Maulidah S. 2012. Pengantar Manajemen Agribisnis. Malang. UB Press.

Muhammad, Hadayani H, Laapo A. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Usaha


Peternakan Ayam Petelur pada CV.Taufik Nur di Kota Palu. J. Agroland.
24(1): 18-26.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2020. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor. IPB


Press.

Purba NMB, Khadijah. 2020. Analisis Skala Usaha, Pendapatan Usaha dan
Pengalaman Usaha terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi pada Pelaku
UMKM di Kota Batam. . Jurnal Mutiara Akuntansi. 5(2): 79-87.

Putri BRT, Sukananta IW, Partama IBG. 2017. Kelayakan Usaha Peternakan
Ayam Ras Petelur. Denpasar. Lembaga Perguruan Tinggi Fakultas
Peternakan Universitas Udayana.

Ramadhani RD. 2017. Analisa Usaha Peternakan Ayam Petelur Sistem Closed
House di Rossa Farm Desa Kendalrejo Kecamatan Srengat Kabupaten
Blitar. Jurnal Aves. 11(2): 1-13.

Rasyaf M. 2011. Beternak Ayam Kampung. Jakarta. Penebar Swadaya.

Sholihah N, Dahlan M, Aspriati DW. 2019. Business Feasibility Analysis of


Rooster in Tiara Poultry Shop Farm, Dadapan Village, Solokuro District,
Lamongan Regency. IJASC. 02 (03): 83-91.

Sianturi ECJ. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur Pada Dian
Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor.
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suyono B, Hermawan H. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten
Magetan. Jurnal Ekomaks. 2(2): 1-15.

Tuwo MA. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi Menuju Sukses. Kendari.
Unhalu Press.

Ulfa Z, Sarengat W, Santoso SI. 2014. Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam
Petelur UD. Balebat di Desa Karang Kobar Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Kendal. Animal Agriculture Journal. 3(3): 476-482.

Wicaksono D, Zakaria WA, Widjaya S. 2020. Evaluasi Kelayakan Finansial dan


Keuntungan Peternakan Ayam Ras Petelur PT SPU dan AF di Kecamatan
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. JIIA. 8(1): 23-29.
74
75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Usaha Ternak Ayam Ras Petelur di Desa Alebo
Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan
76

Alebo

Gambar 1. Peta Lokasi Desa Alebo Kecamatan Konda


Harga Tahun Pertama Tahun Kedua Tahun Ketiga Tahun Keempat Tahun Kelima
No Komponen Satuan Persatuan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp)
(Rp) Fisik Fisik Fisik Fisik Fisik
1 Penjualan telur ayam kg
17,500 30,240 529,200,000 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000
2 Penjualan ayam afkir ekor    
42,500 - 2,430 103,275,000 - 2,430 103,275,000 2,430 103,275,000
3 Penjualan kotoran ayam kg
200 5,250 1,050,000 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000
Total          
530,250,000 1,012,275,000 909,000,000 - 1,012,275,000

Harga Tahun Keenam Tahun Ketujuh Tahun Kedelapan Tahun Kesembilan Tahun Kesepuluh
No Komponen Satuan Persatuan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp) Nilai (Rp)
(Rp) Fisik Fisik Fisik Fisik Fisik
1 Penjualan telur ayam kg
17,500 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000 51,840 907,200,000
2 Penjualan ayam afkir ekor    
42,500 - 2,430 103,275,000 2,430 103,275,000 - 2,430 103,275,000
3 Penjualan kotoran ayam kg
200 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000 9,000 1,800,000
Total          
909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000

Lampiran 2. Arus Penerimaan

76
77
Lampiran 3. Arus Pengeluaran
a). Biaya Investasi
Umur
Satua Jumlah Biaya
No Komponen Jumlah Harga/Satuan Ekonomi
n (Rp)
s (tahun)
1 Lahan Ha 1,5 100,000,000
150x10
2 Pagar keliling m 50,000,000 15
0
3 Kandang DOC unit 1 50,000,000 50,000,000 10
4 Kandang layer unit 2 60,000,000 120,000,000 10
5 Gudang unit 1 10,000,000 10,000,000 10
6 Mes unit 1 15,000,000 15,000,000 10
7 Tempat pakan DOC unit 10 25,000 250,000 5
8 Tempat minum DOC unit 10 25,000 250,000 5
9 Ember plastik unit 10 15,000 150,000 5
10 Timbangan duduk unit 2 700,000 1,400,000 10
11 Sekop unit 3 30,000 90,000 10
12 Gerobak dorong unit 2 400,000 800,000 5
13 Tangki semprot unit 1 500,000 500,000 5
14 Pompa manual unit 1 60,000 60,000 5
15 Sapu ijuk unit 1 10,000 10,000 5
16 Sendok sampah unit 1 15,000 15,000 5
17 Generator unit 1 7,500,000 7,500,000 10
18 Mobil pick up unit 1 170,000,000 170,000,000 15
19 Motor unit 1 15,000,000 15,000,000 15
20 Instalasi listrik unit 1 3,500,000 3,500,000 15
21 Instalasi air unit 1 10,000,000 10,000,000 15
22 Telepon unit 1 1,000,000 1,000,000 15
Total 555,525,000
 
Biaya Reinvestasi
Umur
Satua Jumlah
No Komponen Jumlah Harga/Satuan Ekonomi
n Biaya (Rp)
s (tahun)
1 Tempat pakan doc unit 10 25,000 250,000 5
2 Tempat minum doc unit 10 25,000 250,000 5
3 Ember plastik unit 10 15,000 150,000 5
4 Gerobak dorong unit 2 400,000 800,000 5
5 Tangki semprot unit 1 500,000 500,000 5
6 Pompa manual unit 1 60,000 60,000 5
7 Sapu ijuk unit 1 10,000 10,000 5
8 Sendok sampah unit 1 15,000 15,000 5
Total 2,035,000

Total Investasi = Biaya Investasi + Biaya Reinvestasi

= Rp555.525.000 + Rp2.035.000

= Rp557.560.000
78
Lampiran 3. Arus Pengeluaran
78
Lanjutan......
Lampiran 3. Arus Pengeluaran

b). Biaya Tetap


Biaya
Biaya
No Komponen Satuan Jumlah Pertahun
Persatuan/bulan (Rp)
(Rp)
1 Gaji karyawan:  
Karyawan tetap orang 1 5,000,000 60,000,000
Karyawan lepas orang 2 2,200,000
2 Perawatan kendaraan:
a. Mobil pick up unit 1 5,000,000
b. Motor unit 1 1,500,000
3 Operasional kendaraan:
a. Mobil pick up liter 120 1,140,000 13,680,000
b. Motor liter 30 300,000 3,600,000
4 Listrik bulan 12 800,000 9,600,000
5 Telepon bulan 12 100,000 1,200,000
Total 96,780,000
Lanjutan.....
Lampiran 3. Arus Pengeluaran
c). Biaya Variabel
N Harga Tahun Pertama Tahun Kedua Tahun Ketiga Tahun Keempat Tahun Kelima
Komponen Satuan
o Persatuan (Rp) JumlahFisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp)
1 DOC ekor 5,000 2,700 13,500,000 2,700 13,500,000 13,500,000 2,700 13,500,000
2 Pakan : - - - -
Konsentrat kg 9,500 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000
Jagung giling 6,200 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400
Dedak 3,000 14,076 42,228,000 14,076 42,228,000 2,700 42,228,000 14,076 42,228,000 14,076 42,228,000
3 Vaksin liter 500,000 8 4,000,000 8 4,000,000 8 4,000,000 8 4,000,000 8 4,000,000
4 Obat-obatan pack 50,000 40 2,000,000 40 2,000,000 40 2,000,000 40 2,000,000 40 2,000,000
5 Desinfektan liter 30,000 4 120,000 4 120,000 4 120,000 4 120,000 4 120,000
6 Tray telur ikat 30,000 350 10,500,000 520 15,600,000 520 15,600,000 520 15,600,000 520 15,600,000
7 Tali rafia kg 15,000 8 120,000 12 180,000 12 180,000 12 180,000 12 180,000
Total 514,454,400 519,614,400 506,114,400 506,114,400 519,614,400

Harga Tahun Keenam Tahun Ketujuh Tahun Kedelapan Tahun Kesembilan Tahun Kesepuluh
No Komponen Satuan
Persatuan (Rp) JumlahFisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp) Jumlah Fisik Nilai (Rp)
1 DOC ekor 5,000 2,700 13,500,000 2,700 13,500,000 2,700 13,500,000
2 Pakan : - - - -
Konsentrat kg 9,500 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000 28,152 267,444,000
Jagung giling 6,200 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400 28,152 174,542,400
Dedak 3,000 14,076 42,228,000 14,076 42,228,000 14,076 42,228,000 14,076 42,228,000 14,076 42,228,000
3 Vaksin liter 500,000 8 4,000,000 8 4,000,000 8 4,000,000 8 4,000,000 8 4,000,000
4 Obat-obatan pack 50,000 40 2,000,000 40 2,000,000 40 2,000,000 40 2,000,000 40 2,000,000
5 Desinfektan liter 30,000 4 120,000 4 120,000 4 120,000 4 120,000 4 120,000
6 Tray telur ikat 30,000 520 15,600,000 520 15,600,000 520 15,600,000 520 15,600,000 520 15,600,000
7 Tali rafia kg 15,000 12 180,000 12 180,000 12 180,000 12 180,000 12 180,000
Total 519,614,400 506,114,400 506,114,400 519,614,400 506,114,400

79
Lampiran 4. Cashflow Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Telur Ayam 529,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000
Penjualan Ayam Afkir - 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000
Penjualan kotoran ayam 1,050,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
TOTAL INFLOW 530,250,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000
B. OUTFLOW
I. BIAYA INVESTASI
Lahan 100,000,000
Pagar keliling 50,000,000
Kandang doc 50,000,000
Kandang layer 120,000,000
Gudang 10,000,000
Mes 15,000,000
Tempat pakan doc 250,000 250,000
Tempat minum doc 250,000 250,000
Ember plastic 150,000 150,000
Timbangan duduk 1,400,000
Sekop 90,000
Gerobak dorong 800,000 800,000
Tangki semprot 500,000 500,000
Pompa manual 60,000 60,000
Sapu ijuk 10,000 10,000
Sendok sampah 15,000 15,000
Generator 7,500,000
Mobil pick up 170,000,000

80
Lanjutan.....
Lampiran 4. Cashflow Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Motor 15,000,000
Instalasi listrik 3,500,000
Instalasi air 10,000,000
Telepon 1,000,000
TOTAL B. INVESTASI 555,525,000 - - - - 2,035,000
II. BIAYA
OPERASIONAL
a) BIAYA VARIABEL
DOC 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 -
Pakan : - - - - - - - - - -
a. Konsentrat 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000
b. Jagung giling 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400
c. Dedak 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000
Vaksin 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Obat-obatan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
Desinfektan 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000
Tray telur 10,500,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000
Tali rafia 120,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
TOTAL B. VARIABEL 514,454,400 519,614,400 519,614,400 506,114,400 519,614,400 519,614,400 506,114,400 519,614,400 519,614,400 506,114,400
b) BIAYA TETAP
Gaji karyawan:
a. Karyawan tetap 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000
b. Karyawan lepas 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000
Perawatan kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000
b. Motor 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Operasional kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000
81
Lanjutan.....
Lampiran 4. Cashflow Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
b. Motor 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
Listrik 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000
Telepon 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
TOTAL B. TETAP 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000
TOTAL B. OPERASIONAL 611,234,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400
TOTAL OUTFLOW 555,525,000 611,234,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400 618,429,400 616,394,400 602,894,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400
KAS BERSIH -555,525,000 -80,984,400 395,880,600 292,605,600 409,380,600 393,845,600 292,605,600 409,380,600 395,880,600 292,605,600 409,380,600
DF 15% 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497 0.432 0.376 0.327 0.284 0.247
PV 15% (RP) -555,525,000 -70,421,217 299,342,609 192,392,932 234,064,687 195,810,870 126,501,476 153,901,331 129,414,070 83,176,774 101,192,623
DF 45% 1.000 0.690 0.476 0.328 0.226 0.156 0.108 0.074 0.051 0.035 0.024
PV 45% (Rp) -555,525,000 -55,851,310 188,290,416 95,979,532 92,609,438 61,444,921 31,482,892 30,377,445 20,259,103 10,326,915 9,964,310

NPV 1 889,851,153

NPV 2 -70,641,339

KAS BERSIH/TAHUN (Rp) 241,368,727

INVESTASI 557,560,000

NPV+ 1,515,797,371

NPV- 625,946,217

NPV 889,851,153

NET B/C 2.42

IRR 43%

PP 2.31

82
Lanjutan.....
Lampiran 4. Cashflow Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur

83
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Jagung 30%
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Telur Ayam 529,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000
Penjualan Ayam Afkir - 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000
Penjualan Kotoran Ayam 1,050,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
TOTAL INFLOW 530,250,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000
B. OUTFLOW
I. BIAYA INVESTASI
Lahan 100,000,000
Pagar Keliling 50,000,000
Kandang DOC 50,000,000
Kandang Layer 120,000,000
Gudang 10,000,000
Mes 15,000,000
Tempat Pakan DOC 250,000 250,000
Tempat Minum DOC 250,000 250,000
Ember Plastic 150,000 150,000
Timbangan Duduk 1,400,000
Sekop 90,000
Gerobak Dorong 800,000 800,000
Tangki Semprot 500,000 500,000
Pompa Manual 60,000 60,000
Sapu Ijuk 10,000 10,000
Sendok Sampah 15,000 15,000
Generator 7,500,000
Mobil Pick Up 170,000,000

83
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Jagung 30%

84
Lanjutan.....
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Jagung 3
Motor 15,000,000
Instalasi listrik 3,500,000
Instalasi air 10,000,000
Telepon 1,000,000
TOTAL B. INVESTASI 555,525,000 - - - - 2,035,000
II. BIAYA
OPERASIONAL
a) BIAYA VARIABEL
DOC 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 -
Pakan : - - - - - - - - - -
a. Konsentrat 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000
b. Jagung giling 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800 349,084,800
c. Dedak 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000
Vaksin 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Obat-obatan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
Desinfektan 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000
Tray telur 10,500,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000
Tali rafia 120,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
TOTAL B. VARIABEL 688,996,800 694,156,800 694,156,800 680,656,800 694,156,800 694,156,800 680,656,800 694,156,800 694,156,800 680,656,800
b) BIAYA TETAP
Gaji karyawan:
a. Karyawan tetap 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000
b. Karyawan lepas 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000
Perawatan kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000
b. Motor 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000

84
Lanjutan.....
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Jagung 3
Operasional kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000
b. Motor 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
Listrik 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000
Telepon 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
TOTAL B. TETAP 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000
TOTAL B. OPERASIONAL 785,776,800 790,936,800 790,936,800 777,436,800 790,936,800 790,936,800 777,436,800 790,936,800 790,936,800 777,436,800
TOTAL OUTFLOW 555,525,000 785,776,800 790,936,800 790,936,800 777,436,800 792,971,800 790,936,800 777,436,800 790,936,800 790,936,800 777,436,800
KAS BERSIH -555,525,000 -255,526,800 221,338,200 118,063,200 234,838,200 219,303,200 118,063,200 234,838,200 221,338,200 118,063,200 234,838,200
DF 15% 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497 0.432 0.376 0.327 0.284 0.247
PV 15% (RP) -555,525,000 -222,197,217 167,363,478 77,628,470 134,269,503 109,032,449 51,041,979 88,284,378 72,355,850 33,560,930 58,048,411
DF 45% 1.000 0.690 0.476 0.328 0.226 0.156 0.108 0.074 0.051 0.035 0.024
PV 45% (Rp) -555,525,000 -176,225,379 105,273,817 38,726,705 53,124,730 34,214,087 12,703,007 17,425,800 11,326,934 4,166,799 5,715,954
NPV 1 13,863,232

NPV 2 -449,072,547

KAS BERSIH/TAHUN (Rp) 82,693,818

INVESTASI 557,560,000

NPV+ 791,585,450

NPV- 777,722,217

NPV 13,863,232

NET B/C 1.02

IRR 16%

PP 6.74

85
Lanjutan.....
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Jagung 3

86
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga DOC 30%
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Telur Ayam 529,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000 907,200,000
Penjualan Ayam Afkir - 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000
Penjualan Kotoran Ayam 1,050,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800 ,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
TOTAL INFLOW 530,250,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000 1,012,275,000 909,000,000 1,012,275,000
B. OUTFLOW
I. BIAYA INVESTASI
Lahan 100,000,000
Pagar Keliling 50,000,000
Kandang D0C 50,000,000
Kandang Layer 120,000,000
Gudang 10,000,000
Mes 15,000,000
Tempat Pakan DOC 250,000 250,000
Tempat Minum DOC 250,000 250,000
Ember Plastic 150,000 150,000
Timbangan Duduk 1,400,000
Sekop 90,000
Gerobak Dorong 800,000 800,000
Tangki Semprot 500,000 500,000
Pompa Manual 60,000 60,000
Sapu Ijuk 10,000 10,000
Sendok Sampah 15,000 15,000
Generator 7,500,000
Mobil Pick Up 170,000,000

86
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga DOC 30%

87
Lanjutan......
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga DOC 30%
Motor 15,000,000
Instalasi listrik 3,500,000
Instalasi air 10,000,000
Telepon 1,000,000
TOTAL B. INVESTASI 555,525,000 - - - - 2,035,000
II. BIAYA
OPERASIONAL
a) BIAYA VARIABEL
DOC 17,550,000 17,550,000 17,550,000 - 17,550,000 17,550,000 - 17,550,000 17,550,000 -
Pakan : - - - - - - - - - -
a. Konsentrat 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000
b. Jagung giling 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400
c. Dedak 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000
Vaksin 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Obat-obatan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
Desinfektan 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000
Tray telur 10,500,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000
Tali rafia 120,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
TOTAL B. VARIABEL 518,504,400 523,664,400 523,664,400 506,114,400 523,664,400 523,664,400 506,114,400 523,664,400 523,664,400 506,114,400
b) BIAYA TETAP
Gaji karyawan:
a. Karyawan tetap 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000
b. Karyawan lepas 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000
Perawatan kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000
b. Motor 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000

87
Lanjutan......
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga DOC 30%
Operasional kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000
b. Motor 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
Listrik 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000
Telepon 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
TOTAL B. TETAP 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000
TOTAL B. OPERASIONAL 615,284,400 620,444,400 620,444,400 602,894,400 620,444,400 620,444,400 602,894,400 620,444,400 620,444,400 602,894,400
TOTAL OUTFLOW 555,525,000 615,284,400 620,444,400 620,444,400 602,894,400 622,479,400 620,444,400 602,894,400 620,444,400 620,444,400 602,894,400
KAS BERSIH -555,525,000 -85,034,400 391,830,600 288,555,600 409,380,600 389,795,600 288,555,600 409,380,600 391,830,600 288,555,600 409,380,600
DF 15% 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497 0.432 0.376 0.327 0.284 0.247
PV 15% (RP) -555,525,000 -73,942,957 296,280,227 189,729,991 234,064,687 193,797,304 124,750,549 153,901,331 128,090,118 82,025,511 101192623.3
DF 45% 1.000 0.690 0.476 0.328 0.226 0.156 0.108 0.074 0.051 0.035 0.024339967
PV 45% (Rp) -555,525,000 -58,644,414 186,364,138 94,651,064 92,609,438 60,813,069 31,047,132 30,377,445 20,051,845 10,183,979 9964310.124

NPV 1 874,364,384

NPV 2 -78,106,994

KAS BERSIH/TAHUN (Rp) 238,791,455

INVESTASI 557,560,000

NPV+ 1,503,832,341

NPV- 629,467,957

NPV 874,364,384

NET B/C 2.39

IRR 43%

PP 2.33

88
Lanjutan......
Lampiran 6. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga DOC 30%

89
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Telur 15%
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. INFLOW
Penjualan Telur Ayam 449,820,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000 771,120,000
Penjualan Ayam Afkir - 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000 103,275,000 - 103,275,000
Penjualan Kotoran Ayam 1,050,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
TOTAL INFLOW 450,870,000 876,195,000 772,920,000 876,195,000 876,195,000 772,920,000 876,195,000 876,195,000 772,920,000 876,195,000
B. OUTFLOW
I. BIAYA INVESTASI
Lahan 100,000,000
Pagar Keliling 50,000,000
Kandang DOC 50,000,000
Kandang Layer 120,000,000
Gudang 10,000,000
Mes 15,000,000
Tempat Pakan DOC 250,000 250,000
Tempat Minum DOC 250,000 250,000
Ember Plastik 150,000 150,000
Timbangan Duduk 1,400,000
Sekop 90,000
Gerobak Dorong 800,000 800,000
Tangki Semprot 500,000 500,000
Pompa Manual 60,000 60,000
Sapu Ijuk 10,000 10,000
Sendok Sampah 15,000 15,000
Generator 7,500,000
Mobil Pick Up 170,000,000

89
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Telur 15%

90
Lanjutan.....
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Telur 15%
Motor 15,000,000
Instalasi listrik 3,500,000
Instalasi air 10,000,000
Telepon 1,000,000
TOTAL B. INVESTASI 555,525,000 - - - - 2,035,000
II. BIAYA OPERASIONAL
a) BIAYA VARIABEL
DOC 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 13,500,000 -
Pakan : - - - - - - - - - -
a. Konsentrat 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000 267,444,000
b. Jagung giling 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400 174,542,400
c. Dedak 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000 42,228,000
Vaksin 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000
Obat-obatan 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
Desinfektan 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000 120,000
Tray telur 10,500,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000 15,600,000
Tali rafia 120,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
TOTAL B. VARIABEL 514,454,400 519,614,400 519,614,400 506,114,400 519,614,400 519,614,400 506,114,400 519,614,400 519,614,400 506,114,400
b) BIAYA TETAP
Gaji karyawan:
a. Karyawan tetap 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000
b. Karyawan lepas 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000
Perawatan kendaraan : - - - - - -
a. Mobil pick up 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000
b. Motor 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Operasional kendaraan : - - - - - -

90
Lanjutan.....
Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Telur 15%
a. Mobil pick up 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000 13,680,000
b. Motor 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
Listrik 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000 9,600,000
Telepon 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
TOTAL B. TETAP 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000 96,780,000
TOTAL B. OPERASIONAL 611,234,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400
TOTAL OUTFLOW 555,525,000 611,234,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400 618,429,400 616,394,400 602,894,400 616,394,400 616,394,400 602,894,400
KAS BERSIH -555,525,000 -160,364,400 259,800,600 156,525,600 273,300,600 257,765,600 156,525,600 273,300,600 259,800,600 156,525,600 273,300,600
DF 15% 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497 0.432 0.376 0.327 0.284 0.247
PV 15% (RP) -555,525,000 -139,447,304 196,446,578 102,918,123 156,260,505 128,155,059 67,670,336 102,743,819 84,929,277 44,494,345 67,555,728
DF 45% 1.000 0.690 0.476 0.328 0.226 0.156 0.108 0.074 0.051 0.035 0.024
PV 45% (Rp) -555,525,000 -110,596,138 123,567,467 51,343,015 61,825,634 40,214,711 16,841,368 20,279,842 13,295,238 5,524,250 6,652,127

NPV 1 256,201,466

NPV 2 -326,577,485

KAS BERSIH/TAHUN (Rp) 122,814,182

INVESTASI 557,560,000

NPV+ 951,173,771

NPV- 694,972,304

NPV 256,201,466

NET B/C 1.37

IRR 28%

PP 4.54

91
Lampiran 8. Perhitungan NPV, Net B/C, IRR dan PP

a. Net Present Value (NPV)

n
NPV = ∑ Bt−Ct
(1+i)
t =
t =1

= Rp 889.851.153

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C = NPV ¿ ¿

Rp 1.515 .797 .371


=
Rp 625.946 .217

= 2,42

c. Internal Rate of Return (IRR)

NPV 1
IRR = i1 + (i −i )
NPV 1−NPV 2 2 1

92
Rp889.851 .153
= 15% + (45%-15%)
Rp 889.851 .153−(−70.641.339)

Rp 889.851 .153
= 15% + (30%)
Rp 960.492 .492

= 15% + 0,926 (30%)

= 15% + 93% (30%)

= 15% + 28%

= 43%

d. Payback Period (PP)

Investasi
Payback period = x1
Kas Bersih Pertahun

Rp557.560 .000
= x1
Rp 241.368 .727

= 2,31 x 1

= 2,3

93
94

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian pada Usaha Ternak Ayam Ras Petelur

Proses wawancara

Pemberian Pakan Ayam


95

Ayam Ras Petelur Yang di Ternakkan Jenis Hisex Brown

Proses Sortasi dan Grading Sebelum Telur Dikemas


96

Telur Setelah Dikemas

Gerbang
97

Mess Karyawan

Gudang Tempat Penyimpanan Pakan dan Peralatan


98

Sumur

Toren Air
99

Kandang DOC

Kandang Layer
100

Kondisi Jalan
101

SARAN DAN MASUKAN PENGUJI

No Saran dan masukan Penguji Respon


1 Dr. Muhammad Aswar Limi, S.Pi., M.Si. :
 Tambahkan reverensi di hasilnya terkait
perbandingan dengan penelitian terdahulu.
 Terlalu banyak pengulangan nama H. Rondi

2 Prof. Dr. Ine Fausayana, S.E., M.Si. :


 Pada perhitungan cashflow, tahun ke-0 tetap
dimasukkan yang merupakan biaya investasi.
 Pada perhitungan cashflow, biaya penyusutan tidak
perlu dimasukkan, karena telah di lakukan
perhitungann dengan Discount Factor. Apabila telah
dihitung dengan DF dan di hitung juga menggunakan
biaya penyusutan maka akan terjadi Double
Accounting.

3 Munirwan Zani, S.P., M.Si. :


 Asumsi dasar sebaiknya diletakkan di Bab tiga.
 Perbaiki langkah-langkah pada perhitungan di
lampiran 8.
 Tidak perlu menghitung biaya peenyusutan

Anda mungkin juga menyukai