Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI BERBASIS


VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
XI TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN
DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DI SMKN 2 BOJONEGORO

Oleh :

Vendiko Rizki Nur Pratama


20050514015

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI

SURABAYA 2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................6

1.3 Tujuan....................................................................................................................6

1.4 Manfaat..................................................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................8

2.1 Efektivitas................................................................................................................8

2.1.1 Pengertian Efektivitas.............................................................................8

2.1.2 Parameter Efektifitas...............................................................................9

2.2 Metode Resitasi........................................................................................................9

2.2.1 Pengertian Metode Resitasi....................................................................9

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi.........................................10

2.3 Pengertian Visualisasi.............................................................................................11

2.4 Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika...........................................................12

2.4.1 Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika...........................................12

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika...............................13

2.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika (DLE).......13

2.5 Hasil belajar............................................................................................................14

2.5.1 Pengertian hasil belajar..........................................................................14

2.5.2 Ciri-ciri Hasil Belajar............................................................................15

ii
2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar...............................16

2.6 Penelitian yang Relevan.....................................................................................17

2.7 Kerangka Pikir....................................................................................................18

2.8 Hipotesis Penelitian............................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................20

3.1 Jenis dan Pendekatan..........................................................................................20

3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian.............................................................................21

3.3 Prosedur Penelitian.............................................................................................21

3.4 Instrumen Penilaian............................................................................................22

3.5 Variabel dan Indikator Penelitian.......................................................................22

3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................22

3.7 Teknik Analisis Data..........................................................................................23

3.7.1 Analisis Deskriptif.............................................................................23

3.7.2 Analisis Uji Hipotesis.........................................................................24

3.7.3 Uji T-Score.........................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa.


Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam hal
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan masyarakat. Hal ini karena Pendidikan memegang
peranan penting untuk meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia
(SDM). Sistem Pendidikan yang baik pada suatu negara akan mampu menghasilkan SDM
yang berkualitas, dapat diandalkan, kompeten dan professional dalam bidangnya, serta
memiliki kemandirian sebagai modal untuk bersaing dengan dunia luar.
Oleh karena itu listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, oleh
karena itu pembelajaran mengenai ilmu dibidang kelistrikan sangat perlu diajarkan kepada
siswa sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia saat ini. Dapat dikatakan
bahwa listrik telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik di rumah
tangga maupun industri. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan sumber
daya listrik juga semakin tinggi, terutama pada kebutuhan listrik rumah tangga. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya peralatan elektronik canggih yang membutuhkan sumber daya
listrik yang tinggi, seperti AC, setrika, penanak nasi, pemanas air, dan lain-lainnya.
Namun, pemanfaatan sumber daya listrik tidak dapat dilakukan dengan bebas
tanpa kendali karena berpengaruh terhadap ketersediaan sumber daya listrik itu sendiri.
Untuk menghemat penggunaan sumber energi atau sumber daya, terutama sumber daya
listrik, pemerintah dengan gencar mensosialisasikan kepada masyarakat untuk
menggunakan listrik secara efektif dan juga dengan menaikkan tarif dasar listrik secara
berkala. Sedangkan, upaya yang dilakukan masyarakat agar pemakaian listrik lebih efektif
dan efisien, biasanya hanya terbatas pada mematikan peralatan elektronik yang tidak
digunakan. Langkah ini dinilai dapat menghemat pemakaian listrik, tetapi masyarakat
lebih memilih untuk mencari solusi praktis dalam mengatasi keterbatasan sumber daya
listrik di rumah mereka.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang
setingkat dengan SMA, akan tetapi SMK memiliki perbedaan sistem belajar mengajar

4
dengan SMA. Perbedaan dari SMK adalah siswa diajar dengan tujuan target siap kerja.
Selain itu porsi pembelajaran di SMK memiliki porsi pembelajaran 60% praktek dan 40%
teori. Banyak kebijakan dari pemerintah untuk mendukung lahirnya lulusan-lulusan SMK
yang siap kerja dan kompetitif. Kebijakan tersebut meliputi dalam hal peningkatan
jaminan kualitas pendidikan antara lain perubahan dari pembelajaran yang mengajarkan
mata pelajaran (subject matter based program) ke model pembelajaran berbasis
kompetensi (competencies based program). Pembelajaran di SMK bertujuan untuk
melakukan perubahan tingkah laku siswa, sehingga lulusan SMK siap pakai di dunia
industri dengan standar kompetensi yang memadai. Lulusan SMK diharapkan memiliki
kecakapan kognitif dan kecakapan psikomotorik. Kecakapan kognitif didapatkan dari
proses belajar dengan panduan guru sebagai literatur, sedangkan kecakapan psikomotorik
didapatkan peserta didik melalui pengalaman dan latihan baik itu dari praktikum harian
dan praktek kerja lapangan.
Memasuki era globalisasi di mana persaingan dalam dunia usaha maupun dunia
pendidikan semakin ketat dan terbuka, seorang siswa lulusan SMK dituntut untuk lebih
profesional. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari dunia kerja yang semakin meningkat.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang
menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja dengan berbekal ilmu
pengetahuan dan keahlian sehingga diharapkan mampu mengembangkan ilmu dan
keahlian yang diperolehnya itu demi kemajuan dirinya, masyarakat dan 2 bangsa. Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Bojonegoro merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang di dalamnya terdapat program keahlian Teknik Elektronika Industri, yang
diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja di bidang elektro industri.
Proses pembelajarannya berorientasi pada pembentukan kompetensi yang
sesuai dengan karakteristik pekerjaan bidang mekanik atau teknisi listrik didalam
industry.
Pada dasarnya tuntutan dari dunia kerja yang semakin meningkat tidak hanya
pada hasil belajar siswa saja yang dibuat dalam bentuk nilai-nilai yang dikelompokkan
dalam buku yang sering disebut rapot namun juga dituntut juga kemampuan/skill yang
matang dari siswa hal tersebut yang masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan saat
ini terutama pada SMK karena sistem pembelajaran di SMK tidak hanya ditekankan pada
teori saja namun juga pada praktik sehingga secara tidak langsung pikiran siswa juga
5
terbagi menjadi dua dan menurut data yang diterima dari pra observasi hal tersebut
menjadikan siswa sulit untuk menjadi mahir dalam keduanya (teori dan praktik) walaupun
ada sebagian siswa yang mampu menguasai keduanya (Sumber: Guru Jurusan Teknik
Otomotif, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta).
Melihat permasalahan yang terjadi yang sering terjadi di SMK karena siswa yang
kurang memperhatikan atau siswa yang cenderung pasif untuk bertanya, maka diperlukan
suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar yaitu
dengan model pembelajaran resistasi. Model pembelajaran resistasi merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya penugasan-penugasan kepada siswa
seperti membuat resume mengenai materi yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri
(http://www.asrori.com/2011/10/pengertian-metode-resitasi.html).
Dengan adanya penugasan membuat resume maka guru dapat mengantisipasi
siswa-siswa yang tidak memperhatikan atau tidak menguasai pelajaran pada waktu guru
menerangkan, karena dengan membuat resume minimal siswa telah membaca dan disertai
menulis materi yang telah diajarkan kemudian dengan adanya metode pembelajaran
resitasi yang diterapkan maka siswa diharuskan untuk mengikuti materi yang sedang
diajarkan dengan baik karena siswa tidak akan dapat membuat resume apabila tidak
mendengarkan dengan baik. Maka diharapkan dengan diterapkannya metode resistasi
pada mata pelajaran sistem kelistrikan indsutri dapat meningkatkan prestasi dan
kemampuan belajar siswa dan juga situasi belajar dan mengajar di SMK Muhammadiyah
3 Yogyakarta.

6
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran DLE XI di SMKN
2 Bojonegoro Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro setelah
menggunakan metode pembelajaran resitasi berbasis visual ?

1.2.2 Bagaimana efektifitas penggunaan metode pembelajaran resitasi berbasis visual


dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran DLE
di SMKN 2 Bojonegoro Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran DLE di
SDN Mangunan 2 Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang setelah
menggunakanmetode pembelajaran resitasi berbasis visual

1.3.2 Untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode pembelajaran resitasi


berbasis visual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI pada mata
pelajaran DLE di SMKN 2 bojonegoro Kecamatan Bojonegoro Kabupaten
Bojonegoro.
1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain :

1) Bagi guru, Dasar Listrik dan Elektronika dapat dijadikan pedoman dalam
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membuat siswa berpikir
dalam menyelesaikan suatu masalah pada bidang studi Dasar Listrik dan Elektronika
dengan cara menggunakan metode resitasi berbasis visual

2) Bagi peneliti, menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang


efektivitas penerapan metode resitasi berbasis visual dalam meningkatkan hasil
belajar siswa

3) Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar DLE.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang di timbulkan oleh
sebab, akibat atau dampak. Dalam kamus Bahasa Indonesia efektifitas memiliki arti
berhasil guna, ketepatan guna, atau penunjang tujuan (Martin, 2002). Menurut
Depertemen Pendidikan, efektifitas adalah keadaan yang berpengaruh, dapat membawa
dan berhasil guna (usaha, tindakan).

Sedangkan menurut handoko, efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih


tujuan yang tepat atau penataan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Sesuai dengan pendapat diatas Husein juga mengembangkan bahwa efektifitas yaitu
mengarah pada tujuan untuk kerja yang maksimal, berkaitan erat dengan pencapaian
target kualitas, kuantitas dan waktu. Kualitas berkaitan dengan mutu suatu kegiatan,
kuantitas berdasarkan pada jumlah out put yang dihasilkan, dan waktu berhubungan
dengan ketepatan penyelesaian tugas (Suprianto, 2006)

Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat di tinjau dari dua segi:

1) Efektifitas mengajar guru, artinya sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang
direncakan dapat dilaksanakan dengan baik.

2) Efektifitas belajar siswa, artinya sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan yang


diinginkan dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, maka bisa diambil kesimpulan bahwa


efektifitas merupakan hasil dari suatu tindakan. Berkaitan dengan pembahasan tentang
penerapan metode resitasi pada mata pelajaran akidah akhlak diharapkan dapat
memberikan dorongan dalam belajar. Dengan begitu siswa lebih bergairan dan tidak
merasa bosan dalam belajar dan siswa mampu memahami materi pelajaran sehingga apa
yg siswa pahami tercermin dalam kehidupannya.

8
2.1.2 Parameter Efektifitas

Guru memiliki fungsi yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pembelajaran yang di laksanakan khususnya dalam pembelajaran pendidikan
agama islam. Guru berfungsi sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak sebagai
fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga
memungkinkan untuk mengembangkan bahan pengajaran dengan baik dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak materi pelajaran serta menguasai tujuan tujuan
pendidikan yang harus dicapai.

2.2 Metode Resitasi

2.2.1 Pengertian Metode Resitasi

Menurut Saiful Bahri Djamarah dan Azwa Zain di dalam bukunya berpendapat
bahwa metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan yang mana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Misalnya tugas yang
di laksanakan oleh siswa dapat di lakukan di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium,
di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat di
kerjakan (Khairunnisa, 2019)

Resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu.
Tugas biasanya bisa dilakukan dirumah, di sekolah, diperpustakaan, dan di tempat
lainnya. Resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual ataupun
dapat pula secara kelompok. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung
pada tujuan yang akan dicapai; seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan
(lisan/tulisan), tugas motoric (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium dan lain-lainnya.

Pada metode resitasi (penugasan) ada langkah-langkan yang harus di ikuti, yaitu:

a. Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya


mempertimbangkan :

1) Tujuan yang akan dicapai

2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.

9
3) Sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa

5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

b. Langkah pelaksanaan tugas

1) Diberikan bimbingan atau pengawasan dari guru

2) Diberikan dorongan sehinggah anak mau bekerja

3) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain

4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematis.

c. Fase mempertanggungjawabkan tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:

1) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya

2) Ada Tanya jawab/ diskusi kelas

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tulis maupun nontes atau dengan cara
lainnya. Fase mempertanggung jawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi”.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Sama dengan metode-metode lainnya metode resitasi juga memiliki kelebihan dan
kekurangan, antara lain :

a. Kelebihannya

1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun


kelompok

2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru

3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa

10
b. Kekurangannya

1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orag lain

2) Khususnya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota terentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik

3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa

4) Sering memberikan tugas yang menonton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan


kebosanan siswa (Djamarah & Aswan Zain, 2014)

2.3 Pengertian Visualisasi

Pengertian Visualisasi (Visualize) di tinjau dari segi bahasa berasal dari kata Visual
yang artinya : penampakan atau Suatu yang berkenaan dengan penglihatan. Sedangkan
menurut istilah visualisasi adalah proses penggambaran suatu informasi agar dapat
mudah dicerna, di pelajari dan dipahami. Arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
visualisasi diartikan sebagai berikut : Pengungkapan gagasan atau perasaan dengan
menggunakan bentu gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya.
Secara Umum Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau
animasi baik yang bersifat abstrak maupun nyata untuk menampilkan suatu informasi.
Menurut McCormick et al dalam Binus (2005) Visualisasi adalah sebagai berikut:

A. Metode penggunaan komputer untuk mentransformasi simbol menjadi geometrik.

B. Memungkinkan peneliti mengamati simulasi dan komputasi.

C. Memberikan cara untuk melihat yang tidak terlihat.

D. Memperkaya proses penemuan ilmiah dan mengembangkan pemahaman yang lebih


dalam dan tak diduga.

E. Dalam berbagai bidang telah merevolusikan cara ilmuwan meneliti sains.

11
Berdasarkan beberapa pendapat ahli disimpulkan bahwa visualisasi adalah
penggambaran suatu informasi yang berupa gambar, animasi, video dan lainnya yang
dapat digunakan untuk penyampaian materi pelajaran di sekolah.

2.4 Pembelajaran DLE

2.4.1 Pembelajaran DLE SMK

Menurut Tusriyanto (2014), Tujuan DLE sebagai mata pelajaran disampaikan


pada jenjang persekolahan tidak lain untuk mengembangkan siswa menjadi warga negara
yang baik. Selain itu, Pendidikan DLE mempunyai peran membantu dalam menyiapkan
warga negara yang demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan
kewarganegaraan yang di dukung oleh penguasaan disiplin ilmu-ilmu sosial.

Warga negara yang demokratis adalah yang memahami apa saja yang ada di
lingkungan sosialnya, yang mengkritisi apa yang kurang tepat tentang hukum atau aturan
yang ada di negaranya. Pendidikan Dasar Listrik dan Elektronika dan moral harus
ditanamkan sejak dini kepada peserta didik, agar dapat dijadikan modal untuk menjadi
warga negara yang baik. Pendidikan Dasar Listrik dan Elektronika yang ada di kurikulum
sekolah dasar merupakan bahan pelajaran yang telah disederhanakan dari bagianbagian
pengetahuan (knowledge) atau konsep-konsep ilmu-ilmu sosial (social science), dimana
tingkat kesukarannya telah disesuaikan dengan tingkat kecerdasan, minat dan
pertumbuhan serta perkembangan usia siswa sekolah dasar ( Tusriyanto, 2014)

Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran DLE SMK/MAK yang dikembangkan


dalam DLE berpatokan pada prinsip-prinsip dibawah ini:

a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik dan mendorongnya untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran baik secara mental maupun secara psikomotorik, afektif
dan interaktif

b. Memungkinkan peserta didik untuk menentukan sendiri konsep, prinsip dan teknik-
teknik interaksi dengan lingkungannya

c. Memiliki relevansi dengan kehidupan sehari-hari

12
d. Memposisikan guru sebagai fasilitator belajar

e. Memberikan rasa aman dan senang untuk peserta didik, sehingga dapat belajar dengan
nyaman dan merangsang berpikir kreatif ( Tusriyanto, 2014)

2.4.2 Tujuan Pembelajaran DLE SMK

Tujuan IPS SMK/MAK adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar siswa-siswi untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat dan kemampuan dan
lingkungannya dalam bidang pembelajaran DLE SMK/MAK.

Tujuan yang lebih spesifik lagi bisa ditelaah di bawah ini :

a. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan


kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah


dan keterampilan sosial.

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

d. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan kompetisi dalam masyarakat yang


majemuk, baik secara nasional maupun global (Tusriyanto, 2014)

2.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Dasar Listrik dan Elektronika (DLE)

Pada pembelajaran IPS yang berkenaan dengan kehidupan manusia yang


melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan
kejiwaannya; memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi; menhatur
kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka
mempertahankan kehidupan masyarakat. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan
mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau
manusia sebagai anggota masyarakat (Tusriyanto, 2013)

Pembelajaran IPS pada setiap jenjangnya harus dibatasi, sesuai dengan kemampuan
peserta didik pada tiap jenjangyang sedang ditempuhnya sehingga ruang lingkup

13
pengajaran DLE pada jenjang sekolah menengah kejuruam berbeda dengan jenjang
pendidikan di tingkat atasnya. Ruang lingkup mata pelajaran DLE meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

2.5 Hasil belajar

2.5.1 Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan
dikerjakan peserta didik. Hasil belajar harus digambarkan secara jelas dan dapat diukur
dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Parsa, 2017). Hasil belajar menandakan seberapa
mampukah seorang peserta didik menangkap materi yang sudah diajarkan di dalam kelas.
Jika materi sudah di sampaikan secara jelas namun hasil belajar tetap kurang maksimal,
mungkin terdapat kesalahan yang harus dicari solusinya adar hasil belajar dapat
meningkat.

Menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,


pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Sedangkan Menurut
Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Thobroni
& Mustofa, 2013). Berdasarkan pengertian diatas, hasil belajar adalah suatu nilai yang
mencakup perbuatan, keterampilan, dan pengetahuan yang dapat menjadi acuan dalam
melihat tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi yang dibelajarkan.

Hasil belajar yang baik dan maksimal memerlukan aktivitas yang baik dalam belajar.
Aktivitas belajar yang baik dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi oleh siswa dalam mencapai hasil belajar ( Aliwanto, 2017). Hasil belajar pada
aspek afektif adalah mengacu pada sikap perbuatan dan nilai yang diharapkan dikuasai
seperti mengorganisasi dan karakterisasi. Aspek afektif juga meliputi perbuabahan

14
emosional. Perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang
singkat, melainkan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat di lihat.

Hasil belajar pada aspek motorik merupakan hasil belajar yang dapat langsung di
amati yang meliputi pada kemampuan bertindak seperti pesepsi kesiapan gerak
terbimbing tidak secara mekanis dan gerak komplek. Untuk penilaian pada aspek ini
dilakukan saat berada dalam kelompok salah satu individu dapat menjawab kuis dengan
berani dan benar.

Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini yaitu pada aspek kognitif. Aspek
kognitif yaitu hasil belajar yang mengacu pada knowledge, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar pada aspek kognitif dalam penelitian ini
diukur menggunakan serangkaian tes yang berupa pree-tes dan post-tes dalam setiap
siklusnya.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


merupakan perubahan perilaku peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.5.2 Ciri-ciri Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana ciri-ciri hasil belajar yaitu:

1. Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun
waktu yang cukup lama.

2. Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.

3. Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep, prinsip yang telah


dipelajarinya dalam situasi lain yang sejenis, baik dalam hubungannya dengan bahan
pelajaran maupun dalam praktek kehidupan sehari-hari.

4. Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut
dan mampu mempelajari sendiri dengan menggunakan prinsip dan konsep yang telah
dikuasai.

15
5. Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain,
berkomunikasi dengan orang lain, toleransi, menghargai pendapat orang lain, terbuka bila
mendapat kritik dari orang lain, dan lain-lain.

6. Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan dan


kesanggupan melakukan tugas belajar seperti timbulnya semangat belajar, tidak mudah
putus asa, tidak merasakan adanya beban bila diberi pekerjaan rumah, adanya usaha
sendiri dalam memecahkan masalah belajar dan lain-lain.

7. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya minimal 80% dari
yang seharusnya dicapai, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang diperuntukkan
baginya (Sudjana, 2010)

2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada pada diri
organisme tersebut yang dapat mempengaruhi hasil belajar sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang ada di luar individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Adapun
yang termasuk faktor internal yaitu sebagai berikut:

1. Faktor kematangan atau pertumbuhan. Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan
atau tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia.

2. Faktor kecerdasan atau intelegensi. Disamping faktor kematangan, berhasil atau


tidaknya seseorang mempelajari sesuatu dipengaruhi pula oleh faktor kecerdasan.

3. Faktor latihan dan ulangan. Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang
berulangulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan
makin mendalam.

4. Faktor motivasi. Motif merupakan pendorong bagi suatu organism untuk melakukan
sesuatu. Seseorang tidak akan mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya
jika ia tidak mengetahui pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan dicapai dari
belajar.

16
5. Faktor pribadi. Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang
berbeda dengan manusia lainnya. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, halus
perasaan, berkemauan keras, tekun, dan sifat sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian tersebut
turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai.

Adapun yang termasuk dalam faktor eksternal adalah:

a. Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga.

b. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaimana


dan sampai dimana belajar dialami anak-anak.

c. Faktor guru dana cara mengajarnya.

d. Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar.

e. Faktor lingkungan.

f. Faktor motivasi sosial (Sudjana, 2010)

Dari kesemua faktor di atas yang mempengaruhi hasil belajar haruslah


diperhatikan oleh guru dan siswa. Faktor yang berpengaruh besar dalam perolehan hasil
belajar adalah faktor eksternal. Faktor eksternal dapat dikatakan penting karena dapat
memotivasi dan mendorong siswa untuk lebih giat dan aktif dalam belajar.

2.6 Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilakukan, terdapat beberapa penelitian yang relevan


dengan penelitian yang ingin peneliti lakukan diantaranya sebagai berikut :

1. Penelitian mengenai efektivitas metode resitasi terhadap peningkatan hasil belajar


Dasar Listrik dan Elektronika siswa kelas X SMKN 1 Madiun yang diterbitkan pada
tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar matematika siswa kelas X
SMKN Negeri 1 Madiun yang tidak diajar dengan metode resitasi memiliki skor terendah
46 dan skor tertinggi 80. Sedangkan Hasil belajar DLE siswa kelas X SMKN Negeri 1
Madiun yang diajar dengan metode resitasi memiliki skor terendah 65 dan skor tertinggi
90 (Alfisyah, 2018)

17
2. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Rahma Widhiantari mengenai
efektivitas metode resitasi berbantuan modul pembelajaran terhadap hasil belajar siswa
kompetensi dasar uang dan perbankan SMA N 1 Mungkid Kabupaten Magelang dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode resitasi
berbantuan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu
penggunaan metode resitasi berbantuan modul pembelajaran di kelas eksperimen lebih
efektif. Ada perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol (Widhiantari,
2012).

3. Penelitian yang dilakukan Asad Hafidz M pada tahun 2009 mengenai efektivitas
metode resitasi dan kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang
studi pendidikan agama islam kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Kolombo, Sleman dengan
hasil penelitian penggunaan metode resitasi dan kerja kelompok cukup efektif digunakan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama islam siswa
kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Kolombo, Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan uji t-test
yang lebih besar dibanding dengan nilai table dengan taraf signifikasi 5% maupun 1 %.

2.7 Kerangka Pikir

kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam


penelitian tersebut berkenaan dua variabelatau lebih. Jadi, kerangka berfikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka variabel efektivitas metode resitasi berbasis


visual dapat dikategorikan dan hasil belajar dikategorikan dalam kategori baik, cukup dan
kurang. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Variable XY

Metode Resitasi berbasis Hasil Belajar (Y)


Visual (X)

18
Berdasarkan gambar bagan di atas tentang kerangka berfikir maka akan diukur
efektivitas metode resitasiberbasis visual terhadap hasil belajar siswa, maka dapat
dipahami bahwa baik, cukup atau kurangnya suatu hasil belajar mata pelajaran IPS SD
dipengaruhi oleh penggunaan metode resitasi berbasis visual tersebut dalam proses
belajar mengajar.

Jika seorang guru kurang maksimal atau terampil dalam penggunaan metode
resitasi berbasis visual tersebut maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang
kurang maksimal, akan tetapi sebaliknya jika seorang guru sudah maksimal dan terampil
dalam penggunaan metode resitasi berbasis visual tersebut maka akan berdampak pada
hasil belajar siswa yang baik dan dapat memenuhi kriteria hasil belajar yang ideal dan
begitupun dalam kategori cukup.

2.8 Hipotesis Penelitian

Sebelum diadakannya penelitian langsung ke lapangan ada istilah hipotesis penelitian.


Hipotesis berasal dari kata hipo berarti kurang atau lemah dan tesis atau thesis berarti
teori yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis merupakan suatu pernyataan yang
masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kenyataannya (Narbuko &
Ahmadi, 2013).

Berdasakan pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat Peneliti simpulkan bahwa
hipotesis adalah jawaban yang bersifat dugaan sementara terhadap permasalahan
penelitian, dimana suatu jawaban sementara tersebut perlu dibuktikan kebenarannya dan
keabsahannya dari permasalahan penelitian dengan cara diuji, dan dapat dipahami
sebagai suatu pernyataan dan dirumuskan secara singkat, padat, jelas serta dapat diuji
kebenarannya. Adapun hipotesis yang Peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu metode
Resitasi berbasis Visual efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Mangunan
2 pada mata pelajaran IPS SD.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan

Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Quasi


Eksperimen Design. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Quasi Eksperimen Design digunakan karena pada kenyataannya
sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiono, 2013)

Pada jenis metode quasi eksperimen ini terjadi secara acak dengan cara
membentuk dua kelompok. Kelompok yang diadakan tindakan terhadap variabel disebut
kelompok eksperimen (Experimental Group), sedangkan kelompok lain yang tidak
dikenai tindakan atau treatment disebut kelompok kontrol (Control Group) (Nazir, 2009).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelompok, kelompok eksperimen


memperoleh perlakuan khusus yaitu dengan menerapkan metode biowriting, sedangkan
kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Kemudian
kedua kelompok diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal, apakah ada perbedaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan post-test untuk mengetahui hasil
akhir belajar peserta didik.

Penelitian ini menggunakan rancangan desain The Randomized Pre-test Post-test


Control Group Design. Desain ini menggunakan dua kelompok yang dipilih secara
random, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada kelompok eksperimen
diberikan treatmen berupa pembelajaran dengan metode biowriting sedangkan pada
kelompok kontrol peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan teknik
konvensional. Kemudian kedua kelompok diberikan pre-test untuk mengetahui keadaan
awal, apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
(Sukmadinata, 2012).

20
3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas 5 SDN Mangunan 2 yang beralamat di
jalan Kabuh-Tanjung Wadung No 25 Desa Mangunan, Kec.Kabuh, Kab.Jombang.
Adapun pelaksanaann penelitian ini pada semester ganjil.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran Sebelum Eksperimen (Pra-Experiment Measurement)

Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu diadakan pengontrolan terhadap


variabel non eksperimen yang dimiliki subjek yang diperkirakan dapat mempengaruhi
hasil penelitian. Pengontrolan terhadap variabel ini berguna untuk matching kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Matching merupakan kegiatan menyamakan kondisi
awal sebelum dilaksanakan eksperimen. Pengontrolan ini dilakukan terhadap variabel
non eksperimen yang diasumsikan akan mempengaruhi hasil penelitian, yaitu hasil
belajar peserta didik. Dengan demikian, antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berangkat dari titik tolak yang sama. Apabila terjadi perbedaan hasil belajar
peserta didik mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika SMK semata-mata karena
pengaruh variabel eksperimental. Pada tahap ini peneliti berusaha mengoptimalkan
kesempatan yang ada untuk menjalin hubungan yang lebih komunikatif dengan para
peserta didik dan guru. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan (treatment) maupun
tahap-tahap selanjutnya para peserta didik mudah lebih interaktif dengan peneliti.
Pengontrolan terhadap variabel hasil belajar peserta didik mata pelajaran DLE SMK
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil belajar awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Pelaksanaan (treatment)

Setelah kedua kelompok dianggap sama, masing-masing diberikan perlakuan.


Dilanjutkan dengan kegiatan post-test mata pelajaran IPS untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar peserta didik. Tindakan ini melibatkan empat unsur pokok, yaitu metode
resitasi berbasis visual, guru, peneliti, dan peserta didik

21
Guru memberikan perlakuan dengan menggunakan metode resitasi berbasis visual untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen. Peserta didik sebagai unsur
yang menjadi sasaran. Pada kelompok eksperimen, peserta didik yang menggunakan
metode resitasi berbasis visual dapat mengembangkan sendiri simpulan pembelajaran
DLE kemudian divisualisasikan sesuai dengan kreativitas peserta didik. Sementara itu,
pada kelompok kontrol peserta didik mendapatkan pembelajaran DLE menggunakan
teknik konvensional. Selama perlakuan (treatment), materi yang dipilih untuk metode
resitasi berbasis visual disesuaikan dengan kurikulum SMK untuk pembelajaran DLE
SMK.

3.4 Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian yang digunakan menggunakan rubrik penilaian pengetahuan


peserta didik pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika SMK kelas XI

3.5 Variabel dan Indikator Penelitian

Menurut Sugiono (2009), Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala


sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan uraian di atas variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:

a) Variabel independen (bebas). Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel resitasi
berbasis visual yakni masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil.

b) Variabel dependen (terikat). Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel Hasil
belajar mata pelajaran DLE SMK yakni hasil sebagai pengaruh variabel
independen.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data diperlukan teknik atau cara
pengumpulan data. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu
menggunakan tes.

22
a) Tes

Tes merupakan cara atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Arikunto, 2005). Bentuk tes yang akan diberikan berupa tes tertulis. Tes yang
digunakan pada peserta didik adalah rubrik penilaian pengetahuan mata pelajaran Dasar
Listrik dan Elektronika SMK. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa pre-test dan
post-test. Pre-test adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan awal peserta didik sebelum penerapan metode resitasi berbasis visual dan
post-test adalah tes hasil belajar sesudah menerapkan metode resitasi berbasis visual.

b) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan
sebagainya (Arikunto, 2007).

Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai keadaan


sekolah, guru, peserta didik, proses pembelajaran serta aspek yang berhubungan dengan
kegiatan eksperimen.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode resitasi


berbasis visual terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kelas XI SMKN 2
Bojonegoro , Bojonegoro, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskripstif statistik digunakan untuk mendeskripsikan data yang


diperoleh dari hasil Pretest dan posttest kedua variabel, yaitu mean atau (nilai rata-rata),
median (nilai tengah), modus, range (rentang) dan standard deviation (simpangan baku).
Adapun langkah-langkah dalam pengujiannya adalah sebagai berikut:

23
a) Menentukan interval

kelas R = H – L

b) Menentukan banyaknya interval kelas

(k) k = 1 + 3,3 log n

c) Menentukan nilai interval

kelas I = R/M

c) Menghitung rata-rata dan standar deviasi

3.7.2 Analisis Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data, apabila data populasi normal maka dilakukan
uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode
resitasi berbasis visual terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran DLE SMK Kelas XI
dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hipotesis yang diuji
adalah hipotesis nol, diberi notasi Ho, yakni pernyataan yang menunjukkan kesamaan atau tidak
berbeda Ho : p = q. Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif dan diberi notasi
H1 yang menunjukkan perbedaan atau tidak sama H1: p ≠ q, H1: p>q atau H1: p<q. uji hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan uji-t atau t-test.

1. Ho : µ1= µ2

Ha : µ1≠ µ2

Ho = Tidak ada perbedaan antara kelompok yang diajar mata pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika SMK dengan menggunakan metode resitasi berbasis visual, dan kelompok yang
diajarkan mata pelajaran DLE SMK dengan menggunakan teknik konvensional.

Ha = Ada perbedaan antara kelompok yang diajar mata pelajaran DLE SMK dengan
menggunakan metode metode resitasi berbasis visual, dan kelompok yang diajarkan mata
pelajaran DLE SMK dengan menggunakan teknik konvensional.

24
2. Ho : µ1= µ2

Ha : µ1> µ2

Ho = Pembelajaran DLE dengan metode resitasi berbasis visual tidak lebih efektifdibandingkan
dengan pembelajaran DLE SMK menggunakan teknik konvensional.

Ha = Pembelajaran DLE SMK dengan metode resitasi berbasis visual lebih efektif dibandingkan
dengan pembelajaran DLE SMK menggunakan teknik konvensional.

3.7.3 Uji T-Score

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Penggunaan teknik analisis
ini dimaksudkan untuk menguji perbedaanhasil belajar mata pelajaran DLE SMK antara
kelompok eksperimen yang menggunakan metode resitasi berbasis visual. Dengan demikian,
dapat diketahui perbedaan keefektifan antara kedua kelompok tersebut(Hadi, 1983). Rumus uji-t
yang digunakan adalah SPSS versi 23.0 dengan cara sebagai berikut :

1. Jalankan program SPSS, lalu klik New di menu File

2. Mendefinisikan Variabel di “Variabel View”

3. Input data di “Data View”

4. Selanjutnya, klik Analyze – Compare Means – Independent Samples T-Test

5. Klik

25

Anda mungkin juga menyukai