Anda di halaman 1dari 111

MODEL PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA


JAWA TINGKAT SD
Diterapkan untuk
Merdeka Belajar: Revitalisasi Bahasa Daerah di Jawa
Tengah

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
2022

L

 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD
Diterapkan untuk Merdeka Belajar: Revitalisasi Bahasa Daerah
di Jawa Tengah

Penanggung Jawab/Penyelaras Akhir


Ganjar Harimansyah
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Penyusun
Guru Peserta Diseminasi Model Pembelajaran Bahasa Jawa 2021

Pakar:
Nanik Herawati
Prembayun Miji Lestari
Wanto Tirta
Bambang Sulanjari
Slamet Yusdianto
Djoko Sulaksono
Triman Laksana
Sriyana

Penyunting
Shintya
Umi Farida
Poetri Mardiana Sasti
Getmi Arum Puspitasari
Sunarti

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah


Jalan Elang Raya 1, Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang
Telepon : (024) 76744356, 76744357
Pos-el : balaibahasa.jateng@kemdikbud.go.id
Laman: balaibahasajateng.kemdikbud.go.id

LL
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................iii


KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI JAWA TENGAH ..................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN ..................................................................viii

BAGIAN I
MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
AKSARA JAWA .......................................................................................... 1

BAGIAN II
MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
GEGURITAN ............................................................................................. 33
I. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA GEGURITAN
DENGAN MENGGUNAKAN MODELLING THE WAY .............. 34
II. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA GEGURITAN
MENGGUNAKAN KELOMPOK BELAJAR................................... 38
III. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS GEGURITAN
MENGGUNAKAN PROJECT BASE LEARNING (PBL) DENGAN
PENGEMBANGAN MODEL PIRINGRESIK ............................... 42
IV. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS GEGURITAN
MENGGUNAKAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) .................................................................................................. 49
V. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS GEGURITAN
MENGGUNAKAN PICTURE AND PICTURE .............................. 54

iii
LLL

 
BAGIAN III
MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK ......................................... 57
I. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK BASA JAWA
TENTANG PERANGANING AWAK MELALUI
TETEMBANGANDENGAN FLIPPED CLASSROOM ................ 58
II. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK BASA JAWA SD
TENTANG TEMBUNG SESULIH DAN TEMBUNG KRIYA
MELALUI BERMAIN PERAN ........................................................ 65
III. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK BASA JAWA SD
TENTANG TEMBUNG KRIYA MELALUI KARTU PINTAR ..... 70
IV. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK BASA JAWA SD
TENTANG NGOKO DAN KRAMA MELALUI VIDEO ................ 74
V. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK BASA JAWA SD
TENTANG LEKSIKON TEMBUNG ARAN MELALUI GIM
(GAME) ............................................................................................... 77
VI. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK BASA JAWA SD
TENTANG LEKSIKON TEMBUNG KRIYA DAN TEMBUNG
WILANGAN ARAN MELALUI GIM (GAME) ................................ 81

BAGIAN IV
MODEL PEMBELAJARAN BERPIDATO ............................................ 85
I. MODEL PEMBELAJARAN PIDATO BERBAHASA JAWA
TINGKAT SD DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIHAYA
BAPER ................................................................................................ 87
II. MODEL PEMBELAJARAN PIDATIO TINGKAT SD DENGAN
METODE LIHAT, DENGAR, UCAPKAN (LDU) ........................ 90
III. MODEL PEMBELAJARAN PIDATO TINGKAT SD MELALUI
PEMBELAJARANKOOPERATIF SNOWBALL THROWING .... 92

BAGIAN V
MODEL MENDONGENG........................................................................ 95
I. MODEL PEMBELAJARAN MENDONGENG UNTUK
MEMBENTUK KARAKTER SISWA ............................................ 96

iv
LY
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI
JAWA TENGAH

Untuk memperkuat upaya pelindungan bahasa daerah,


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode
Ke-17 yang bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah (MB-17: RBD)
pada Selasa, 22 Februari 2022. Peluncuran kebijakan ini untuk
mendukung momen Hari Bahasa Ibu Internasional pada 21
Februari 2022.
Revitalisasi yang diusung Kemendikbudristek ini
merupakan pendekatan baru untuk revitalisasi bahasa daerah di
Indonesia. Konsep pelindungan bahasa dalam pendekatan
sekarang lebih ditekankan pada pengembangan—tidak lagi
sekadar bentuk proteksi terhadap bahasa-bahasa daerah. Upaya
ini dilakukan sebagai cara menghidupkan kembali hasrat dan
minat penutur bahasa daerah untuk menggunakan bahasanya,
terutama di kalangan generasi muda.
Pendekatan revitalisasi dalam MB-17: RBD tersebut
didasarkan pada empat prinsip, yakni dinamis, adaptif,
regenerasi, dan merdeka berkreasi. Program revitalisasi
berprinsip dinamis karena berorientasi pada pengembangan dan
bukan sekedar memproteksi bahasa tersebut dengan tetap adaptif
terhadap situasi lingkungan masyarakat tutur atau lingkungan
sekolah. Aspek regenerasi dalam revitalisasi juga difokuskan
pada penutur muda agar pewarisan dapat dijamin

v
Y

 
keberlanjutannya, terutama pada anak usia sekolah dasar dan
menengah. Sesuai semangat Merdeka Belajar, program MB-17:
RBD ini juga mendorong para penutur bahasa daerah untuk
merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya.
Tujuan akhir dari program MB-17: RBD ini adalah agar
para penutur muda dapat menjadi penutur aktif bahasa daerah
dan memiliki kemauan untuk mempelajari bahasa daerah dengan
penuh suka cita melalui media yang mereka sukai. Di samping
itu, MB-17: RBD juga bertujuan agar kelangsungan hidup
bahasa dan sastra daerah terjaga; bahasa dan sastra daerah
menemukan fungsi dan ranah barunya; dan dapat tercipta ruang
kreativitas dan kemerdekaan bagi para penutur bahasa daerah
untuk mempertahankan bahasanya.
Di Provinsi Jawa Tengah, MB-17: RBD dilaksanakan
dengan menggunakan model revitalisasi berbasis sekolah.
Artinya, pewarisan bahasa Jawa dapat diperkuat secara
terstruktur melalui pembelajaran di sekolah. Sehubungan dengan
itu pula, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBP Jateng)
sebagai unit pelaksana teknis Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, melakukan berbagai
upaya menyukseskan MB-17: RBD, seperti menyelenggarakan
pelatihan guru utama dan Menyusun model pembelajaran Bahasa
Jawa.
Buku Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa, baik
untuk tingkat SD maupun SMP, yang tersusun ini merupakan
salah satu sarana untuk menyukseskan MB-17: RBD. Kami
berharap tiap model pembelajaran yang dihadirkan dalam buku
ini dapat menguatkan empat prinsip MB-17: RBD. Kami
mengarahkan agar tiap model yang kami tawarkan di buku ini
dapat memuat konsep secara utuh dan tiap model dapat dipelajari
dan dipilih secara terpisah tanpa mengurangi makna pencapaian
empat keterampilan berbahasa, yakni berbicara, menyimak,
membaca, dan menulis.

vi
YL
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat,
diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau
menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan
pemahaman (understanding); dari model ceramah ke pendekatan
pembelajaran penyingkapan/penemuan (discovery atau inquiry
learning); dari belajar individual ke kooperatif, serta
terkonstruksinya pengetahuan siswa. Namun, tentu saja di dalam
model pembelajaran yang kami sajikan dalam buku ini masih
banyak yang perlu dikembangkan.
“Tak ada gading yang tak retak”, begitu kata pepatah.
Demikian juga dengan buku ini, tentu masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk
perbaikan.
Atas terlaksananya MB-17: RBD di Jawa Tengah dan
terbitnya buku model ini, kami mengucapkan terima kasih dan
salut yang tinggi kepada para peserta Diseminasi Revitalisasi
Bahasa Daerah 2021, pakar bahasa dan sastra Jawa dari berbagai
daerah, serta Tim MB-17: RBD dari Balai Bahasa Provinsi Jawa
Tengah

Semarang, Juli 2022

Dr. Ganjar Harimansyah


Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

vii
YLL

 
PETUNJUK
PENGGUNAAN

A. Pendahuluan
Keberadaan bahasa daerah di berbagai negara semakin
lama semakin terpinggirkan karena ditinggalkan oleh
penuturnya. Hal ini terjadi karena bahasa daerah dianggap
kurang dapat mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
Demikian pula dengan bahasa Jawa, walaupun memiliki
jumlah penutur yang banyak, kondisinya juga tidak aman karena
generasi muda sekarang banyak yang tidak terbiasa
menggunakan bahasa Jawa. Oleh karena itu, diperlukan upaya
untuk membiasakan berbahasa Jawa kepada generasi muda.
Upaya pembiasaan berbahasa Jawa dilakukan dengan cara
pembiasaan dalam pendidikan keluarga, pendidikan formal
melalui muatan lokal bahasa Jawa, kursus, paguyuban,
komunitas dan sejenisnya. Namun, dari upaya pembiasaan
tersebut, yang paling efektif adalah melalui pendidikan formal
dengan mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa.
Upaya pembiasaan melalui pendidikan formal bersifat
mengikat dan dapat menjangkau seluruh generasi muda pada usia
sekolah. Usia sekolah merupakan waktu yang tepat untuk belajar
berbahasa Jawa. Dengan model pembelajaran yang disusun
dengan terencana dan apik, diharapkan suasana pembelajaran
bahasa dan sastra Jawa lebih menyenangkan sehingga menarik
minat siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh
berbagai hal, salah satunya adalah tersedia model pembelajaran

viii
YLLL
yang dapat digunakan secara efektif. Penerapan model yang
efektif setidaknya ditentukan oleh dua hal, yaitu tepat secara
teoretis dan sesuai dengan karakteristik siswa. Jika hanya
memperhatikan penerapan secara teori, kondisi siswa tidak atau
kurang diperhatikan. Semua karakter siswa diasumsikan sama.
Penerapan model akan menjadi ideal jika tetap memperhatikan
dan mempertimbangkan siswa yang memiliki karakter berbeda-
beda, baik dari aspek psikologis maupun sosiologis.
Sehubungan dengan itu, buku ini menyajikan model-model
pembelajaran bahasa dan sastra Jawa yang dapat dipilih untuk
pembelajaran berpidato, undha usuk, menulis dan membaca
aksara Jawa, serta materi sastra Jawa. Bahan ajar yang ada dalam
model-model pembelajaran tersebut dapat dipertimbangkan dan
dipilih sebagai model pembelajaran yang efektif sekaligus
menarik.
Model yang ditawarkan di dalam buku ini juga
diorientasikan agar proses membuat hasil belajar dapat tercapai
(teaching as making learning possible), memudahkan guru
dalam mengajar, dan siswa dapat menguasai materi pelajaran
dengan menyenangkan.
Sebenarnya, model-model yang ada di buku ini merupakan
langkah-langkah yang telah disusun dan diuji keberhasilannnya
oleh guru melalui pelaksanaan pembelajaran di kelas. Model
tersebut tentu saja dapat dijadikan pedoman bagi guru lain.
Pedoman inilah yang di dalam buku ini disebut juga model
pembelajaran. Oleh karena itu, model dalam konteks ini dapat
diartikan secara bebas sebagai pedoman atau petunjuk mengajar
yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pedoman tersebut memuat tanggung jawab seorang guru
untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses
pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran dalam
penerapannya ditujukan agar dapat meningkatkan kemampuan
siswa selama belajar.

ix
L[

 
B. Petunjuk Penggunaan Model Pembelajaran
Supaya berhasil dengan baik, penerapan model pembelajaran
bahasa dan sastra Jawa harus memperhatikan petunjuk
penggunaan.
Adapun petunjuk-petunjuk tersebut, antara lain, sebagai
berikut.
1. Guru harus memahami konsep materi pembelajaran di tiap
model pembelajaran.
2. Guru dapat memilih salah satu model pembelajaran untuk
diterapkan dalam pembelajaran di kelasnya.
3. Guru dalam memilih model pembelajaran harus
mempertimbangkan materi pelajaran, media atau alat peraga
yang digunakan, serta kondisi siswa.
4. Guru dalam memilih materi pelajaran harus memperhatikan
kebutuhan siswa.
5. Guru harus memperhatikan langkah-langkah yang sesuai
dengan model pembelajaran yang diterapkan.
6. Guru dapat memodifikasi langkah-langkah selama masih
berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan.

C. Tujuan Model Pembelajaran


Penerapan model-model pembelajaran di dalam buku ini
mempunyai beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Siswa mendapatkan pembelajaran bahasa dan sastra Jawa
dengan model yang bervariasi.
2. Siswa mendapatkan suasana pembelajaran bahasa dan sastra
Jawa yang menarik dan menyenangkan sehingga mudah
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Siswa mendapatkan suasana pembelajaran dengan
menggunakan media dan alat peraga yang menarik sehingga
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

x
[
4. Siswa mendapatkan materi pembelajaran bahasa dan sastra
Jawa sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari sehingga
materi pembelajaran di sekolah dapat diterapkan di rumah
dan lingkungan masyarakat.
5. Siswa terbiasa mendengar, membaca, berbicara, dan
menulis bahasa Jawa, baik dengan huruf Latin maupun huruf
Jawa.
6. Siswa dapat mengambil nilai-nilai filosofi dari materi
pembelajaran bahasa dan sastra Jawa berupa teks kidung,
serat, tembang, puisi, cerita rakyat, cerita wayang, dongeng,
novel, cerita pendek, dan sejenisnya.
7. Siswa dapat menerapkan nilai-nilai filosofi dari materi
pembelajaran bahasa dan sastra Jawa dalam kehidupan
sehari-hari sehingga akan turut mewarnai dalam
pembentukan karakter siswa.

D. Karakteristik Model-Model Pembelajaran


Model pembelajaran yang disusun dalam buku ini secara umum
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Model pembelajaran
bahasa dan sastra Jawa yang disajikan dalam modul ini
1. berorientasi pada keterlibatan aktif siswa melalui kegiatan
mengamati, menyimak, membaca, berbicara dan menulis
berbahasa Jawa;
2. membangun kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas
pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam model
pembelajaran;
3. merangsang siswa untuk berpikir kritis tentang materi
pembelajaran bahasa, sastra, dan aksara Jawa;
4. memberikan ruang yang luas untuk berlatih berbicara,
membaca, dan menulis, termasuk menulis aksara Jawa dan
bersastra untuk mencapai tujuan pembelajaran;
5. memberikan ruang untuk mengekspresikan diri berupa karya
kreatif berkaitan dengan kegiatan berbicara, membaca, dan
menulis, termasuk menulis aksara Jawa dan bersastra;

xi
[L

 
6. memanfaatkan media pembelajaran dan alat peraga yang tepat
dalam penerapan model pembelajaran tradisional yang
dimodifikasi dengan teknologi informasi; dan
7. membantu siswa dalam menemukan nilai-nilai filosofi pada
materi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa.

xii
[LL
BAGIAN I

MODEL
PEMBELAJARAN
MEMBACA DAN
MENULIS
A K S A R A J AWA



 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

I. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA


AKSARA JAWA DENGAN PERMAINAN
SUNDA MANDA

A. Konsep Model
Permainan Sunda manda merupakan salah satu permainan anak
yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya
masyarakat pedesaan. Permainan ini merupakan permainan
tradisional yang sudah lama dikenal masyarakat dan biasanya
dimainkan oleh anak usia sekolah dini. Permainan tradisional ini
digemari oleh anak-anak sehingga dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran aksara Jawa.
Permainan sunda manda bersifat kompetitif dan dimainkan
oleh dua orang anak atau lebih. Area permainannya berbentuk
kotak-kotak menyerupai tanda tambah (+) atau pohon yang
dibagi menjadi beberapa petak yang disebut sawah. Setiap
pemain memegang gacuk (http://budayaindonesia.org/iaci/
Sundamanda).
Permainan sunda manda merupakan salah satu kegiatan
yang cocok diterapkan dalam pembelajaran dengan model CTL.
Model pembelajaran (dan pengajaran) kontekstual (contextual
teaching and learning, CTL) adalah model pembelajaran (dan
pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Belajar dengan
model CTL tidak hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi juga
mengalami secara langsung. Melalui proses itu perkembangan
siswa diharapkan terjadi secara utuh, tidak hanya pada ranah
pengetahuan, tetapi juga pada ranah sikap dan keterampilan.
Pembelajaran dengan model ini dapat memberi pengalaman
belajar pada siswa secara lebih mendalam dan membantu guru
menghubungkan materi dengan kehidupan nyata. Di samping itu,

2


 
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

model ini juga memungkinkan siswa mampu berpikir kritis


dalam mengaitkan sesuatu yang berbeda dengan yang telah ada
berdasarkan lingkungan sekitar sehingga memunculkan ide atau
pandangan baru.

B. Langkah-Langkah Model
1. Siswa bersama guru menyanyikan lagu aksara Jawa sambil
menghafal aksara Jawa.
2. Siswa berkelompok sesuai nama kelompok.
3. Guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan di luar
kelas (permainan sunda manda: setiap anggota kelompok
melompat dari satu kotak ke kotak lain sambil menyebutkan
aksara Jawa pada kotak yang diinjak).
4. Setiap kelompok menempati posisi yang disediakan.
5. Siswa secara bergantian memainkan sunda manda. Apabila
ada yang salah membaca aksara Jawa, diganti anggota
kelompok lain.
6. Siswa kembali ke ruang kelas setelah selesai permainan.
7. Siswa menulis aksara Jawa pada lembar kerja yang
dibagikan guru (assesment).
8. Salah satu siswa menulis jawaban pada lembar kerja di
depan kelas dan siswa lain menanggapi.

3


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

C. Media
1. Syair Lagu “Aku Bisa”

2. Aksara Jawa

4

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

3. Papan Sunda manda

D. Evaluasi
Bentuk: uji praktik dan tes
Rubrik : (disesuaikan guru)
Contoh penilaian:
1. Penilaian Keterampilan
a. Praktik: mengikuti pembelajaran CTL Sunda Manda
b. Kriteria penilaian
Membaca aksara Jawa di papan sunda manda:
x 1 soal dijawab benar, skor 10
x Soal dijawab salah, skor 0
௃௨௠௟௔௛௣௘௥௢௟௘௛௔௡௦௞௢௥
Nilai Akhir (NA) = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

5


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

2. Penilaian Pengetahuan
a. Disajikan 10 soal, siswa dapat mengerjakan soal dengan
benar.
b. Kriteria penilaian
x 1 soal dijawab benar, skor 10
x Soal dijawab salah, skor 0
௃௨௠௟௔௛௣௘௥௢௟௘௛௔௡௦௞௢௥
Nilai Akhir (NA) = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

Contoh soal:
Isenana ceceg-ceceg ing ngisor iki kanthi wangsulan kang trep!
1. raga = …………………………….
2. bata = …………………………….
3. padha = …………………………….
4. saka = …………………………….
5. janaka = …………………………….
6. ngaya = …………………………….
7. maja = …………………………….
8. wahana = …………………………….
9. danawa = …………………………….
10. bathara = …………………………….

E. Penutup
Model CTL membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena
lebih fokus pada pemahaman, pengembangan, dan pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari—tidak sekadar hafalan saja.
Model pembelajaran kontekstual memang memiliki
karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaannya. Dalam pembelajaran
kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar siswa,
artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya

6

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

belajar siswa yang dalam proses pembelajaran konvensional


sering terlupakan.

F. Referensi
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/penanaman-
nilai-karakter-melalui-permainan-sunda-manda/
https://rohadicgbs.wordpress.com/2015/10/30/apa

7


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

II. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA


AKSARA JAWA DENGAN MAKE A MATCH
BERKADO

A. Konsep Model
Pembelajaran make a match berkado adalah model pembelajaran
berbantu kartu domino (berkado) sebagai media untuk
permainannya. Model pembelajaran ini dapat diterapkan di kelas
rendah melalui kegiatan yang menyenangkan. Dengan model
kegiatan ini, diharapkan anak akan lebih mudah dalam mengenal
dan membaca aksara Jawa nglegena.
Model pembelajaran mencari pasan (make a match)
merupakan suatu model pembelajaran dengan cara siswa
mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal
sebelum batas waktunya. Siswa atau kelompok siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin. Salah satu keunggulan dari
model pembelajaran ini, siswa dapat belajar mengenai suatu
konsep dalam suasana yang menyenangkan (Wijanarko, 2017:
53 dan Suhartati dalam Putri & Taufina, 2020: 612).

B. Langkah-Langkah Model
1. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok.
2. Guru menyiapkan kartu bergambar dan beraksara berwujud
kartu domino.
3. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu.
4. Setiap siswa memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang
dipegang.
5. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya dengan model permainan domino.
6. Kelompok yang kartunya habis terlebih dahulu itulah
kelompok yang mendapat nilai tertinggi.

8

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi sehingga tiap siswa


mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, dan
seterusnya.

C. Media (Kartu Domino)

D. Evaluasi
Bentuk: praktik dan tes
Rubrik: (disesuaikan guru)
Contoh penilaian
1. Penilaian Proses
Praktik: mengikuti pembelajaran make a match
2. Penilaian Hasil
a. Disajikan 10 soal. Siswa dapat mengerjakan soal dengan
benar.

9


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

b. Kriteria Penilaian
x 1 soal dijawab benar, skor 10
x Soal dijawab salah, skor 0
௃௨௠௟௔௛௣௘௥௢௟௘௛௔௡௦௞௢௥
Nilai Akhir (NA) = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

Contoh soal:
Isenana ceceg-ceceg ing ngisor iki kanthi wangsulan kang trep!
1. naga = …………………………….
2. dara = …………………………….
3. mata = …………………………….
4. baya = …………………………….
5. gada = …………………………….
6. rawa = …………………………….
7. kara = …………………………….
8. raja = …………………………….
9. kaca = …………………………….
10. bata = …………………………….

E. Penutup
Dengan model pembelajaran make a match berkado siswa
dapat lebih mudah membaca aksara Jawa melalui kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan.

F. Referensi
Putri, D. A., & Taufina, T. 2020. "Meningkatkan Keaktifan
Belajar Siswa Melalui Model Make a Match di Sekolah
Dasar". Jurnal Basicedu, 4(3), 610–616.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i3.403
Wijanarko, Y. 2017. "Model Pembelajaran Make a Match untuk
Pembelajaran IPA yang Menyenangkan". Taman
Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 1(1), 52.
https://doi.org/10.30738/tc.v1i1.1579

10

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

III. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA


AKSARA JAWA DENGAN PAPAN JODOH

A. Konsep Model
Papan jodoh adalah model pembelajaran yang merujuk pada
model mencari pasangan (make a match). Papan jodoh
merupakan model yang dibuat oleh guru menggunakan kertas
plano yang ditempel pada papan tulis. Papan jodoh dilengkapi
pasangan berupa kartu gambar, kartu kata aksara Jawa, dan kartu
kata Latin.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru menyiapkan beberapa kartu berisi 10 gambar anggota
tubuh, 4 paket kartu (10 kartu kata yang sesuai dengan
gambar dan 10 kartu tulisan aksara Jawa) yang sesuai
dengan gambar serta 4 papan jodoh.
2. Siswa dibagi dalam 4 kelompok kecil.
3. Setiap kelompok mendapat 1 paket kartu (10 kartu kata yang
sesuai dengan gambar dan 10 kartu tulisan aksara Jawa).
4. Guru menyiapkan papan jodoh pada papan tulis.
5. Guru memberikan arahan langkah-langkah penggunaan
papan jodoh.
6. Guru menempel gambar yang berbeda pada setiap papan
jodoh.
7. Setiap kelompok memperhatikan gambar dan mencari
pasangan kata yang sesuai dengan kartu yang mereka terima.
8. Setelah menemukan kartu yang tepat perwakilan kelompok
menempelkan pada papan jodoh.
9. Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa bersama guru
menganalisis hasil penjodohan gambar dengan kartu.

11


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

10. Kelompok yang jawabannya benar mendapat bintang.


Kelompok yang salah tetap tidak dibetulkan, tetapi diberi
catatan pembetulan di samping kartu.
11. Kegiatan tersebut diulangi sampai kartu tiap kelompok
habis.
12. Kelompok yang mendapat jumlah bintang sedikit
menyanyikan satu lagu dolanan.
13. Siswa bersama guru menyimpulkan cara membaca aksara
Jawa dengan benar.
14. Setiap kelompok memajang papan jodoh hasil pekerjaannya
di dinding kelas.

C. Media
1. Papan Jodoh

Papan Papan Papan Papan


Jodoh Jodoh Jodoh Jodoh

lompok 1 Kelompok 1 Kelompok 1 Kelompok 1

12

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

2. Kartu Aksara Jawa

13


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

3. Kartu Kata Latin

SIKUT PIPI
SIRAH MATA
TANGAN DHADHA
LATHI KUPING
TUTUK GULU

14

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

GULU

TANGAN

KUPING

LATHI
SIKUT

TUTUK
LATHI
D. Evaluasi

Bentuk : uji praktik


Rubrik : (disesuaikan guru)
Contoh penilaian
1. Penilaian Proses
Praktik: mengikuti pembelajaran papan jodoh
2. Penilaian Hasil
a. Disajikan 10 soal, siswa dapat mengerjakan soal dengan
benar.

15

 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

b. Kriteria Penilaian
x 1 soal dijawab benar, skor 10
x Soal dijawab salah, skor 0
୎୳୫୪ୟ୦୮ୣ୰୭୪ୣ୦ୟ୬ୱ୩୭୰
Nilai Akhir (NA) = šͳͲͲ
ୱ୩୭୰୫ୟ୩ୱ୧୫ୟ୪

Contoh soal:
Isenana ceceg-ceceg ing ngisor iki kanthi wangsulan kang trep!
1. tangan = …………………………….
2. sikut = …………………………….
3. pipi = …………………………….
4. lathi = …………………………….
5. sirah = …………………………….
6. kuping = …………………………….
7. mata = …………………………….
8. gulu = …………………………….
9. tutuk = …………………………….
10. dhadha = …………………………….

E. Penutup

Model pembelajaran papan jodoh ini dapat diterapkan pada


pembelajaran materi membaca aksara Jawa. Model ini dapat
membuat siswa senang dan mudah belajar membaca aksara
Jawa. Selain itu, guru juga mudah dalam menyampaikan materi.
Namun, ada yang perlu diperhatikan oleh guru, yakni waktu yang
tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main dalam proses pembelajaran, di dalam kelas yang
jumlah muridnya guru perlu mengantisipasi keributan selama
permainan, dan guru perlu menjaga suasan kondusif dan
menyenangkan dalam proses belajar-mengajar.

16

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

F. Referensi
https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-
macam-contoh/
https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-
pembelajaran-make-match/

17


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

IV. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS


AKSARA JAWA DENGAN PERMAINAN
KARTU AKSARA JAWA

A. Konsep Model
Permainan kartu aksara Jawa merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan menulis
aksara Jawa. Pemainan ini melatih keterampilan siswa dalam
menulis kata, frasa, dan klausa beraksara Jawa. Kartu aksara
tersebut berupa kartu-kartu kecil bertuliskan kata, frasa, atau
klausa beraksara Jawa yang terbuat dari kertas asturo berwarna-
warni sehingga akan menarik minat siswa. Kartu aksara Jawa
terdiri atas tiga set kartu, yaitu:
1. set pertama : berisi kata beraksara Jawa nglegena;
2. set kedua : berisi kata atau frasa beraksara Jawa dengan
sandhangan;
3. set ketiga : berisi kata/ frasa, dan atau klausa beraksara
Jawa dengan sandhangan swara, panyigeg, dan
pasangan.

Ketiga set kartu aksara tersebut bersifat berjenjang, artinya


tiap-tiap set kartu akan diberikan secara berurutan sesuai dengan
penguasaan siswa. Setiap set kartu tersebut terdiri atas 20 kartu
yang akan dimainkan oleh tiap-tiap kelompok. Satu kelompok
bermain yang terdiri atas 4 siswa diberi 3 set kartu secara
berurutan sesuai penguasaan aksara Jawa kelompok tersebut.
Permainan kartu aksara dalam praktiknya menggunakan
metode jigsaw. Metode jigsaw merupakan teknik pembelajaran
kooperatif yang memberi peran penting kepada siswa dalam
melaksanakan pembelajaran, bukan tertumpu pada guru saja.
Tujuan dari metode ini adalah mengembangkan kerja tim,

18

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan


secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka
mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Dalam praktik pembelajaran menggunakan metode jigsaw,
siswa tidak sekadar belajar dalam kelompok biasa. Para siswa
dituntut secara aktif bekerja sama menyelesaikan tahap-tahap
menulis dalam permainan kartu aksara Jawa. Setiap anggota
dalam kelompok-kelompok kecil tersebut akan memberikan
sumbangan pada keberhasilan kelompok.

B. Langkah-Langkah Model
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
terdiri atas 4 orang siswa.
2. Satu kelompok akan mendapatkan 1 set kartu berjumlah 20.
Kartu-kartu tersebut dibedakan menjadi 4 warna, yaitu
merah, kuning, hijau, dan biru. Setiap warna berjumlah 5
kartu.
3. Salah seorang pemain membagi kartu untuk semua anggota
kelompoknya. Setiap pemain mendapatkan 1 warna yang
berjumlah 5 kartu.
4. Setiap pemain membaca kartu beraksara Jawa yang
dibawanya dan menuliskan ke aksara Latin dalam lembar
daftar kata (warna kartu yang didapatnya juga dituliskan).
5. Setiap pemain yang telah selesai melaksanakan langkah
nomor 4 harus menukar kartunya dengan pemain lain
sehingga setiap pemain akan membaca kata dari 4 warna
kartu (20 kartu).
6. Setiap pemain akan mengoreksi hasil lembar daftar kata dari
pemain lain berdasarkan warna kartu yang pertama kali
didapatkan. Pemain yang pada awal permainan
mendapatkan kartu warna merah maka pemain tersebut
hanya akan mengoreksi 5 kata hasil bacaan dari kartu merah

19


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

semua anggota kelompoknya sehingga proses koreksi akan


berlangsung memutar.
7. Satu kata yang tertulis dalam lembar daftar kata benar maka
pemain berhak mendapatkan nilai 1 (setiap pemain
maksimal mendapatkan nilai 20).
8. Setelah menjumlahkan nilai yang didapat semua pemain,
anggota kelompok mendiskusikan susunan kata yang
terkumpul dari setiap warna kartu sehingga tersusun kalimat
yang baik dan benar.
9. Setelah menyelesaikan susunan kalimat berhuruf Latin,
pemain mengumpulkan kembali kartu-kartu dalam
tumpukan yang rapi dan meletakkannya di atas meja.
10. Anggota kelompok saling bekerja sama untuk menyalin
kembali susunan kalimat beraksara Latin ke dalam aksara
Jawa.
11. Guru dan siswa bersama membahas hasil kerja kelompok.
12. Guru memberi penghargaan berupa stiker pada kelompok
yang menang dan memberikan motivasi pada kelompok
yang lain.

C. Media
Kartu huruf dan kartu kata.

20

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

D. Evaluasi
Bentuk: tes
Rubrik: (disesuaikan guru)
Contoh penilaian:
Tulisen ukara ngisor iki nganggo aksara Jawa!
1. Ibu mepe gabah.
2. Mara ora suwe.
3. Sarni melu kemah.
4. Iki sepatu larang.
5. Sugeng maca buku.

21


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

Kunci Jawaban:

Rubrik Penilaian

୎୳୫୪ୟ୦୮ୣ୰୭୪ୣ୦ୟ୬ୱ୩୭୰
Nilai Akhir (NA) = šͳͲͲ
ୱ୩୭୰୫ୟ୩ୱ୧୫ୟ୪

22

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

E. Penutup
Pembelajaran menulis aksara Jawa dengan model cooperative
learning bermetode jigsaw dapat memudahkan siswa dalam
mengenali dan membantu siswa menulis kalimat sederhana
beraksara Jawa nglegena. Guru perlu mendesain ulang dengan
materi-materi yang akan diajarkan.

F. Referensi
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Mempraktekkan
Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:
Grasindo.

23


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

V. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS


AKSARA JAWA DENGAN MENGGUNAKAN
ULAR TANGGA

A. Konsep Model
Permainan ular tangga merupakan permainan yang cukup
populer di Indonesia. Hampir setiap anak bisa memainkannya.
Selain itu, permainan ini juga murah, mudah didapat, dan sering
diadopsi oleh berbagai pihak untuk mengembangkan suatu
media pembelajaran. Permainan ular tangga aksara Jawa yang
akan dikembangkan didasarkan pada CP (capaian pembelajaran)
yang telah ditentukan.
Model permainan dengan menggunakan ular tangga ini
diterapkan dengan metode student teams achievement division
(STAD). Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru.
Model pembelajaran dengan metode STAD dapat
menggunakan kelompok-kelompok kecil berjumlah 4—5 orang
siswa yang heterogen (beragam tingkat prestasi, jenis kelamin,
budaya, dan suku). Model ini diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok,
kuis, dan penghargaan kelompok. Kegiatan pembelajaran ini
masih berkaitan dengan pembelajaran konvensional, yaitu
penyajian informasi atau materi pelajaran.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru mendemonstrasikan permainan ular tangga untuk
membelajarkan menulis dan membaca aksara Jawa.

24

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

2. Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa


secara acak.
3. Setiap kelompok diberi alat permainan ular tangga dan
campuran kartu bertulis kata aksara Jawa dan Latin.
4. Satu anak dalam kelompok yang dianggap paling pintar
berperan sebagai dokter dan 3 anak lainnya berperan sebagai
pasien.
5. Pasien pertama mengambil kartu dari dokter. Apabila kartu
yang diambil bertuliskan aksara Jawa, dia harus bisa
membaca aksara tersebut dengan benar. Sementara itu, jika
menerima kartu bertuliskan huruf Latin, dia harus
menuliskan kata tersebut dalam aksara Jawa dengan benar.
6. Pasien yang bisa menjawab benar berhak mengocok dadu
dan memindahkan bidak sesuai angka yang keluar pada
dadu. Kartu soal diberikan lagi kepada dokter dan diletakkan
pada bagian paling bawah.
7. Demikian seterusnya untuk pasien ke-2 dan ke-3.
8. Pasien yang terlebih dahulu mencapai kotak akhir
dinyatakan sebagai pasien yang paling cepat sembuh.
9. Kegiatan bisa dilaksanakan berulang sampai semua siswa
bisa membaca dan menulis aksara Jawa yang ada pada kartu
kata dengan benar.

C. Media
1. Video animasi aksara Jawa
Link film animasi aksara Jawa:
https://www.youtube.com/watch?v=5EpZZU3Ta_I
Link materi video pembelajaran:
https://www.youtube.com/watch?v=dECcqMIN7UA

25


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

2. Kartu aksara Jawa

3. Alat permainan ular tangga

D. Evaluasi
Bentuk: tes
Rubrik: (disesuaikan guru)
Contoh soal:
Siswa mengerjakan latihan soal melalui tautan yang disediakan.
https://quizizz.com/join?gc=48725134
http://ringkas.kemdikbud.go.id/LatihanAksaraJawa

E. Penutup
Pembelajaran menulis aksara Jawa dengan model STAD ular
tangga diharapkan mampu memudahkan siswa mengenali dan
menulis kalimat sederhana beraksara Jawa nglegena. Guru perlu

26

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

mendesain ulang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar


pembelajaran berhasil optimal.

F. Referensi
Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran
Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Nur, Mohamad. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik.
Jakarta: PT Prestasi Pustaka.

27


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

VI. MODEL PEMBELAJARAN


MENULIS AKSARA JAWA DENGAN
MENGGUNAKAN TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT)

A. Konsep Model
Model pembelajaran dengan metode turnamen permainan-tim
(team games tournament, TGT) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan dan melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa perbedaan status. Aktivitas belajar
siswa yang menggunakan model TGT memungkinkan 11 siswa
dapat belajar dengan rileks dan menumbuhkan rasa tanggung
jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar
siswa. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan
anggota tim lain untuk memperoleh skor. Permainan tersebut
dapat disusun oleh guru berupa pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.

B. Langkah-Langkah Model
1. Penyajian kelas: guru menyajikan garis besar materi dengan
model ceramah maupun diskusi di depan kelas sebelum
kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok.
2. Kelompok: siswa membentuk kelompok beranggotakan 4—
6 orang dengan kemampuan beragam.
3. Gim: siswa diberi beberapa soal berupa kartu kata berhuruf
Latin yang harus disalin dalam aksara Jawa dalam
kelompoknya. Siswa yang telah memahami materi harus
menjelaskan kepada siswa yang belum paham sebelum
mereka bertanya kepada guru. Kemudian setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.

28

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

4. Turnamen: setiap kelompok menyiapkan anggotanya untuk


bertanding dalam satu turnamen. Satu kelompok hanya
mengirimkan satu anggota. Dalam turnamen, setiap siswa
berkompetisi dengan siswa lainnya untuk mendapatkan skor
sebanyak mungkin. Mereka menjodohkan kartu kata
berhuruf Jawa dengan kartu kata beraksara Latin secara
individu sesuai dengan waktu dan peraturan yang sudah
ditentukan.
5. Pemberian skor: setelah semua anggota berkompetisi dalam
turnamen dan mendapatkan skor, guru mengakumulasi skor
setiap kelompok.
6. Pemberian penghargaan: guru memberikan penghargaan
kepada
peraih skor tertinggi berdasarkan rerata skor kelompok.

29

 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

C. Media
Kartu kata berhuruf Latin dan kartu kata berhuruf Jawa
Kartu kata Latin Kartu kata aksara Jawa

Evaluasi
Bentuk: tes
Rubrik : (disesuaikan guru)
Contoh penilaian:

1. Penilaian Keterampilan
a. Praktik: mengikuti pembelajaran dengan model TGT
b. Kriteria penilaian
Disajikan 10 soal dengan ketentuan:
x 1 soal dijawab benar, skor 10
x Soal dijawab salah, skor 0
௃௨௠௟௔௛௣௘௥௢௟௘௛௔௡௦௞௢௥
Nilai Akhir (NA) = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

30

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

2. Penilaian Pengetahuan
a. Disajikan 10 soal, siswa dapat mengerjakan soal dengan
benar.
b. Kriteria Penilaian
x 1 soal dijawab benar, skor 10
x Soal dijawab salah, skor 0
௃௨௠௟௔௛௣௘௥௢௟௘௛௔௡௦௞௢௥
Nilai Akhir (NA) = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

Contoh soal:
Isenana ceceg–ceceg ing ngisor iki kanthi wangsulan kang trep!
1. RANA = …………………………….
2. SAHA = …………………………….
3. TAWA = …………………………….
4. DANA = …………………………….
5. KALA = …………………………….
6. NALA = …………………………….
7. WANA = …………………………….
8. RAKA = …………………………….
9. KAGA = …………………………….
10. RAWA = …………………………….

D. Penutup
Model pembelajaran menulis aksara Jawa dengan metode TGT
juga dianggap efektif jika 1) siswa memiliki kebebasan untuk
berinteraksi dan menggunakan pendapatnya, 2) menjamin rasa
percaya diri siswa, 3) mengurangi perilaku menyimpang siswa di
dalam kelas, misal mengganggu teman, 4) meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pokok bahasan tertentu, 5)
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi, baik
toleransi antarsiswa maupun toleransi antara siswa dan guru, dan
yang terutama 6) siswa bebas mengaktualisasikan seluruh

31


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

potensi yang ada di dalam dirinya sehingga interaksi antarsiswa


maupun interaksi antara guru dan siswa menjadi lebih hidup dan
tidak membosankan.

E. Referensi
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori
dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada

32

BAGIAN II

MODEL
PEMBELAJARAN
MEMBACA DAN
MENULIS
G E G U R I TA N



 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

I. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA


GEGURITAN DENGAN MENGGUNAKAN
MODELLING THE WAY

A. Konsep Model
Metode modeling the way merupakan metode pembelajaran yang
membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta/data yang benar. Model ini disajikan dalam
pembelajaran geguritan dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa mengenai suatu proses
membaca gurit, baik pembacaan secara langsung atau tidak
langsung (rekaman video atau YouTube).
Sebagai metode penyajian, modeling the way
membutuhkan penjelasan secara lisan dari guru. Aspek yang
penting dalam menggunakan metode modeling the way adalah
sebagai berikut.
1. Metode modeling the way akan menjadi metode yang tidak
wajar apabila alat yang mau dipraktikkan tidak bisa diamati
dengan saksama oleh siswa. Misalnya, alat terlalu kecil atau
penjelasan tidak jelas.
2. Metode modeling the way menjadi kurang efektif bila siswa
tidak ikut memperhatikan dan menjadikannya sebagai
pengalaman yang berharga.
3. Tidak semua hal dalam metode modeling the way dapat
dipraktikkan di kelas karena alat-alat terlalu besar atau
berada di tempat lain yang jauh dari kelas.
4. Dalam metode modeling the way hendaknya menggunakan
hal-hal yang praktis.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut siswa tidak sekadar


memperhatikan, tetapi juga terlibat dalam pembelajaran. Selain
itu, guru menyajikan bahan pelajaran yang lebih konkret. Metode
modeling the way cukup baik bila digunakan dalam penyampaian
materi membaca geguritan karena
1. perhatian siswa dapat dipusatkan sehingga proses belajar
akan lebih terarah;
2. merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar;

34


 
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

3. menambah pengalaman siswa;


4. membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang
disampaikan.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru menjelaskan materi tentang membaca geguritan.
2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil
yang akan mendemonstrasikan membaca geguritan.
3. Guru dan siswa memperhatikan tayangan video pembacaan
gurit.
4. Guru dan siswa menganalisis tema dan amanat dari tayangan
video geguritan.
5. Guru sebagai model memberi contoh pembacaan geguritan
dengan memperhatikan wiraga, wirama, wirasa, wicara.
6. Secara bergiliran tiap kelompok mendemonstrasikan
geguritan yang diberikan guru.
7. Kelompok yang lain memberikan masukan terhadap
pembacaan geguritan.
8. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran
membaca geguritan.

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok (Audio/Visual/Alat media/Judul
Peraga/Animasi/Video/ (sebutkan nama
Infografik/Motion Graphic, medianya)
dsb.)
Contoh: Video Video Maca
Geguritan Contoh: Geguritan
https://www.youtube.com/w
atch?v=F7eCCHVLXlQ

PPT PPT teks


Contoh: geguritan
https://www.youtube.com/w
atch?v=ZPiQljHjtUo

35


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan media yang


akan digunakan)

D. Evaluasi
Rubrik penilaian (contoh):
a. Wicara (30)
b. Wirasa (25)
c. Wiraga (25)
d. Wirama (20)

Aspek Jumlah Ket.


No. Nama
Wicara Wirasa Wiraga Wirama

Bentuk penilaian : uji praktik


Bentuk soal : butir penskoran
(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan instrumen
penilaian)

Contoh geguritan:

Pamulangan
(Budhi Setyawan)

Jare simbah aku kudu sekolah


Kareben dadi bocah genah mrenah ora nggladrah
Jare rama ibu aku kudu sregep mangkat
Kareben dadi wong pangkat urip ora kesrakat mlarat
Jare bapak ibu guru aku kudu sinau
Tambah ilmu
Kareben kelakon kabeh kang tinuju

Nanging
prakanca, ….

36

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

coba delengen kahanan nyata


apa isih bisa pamulangan kang ana dadekake urip tumata
pamulangan kang tanpa tuladha
pamulangan kang kasatan piwulang
pamulangan kang ngajarake angka-angka wuta
siji lan siji ana pira?
Jare anut kang duwe kersa
Jan ora weruh subasita, trapsila, apa maneh tata krama
lali dosa…
kabeh lurung binarung kumalungkung
pamrih pamuji siji
Pamulangan ora aweh pepadhang
Simbah,
Nyuwun pangapunten
Kula mboten kepingin dados dhokter
Jalaran duite bapak mboten wonten sakoper

Rama,
Nyadong duka
Kulo mboten kapilut drajat pangkat
Jalaran ajrih sumpahing rakyat
Kang panggah mlarat sekarat

Bapak ibu guru,


Nyuwun donga pangestu
Mugi-mugi sedaya ilmu saged dados sangu

E. Referensi
https://www.infohpmurah.com/2018/08/33-contoh-puisi-
bahasa-Jawa-geguritan.html

37


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

II. MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA


GEGURITAN MENGGUNAKAN KELOMPOK
BELAJAR

A. Konsep Model
Pembelajaran membaca gurit dengan kelompok belajar ini
merupakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen. Artinya, kelompok belajar yang disusun
haruslah beragam sehingga sistem pengacakan dalam
menentukan kelompok mungkin dibutuhkan. Intinya, jangan
biarkan siswa membentuk kelompoknya sendiri agar konsepsi
heterogen dapat terwujud. Pembelajaran kooperatif ini dapat
diterapkan pada materi membaca geguritan.
Geguritan merupakan salah satu karya sastra Jawa yang
memiliki kata atau kalimat yang indah dan memiliki banyak
makna. Cara penyampaian geguritan menggunakan bahasa yang
memiliki rima, irama, bait, mitra serta penyusunan kata yang
baik dan tepat.
Membaca geguritan dilakukan dengan model belajar
kelompok sesuai dengan analisis media pembelajaran yang
ditampilkan. Analisis tersebut berdasarkan wicara, wirama,
wirasa, dan wiraga.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2. Siswa memperhatikan video geguritan.
3. Siswa menganalisis geguritan tersebut secara berkelompok
dengan bimbingan guru.
4. Siswa dan guru melakukan tanya jawab berkaitan dengan
hasil analisis geguritan.
5. Siswa dan guru menyimpulkan hasil analisis.
6. Siswa secara berkelompok berlatih membaca geguritan
dengan memperhatikan kaidah membaca geguritan.
7. Sebagai penilaian keterampilan, guru meminta perwakilan
masing-masing kelompok untuk membaca geguritan.
8. Guru memberi apresiasi atas hasil pembacaan tersebut.

38


 
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

C. Media
Materi Jenis Media Nama
Pokok Media
Membaca Video, Audio Video,
geguritan Contoh: audio
https://www.youtube.com/watch? gacaan
v=fb-yWRDGW2w geguritan

(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan media yang


akan digunakan)

D. Evaluasi
Bentuk penilaian : uji praktik
Bentuk soal : butir penskoran
(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan instrumen
penilaian)

Instrumen Penilaian (Contoh)


1. Saat berdiskusi, siswa dinilai menggunakan rubrik
Perlu
Sangat Baik Baik Cukup Pendam-
Kriteria
(4) (3) (2) pingan
(1)
Mende- Selalu Mende- Masih Sering
ngarkan mendengarkan ngarkan perlu diingatkan
teman yang teman Diingatkan untuk
sedang yang untuk mende-
berbicara. berbicara, Mende- ngarkan
tetapi ngarkan teman yang
sesekali teman sedang
masih yang berbicara,
perlu sedang namun
diingatkan. berbicara. tidak
mengin-
dahkan
Komuni- Merespons Merespons Sering Membu-
kasi dan dengan meres- tuhkan
nonverbal menerapkan tepat pons bantuan
(kontak komunikasi terhadap kurang dalam
mata, nonverbal komuni- tepat memahami

39


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

Perlu
Sangat Baik Baik Cukup Pendam-
Kriteria
(4) (3) (2) pingan
(1)
bahasa dengan tepat. kasi terhadap bentuk
tubuh, nonverbal komunika- komuni-
postur,eks- yang si kasi
presi ditunjuk- nonverbal nonverbal
wajah, kan teman. yang yang
suara). ditunjuk- ditunjuk-
kan teman. kan teman.
Partisipasi Isi Berbicara Berbicara Jarang
(menyam- pembicaraan dan dan berbicara
paikan ide, menginspi- menerang- menerang- selama
perasaan, rasi kan kan secara proses
pikiran) teman. Selalu secara rinci, diskusi
mendukung rinci, tetapi berlang-
dan merespons terkadang sung.
memimpin sesuai merespons
lainnya saat dengan kurang
diskusi. topik. sesuai
dengan
topik.

2. Praktik membaca
Contoh Rubrik Penilaian:
Kaidah membaca Score maksimal
geguritan
Wicara 25
Wirama 20
Wirasa 30
Wiraga 25

Aspek Jumlah Ket.


No. Nama
Wicara Wirasa Wiraga Wirama

40

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

E. Penutup
Model belajar kelompok bisa dikembangkan oleh para guru di
lapangan. Pengembangan model tentu saja menyesuaikan
dengan kondisi dan situasi pembelajaran yang ada agar interaksi
aktif antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik.
Pembelajaran yang baik dan efektif terjadi jika guru
mempersiapkan materi dengan baik, menggunakan model yang
tepat, serta menumbuhkan kerja sama yang baik dengan para
siswa.

F. Referensi
Aris Shoimin. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-ruz media.
Duch, J.B. (1995). “Problem Based Learning in Physics. The
Power of Student Teaching Student (Online)”. Dalam
http://www.udel.edu.pblcte/jan95.phys.html. 08 Juni 2010
Dhanu Priyo Prabowo, dkk. 2002. Geguritan Tradisional Dalam
Sastra Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Miftahul Huda. 2014. Model-Model Pengajaran dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/model-project-
based-learning-landasan.html
https://www.youtube.com/watch?v=27fY7XAohHY&t=137s

41


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

III. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS


GEGURITAN MENGGUNAKAN PROJECT
BASE LEARNING (PBL) DENGAN
PENGEMBANGAN MODEL PIRINGRESIK

A. Konsep Model
Pembelajaran berbasis proyek (project base learning, PBL)
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
memberi pengalaman maupun konsep belajar yang bermakna
bagi siswa serta dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan
(Afriana, 2015).
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat
tugas-tugas kompleks berdasarkan pertanyaan dan permasalahan
yang sangat menantang dan menuntun siswa untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberi kesempatan siswa untuk bekerja
secara mandiri.
PBL juga memungkinkan siswa untuk merefleksikan ide
serta pendapat mereka sendiri, membuat keputusan yang
memengaruhi hasil proyek dan proses pembelajaran secara
umum, serta mempresentasikan hasil akhir produk.
Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika guru ingin
mengondisikan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa.
Siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih menarik dan
menghasilkan sebuah karya berdasarkan permasalahan nyata
(kontekstual) dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran
ini juga dapat digunakan ketika pendidik ingin lebih menekankan
pada keterampilan sains, yaitu pada kegiatan mengamati,
menggunakan alat dan bahan, menginterpretasikan,
merencanakan proyek, menerapkan konsep, mengajukan
pertanyaan, dan melakukan komunikasi dengan baik.
Model PBL piringresik bisa digunakan oleh guru untuk
mempermudah dalam proses pembelajaran menulis gurit. Untuk
merangsang minat menulis siswa, guru dapat memotivasi siswa
menulis geguritan dengan metode piringresik. Piringresik
merupakan akronim dari kata-kata berikut.

42


 
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

1. Pilih ukara kang mathuk (pilih kalimat yang sesuai)


Pada tahap ini guru bisa mencontohkan dan mengarahkan
siswa untuk memilih kalimat yang sesuai dengan gurit yang
dibuat.
2. Rangsang indera (indera penglihat, indera pendengar)
Guru bisa memberi contoh dan mengarahkan siswa untuk
menulis gurit dengan memaksimalkan indera penglihatan
dan indera pendengaran.
3. Ngawiti nulis (memulai menulis)
Pada tahap ini siswa diarahkan untuk segera menulis gurit
sesuai dengan media yang sudah ditampilkan guru.
4. Re-komposisi (menyusun ulang)
Pada tahap ini siswa menyusun dan mengedit ulang gurit
yang sudah ditulis.
5. Asik, wis dadi gurit (asyik, sudah menjadi geguritan)
Pada tahap ini karya tulis gurit sudah selesai.

B. Langkah-Langkah Model
Pembelajaran menulis geguritan menggunakan pengembangan
model piringresik tidak bisa terlepas dari aktivitas memilih tema
gurit, memilih diksi atau kata, memilih permainan bunyi, dan
membuat larik gurit yang menarik. Adapun langkah-langkah
piringresik adalah:
1. pilih kata kang mathuk (pilih kata yang sesuai);
2. rangsang indera (indra penglihat, indra pendengar);
3. ngawiti nulis (memulai menulis);
4. re-komposisi (menyusun ulang);
5. asik wis dadi gurit (asyik, sudah menjadi geguritan).

Beberapa langkah dalam metode pembelajaran


piringresik adalah sebagai berikut.
1. Guru memilih gambar atau video sesuai dengan topik gurit
yang akan dijadikan sebagai proyek.
2. Guru menampilkan video atau gambar yang digunakan
sebagai media untuk merangsang menulis gurit.
3. Siswa mendesain proyek dengan membuat kalimat gurit
sesuai dengan gambar atau video yang ditampilkan.
4. Setelah menyusun gurit, siswa mengedit ulang dari tulisan
gurit yang sudah dihasilkan.

43


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

5. Hasil karya siswa berupa gurit selesai, kemudian dilakukan


refleksi dari hasil gurit.

Contoh Rencana Pembelajaran Menulis Geguritan Model PBL


dengan Pengembangan Model Piringresik

Tahap Sintaks PBL Langkah pembelajaran Keterangan


dengan
pengembangan
model piringresik
Kegiatan 1. Pengenalan x Guru memberikan Gurit ini diperoleh
Pendahulu Masalah gambar dengan tema dari internet,
an tertentu, kemudian dibuat guru, atau
siswa bertanya sumber lain
jawab tentang
gambar tersebut Materi tentang
x Guru memberikan geguritan basa
penjelasan awal Jawa dari berbagai
tentang gurit sumber yang bisa
dikembangkan
Kegiatan 2. Mendesain x Guru memilih topik Video atau gambar
Inti Perencanaan atau tema gurit sesuai dengan tema
Proyek x Siswa memberi dan topik yang
tanggapan terhadap digunakan untuk
topik yang penulisan gurit
disampaikan oleh
guru
3. Menyusun x Guru menetapkan
Jadwal waktu terkait dengan
Proyek penyelesaian proyek
menulis geguritan

4. Pelaksanaan x Siswa menulis gurit


dan dengan model
Monitoring piringresik
Proyek berdasarkan video
atau gambar
x Pilih kata kang
mathuk (siswa
menyusun kalimat
gurit sesuai dengan

44

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Tahap Sintaks PBL Langkah pembelajaran Keterangan


dengan
pengembangan
model piringresik
media yang
ditampilkan oleh
guru)
x Rangsang indera
(para siswa
memunculkan atau
mengembang-kan
ide berdasarkan
indra penglihatan,
indra pendengaran)
x Ngawiti nulis (para
siswa memulai
menulis)
x Re-komposisi
(menyusun ulang)
x asik, wis dadi gurit
(asyik, sudah
menjadi geguritan)
x Guru melakukan
pemantauan
terhadap penulisan
geguritan
5. Menguji x Guru melakukan
Hasil reviu terhadap hasil
karya gurit
x Siswa memberikan
tanggapan terhadap
hasil karya siswa
lain
Kegiatan 6. Evaluasi dan x Guru dan siswa Guru dan siswa
Penutup Refleksi melakukan refleksi mengevaluasi dari
terhadap hasil hasil proyek gurit
geguritan yang yang telah
sudah ditulis dihasilkan dari
proses
pembelajaran

45


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

C. Media
Materi Jenis Media Nama
Pokok Media
Geguritan Visual, Audio Video
Contoh: Youtube
https://www.youtube.com/watch?
v=27fY7XAohHY&t=137s

Media Cetak (koran, majalah, buku, dan


lain-lain)

Sumber: Majalah Swaratama Ed.16,


2020.

(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan media yang


akan digunakan)

46

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

D. Media
Contoh Rubrik Penilaian:
ASPEK INDIKATOR SKOR
Sangat baik: Pemilihan kata sangat tepat,
penggunaan kata sangat efektif, bahasa yang
dipakai padat 5
Baik: Pemilihan kata tepat, penggunaan kata
efektif, bahasa yang dipakai padat. 4
Cukup: Pemilihan kata cukup tepat,
penggunaan kata cukup efektif, bahasa yang
Diksi
dipakai cukup padat 3
Kurang: Pemilihan kata kurang tepat,
penggunaan kata kurang efektif, bahasa yang
dipakai kurang padat. 2
Sangat kurang: Pemilihan kata tidak tepat,
penggunaan kata tidak efektif, bahasa yang
dipakai tidak padat. 1
Sangat baik: Sangat mampu mengungkapkan
daya pikir melalui susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi 5
Baik: Mampu mengungkapkan daya pikir
melalui susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi 4
Cukup: Cukup mampu mengungkapkan daya
Gaya
pikir melalui susunan kata yang dapat
Bahasa
mengungkapkan pengalaman indrawi 3
Kurang: Kurang mampu mengungkapkan daya
pikir melalui susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi 2
Sangat kurang: Tidak mampu mengungkapkan
daya pikir melalui susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi. 1
Sangat baik: Ketepatan dan kerapihan dalam
menulis sangat baik 5
Tipografi
Baik: Ketepatan dan kerapihan dalam menulis
(Penataan
baik 4
Tulisan)
Cukup: Ketepatan dan kerapihan dalam
menulis cukup baik 3

47


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

Kurang: Ketepatan dan kerapihan dalam


menulis kurang baik 2
Sangat kurang: Ketepatan dan kerapihan dalam
menulis sangat kurang baik 1
Sangat baik: tema dan isi sangat sesuai. 5
Kesesuaian Baik: tema dan isi sesuai. 4
Tema dan Cukup: tema dan isi cukup sesuai. 3
isi Kurang: tema dan isi kurang esuai 2
Sangat kurang: tema dan isi tidak sesuai. 1

Bentuk penilaian : uji praktik


Bentuk soal : butir penskoran
(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan instrumen
penilaian)

48

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

IV. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS


GEGURITAN MENGGUNAKAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)

A. Konsep Model
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning,
CTL) adalah kegiatan pembelajaran yang menyampaikan materi
dengan cara mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Metode pembelajaran CTL merupakan pembelajaran
menggunakan konteks nyata sebagai langkah awal untuk belajar
sehingga memberi makna untuk isi materi dan makna bagi
pembelajar. Konteks atau situasi nyata yang berhubungan
dengan materi menjadi kunci utama dari strategi pembelajaran
ini. Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi
atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata.
Penggunaan metode CTL ini untuk mendorong siswa
mengaitkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan ketika belajar.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru menentukan tema dan topik gurit yang sesuai.
2. Guru memilih objek pengamatan yang akan dijadikan
sebagai objek dalam menulis gurit.
3. Guru memberikan rangsangan dalam bentuk pertanyaan
terkait dengan diksi atau baris-baris gurit yang dibuat.
4. Guru menampilkan contoh gurit dalam bentuk teks atau
video.
5. Guru merefleksi gurit yang telah dihasilkan.
6. Guru menilai gurit yang sudah direfleksi.

49


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN MENULIS


GEGURITAN MODEL CTL

Tahap Sintaks CTL Langkah Keterangan


Pembelajaran
Kegiatan 1. Modeling x Guru memberi Gurit ini
Pendahuluan contoh geguritan diperoleh dari
dalam bentuk pencarian di
media internet/dibuat
x Siswa memberi guru atau
tanggapan sumber lain

x Siswa melakukan
2. Inquiry pengamatan terhadap
sesuatu guna
mengembangkan
gagasan dalam
menulis geguritan

3. Questioning x Siswa dan guru


melakukan kegiatan
questioning bertanya)
untuk menggali
informasi,
mengonfirmasikan
apa yang sudah
diketahui, dan
mengarahkan
perhatian pada
aspek yang belum
diketahui pada
proses menulis
gurit

4. Learning x Guru membentuk


Community kelompok siswa
menulis gurit
berdasarkan tema

50

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Tahap Sintaks CTL Langkah Keterangan


Pembelajaran
5. Pemodelan x Guru memberi model
(Modelling) tentang bagaimana
cara menulis gurit,
misalnya untuk
menyusun kalimat
gurit, guru bisa
mendemonstrasikan
dengan cara melihat
obyek tertentu untuk
merangsang ide
menulis gurit.

6. Refleksi x Guru dan siswa


(Reflection) melakukan refleksi
terkait dengan
pembelajaran enulis
geguritan, ealisasinya
berupa: pernyataan
langsung yang
berkaitan dengan
hal-hal yang
diperoleh; catatan
atau jurnal di buku
siswa; kesan dan
saran siswa mengenai
pembelajaran
hari ini; diskusi; dan
karya berupa gurit
7. Authentic x Guru melakukan
Assesments penilaian terhadap
hasil menulis
gurit para siswa
berdasarkan rubrik
penilaian yang
disiapkan

51


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok media/Judul
(sebutkan
nama
medianya)
Menulis Audio Visual Rekaman/
Geguritan Youtube
membaca gurit
Contoh:
https://www.youtube.com/watch?
v=TiFJX_HyOvw
(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan media yang
akan digunakan)

D. Evaluasi
Contoh Rubrik Penilaian:
KRITERIA Sangat Baik* Cukup* Kurang*
Baik* (71-85) (56-70) <55
(86 - 100)
Kriteria Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
4 aspek 3 aspek 2 aspek 1 aspek
dalam dalam dalam dalam
penulisan penulisan penulisan penulisan
gurit (tema, gurit gurit gurit
topik, diksi, (tema, (tema, (tema,
ketepatan topik, topik, topik,
dalam diksi, diksi, diksi,
penggunaan amanat) amanat) amanat)
gaya
bahasa,
amanat)

*Rentang nilai Kurikulum 2013

52

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

ASPEK
TOTAL
NO. NAMA TEMA TOPIK GAYA DIKSI
NILAI
BAHASA
1. …
2.
3.

53


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

V. MODEL PEMBELAJARAN MENULIS


GEGURITAN MENGGUNAKAN PICTURE
AND PICTURE

A. Konsep Model
Model pembelajaran picture and picture adalah metode belajar
menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi
urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan.
Model pembelajaran picture and picture mengandalkan
gambar sebagai media pembelajaran. Dengan model pembelaran
picture and picture, guru mengajarkan cara menulis gurit
berdasarkan gambar yang disajikan. Model tersebut berfungsi
untuk (1) mempermudah anak dalam menulis gurit dan (2)
memunculkan ide saat anak melihat gambar dan dituangkan
menjadi sebuah gurit. Strategi ini mirip dengan example non-
example, yakni gambar yang diberikan kepada siswa harus
dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini
menjadi perangkat utama dalam pembelajaran.

B. Langkah-Langkah Model
1. Pengutaraan Kompetensi
Guru menyampaikan kompetensi dasar menulis yang harus
dikuasai siswa.
2. Pengutaraan Materi
Guru menyampaikan materi terkait dengan geguritan dan
memberi contoh gurit dalam bentuk tulisan.
3. Presentasi Gambar
Guru memperlihatkan gambar dan mendorong siswa untuk
proaktif dalam aktivitas pembelajaran dengan
memperhatikan gambar yang dipresentasikan. Gambar
digunakan untuk merangsang siswa dalam membuat
geguritan.
4. Eksplorasi
Guru mengeksplorasi hasil karya siswa dengan menanyakan
latar belakang siswa membuat geguritan. Guru dapat
membentuk grup agar diskusi lebih menarik ketika
membahas hasil gurit.

54


 
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

5. Akhir
Pada bagian akhir, siswa dan guru mengevaluasi materi yang
telah diraih dan kompetensi yang diraih.

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok (Audio/Visual/alat media/Judul
(sebutkan
peraga/Animasi/Video/Infografik/motion
graphic, dll) nama
medianya)
Nulis -Gambar Gambar
Gurit -Video Pemandangan
Video
Geguritan
(Guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan media
yang akan digunakan)

D. Evaluasi
Tabel Penilaian Praktik Nulis Gurit Bahasa Jawa
Aspek Jumlah Rata2 Ket
ISI DIKSI
No. Nama
Skor Skor
…… ……

Keterangan skor:
Isi : sesuai gambar
Diksi : pemilihan kata
1. sedikit yang sesuai aturan
2. sebagian besar sudah sesuai aturan
3. semua sudah sesuai aturan

Bentuk penilaian: uji praktik


Bentuk soal : butir penskoran
(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan instrumen
penilaian)

55


 
56

BAGIAN III

MODEL
PEMBELAJARAN
UNDHA USUK
BASA JAWA



 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

I. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK


BASA JAWA TENTANG PERANGANING
AWAK MELALUI TETEMBANGANDENGAN
FLIPPED CLASSROOM

A. Konsep Model
Dalam Karti Basa (1946: 64—84), undha usuk basa Jawa dibagi
menjadi tujuh, yaitu:
(1) ngoko : ngoko lugu dan ngoko andhap;
(2) madya: madya ngoko, madyantara, dan madya krama;
(3) krama: mudha krama, kramantara, dan wredha krama;
(4) krama inggil;
(5) krama desa;
(6) kedhaton; dan
(7) kasar.

Menurut Poedjosoedarmo (1979), undha usuk basa Jawa


disebut tingkat tutur dan terbagi menjadi 3, yaitu
(1) ngoko : ngoko lugu, basa antya, antya basa;
(2) madya: madya ngoko, madyantara, madya krama; dan
(3) krama: mudha krama, kramantara, kredhakrama.

Tingkat tutur bahasa Jawa memang beraneka ragam


bergantung pada kebutuhan dan tuntutannya. Untuk
menghormati seseorang atau golongan yang lebih tinggi, orang
Jawa menggunakan ragam krama. Penggunaan bahasa krama
sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang diajak bicara,
misalnya pada saat anak berbicara kepada orang tua, murid
kepada guru, dan orang yang berpangkat biasa kepada orang
yang berpangkat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk
menghormati orang yang diajak bicara.
Dalam unggah-ungguh bahasa Jawa, terdapat sejumlah
leksikon yang dapat digunakan untuk menghormati mitra tutur
dengan jalan meninggikan mitra tutur. Leksikon itu lazim disebut
krama inggil (Sasangka, 2019: 38). Hal itu memang sesuai
dengan karakter masyarakat Jawa yang dalam berkomunikasi
penuh dengan etika dan sopan santun.

58

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Ditinjau dari segi teori belajar bahasa, ragam krama yang


sebagian besar digunakan oleh suku Jawa, tanpa disadari telah
mengalami interferensi. Penyebabnya adalah keengganan
masyarakat menggunakan bahasa Jawa krama karena takut
terjadi kesalahan. Sejalan dengan pandangan nativisme,
pemerian perilaku bahasa merupakan pemerian stimulus
eksternal dan respons yang sesuai. Namun, pemerian itu harus
merupakan pemerian kemampuan bawaan manusia untuk belajar
bahasa.
Salah satu upaya untuk memudahkan anak sekolah dasar
dalam mempelajari materi undha usuk, yaitu melalui tembang
dolanan. Dengan penataan tingkatan materi, anak yang secara
psikologis dan kognitif masih labil akan lebih mudah menerima
dan memahami intisari materi pembelajaran tersebut. Undha
usuk bahasa Jawa dapat diaplikasikan melalui:
a. tembang dolanan,
b. leksikon ngoko-krama peranganing awak.

Model yang diterapkan dalam pembelajaran adalah strategi


flipped classroom. Model pembelajaran ini merupakan tipe
pembelajaran dan bentuk dari blended learning yang
membalikkan struktur belajar “kelas” dan metode pembelajaran.
Biasanya proses pemberian materi dilakukan di sekolah dan
pendalaman materi dapat dilakukan di luar sekolah melalui
tugas, diskusi, dan lain sebagainya. Dalam model ini, misalnya,
siswa menonton video atau mendengarkan rekaman di rumah dan
mendapatkan arahan tugas dan pokok-pokok masalah yang harus
diperdalam pada pertemuan di kelas. Ketika siswa datang ke
kelas, guru memfasilitasi kerja kelompok atau aktivitas belajar
lain.

59


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

a. Contoh tembang dolanan


1. Tembang dolanan: “Sinten Nunggang Sepur”

Gambar 1

2. Tembang dolanan: “Lumbung Desa”

Gambar 2

60

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

b. Leksikon ngoko-krama peranganing awak


Ngoko krama ngoko Krama
rambut rikma dhadha jaja
sirah mustaka weteng padharan
bathuk palarapan wudel sudhulan
alis imba bokong pocong
idep ibing pupu wentis
irung grana dhengkul jengku
pipi pangarasan pupu wentis
brengos umbara sikil ampeyan
janggut gumbala dlamakan samparan
lambe lati tangan asta
gulu jangga kuku kenaka
sikut siku driji racikan

B. Langkah-Langkah Model
a. Guru membuat video pembelajaran di Youtube dan
dibagikan melalui Google Classroom atau platform belajar
daring lainnya untuk pembelajaran siswa di rumah. Siswa
mengamati video pembelajaran tentang tembang Jawa
dengan leksikon peranganing awak, mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru melalui Google Classroom di rumah,
dan membuat hipotesis sementara.
b. Siswa berdiskusi dengan teman untuk membahas materi
yang diberikan guru di kelas (guru berfungsi sebagai
fasilitator).
c. Siswa mempresentasikan hasil atau mengunggah hasil
diskusi di media sosial.
d. Siswa dan guru menyimpulkan materi.

61


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

Desain Pembelajaran

GURU MEMBUAT SISWA BERDISKUSI


VIDEO DENGAN TEMAN
PEMBELAJARAN DIKELAS

SISWA
MENGAMATI SISWA DAN GURU
VIDEO MENYIMPULKAN
PEMBELAJARAN MATERI
DIRUMAH
Gambar 3

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok (Audio/Visual/Alat media/Judul
Peraga/Animasi/Video/Infografik/motion (sebutkan
graphic, dll) nama
medianya)
Undha A. Teks tembang dolanan - Teks
Usuk 1. “Lumbung Desa” tembang
2. “Sinten Nunggang Sepur” dolanan

B. Leksikon peranganin awak


Video pembelajaran - Tautan
video
pembelajaran

62

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Metode 1. Penugasan:
Pembelajaran Mengubah tembang berbahasa Indonesia
ke dalam bahasa Jawa.
2. Tanya jawab
Bertanya jawab tentang leksikon ngoko
dan krama peranganing awak.

Contoh gubahan lagu Naik-Naik Gunung menjadi tembang


bahasa Jawa

Rambut rikma
Kuping talingan
Irung grana
Pipi pangrasan 2X
Alis imba
Brengos gumbala
Idep ibing
Bathuk palarapan 2X
Gulu jangga
Weteng padharan
Dhadha jaja
Wudel sundhulan 2X
Dhengkul jengku
Sikil ampeyan
Pupu wentis
Weteng padharan 2X
Tangan asta
Kuku kenaka
Sikut siku
Driji racikan 2X
Dhengkul jengku
Sikil ampeyan
Pupu wentis
Weteng padharan 2X

63


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

D. Evaluasi
Bentuk : uji praktik
Rubrik : (disesuaikan guru)

Siswa menyanyikan salah Guru menilai sebagai uji


satu tembang dolanan yang kompetensi
ada di video dan
memperagakan atau
menunjuk bagian tubuh yang
dinyanyikan.

E. Penutup
Model pembelajaran flipped classroom berbasis tembang
dolanan memudahkan siswa mempelajari basa ngoko dan basa
krama. Model pembelajaran flipped classroom dapat
meningkatkan siswa berpikir kritis (critical thingking). Model
pembelajaran flipped classroom berbasis tembang dolanan dapat
menjadi referensi pembelajaran bahasa Jawa yang tidak
membosankan.

F. Referensi
Sasangka, Wisnu SST., 2019. Unggah Ungguh Basa Jawa.
Yoyakarta: Buana Grafika.

Sumber Internet
https://youtu.be/8ImeMfICQfE
https://youtu.be/iYlylBPqqzM

64

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

II. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK


BASA JAWA SD TENTANG TEMBUNG
SESULIH DAN TEMBUNG KRIYA MELALUI
BERMAIN PERAN

A. Konsep Model
Model bermain peran (role playing) sama dengan sosiodrama
yang pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial. Bermain peran pada
prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan peran-
peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam pertunjukan peran di
dalam kelas.
Model ini dapat berupa penugasan kepada siswa agar
memerankan tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang
diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana yang telah dirancang
guru.
Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar, salah satu
materi yang diajarkan, yaitu tentang undha usuk. Yang dimaksud
undha usuk basa Jawa adalah cara menggunakan bahasa Jawa
untuk menghormati lawan bicara saat melakukan interaksi.
Pada pembelajaran di sekolah dasar, khususnya di kelas
tinggi, untuk memudahkan siswa memahami penggunaan undha
usuk bahasa Jawa modern, guru menggunakan model
pembelajaran bermain peran (role playing).
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi
kemampuan kerja sama, komunikatif, dan menginterpretasikan
suatu kejadian. Tiga asumsi yang mendasari pembelajaran role
playing untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial
yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya.
1) Bermain peran pada pembelajaran undha usuk
Pada pembelajaran bahasa Jawa SD kelas tinggi, materi
undha usuk dianggap pembelajaran yang sulit oleh siswa.
Untuk itu guru mencoba mencari jalan keluar dengan
membuat model pembelajaran yang bisa membuat siswa
senang dan tertarik belajar materi undha usuk. Menurut
peneliti, bermain peran (role playing) dapat membantu siswa
memahami materi undha usuk.

65


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

2) Teks drama berbahasa Jawa yang berisi percakapan antara


ayah, ibu, kakak, dan adik.
3) Leksikon ngoko dan krama, tembung sesulih, dan tembung
kriya.

Leksikon Tembung Sesulih dan Tembung Kriya Ngoko dan


Krama
Tembung Sesulih Tembung Kriya
Ngoko Krama Krama Inggil Ngoko Krama Krama
Inggil
Aku kula - ketemu kepanggih -
Kowe sampeyan panjenengan turu tilem sare
dheweke piyambakipun panjenenganipun mulih mantuk kondur
Bapak bapa rama adus adus siram
Ibu ibu ibu lunga kesah tindak
Kakang kangmas rakamas mangan nedha dhahar
Adhi adhi rayi turu tilem sare
Anak anak putra maca maca maos
Putu putu wayah menehi nyukani, maringi
nyaosi
simbah simbah eyang lunga kesah tindak
pakdhe - - mlaku mlampah tindak
budhe - - duwe gadhah kagungan
paklik - - metu medal miyos
bulik - - jupuk mendhet mundhut

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil.
2. Siswa membuat dialog dalam bahasa Jawa berisi percakapan
antara ayah, ibu, adik, dan kakak dengan tema tertentu.
3. Setiap kelompok bergantian memperagakan perannya di
depan kelas.
4. Kelompok lain mengamati kelompok yang sedang
melaksanakan percakapan.

66

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

5. Siswa bersama guru menganalisis kalimat yang diucapkan


pemeran.
6. Siswa bersama guru menyimpulkan materi undha usuk.

Metode
Kegiatan pembelajaran undha usuk dengan menggunakan model
bermain peran (role playing) menggunakan beberapa metode di
antaranya:
1. Penugasan
Siswa diminta membuat dialog dalam bahasa Jawa berisi
percakapan antara ayah, ibu, kakak, dan adik.
2. Demonstasi
Siswa memeragakan sesuai peran masing-masing di depan
kelas.
3. Diskusi
Siswa diminta memilih dan memilah tembung sesulih dan
tembung kriya dalam teks drama yang dibuat sebelumnya.
4. Tanya jawab
Siswa diminta menyebutkan beberapa tembung sesulih dan
tembung kriya di lingkungan keluarga.

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok (Audio/Visual/alat media/Judul
peraga/Animasi/Video/Infografik/motion (sebutkan
graphic, dll) nama
medianya)
Undha Teks Percakapan hasil kelompok Teks/video
Usuk percakapan

D. Evaluasi
Bentuk : uji praktik
Rubrik : (disesuaikan guru)

Owahana ukara ing ngisor iki dadi basa krama!


1. Ibu lunga neng pasar.
2. Aku lunga neng pasar
3. Bapak lagi mangan gedhang.

67


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

4. Adhik lagi mangan gedhang.


5. Mbak Ida lunga menyang Semarang numpak sepur.
6. Aku lunga menyang Semarang numpak sepur.
7. Simbah lagi lara untu.
8. Aku lagi lara untu.
9. Pak Guru maca koran lungguh neng kursi.
10. Aku maca koran lungguh ning kursi.

Kunci Jawaban
1. Ibu tindak dhateng peken.
2. Kula kesah dhateng peken.
3. Bapak nembe dhahar pisang.
4. Adhik nembe nedha pisang.
5. Mbak Ida tindak dhateng Semarang nitih sepur.
6. Kula kesah dhateng Semarang numpak sepur.
7. Simbah nembe gerah waja.
8. Kula nembe sakit untu.
9. Pak Guru maos koran lenggah wonten kursi.
10. Kula maos koran lenggah wonten kursi.

Skor penilaian
Penilaian :
Skor maksimal tiap nomer 2
Skor maksimal 10
Nilai akhir = Jumlah perolehan skor x 100%
Perolehan skor maksimal

E. Penutup
Model pembelajaran bermain peran ini dapat
diterapkan/diimplementasikan oleh guru dengan memanfaatkan
teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Jawa.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dapat
efektif jika a) siswa melatih diri untuk memahami dan
mengingat isi bahan yang akan didramakan; b) siswa terlatih
untuk berinisiatif dan berkreatif, c) siswa dapat saling bekerja
sama, dan e) siswa dapat memperoleh kebiasaan menerima dan
membagi tanggung jawab.

68

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

F. Referensi
Sudaryanto. 1989. Pemantapan Potensi Bahasa. Yogyakarta:
Kanisius.
https://serupa.id/model-pembelajaran-pengertian-ciri-jenis-
macam-contoh/
https://media.neliti.com/media/publications/258217-
penerapan-model-pembelajaran-role-playin-8344289c.pdf

69


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

III. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK


BASA JAWA SD TENTANG TEMBUNG KRIYA
MELALUI KARTU PINTAR

A. Konsep Model
Model pembelajaran kooperatif melalui kartu pintar adalah
model pembelajaran yang dilakukan dengan mencari pasangan
melalui kartu-kartu. Pada model ini siswa diminta mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan
sebelum batas waktu yang ditentukan. Selanjutnya, siswa yang
mencocokkan kartu secara tepat akan mendapat poin. Salah satu
keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa mencari
pasangan kartu sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru menyiapkan beberapa kartu berisi leksikon basa Jawa
ngoko dan krama.
1. Guru membagi kartu berisi leksikon ngoko dan krama ke
siswa.
2. Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
3. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
4. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu
temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban), siswa tersebut akan mendapatkan hukuman yang
telah disepakati bersama.
5. Siswa mengocok kartu lagi setelah satu babak berakhir agar
siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
6. Siswa bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
7. Guru bersama-sama siswa membuat simpulan atas materi
pelajaran.

70

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Metode yang digunakan meliputi ceramah, permainan, tanya


jawab, dan penugasan.

C. Media
Materi Pokok Jenis Media Nama Media/Judul
(Audio/Visual/alat (sebutkan nama
peraga berupa kartu medianya)
pintar/Animasi/Video/
Infografik/motion
graphic, dll)
Undha Usuk Alat Peraga Kartu Pintar
Basa Jawa

D. Evaluasi
Bentuk : uji praktik
Rubrik : (disesuaikan guru)

1. Penilaian sikap saat diskusi


a. Teknik penilaian : observasi
b. Bentuk instrumen : lembar observasi

Skor
Aspek
4 3 2 1
Kerja sama
Kekompakkan
Diskusi

Skala Penilaian
A =4 sangat baik
B =3 baik
C =2 cukup
D =1 kurang

71


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

2. Penilaian Pengetahuan
Isenana titik-titik ing ukara ngisor iki nganggo tembung kang
trep!
1) Ibuku ngunjuk kopi lan adhiku … teh.
2) Simbah sampun sare. Basa ngokone tembung sare yaiku ….
3) Aku numpak pit, dene Bapak.....sepedha dhateng kantor.
4) Adhiku nonton TV, Bapak … kethoprak.

Pasangna gambar lan ukara kanthi trep!

5) A. Adhiku ngombe susu

6) B. Kakangku tasih sare

7) C. Bapak nembe dhahar

8) D. Ibu nitih sepeda

Kunci jawaban Skor


1. Ngombe 2
2. Turu 2
3. Nitih 2
4. Mirsani 2
5. B 1
6. C 1
7. D 1
8. A 1

Skor Maksimal 12

ୗ୩୭୰୔ୣ୰୭୪ୣ୦ୟ୬
Nilai Akhir = ‫ͲͲͳݔ‬
ୗ୩୭୰୑ୟ୩ୱ୧୫ୟ୪

72

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

E. Penutup
Model pembelajaran dengan menggunakan kartu pintar ini dapat
memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Model
pembelajaran ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan
pemahaman serta daya nalar siswa terhadap pelajaran undha
usuk basa Jawa.

F. Referensi
Wasana. 2013. Wursito Basa Kanggo SD/SDLB/MI Kelas III.
Surabaya: Erlangga.

73


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

IV. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK


BASA JAWA SD TENTANG NGOKO DAN
KRAMA MELALUI VIDEO

A. Konsep Model
Model pembelajaran berbasis video dalam pembelajaran
pembelajaran undha-usuk basa Jawa merupakan gabungan
antara model pembelajaran berbasis masalah dan berbasis proyek
berupa video. Video yang menjadi media pembelajaran dapat
bersumber dari YouTube, Tiktok, rekaman pribadi, maupun video
dari media sosial lain.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru menyajikan video pembelajaran.
2. Siswa menonton video.
3. Siswa mengembangkan video untuk dijadikan topik
pembelajaran.
4. Guru membimbing siswa mengoreksi video lain.
5. Siswa memperbaiki video berdasarkan hasil koreksi guru.
6. Guru menyusun jadwal pengumpulan video.
7. Guru memonitor perkembangan pembuatan video.
8. Guru mengevaluasi video karya siswa.

Metode
1. Metode tanya jawab
2. Metode bernyanyi
3. Metode demonstrasi
4. Metode role playing

74

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok (Audio/Visual/alat media/Judul
peraga/Animasi/Video/Infografis/ (sebutkan
motion graphic, dll) nama
medianya)
Berdialog video - Video
dengan YouTube
menerapkan “Bocah
undha usuk Ngapak”
basa Jawa - Video
yang
dibuat
oleh
pendidik

D. Evaluasi
Bentuk : uji praktik
1. Guru mengatur proyek untuk setiap siswa.
2. Siswa membuat kerangka video.
3. Siswa membuat video.
4. Guru dan siswa mengevaluasi video.

Rubrik: (disesuaikan guru)


Aspek yang dinilai dari proyek:
1. kesesuaian dengan tema;
2. kelengkapan unsur video, suara, teks, animasi; dan
3.kreativitas.

E. Penutup
Pembelajaran berbasis video dapat diterapkan pada semua materi
pembelajaran bahasa Jawa. Akan tetapi, langkah-langkahnya
perlu disesuaikan dengan materi pembelajaran. Video yang
menjadi media pembelajaran akan menyenangkan apabila
disisipkan nyanyian dan tarian untuk memotivasi siswa. Guru
juga dapat mencontohkan video yang berisi pembelajaran
Bahasa Jawa melalui Tiktok atau snake video. Dengan media ini
karya siswa dapat dipublikasikan untuk diapresiasi seluruh

75


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

warganet. Model ini dapat diterapkan guru di sekolah masing-


masing.

F. Referensi
Anitah W, Sri dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara.

76

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

V. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK


BASA JAWA SD TENTANG LEKSIKON
TEMBUNG ARAN MELALUI GIM (GAME)

A. Konsep Model
Pembelajaran berbasis gim (game based learning) merupakan
metode pembelajaran yang menggunakan aplikasi
permainan/game yang telah dirancang khusus untuk membantu
dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan metode ini digunakan
pendekatan antarkelompok yang mengutamakan kerja sama.
Permainan disusun guru dalam bentuk kuis yang berkaitan
dengan materi pelajaran undha usuk. Metode pembelajaran gim
perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka
kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, sistematis, dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama.
Dengan model pembelajaran berbasis gim ini diharapkan
siswa lebih semangat dan senang dalam mengikuti pembelajaran
bahasa Jawa, khususnya undha usuk basa Jawa.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru memilih gim sesuai topik.
2. Guru memberikan penjelasan / konsep awal terkait dengan
gim yang dimainkan.
3. Siswa menyepakati aturan yang disampaikan guru.
4. Siswa bermain gim menggunakan alat yang ditentukan
sebelumnya.
5. Siswa merangkum pengetahuan yang didapatkan dari gim
yang telah dimainkan.
6. Siswa melakukan refleksi dari hasil pembelajaran.

Metode:
a. Guru memilih gim topik undha usuk basa Jawa.
b. Guru memberikan pengetahuan awal mengenai undha usuk
basa Jawa kata-kata yang berkaitan dengan alam, seperti
hewan, alam semesta, warna.
c. Siswa membentuk kelompok.

77


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

d. Setiap kelompok mendapat lima kartu kalimat yang berisi


kata-kata yang berkaitan dengan alam, seperti hewan, alam
semesta, warna.
e. Setiap anggota kelompok memerankan sesuai dengan kartu
yang diterimanya. Kelompok lain menebak apa yang
diperankan oleh temannya dengan kata-kata yang berkaitan
dengan alam, seperti hewan, alam semesta, dan warna yang
benar.
f. Siswa bermain gim sesuai dengan aturan yang disepakati.
g. Guru mencatat kelompok yang menjawab dengan benar.
h. Siswa menulis kata-kata yang berkaitan dengan alam, seperti
hewan, alam semesta, warna dalam bentuk ngoko dan krama
yang digunakan dalam gim tersebut.
i. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan basa krama.

Contoh Gim (Game)


1. Siswa dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama
menirukan suara binatang. Kelompok lainnya menebak
nama hewan dengan leksikon ngoko dan krama.

2. Leksikon yang berkaitan dengan hewan.


Ngoko Krama
sapi lembu
kebo maesa
ula sawer
pitik ayam
manuk peksi
iwak ulam
jaran turangga
jago sawung
wedhus menda

78

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

C. Media
Nama
Jenis Media media/Judul
Materi pokok
(sebutkan nama
medianya)
Undha usuk Kartu kalimat kertas karton,
basa kata-kata dan benda sapu, gayung, tas,
yang berkaitan konkret dan game online
dengan alam,
seperti hewan,
alam semesta,
dan warna

D. Evaluasi
Bentuk : uji praktik
Rubrik : (disesuaikan guru)

Penilaian
Penilaian keterampilan : penilaian proses (lisan)
Penilaian pengetahuan : tertulis
Bentuk soal : isian

Isenana titik-titik ing tabel ngisor iki!


No. Ngoko Krama
1. adus ...
2. turu ...
3. mangan ...
4. mlaku ...
5. nggawa ...
6. ... maos
7. ... wungu
8. ... mlajar
9. ... nyerat
10. ... ngagem

79

 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

Kunci jawaban
1. siram
2. tilem, sare
3. nedha, dhahar
4. mlampah, tindak
5. mbeta, ngasta
6. maca
7. tangi
8. mlayu
9. nulis
10. nganggo

Pedoman Penilaian
Jumlah soal 10, setiap soal dijawab benar diberi skor 1

E. Penutup
Penggunaan model gim dalam pembelajaran kooperatif undha
usuk dapat efektif dilaksanakan pada materi undha usuk basa
Jawa tembung kriya jika. Dengan menggunakan game-based
learning dapat diberikan stimulus pada tiga bagian penting
dalam pembelajaran, yaitu emosional, intelektual dan
psikomotor.

F. Referensi
Sasangka, Wisnu SST., 2019. Unggah Ungguh Basa Jawa.
Yoyakarta: Buana Grafika.
http://repository.ump.ac.id

80

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

VI. MODEL PEMBELAJARAN UNDHA USUK


BASA JAWA SD TENTANG LEKSIKON
TEMBUNG KRIYA DAN TEMBUNG
WILANGAN ARAN MELALUI GIM (GAME)

A. Konsep Model
Model pembelajaran make a match dapat digunakan pada
pengenalan tembung kriya dan tembung wilangan. Pengenalan
tembung kriya dan tembung wilangan pada anak perlu diberikan
sedini mungkin menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan
tahapan perkembangan anak. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
metode atau pun model pembelajaran yang sesuai untuk
mengajarkan materi bilangan dalam bahasa Jawa.
Lagu dapat digunakan juga untuk meningkatkan minat
belajar. Lagu yang digunakan dalam pembelajaran anak usia 6—
8 tahun sebaiknya lagu sederhana berirama lincah sehingga anak-
anak lebih mudah dan tertarik untuk mempelajarinya. Perhatian
anak terhadap pelajaran membuat anak merasa senang dan aktif
dalam pembelajaran.

Tembung kriya
ngoko krama
adus siram
lunga kesah, tindak
mangan nedha, dhahar
turu tilem, sare
maca maos
menehi nyukani, nyaosi, maringi
ndeleng ningali, mirsani
duwe gadhah, kagungan
metu medal, mios
jupuk mendhet, mundhut
ketemu kepanggih
mulih mantuk, kondur
mlaku mlampah, tindak

81


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

Tembung wilangan
ngoko krama
siji setunggal
loro kalih
telu tiga
papat sekawan
lima gangsal
nem nenem
pitu pitu
wolu wolu
sanga sanga
sepuluh sedasa
sewelas sewelas
rolas kalih welas
selawe selangkung
seket seket
satus setunggal atus

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru melakukan pendahuluan meliputi memeriksa
kehadiran, menyampaikan tujuan pembelajaran, memimpin
berdoa;
2. Guru membagikan kartu undha-usuk basa kepada siswa;
3. Tiap siswa mendapat 1 kartu undha-usuk basa;
4. Setelah semua siswa mendapatkan kartu undha-usuk basa,
siswa dipimpin guru menyanyikan tembang dolanan dan
sambil menggeser kartu tersebut. (Hal ini dilakukan guna
mengacak kata-kata yang berpasangan ngoko-krama);
5. Setelah tembang dolanan berhenti, kegiatan menggeser
kartu juga berhenti;
6. Siswa akan mendapat kartu yang berbeda dari kartu yang
diterima saat awal;
7. Siswa diperbolehkan membuka kartu yang berada di meja
masing-masing;
8. Setelah dibuka, siswa harus mencari pasangan dari kata
tersebut yang ada pada siswa lainnya.

82

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Metode
Permodelan, tanya jawab, dan evaluasi
Penugasan:
(1) Mengubah tembang berbahasa Indonesia ke dalam bahasa
Jawa.
Tembung krama

(Kupu-Kupu yang Lucu)


Tangi kramane wungu
Adus kramane siram
mangan kramane dhahar
yen ngombe iku ngunjuk
yen lunga tindak
Teka kramane rawuh
Mulih iku kondur
Yen turu sare

(2) Mengubah tembang berbahasa Indonesia ke dalam bahasa


Jawa.
(Satu Satu Aku Sayang Ibu)
Kaping pisan kula tresna ibu
Angka kalih kula tresna bapak
Kaping tiga tresna kakang adi
Siji loro telu tresna sakabehe

C. Media
Materi Jenis Media Nama
pokok media/Judul
(sebutkan
nama
medianya)
Undha Kartu undhak usuk basa dan gambar Video lagu
usuk kupu-kupu
https://www.youtube.com/watch?v
=gLY9RrTtNRQ

83


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

D. Evaluasi
Bentuk : uji praktik
Ubahlah teks tembang berbahasa Jawa yang mengandung unsur
undha usuk ke dalam bahasa Indonesia sesuai konteksnya.

Rubrik: (disesuaikan guru)


1. kesesuaian dengan tema,
2. kerapian
3. variasi, dan
4. kreativitas.

E. Penutup
Kegiatan pembelajaran yang terencana dan menyenangkan
berkaitan dengan penggunaan media yang dapat memengaruhi
keberhasilan perubahan perilaku siswa. Pada pembelajaran
unggah-ungguh dengan model pembelajaran make a match siswa
diharapkan mampu menghafalkan kata-kata dalam bahasa Jawa
dengan benar.

F. Referensi
Budiartini, Desak Putu, et al. 2014."Penerapan Metode
Pemberian Tugas Berbantuan Media Pohon Angka untuk
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan
Anak" Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha 2.1.
Santoso, Joko dan Surtikanti. 2008. Strategi Belajar Mengajar.
Surakarta: UMS.
https://www.youtube.com/watch?v=gLY9RrTtNRQ

84

BAGIAN IV

MODEL
PEMBELAJARAN
B E R P I DAT O



 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

A. Konsep Dasar Berpidato Bahasa Jawa


Berpidato dalam bahasa Jawa memperhatikan berbagai
aspek, meliputi aspek wiraga, wirama, dan wirasa, serta tata
busana.
a) Wiraga
Wiraga, yaitu tingkah laku dalam berpidato (aspek fisik)
yang termasuk dalam subasita. Aspek subasita yang harus
dinilai adalah 1) saradan: tingkah laku yang keluar tanpa
disadari, contohnya memegang pelantang, memasukkan
tangan ke saku, memegang jam tangan, tidak boleh meniup
pelantang (untuk mencoba pelantang hanya boleh diketuk),
dsb.; 2) ekspresi (eseme woring tanduk); 3) ngapurancang
untuk laki-laki menggunakan trapsila (tangan kiri
memegang tangan kanan di depan pusar) atau
hanggandamaru (ibu jari tangan kanan bertemu ibu jari
tangan kiri di depan pusar/biasa digunakan oleh sultan),
untuk putri trap indriya (tangan kanan di atas tangan kiri
saling berpaut di depan dada); 4) sikap tangan, misalnya
untuk menghaturkan menggunakan ibu jari; 5) sikap dalam
memberikan penghormatan (ngapurancang atau trap
indriya dengan menundukkan kepala).
b) Wirama dan Wirasa
Wirama dan wirasa, yaitu aspek pengucapan yang meliputi:
intonasi (mendat mentuling wirama); undha usuk; unggah-
ungguh menggunakan diksi untuk anak (contoh maem, bobo,
pipis); dan pelafalan diakritik (taling, pepet, talingsari).
c) Tata busana
Tata busana, yaitu busana yang dipakai saat berpidato.
Aspek busana harus sesuai dengan aturan (ketetapan)
berbusana dalam budaya Jawa. Misalnya, siswa usia SD
menggunakan sabuk wala cothan (kain tanpa wiru); kebaya
yang dipakai oleh perempuan yang belum menikah harus
rapat hingga leher, bukan kutubaru (kutubaru digunakan
oleh perempuan yang sudah menikah, kutubaru (kuputarung)
digunakan oleh perempuan beranak satu, kutubaru 1
tangkup digunakan oleh perempuan berusia sekitar 40 tahun
ke atas).

86

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

I. MODEL PEMBELAJARAN PIDATO


BERBAHASA JAWA TINGKAT SD DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SIHAYA BAPER

A. Konsep Model
Model pembelajaran pidato berbahasa Jawa menggunakan
metode sihaya baper adalah model pembelajaran dengan tahapan
simak, menghayati, membaca, dan memeragakan. Tahapan itu
disingkat sihaya baper.

1. Simak
Mnyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan.
Mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi
oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita
dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut,
sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang
dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang
didengar. Sementara itu, pengertian menyimak sama dengan
mendengarkan, tetapi dalam menyimak intensitas perhatian
terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
2. Menghayati
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
menghayati adalah mengalami dan merasakan sesuatu (dalam
batin). Contoh: kita semua harus menghayati dan mengamalkan
Pancasila. Menghayati berasal dari kata dasar hayat.
3. Membaca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Arti lainnya
dari membaca adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.
4. Memeragakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
memeragakan adalah menampilkan. Materi membaca pidato ini
dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Sihaya
Baper, yang merupakan akronim dari Simak, Hayati, Baca, dan
Peragakan.

87


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

B. Langkah-Langkah Model
1. Siswa menyimak video yang ditayangkan oleh guru.
2. Siswa melakukan tanya jawab tentang kata-kata sulit yang
ditemukan saat menyimak tayangan video.
3. Siswa membaca teks pidato yang disediakan guru.
4. Siswa memeragakan cara berpidato di depan kelas.
5. Siswa lain mengamati dan memberikan tanggapan.
6. Siswa dan guru menyimpulkan isi dan cara berpidato yang
benar.

C. Media
1. Video
2. Teks pidato
3. Laptop
4. Kertas HVS

D. Evaluasi
Penilaian
1. Bentuk soal dan praktik
2. Soal
a. Bacalah dengan benar teks pidhato perpisahan di bawah
ini!

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum Wr. Wb

Dhumateng Bapa Kepala Sekolah ingkang kinurmatan,


Dhumateng Bapa/Ibu Guru ingkang kula kurmati,
Sumrambah dhumateng kanca-kanca ingkang kula
tresnani.

Puji sokur kula dherekaken wonten ngarsanipun Gusti


Maha Agung, ingkang sampun paring kanugrahan
awujud kabagaswarasan dhumateng kula lan
panjenengan sedaya.

Bapa/Ibu saha kanca-kanca ingkang tansah kula kurmati


lan tresnani, kula lan panjenengan mangertos bilih ing
laladan negeri wonten pageblug ingkang arupi virus

88

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

corona. Virus punika mbebayani tumrap kaslamatan kula


lan panjenengan.

Amrih virus corona boten mbebayani, mila kedah sami


anjagi kanthi anglampahi inggih punika: setunggal
ngangge masker, nomer kalih wisuh ngagem sabun kanthi
toya ingkang mili, saha ingkang kaping tiga anjagi jarak.
Pramila saking punika sumangga sami sesarengan
nindakaken saha anyengkuyung punapa ingkang dados
program pamrintah.

Mekaten atur kula, wonten kirang saha lepating atur.


Kula manungsa limrah nyuwun pangapunten ingkang
kathah.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kriteria
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Ketepatan isi pidato
2. Ketepatan bahasa krama yang dipakai
3. Penampilan (busana, subasita)
4. Ekspresi dan intonasi

Keterangan:
4 = Sangat baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang

௦௞௢௥௬௔௡௚ௗ௜௣௘௥௢௟௘௛
Nilai Akhir = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

E. Penutup
Model pembelajaran sihaya baper ini dapat dipergunakan pada
pembelajaran materi membaca pidato, membaca geguritan,
maupun lainnya yang membutuhkan kegiatan menyimak,
menghayati, membaca, dan memeragakan. Model ini diharapkan
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar membaca
pidato bahasa Jawa dan memudahkan guru mengajarkan materi
membaca pidato bahasa Jawa dengan benar.

89


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

II. MODEL PEMBELAJARAN PIDATIO


TINGKAT SD DENGAN METODE LIHAT,
DENGAR, UCAPKAN (LDU)

A. Konsep Model
Model pembelajaran dengan metode lihat, dengar, ucapkan
(LDU) adalah model pembelajaran dengan memaksimalkan
aktivitas melihat, mendengar, dan mengucapkan. Model tersebut
merupakan pembelajaran lanjutan dari model pembelajaran
ulang ucap. Pada aspek lihat, siswa melihat dan mendengar
ucapan kata atau kalimat dari tayangan video. Selanjutnya, siswa
mengucapkan kembali tayangan video tersebut dengan benar.
Penilaian dititikberatkan pada ketepatan ucapan (lafal, intonasi,
tanda baca).

B. Langkah-Langkah Model
1. Siswa membuat kelompok dengan bimbingan guru.
2. Siswa mengamati teks pidato yang diberikan guru secara
kritis.
3. Siswa berdiskusi cara berpidato dipandu guru.
4. Siswa membaca teks pidato di depan kelas yang akan
ditanggapi kelompok lain.
5. Guru mengevaluasi penampilan pidato siswa.

C. Media
1. Salindia
2. Video pidato

D. Evaluasi
Kriteria
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Ketepatan isi pidato
Ketepatan bahasa krama yang
2.
dipakai
3. Penampilan (busana, subasita)
4. Ekspresi dan intonasi

90

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

Keterangan:
4 = Sangat baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang

௦௞௢௥௬௔௡௚ௗ௜௣௘௥௢௟௘௛
Nilai Akhir = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

E. Penutup
Dalam model pembelajaran lihat, dengar, ucapkan (LDU),
penilaian dititikberatkan pada ketepatan ucapan (lafal, intonasi,
tanda baca).

F. Referensi
https://id.m.wikipedia.org
https://osf.io
Buku teks

91


 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

III. MODEL PEMBELAJARAN PIDATO


TINGKAT SD MELALUI
PEMBELAJARANKOOPERATIF SNOWBALL
THROWING

A. Konsep Model
Model pembelajaran dengan metode snowball throwing
(melempar bola [salju]) merupakan pembelajaran yang diadopsi
dari gim fisik. Metode ini diterapkan dengan melempar
segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang harus menjawab
soal dari guru. Hal ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.
Metode pembelajaran dengan metode snowball throwing
juga dapat menggali potensi kepemimpinan perserta didik dalam
kelompok dan ketrampilan membuat dan menjawab pertanyaan
yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk
dan melempar bola salju.

B. Langkah-Langkah Model
1. Siswa mendengarkan pembacaan teks pidato atau video
pidato.
2. Siswa mencermati bagian-bagian pidato.
3. Guru menyediakan beberapa teks pidato dengan berbagai
tema yang akan dijadikan permainan snow ball throwing.
4. Siswa dan guru melakukan permainan snow ball throwing.
5. Siswa yang mendapatkan bola harus membaca teks pidato
sesuai dengan tema yang ada dalam bola.

C. Media
1. Teks pidato
2. Video pidato
3. Bola mainan

92


 
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

D. Evaluasi
Kriteria
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Ketepatan isi pidato
2. Ketepatan bahasa krama yang dipakai
3. Penampilan (busana, subasita)
4. Ekspresi dan intonasi

Keterangan:
4 = Sangat baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang

௦௞௢௥௬௔௡௚ௗ௜௣௘௥௢௟௘௛
Nilai Akhir = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

E. Penutup
Dengan model pembelajaran snowball throwing siswa
diharapkan dapat mengerti bagian-bagian pidato dan mampu
membaca teks pidato dengan baik dan benar.

F. Referensi
Aris Shoimin. 2013. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Buchari Alma, dkk. 2009. Guru Profesional: Menguasai Metode
dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Mustamin. 2009. Strategi Pembelajaran. Surabaya: PT Revka
Petra Media.

93


 
94

BAGIAN V

MODEL
MENDONGENG



 
Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa Tingkat SD

I. MODEL PEMBELAJARAN MENDONGENG


UNTUK MEMBENTUK KARAKTER SISWA

A. Konsep Model
Mendongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang
bersifat produktif dan menjadi bagian dari keterampilan
berbicara. Keterampilan mendongeng sangat penting untuk
meningkatkan keterampilan berkomunikasi, juga
mengembangkan keterampilan seni. Mendongeng adalah
menceritakan dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar
terjadi, terutama tentang kisah zaman dulu.
Model pembelajaran mendongeng dengan metode
demonstrasi dianggap sangat efektif karena dapat membantu
siswa melihat secara langsung proses terjadinya sesuatu. Metode
demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memeragakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan. Istilah demonstrasi dalam pembelajaran
mendongeng digunakan untuk menggabungkan penjelasan
dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan atau benda.
Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatannya telah dicoba
lebih dahulu sebelum didemonstrasikan.

B. Langkah-Langkah Model
1. Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
2. Guru menjelaskan kepada anak-anak apa yang direncanakan
dan apa yang akan dikerjakan.
3. Guru mendemonstrasikan kepada siswa secara perlahan-
lahan, serta memberikan penjelasan singkat.
4. Guru mengulang kembali demonstrasi.
5. Guru menugasi siswa agar melakukan demonstrasi sendiri.
6. Guru menilai dan memberi apresiasi terhadap tugas siswa.
7. Guru dan siswa melakukan refleksi.

C. Media
1. Video
2. Alat peraga
3. Naskah (berupa cerita rakyat daerah setempat).

96

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah

(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan media dan


sumber bahan yang akan digunakan)

D. Evaluasi
Rubrik penilaian
a. Wicara (30%)
b. Wirasa (25%)
c. Wiraga (25%)
d. Jumbuhing Crita lan Isi (20%)

Aspek
No. Nama Jumbuhing Jumlah Ket
Wicara Wirasa Wiraga
Crita lan Isi

Bentuk penilaian : uji praktik


Bentuk tugas : demonstrasi mendongeng
(Guru diberi kewenangan untuk mengembangkan media dan
sumber bahan yang akan digunakan)

Contoh judul cerita rakyat: Cerita Rakyat “Lutung Kasarung”


(Kebumen)

Keterangan:
4 = Sangat baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang
௦௞௢௥௬௔௡௚ௗ௜௣௘௥௢௟௘௛
Nilai Akhir = ‫ͲͲͳݔ‬
௦௞௢௥௠௔௞௦௜௠௔௟

97


 
98

Anda mungkin juga menyukai