Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA 2023
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................6
1.4 Manfaat..................................................................................................................7
2.1 Efektivitas................................................................................................................8
ii
2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar...............................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
dengan SMA. Perbedaan dari SMK adalah siswa diajar dengan tujuan target siap kerja.
Selain itu porsi pembelajaran di SMK memiliki porsi pembelajaran 60% praktek dan 40%
teori. Banyak kebijakan dari pemerintah untuk mendukung lahirnya lulusan-lulusan SMK
yang siap kerja dan kompetitif. Kebijakan tersebut meliputi dalam hal peningkatan
jaminan kualitas pendidikan antara lain perubahan dari pembelajaran yang mengajarkan
mata pelajaran (subject matter based program) ke model pembelajaran berbasis
kompetensi (competencies based program). Pembelajaran di SMK bertujuan untuk
melakukan perubahan tingkah laku siswa, sehingga lulusan SMK siap pakai di dunia
industri dengan standar kompetensi yang memadai. Lulusan SMK diharapkan memiliki
kecakapan kognitif dan kecakapan psikomotorik. Kecakapan kognitif didapatkan dari
proses belajar dengan panduan guru sebagai literatur, sedangkan kecakapan psikomotorik
didapatkan peserta didik melalui pengalaman dan latihan baik itu dari praktikum harian
dan praktek kerja lapangan.
Memasuki era globalisasi di mana persaingan dalam dunia usaha maupun dunia
pendidikan semakin ketat dan terbuka, seorang siswa lulusan SMK dituntut untuk lebih
profesional. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari dunia kerja yang semakin meningkat.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang
menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja dengan berbekal ilmu
pengetahuan dan keahlian sehingga diharapkan mampu mengembangkan ilmu dan
keahlian yang diperolehnya itu demi kemajuan dirinya, masyarakat dan 2 bangsa. Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2 Bojonegoro merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang di dalamnya terdapat program keahlian Teknik Elektronika Industri, yang
diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja di bidang elektro industri.
Proses pembelajarannya berorientasi pada pembentukan kompetensi yang
sesuai dengan karakteristik pekerjaan bidang mekanik atau teknisi listrik didalam
industry.
Pada dasarnya tuntutan dari dunia kerja yang semakin meningkat tidak hanya
pada hasil belajar siswa saja yang dibuat dalam bentuk nilai-nilai yang dikelompokkan
dalam buku yang sering disebut rapot namun juga dituntut juga kemampuan/skill yang
matang dari siswa hal tersebut yang masih menjadi masalah dalam dunia pendidikan saat
ini terutama pada SMK karena sistem pembelajaran di SMK tidak hanya ditekankan pada
teori saja namun juga pada praktik sehingga secara tidak langsung pikiran siswa juga
5
terbagi menjadi dua dan menurut data yang diterima dari pra observasi hal tersebut
menjadikan siswa sulit untuk menjadi mahir dalam keduanya (teori dan praktik) walaupun
ada sebagian siswa yang mampu menguasai keduanya (Sumber: Guru Jurusan Teknik
Otomotif, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta).
Melihat permasalahan yang terjadi yang sering terjadi di SMK karena siswa yang
kurang memperhatikan atau siswa yang cenderung pasif untuk bertanya, maka diperlukan
suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar yaitu
dengan model pembelajaran resistasi. Model pembelajaran resistasi merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya penugasan-penugasan kepada siswa
seperti membuat resume mengenai materi yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri
(http://www.asrori.com/2011/10/pengertian-metode-resitasi.html).
Dengan adanya penugasan membuat resume maka guru dapat mengantisipasi
siswa-siswa yang tidak memperhatikan atau tidak menguasai pelajaran pada waktu guru
menerangkan, karena dengan membuat resume minimal siswa telah membaca dan disertai
menulis materi yang telah diajarkan kemudian dengan adanya metode pembelajaran
resitasi yang diterapkan maka siswa diharuskan untuk mengikuti materi yang sedang
diajarkan dengan baik karena siswa tidak akan dapat membuat resume apabila tidak
mendengarkan dengan baik. Maka diharapkan dengan diterapkannya metode resistasi
pada mata pelajaran sistem kelistrikan indsutri dapat meningkatkan prestasi dan
kemampuan belajar siswa dan juga situasi belajar dan mengajar di SMK Muhammadiyah
3 Yogyakarta.
6
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran DLE XI di SMKN
2 Bojonegoro Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro setelah
menggunakan metode pembelajaran resitasi berbasis visual ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran DLE di
SDN Mangunan 2 Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang setelah
menggunakanmetode pembelajaran resitasi berbasis visual
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, antara lain :
1) Bagi guru, Dasar Listrik dan Elektronika dapat dijadikan pedoman dalam
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membuat siswa berpikir
dalam menyelesaikan suatu masalah pada bidang studi Dasar Listrik dan Elektronika
dengan cara menggunakan metode resitasi berbasis visual
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas
Efektifitas berasal dari kata efek yang artinya pengaruh yang di timbulkan oleh
sebab, akibat atau dampak. Dalam kamus Bahasa Indonesia efektifitas memiliki arti
berhasil guna, ketepatan guna, atau penunjang tujuan (Martin, 2002). Menurut
Depertemen Pendidikan, efektifitas adalah keadaan yang berpengaruh, dapat membawa
dan berhasil guna (usaha, tindakan).
1) Efektifitas mengajar guru, artinya sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang
direncakan dapat dilaksanakan dengan baik.
8
2.1.2 Parameter Efektifitas
Guru memiliki fungsi yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pembelajaran yang di laksanakan khususnya dalam pembelajaran pendidikan
agama islam. Guru berfungsi sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak sebagai
fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga
memungkinkan untuk mengembangkan bahan pengajaran dengan baik dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak materi pelajaran serta menguasai tujuan tujuan
pendidikan yang harus dicapai.
Menurut Saiful Bahri Djamarah dan Azwa Zain di dalam bukunya berpendapat
bahwa metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan yang mana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Misalnya tugas yang
di laksanakan oleh siswa dapat di lakukan di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium,
di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat di
kerjakan (Khairunnisa, 2019)
Resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu.
Tugas biasanya bisa dilakukan dirumah, di sekolah, diperpustakaan, dan di tempat
lainnya. Resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual ataupun
dapat pula secara kelompok. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung
pada tujuan yang akan dicapai; seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan
(lisan/tulisan), tugas motoric (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium dan lain-lainnya.
Pada metode resitasi (penugasan) ada langkah-langkan yang harus di ikuti, yaitu:
2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
9
3) Sesuai dengan kemampuan siswa.
4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematis.
c. Fase mempertanggungjawabkan tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:
3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tulis maupun nontes atau dengan cara
lainnya. Fase mempertanggung jawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi”.
Sama dengan metode-metode lainnya metode resitasi juga memiliki kelebihan dan
kekurangan, antara lain :
a. Kelebihannya
10
b. Kekurangannya
1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orag lain
2) Khususnya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota terentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik
3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
Pengertian Visualisasi (Visualize) di tinjau dari segi bahasa berasal dari kata Visual
yang artinya : penampakan atau Suatu yang berkenaan dengan penglihatan. Sedangkan
menurut istilah visualisasi adalah proses penggambaran suatu informasi agar dapat
mudah dicerna, di pelajari dan dipahami. Arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
visualisasi diartikan sebagai berikut : Pengungkapan gagasan atau perasaan dengan
menggunakan bentu gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya.
Secara Umum Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau
animasi baik yang bersifat abstrak maupun nyata untuk menampilkan suatu informasi.
Menurut McCormick et al dalam Binus (2005) Visualisasi adalah sebagai berikut:
11
Berdasarkan beberapa pendapat ahli disimpulkan bahwa visualisasi adalah
penggambaran suatu informasi yang berupa gambar, animasi, video dan lainnya yang
dapat digunakan untuk penyampaian materi pelajaran di sekolah.
Warga negara yang demokratis adalah yang memahami apa saja yang ada di
lingkungan sosialnya, yang mengkritisi apa yang kurang tepat tentang hukum atau aturan
yang ada di negaranya. Pendidikan Dasar Listrik dan Elektronika dan moral harus
ditanamkan sejak dini kepada peserta didik, agar dapat dijadikan modal untuk menjadi
warga negara yang baik. Pendidikan Dasar Listrik dan Elektronika yang ada di kurikulum
sekolah dasar merupakan bahan pelajaran yang telah disederhanakan dari bagianbagian
pengetahuan (knowledge) atau konsep-konsep ilmu-ilmu sosial (social science), dimana
tingkat kesukarannya telah disesuaikan dengan tingkat kecerdasan, minat dan
pertumbuhan serta perkembangan usia siswa sekolah dasar ( Tusriyanto, 2014)
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik dan mendorongnya untuk terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran baik secara mental maupun secara psikomotorik, afektif
dan interaktif
b. Memungkinkan peserta didik untuk menentukan sendiri konsep, prinsip dan teknik-
teknik interaksi dengan lingkungannya
12
d. Memposisikan guru sebagai fasilitator belajar
e. Memberikan rasa aman dan senang untuk peserta didik, sehingga dapat belajar dengan
nyaman dan merangsang berpikir kreatif ( Tusriyanto, 2014)
Tujuan IPS SMK/MAK adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar siswa-siswi untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat dan kemampuan dan
lingkungannya dalam bidang pembelajaran DLE SMK/MAK.
Pembelajaran IPS pada setiap jenjangnya harus dibatasi, sesuai dengan kemampuan
peserta didik pada tiap jenjangyang sedang ditempuhnya sehingga ruang lingkup
13
pengajaran DLE pada jenjang sekolah menengah kejuruam berbeda dengan jenjang
pendidikan di tingkat atasnya. Ruang lingkup mata pelajaran DLE meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan
dikerjakan peserta didik. Hasil belajar harus digambarkan secara jelas dan dapat diukur
dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Parsa, 2017). Hasil belajar menandakan seberapa
mampukah seorang peserta didik menangkap materi yang sudah diajarkan di dalam kelas.
Jika materi sudah di sampaikan secara jelas namun hasil belajar tetap kurang maksimal,
mungkin terdapat kesalahan yang harus dicari solusinya adar hasil belajar dapat
meningkat.
Hasil belajar yang baik dan maksimal memerlukan aktivitas yang baik dalam belajar.
Aktivitas belajar yang baik dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi oleh siswa dalam mencapai hasil belajar ( Aliwanto, 2017). Hasil belajar pada
aspek afektif adalah mengacu pada sikap perbuatan dan nilai yang diharapkan dikuasai
seperti mengorganisasi dan karakterisasi. Aspek afektif juga meliputi perbuabahan
14
emosional. Perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang
singkat, melainkan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat di lihat.
Hasil belajar pada aspek motorik merupakan hasil belajar yang dapat langsung di
amati yang meliputi pada kemampuan bertindak seperti pesepsi kesiapan gerak
terbimbing tidak secara mekanis dan gerak komplek. Untuk penilaian pada aspek ini
dilakukan saat berada dalam kelompok salah satu individu dapat menjawab kuis dengan
berani dan benar.
Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini yaitu pada aspek kognitif. Aspek
kognitif yaitu hasil belajar yang mengacu pada knowledge, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar pada aspek kognitif dalam penelitian ini
diukur menggunakan serangkaian tes yang berupa pree-tes dan post-tes dalam setiap
siklusnya.
1. Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun
waktu yang cukup lama.
2. Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.
4. Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut
dan mampu mempelajari sendiri dengan menggunakan prinsip dan konsep yang telah
dikuasai.
15
5. Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain,
berkomunikasi dengan orang lain, toleransi, menghargai pendapat orang lain, terbuka bila
mendapat kritik dari orang lain, dan lain-lain.
7. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya minimal 80% dari
yang seharusnya dicapai, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang diperuntukkan
baginya (Sudjana, 2010)
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada pada diri
organisme tersebut yang dapat mempengaruhi hasil belajar sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang ada di luar individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Adapun
yang termasuk faktor internal yaitu sebagai berikut:
1. Faktor kematangan atau pertumbuhan. Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan
atau tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia.
3. Faktor latihan dan ulangan. Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang
berulangulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan
makin mendalam.
4. Faktor motivasi. Motif merupakan pendorong bagi suatu organism untuk melakukan
sesuatu. Seseorang tidak akan mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya
jika ia tidak mengetahui pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan dicapai dari
belajar.
16
5. Faktor pribadi. Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang
berbeda dengan manusia lainnya. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, halus
perasaan, berkemauan keras, tekun, dan sifat sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian tersebut
turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai.
e. Faktor lingkungan.
17
2. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Rahma Widhiantari mengenai
efektivitas metode resitasi berbantuan modul pembelajaran terhadap hasil belajar siswa
kompetensi dasar uang dan perbankan SMA N 1 Mungkid Kabupaten Magelang dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode resitasi
berbantuan modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu
penggunaan metode resitasi berbantuan modul pembelajaran di kelas eksperimen lebih
efektif. Ada perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol (Widhiantari,
2012).
3. Penelitian yang dilakukan Asad Hafidz M pada tahun 2009 mengenai efektivitas
metode resitasi dan kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang
studi pendidikan agama islam kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Kolombo, Sleman dengan
hasil penelitian penggunaan metode resitasi dan kerja kelompok cukup efektif digunakan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi pendidikan agama islam siswa
kelas XI IPS 1 dan 2 di SMA Kolombo, Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan uji t-test
yang lebih besar dibanding dengan nilai table dengan taraf signifikasi 5% maupun 1 %.
Variable XY
18
Berdasarkan gambar bagan di atas tentang kerangka berfikir maka akan diukur
efektivitas metode resitasiberbasis visual terhadap hasil belajar siswa, maka dapat
dipahami bahwa baik, cukup atau kurangnya suatu hasil belajar mata pelajaran IPS SD
dipengaruhi oleh penggunaan metode resitasi berbasis visual tersebut dalam proses
belajar mengajar.
Jika seorang guru kurang maksimal atau terampil dalam penggunaan metode
resitasi berbasis visual tersebut maka akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang
kurang maksimal, akan tetapi sebaliknya jika seorang guru sudah maksimal dan terampil
dalam penggunaan metode resitasi berbasis visual tersebut maka akan berdampak pada
hasil belajar siswa yang baik dan dapat memenuhi kriteria hasil belajar yang ideal dan
begitupun dalam kategori cukup.
Berdasakan pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat Peneliti simpulkan bahwa
hipotesis adalah jawaban yang bersifat dugaan sementara terhadap permasalahan
penelitian, dimana suatu jawaban sementara tersebut perlu dibuktikan kebenarannya dan
keabsahannya dari permasalahan penelitian dengan cara diuji, dan dapat dipahami
sebagai suatu pernyataan dan dirumuskan secara singkat, padat, jelas serta dapat diuji
kebenarannya. Adapun hipotesis yang Peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu metode
Resitasi berbasis Visual efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Mangunan
2 pada mata pelajaran IPS SD.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada jenis metode quasi eksperimen ini terjadi secara acak dengan cara
membentuk dua kelompok. Kelompok yang diadakan tindakan terhadap variabel disebut
kelompok eksperimen (Experimental Group), sedangkan kelompok lain yang tidak
dikenai tindakan atau treatment disebut kelompok kontrol (Control Group) (Nazir, 2009).
20
3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas 5 SDN Mangunan 2 yang beralamat di
jalan Kabuh-Tanjung Wadung No 25 Desa Mangunan, Kec.Kabuh, Kab.Jombang.
Adapun pelaksanaann penelitian ini pada semester ganjil.
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Pelaksanaan (treatment)
21
Guru memberikan perlakuan dengan menggunakan metode resitasi berbasis visual untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen. Peserta didik sebagai unsur
yang menjadi sasaran. Pada kelompok eksperimen, peserta didik yang menggunakan
metode resitasi berbasis visual dapat mengembangkan sendiri simpulan pembelajaran
DLE kemudian divisualisasikan sesuai dengan kreativitas peserta didik. Sementara itu,
pada kelompok kontrol peserta didik mendapatkan pembelajaran DLE menggunakan
teknik konvensional. Selama perlakuan (treatment), materi yang dipilih untuk metode
resitasi berbasis visual disesuaikan dengan kurikulum SMK untuk pembelajaran DLE
SMK.
a) Variabel independen (bebas). Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel resitasi
berbasis visual yakni masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil.
b) Variabel dependen (terikat). Variabel ini menduduki posisi sebagai variabel Hasil
belajar mata pelajaran DLE SMK yakni hasil sebagai pengaruh variabel
independen.
Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data diperlukan teknik atau cara
pengumpulan data. Pada penelitian ini cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu
menggunakan tes.
22
a) Tes
Tes merupakan cara atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Arikunto, 2005). Bentuk tes yang akan diberikan berupa tes tertulis. Tes yang
digunakan pada peserta didik adalah rubrik penilaian pengetahuan mata pelajaran Dasar
Listrik dan Elektronika SMK. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa pre-test dan
post-test. Pre-test adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan awal peserta didik sebelum penerapan metode resitasi berbasis visual dan
post-test adalah tes hasil belajar sesudah menerapkan metode resitasi berbasis visual.
b) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan
sebagainya (Arikunto, 2007).
23
a) Menentukan interval
kelas R = H – L
kelas I = R/M
Setelah dilakukan pengujian populasi data, apabila data populasi normal maka dilakukan
uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode
resitasi berbasis visual terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran DLE SMK Kelas XI
dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hipotesis yang diuji
adalah hipotesis nol, diberi notasi Ho, yakni pernyataan yang menunjukkan kesamaan atau tidak
berbeda Ho : p = q. Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif dan diberi notasi
H1 yang menunjukkan perbedaan atau tidak sama H1: p ≠ q, H1: p>q atau H1: p<q. uji hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan uji-t atau t-test.
1. Ho : µ1= µ2
Ha : µ1≠ µ2
Ho = Tidak ada perbedaan antara kelompok yang diajar mata pelajaran Dasar Listrik dan
Elektronika SMK dengan menggunakan metode resitasi berbasis visual, dan kelompok yang
diajarkan mata pelajaran DLE SMK dengan menggunakan teknik konvensional.
Ha = Ada perbedaan antara kelompok yang diajar mata pelajaran DLE SMK dengan
menggunakan metode metode resitasi berbasis visual, dan kelompok yang diajarkan mata
pelajaran DLE SMK dengan menggunakan teknik konvensional.
24
2. Ho : µ1= µ2
Ha : µ1> µ2
Ho = Pembelajaran DLE dengan metode resitasi berbasis visual tidak lebih efektifdibandingkan
dengan pembelajaran DLE SMK menggunakan teknik konvensional.
Ha = Pembelajaran DLE SMK dengan metode resitasi berbasis visual lebih efektif dibandingkan
dengan pembelajaran DLE SMK menggunakan teknik konvensional.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t. Penggunaan teknik analisis
ini dimaksudkan untuk menguji perbedaanhasil belajar mata pelajaran DLE SMK antara
kelompok eksperimen yang menggunakan metode resitasi berbasis visual. Dengan demikian,
dapat diketahui perbedaan keefektifan antara kedua kelompok tersebut(Hadi, 1983). Rumus uji-t
yang digunakan adalah SPSS versi 23.0 dengan cara sebagai berikut :
5. Klik
25