Arti Kata Menuntun

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Menuntun

Kata “menuntun” diterjemahkan dari kata Ibrani nakhah (yang ditulis


dengan konsonan dan tanda huruf hidup “nun-qames-khet-qames-he”),
yang berasal dari akar kata induk nkh (nun-khet). Nama Nuh (yang
berarti istirahat) juga berhubungan dengan akar kata induk ini. Kata lain
yang berakar kata induk sama, yang pernah dibahas dalam Gali Kata
Alkitab, adalah kata minekhah (korban persembahan). (Lihat Gali Kata
Alkitab: Pelayanan via Email Edisi 13: Korban Persembahan).
Pada awalnya, huruf “nun”  adalah huruf-gambar  (piktograf) benih yang
sudah menjadi kecambah yang melambangkan ide “meneruskan”.
Sedangkan huruf “khet”  adalah gambar dinding tenda. Ada dua macam
dinding tenda. Dinding pertama memisahkan antara ruang laki-laki dan
ruang perempuan di dalam tenda. Dinding kedua memisahkan antara
yang di dalam dan di luar tenda. Gabungan dua gambar tersebut berarti
“meneruskan di luar”.
Mata pencaharian orang Ibrani di antaranya sebagai gembala-peternak.
Mereka tahu persis tugas seorang gembala dalam hubungannya dengan
binatang gembalaannya. Dia akan memandu kawanan binatang
gembalaan ke tempat air yang tenang dan rumput yang hijau
(bandingkan Mazmur 23).  Sesudah binatang gembalaannya tiba, mereka
bebas beristirahat setelah menjalani perjalanan panjang. Mereka bisa
membaringkan tubuhnya dan mendesah panjang, tanda kebebasan
mereka dari kelelahan. Jika mereka mau minum atau pun makan, air dan
padang rumput yang hijau pun terhampar di hadapannya.
Betapa bahagianya kawanan binatang itu. Meskipun lelah, tapi mereka
dapat sampai di tempat yang diidam-idamkan. Tempat seperti itulah
yang memungkinkan mereka dapat hidup.
Dengan demikian, kata “menuntun” (nakhah) secara harfiah berarti
panduan perjalanan ke tempat tujuan yang memungkinkan dapat hidup.
 
Mazmur 73
Pergumulan pemazmur dalam pasal 73 ini, mungkin juga menjadi
pergumulan anak-anak Tuhan yang hidup benar. Mengapa orang fasik
hidup makmur, tapi orang benar hidup menderita? Mengapa Tuhan
membiarkan orang fasik menindas orang benar?
Pemazmur akhirnya dipertontonkan oleh Tuhan tentang akhir hidup
orang fasik, yaitu kebinasaan.
Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi
kesulitan di mataku,  sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah,
dan memperhatikan kesudahan mereka.  Sesungguhnya di tempat-tempat
licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa
binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena
kedahsyatan! (Mazmur 73:16-19).  
Sebagaimana kawanan binatang yang digembalakan sang gembala,
begitu juga kita, anak-anak Tuhan. Kita jumpai, barangkali,  di depan
mata kita ada hal-hal yang sulit dipahami: kesusahan hidup orang benar
dan kemujuran orang fasik. Kita pun mungkin dungu  dan tidak mengerti
seperti binantang itu. Tapi, sikap sang pemazmur membawanya untuk
tidak tergelincir: tetap didekat-Nya, membiarkan tangannya dipegang-
Nya dan mau dituntun dengan nasihatNya (ayat 22-24).
Tuhan menuntun (nakhah) dengan nasihat-Nya, firman-Nya. Itulah
panduan yang diberikan Tuhan bagi perjalanan umatNya, sehingga
mereka sampai di tempat tujuan yang memungkinkan mereka hidup.
(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi  yang menggunakan berbagai
sumber sebagai bahan rujukan)

Anda mungkin juga menyukai