Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGENDALIAN INFEKSI SILANG DI KLINIK GIGI


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Infeksi Silang II
DOSEN Pengampuh dgr. Mohammad Abzar Ghifari

DISUSUN
O

H
Kelompok 3
1. Moh. Rifaldi Dama
2. Ilham Abas
3. Regina Day
4. Saskia Pasali
5. Sentian Ishak
6. Yulianan Hudodo

PRODI STUDI TERAPI GIGI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA GORONTALO
2022

a
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
“Pengendalian Infeksi Silang di Klinik Gigi”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengendalian Infeksi Silang II
Studi Terapi Gigi pada Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo. Selanjutnya kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak drg. Mohammad Abzar
Ghifari selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengendalian infeksi silang II dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, November 2022

b
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera yang serius terhadap
sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada
jaringan normal. Penyakit infeksi dapat ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang
lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagius.
Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang
umumnya melalui suatu perantara. Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari
komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan
ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,
keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi
karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara
pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara
umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari
72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan madalah makalah ini adalah pengendalian infeksi silang di Kllinik Gigi

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui pengendalian infeksi silang di Klinik Gigi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Silang
Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas
kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh
kecelakaan seperti tertusuk instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta melalui mulut
dan saluran pernafasan. Tindakan dalam praktek dokter gigi menempatkan dokter gigi
beresiko tinggi terutama terhadap penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh
bakteri dan virus.

Infeksi Silang adalah


penularan penyakit dari
seseorang kepada orang lain,
yang
umumnya melalui suatu
perantara. Media perantara
penularan mikroorganisme
penyebab infeksi dapat terjadi
melalui cara kontak langsung
dengan contohnya melalui
cairan mulut dan darah.
Kontak tidak langsung,
2
dapat melalui suatu objek
yang
tercemar mikroorganisme
pathogen, yang umumnya
terjadi karena instrumen
yang
digunakan tidak steril.
Infeksi Silang adalah
penularan penyakit dari
seseorang kepada orang lain,
yang
umumnya melalui suatu
perantara. Media perantara
penularan mikroorganisme

3
penyebab infeksi dapat terjadi
melalui cara kontak langsung
dengan contohnya melalui
cairan mulut dan darah.
Kontak tidak langsung,
dapat melalui suatu objek
yang
tercemar mikroorganisme
pathogen, yang umumnya
terjadi karena instrumen
yang
digunakan tidak steril.
Infeksi Silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang
umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan mikroorganisme penyebab
infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan
mulut dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar
mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan
tidak steril.
Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus, fungi dan
parasit.

4
Pengendalian infeksi silang ini meliputi personal hygine petugas (perawat gigi),
penggunaan alat pelindung diri baik untuk pasien maupun petugas, tindakan sterilisasi
baik untuk alat-alat maupun bahan-bahan, desinfeksi dental unit dan perlengkapannya, sert
ruangan klinik, dan juga pengolahan limbah medis di klinik gigi. Proses pembelajaran
melalui kegiatan pembelajaran ceramah, diskusi, penugasan, demonstrasi, simulas, dan
praktikum.
Infeksi silang adalah perpindahan mikroorganisme yang dapat terjadi di tempat
pelayanan kesehatan gigi melalui beberapa cara, di antaranya dari pasien ke tenaga
pelayanan kesehatan gigi; tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien; pasien ke pasien;
dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat, termasuk di dalamnya
keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan gigi. Terdapat risiko yang sangat tinggi bagi
dokter gigi untuk terkena infeksi silang dalam melakukan tindakan ektraksi gigi karena
dapat berkontak langsung dengan darah, saliva, dan alat-alat yang terkontaminasi.
Kurangnya perhatian pada tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di sarana
pelayanan kesehatan gigi dapat berdampak pada tenaga medis gigi yang memberikan
pelayanan serta pasien dan masyarakat pengunjung

B. Jalur penyebaran
1. Pasien ke operator
Penyebaran bisa terjadi melalui dua cara, yaitu kontak lansung dan tidak
langsung. Kontak lansung dengan saliva antara pasien bisa menjadi jalan masuk
mikroba melalui kulit yang luka, mukosa mata, hidung dan mulut. Infeksi tidak
langsung melibatkan perpindahan mikroorganisme dari sumber tertentu (mulut
pasien) ke suatu benda dan kemudian operator bersentuhan dengan benda yang sudah
terkontaminasi tersebut. Bisa melalui penyebaran droplet dan melalui udara yang
terkontaminasi mikroorganisme.
2. Operator ke pasien
Jalur penyebaran ini relatif jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi jika prosedur
pencegahan tidak dilakukan seperti semestinya. Infeksi dapat berasal dari tenaga
pelayanan kesehatan gigi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Tangan operator yang terluka dan mengenai instrumen atau alat-alat lain yang
kemudian digunakan di mulut pasien, patogen dan mikroorganisme lainnya yang
terkandung dalam darah bisa berpindah ke mulut pasien. Penularan juga bisa terjadi

5
melalui droplet infeksi dari operator kepada pasien, yang sebenarnya dapat terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak khusus diruang perawatan gigi
3. Pasien ke pasien
Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain melalui
kontak tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai tanpa disterilkan dengan
baik dan permukaan peralatan dental unit yang terkontaminasi yang paling sering
disentuh tenaga pelayanan kesehatan gigi.
4. Operator ke lingkungan sekitar
Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien mengkontaminasi benda-
benda yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda tersebut tidak disterilkan
terlebih dahulu sebelum dibuang. Infeksi juga dapat berasal dari kontak tidak
langsung karena tidak menggunakan APD (misalnya melalui baju, handphone, dan
lain-lain ). Limbah medis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai aturan yang
benar, untuk itu perlu memiliki instalasi pengelolaan limbah medis
5. Lingkungan sekitar ke pasien
Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di tempat pelayanan
kesehatan gigi.

C. Kontrol Infeksi
Tujuan pengendalian infeksi dalam praktek gigi adalah untuk mencegah penularan
agen penyakit memproduksi seperti bakteri, virus dan jamur dari satu pasien ke pasien
lain, dari dokter gigi dan staf gigi untuk pasien, dan dari pasien ke dokter gigi atau staf
gigi lainnya. Selain itu, perlu bahwa penyebaran infeksi endogen juga dicegah dengan
membatasi penyebaran agen infeksius. Dalam praktek dokter gigi, mikroorganisme dapat
dihirup, tertelan, disuntikkan, atau memercik ke kulit atau mukosa.
Dalam pengaturan praktek dokter gigi, mikroorganisme juga dapat menyebar dengan
transmisi udara, ketika staf gigi atau orang lain menghirup partikel kecil yang
mengandung agen infeksi. Sejumlah agen infeksi, termasuk virus influenza, dapat
ditularkan melalui droplet pernapasan yang dihasilkan oleh pasien yang batuk, bersin atau
berbicara.
Pengendalian infeksi berfokus pada membatasi atau mengontrol faktor-faktor yang
mempengaruhi penularan infeksi atau yang berkontribusi terhadap penyebaran
mikroorganisme. Penyebaran mikroorganisme dapat dikurangi dengan:
1. Membatasi kontaminasi permukaan oleh mikroorganisme.
6
2. Mengikuti praktek kebersihan pribadi yang baik, terutama kebersihan tangan yang
efisien.
3. Menggunakan alat pelindung diri.
4. Menggunakan produk sekali pakai mana yang sesuai (misalnya handuk kertas)
5. Teknik minimalisasi risiko berikut seperti menggunakan rubber dam dan kumur-
kumur sebelum tindakan
Pekerjaan dokter gigi tidak akan pernah lepas berhubungan dengan penderita yang
tidak diketahui secara lengkap sejarah kesehatan dan penyakit yang sedang dialami, oleh
karena itu dokter gigi harus mempunyai proteksi terhadap infeksi silang. Sebaiknya
ditetapkan suatu standard untuk proteksi diri dokter gigi sehingga kemungkinan infeksi
silang sangatlah kecil.

D. Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen berikut :
1. Agen infeksius atau pertumbuhan patogen
2. Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
3. Portal keluar dari cairan tubuh tersebut
Cara penularan :
1. Agen infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme termasuk bakteri, jamur virus dan protozoa.
Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau transiden. Organisme
residen berkembang biak pada lapisan kulit supervisial namun 10 sampai 20%
mendiami lapisan epidermal. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan orang atau objek lain dalam aktivitas atau kehidupan normal.
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit
bergantung pada faktor-faktor berikut:
a. Organisme dalam jumlah yang cukup
b. Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
c. Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejamu
d. Pejammu yang rentang
Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi yaitu :
a. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat. Keberadaan bakteri di sini sangat penting dalam melindungi tubuh dari
7
datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut memiliki toleransi yang rendah
terhadap mikroorganisme.
b. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam
virus, termasuk virus hepatitis B dan C dalam media penularan dari transfusi,
dialisis, suntikan dan endoskopi.
c. Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti giardia lamlia dapat dengan mudah menular ke
orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama
pemberian obat antibiotik bakteri dan imunosupresan, contohnya infeksi dari
Candida albicans
2. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai
mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh cairan dan keluaran. Untuk
berkembang biak dengan cepat mikroorganisme memerlukan lingkungan yang sesuai,
termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat dan cahaya
a. Makanan
Mikroorganisme memerlukan untuk hidup, seperti clostridium perpringens
mikroba yang menyebabkan gangren gas, berkembang pada materi organik lain,
seperti E. Coli mengonsumsi makanan yang tidak dicerna di usus. Organisme lain
mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik seperti tanah
b. Oksigen
Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan multifungsi
secukupnya untuk menyebabkan sakit. Contohnya adalah Staphylococcus aureus
dan turunan organisme Streptococcus sedangkan bakteri anaerob berkembang
biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen bebas. Bakteri ini mampu
menyebabkan tetanus.
c. Air
Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban untuk
bertahan hidup. Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk, disebut
dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan
d. Suhu
8
Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu tertentu. Namun
beberapa dapat hidup dalam temperatur yang ekstrem yang mungkin
fatal bagi manusia
e. Cahaya
Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap seperti di
bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultraviolet dapat efektif untuk
membunuh beberapa bentuk bakteri
3. Portal keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang
biak, mereka harus menentukan jalan keluar jika mereka masuk ke perjamuan lain dan
menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat, seperti
kulit dan membran mukosa
4. Cara penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu. Penyakit
infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara yang spesifik.
Namun mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu rute. Meskipun cara
utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberian kesehatan, hampir
semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen. Semua personel
rumah sakit yang memberi asuhan langsung dan memberi pelayanan diagnostik dan
pendukung harus mengikuti praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi
5. Portal masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang
digunakan untuk keluar. Misalnya pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai
kulit pasien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap instruksi aliran urine
memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian balutan
steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak
terlindungi. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh pembesaran
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh
6. Hospes rentan
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada
derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi
sampai individu rentan terhadap jumlah mikroorganisme tersebut. Makin banyak

9
virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati muncul di
lingkungan perawatan akut

E. Faktor faktor yang mempengaruhi proses infeksi


1. sumber penyakit, sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan cepat
atau lambat
2. kuman penyebab, dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme, masuk ke dalam tubuh dan virulensinya
3. cara membebaskan sumbe dari kuman, ini dapat menentukan apakah proses infeksi
cepat teratasi atau diperlambat seperti tingkat keasaman, suhu dan penyinaran
4. cara penularan, dengan cara kontak langsung
5. cara masuk kuman, proses penyebaran kuman berbeda bergantung pada sifatnya
6. daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang baik dapat menyebabkan memperlambat
proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.

F. Tindakan Pencegahan Infeksi


Beberapa tindakan pencegahan infoksi yang dapat dilakukan adalah
1. Aseptik yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan
2. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh
petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum
pencucian dilakukan
4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing
seperti debu atau kotoran
5. Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar
(tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit
6. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk
bakteri endospora

G. Proses infeksi
Infeksi terjadi secara progresig, berat ringannya penyakit pasien tergantung pada tingkat
infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu. Didalam proses infeksi
memiliki tahapan tertentu yaitu :
10
1. Periode inskubasi. Interpal masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala
utama
2. Tahap prodomal. Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik sampai gejala yang
spesifik selama masa ini, mikroorganise tumbuh dan berkembang biak dan pasien
mampu menularkan ke orang lain
3. Tahap sakit. Interpal saat pasien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih
spesifik terhadap jenis infeksi
4. Tahap pemulihan. Interpal saat munculnya gejala akut, lama penyembuhannya
tergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan pasien.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain, yang
umumnya melalui suatu pernatara. Media perantara penularan mikroorganisme penyebab
infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsyng dengan contohnya melalui cairan mulur
dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar
mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak
steril.

B. Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lumunon, Novita (2022) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada Tindakan
Ekstraksi Gigi di Poli Gigi Puskesmas Kakaskasen Tomohon: Jurnal e-gigi. Vol 7 (No. 1) hal
34-43
https://idoc.pub/documents/makalah-pencegahan-infeksi-silang-2nv80z59zrlk
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Microsoft/Windows/INetCache/IE/YIMUHPPU/
adoc.pub_bab-2-tinjauan-pustaka[1].pdf

13

Anda mungkin juga menyukai