Anda di halaman 1dari 80

Pemilu 2019

jdih.kpu.go.id 1
2 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

jdih.kpu.go.id
Tim Penyusun
Pengarah
Arief Budiman
Pramono Ubaid T.
I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi
Hasyim Asy’ari
Ilham Saputra
Viryan
Evi Novida Ginting
Nanang Priyatna
Penanggung Jawab
Nur Syarifah
Editor
Dian Ramdani
Penulis
Biro Teknis dan Hupmas
Sekretariat Jenderal KPU RI
Design dan Layout
Biro Teknis dan Hupmas
Sekretariat Jenderal KPU RI
`
Diterbitkan Oleh
Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Jl Imam Bonjol No.29 Jakarta Pusat
Telp. (021) 31937223, Fax. (021) 3157759
Website : www.kpu.go.id

jdih.kpu.go.id
ii Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Kata Pengantar

G
egap gempita Pemilu Serentak 2019 akan
tercatat dalam tinta emas perjalanan demokrasi
Bangsa Indonesia. Untuk kali pertama, bangsa
ini menyelenggarakan pesta demokrasi serentak
lima surat suara di hari yang sama. Kemajuan proses
demokrasi yang juga sejalan dengan tingginya angka
partisipasi pemilih yang datang ke Tempat Pemungutan
Suara (TPS).

Pada pemilu 17 April 2019, angka partisipasi pemilih


mencapai 81,97 persen atau kembali meningkat
dibanding dua pemilu sebelumnya, dimana angka
partisipasi pemilih sempat berada pada 70,9 persen
(pileg) dan 71,7 persen di Pemilu 2009 serta 75,11
persen (pileg) dan 70 persen (pilpres) di Pemilu 2014.

Partisipasi pemilih di 2019 menjadi sebuah capaian


yang cukup membanggakan di saat banyak pihak
pesimis dengan tingkat partisipasi pemilih di Pemilu
Serentak pertama kali ini, yang menargetkan angka
partisipasi pemilih 77,5 persen.

Beragam cara dan upaya memang dilakukan oleh


Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjaga
antusias masyarakat menggunakan hak suaranya.
Salah satunya dengan pendekatan merekrut
masyarakat menjadi Relawan Demokrasi (Relasi). Cara
ini dianggap cukup menarik sebab selain menyadarkan
masyarakat akan pentingnya pemilu dari kalangan
masyarakat itu sendiri, cara ini juga telah memancing
banyak orang untuk terlibat. Namun demikian Relasi

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

jumlahnya dibatasi sebanyak 55 orang, mereka direkrut


di masing-masing KPU kab/kota dengan pembagian
tugas meliputi 11 basis.

Ke-11 basis dimaksud antara lain keluarga, pemula,


muda, perempuan, disabilitas, berkebutuhan khusus,
marginal, komunitas, keagamaan, relawan demokrasi
serta warganet (netizen). Mereka direkrut dari berbagai
macam latar belakang pendidikan, status sosial serta
usia.

Tugasnya tentu untuk mensosialisasikan pemilu


ke basis-basis yang selama ini jarang dijangkau oleh
peserta pemilu atau bahkan penyelenggara itu sendiri.
Sosialisasi yang disampaikan juga dengan beragam
cara, mereka yang tidak pernah tersentuh informasi
pemilu, kemudian merasa disapa oleh Relasi yang
memang datang dari rumah ke rumah hingga ke
perkumpulan warga. Relasi bekerja menyosialisasikan
pemilu tanpa mengenal waktu dan jarak. Mereka
mendatangi pemilih tidak hanya yang ada diperkotaan
tapi hingga ke pelosok, terpencil bahkan sulit untuk
dijangkau. Mereka juga menyelami para pemilih
yang selama ini terpinggirkan, baik dari sisi paparan
informasi, sosial, ekonomi maupun politik.

Tidak jarang di berbagai kesempatan mereka


dengan inovasi serta strateginya masing-masing
mendatangi sekolah, menyapa para pemilih yang
baru pertama kalinya menggunakan hak suaranya.
Relasi juga menyentuh mereka yang menghabiskan
banyak waktunya berselancar didunia maya, melalui
konten-konten menghibur dan mendidik pemilu di
media sosial tetap bisa diterima dengan mudah oleh
warganet. Secara tidak langsung, kerja Relasi ini yang
juga memberi dampak menjaga semangat masyarakat
menggunakan hak pilihnya dibilik suara.

jdih.kpu.go.id iii
iv Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Selama tiga bulan menjalankan tugas, ada banyak


kisah dan cerita yang terhimpun dari para Relasi. Buku
Bunga Rampai merangkum sedikit dari begitu banyak
kisah inspiratif dari Relasi yang secara keseluruhan
menggambarkan betapa bangganya mereka terlibat
di Pemilu 2019. Meskipun diwarnai dengan sulitnya
mengemban tugas menjaga demokrasi mereka tetap
termotivasi untuk ikut terlibat kembali dalam kegiatan
tersebut

Jakarta, September 2020


Ketua Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia

Arief Budiman

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

DAFTAR ISI
GAIRAH MEMILIH MASYARAKAT
BATAVIA KECIL.............................................................1

DARI KAMI UNTUK MEREKA,
PEMILU INDONESIA...................................................11

TOLERANSI BERAGAMA
DALAM DEMOKRSI....................................................19

TETAP SEMANGAT JADI RELASI


MESKI KAKI DI AMPUTASI.........................................25

PESAN DAMAI PEMILU DARI


DUSUN TAMAJENKA..................................................33

TERSISIH TAK BERARTI


ANTI DEMOKRASI......................................................37

MENGGUGAH ANTUSIAS LALU BANGGA,


JADI PEMILIH.............................................................49

BANGKITKAN KESADARAN MILENIAL


LEWAT LAGU .............................................................53

SENTUH PEREMPUAN
GUNAKAN HAK PILIH.................................................59

SEBAR PESAN MENDIDIK,


LEWAT KONTEN POSITIF............................................67

jdih.kpu.go.id v
vi Bunga Rampai Relawan Demokrasi

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Gairah Memilih
Masyarakat
Batavia Kecil

jdih.kpu.go.id 1
2

D
Bunga Rampai Relawan Demokrasi

aerah perbukitan ini menyimpan


banyak keindahan yang jarang
diketahui banyak orang. Kekayaan
alamnya membuat negara-negara
kolonial dulu datang untuk bersaing,
berupaya untuk menguasainya. Desa Lebong Tandai,
adalah suatu desa yang memiliki keindahan yang
eksotis. Dengan hamparan perbukitan dan sungai yang
mengalir jernih membuat siapa yang datang jatuh hati
memandangnya.

Desa Lebong Tandai atau yang mempunyai julukan


“Batavia Kecil” juga menjadi salah satu daerah rujukan
Relawan Demokrasi (Relasi) basis berkebutuhan
khusus Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Bukan
tanpa alasan, sebab daerah penghasil emas yang
dikelilingi oleh hutan belantara ini cukup terpencil
dibandingkan dengan desa lain yang ada di Kecamatan
Napal Putih.

Meski Desa Lebong Tandai terlihat modern dengan


roda-roda pembangkit listrik tenaga air peninggalan
Belanda, yang mampu mengaliri listrik secara swadaya
kepada masyarakat sekitar, namun pengetahuan
mereka akan tata cara Pemilu 2019 diperkirakan belum
sempurna. Mereka perlu mengenal keserentakan
Pemilu 2019 yang di dalamnya menggabungkan
pemilu legislatif dan eksekutif dalam lima surat suara.
Mereka juga perlu mengetahui bahwa jumlah pemilih
di TPS untuk pemilu kali ini dibatasi hanya 300 orang
misalnya, atau juga perlu mengenal calon-calon yang
bersaing di pemilu yang digelar 17 April 2019, baik
untuk pemilihan DPR, DPD DPRD maupun presiden
dan wakil presiden.

Relasi Shepty Mustika Sari bersama rekannya


Bagas menceritakan pengalaman mereka mendatangi
desa itu pada tanggal 20 Maret 2019 silam. Perjalanan

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

keduanya dimulai dari Kota Arga Makmur menuju


Kecamatan Napal Putih untuk kemudian dilanjutkan
ke Desa Lebong Tandai menggunakan Molek. Kata
Molek sendiri berarti Motor Lori Ekspres, sebuah
kendaraan sejenis kereta sederhana yang digerakkan
menggunakan diesel.

Butuh waktu 4,5 jam untuk menyelesaikan rute


Arga Makmur menuju Napal Putih, dan 6,5 jam menuju
Desa Lebong Tandai dengan transit satu kali di daerah
Ronggeng. Sensasi menumpangi Molek bukan tanpa
rasa khawatir, kendaraan bermesin diesel ini sesekali
harus memperlambat lajunya dikarenakan tingginya
ilalang yang tumbuh di sekitar rel, atau melintasi
jembatan yang sudah mulai lapuk dimakan usia.

Meski begitu kelelahan selama perjalanan


seakan terbayar dengan sambutan warga setempat.
Kesederhanaan, keramahan dan antusias warga Desa
Lebong Tandai mengikuti sosialisasi yang digelar di aula
desa membuat Relasi bangga. Warga mendengarkan
dengan seksama apa yang disampaikan Relasi meski
waktu dimulainya acara sudah menunjukkan pukul
20.00 WIB.

Kebanggaan juga dirasakan saat warga berkomitmen


untuk menggunakan hak pilihnya di 17 April 2019.
Pengakuan salah seorang warga Desa Lebong Tandai,
meski desanya terpencil dan sulit dijangkau namun
semangat untuk memberikan suara akan selalu ada.

Tantangan melewati ganasnya alam saat mendatangi


desa terpencil juga dirasakan Relasi basis berkebutuhan
khusus, Nafsirah dari Kabupaten Polewali Mandar
Sulawesi Barat, Muhammad Hidayat dari Hulu Sungai
Tengah Kalimantan Selatan serta Yulia dari Kabupaten
Barito Timur Kalimantan Tengah.

3
Gairah Memilih Masyarakat Batavia Kecil
jdih.kpu.go.id
4 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Dengan cerita yang hampir sama, mereka ditantang


untuk mampu melewati jalur pegunungan, juga
sulitnya medan jalan yang belum terjamah aspal.
Pada akhirnya mereka mampu melewati sulitnya
alam ini dan mendapat sambutan hangat dari warga
dipedalaman.

Kesederhanaan dan keramahan masyarakat


pedesaan juga dirasakan Relasi basis berkebutuhan
khusus lainnya, Agus Triana dari Tanjung Jabung
Timur, Jambi. Di Desa Kota Kandis, Kecamatan
Dendang, perempuan kelahiran 17 Agustus 1998
tersebut mendapat perlakuan istimewa dari masyarakat
sekitar. Bahkan usai memberikan pemaparan tentang
kepemiluan di desa itu, datang seorang nenek yang
secara tiba- tiba memberikan bingkisan untuknya.
Keramahan yang sulit ditolak, mengingat ada rasa
hormat yang harus dipegangnya ketika ada sesepuh
yang ingin mengucapkan terima kasih atas kunjungan
Relasi di desanya.

Pengalaman melewati ganasnya alam juga


disampaikan Relasi basis berkebutuhan lainnya Roni
Bastiar dari Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Namun
bukan lebatnya hutan belantara dengan infrastruktur
jalan yang terbatas, melainkan harus menyeberangi
lautan dengan ganasnya ombak untuk bisa sampai ke
pulau-pulau terluar di daerahnya.

Setidaknya dia harus mendatangi tiga pulau terluar


yakni Pulau Telang, Pulau Rinti, Pulau Air Glubi untuk
menyampaikan sosialisasi kepemiluan. Tidak banyak
memang jumlah masyarakat yang mendiami tiga pulau
tersebut, namun antusias mereka untuk paham pemilu
serentak makin membakar semangat Roni dan rekan-
rekannya untuk terus mencerahkan masyarakat.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Salah satu masyarakat di Pulau Telang mengaku


terbantu dengan kehadiran Relasi karena selama
ini mereka khawatir dengan rumitnya Pemilu 2019.
Ketakutan mereka terutama saat berada di Tempat
Pemungutan Suara (TPS), ketika menerima banyak
surat suara yang mereka akui tidak mereka kenali satu
persatu. Hadirnya Relasi menjawab kekhawatiran ini
terutama untuk mengenali satu persatu surat suara
yang hanya dibedakan dengan warna.

Sementara di Pulau Rinti, akses masuk yang


terbatas membuat Relasi tidak punya banyak waktu
untuk memaparkan sosialisasi kepemiluannya. Pulau
ini memang telah dijadikan lokasi wisata pribadi yang
hanya sebagian tamu yang diperbolehkan masuk.
Adapun di Pulau Air Glubi sosialisasi berjalan lancar,
meski awalnya kedatangan Relasi dianggap perwakilan
partai politik yang hendak membagikan uang kepada
warga.

Tantangan menemui warga di pelosok juga dalam


hal meluruskan kembali pemahaman masyarakat
tentang pemilu. Keserentakan yang ada membuat
sebagian dari mereka sulit untuk menerima, terutama
beberapa orang tua yang dulunya pernah menjabat
sebagai penyelenggara pemilu di desanya.

Seperti yang dialami Ade Ina Sriningsih dari


Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur
(NTT). Dirinya sempat mendapat pertanyaan
mengenai sah tidaknya surat suara saat dicoblos
tanda gambar partai dan calon yang sama. Dengan
seksama, perempuan yang masih berusia 20 tahun itu
mengatakan bahwa surat suara yang dicoblos semacam
itu tetap dianggap sah, meskipun caleg yang dipilih
lebih dari satu. Suara yang masuk nantinya masuk ke
perolehan partai namun tidak ke masing-masing caleg.

5
Gairah Memilih Masyarakat Batavia Kecil
jdih.kpu.go.id
6 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Pada dasarnya makna basis berkebutuhan khusus


juga tidak hanya mencakup masyarakat di daerah
pelosok atau terpencil semata tapi juga masyarakat
yang berada di tempat tertentu seperti Rumah Sakit
(RS) atau Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Dan
Relasi basis berkebutuhan khusus dari Kabupaten
Sleman, DI Yogyakarta, Della Khoirul Ainia serta
Johansyah dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara yang
mengamalkan hal ini dengan mendatangi Rumah Sakit
(RS) serta lembaga pemasyarakatan (lapas) yang ada
didaerahnya. Pengalaman menghibur pasien serta
tenaga medis menjadi pengalaman tersendiri bagi
mereka.

Tantangan mereka hadapi saat harus menyampaikan


sosialiasi kepemiluan kepada mereka yang selama ini
hidup terasing dari balik jeruji penjara atau kepada
mereka yang tengah dilanda kedukaan atas sakit yang
tengah diderita.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

SHEPTY
MUSTIKA
SARI
Kab. Bengkulu Utara,
Bengkulu

RELASI
BERKEBUTUHAN
KHUSUS

AGUS
TRIANA
Kab. Tanjung Jabung


Timur, Kepulauan
Riau

RELASI
BERKEBUTUHAN
KHUSUS

Gairah Memilih Masyarakat Batavia Kecil


jdih.kpu.go.id 7
8 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

POTRET KEGIATAN
AGUS TRIANA

ADE INA SRININGSIH


RELASI BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Kab. Sumba Tengah, NTT

POTRET KEGIATAN
SOSIALIASI PEMILU
ADE INA SRININGSIH

JOHANSYAH
RELASI BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Kota Tarakan, Kalimantan
Utara

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

SOSIALISASI
BERSAMA MASYARAKAT TANJUNG PASIR

SOSIALISASI
BERSAMA MASYARAKAT TANJUNG PASIR

YULIA
RELASI BERKEBUTUHAN
KHUSUS
Kab. Barito Timur,
Kalimantan Utara

Gairah Memilih Masyarakat Batavia Kecil


jdih.kpu.go.id 9
10 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Bersama Tim Sosialisasi

Sosialisasi Bersama Desa Jambung

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Dari Kami untuk


Mereka, Pemilu
Indonesia

jdih.kpu.go.id 11
12 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

B
anyak cara yang dapat dilakukan untuk
bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Keterbatasan bukanlah halangan, sebab
berbagi tidak perlu menunggu ada
bahkan sempurna. Agaknya kalimat di
atas sejalan dengan semangat yang ditunjukkan tiga
orang Relawan Demokrasi (Relasi) basis disabilitas di
Pemilu 2019, Hasna dari Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara (Sultra), Sang Ayu Nyoman Puspa dari
Kabupaten Gianyar, Bali serta Saripah dari Kota
Prabumulih Sumatera Selatan.

Ketiganya adalah perempuan tangguh yang


mendarmabaktikan diri untuk menyukseskan
Pemilu 2019, khususnya memberikan pemahaman
komprehensif bagi pemilih disabilitas. Yang lebih
istimewa, mereka adalah tuna daksa yang tidak ingin
hak pilih rekan-rekannya hilang. Mereka menganggap
selama ini rendahnya partisipasi pemilih disabilitas
dikarenakan minimnya perhatian dan informasi
yang cukup bagi mereka. Keterlibatan dalam Relasi
juga diharapkan menghapus stigma diskriminatif
penyandang disabilitas yang diidentikkan dengan
ketidakmampuan dalam beraktivitas dan minim
kontribusi bagi orang banyak.

Sebagaimana diketahui pemilu menjunjung tinggi


asas kesetaraan, tidak hanya bagi peserta (partai
politik, calon presiden dan calon wakil presiden atau
calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)), juga
bagi pemilih tanpa melihat suku, agama, ras ataupun
status sosial.

Perjuangan Hasna, Sang Ayu dan Saripah


dilakukan seperti Relasi lainnya, mereka rutin
mendatangi sejumlah sekolah, komunitas orang-
orang berkebutuhan khusus yang ada di tempat
tinggalnya. Di berbagai tempat sosialisasi itu mereka

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

banyak menyampaikan pesan kepemiluan dengan cara


simulasi ketimbang teori. Praktek disebutnya lebih
mudah dipahami oleh pemilih disabilitas ketimbang
hanya menjelaskan dengan lisan.

Seperti saat menjelaskan lima jenis surat suara


yang digunakan di Pemilu 2019, lewat simulasi
dengan menghadirkan specimen surat suara, pemilih
disabilitas lebih mudah untuk memahami. Cara sama
juga dilakukan untuk pemilih tuna netra, mereka
membawa template surat suara braile yang bisa
langsung dicoba dan terbukti lebih mudah untuk
dimengerti.

Di tiap kesempatan, Hasna, Sang Ayu dan Saripah


juga mengajak agar pemilih disabilitas menolak politik
uang dan melihat calon berdasarkan visi misinya.
Mereka ingin pemilih disabilitas menjadi contoh bagi
masyarakat lainnya, pelopor pemilu jujur dan bersih
guna menghasilkan calon berkualitas.

“Mengemban tugas sebagai seorang


Relasi bukanlah hal yang mudah. Apalagi
dengan kondisi saya yang terbatas namun
tidak mengurangi semangat menjalankan
tugas sebagai relawan,” tutur Hasna.

“Keterlibatan saya dalam kegiatan Relasi


adalah untuk mengajak teman-teman
penyandang disabilitas menggunakan
hak pilihnya pada Pemilu Serentak 2019,”
ujar Sang Ayu.

“Saya sangat senang dan bangga menjadi


seorang penyandang disabilitas. Kita
tidak harus malu, (karena) kunci sukses
itu semangat jalani hidup,” ucap Saripah.

13
Dari Kami Untuk Mereka, Pemilu Indonesia
jdih.kpu.go.id
14 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Hampir sama dengan ketiganya, Relasi basis


disabilitas dari Kabupaten Barru, Ade dan Fahmi juga
mempunyai latar belakang staf pengajar (guru) di salah
satu sekolah berkebutuhan khusus di Sulawesi Selatan.
Tidak ada kesulitan bagi keduanya saat berinteraksi
dengan pemilih tuna rungu yang berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat. Namun tidak ketika
mereka harus berkunjung ke rumah-rumah warga tuna
netra atau ke rumah warga tuna daksa cara berbeda
tentu digunakan agar pesan tersampaikan. Perbedaan
cara penanganan pemilih disabilitas memang
diperlukan karena menentukan berhasil tidaknya
pesan yang ingin disampaikan.

Kembali ke metode praktek, Relasi basis disabilitas


lainnya, Fitria Desi Ulfiani dari Tangerang Selatan,
Banten, juga mengedepankan metode ini untuk
menyebarluaskan informasi pemilu di sekolah-sekolah.
Bersama empat rekannya yang lain, perempuan yang
masih duduk dibangku kuliah ini mengaku lebih efektif
menggelar simulasi ketimbang menggunakan metode
lisan.

Di tiga sekolah khusus, Citra Anindya, Muara


Sejahtera dan Al-Ihsan 01, pola penyampaian pesan
seperti ini juga mendapat respon positif dari siswa-
siswi. Ditambah pendekatan emosional dan individual,
Fitria melihat ada kedekatan hubungan yang lebih
intim dari yang awalnya takut, malu atau menutup
diri perlahan mulai berani, terbuka dan mau membaur
dengan Relasi.

Meski diakui Fitria, banyaknya materi pemilu yang


diberikan kepada pemilih disabilitas tidak bisa sama
dengan yang didapat masyarakat umumnya (terbatas
disesuaikan dengan kemampuan disabilitas), namun
dia memastikan pesan yang disampaikan adalah hal-

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

hal penting terkait Pemilu Serentak 2019.

Beberapa informasi yang disampaikan seperti


pengenalan nama dan gambar calon presiden dan calon
wakil presiden Pemilu 2019, nama dan nomor urut
partai politik, serta contoh surat suara yang digunakan
di hari pencoblosan.

Perjuangan menyebarluaskan informasi kepemiluan


dari rumah ke rumah juga dilakukan Relasi basis
disabilitas asal Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan,
Juwita Purnama Sari serta dari Jawa Tengah, Agus
Rianto. Untuk bisa menyapa warga yang ada di
desanya, mereka harus berjuang melintasi medan yang
cukup sulit. Meski demikian tantangan sesungguhnya
adalah menghilangkan pemikiran golput (Golongan
Putih : Istilah bagi pemilih yang tidak menggunakan
hak pilihnya) dibenak keluarga pemilih disabilitas.
Bagi keduanya pemilih disabilitas harus dijaga hak
suaranya, karena pemilih disabilitas juga punya andil
dalam menentukan kemajuan bangsa.

15
Dari Kami Untuk Mereka, Pemilu Indonesia
jdih.kpu.go.id
16 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI
HASNA
RELASI BASIS
DISABILITAS

Kab. Muna, Sulawesi Tenggara

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

POTRET KEGIATAN SOSIALISASI


SARIPAH
RELASI BASIS DISABILITAS
Kab. Prabumulih, Sumatera Selatan

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI
Fitria Desi Ulfiani
RELASI BASIS
DISABILITAS Kota Tangerang
selatan, Banten

Dari Kami Untuk Mereka, Pemilu Indonesia


jdih.kpu.go.id 17
18 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI
AGUS RIANTO
RELASI BASIS DISABILITAS
Jawa Tengah

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

TOLERANSI
BERAGAMA
DALAM
DEMOKRASI
jdih.kpu.go.id 19
20 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

I
ndonesia negara yang dianugerahi
keanekaragaman adat, budaya serta bahasa.
Di negara dengan 17.504 pulau, hidup
berdampingan 6 agama dan penganut
kepercayaan yang antar pemeluknya saling
menghargai, menghormati satu dengan yang lain.

Islam menjadi agama mayoritas di negara ini


dengan persentase :
ISLAM
87,2%

PROTESTAN
6,9%

KATOLIK
2,9%

HINDU
1,7%

BUDDHA
0,7%

KONG HU CU
0.05%

Meski begitu di setiap penyelenggaraan pemilu,


masing-masing pemeluk agama memiliki hak yang
sama untuk menentukan pilihannya. Mereka punya

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

tanggung jawab yang sama pula untuk memilih calon


pemimpin terbaik lima tahun kedepan.

Relawan Demokrasi (Relasi) basis Keagamaan


hadir untuk membantu setiap pemeluk agama di
Indonesia mendapatkan pemahaman yang cukup
tentang kepemiluan. Datang ke tempat-tempat ibadah
serta perkumpulan kegiatan keagamaan bukanlah hal
tabu, para relawan tidak memandang apa agama yang
mereka anut dan apa agama yang dianut masyarakat
yang didatanginya. Mereka hanya ingin memastikan
tidak ada hak suara yang sia-sia di hari pencoblosan.

Pengalaman Saiven Regar dari Way Kanan


Lampung memperlihatkan bagaimana perbedaan
keyakinan tidak menghalangi seseorang untuk
datang menyosialisasikan pemilu ke tempat ibadah
yang bukan diimaninya. Saat harus menyampaikan
sosialisasi di Vihara Bodhi Sakya Kampung Wonoharjo
Kecamatan Bahuga, sebagai pemeluk agama Islam
Saiven sama sekali tidak merasa canggung. Juga ketika
harus bertemu dengan tokoh agama Hindu, Nyoman
Suwatre, Saiven justru dengan mudah menyusun janji
bertemu padahal satu hari setelah pertemuan Nyoman
bersama pemeluk agama Hindu menggelar Upacara
Melasti.

Toleransi yang hidup dan harmonis ini juga


diceritakan Sentha Rondonuwu, Relasi basis
keagamaan dari Sulawesi Utara. Bersama dua rekannya
yang lain, dirinya mendatangi Klenteng Kwangkong,
Kampong Cina Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang
Kota Manado. Di kesempatan selanjutnya Sentha juga
terlihat asik bersosialisasi dengan sejumlah jemaat
GMIM Kolam Bethesda yang berada di Kelurahan
Tikala Kumaraka. Perempuan pemeluk agama
Kristen mengaku bangga dan senang bisa berkenalan
dengan saudara lintas agama, termasuk ketika dirinya

21
Toleransi Beragama Dalam Demokrasi
jdih.kpu.go.id
22 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

mendatangi acara akikah rekannya yang baru saja


melahirkan anak perempuan.

Sosialisasi ke masjid dan majelis taklim juga


digencarkan Relasi basis keagamaan dari Tidore
Maluku Utara, Jufri Ismail. Tugas tiga bulan benar-
benar dimanfaatkannya untuk berkeliling tempat
ibadah. Total ada 12 pertemuan dengan 6 di antaranya
dilakukan di masjid.

Tiga cerita tadi menggambarkan betapa toleransi


masih sangat hidup di tengah masyarakat Indonesia.
Bahkan jika dikaitkan dengan tugas Relasi, toleransi
harus terus berjalan mengikuti harapan partisipasi
pemilih bisa terus ditingkatkan.

Mengutip apa yang disampaikan oleh Relasi basis


keagamaan dari Kabupaten Sabu Rai Jua, John Mozes
Hendrik Wadu Neru bahwa Tuhan yang berdemokrasi
mengundang kita untuk ikut dalam pesta demokrasinya.
Kita datang bukan untuk mengacaukan namun ikut
bersama dalam kegembiraannya.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

JUFRI ISMAIL
RELASI BASIS
KEAGAMAAN

Kota Tidore Kepulauan

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
BERSAMA
IBU-IBU MAJLIS
TAKLIM SIRONGO
FALARAHA

POTRET KEGIATAN SOSIALISASI


KEPEMILUAN BERSAMA
BADAN SYARAH DI KELURAHAN JAYA

23
Toleransi Beragama Dalam Demokrasi
jdih.kpu.go.id
24 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
KEPEMILUAN
DI KELURAHAN
AFA-AFA

JOHN
MOZEZ
HENDRIK
WADU NERU
RELASI
KEAGAMAAN
Kab. Sabu Rai
Jua

POTRET KEGIATAN SOSIALISASI


KEPEMILUAN BERSAMA
Masyarakat Kab.Sabu Rai Jua

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

tetap semangat
jadi relasi
meski kaki
diamputasi

jdih.kpu.go.id 25
26 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

E
lhaniaty, perempuan asal Barito Timur
Kalimantan Tengah ini adalah satu dari
sekian banyak Relawan Demokrasi (Relasi)
basis keluarga yang bertugas di Pemilu
2019. Keingintahuannya yang tinggi tentang dunia
relawan, ditambah hasrat memberikan informasi
yang cukup kepada masyarakat tentang pemilu
mendorongnya terjun menjadi Relasi.

Meski begitu tugas sebagai seorang Relasi nyatanya


tidak mudah. Selain dituntut untuk bisa berkomunikasi
dengan baik di depan masyarakat, mereka yang
direkrut hanya tiga bulan jelang hari pemungutan
suara juga diminta untuk mengedepankan netralitas,
profesionalitas serta kesabaran dalam menjalankan
pekerjaan.

Setidaknya dua kali dirinya mengalami pengalaman


kurang mengenakkan saat ditolak dan diusir oleh pihak-
pihak yang tidak paham dengan kehadiran Relasi.
Peristiwa pertama terjadi saat dirinya bersama dua
rekannya, Inggu Rianti dan Parinawati menyambangi
Desa Tewah Pupuh Kecamatan Benua Lima untuk
menyampaikan sosialisasi pemilu. Ketiganya sempat
diusir oleh seorang bapak yang tiba-tiba datang dengan
berteriak, menentang kehadiran Relasi di tempat
tinggalnya.

Berdasarkan cerita yang diungkapkannya melalui


tulisan dengan judul

“Bentakkanmu Tidak Mengurungkan


Niatku untuk Tetap Menyosialisasikan
Pemilu 2019”,

Elhaniaty mengaku sempat terkejut dengan sikap


yang ditunjukkan pria paruh baya ini. Pasalnya
sebelum kejadian kurang mengenakkan ini terjadi,

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

dirinya bersama dua rekannya tersebut mendapat


sambutan positif dari masyarakat setempat.

“Di penghujung materi yang saya


sampaikan tiba-tiba datang seorang
bapak marah-marah sambil berteriak
mengusir kami dan mengira kalau kami
ini adalah para calon anggota legislatif
yang lagi kampanye,” tuturnya dalam
sebuah kisah.

Mendengar alasan dari sang bapak, Elhaniaty


sendiri tidak tinggal diam. Bersama dua rekan yang
lain dirinya sempat menjelaskan dengan sabar
bahwa kehadirannya di sana sesuai mandat yang
diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum Barito Timur
yakni memberikan informasi kepemiluan kepada
masyarakat. Penjelasan ini bahkan disertai dengan
menunjukkan surat tugas.

Namun sang bapak tetap bersikeras dengan


pemikirannya, meski telah diberikan penjelasan oleh
masyarakat setempat namun pada akhirnya yang
bersangkutan tetap memintanya untuk meninggalkan
lokasi sosialisasi. “Untuk menghindari hal- hal yang
tidak diinginkan kami pun bergegas untuk pulang,”
ucapnya.

Nyatanya pengalaman tersebut bukanlah satu-


satunya yang Elhaniaty rasakan. Di kesempatan lain
saat hendak menuju rumah seorang pemilih disabilitas,
dirinya yang melihat sekumpulan warga usai gotong
royong membuat panggung acara pernikahan juga
mengalami kejadian nyaris sama. Berinisiatif untuk
singgah guna menyampaikan sosialisasi kepemiluan,
dirinya justru mendapat penolakan bukan dari sang
pemilik rumah. Adalah seorang warga yang juga tiba-
tiba datang memprovokasi warga lain untuk tidak

27
Tetap Semangat Jadi Relasi Meski Kaki
jdih.kpu.go.id Diamputasi
28 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

mengikuti sosialisasi tersebut. Sebagian warga yang


terprovokasi kemudian menolak untuk mengisi daftar
absensi juga menolak ketika diajak foto bersama.

Merasakan dua pengalaman tidak mengenakkan


itu, Elhaniaty mengaku tidak kapok. Justru dirinya
telah bertekad untuk bisa menjadi Relasi di kemudian
hari. Bahkan pasca musibah kecelakaan yang
menimpanya usai pemilu lalu, yang membuat salah
satu kakinya diamputasi, ia tetap ingin berkontribusi
untuk demokrasi yang lebih baik. Menurut dia menjadi
Relasi adalah kesempatan berharga dalam hidupnya
karena dapat berinteraksi dengan masyarakat dari
berbagai macam golongan, baik dari golongan bawah
hingga atas.

Pengalaman seperti Elhaniaty nyatanya juga


dirasakan Relasi basis keluarga lainnya, seperti yang
diceritakan Relasi dari Kei Maluku, Eka Putra D
Rahajaan. Hanya saja Eka mampu menjelaskan bahwa
dirinya seorang Relasi hanya dengan bermodal rompi
yang diperolehnya saat memulai tugas. Sebelumnya
dirinya mengaku dikira bagian dari tim pasangan calon
atau partai politik yang ada didaerahnya. Tuduhan
serupa juga dialami Fadli Korompot dari Sulawesi Utara
yang dianggap tidak netral karena sengaja memilih
wilayah sosialisasi yang dianggap menguntungkan
pasangan calon maupun partai politik tertentu.

Pengalaman sedikit berbeda dirasakan Eli Januarti


dari Kabupaten Paser Kalimantan Timur, di mana
dirinya sempat disangka sales produk tertentu saat
menyampaikan sosialisasi kepemiluan ke masyarakat.
Respon tidak terduga justru diberikan salah satu
warga saat dirinya mengaku berasal dari Relasi yang
ditugaskan KPU Kabupaten Paser. “Setelah dijelaskan
masyarakat justru menganggap KPU kurang kerjaan,”
sesalnya.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Meski begitu semangat dan inovasi dari Relasi


basis keluarga patut mendapat apresiasi, Juleha di
Jakarta memanfaatkan kegiatan hari bebas kendaraan
bermotor (car free day) di sekitaran Kanal Banjir
Timur (KBT) Cipinang untuk menyapa keluarga
yang tengah beristirahat pasca berolahraga. Nuralam
di Sulawesi Barat juga punya cara lain, dia sengaja
mengumpulkan warga di pusat desa untuk bersama-
sama mendengarkan pemaparan, sementara Setiati
Darwantina menggelar simulasi untuk memudahkan
warga di Balikpapan Kalimantan Timur memahami
tata cara mencoblos.

Semangat yang tidak kalah besar ditunjukkan


Megiana asal Sulawesi Tengah yang bertugas
menyosialisasikan informasi kepemiluan bersama
warga yang tengah dilanda duka. Ya, sebagaimana
diketahui warga Palu, Sigi dan Donggala tengah
berduka akibat gempa dan likuifaksi beberapa waktu
lalu. Sebagian warganya bahkan sempat enggan terlibat
dalam kegiatan sosialisasi pemilu karena menganggap
hal itu tidak terlalu penting. Namun setelah mendapat
penjelasan pentingnya sebuah kebijakan yang lahir
dari seorang pemimpin, maka warga harus ikut
menentukan siapa pemimpin terpilih melalui pemilu,
mereka pun antusias dengan hadirnya Relasi.

29
Tetap Semangat Jadi Relasi Meski Kaki
jdih.kpu.go.id Diamputasi
30 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI
ELHANIASTY
RELASI BASIS
KELUARGA
Kabupaten Barito Timur,
Kalimantan Tengah KONDISI ELHANIASTY
PASCA KECELAKAAN
YANG MENIMPANYA
SETELAH MENJALAN-
KAN TUGASNYA
SEBAGAI RELASI

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

POTRET KEGIATAN SOSIALISASI


KEPEMILUAN, SETIATI DARWANTINA
RELASI BASIS KELUARGA
Kota Balikpapan, Kalimantan Timur

POTRET KEGIATAN SOSIALISASI


KEPEMILUAN, NURALAM
RELASI BASIS KELUARGA
Kab. Mamuju Tengah, Sulawesi Barat

Tetap Semangat Jadi Relasi Meski Kaki


jdih.kpu.go.id 31
Diamputasi
32 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

jdih.kpu.go.id 33
34 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

B
utuh waktu dua jam berkendara untuk
Vica AVP Kambea bersama rekannya tiba
di Dusun Tamanjeka. Perjalanan hari itu
memang sedikit berbeda karena selaku
Relawan Demokrasi (Relasi) dari basis komunitas
Komisi Pemilihan Umum Poso, Vica dan rekannya
diminta untuk tidak hanya menyosialisasikan pemilu
di kota tapi juga hingga desa bahkan pelosok. Menuju
Tamanjeka mereka pun harus melewati hutan dan jalan
terjal baru bisa sampai di lokasi dan menyapa warga.

Rintangan tersebut mesti dia jalani karena Dusun


Tamanjeka yang berada di kaki Gunung Biru Poso
Sulawesi Tengah menjadi salah satu daerah prioritas
yang selama ini terisolir dan butuh informasi pemilu.

Sebagai informasi, Dusun Tamanjeka sendiri lebih


banyak dikenal masyarakat luas sebagai lokasi yang
dulunya pernah digunakan oleh para teroris Poso untuk
bersembunyi. Meski kini kondisinya sudah berbeda,
namun kesan tersebut masih terasa. Setidaknya saat
rombongan Relasi harus melewati beberapa pos
penjagaan sebelum tiba di dusun. Perjalanan juga
harus ditemani rekan-rekan dari kepolisian guna
memastikan keamanan dan keselamatan hingga tiba di
sana.

Namun semua terbayar saat rombongan Relasi


tiba dan disambut oleh kepala desa serta warga.
Yang cukup membanggakan, warga telah datang jauh
sebelum kegiatan dimulai, padahal waktu pertemuan
harus molor dari yang sudah ditentukan.

Pesan damai pemilu pun langsung Relasi sampaikan


sesaat dibukanya kegiatan sosialisasi. Masyarakat
setempat merespon dengan menunjukkan antusiasnya
mengikuti dan mendengarkan setiap bahan sosialisasi
yang disampaikan. Warga Dusun Tamanjeka nyatanya

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

cukup terbuka dengan kegiatan ini, mereka seakan


telah lupa dengan isu teroris yang sempat melanda
daerahnya dan berjanji menggunakan hak pilihnya di
17 April 2019.

Suatu komitmen yang membuat Vica dan rekan-


rekannya terpacu untuk memberikan yang lebih
baik sebagai seorang Relasi. Dirinya juga bangga
karena komitmen warga Tamanjeka menggunakan
hak suaranya sudah cukup untuk membuktikan
betapa besar kecintaan mereka akan demokrasi bagi
bangsanya.

Di belahan daerah lainnya, perjuangan tidak kenal


lelah juga ditunjukkan Relasi dari basis komunitas dari
Kabupaten Serang Banten, Taufik serta Fitri Noviyanti
dari Kabupaten Kepahiang Bengkulu. Taufik yang
bertugas untuk Kecamatan Tirtayasa, berjuang keras
untuk memenuhi target mampu menyosialisasikan
informasi pemilu ke seribu orang.

Pada prosesnya Taufik bersama rekan dari


Relasi basis komunitas juga harus menjangkau tiga
kecamatan lain yakni Pabuaran, Anyer dan Kibin
untuk memaksimalkan waktu kerja Relasi yang hanya
tiga bulan. Pengalaman pahit pun sempat dialaminya
saat menjumpai pemilih basis komunitas yang
menganggap dirinya sebelah mata bahkan juga ada
yang menuduhnya sebagai petugas tidak resmi.

Pengalaman serupa juga disampaikan Fitri


yang harus berkeliling daerah untuk menjumpai
komunitas yang ada di daerahnya. Sebuah kecelakaan
sepeda motor yang membuat kakinya terluka tidak
menyurutkan semangat perempuan yang baru saja
menyelesaikan pendidikan S1 di Kota Bengkulu itu
untuk menjumpai pemilih basis komunitas.

35
Pesan Damai Pemilu dari Dusun Tamajenka
jdih.kpu.go.id
36 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

VICA AVP KAMBEA


RELASI BASIS
KOMUNITAS
Kab. Poso, Sulawesi Tengah

TAUFIK
RELASI BASIS
KOMUNITAS
Kab. Serang, Banten

FITRI NOVIYANTI
RELASI BASIS
KOMUNITAS
Kab. Kapahiang, Bengkulu

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

TERSISIH
TAK BERARTI
ANTI DEMOKRASI

jdih.kpu.go.id 37
38 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

M
asyarakat atau kelompok marjinal
selama ini lebih dimaknai sebagai
sekumpulan masyarakat yang
terpinggirkan baik secara kultural
maupun struktural. Mereka tidak memiliki kesempatan
yang sama di ruang publik. Alih-alih mendapatkan
ruang publik, mereka justru acap kali tersisih dan
dianggap sebagai subordinasi.

Antonio Gramsci seorang filsuf berkebangsaan


Italia menyebut kelompok ini sebagai subaltern, yakni,
kelompok masyarakat yang tergencet oleh hegemoni
kelas-kelas yang berkuasa terhadap mereka. Akibatnya,
akses publik dan ruang politik untuk kelompok ini pun
cenderung dihilangkan. Bahkan tidak jarang dituduh
sebagai penyakit sosial.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemudian hadir


melalui mitranya Relawan Demokrasi (Relasi) yang
dibentuk di seluruh kabupaten/kota se-Indonesia
untuk menjangkau kelompok marjinal agar mempunyai
hak yang sama tentang informasi kepemiluan di 2019.

Beragam kelompok marjinal didatangi, mulai


dari yang di pasar, di pemukiman nelayan, petani,
mereka yang tinggal di rumah susun sewa (rusunawa),
pemukiman pemulung atau para pekerja perkebunan
yang jauh dari hingar bingar masyarakat. Kesemuanya
disentuh untuk memastikan mereka tetap menerima
informasi cukup tentang kepemiluan.

Di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Relasi


basis marjinal Anjani Tri Fatharini mendatangi
sejumlah warga marjinal yang ada di sekelilingnya.
Pemilih yang tinggal di rumah susun sewa (rusunawa),
para mantan pengguna obat-obatan terlarang, pekerja
seks komersial menjadi sasaran sosialisasinya. Di salah
satu kesempatan bersama rekan relasi lainnya, mereka

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

bahkan sengaja berkumpul di bawah kolong jembatan,


mendekatkan diri dengan para pemulung agar mereka
memiliki pemahaman pemilu yang sama dengan warga
lain.

Di Kabupaten Gresik, mendekatkan diri dengan


pemulung juga dilakukan Relasi basis marjinal
Nur Fatimuz. Mengesampingkan kotor dan baunya
sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik,
satu persatu pemulung diajak untuk mendengarkan
sosialisasi pemilu.

Di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, Arman


Tosepu dan di Kabupaten Nias Sumatera Utara Budi
Rahmat Halawa mendatangi masyarakat yang tinggal
di pesisir serta pedalaman hutan untuk memastikan
kecukupan informasi tentang Pemilu 2019.

Sementara inovasi sedikit berbeda dilakukan Relasi


basis marjinal dari Kabupaten Klaten Jawa Tengah,
Ikrom Rifai yang merangkul pemilih basis marjinal
yakni para musisi jalanan untuk sadar akan pentingnya
pemilu bagi keberlangsungan bangsa dan negara.
Ajakan ini dilakukan dengan menggelar festival musik
pinggiran yang outputnya membuat lagu kepemiluan
untuk pemilih cerdas dan berkualitas.

Pada prosesnya festival tersebut juga sukses


mengajak para musisi tradisional serta sastrawan untuk
ikut unjuk kebolehan. Beberapa puisi bertemakan
pemilu kemudian dibacakan untuk dipentaskan secara
bersama-sama.

Upaya yang dilakukan para Relasi basis marjinal


di atas tentu dilakukan tidak serta merta datang dan
mengajak. Mereka sebelumnya telah melakukan
pendekatan secara personal dengan masyarakat yang
selama ini terpinggirkan. Kelompok marjinal perlu

39
Tersisih tak Berarti Anti Demokrasi
jdih.kpu.go.id
40 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

untuk didekati dengan empati, karena mereka yang


selama ini terpinggirkan cukup sensitif dan butuh
perhatian.

Empati ini juga yang dikedepankan Relasi basis


marjinal Leni Ginawati Nanda dari Kabupaten Bandung
Jawa Barat serta Miftakhul Muna dari Kulon Progo DIY
saat mengunjungi sejumlah waria serta anak jalanan
yang ada di daerahnya. Sesekali emosional, banyak
keluh kesah yang disampaikan para waria dan anak
jalanan saat menerima informasi kepemiluan. Salah
satunya ketika mencurahkan kekecewaan terhadap
janji politik partai dan calon yang tidak terealisasi
ketika mereka telah terpilih.

Kondisi ini sempat memunculkan sikap apatis


yang berakibat pada keengganan memberikan hak
suaranya. Namun dengan pemberian pemahaman
yang tepat, banyak di antara mereka yang mau untuk
menggunakan hak pilihnya. Leni dan Miftakhul
mengingatkan pentingnya setiap suara yang diberikan
dalam pemilu. Kalaupun ada partai atau calon yang
mengingkari, dia mengatakan masih banyak calon lain
yang maju pada pemilu ini dan pemilih bisa melihat
visi, misi serta program dari masing- masing kandidat.

Mengembalikan persepsi publik juga diperjuangkan


Relasi basis marjinal dari Kabupaten Gorontalo Utara,
Gorontalo, Maharani Ayuba yang resah dengan
pemakluman politik uang di tengah masyarakat.
Jargon masyarakat setempat “Jabome Gaya, Doi
Paralu” (bukan hanya gaya, uang yang diperlukan)
menurut dia harus diluruskan dalam pemilu, sebab
masyarakat harus kembali mengedepankan esensi
utama demokrasi dalam pemilu yakni dari, oleh dan
untuk rakyat.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Sebab termarjinalnya masyarakat memang


salah satunya dikarenakan tingkat ekonomi yang
jauh tertinggal dari kelompok lain. Namun kondisi
kekurangan tetap bukan situasi yang dibenarkan
untuk terlibat dalam politik uang. Peningkatan
taraf hidup justru dapat dilakukan dari kebijakan
seorang pemimpin yang dihasilkan dari pemilu yang
berintegritas.

Dan pemahaman ini yang disampaikan Relasi


basis marjinal dari Pangkal Pinang, Bangka Belitung,
Rakhmat Haitami kepada warga Desa Labuh Air
Pandan. Di tengah keterbatasan ekonomi, warga yang
tinggal di pesisir ini didorong untuk tetap menjaga
tradisi dengan tidak tergoda dengan janji atau politik
uang dari partai politik maupun calon.

Sementara itu pengalaman berinteraksi dengan


masyarakat yang masih kental dengan alam berlangsung
di Kabupaten Merangin, Jambi, Kabupaten Lingga
Kepulauan Riau serta Boalemo Gorontalo. Relasi basis
marjinal, dari Merangin, Rumiyati dan dari Lingga,
Melta Zuwarni dari Boalemo Syamsudin Duka sama-
sama membaur dengan masyarakat adat yang masih
kental dengan tradisi untuk menyampaikan informasi
pemilu secara menyeluruh.

Cerita dari Rumiyati bagaimana dirinya berusaha


keras untuk menyampaikan informasi kepemiluan
kepada warga suku anak dalam. Selain harus berjuang
dengan keaslian hutan, Relasi yang datang di Desa
Bukit Beringin, Desa Bukit Bungkul, Desa Pulau
Tujuh, Desa Aur Duri Panjang, Desa Mentawak dan
Desa Lantak Seribu juga harus menjaga adat istiadat
masyarakat setempat. Sosialisasi di tempat ini juga
penuh dengan tata cara yang khas, seperti komunikasi
yang hanya dapat dilakukan dengan persetujuan kepala
adat. Sedangkan cerita Melta, dirinya berkeliling ke

41
Tersisih tak Berarti Anti Demokrasi
jdih.kpu.go.id
42 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

sejumlah masyarakat pesisir yang kesehariannya hidup


di laut.

Adapun cerita Syamsudin Duka, dirinya harus ke


dusun terpencil di Desa Kota Raja dan menyeberangi
5 sungai kecil dan 2 sungai besar untuk kemudian
bertemu dengan masyarakat setempat. Sama dengan
Relasi lainnya, di tempat itu dirinya mendapat banyak
keluh kesah dari masyarakat terutama terkait proses
pemilu yang dianggap membingungkan. Mereka juga
sempat kecewa dengan pemimpin sebelumnya yang
datang ke tempat tinggalnya namun tidak membawa
perubahan apapun bagi mereka.

Namun dari keseluruhan cerita yang disampaikan


Relasi basis marjinal, ada harapan dan komitmen
yang tinggi dari masyarakat untuk ikut terlibat dalam
Pemilu 2019. Hal ini sejalan dengan tingkat partisipasi
pemilih di Pemilu 2019 yang mengalami peningkatan
dibanding pemilu sebelumnya.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

ANJANI
TRI FATHARINI
RELASI BASIS MARJINAL

Kota Mataram, Nusa


Tenggara Barat

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
BERSAMA
MASYARAKAT
DI BAWAH
JEMBATAN KOTA
MATARAM

POTRET KEGIATAN SOSIALISASI


KEPEMILUAN BERSAMA
MASYARAKAT SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN
SAMPAH

Tersisih tak Berarti Anti Demokrasi


jdih.kpu.go.id 43
44 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

MOCH. MIFTACHUL
MUNA
RELASI BASIS MARJINAL

Kab. Kulon Progo, DIY

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
BERSAMA
WARIA

LENI GINAWATI NANDA


RELASI BASIS
MARJINAL
BERSWAFOTO DENGAN
WARIA SETELAH SELESAI
MELAKUKAN SOSIALISASI

Kab. Bandung, Jawa Barat

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
KEPEMILUAN
LENI GINAWATI
BERSAMA
MASYARAKAT

RAKHMAT HAITAMI
RELASI BASIS MARJINAL

Kota Pangkal Pinang,


Bangka Belitung

RELASI BANGKA, MENGKREASIKAN PESAN


KEPEMILUAN DENGAN KEARIFAN LOKAL

Tersisih tak Berarti Anti Demokrasi


jdih.kpu.go.id 45
46 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
KEPEMILUAN

KEGIATAN RELASI YANG DIMUAT DALAM


MEDIA ONLINE LOKAL BANGKA

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

KEGIATAN RELASI YANG DIMUAT DALAM


MEDIA ONLINE LOKAL BANGKA

Tersisih tak Berarti Anti Demokrasi


jdih.kpu.go.id 47
48 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

RUMIYATI
RELASI BASIS MARJINAL

Kab. Lingga, Jambi

POTRET
KEGIATAN
SOSIALISASI
RUMIYATI
BERSAMA
MASYARAKAT
SUKU ANAK
DALAM

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI RUMIYATI
BERSAMA MASYARAKAT
SUKU ANAK DALAM

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI RUMIYATI
BERSAMA BAPAK -
BAPAK
SUKU ANAK DALAM

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

jdih.kpu.go.id 49
50 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

D
i negara demokrasi seperti Indonesia,
memilih dan dipilih adalah hak yang
melekat di setiap warganya. Hak yang
dijalankan tidak boleh ada unsur
paksaan di dalamnya, intimidasi
apalagi ancaman. Kegiatan demokrasi di negara dengan
jumlah penduduk 250 juta, lebih kepada kesadaran
pribadi dan kolektif untuk bersama membangun
bangsa yang lebih baik melalui pemimpin terpilih yang
akan duduk di legislatif maupun eksekutif.

Namun di setiap penyelenggaraan pesta demokrasi,


pemilu, generasi muda selalu dituduh sebagai pihak
yang kurang memiliki kesadaran untuk ikut terlibat di
dalam pemilu. Terlebih di tengah pesatnya kemajuan
teknologi, yang lebih menarik bagi mereka ketimbang
memberikan hak suaranya di Tempat Pemungutan
Suara (TPS).

Memahami hal ini, Relawan Demokrasi (Relasi)


dari basis pemilih muda banyak melakukan inovasi
agar informasi yang disampaikan bisa diterima dan
mampu menggugah generasi muda untuk terlibat di
dalam pemilu. Di Gunung Mas Kalimantan Selatan,
Relasi Nuliati mempunyai strategi menggencarkan
sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran pemilih
muda di daerahnya agar menggunakan hak suaranya
di 17 April 2019. Dia meyakini kesadaran akan muncul
apabila generasi muda paham apa itu pemilu, tujuan
diselenggarakannya pemilu dan kenapa mereka harus
cermat dan kritis dalam menentukan pemimpin yang
akan mengemban amanat lima tahun ke depan.

Nuliati juga optimis cara sederhana yang


dilakukannya ini akan berbuah manis di hari
pencoblosan nanti. Karena dia memahami generasi
muda bukanlah kelompok yang apatis sama sekali,
artinya mereka mau mendengar masukan dan ajakan

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

asal dilakukan dengan cara yang tepat.

“Menggunakan bahasa yang baik, santun


dan jawaban yang mudah dipahami serta
pemberian kalimat ajakan untuk dapat
menggugah rasa antusias,” tutur Nuliati.

Perjuangan yang sama dilakukan Relasi basis


pemuda asal Kabupaten Barito Utara, Kalimantan
Tengah, Hasan Asari Al Banjari yang berupaya
menekan angka golput di tengah masyarakat. Dia pun
rela menempuh perjalanan jauh menuju Desa Sikui
dan Hajak untuk menyosialisasikan teknis pemilu dan
meningkatkan kesadaran memilih warga.

Pengalaman lain diceritakan Relasi basis pemuda


Nurjani Lule yang lebih menggunakan pendekatan
personal ke sejumlah pemilih muda di daerahnya. Dia
tidak ragu untuk mendekati sekelompok pemuda yang
tengah asyik berkumpul dengan gadget yang masih
menempel di tangan masing-masing. Meski awalnya
tidak digubris namun dengan kesabaran dan ketekunan
akhirnya sekelompok pemuda itu mendengarkan
dengan seksama apa yang disampaikannya.

Dari hasil obrolan dengan pemilih basis muda, dia


menarik kesimpulan bahwa mereka yang telah memiliki
pengalaman mengikuti pemilu juga belum tentu paham
dengan mekanisme Pemilu 2019 yang dilaksanakan
serentak. Dan kesimpulan lain, masyarakat perlu
untuk dipulihkan persepsinya mengenai pemilu dan
demokrasi di mana mereka tidak boleh terlibat dalam
politik uang.

51
Menggugah Antusias, Lalu Bangga Jadi Pemilih
jdih.kpu.go.id
52 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

BANGKITKAN
KESADARAN
MILENIAL
LEWAT
LAGU

jdih.kpu.go.id 53
54 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

M
enjadi seorang Relawan Demokrasi
(Relasi) selain dituntut untuk cakap
berkomunikasi juga harus pandai
menentukan strategi. Menyusun
strategi agar penyampaian informasi mudah dimengerti
dan dipahami. Apalagi jika objek penerima informasi
adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti proses
pemilu, bagi kalangan pemilih pemula, penyampaian
pesan yang sederhana akan sangat membantu mereka
memahami proses demokrasi.

Berangkat dari hal ini, seorang Relasi basis pemula


asal Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat Akhmad
Harmaen berinisiatif menggunakan media lagu untuk
menyederhanakan pesan pemilu yang disampaikan.
Lagu berjudul “Oi Adek Berjilbab Ungu” yang tengah
gandrung di wilayahnya, ia ubah liriknya agar berkaitan
dengan kepemiluan. Cover lagu ini juga sengaja dia
bagikan melalui akun media sosial seperti Facebook,
Youtube dan Instagram dengan harapan generasi
milenial yang gemar berselancar di dunia maya bisa
juga menikmati informasi darinya.

Inovasi Harmaen untuk menyampaikan pesan


bagi milenial tak berhenti di sana, sebab dirinya juga
menggelar nonton bareng dengan hanya bermodalkan
proyektor dan layar. Dari kedua alat itu dirinya berhasil
menarik warga untuk datang. Kesempatan ramai
warga ini yang kemudian dimanfaatkannya untuk
menyampaikan pesan-pesan penting kepemiluan
mulai dari hari pemungutan suara, jenis surat suara
hingga mengingatkan masyarakat agar terhindar dari
politik uang.

Pesan-pesan itu pun juga kemudian


disampaikannya melalui siaran radio. Bersama dua
rekan Relasi yang lain, dirinya hadir mengisi salah satu
talkshow membahas kepemiluan. Harmaen bersyukur

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

sebab jangkauan siarannya bahkan jauh lebih luas


dari cakupan wilayah yang diembannya yakni dua
Kecamatan, Gunungsari dan Batulayar.

Inovasi dan semangat tinggi juga diperlihatkan


Relasi basis pemula lainnya, Baseran asal Hulu Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan. Pria yang baru saja
menuntaskan pendidikan di salah satu perguruan tinggi
di Kalimantan Selatan ini beberapa kali mendatangi
sekolah-sekolah untuk menyosialisasikan pemilu.

Bukan hanya datang tanpa persiapan, Baseran


mencoba memposisikan diri sebagai guru di kelas.
Tujuannya agar siswa merasa nyaman dan tidak terlalu
kaku dalam menerima pesan kepemiluan. Meski
awalnya gugup, namun alumnus MAN 3 Hulu Sungai
Selatan ini akhirnya mampu menguasai panggung.
Dirinya bahkan sukses berbicara di hadapan ratusan
pemilih pemula di sekolahnya itu. Bahkan sudah
berani tampil seorang diri di MA PIP Habirau Tengah.

Satu kesimpulan yang dia petik dari pengalamannya


berjumpa dengan pemilih pemula bahwa mereka
yang berjiwa muda bukanlah orang yang pasif dalam
menerima informasi, sebab banyak di antaranya yang
justru aktif dengan mengajukan pertanyaan kritis,
berkaitan dengan pemilu di Indonesia.

Sosialisasi dengan berkeliling sekolah maupun


universitas juga dijalani Fuad Dwi Artha dari Madiun,
Jawa Timur, Jannatun dari Aceh serta Vera Marliyana
dari Indragiri Hulu, Riau. Ketiganya rela menempuh
jarak puluhan kilometer untuk bisa sampai ke tempat-
tempat berkumpulnya pemilih pemula. Seperti
Jannatun yang harus melalui jalan 72 km untuk
sampai ke MAN 6 Pidie atau Fuad yang rela bolak-balik
Madiun Surabaya untuk bisa menyampaikan informasi
kepemiluan.

55
Bangkitkan Kesadaran Milenial Lewat Lagu
jdih.kpu.go.id
56 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

Mengutip kalimat yang disampaikan Vera dalam


tulisannya berjudul

“Menembus Batas Ditengah


Keterbatasan”, “Sekarang saya mengerti,
bahwa saya harus bisa menyadarkan
masyarakat. Bahwa semua warga negara
mempunyai hak dan kesempatan yang
sama atau setara untuk berkontribusi
dalam proses yang memengaruhi hidup
mereka. Rakyat lah yang memilih
pemimpin negara ini”.

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

AKHMAD HARMAEN
RELASI BASIS PEMULA
MENSOSIALISASIKAN
PEMILU DI RADIO
Lombok Barat, NTB

LAGU YANG DIGU-


NAKAN
AKHMAD UNTUK
MENSOSIALISASI-
KAN PEMILU

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI
BERSAMA
BASIS PEMULA

FOTO BERSAMA
BERSAMA
SISWA SMA DI
LOMBOK BARAT

Bangkitkan Kesadaran Milenial Lewat Lagu


jdih.kpu.go.id 57
58 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

BASER
RELASI BASIS PEMULA, MENUNJUKAN TATA CARA MENCOBLOS SURAT
SUARA PEMILU 2019 KEPADA SISWA
MADRASAH ALIYAH IRSYADUL AMIN DAHA BARAT,

Kab. Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan

FOTO BERSAMA SISWA


MADRASAH ALIYAH IRSYADUL AMIN DAHA BARAT,

Kab. Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Sentuh
Perempuan
Gunakan Hak Pilih

jdih.kpu.go.id 59
60 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

P
erempuan masih menjadi magnet besar
di setiap penyelenggaraaan pemilu.
Tidak terkecuali pada tahun 2019,
jumlah perempuan pada Daftar Pemilih
Tetap (DPT) berjumlah 96.557.044 orang (laki-laki
96.271.476 orang) adalah kelompok potensial yang
partisipasinya sangat menentukan sukses tidaknya
penyelenggaraan pemilu.

Dan Relawan Demokrasi (Relasi) yang dibentuk


untuk menjaga antusias masyarakat menggunakan
hak pilih juga mengkhususkan satu basisnya untuk
kelompok ini. Kerja basis perempuan adalah
mendatangi, menyentuh hati kaum hawa untuk datang
ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) di 17 April 2019.

Meski begitu tantangan yang dihadapi Relasi


basis perempuan tidaklah mudah, selain dihadapkan
pada aturan budaya yang di beberapa tempat
masih membatasi ruang gerak perempuan dalam
politik, Relasi juga kadang masih menemui pemilih
perempuan yang kurang dalam pendidikan atau
ada juga perempuan yang membatasi diri, menutup
pemikirannya akan politik dari pihak luar.

Pengalaman ini dialami Relasi asal Kecamatan


Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan Riau, Yulidar
Sinulingga. Wanita yang aktif di sejumlah organisasi
perempuan menceritakan kendala yang dihadapinya
saat menemui pemilih perempuan dengan keterbatasan
pendidikan khususnya baca dan tulis. Kesulitan
juga ditemuinya saat mendatangi daerah lain, yakni
perempuan yang kaku dalam pemikiran atau tidak
mudah menerima informasi dari luar.

Yulidar kemudian lebih menggunakan


pendekatan komunikatif dan solutif untuk menjawab
keterbatasan yang perempuan miliki. Seperti buta

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

huruf, dia menyampaikan bahwa perempuan bisa


meminta bantuan keluarga atau petugas KPPS untuk
mendampingi di bilik suara. Sementara bagi mereka
yang apatis dengan politik, dia mengajak untuk kenal
terlebih dahulu tujuan diselenggarakannya pemilu,
mengenali calon yang bertanding hingga mengenalkan
lima jenis surat suara yang digunakan.

Upaya memperjuangkan hak suara perempuan


juga dilakukan Relasi basis perempuan lainnya Wahyu
Nita Sari dari Bandar Lampung. Saat mendatangi
eks lokalisasi yang berada di Kecamatan Panjang,
Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung jurusan
Muamalah itu banyak menemui para pekerja seks
komersial (PSK) yang selama ini tidak mendapat
pengetahuan yang cukup terkait kepemiluan. Bahkan
di tempat tersebut, banyak di antara mereka yang tidak
memiliki Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP- el).
Kalaupun ada, mereka disebutnya tidak beralamat di
lokasi tempat tinggalnya saat ini.

Dia mengingatkan bahwa di Pemilu 2019, Undang-


undang (UU) No 7 Tahun 2017 mengamanatkan
pemilih untuk memiliki KTP-el sebagai syarat mutlak
datang ke TPS. Bagi mereka yang tidak memiliki untuk
segera mengurus dan untuk yang sudah memiliki
namun tidak berdomisili di tempat tinggalnya saat ini,
dia menyarankan untuk kembali ke tempat asalnya
masing-masing pada hari pemungutan suara.

Tantangan lain terkait perempuan yang ditemui


Relasi basis perempuan adalah mengembalikan
persepsi pentingnya memilih pemimpin bagi
keberlangsungan bangsa dan negara. Martini Neneng
Matarau dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara,
menceritakan pengalamannya mendapati masyarakat
yang menganggap pemilu adalah kegiatan sia-sia
dan calon terpilih tidak akan berpengaruh dengan

61
Sentuh Perempuan Gunakan Hak Pilih
jdih.kpu.go.id
62 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

perekonomian keluarganya. Menjawab hal ini, Martini


dengan sabar mengingatkan pentingnya pemimpin
yang kebijakannya tidak hanya dirasakan untuk saat
ini tapi juga untuk generasi yang akan datang. Diam
atau justru membiarkan seseorang yang salah menjadi
pemimpin akan berdampak pada masa depan daerah
atau negara.

Untuk itu agar tidak salah dalam menentukan


seseorang menjadi pemimpin, Martini meminta
masyarakat untuk cermat mengenali dan mendalami
visi dan misi dari calon. Juga tidak tergiur dengan
bujukan, rayuan uang ataupun barang yang datang
dari calon saat pemilu.

Perjuangan yang sama dilakukan Relasi dari basis


perempuan lainnya dari Kalimantan Barat Nindiyawati
dan Nurmiyati serta Martha Sapulette dari Seram
Bagian Barat Maluku, yang berupaya membebaskan
pikiran masyarakat di tempat tinggalnya dari informasi
yang salah tentang pemimpin dan pemilu. Dia pun
menyadari bahwa kerja Relasi memang tidak hanya
mengoptimalkan partisipasi pemilih tapi lebih dari itu
menyadarkan masyarakat akan pilihan-pilihan dan
segala konsekuensinya yang objektif.

Meski demikian persoalan yang dihadapi Relasi


basis perempuan tidak hanya soal pemilih, di tubuh
Relasi sendiri larangan untuk meneruskan tugas juga
terjadi. Seperti yang diceritakan Fitrah Meri Aulia Riska
dari Solok Sumatera Barat yang keluarganya sempat
melarang saat hendak bertugas ke Desa Gerabak Data
lantaran letaknya yang terisolir dan harus melewati
hutan dengan kondisi jalan yang rusak. Butuh 8 jam
untuk sampai ke desa yang oleh warga Kecamatan Tigo
Lurah banyak diselimuti oleh mitos tersebut. Namun
begitu Fitrah tetap menguatkan tekadnya untuk
sampai ke desa pelosok tersebut, meski harus berulang

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

kali jatuh dari motor akibat medan jalan yang rusak


serta belum teraspal itu.

Tantangan akibat alam untuk kemudian bisa


menyapa pemilih basis perempuan juga dirasakan
Eni dari Muntok Bangka Barat. Bahkan usai melalui
medan terjal dan menantang dirinya harus menerima
hal pahit karena ditolak warga tempat dirinya hendak
menyampaikan sosialisasi di Desa Air Nyatoh. Dusun
ini disebut Eni memang terkenal tertutup dengan
kedatangan orang luar.

Menurut Relasi Rosnaini Nasution dari Rantau


Prapat Sumatera Utara, ada perbedaan penerimaan
masyarakat desa dan kota. Masyarakat di kota lebih
mudah menerima Relasi yang datang ke lokasi
tempat tinggalnya untuk menyampaikan sosialisasi
kepemiluan, sementara masyarakat di desa yang
ditemuinya justru langsung bertanya caleg mana yang
harus mereka pilih. Banyak pula yang mengatakan
kandidat yang dipilih belum tentu ingat ketika mereka
telah menjabat.

63
Sentuh Perempuan Gunakan Hak Pilih
jdih.kpu.go.id
64 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

FITRA MERI AULIA RISKA


RELASI BASIS
PEREMPUAN
Kab.Solok, Sumatera Barat

AKSES JALAN MENUJU


GARABAK DATA YANG
RUSAK DAN BERLUM-
PUR

KECELAKAAN
YANG DITIMPA
FITRA SAAT
MENUJU DESA
GARABAK DATA

SAMBUTAN
MASYARAKAT DESA
GARABAK SAAT
KEDATANGAN RELASI

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

POTRET
KEGIATAN SOSIALISASI
PEMILU SERENTAK BER-
SAMA IBU - IBU PETANI
DESA GARABAK DATA

POTRET KEGIATAN
SOSIALISASI PEMILU
SERENTAK DI DESA
GARABAK DATA

YULIDAR SINULINGGA
RELASI BASIS PEREMPUAN,
SOSIALISASI BERSAMA ORGANISASI PEREMPUAN
Kab. Pelalawan, RIAU

Sentuh Perempuan Gunakan Hak Pilih


jdih.kpu.go.id 65
66 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

Sebar pesan
POSITIF
LEWATK ONTEN
MENDIDIK

jdih.kpu.go.id 67
68 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

G
emas, itulah yang dirasakan Janur M
Bagus saat melihat banyaknya berita
bohong (hoaks) dan kampanye hitam
(black campaign) berseliweran di dunia
maya. Hatinya tergugah, untuk kemudian ikut terlibat
dalam kegiatan Relawan Demokrasi (Relasi) yang
digagas Komisi Pemilihan Umum (KPU). Relasi sendiri
memang memiliki satu basis yang khusus menyasar
warganet agar juga memperoleh informasi yang cukup
tentang kepemiluan.

Dan dari sana pria asal Garut kemudian menggagas


sejumlah langkah solutif untuk menekan penyebaran
hoaks, salah satunya dengan mengajak para netizen di
sekelilingnya untuk aktif membuat dan menyebarkan
pesan positif di media sosial. Langkah ini disebutnya
juga sebagai counter atas beredarnya informasi yang
tidak dapat di pertanggungjawabkan di masyarakat.
Janur meyakini merajalelanya informasi negatif akibat
minimnya konten positif di media sosial.

Cara tersebut juga disebutnya sebagai sarana


meningkatkan partisipasi pemilih untuk lebih peduli
terhadap pemilu dan menyadarkan pentingnya
memilih dan memilah informasi yang positif dan
mengabaikan konten negatif.

Langkah lain yang juga dilakukan Janur adalah


bekerja sama dengan pemilik akun media sosial
dengan jumlah pengikut ratusan ribu untuk melakukan
live sosialisasi pemilu. Cara ini cukup efektif, terbukti
dengan banyaknya pengikut di media sosial yang
menyaksikan live sosialisasi ini. Apalagi narasumber
dalam live sosialisasi memang menghadirkan anggota
KPU Garut.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan


Informatika (Kemenkominfo), penyebaran hoaks

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

selama masa pemilu memang cukup masif. Khusus


untuk April 2019 saja (bulan pemungutan suara) total
hoaks yang beredar 486 di mana 209 di antaranya
masuk kategori politik. Jika ditarik lebih ke belakang,
sejak Agustus 2018-April 2019 jumlah hoaks yang
beredar mencapai 1.731 dengan rincian kategori politik
(620 hoaks), kategori pemerintahan (210 hoaks),
kategori kesehatan (200 hoaks), kategori fitnah (159
hoaks), kategori kejahatan (113 hoaks) dan isu lainnya1.

Keresahan akan maraknya hoaks di media sosial


juga diutarakan Relasi basis warganet lainnya Hario
dari Payakumbuh Sumatera Barat. Guna menyikapi
kondisi ini, Hario kemudian membuat beragam
terobosan, mulai dari pembuatan flyer atau caption
di media sosial, iklan layanan masyarakat hingga
pembuatan film pendek yang pesannya mengingatkan
agar masyarakat cerdas, tidak mudah percaya dengan
informasi yang beredar tanpa melakukan pemeriksaan
terlebih dahulu.

Meski begitu kerja basis warganet tidak hanya


berlangsung di dunia maya, Hario juga sempat
membuat diskusi yang narasumbernya menghadirkan
para pakar komunikasi dan kepemiluan. Acara yang
mengambil tema kopi darat terbukti juga sukses
mengundang minat banyak masyarakat untuk hadir.

Acara lainnya yang juga digagas Hario adalah


nonton bareng film pendek. Film berjudul “Mencoblos
atau Indak” adalah hasil karyanya bersama rekan
Relasi di Payakumbuh, bangganya karena film tersebut
juga sempat ditayangkan oleh televisi lokal.

1
https://news.detik.com/berita/d-4532182/kominfo-identifikasi-486-hoax-
sepanjang-april-2019-209-terkait-politik

Sebar Pesan Positif Lewat Konten Mendidik


jdih.kpu.go.id 69
70 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

HARIO
RELASI BASIS WARGANET
Kota Payakumbuh, Sumatera Barat

BANNER KEGIATAN SOSIALISASI KEPEMILUAN


RELASI DAN KPU KOTA PAYAKUMBUH

jdih.kpu.go.id
Pemilu 2019

KEGIATAN SOSIALISASI PEMILU


KPU KOTA PAYAKUMBUH BERSAMA HARIO & TEMAN-
TEMAN RELASI BASIS WARGA NET

FILM TENTANG KEPEMILUAN YANG DIBUAT HARIO DAN


TEMAN-TEMAN RELASI KOTA PAYAKUMBUH, UNTUK
SOSIALISASI

Sebar Pesan Positif Lewat Konten Mendidik


jdih.kpu.go.id 71
72 Bunga Rampai Relawan Demokrasi

jdih.kpu.go.id

Anda mungkin juga menyukai