Anda di halaman 1dari 53

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM
PUSKESMAS TANJUNG ENIM

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam Undang undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hodup sehat bagi setiap individu agar terwujud kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara social dan eonomi dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombang terdepan dalam pembangunan kesehatan dan
mempunyai peran besar dalam upayamencapai tujuan pembangunan tersebut.
Puskesmas Tanjung Enim mempunyai VISI Masyarakat Kecamatan Lawang Kidul
yang mandiri untuk hidup sehat menuju Muara Enim sejahtera untuk semua.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan
perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan.
Oleh karena upaya pelayanan Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka
Puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan Labroratorium di Puskesmas.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi
penyakit, perubahan nstruktur demografi, otonomi daerah, serta masuknyapasar bebas,
maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanannya
Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang
dapat menentukan diagnose penyakit secara pasti yaitu pelayana Laboratorium yang
bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi
kesehatan, atau factor yang dapat berpengaruh pada kesehatan peroranngan dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

B. Ruang Lingkup
Dalam rangka pelaksanaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, tentunya
Laboratorium Puskesmas tidak dapat disamakan dengan Laboratorium Rumah sakit,
Laboratorium Klinik swasta maupun BBLK.
Pelayanan laboratorium di Puskesmas dikembangkan sesuai dengan
kebuituhan dan kemampuan puskesmas, Pelayana Laboratorium di Puskesmas
Tanjung Enim meliputi pemeriksaan Hematologi, pemeriksaan kimia klinik sederhana,

1
pemeriksaan urine, pemeriksan feses dan pemeriksaan BTA. Selain pemeriksaaan
tersebut diatas, laboratorium pukesmas Bareng juga melaksanakan pemeriksaaan HIV.
Jenis jenis pelayanan laboratorium tersebut tertuang dalam SK KEPALA UPTD
PUSKESMAS TANJUNG ENIM NOMOR 445/ 33 / KPTS/ PKM.TE/ I /2022

C. Batasan Opratsional
Meskipun Puskesmas Tanjung Enim merupakan Puskesmas dengan tempat
perawatan akan tetapi karena keterbatasan tenaga, Waktu pelayanan Laboratorium
Puskesmas Tanjung Enim tidak 24 jam, melainkan mengacu pada jam pelayanan
Rawat Jalan Puskesmas Tanjung Enim yaitu Mulai pukul 07.30 WIB sampai pukul
16.00 WIB. Wilayah kerja juga terbatas pada pasien pasien rawat jalan,dan UGD kalau
diperlukan dapat juga melaksanakan pemeriksaan keliling ke desa desa di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Tanjung Enim. Khusus untuk Program HIV, Laboratorium
Puskesmas Tanjung Enim biasa melaksanakan pemeriksaaan mobile ke wilayah kerja
Puskesmas sekitar jika ada permintaan dari Dinas Kesehatan dengan persetujuan
Kepala UPTD Puskesmas.

2
BAB II
STANDART KETENAGAAN

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib


Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukup baik jumlah maupun
mutunya. Sesuai dengan permenkes no 37 tahun 2012 Pola ketenagaan minimal harus
dimiliki oleh Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (PDTP) tidak sama dengan
Puskesmas tanpa tempat Perawatan maupun Puskesmas di Daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan terluar (PDTPK).
Jenis, kualifikasi dan Jumlah Tenaga Laboratorium Puskesmas Dengan dengan UGD
antara lain :
No. JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1. Penanggung Jawab Dokter 1
2. Tenaga Teknis D 3 Analis Kesehatan 3

Penanggung Jawab di Laboratorium Puskesmas Tanjung Enim adalah


Kepala UPTD Puskesmas Tanjung Enim.
Dalam permenkes tersebut dinyatakan bahwa petugas teknis tidak boleh meragkap
tugas lain, akan tetapi karena keterbatasan tenaga, dalam hal ini karena tidak ada
tenaga non teknis / Administrasi di Laboratorium Puskesmas, maka tenaga teknis
tersebut merangkap tugas sebagai tenaga Administrasi di Laboratorium.
Untuk mempermudah koordinasi dari penanggung jawab kepada tenaga
teknis, maka Puskesmas Tanjung Enim mengangkat Kepala Unit Pelayanan yang juga
merupakan Kepala Upaya Kesehatan Perseorangan Puskesmas. Untuk kelancaran
dalam proses pelayanan, salah satu tenaga teknis diangkat sebagai coordinator
Laboratorium.

Struktur unit laboratorium

PENANGGUNG JAWAB
KEPALA UPTD PUSKESMAS
Tanjung Enim

KEPALA UNIT PELAYANAN


KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN

KOORDINATOR LABORATORIUM

TENAGA TEKNIS

3
Tugas dan Tanggung Jawab

A. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas


Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan
tanggung jawab:
1. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium;
2. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium

B. Kepala Unit Pelayanan


Kepala Unit Pelayanan mempunyai tugas dan tanggung jawab
1. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan laboratorium;
2. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.

C. Koordinator Laboratorium
Koordinator Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab
1. Melakukan konsultasi dengan Kepal Unit Pelayanan, penanggung jawab
laboratorium atau tenaga kesehatan lain
2. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
3. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium
4. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
5. laboratorium

d. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. menyiapkan pasien
3. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
6. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
7. Administrasi

4
BAB III
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN

A. Denah Ruangan

B. Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas.
Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang
tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak
tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang
kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
lainnya, lebar minimal 0,80 m dan tinggi minimal 2,00 m.
4. jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang dan
tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata dan
tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah. Antara lantai dengan
dinding harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.

5
7. meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrument elektronik harus
tahan getaran.

C. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana-
prasarana Laboratorium Puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya dari
jendela dengan luas minimal 1,6 m2 Cahaya dari jendela tidak boleh langsung
mengarah ke meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk menghindari terjadinya
reaksi antara reagen dengan sinar matahari yang panas.
2. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi silang/cross
ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke
luar ruangan.
3. Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang
mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga pasien tidak
dapat memapar/memajan petugas Puskesmas. Exhauster dipasang pada
ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
4. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka
disarankan suhu dipertahankan antara 22 s/d 26 oC
5. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka
6. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada
bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan.
7. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan
penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius
pada laboratorium.
8. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada sistem/instalasi
pengolahan air limbah Puskesmas.

6
D. Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain :
a. Meja pengambilan sampel darah
Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
Mempunyai laci
Lapisi kaca supaya mudah dibersihkan

b. Meja penerimaan sampel urine dan dahak


c. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
1) Mempunyai sandaran
2) Dapat terbuat dari kayu, besi, dan lain-lain
d. Bak cuci/sink
1) Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
2) Ukuran minimal 30 cm x 30 cm dengan kedalaman bak minimal 15 cm
3) Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air
limbah Puskesmas
e. Meja pemeriksaan
1) Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan yang diselenggarakan
2) Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas, tahan zat kimia
mudah dibersihkan, tidak berpori dan berwarna terang
3) Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
f. Lemari pendingin (refrigerator)
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel, volume sesuai
kebutuhan
2) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang terpisah
g. Lemari alat /reagen kering
1) Fungsinya untuk menyimpan alat dan reagen kering
2) Ukuran sesuai kebutuhan
3) Dapat terbuat dari kayu atau rangka alumunium dengan rak terbuat dari kaca
4) Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt
h. Listrik
listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas harus
cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin, harus
tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (Genset, UPS) untuk
mengantisipasi listrik mati

7
i. penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
Terdapat tempat penampungan sementara limbah laboratorium, sebelum
dimusnahkan, terdapat instalasi pengelolaan limbah cair laboratorium.
j. Tersedia WC, jumlah sesuai dengan kebutuhan.
Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut:
i. Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
ii. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang
dan mudah dibersihkan.
iii. Letak kamar mandi/wc tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi, dan ruang khusus lainnya.
iv. Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
v. Kamar mandi/wc pria dan wanita harus terpisah.
vi. Kamar mandi/wc karyawan harus terpisah dengan kamar mandi/wc pasien.
vii. Kamar mandi/wc pasien harus terletak di tempat yang mudah terjangkau
dan ada petunjuk arah.
viii. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
ix. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk.

E. PERALATAN
a. Dasar Pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu:
1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan
setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan volume
spesimen dan jumlah pemeriksaan.
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas yang
tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air yang ada, serta tingkat
kelembaban dan suhu ruangan.
3. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang
dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas distribusi
dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan pula, apakah
sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya sistem tertutup lebih
mahal dibandingkan dengan sistem terbuka.

8
5. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
a. alat tersebut mudah dioperasikan
b. alat memerlukan perawatan khusus
c. alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap minggu
atau hanya tiap bulan

6. Pemasok/Vendor
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai reputasi yang baik
b. Memberikan fasilitas uji fungsi
c. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
d. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat, pemeliharaan
dan perbaikan sederhana.
e. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain mempunyai
teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
f. Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
7. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-benefit, yaitu seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di
dalamnya biaya operasi alat.
8. Terdaftar
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat izin edar dari
institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.

b. Penggunaan Dan Pemeliharaan Alat

Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction


manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk
penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang
harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis
peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi
yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan
tersebut harus dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi
yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana
serta penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu

9
pemeliharaan yang diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap
tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung
jawab alat untuk dilakukan perbaikan.

FORMULIR PENCATATAN PEMELIHARAAN PERALATAN


ALAT :
RUANG :

Tanggal Tindakan Kelainan Yang Nama dan Paraf


Pemeliharaan ditemukan Petugas

Penanggung Jawab

(……………………..)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan:


1. Persyaratan kecukupan peralatan
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan sesuai
dengan jenis layanan yang disediakan sekalipun tidak digunakan secara rutin.

2. Persyaratan kemampuan alat

10
Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus diperhatikan
menunjukkan kemampuan atau memenuhi kinerja yang dipersyaratkan dan harus
memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan.
3. Persyaratan pengoperasian alat
Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas teknis laboratorium. Instruksi
penggunaan dan pemeliharaan peralatan terkini (mencakup pedoman yang sesuai
dan petunjuk penggunaan yang disediakan oleh pembuat alat) harus tersedia bagi
petugas laboratorium.
4. Jaminan keamanan kerja alat
Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman, mencakup keamanan listrik,
alat penghenti darurat (emergency stop device) dan penanganan yang aman oleh
petugas yang berwenang. Semua harus disesuaikan dengan spesifikasi atau
instruksi pabrik termasuk pembuangan limbah kimia, bahan radioaktif maupun
biologis.
5. Penanganan terhadap alat yang rusak
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus diberi label
yang jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai diperbaiki dan memenuhi
kriteria yang ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk digunakan kembali.
Laboratorium harus melakukan tindakan yang memadai sebelum digunakan
kembali.
6. Pemindahan alat
Laboratorium harus memiliki prosedur penanganan, pemindahan, penyimpanan dan
penggunaan yang aman untuk mencegah kontaminasi dan kerusakan alat.
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki, maka sebelum
digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan alat telah dicek dan berfungsi
baik.
7. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi, laboratorium harus memiliki
prosedur untuk menjamin bahwa salinan dari faktor koreksi sebelumnya
dimutahirkan dengan benar.
8. Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang.
Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat lunak, bahan
acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik harus dijaga
terhadap perusakan akibat perlakuan orang yang tidak berwenang,
yang dapat membuat hasil pemeriksaan tidak sah

Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian


adalah:
1. Alat Gelas
a. Tabung yang dipakai harus selalu bersih.

11
b. Untuk pemakaian ulang, rendam alat gelas dengan hipoklorit 0,5 % selama 10
menit kemudian cuci dengan deterjen (sedapatnya netral) kemudian bilas
dengan air bersih yang mengalir
2. Blood cell counter
a. Bagian luar alat dilap setiap hari.
b. Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada
sumbatan atau tidak.
c. Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian.
d. Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai.

3. Fotometer/Spectrofotometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit (tergantungjenis/merek alat),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
4. Kamar Hitung
a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih, sebab kotoran (jamur, partikel
debu) pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat sebagai sel.
b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar hitung terlihat jelas
dan lengkap.
c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan menyebabkan
terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah akan pecah, sehingga
jumlah sel yang dihitung menjadi berkurang.
d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca penutup
berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah maka volume dalam
kamar hitung menjadi tidak tepat.
e. Cara pengisian kamar hitung; dengan menggunakan pipet Pasteur dalam posisi
horisontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar hitung yang tertutup kaca
penutup.
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau sampel
mengisi parit kamar hitung/menggenangi kamar lain, atau kamar hitung tidak
terisi penuh, maka pengisian harus diulang.
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau dengan air
deterjen encer.
h. Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas dengan air
bersih.
i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan sikat.
5. Lemari es (refrigerator) dan freezer
a. Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk laboratorium.

12
b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang lemari es
masih longgar untuk aliran udara dan fasilitas kebersihan kondensor.
c. Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya udara dingin dari
bagian pendingin.
d. Lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup.
e. Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
6. Mikroskop
a. Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin.
b. Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang cukup cahaya
dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan penglihatan yang terang.
c. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x dulu, bila
sasaran sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan bila perlu dengan 100x.
Untuk pembesar 100x gunakan minyak imersi.
d. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut setiap hari setelah
selesai bekerja, terutama bila lensa terkena minyak imersi bersihkan dengan
eter alkohol (lihat referensi).
e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau sejenisnya karena
akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif, karena kotoran
akan mudah masuk.
h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada
satu garis dengan kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila
ulir makrometer dan mikrometemya sudah rusak.
j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat dengan cara
memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan silika gel.
7. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya
b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan tidak
retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan cara
menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian luarnya dengan
kertas tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan
dibiarkan mengalir sendiri.
f. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.

13
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan
dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat
bantu pipet
h. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
i. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptik, kemudian
baru dicuci
8. Pipet Semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena pencucian tip
pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip pipet, juga pengeringan
seringkali menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak
pipet.
9. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi pelumas secara
teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang berputar.
10. Sentrifus
a. Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap sentrifus.
c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan, kecuali pada
sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat kecil.
d. Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus ditutup pada
salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya darah.
e. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang sebelum
senfrifus dijalankan.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka tabung
mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya sentrifugal yang kuat
menekan tabung kaca ke dasar wadah. Bantalan harus sesuai dengan ukuran
dan bentuk tabung.
g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang diperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara aneh.
l. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
j. Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi dari
keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar telah berhenti.
c. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.

14
Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di install dan
diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun, atau sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan
alat kesehatan serta ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai instruksi
pabrik. Kalibrasi peralatan dilakukan oleh institusi yang berwenang.yaitu BPFK
( Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan ) Surabaya
Khusus untuk Kalibrasi serta fungsi peralatan Fotometer dan Hematologi
analyser secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai
standar laboratorium dengan menggunakan bahan kontrol (darah kontrol dan
serum kontrol). Pelakasanaan kontrol alat dilaksanakan oleh tenaga teksis
laboratorium secara mandiri, karena BPFK ( Balai Pemeliharaan Fasilitas
Kesehatan ) Surabaya tidak melayani kalibrasi alat tersebut.
d. Penanggung jawab alat
Berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai cara operasional
dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan lainnya, dan biasanya digunakan
oleh lebih dari 1 orang. Walaupun pihak distributor alat menyediakan teknisi untuk
perbaikan apabila terjadi kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat harus
dilakukan sendiri oleh pihak laboratorium.
Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang bertanggung jawab atas
kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui kegiatan pemantauan dan
mengusahakan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
Petugas yang menjadi penanggung jawab alat adalah coordinator Laboratorium.

15
BAB IV
REAGENSIA

A. Dasar Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan dipergunakan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
5. volume atau isi kemasan.
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
7. mudah diperoleh di pasaran.
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis).
9. pemasok/vendor.
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
11. pelayanan purna jual.
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Kementerian
Kesehatan.

B. Jenis Reagensia Yang Harus Tersedia


Sesuai dengan SK KEPALA UPTD PUSKESMAS TANJUNG ENIM Nomor 445/ 33 /
KPTS/ PKM.TE/ I /2022 reagensia yang harus tersedia antara lain :
1. Reagen Hematologi analyser meliputi Diluen, Lyser, cell cleaner
2. Pemeriksaan Kimia klinik meliputi :
Stik Uric Acid, Stik Cholesterol, Stik Gula darah.
3. Pemeriksaan Urine :
Stik tes kehamilan, Stik urine 3 parameter, Stik urine 10 Parameter
4. Pemeriksaan FL :
Reagen eosin 10 %
5. Pemeriksaan BTA :
Reagen ZN set
6. Pemeriksaan HIV :
Reagen 1, Reagen 2, Reagen 3 ( pemakaian nama / merk reagen 1,2,3
mengikuti stok / petunjuk dari dinas kesehatan )

16
C. Pengadaan Dan Buffer Stok
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety Stock adalah jumlah
persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan atau
yang sering terlambat diterima dari pemasok.
Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium.
Reserve stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah
rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.

Sesuai dengan SK KEPALA UPTD PUSKESMAS TANJUNG ENIM Nomor 445/ 33 /


KPTS/ PKM.TE/ I /2022 batas buffer stock untuk melakukan order :
Reagen hematologi analyser 1 set
Stik urine 2 box
Stik Gula darah 2 box
Stik Cholestrol 2 box
Stik Asam Urat 2 box
Stik tes kehamilan 20 biji
Hcl 0.1 N ½ Botol
Lancet 1 Box
Reagen Pengecatan 1 Botol/set
D.Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.

17
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out). Hal ini
adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu
lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.

Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:


1. Perhatikan / baca label / brosur yang terdapat pada kemasan reagen mengenai
cara penyimpanan, suhu yang dibutuhkan dll
2. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
3. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan
induk.
4. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada
sediaan reagen.
5. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
6. Lindungi label dari kerusakan.
7. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.
8. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
9. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
10. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal
wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa serta
paraf tenaga pemeriksa yang menggunakan.

18
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan laboratorium UPTD Puskesmas Tanjung Enim melayani permintaan


pemeriksaan Laboratorium dari pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Apabila
sangat diperlukan atau pemeriksaan yang terintegrasi dengan program maka
Pelayanan dapat dilaksanakan diluar gedung baik dalam wilayah maupun luar wilayah
kerja UPTD Puskesmas Tanjung Enim.
Pelayanan pemeriksaan laboratorium dilaksanakan sejak pukul 07.30 sampai dengan
pukul 16.00 Wib
A. Pendaftaran Dan Pencatatan
Setiap pengguna layanan wajib tercatat sebagai kunjungan loket meskipun
permintaan pemeriksaan tersebut atas permintaan sendiri maupun ada permintaan
dari dokter/ tenaga kesehatan praktek mandiri. Selanjutnya pasien tersebut masuk
ke poli / BP sesuai dengan kategori umur atau ke Ruang KIA bila pasien tersebut
hamil.
Selanjutnya pasien tersebut diberi blanko permintaan pemeriksaan yang
sebelumnya telah di isi data identitas pasien tersebut dan pemeriksaan yang
dibutuhkan. Blanko yang telah terisi diserahkan ke ruangan laboratorium. Warna
blanko permintaan pemeriksaan dibedakan antara pasien umum dan pasien BPJS.
Hal ini bertujuan agar mempermudah petugas administrasi kasir, untuk mencegah
terjadinya kesalahan petugas kasir dalam meminta biaya pemeriksaan. Khususnya
pasien BPJS yang dibebaskan dalam biaya pemeriksaan Laboratorium.
Setiap permintaan pemeriksaan yang masuk harus ditulis dicatat pada regester
pemeriksaan laboratorium. Regester pemeriksaan laboratorium berisi data identitas
pasien, hasil hasil pemeriksaan dan bias diberi keterangan bila ada catatan yang
perlu disertakan, misalnya kegagalan pengambilan darah dll
Hasil pemeriksaaan disalin pada lembar hasil pemeriksaan. Lembar hasil diberikan
kepada pasien untuk diberikan kepada dokter / petugas BP.

B. Kemapuan Pemeriksaan
1. Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas meliputi pemeriksaan-
pemeriksaan dasar seperti:
2. Hematologi : Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung trombosit, Hitung
lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa perdarahan dan Masa pembekuan.
3. Kimia klinik : Glukosa, Asam urat,Kolesterol total.
4. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif, Trichomonas
vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis, Malaria dan Jamur permukaan.
5. Imunologi : Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, dan Anti HIV ,HbsAg

19
6. Urinalisa : Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat jenis,
Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit, Eritrosit dan
Mikroskopik (sedimen).
7. Tinja: Makroskopik dan Mikroskopik.

2. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan
metode manual, semi automatik dan automatik.

C. Spesimen
Spesimen yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan adalah Whole blood,
serum, plasma, urine, tinja dan dahak.
Tata cara pengambilan sampel dapat dilihat pada daftar lampiran.
1. Persiapan pasien
a. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 - 12 jam sebelum
diambil darah
b. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 -09.00.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga berlebihan sebelum spesimen diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh, Untuk menormalkan keseimbangan cairan
tubuh dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-
kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.

2. Pengambilan

a. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat- syarat:
1. bersih.
2. kering.
3. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
4. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen.
5. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.
6. Pemakaian jarum, lancet dan mess harus steril dan sekali pakai

b. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1. terbuat dari gelas atau plastik.
2. tidak bocor atau tidak merembes.
3. harus dapat ditutup rapat
4. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
5. bersih.

20
6. kering.
7. tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
8. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
9. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna
coklat (inaktinis).
10. Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan wadah
yang bermulut lebar Dan bertutup ulir

c. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku. Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
pengawet atau antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan.Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi
persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan
diperiksa. Anti koagulan yang biasa dipakai adalah EDTA

d. Lokasi penganmbilan spesimen


Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi
pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena umumnya diambil
dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari
tengah tangan atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3
bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang dipilih tidak
boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti "cyanosis" atau pucat
dan pengambilan tidak boleh di lengan yang sedang terpasang infus.

e. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume
spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa pemeriksaan spesimen dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Anti Wadah Keterangan


Jenis Spesimen koagulan

21
Pemeriksaan Jenis Jumlah
Hematologi
Darah rutin Darah 2 cc EDTA Gelas /plastik
LED Darah 2 cc EDTA Gelas /plastic
Hemoglobin Darah 1 cc EDTA Gelas /plastic
Bleeding time darah 3 cc
dan cloting time
KIMIA KLINIK
Gula darah Darah 1 cc Gelas /plastic
Serum 1 cc
Kolesterol Serum 1 cc Gelas /plastic
Asam urat Serum 1 cc Gelas /plastic
SEROLOGI
Widal Serum 2 cc Gelas /plastic
/
plasma
Golongan darah Darah 1 cc Gelas /plastic
TPHA / RPR Serum 2 cc Gelas /plastic
HIV Serum 2 cc Gelas /plastic
URINE
Reduksi Urine 10 cc Plastik
Albumin Urine 10 cc Plastik
Sedimen Urine Urine 15 cc Gelas / plastik
Urine Rutin Urine 10 cc Gelas / plastik
Kehamilan Urine 10 cc Gelas / plastik

Malaria Darah 2tetes Gelas


segar kapiler
BTA Sputum Sputum Secukup- Gelas /plastic
nya
BTA Kusta Reits Secukup- Gelas
serum nya

Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar spesimen
tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik pengambilan untuk beberapa
spesimen yang sering diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung vakum)

22
1. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus lurus,
jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas.
2. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4. Pilih bagian vena mediana cubiti
5. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%
dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar.
Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas
dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung
vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil
7. masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas
torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
8. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai.Apabila dibutuhkan
darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang lebih banyak,
digunakan tabung vakum yang lain.
9. Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester
bagian ini selama ± 15 menit.
10. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena:


1. Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras sehingga mengakibatkan
terjadinya hemokonsentrasi.
2. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
3. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh, sehingga mengakibatkan
masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
4. Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.

b. Darah kapiler
1. Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan sampai
kering lagi.
2. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan arah
tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Pada daun
telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapat
cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan

23
cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam
pemeriksaan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal kapas
kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:


1. Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau cyanosis setempat.
2. Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar.
3. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah itu diencerkan,
tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga sitkar diisap ke dalam pipet.
4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5. Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.

c. Urin
1) Pada wanita
a. Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang dilakukan oleh penderita
sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai berikut:
b. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan dengan
handuk.
c. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
d. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke
belakang.
e. Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain,
f. Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin, aliran urin yang pertama keluar
dibuang. Aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah
g. disediakan.
h. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
i. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
j. Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium.

2) Pada laki-laki
a. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
b. Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin, aliran yang
pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin
selesai sebelum aliran urin habis.
c. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.

24
3) Pada bayi dan anak-anak
a. Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil.
b. Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan di atas.
c. Pengambilan urin dilakukan dengan cara:
 Anak duduk di pangkuan perawat.
 Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin, tampung urin dalam wadah
atau kantung plastik steril.
 Bayi dipasang kantung penampung urin pada alat genital.

d. Urin Kateter
a. Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang kateter yang terbuat
dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik).
b. Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang lebih 10 ml.
c. Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
d. Kirimkan segera ke laboratorium.

f. Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan
obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil
dari rektum dengan cara colok dubur.

g. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan,
dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah.Bila pasien mengalami kesulitan
mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau
diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.

1. Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air.


2. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
4. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan nafas
bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
5. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas
baik akantampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml).
6. Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.

o. Usap nasofaring
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).

25
2. Petugas berdiri di samping penderita.
3. Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang kepala
penderita.
4. Masukkan lidi dacron ke dalam rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
5. Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung sampai telinga.
6. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian tarik
keluar.
7. Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau langsung tanam pada media
isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat
sediaan.

p. Swab tenggorok
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Penderita diminta membuka mulut.
3. Lidah ditekan dengan spatel lidah.
4. Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga
menyentuh dinding belakang faring,
5. Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan
hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
6. Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor atau langsung tanam pada media
isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat
sediaan.

D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada
saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran,
pengisian label wadah spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam
medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
6. Informed concern

E. PENGOLAHAN

Beberapa contoh pengolahan spesimen seperti tercantum dibawah ini:

26
1. Darah (Whole Blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan antikoagulan yang
sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-balik tabung kira-kira 10-12
kali secara perlahan-lahan dan merata.
2. Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30 menit,
kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit.
b. Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen.
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik).
3. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau sitrat dengan segera secara pelan-pelan.
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen.
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik).
4. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali pemeriksaan harus
segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara:
a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur (homogen).
b. Masukkan ±15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
c. Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
d. Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk meresuspensikan
sedimen.
e. Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.

F. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pemeriksaan specimen yang tersedia dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan oleh penanggug jawab layanan laboratorium yaitu Kepala UPTD Puskesmas
Tanjung Enim
Dalam pelaporan hasil tentunya harus disertakan rentang nilai yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk menegakkan diagnose. Hasil dapat dikatakan normal bila nilai
hasil pemeriksaan masuk dalam rentang nilai tersebut. Hasil yang keluar dari rentang
nilai bias dikatakan abnormal dan sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan.
Rentang nilai ditetapkan penanggung jawab layanan laboratorium berdasarkan rentang
nilai yang ditetapkan oleh dinas kesehatan atau laboratorium yang tingkatannya lebih
tinggi.
Sesuai dengan KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TANJUNG ENIM
NOMOR 445/ 33 / KPTS/ PKM.TE/ I /2022

27
NILAI NORMAL DAN RENTANG NILAI HASIL PEMERIKSAAN :

RENTANG
N
RENTANG NILAI
O PEMERIKSAAN NO PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL NORMAL
A KIMIA KLINIK   DARAH RUTIN  
L : 4 -8,5 mg /
1 Uric acid dl 1. Hemoglobin L : 14 - 18
L : 4 -8,5 mg /
dl     P : 12 - 16
2  Cholesterol total < 200 mg /dl  2. LED L : 0 - 10
Glukosa 70 - 200 mg /
3 Sewaktu dl     P : 0 - 20
70 – 125 mg /
Puasa ( BSN ) dl 3. Leukosit 4000 - 10.000
4 - 5 Juta /
4 2 Jam PP 70 - 200 mg /dl 4. Eritrosit mm3
URINE 200 000-450
LENGKAP 5. Trombosit 000
1. Albumin negatif 6. Diff Count
2. Reduksi negatif   eosinofil 1 - 3 %
3. Bilirubin negatif   Basofil 0 - 1 %
4. Urobilin negatif   stab 2 - 6 %
5 sedimen :   segmen 50 - 70 %
  Leukosit 0-3   limphosit 20 - 40 %
  Eritrosit negatif monosit 2 - 8 %
  Epitel sel 0-5
  Kristal negatif 7 PCV L: 40 - 52 %
  Silinder negatif     P: 38 - 48 %
Bakteri negatif 8 Malaria Negatif
Lain - lain negatif 9 Widal
Negative -
6 PP test positif    Thypi O Negatif
  Thypi H Negatif
  Parathypi A Negatif
  Parathypi B Negatif

28
   
Lain lain  
BTA Sputum S  Negatif
BTA Kusta  Negatif
 
 

G. NILAI KRITIS
Nilai Kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis yang dapat
membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan. Puskesmas Tanjung
Enim perlu menentukan nilai kritis terhadap hasil pemeriksaan laboratorium agar
pasien dapat penanganan lebih cepat apabila mendapatka hasil pemeriksaan
yang kritis.. yang bisa membahayakan keselamatan pasien :

Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Dewasa

NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas


Bawah
1. Glukosa mg/dl < 40

Nilai Kritis Pemeriksaan Hematologi

NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas


Bawah Atas
1. Hemoglobin gr/ <5
dl
2. Hematokrit % < 15
3. Trombosit /µl < 30.000

Jika mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti tersebut diatas


tetapkan sebagai nilai kritis.Berilah tanda khusus pada lembar hasil, dan
buku register untuk menunjukkan bahwa hasil laboratorium tersebut
sangat kritis dan perlu penanganan secepatnya dengan cara diberi stabilo
warna yang mencolok. Segera serahkan hasil, Segera komunikasikan
dengan klinisi masalah hasil laboratorium yang kritis tersebut. Klinisi

29
mencatat pada buku rekam medik dan diberi tanda stabile dengan warna
yang mencolok

H. PELAPORAN HASIL.
Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat pada lembar hasil yang telah ditetapkan,
diimana pada lembar hasil tersebut berisi tentang identitas pasien, jenis pemeiksaan
rentang nilai dan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan ditandatangani oleh petugas
teknis labroratorium khususnya coordinator. Semua hasil pemeriksaan wajib disalin ,
ditulis pada buku regester laboratorium, sekaligus sebagai arsip laboratorium. Hasil
pemeriksaan diserhkan pada pasien untuk dibawa lagi ke dokter pemeriksa.
Setiap akhir bulan coordinator laboratorium berkewajiban menghitung jumlah
kunjungan, jumlah tiap jenis pemeriksaan dan dilaporkan ke petugas SP2TP
Puskesmas.

30
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat menimbulkan


bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium maupun
lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/ mencegah bahaya yang terjadi, setiap
petugas laboratorium harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
A. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
a. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium;
b. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
c. Pencahayaan cukup dan nyaman;
d. Ventilasi cukup dan sesuai;
e. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika
diperlukan;
f. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
a. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik dan dibedakan warnanya;
c. Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/
menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan
secara teratur;
e. Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam laboratorium;
f. Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium.
B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium
harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang
mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan
peralatan kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui
cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti
tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung
tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.

31
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja
dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium
(hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang
dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan
setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju
proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat yang
berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di tempat
kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam
laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi
limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
a. Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
b. Harus mempunyai meja khusus untuk penerimaan spesimen.
c. Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
d. Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yang
memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk mencegah
kebocoran ketika dipindahkan.
e. Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari
pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
f. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh:
membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan
masker.
g. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan
mengganti sarung tangan.
h. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius
dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.

32
i. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
Didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan
laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang
benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh
tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya).
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan
yang sesuai.
17. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti benda
tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, limbah B3 dan
limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat:
1) Tempat Pengumpulan Sampah
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapat satu buah
untuk masing-masing kegiatan.
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian telah terisi
sampah.
d. Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah.
2) Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang diletakkan pada
lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah. Tempat
penampungan sampah sementara dikosongkan dan dibersihkan sekurang-
kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3) Tempat Pembuangan Sampah Akhir
a. Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dilapisi plastic kuning, dikelola
sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
b. Sampah umum (domestik) dilapisi plastic hitam dibuang ke tempat pembuangan
sampah akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku.

33
b. Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius dan limbah
cair kimia.
Cara menangani limbah cair:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.
2) Limbah cair infeksius dan Kimia dialirkan ke saluran IPAL

34
BAB VII
MUTU LABORATORIUM

A. BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman
kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru
yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium Puskesmas.

B. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses
atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan
Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar
tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.

a. Manfaat:
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)

35
b. Cakupan
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap analitik dan
tahap pasca-analitik.
1)Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukansampai
dengan menyimpan spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan

b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi
fisik spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan,
dan konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi persyaratan
hendaknya ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak (via pos,
ekspedisi), maka perlu dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir
hasil pemeriksaan
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan
spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas
tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium
lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara
menyimpan spesimen antara lain :
 Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry
& Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
 Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0 C.
 Dapat diberikan bahan pengawet.
 Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.

2) Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi dan
memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan
kontrol dan pemeriksaan spesimen.

36
a. Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara pengenceran
sudah benar
b. Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi dan
pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah
spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
Contoh beberapa peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah:
 Lemari es (Refrigerator/freezer)
Catat suhu setiap hari dengan thermometer, thermometer yang digunakan
adalah thermometer standar lemari es yang mempunyai rentang suhu -30 0C –
50 0C
 Micro Pipet
 Sentrifus (Centrifuge)
 Fotometer (Photometer)
 Thermometer

c. Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol


d. Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap masing-
masing parameter
3) Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan
melakukan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan
pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas
antara lain:
a. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan spesimen.
b. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap
jenis pemeriksaan.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control)


Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yangdiselenggarakan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional.
Setiap Laboratorium Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang
pemeriksaan laboratorium.

37
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan pada
berbagai tingkatan, yaitu :
a. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
b. Tingkat Regional : BBLK
c. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium
Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil
pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat
dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil langkahlangkah
perbaikan.

3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh laboratorium
sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu
Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.

38
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pelayanan Laboratorium PUSKESMAS TANJUNG ENIM ini


digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, upaya pengembangan, dan
peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan laboratorium di Puskesmas
Tanjung Enim. Pedoman pelayanan Laboratorium PUSKESMAS TANJUNG
ENIM ini dapat di kembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka upaya
peningkatan kualitas pelayanan Laboratorium di Puskesmas Tanjung Enim

KEPALA UPTD PUSKESMAS TANJUNG ENIM

Nurhasana Sinaga, AMDKL

39
LAMPIRAN I
KUMPULAN SOP

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA


1. Petugas Letakkan lengan pasien lurus pada alas dengan telapak menghadap
keatas
2. Petugas Bersihkan tempat pengambilan darah vena (mediana cubiti) dengan kapas
alkohol 70 % dan biarkan sampai menjadi kering lagi.
3. Petugas Pasanglah ikatan pembendung/torniqette pada lengan atas atau kira-kira
10 cm dari lipat siku dan mintalah pasien mengepal tangannya agar vena terlihat
jelas. Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan erat erat, bahkan sebaliknya
hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak menonjolkan vena.
4. Petugas Tegangkanlah kulit diatas vena itu dengan jari jari tangan kiri supaya vena
tidak dapat bergerak.
5. Petugas Tusuklah kulit dengan jarum dalam tangan kanan sampai ujung jarum
masuk ke dalam lumen vena.
6. Petugas Setelah darah masuk kedalam spuit, perlahan lahanlah tarik pengisap spet
sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat, sementara itu pasien membuka
kepalan tangannya.
7. Petugas Lepaskan atau renggangkan pembendungan.
8. Petugas Taruhlah kapas kering ditempat tusukan dan tarik jarum suntik tersebut
secara perlahan-lahan.
9. Petugas Mintalah kepada orang yang darahnya diambil supaya tempat tusukan tadi
ditekan selama beberapa detik dengan kapas tadi.
Petugas Tempelkan plester ke tempat pengambilan darah pasien

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH KAPILER

10. Petugas siapkan bahan dan alat.


11. Petugas membersihkan jari manis dengan kapas alcohol 70%
12. Petugas menusuk jari tersebut dengan lancet, lalu membersihkan darah pertama
yang keluar dengan tissue.
13. Darah kedua yang keluar baru di pergunakan sebagai sampel

PENGAMBILAN SPESIMEN URINE


1. Petugas Urine harus di jadikan serba sama sebelum diperiksa didalam tabung
reaksi, campurlah baik – baik sampai juga sedimen terbagi merata.
2. Petugas Celupkan urine strips hanya sekejap saja kedalam urine.

40
3. Petugas Hilangkan kelebihan urine yang melekat pada urine strips dengan
menyentukan pinggir strips ke pada pinggir tabung urine.
4. Petugas Jangan pegang bagian dari urine strips yang mengandung reagen dengan
jari.
14. Petugas Bacalah hasil pada urine strips dengan membandingkan standar 5.
warna pada botolnya selama 1 – 2 menit, jangan membaca hasil lebih dari 2 menit 5.
dikarenakan akan terjadi perubahan warna pada strip. 5.
Petugas Botol urine strips harus selalu ditutup rapat, dan jangan di letakkan di sinar
matahari.

PENGAMBILAN SAMPEL TINJA / FESES


1. Petugas bersihkan objek glass
2. Petugas teteskan eosin 2%
3. Petugas tutup dengan Deck glass
4. Petugas periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x
5. Petugas Hasil dapat dicatat

PEMERIKSAAN TCM
1. Buka segel Sampel Reagen (SR) dan penutup tabung yang berisi sampel dahak
2. Tuang SR ke dalam dahak dengan volume SR dua kali volume dahak. Tutup
kembali tabung dahak
3. Kocok kencang tabung dahak sebanyak 10-20 kali, lalu inkubasi selama 10
menit.setelah itu kocok kembali, lalu inkubasi selama 5 menit
4. Setelah inkubasi perhatikan kualitas dahak apabila masih kental dan
menggumpal tambahkan waktu inkubasi 5-10menit
5. Siapkan catridge Xpert MTB/RIF. Beri identitas pada sisi kanan atau kiri catridge
dengan menggunakan spidol atau stiker barcode
6. Buka penutup bagian atas catridge
7. Pindahkan dahak yang sudah diproses menggunakan pipet yang disediakan. Isi
pipet sampai melebihi tanda 2ml yang ada pada pipet
8. Secara perlahan masukkan pipet kedalam ruang sampel yang terdapat pada
catridge, lalu keluarkan dahak perlahan. Hindari pembentukkan gelembung
udara
9. Tutup rapat penutup catridge. Segera proses sampel menggunakan mesin
GeneXpert

41
PEMERIKSAAN DAN PEMAKAINA ALAT HEMATOLOGI ANALYSER
 Menghidupkan alat
- Alat XP-100 dalam keadaan mati
- Nyalakan saklar ON pada sisi kanan alat.
- Tunggu sampai alat melakukan background check dan sampai alat ready.
 Analisa Quality Control (QC)
- Pastikan data target dan limit QC telah didefinisikan terlebih dahulu dan alat dalam
keadaan ready.
- Tekantombol QC, lalupilih level QC yaitu lot 1 (Low), lot 2 (Normal), lot 3 (Hight).
- Homogenisasikan e-check lalu masukkan kedalam sampel probe, lalu tekan start dan hasil
Analisa akan muncul pada alat.
 Analisa sampel
1. Pastikan alat dalam keadaan ready.
2. Siapkan sampel minimal 500 µl / darah EDTA 2 cc yang diambil sebanyak 20 µl oleh alat.
3. Masukkan ID pasien, dan nama petugas operator alat.
4. Homogenisasikan darah yang akan diperiksa, buka tutupnya lalu letakkan dibawah
aspiration probe, tekan start switch untuk memulai proses, setelah tedengar bunyi beep
dua kali, rinse cup akanturun.
5. Hasil analisis akan tampi lpada layar, dan secara otomatis akan tercetak.
 Mematikanalat
- Pastikan alat dalam keadaan ready
- Tekantombol shutdown pada layar, letakkan cell clean di bawah aspiration probe, tekan
start switch untuk memulai proses.
- Setelah proses selesai, pesan turn off the power akantampilpadalayar, matikan alat dengan
menekan tombol off pada saklar.

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE


1. Petugas memasukkan urine dalam tabung 10 – 15 ml
2. Petugas memutar urine selama 5 menit dengan kecepatan 1500 – 2000 rpm
3. Petugas membuang urine dan sisakan supernatan, kira – kira ± 1 ml.
4. Petugas meletakkan supernatant atau endapan urine di atas objek glass
5. Petugas menutup dengan deck glass
6. Petugas memeriksa menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x
7. Petugas Setelah semua lapangan pandang di amati, lalu gunakan pembesaran
40x, dan tulis lah hasil.

42
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE
1. Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 2 ml urine jernih (apabila urine keruh
sentrifuge terlebih dahulu).
2. Tabung pertama di tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20%, lalu kocok.
3. Bandingkan dengan tabung kedua, jika hasil tabung pertama keruh, maka hasil
positif, dan jika hasil tabung pertama jernih maka hasil negative.
Negative : tidak ada kekeruhan / urine tetap jernih.
Positif : 1+ : keruh 3+ : keruh berkeping keping

2+ : keruh dengan butir-butir 4+ : menggumpal dan padat.

PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SPECTRO


1. Kedalam tabung masukkan 5,0 ml larutan hemoglobin sianida.
2. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 uldarah (kapiler, EDTA), ujung pipet di
bersihkan, lalu masukkan kedalam tabung dengan membilasnya beberapa kali.
3. Homogen kan selama 5 menit.
4. Baca dengan spectrofometer dengan Panjang gelombang 540 nm, sebagai blangko
gunakan larutan hemoglobin sianida.
5. Catat hasil.
PEMERIKSAAN LED (LajuEndapDarah)
1. Petugas Masukkan 250 µl NaCl 0,9% dan 1000 µl darah EDTA (dengan rasio 1:4)
dengan menggunakan cilinipette dan blue tip kedalam dispette cup
2. Petugas Isaplah darah itu kedalam pipet westergreen sampai garis tanda 0 mm,
kemudian pipet tersebut ditegak luruskan pada rak westergreen.
3. Petugas Atur stopwatch dalam waktu 1 jam
4. Petugas Setelah 1 jam, lihat plasma yang terbentuk dan ukur tinggi plasma tersebut.
Tentukan tinggi plasma dalam mm/jam.
Hasil pemeriksaan:
Laki – laki : <10 mm/jam
Perempuan : <15 mm/jam
PEMERIKSAAN TROMBOSIT

43
1. Petugas mengambil darah kapiler / darah vena pada pasien.
2. Petugas meneteskan darah pada slide buat sediaan apus tipis dan beri label
nama pasien.
3. Petugas mengeringkan sediaan apus pada suhu ruangan.
4. Petugas memfiksasi dengan methanol dan dilanjutkan mewarnai dengan
pewarnaan Giemsa dengan pengenceran giemsa 3 tetes dan buffer Ph 7,2 % 1
ml, tunggu selama 15 menit.
5. Petugas membilas dengan air mengalir.
6. Petugas mengeringkan sediaan.
7. Petugas memeriksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
8. Petugas menghitung jumlah trombosit dalam 100x lapangan pandang, dan
dicatat hasilnya.

Nilai Normal :
- 150.000 – 400.0000 / mm³

PEMERIKSAAN WIDAL
1. Petugas mengambil darah vena sebanyak 2 ml lalu masukkan kedalam tabung sentrifuse dan
sentrifuse 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
2. Teteskan serum pasien sebanyak 20 µl pada slide H, AH, O, dan AO.
3. Teteskan di samping serum masing – masing slide suspensi antigen H, AH, O dan AO sebanyak 1
tetes
4. Aduk dengan batang pengaduk dan goyangkan di atas rotator selama 2 menit
5. Amati hasilnya,
a. Terjadi gumpalan maka Positif
b. Tidak terjadi gumpalan maka negative
Bila hasilnya positif maka lakukan pengenceran sesuai dengan table dibawah ini :

Serum Antigen Suspension Konsentrasi


20 µl 1 tetes 1/80
10 µl 1 tetes 1/160
5 µl 1 tetes 1/320

PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN


1. Petugas siapkan bahan dan alat.
2. Petugas memasukkan strip kedalam tabung yang berisi urine sampai tanda batas.
3. Petugas meletakkan strip dengan posisi dimiringkan kira – kira 45 derajat.
4. Petugas menunggu sampai muncul garis pada strip lalu dibaca dan ditulis hasil
yang diperoleh

44
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
1. Petugas meneteskan pada kartugolongandarah :
- 1 tetes serum anti A
- 1 tetes serum anti B
- 1 tetes serum anti AB
- 1 tetes serum anti D.
2. Petugas meneteskan darah kapiler atau darah vena diteteskan pada serum – serum
tersebut. Aduk dengan tangkai pengaduk.
3. Petugas mengoyangkan kartugolongandarah dengan membuat gerakan melingkar selama
4 menit.
4. Petugas melihat bagian mana yang ada aglutinasinya.Bila :

Anti A Anti B Anti AB Golongandarah


- - - O
+ - + A
- + + B
+ + + AB

(+ = aglutinasi)

PEMERIKSAAN GULA DARAH

1. Petugas membersihkan jari manis kanan dengan kapas alkohol 70 %.


2. Petugas menusukkan lancet ke ujung jari, darah yang pertama keluar dihapus
dengan kapas kering.
3. Petugas menetesan darah berikutnya, dekatkan dengan tes strip yang sudah
dimasukkan dalam alat glukometer, hitungan beberapa detik hasil kadar gula darah
dapat dilihat.
Hasil pemeriksaan :
- Gula darah puasa 70 – 120 mg/dl
- Gula darah sewaktu 76 – 110 mg/dl

2 jam setelah makan <140 mg/dl

PEMERIKSAAN ASAM URAT


1. Petugas membersihkan jari manis sebelah kanan dengan kapas alkohol 70 %.
2. Petugas menusukkan lancet ke ujung jari, darah yang pertama keluar dihapus
dengan kapas kering / tisue.
3. Petugas menetesan darah berikutnya, dekatkan dengan tes strip yang sudah
dimasukkan dalam alat, hitungan beberapa detik hasil kadar asam urat dapat dillihat.

45
Nilai Normal :
Laki – laki : 2.4 – 6 mg/dl
Perempuan : 3.0 – 7 mg/dl

PEMERIKSAAN KOLESTEROL

- Petugas membersihkan jari manis kanan dengan kapas alkohol 70 %.


- Petugas menusukkan lancet ke ujung jari, darah yang pertama keluar dihapus
dengan kapas kering / tisue.
- Petugas menetesan darah berikutnya, dekatkan dengan tes strip yang sudah
dimasukkan dalam alat, hitungan beberapa detik hasil kadar cholesterol dapat
dilihat.

PEMERIKSAAN FEACES RUTIN


1. Petugas bersihkan objek glass
2. Petugas teteskan eosin 2%
3. Petugas tutup dengan Deck glass
4. Petugas periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x
5. Petugas Hasil dapat dicatat

PEMERIKSAAN BTA
1. Pembuatan Slide
 Petugas menyiapkan objek glass bersih dan tidak berlemak
(fiksasidenganlampuspritus)
 Petugas memberi label pada objek glass
 Petugas mengambil sputum yang kental dengan lidi, sputum disebarkan, dibuat secara
melingkar dan tipis panjang 3 cm dan lebar 2 cm. Biarkan kering padasuhuruangan.
 Petugas memfiksasi 3 kali diatas nyala api dan siap diwarnai dengan pewarnaan zeihl
neelsen 1%.
2. Pewarnaaan Zeihl Neelsen
 Petugas menuang larutan carbol fucshin 0,3% sampai menutupi sediaan.
 Petugas memanasi sediaan dengan hati – hati diatas api selama 3 menit sampai keluar
uap pertamatetapi jangan sampai mendidih biarkan selama5 menit,
 Petugas membilas dengan air mengalir.
 Lalu petugas menuangkan alcohol asam 0,3%, sampaiwarnamerahhilang.
 Bilas lagi dengan air mengalir.
 Petugas menuangkan larutan methylene blue 0,3%, tunggu sampai 5 menit, kemudian
bilas dengan air mengalir lalu keringkan, dan periksa dibawah
mikroskopdenganperbesaran 100x. Dan catat hasilnya.
Hasilpemeriksaan :

46
BTA berwarna merah dan berbentuk batang
- Negative : Tidak ditemukan BTA
- Ditemukan 1 – 9 BTA/100Lp ditulis jumlah kuman/scanty.
- 1 + ditemukan 10 – 99 BTA /100Lp .
- 2 + ditemukan 1- 10 BTA /1 Lp.
- 3 + ditemukan >10 /satu lapangan pandang minimal diperiksa /20 lp
3. Hasil pemeriksaan ditulis di form TB 04 lalu dilakukan crosscheck dengan mengirim
preparat ke BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan) Palembang melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Muara Enim setiap 3 (tiga) Bulan sekali

PEMERIKSAAN MALARIA
A. Persiapan Preparat
1. Petugas mengambil darah kapiler atau darah vena.
2. Petugas meneteskan darah ke objek glass dengan 2 bagian untuk sediaan tebal
dan sediaan apus tipis.
3. Biarkan sediaan mengering di udara.
B. Pewarnaan sediaan
1. Petugas letakkan sediaan diatas rak pewarnaan.
2. Petugas memfiksasi methanol untuk sediaan apus tipis.
3. Petugas meneteskan larutan giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer Ph
7,2 denga npengenceran larutan giemsa 3 tetesdan buffer Ph 7,2 1 mL diamkan
selama 15 menit.
4. Petugas membilas dengan air mengalir dan keringkan
5. Petugas memeriksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Dan hasil
dapat dicatat di blanko hasil pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAAN HbsAg RAPID TEST


A. Cara Kerja
1. Petugas Siapkan Alat dan Bahan yang digunakan
2. Petugas Lakukan desiinfektan pada jari tangan yang ditusuk
3. Petugas bersihkan darah pertama keluar dengan tissue kering
4. Petugas tetetskan 20 ul darah dengan pipet kapiler kedalam Lubang sampel pada strip HbsAg Rapid
Test
5. Petugas Menambahkan buffer 3 tetes ke diluent buffer ke sumuran
pada kaset test HbsAg
6. Petugas Baca Hasil dalam 15 – 20 Menit

PEMERIKSAAN SPHILIS RAPID TEST


A. Cara Kerja
1. Petugas siapkan Alat dan Bahan yang digunakan

47
2. Petugas Lakukan desiinfektan pada jari tangan yang ditusuk
3. Petugas bersihkan darah pertama keluar dengan tissue kering
4. Petugas tetetskan 20 ul darah dengan pipet kapiler kedalaman sumuran kaset
5. Petugas Menambahkan buffer 3 tetes ke diluent buffer ke sumuran pada kaset test Syphilis
6. Petugas Baca Hasil dalam 15 – 20 Menit

PEMERIKSAAN HIV RAPID TEST


A. Cara Kerja
1. Petugas Siapkan Alat dan Bahan yang digunakan
2. Petugas Lakukan desiinfektan pada jari tangan yang ditusuk
3. Petugas bersihkan darah pertama keluar dengan tissue kering
4. Petugas Tetetskan 20 ul darah dengan pipet kapiler kedalam Lubang
5. Petugas Menambahkan buffer 3 tetes ke diluent buffer ke sumuran pada kaset test HIV
6. Petugas Baca Hasil dalam 15 – 20 Menit

48
KUALIFIKASI PENYIMPANAN REAGEN DI LABORAT

NO NAMA REAGEN KEMASAN SUHU

1 Ziehl Neelsen Botol/100 ml Suhu Ruangan

2 Methyline Blue 2.5% Botol/100 ml Suhu Ruangan

3 Reagen Gol Darah Vial/10 ml Suhu 2-6 ⁰C

4 Immersion Oil Botol/100 ml Suhu Ruangan

5 Alcohol 70 % Botol/100 ml Suhu Ruangan

6 Aquabides Botol/500 ml Suhu Ruangan

7 Stick Gula Darah Box/25 tes Suhu Ruangan

8 Stick Asam Urat Tube/25 tes Suhu Ruangan

9 Stick Cholesterol Tube/25 tes Suhu Ruangan

10 KOH 10% Botol/100 ml Suhu Ruangan

11 Nacl 0,85% Botol/1 ltr Suhu Ruangan

12 Diluent Box/20 ltr Suhu Ruangan

13 Lyser Botol/ 0,5 ltr Suhu Ruangan

14 Hematologi Cleaner Botol/100 ml Suhu Ruangan

15 Stik Urine Tube/100 tes Suhu Ruangan

16 HIV Box/50 tes Suhu Ruangan

17 SPHILIS Box/50 tes Suhu Ruangan

18 HbsAg Box/ 25 Test Suhu Ruangan

19 Reagen Widal Vial/5 ml Suhu 2-8 ⁰C

20 Larutan Eosin 2% Botol/100 ml Suhu Ruangan

21 HCG Strip Box/50 tes Suhu Ruangan

49
PENETAPAN NILAI KRITIS HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Perhatikan nilai kritis pemeriksaan laboratorium yang bisa membahayakan
keselamatan pasien :
Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Neonatus
NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Glukosa mg/dl < 30 > 300

Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Dewasa


NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Glukosa mg/dl < 40 > 700

Nilai Kritis Pemeriksaan Hematologi


NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Hemoglobin gr/dl <5 -
dewasa
2. Hematokrit % < 15 -
3. Trombosit /µl <30.000 -
Jika mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti tersebut diatas tetapkan
sebagai nilai kritis

PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LAB YANG KRITIS


1. Perhatikan nilai kritis pemeriksaan laboratorium yang bisa membahayakan
keselamatan pasien :
Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Dewasa
NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Glukosa mg/dl < 40 > 700

Nilai Kritis Pemeriksaan Hematologi


NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Hemoglobin gr/dl <5
dewasa
2. Hematokrit % < 15

50
3. Trombosit /µl <30.000

2. Jika mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti tersebut diatas


tetapkan sebagai nilai kritis.
3. Berilah tanda khusus pada lembar hasil, dan buku register untuk menunjukkan
bahwa hasil laboratorium tersebut sangat kritis dan perlu penanganan
secepatnya dengan cara diberi stabilo warna yang mencolok
4. Segera serahkan hasil
5. Segera komunikasikan dengan klinisi masalah hasil laboratorium yang kritis
tersebut.
6. Klinisi mencatatat pada buku rekam medik dan diberi tanda stabilodengan warna
yang mencolok

PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG


KRITIS
1. Petugas menuliskan hasil pemeriksaan laboratorium kritis pada blanko hasil
pemeriksaan laboratorium
2. Petugas segera melaporkan hasil laboratorium kepada Dokter
3. Dokter menulis hasil pemeriksaan hasil laboratorium kritis pada rekam medis
pasien
4. Nilai ambang kritis dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan dari pertemuan
kolaboratif dengan praktisi klinis berdasarkan buku acuan

PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM


1. Petugas menerima Sampel Sesuai Permintaan
2. Petugas mencatat tanggal penerimaan Sampel
3. Petugas menulis tanggal pelaksanaan pemeriksaan sampel
4. Petugas mencatat kondisi sampel saat menerima
5. Petugas melakukan pemeriksaan sampel sesuai ketentuan pemantapan mutu
ekternal
6. Petugas menuliskan hasil pemeriksaan dalam formulir hasil sampel yang telah
disediakan
7. Petugas mengirim hasil pemeriksaan sampel ke BBLK
8. Petugas menerima hasil dan sertifikat dari BBLK

51
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
1. Petugas menyiapkan dan memakai APD (Alat Pelindung Diri)
2. Petugas menyiapkan alat dan bahan pemeriksaan
3. Petugas melakukan pengambilan specimen atau menerima specimen dari
pasien
4. Petugas mencocokkan specimen dengan label (identitas) pasien
5. Petugas meletakkan specimen pada meja specimen sesuai label (identitas) dan
nomor urut pasien
6. Petugas mencatat data pasien dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan
dibuku register laboratorium
7. Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan blanko permintaan
pemeriksaan
8. Petugas memberikan hasil laboratorium kepada pasien
9. Pasien menyerahkan hasil laboratorium kepada Dokter
10. Hasil laboratorium pasien yang memerlukan kerahasiaan akan diserahkan oleh
Petugas Laboratorium kepada Dokter
11. Petugas melakukan kalibrasi peralatan laboratorium
12. Petugas melakukan uji kualitas reagen
13. Petugas melakukan uji kualitas antigen antisera
14. Petugas melakukan uji ketelitian dan ketepatan
15. Petugas mencatat hasil uji kualitas tersebut

52

Anda mungkin juga menyukai