Penyusun
Peserta DKT Modul Pembelajaran Bahasa Daerah 2023
Pakar
Prof. Rustam Effendi
Nasrullah, S.Sos.I., M.A.
Dr. Sainul Hermawan
Penyunting
Sri Wahyu Nengsih, M.Pd.
Indrawati, S.S., M.Pd.
Nidya Triastuti Patricia, S.S.
Bagian I Modul Pembelajaran Bahasa Banjar dan Bakumpai Jenjang SD.. .................... 1
I. Modul Pembelajaran Membaca dan Menulis Puisi .................................................... 2
II. Modul Pembelajaran Menulis Cerpen ........................................................................ 24
III. Modul Pembelajaran Pidato ........................................................................................ 49
IV. Modul Pembelajaran Bercerita ................................................................................... 67
V. Modul Pembelajaran Komedi Tunggal ....................................................................... 98
Bagian II Modul Pembelajaran Bahasa Banjar dan Bakumpai Jenjang SMP ................. 126
I. Modul Pembelajaran Membaca dan Menulis Puisi .................................................... 127
II. Modul Pembelajaran Menulis Cerpen ........................................................................ 149
III. Modul Pembelajaran Pidato ........................................................................................ 164
IV. Modul Pembelajaran Bercerita ................................................................................... 180
V. Modul Pembelajaran Komedi Tunggal ....................................................................... 201
iii
KATA PENGANTAR
KEPA L A BALAI BAHASA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
iv
mempertahankan bahasanya; dan (4) menemukan fungsi dan ranah
baru dari sebuah bahasa dan sastra daerah.
Revitalisasi bahasa daerah dilakukan berdasarkan prinsip dinamis,
adaptif, regenerasi, dan merdeka berkreasi. Prinsip dinamis berorientasi
pada pengembangan bahasa daerah dan keperluan komunikasi, bukan
sekadar memproteksi bahasa. Prinsip adaptif dilakukan dengan
menyesuaikan situasi lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun
masyarakat tuturnya sehingga penerapannya pun perlu dilaksanakan
secara fleksibel dan tidak kaku. Kemudian, prinsip regenerasi dengan
fokus pada penutur muda, khususnya para penutur di usia sekolah pada
tingkat dasar dan menengah. Terakhir, siswa atau anggota komunitas
merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya. Mereka diberi
kebebasan dalam memilih bahasa daerah dan jenis genre yang ingin
dipelajari sesuai dengan minat masing-masing dan ada media bagi
mereka untuk berekspresi dengan bahasanya.
Program MB-17: RBD di Provinsi Kalimantan Selatan dilakukan
dengan basis sekolah dan komunitas. Bahasa daerah yang direvitalisasi
adalah bahasa Banjar berbasis sekolah dan bahasa Bakumpai berbasis
komunitas. Model berbasis sekolah mengarah pada peningkatan
penguasaan bahasa dan sastra daerah melalui ranah pendidikan, baik
sebagai muatan lokal maupun ekstrakurikuler. Sementara itu, model
yang berbasis komunitas menekankan pada peningkatan penguasaan
bahasa dan sastra daerah melalui komunitas, seperti kelompok kesenian
atau kelompok pencinta bahasa dan sastra daerah. Meskipun demikian,
karena di wilayah penuturan bahasa Bakumpai, Kab. Barito Kuala,
bahasa Bakumpai belum menjadi muatan lokal sehingga komunitas yang
dilibatkan adalah komunitas-komunitas tutur yang muncul termasuk di
lingkungan sekolah.
Sehubungan dengan itu, untuk menyukseskan program ini, Balai
Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, menyusun Modul Pembelajaran
Bahasa Banjar dan Bahasa Bakumpai Tingkat SD dan SMP. Materi bahan
ajar atau genre yang terdapat di modul ini terkait dengan (1)
pembelajaran membaca dan menulis puisi, (2) pembelajaran menulis
cerpen, (3) pembelajaran pidato, (4) pembelajaran bercerita, dan (5)
pembelajaran komedi tunggal.
Modul ini disusun dengan melibatkan para pakar bahasa Banjar dan
bahasa Bakumpai, maestro, akademisi, dan guru SD dan SMP yang
memiliki perhatian serta talenta di lima genre dalam modul ini. Setiap
modul minimal berisi latar belakang, kompetensi dasar/capaian, peta
konsep, tujuan pelatihan, materi, strategi, dan evaluasi.
Modul ini diharapkan dapat membantu para maestro, guru utama,
dan guru pengimbas di dalam praktik baik transmisi bahasa Banjar dan
bahasa Bakumpai ke penutur muda. Atas terlaksananya MB-17: RBD di
Kalimantan Selatan dan terbitnya buku modul ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada para penyusun modul dan semua pihak yang
terlibat memberikan masukan dan saran sejak penjajakan kegiatan di
v
tahun 2022 hingga tahun 2023, koordinasi antarinstansi, pakar bahasa
dan sastra Banjar dan Bakumpai dari berbagai daerah, serta Tim MB-17:
RBD dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan.
Armiati Rasyid
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan
vi
BAGIAN I
MODUL
PEMBELAJARAN
BAHASA BANJAR
DAN BAKUMPAI
TINGKAT SD
1
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Kompetensi Dasar/Capaian
C. Peta Konsep
D. Tujuan Pelatihan
BAB II PEMBAHASAN
A. Membaca Puisi Bahasa Banjar
I. Materi Pembelajaran Membaca Puisi
1. Pembelajaran Membaca Puisi di Sekolah Dasar
2. Faktor-Faktor Penting dalam Membaca Puisi
3. Bentuk dan Gaya dalam Membaca Puisi
4. Membaca Puisi dalam Bahasa Banjar
5. Contoh Puisi Bahasa Banjar
II. Strategi Membaca Puisi
III. Penilaian
B. Menulis Puisi Berbahasa Banjar
I. Menulis Puisi Berbahasa Banjar
1. Hakikat Puisi
2. Ciri-ciri Puisi
3. Unsur-unsur Puisi
4. Langkah-langkah Menulis Puisi
II. Strategi/Model Pembelajaran
III. Penilaian
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran membaca dan menulis puisi merupakan bagian dari
pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra merupakan proses
antara guru dan siswa yang menjadikan proses pengenalan, pemahaman dan
penghayatan. Pembelajaran puisi adalah proses untuk memahami dan
mengapresiasi puisi sebagai bentuk karya sastra yang kaya akan makna, emosi,
dan estetika. Puisi dikatakan sebagai karya sastra yang terdiri atas baris-baris
kalimat pendek dengan bahasa yang dipilih secara khusus untuk menghasilkan
efek tertentu.
Dahulu, bahasa daerah dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal
dalam pembelajaran di sekolah. Pelajaran tersebut salah satunya mengenai
puisi daerah. Kendala yang sering ditemukan pada pembelajaran membaca dan
menulis puisi daerah diantaranya mengenai keterbatasan sumber belajar.
Sumber-sumber belajar tentang puisi daerah ini terbatas, sehingga sulit untuk
menemukan referensi yang cukup. Bahkan beberapa tahun terakhir, ada
beberapa sekolah yang tidak memberikan pembelajaran bahasa daerah. Bahasa
daerah tidak menjadi pelajaran wajib yang harus ada di sekolah. Pembelajaran
bahasa daerah bersifat pilihan. Sekolah bebas memilih, mau memberikan
pelajaran bahasa daerah atau tidak.
Hal tersebut ternyata berdampak terhadap keberadaan bahasa daerah
itu sendiri. Khususnya bahasa Banjar dan bahasa Bakumpai (bahasa sasaran
Revitalisasi Bahasa Daerah Kalimantan Selatan) yang masih digunakan oleh
penuturnya yang ada di daerah Kalimantan Selatan. Bahasa Banjar dan bahasa
Bakumpai ini terancam punah, jika semakin sedikit orang-orang yang
menggunakan bahasa daerah tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa memandang bahwa perlu dilakukan berbagai upaya untuk
melindungi bahasa daerah dari kepunahan, melalui program Revitalisasi
Bahasa Daerah.
4
2. Kompetensi Dasar/ Capaian
1. Membaca puisi.
Siswa mampu membaca puisi bahasa Banjar atau Bakumpai dengan teknik
yang baik.
2. Menulis puisi.
Siswa mampu menulis puisi dalam bahasa Banjar atau Bakumpai sesuai
dengan kearifan lokal daerah.
3. Peta Konsep
4. Tujuan Pelatihan
1. Siswa mendapatkan pembelajaran membaca dan menulis puisi bahasa
Banjar atau Bakumpai dengan model yang bervariatif.
2. Siswa mendapatkan suasana pembelajaran bahasa Banjar atau Bakumpai
yang menarik dan menyenangkan sehingga mudah untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Siswa mendapatkan suasana pembelajaran dengan menggunakan media dan
alat peraga yang menarik sehingga memudahkan siswa dalam memahami
materi pelajaran.
4. Siswa mendapatkan materi pembelajaran bahasa Banjar atau Bakumpai
5
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari sehingga materi pembelajaran
di sekolah dapat diterapkan di rumah dan lingkungan masyarakat.
5. Siswa terbiasa mendengar, membaca, berbicara, dan menulis bahasa Banjar
atau Bakumpai sehingga siswa dapat mengambil nilai-nilai filosofi dari
materi pembelajaran bahasa dan sastra Banjar. Siswa dapat menerapkan
nilai-nilai filosofi dari materi pembelajaran bahasa dan sastra daerah dalam
kehidupan sehari-hari sehingga akan turut mewarnai dalam pembentukan
karakter siswa.
6
BAB II
PEMBELAJARAN PUISI BERBAHASA BANJAR DAN BAKUMPAI
7
Jelaskan makna dan tema puisi. Setelah membaca puisi, jelaskan makna dan tema
dari puisi tersebut. Ajarkan siswa untuk memahami pesan yang ingin disampaikan
oleh puisi.
Berdiskusi tentang puisi. Ajak siswa untuk berdiskusi tentang puisi. Tanyakan apa
yang mereka pikirkan tentang puisi tersebut dan bagaimana puisi itu membuat
mereka merasa. Berikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat mereka.
Ajarkan teknik membaca puisi. Berikan penjelasan tentang teknik membaca puisi
seperti intonasi, irama, penekanan, dan suara. Latih siswa untuk membaca puisi
dengan menggunakan teknik-teknik tersebut.
Latih membaca puisi secara bergantian, baik secara individu maupun berkelompok.
Beri kesempatan kepada setiap siswa untuk membaca puisi secara bergantian.
Berikan umpan balik dan dorongan positif untuk meningkatkan kemampuan
membaca mereka.
Berikan tugas untuk membuat puisi. Berikan tugas kepada siswa untuk membuat
puisi mereka sendiri. Ini akan membantu siswa untuk memahami lebih dalam
mengenai puisi dan membuat mereka lebih kreatif dalam mengekspresikan ide dan
perasaan mereka.
8
3. Bentuk dan Gaya dalam Membaca puisi
Suwignyo (2005) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat
dibedakan mejadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading, (2)
bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya baca puisi
secara teaterikal.
a. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankannya
pembaca membawa teks puisi. Adapaun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini
dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka
pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi
baca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah dilakukan dengan cara
sederhana. Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah dilakukan.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan
puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala (menengadah, menunduk
menoleh), (2) gerakan raut wajah (mengerutkan dahi, mengangkat alis), (3) gerakan
mata (membelakak, meredup, memejam), (4) gerakan bibir (tersenyum, mengatup,
melongo), dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan dilakukan seperlunya.
Sedangkan intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras
kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca
dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan
bergerak, maka yang harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap
duduk dengan santai, (2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan
(3) melakukan gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya.
Sedangkan yang dilakukan pada saat berdiri adalah (1) mengambil sikap
santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas,
dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan
wajar.
Yang dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan
terkendali, dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan.
9
Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata
tertentu, (2) membaca dengan lambat katakata tertentu, dan (3) membaca dengan nada
tinggi kata-kata tertentu.
b. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris
Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris adalah tanpa
teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus
dihafalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri,
(2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.
Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka
pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan (mengepal, menunjuk,
mengangkat kedua tangan), (2) gerakan-gerakan kepala (melihat ke bawah, atas,
samping kanan, samping kiri, serong), (3) gerakan-gerakan mata (membelalak,
meredup, memejam), (4) gerakan-gerakan bibir (tersenyum, mengatup, melongo), (5)
gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total. Intonasi
baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2)
membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3) membaca dengan nada tinggi kata-
kata tertentu.
Jika deklamator memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan
bergerak, maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk
dengan santai, kaki agak ditekuk, posisi miring dan badan agak membungkuk, (2)
arah dan pandangan mata dilakukan bervariasi: menatap dan menunduk. Sedang yang
dilakukan pada posisi berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah,
tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum. Yang dilakukan
pada saat bergerak (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki
dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1)
membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata
tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.
c. Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal
Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas
ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik, dll.,
meskipun masih terikat oleh teks puisi/ tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara
teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang
sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona.
10
Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata.
Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks
puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan
efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total.
Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk,
berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi.
Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca.
4. Membaca Puisi Bahasa Banjar atau Bakumpai
Mempelajari puisi dalam bahasa daerah daerah dapat menjadi sulit jika siswa
tidak terbiasa. Beberapa kendala yang mungkin dihadapi saat mempelajari puisi
daerah, yaitu.
Bahasa daerah berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya.
Bahasa daerah memiliki kosakata dan tata bahasa yang khas, sehingga mungkin
membutuhkan waktu untuk memahaminya.
Bahasa daerah ini mungkin masih belum familiar pada siswa karena banyak
kosakata yang sudah jarang digunakan oleh penutur bahasa daerah yang ada di
lingkungan sekitarnya.
Keterbatasan sumber belajar. Sumber-sumber belajar mengenai puisi daerah
masih terbatas sehingga sulit untuk menemukan referensi yang cukup.
Permasalahan di atas sering kita temukan dalam pembelajaran puisi dengan
baik bahasa Banjar maupun bahasa Bakumpai. Untuk mengatasi kendala tersebut, kita
dapat mencoba beberapa cara misalnya.
Belajar kosakata bahasa Banjar ataupun bahasa Bakumpai secara intensif agar
lebih familiar dengan kosakata dan tata bahasanya.
Mempelajari budaya Banjar maupun budaya Bakumpai melalui buku artikel,
maupun media lainnya tentang sejarah, adat istiadat, dan tradisi di wilayah
Banjar.
Mencari mentor atau teman yang bisa membimbing dan memperkenalkan Anda
pada puisi daerah tersebut.
Mencari sumber belajar yang memadai.
Berlatih membaca, memahami, maupun menulis bahasa Banjar maupun bahasa
Bakumpai secara teratur, sehingga semakin terbiasa dengan bahasa dan
11
budayanya. Contohnya bagaimana penggunaan dialek pada bahasa Banjar
maupun bahasa Bakumpai.
Dalam pembelajaran membaca puisi, penting untuk memberikan umpan balik
yang konstruktif pada siswa dan memberikan kesempatan untuk berlatih secara teratur.
Dengan berlatih secara teratur, siswa akan memperbaiki keterampilan membaca
mereka dan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengekspresikan emosi dan
makna dari puisi.
3. BATAPUNG TAWAR
Karya: Abdurrahman El Husaini
Batapung tawar
Tawar tawar
Manyingkai
Umbayang hirang
Suntup sabakasan
Tasisa
Carunung
Mahawar kadap
BARAS KUNING
Karya: Abdurrahman El Husaini
Baras kuning
Kuning manguning bakasai janar
Lamah limambut pambawaan diri
Di Cupu Kuningan mangurung awak
Wayah dikiyau datang bacungul
Baras kuning bamandi salawat
Nang lamah bulu daham baparak
12
MUDIK HAJA GIN
Karya: Ali Syamsudin Arsi
Pas banar, kuta tu manis kaya madu
Amun sadang takarannya nyaman haja kalu?
Amun kabanyakan, pahit kaya hampadu
Takumpul barataan; matan di bukit matan di hulu
Imbah marasai hanyar maka tahu
Di banua pina bakadap jar, nang ngitu-ngitu haja
Handak jua pang maubah rasa
Nang kaya di tipi, di parabula
Kai nini, mama abah ditinggalakan
Kada kawa ai, hati handak
Pahumaan maka tinggalam lawan banta
Padahal di kuta tu ngalih banar bahinak
hi – ih
Guring badiri, mandi bakajal, baduduk gin sasak
Tasalah bajalan bisa ramuk awak
Amun kada kakaruan, ganal kapala pada kupiah
Nang kaya maudak sarang wanyi;
Bakawai-kawai, mambari-bari
Handak maambili madunya
Imbah baparak; nging !! manginging di talinga
Imbah dijapai; nyut !! marinyut di kapala
Han, iya kalu
Mudikkan haja gin, … lah
PANGLIMA WANGKANG
Karya: Mus Mulyadi
Bamula carita
Si lebo Salidah tau kiya sajela
Ba isi panglima ji pahanyi dengan gagah
Ului eh alim bakatuan bakamampuan
13
Lebo Salidah handak in jajah
Walanda dumah handak manakau tempon itah rarampah
Wangkang mameteh pantang si penda haram manyarah
Muara Bahan si telok babuih
Bapalas daha si ngaju si ngawa
Peteh panglima dengan anak buah
Wangkang hakun matei badaha bakubui impandui
Mandau si lenge danum udu ji hapa salalu
a) Olah Vokal
Membiasakan siswa untuk mengucapkan kata-kata dengan jelas dan pelan-
pelan agar suaranya terdengar dengan baik dan mudah dimengerti. Siswa
14
dapat diarahkan untuk mengucapkan kata-kata secara perlahan dan dengan
gerakan mulut yang jelas.
Mengajarkan siswa untuk memperhatikan gerakan bibir, lidah, dan rahang
saat mengucapkan kata-kata. Siswa dapat dilatih untuk melafalkan bunyi-
bunyi tertentu seperti “s”, “z”, dan “th” dengan memperhatikan gerakan
mulut yang tepat.
Memberikan latihan pengucapan dengan membaca teks atau cerita dengan
jelas dan benar. Siswa dapat diminta untuk mengulang kata-kata atau
kalimat-kalimat yang sulit diucapkan dengan benar.
Menggunakan permainan atau lagu-lagu anak untuk melatih pengucapan.
Lagu-lagu anak yang memiliki banyak bunyi-bunyi yang perlu
diartikulasikan dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk melatih
artikulasi pada anak.
Melatih siswa untuk mengucapkan kata-kata yang memiliki kemiripan atau
perbedaan bunyi. Misalnya, membandingkan pengucapan “p” dan “b” atau
“s” dan “sh” untuk membantu anak membedakan bunyi-bunyi yang serupa.
Melatih siswa untuk mengucapkan atau melafalkan kata sederhana dengan
menggunakan dialek banjar/bakumpai.
Memperhatikan kebiasaan bicara anak sehari-hari dan membantu anak
b). Olah tubuh
15
Gerakan Ekspresif. Puisi seringkali mengandung makna dan emosi yang
mendalam. Ajak siswa untuk mengekspresikan makna dan emosi yang
terkandung dalam puisi melalui gerakan-gerakan tubuh yang sesuai.
Misalnya, jika puisi menceritakan tentang kegembiraan, siswa dapat
melakukan gerakan-gerakan yang menunjukkan kegembiraan.
Gerakan Mimik. Selain gerakan tubuh, gerakan mimik juga dapat
membantu siswa untuk mengekspresikan makna dan emosi yang
terkandung dalam puisi. Ajarkan siswa untuk memperhatikan gerakan
wajah yang tepat saat membaca puisi dan menggunakan ekspresi wajah
untuk mengekspresikan makna dan emosi yang terkandung dalam puisi.
c) Olah Rasa
Untuk melakukan kegiatan olah rasa pada pembacaan puisi oleh siswa,
Anda dapat melakukan beberapa cara sebagai berikut.
Latihan Konsentrasi
Latihan konsentrasi adalah latihan memusatkan pikiran kita pada satu objek
sesuai dengan tujuan. Misalnya pikiran fokus pada hafalan naskah, lawan
main dan pada permainan diatas panggung. Pikirannya tidak terbagi dengan
berbagai hal yang lain. Lakukan latihan permainan konsentrasi, dua orang
berhadapan, satu orang ditugskan untuk diam tanpa emosi, semantara
kawanmu berusaha menggoda sekuat tenaga bahkan sampai lawannya
tertawa. Dan begitu pula sebaliknya atau latihan lain misalnya berkonsentrasi
memandang benda tertentu tanpa berbicara sementara teman lain datang
mengganggu dengan bunyi-bunyian atau mengajak bicara, tergoda kah? jika
tergoda artinya masih belum konsentrasi.
Latihan Imajinasi
Latihan ini mengolah daya khayalmu seolah olah hal itu terjadi saat ini dan
kamu rasakan. Bisa dilakukan sendiri-sendri atau berimajinasi bersama.
Lakukan permainan berpetualang ke hutan belantara, mendaki puncak yang
tinggi, menuruni jurang yang curam dan bertemu dengan berbagai binatang
baik yang jinak maupun yang buas. Juga menemukan berbagai situasi seperti
air terjun yang menyegarkan, pohon yang tumbang, kehujanan ataupun
merasakan sedang mengalami bencana alam .Latihan ini bisa kamu tentukan
suasana- suasana yang berbeda tiap latihannya sehingga imajinasi kamu
menjadi beragam.
16
Latihan Ingatan Emosi
Latihan ini adalah latihan mengingat-ingat lagi berbagai emosi yang pernah
kamu alami ataupun pernah melihat orang lain dengan emosinya. Seperti
melihat orang sedih, gembira, marah, kecewa, ragu-ragu, putus asa, kegelian,
lucu, tertawa terbahak- bahak dan barbagai emosi lainnya. Kemudian emosi-
emosi itu ditampilkan satu persatu saat latihan sehingga akan tampak dalam
ekspresi wajah dan tubuh. Ingat-ingat dan tampilkanlah salah satu emosi
tersebut dan temanmu akan melihat ekspresimu dengan manarik. Cari lagi
bentuk-bentuk atau buat sendiri permainan tentang konsentrasi, imajinasi,
dan ingatan emosi sehingga latihan teatermu menjadi lebih kreatif dan
menyenangkan.
4) Setelah terbiasa dengan kegiatan pada poin 3, maka dapat melanjutkan langkah
selanjutnya, dengan menggunakan metode Cooperative Script. Langkah-langkah
pembelajarannya antara lain.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembaca
III. PENILAIAN
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan saat pembelajaran dengan menekankan pada
keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemampuan bekerjasama, dan kualitas ide
yang disampaikan.
2. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dilakukan dengan memerhatikan pembacaan puisi yang
dilakukan setiap siswa di depan kelas. Kemudian guru melakukan penilaian
17
berdasarkan lafal, nada, tekanan dan intonasi pada pembacaan puisi tersebut.
Berikut ini salah satu kolom penilaian yang dapat dilakukan guru.
No Nama Siswa Lafal Nada Tekanan Intonasi Jumlah
dan
Dialek
18
menggunakan kata-kata yang ambigu, konotatif, atau berjiwa.
Mengajarkan menulis puisi kepada siswa SD dapat menjadi tugas yang
menantang. Namun dengan strategi yang tepat, guru dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan efektif.
19
3) Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif
sama tetapi secara konotatif tidak sama karena disesuaikan dengan kondisi
dan pemakainya. Selain itu, kata kongkret adalah kata yang dapat
menyarankan kepada arti yang menyeluruh, dengan demikian pembaca
dapat membayangkan secara jelas peristiwa, keadaan, maupun sesuatu
yang digambarkan.
b. Struktur batin puisi
Struktur batin puisi adalah pikiran perasaan yang diungkapkan penyair.
Unsur batin puisi meliputi:
1) Tema
Tema adalah sebuah sesuatu yang diciptakan atau digambarkan
penyair melalui puisinya yang mengandung suatu pokok persoalan yang
hendak dikemukakan.
2) Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang
ditampilkan dalam puisi, yang merupakan gambaran perasaan yang
dialami penyair pada saat menciptakan puisinya.
3) Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca berkenaan dengan
persoalan yang dikemukakan dalam puisinya.
4) Amanat
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan,
pesan, tujuan yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya.
20
6. Cari kata/diksi yang intensitas keindahannya dan maknanya lebih indah dan
bermakna.
21
13) Setelah menulis berantai berakhir, semua siswa mengembalikan buku latihan yang
berisi puisi berantai tersebut kepada pemilik buku.
14) Pemilik buku (penulis awal) membaca kembali puisi yang ditulis bersama-sama
secara berantai, kemudian membacanya dari awal, merevisinya, dan memberikan
judul yang tepat.
15) Hasil pekerjaan masing-masing kelompok ditempelkan di dinding kelas untuk
diamati kelompok lainnya.
16) Kelompok yang satu akan memberikan umpan balik yang konstruktif dan positif
terhadap puisi yang ditulis oleh kelompok lainnya. Hal ini dapat membantu siswa
meningkatkan keterampilan menulis mereka dan merasa lebih percaya diri dalam
menulis puisi.
III. PENILAIAN
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan saat pembelajaran dengan menekankan pada
keaktifan siswa dalam pembelajaran, kemampuan bekerjasama, dan kualitas ide
yang disampaikan.
2. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar dilakukan dengan memerhatikan penulisan puisi yang
dilakuka oleh siswa. Kemudian guru melakukan penilaian berdasarkan diksi,
gaya bahasa, struktur, dan imaji pada penulisan puisi tersebut. Berikut ini salah
satu kolom penilaian yang dapat diisi oleh guru.
No Nama Siswa Diksi Gaya Struktur Imaji Jumlah
Bahasa
22
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Mengajarkan menulis puisi kepada siswa SD dapat menjadi tugas yang
menantang, jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Guru dapat membuat
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif.
B. SARAN
23
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
Isnaini Shaleh, M.Pd.
M. Muhammad Suriansyah, M.Pd.
Halidi, S.Pd.
24
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
KOMPETENSI DASAR/CAPAIAN
PETA KONSEP
TUJUAN PELATIHAN
BAB II ISI
MATERI
STRATEGI/MODEL
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
25
BAB I
PENDAHULUAN
Modul ini dirancang dalam kaitannya dengan cerita pendek Bahasa Banjar dan
Bakumpai. Pada bagian awal, beberapa pengertian dan teori tentang cerita pendek akan
disajikan secara umum, selanjutnya setiap bagian tersebut akan diurai. dan dibahas lebih
terperinci disertai kesempatan untuk melakukan praktik dan diskusi.
Hasil akhir yang diharapkan adalah para peserta mampu menulis cerpen berbahasa
26
daerah dengan kualitas yang baik serta mampu melakukan desiminasi melalui praktik dan
simulasi mengajar/melatih.
1.3. Kompetensi Dasar Pembelajaran dan Pelatihan
d. Peserta diharapkan mampu menulis cerita pendek pada ajang kompetisi atau
festival.
27
I.5. Tujuan Pelatihan
b. Peserta dapat menulis sebuah cerita pendek berbahasa daerah dengan memasukkan
unsur-unsur intrinsik yang sesuai.
28
BAB II
ISI
1. Tema
Tema bisa disebut sebagai ide ataupun makna yang terkandung dalam cerita. Contoh tema
cerita pendek, antara lain: persahabatan, kearifan lokal, lingkungan, dll.
2. Latar
Latar atau setting bukan hanya mengacu kepada tempat, waktu, dan suasana, melainkan juga
lingkungan sosial tempat terjadinya cerpen-cerpen tersebut.
3. Penokohan
Penokohan adalah gambaran utuh tentang pelaku yang ditampilkan dalam cerita. Baik itu
gambaran fisik, maupun tingkah laku dan sifat-sifatnya.
4. Sudut Pandang
Sudut pandang sangat familiar juga disebut dengan POV atau Point of View. Sudut pandang ini
menentukan siapa yang menceritakan atau dari siapa tindakan tokoh dilihat. Sudut pandang yang
biasa digunakan dalam sebuah cerita.
a. Sudut pandang orang pertama pelaku utama
Amanat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah cerita. Amanat ini tersampaikan melalui
cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh yang menyajikan hikmah secara tersirat maupun tersurat.
b. Unsur Ekstrinsik
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam sebuah cerita pendek dipengaruhi oleh bahasa penulisnya. Bahasa ini
tidak hanya mencakup jenis bahasa tetapi juga gaya bahasa yang digunakan penulis.
2. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang meliputi biografi, kondisi psikologis, dan genre atau jenis tulisan yang
selama ini dihasilkannya.
3. Nilai yang terkandung dalam cerita
a. Nilai moral
b. Nilai sosial
c. Nilai budaya
d. Nilai religi
30
ahlinya. Mereka memang tidak melaluinya dengan pendidikan formal tetapi dengan pendidikan
nonformal yang langsung praktik ditambah dengan jam terbang yang tinggi. Jam terbang inilah yang
banyak menerbangkan orang yang biasa-biasa saja kemudian menjadi eksper.
Seorang mahasiswi baru yang baru tahun ini berpisah dengan ibunya. Segalanya diurus
sendiri di kosannya. Hingga suatu hari dia merindukan masakan sayu bening ibunya. Labu, bayam,
jagung, dibelinya. Dimasak seperti petunjuk ibunya melalui telepon atau bahkan video calling, tidak
lupa tambahkan garam sesuai dengan petunjuk ibunya. Hasilnya? Mahasiswi baru ini masih merasa
bahwa sayur bening buatan ibunya jauh lebih nikmat. Ini bukan karena persoalan rindu, melainkan
jam terbang. Ibunya memasak sayur bening mungkin dari gadis hingga punya anak gadis, sementara
mahasiswa baru tadi baru memulainya. Itulah yang membuat para ahli bahkan penemu, baru bisa
berteriak Yess! setelah berkali-kali gagal dalam percobaannya.
Baiklah, analogi tukang batu ataupun tukang kayu, mahasiswi baru, jam terbang, dan ahli kita
kaitkan dengan dunia menulis kita. Setiap penulis memulai dirinya dari pemula. Jika ada penulis yang
begitu muncul langsung menjadi penulis beken, coba telusuri riwayatnya. Mungkin memang karya
pertamanya langsung melejit tapi perjalanan untuk ke karya pertama itu melalui proses. Jika bukan
proses menulis yang panjang, berarti proses membaca yang lama. Perlu dicatat, hobi membaca adalah
modal utama untuk menjadi penulis. Jika nggak ada hobi membaca, dipaksa bagaimana pun untuk
menulis, nggak akan bisa menjadi penulis. Mungkin bisa menyelesaikan satu cerpen, atau satu puisi,
atau satu novel, atau satu skripsi, tapi lahir dari tugas sekolah atau tugas kampus yang dipaksakan
oleh kewajiban.
Jadi, tak usahlah takut memulai menulis hanya karena belum punya nama. Atau jangan
pernah berhenti menulis meski naskah selalu ditolak hanya karena beralasan penulis yang selalu
muncul karyanya di media itu adalah penulis yang punya nama. Penulis yang punya nama itu pun
memulainya dari nol. Kegagalan demi kegagalan yang akan membawa ke suatu titik yang disebut
keberhasilan. Mahasiswi baru yang belajar membuat sayur bening tadi, jika berhenti di percobaan
pertamanya, sayur beningnya tak akan pernah mengalami peningkatan rasa. Kesuksesan akan tiba
saat jatah kegagalan kita sudah habis. Banyak penulis yang melalui penolakan selama bertahun-
tahun, berkali-kali, tetapi dia tak berhenti karena memang dia menulis bukan karena tugas kampus
ataupun tugas sekolah tapi karena ada mimpi di baliknya. Ada minat yang tinggi. Ingin melihat
namanya ada di koran atau majalah, ingin melihat namanya ada di kover buku yang terpajang di toko
buku, atau ingin naik panggung sambil mengangkat piala di Awarding Night lomba menulis tingkat
nasional.
Seperti halnya para tukang batu yang banyak melaluinya tanpa pendidikan formal, begitu juga
dengan penulis. Banyak penulis yang lahir bukan dari sarjana sastra, bukan? Saya tidak ingin menulis
31
bahwa tak usah kuliah di sastra kalau hanya ingin jadi penulis. Tidak! Saya ingin mengajak berpikir
bahwa menulis itu adalah profesi. Selepas dari kampus, belum tentu kamu yang sarjana teknik bisa
terserap ke bagian teknik perusahaan, begitu juga dengan jurusan-jurusan yang lain. Seorang
mahasiswa tak ada salahnya mempersiapkan diri, membekali diri dengan skill menulis selama kuliah,
agar kelak setelah sarjana atau bahkan mungkin sambil kuliah bisa berpenghasilan dengan menulis.
Ya, menulis itu profesi, jika mau diseriusi. Asma Nadia, Tere Liye, Andrea Hirata, Afifah
Afra, Kang Abik, semua hampir tak punya pekerjaan lain, selain menulis. Lalu muncul pertanyaan,
bagaimana mungkin kami yang mahasiswa menghabiskan waktu untuk menulis sementara kami
banyak tugas yang lain? Jawabannya, itu hanya persoalan manajemen waktu. Untuk menulis tak
butuh menghabiskan waktu. Jika sudah merasuk ke jiwa sebagai minat, menulis tiga halaman per
hari, dalam dua bulan kamu akan bisa menyelesaikan novel 180 halaman. Tiga halaman per hari,
tidak menghabiskan waktu kan? Mungkin bisa dikerjakan selama dua jam. Sementara cekikikan di
grup WA, scroll status semua orang di Facebook, Instagram, Twitter, itu butuh waktu lebih dari dua
jam. Jadi, berhentilah menyalahkan waktu dalam persoalan menulis!
Menulis adalah skill. Seperti halnya pekerjaan bertukang. Ulangi dan ulangi, karya yang akan
dihasilkan akan semakin bagus. Perbanyaklah jam terbang, tanpa merasa tak punya banyak waktu.
Dalam menulis, tak ada bakat-minat pun jadi. Banyak penulis yang melalui proses panjang, hingga
bertahun-tahun kemudian bisa melihat karyanya bisa termuat pertama kalinya. Itu berarti dia tak
berbakat. Jika dia berbakat, sekali nulis langsung termuat di media. Apa yang membuatnya sabar
menerima penolakan? Hal ini karena ada minat yang besar untuk menjadi penulis. Semangat menulis
hingga akhirnya orang- orang memberimu selamat atas karyamu.
32
II.2.2. Trik Menulis
PENDAHULUAN
"Menulislah pada saat awal-dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan anda dengan pikiran. Kunci pertama
dalam menulis, bukan berpikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang anda rasakan..!"
-William Forrester: dalam Film Finding Forrester-
Sastra sebagai sebuah hasil rekayasa kebudayaan, pada akhirnya tidak bisa melepaskan diri
dari dialektika kebudayaan, bahkan menjadi salah satu alat (property) kebudayaan. Sebab itulah
sehingga karya sastra tidak lagi berdiri sendiri menjadi sebuah karya seni (jika sastra adalah karya
seni) atau karya intelektual, atau sekadar menjadi sesuatu yang enak didengar jika dibacakan
(sebagaimana puisi, misalnya), tetapi sastra pada akhirnya menjadi pedati yang kuat: meski jalannya
lambat, tetapi mampu menampung dan memuat banyak peristiwa kebudayaan di dalamnya. Salah
satunya adalah kisah-kisah kehidupan bermacam tema yang diceritakan melalui salah satu genre
sastra yang lazim disebut cerpen (cerita pendek) dengan berbagai latar cerita bertema sosial budaya,
agama, politik, ekonomi, perasaan cinta, kasih sayang, kerinduan kepada Tuhan serta beragam tema
kemanusiaan lainnya.
Bagaimana cara menulis cerpen? Terutama untuk pemula? Kebanyakan dari kita mungkin
ragu bisa menulis cerpen atau tidak, hanya karena kita bukan penulis cerita yang handal. Padahal,
membuat cerpen sebenarnya tidak sulit. Meskipun bukan penulis cerpen, kita bisa membuat cerpen
dengan kualitas terjaga dan menarik untuk dibaca.
Dalam penulisan karya tulis, khususnya cerpen, diantara dua faktor yang memengaruhi
penulisan cerpen, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik; unsur intrinsik dan ekstrinsik sangat
besar pengaruhnya baik tidaknya hasil karya cerpen itu.
Menulis (mengarang) itu gampang, kata Arswendo Atmowiloto dalam bukunya. Asalkan anda
paham, bisa, atau mengerti baca tulis, maka yakinlah bahwa anda pasti bisa jadi penulis. Menulis
apapun saja. Menulis tidaklah sesusah yang dibayangkan banyak orang. Artinya menulis itu pada
awalnya seolah-olah sangat susah sekali, padahal setelah anda melakukannya, atau menuliskannya
dan menjadi terbiasa menulis, maka anda akan merasakan kelegahan, kepuasan dan nikmat yang tak
terkirakan.
33
Ingin menulis cerpen? Yakinlah tidak sulit. Hanya saja dalam sebuah penulisan cerpen
dibutuhkan kemampuan yang baik supaya cerita dapat tersampaikan ke pembaca. Hal yang perlu
dipahami adalah cerpen alias cerita pendek berbeda dengan novel. Dari singkatannya saja sudah jelas,
cerita pendek. Maka dalam penulisannya pun cerpen tidak membutuhkan tulisan yang berlembar-
lembar seperti novel. Sebaliknya, cerpen hanya akan menyampaikan bagian-bagian tertentu saja
dalam sebuah peristiwa atau cerita. Lantas, apa itu cerpen? Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku
mengenai apa itu cerpen. Kalangan sastrawan memiliki rumusan yang tidak sama. Hampir semuanya
menyepakati pada satu simpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita
rekaan yang pendek.
Ismail Marahimin, dalam buku Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang
harus pendek dan singkat. Apa ukuran panjang-pendek sebuah cerpen itu? Jumlah halamannyakah?
Jumlah kata-katanyakah? Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari 10.000
kata. Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500–30.000 kata.
Pada dasarnya bisa disimpulkan jika cerpen adalah sebuah cerita fiksi yang jumlah katanya
terbatas, tidak lebih dari 30.000 kata. Hubungannya dengan pendidikan di sekolah dan di kampus-
kampus, keterampilan menulis cerpen akan sangat menunjang prestasi, baik untuk pelajar maupun
mahasiswa atau bahkan umum. Untuk mengasah keterampilan menulis cerpen dapat dilakukan
dengan cara mengikuti lomba-lomba menulis cerpen, lomba menulis cerpen terbaru, dan kegiatan
menulis lainnya. Artinya menulis cerpen itu adalah sebuah keterampilan tersendiri, apalagi jika
dihubungkan dengan Bahasa Daerah, mulok dan lain-lain sebab peserta didik akan menuliskannya
dalam bahasa ibu masing-masing.
TRIK MENULIS
A. BAKAT
Dalam dunia tulis menulis, banyak orang yang berapologi bahwa seseorang jika ingin menjadi
penulis, harus punya bakat yang kuat dalam kepenulisan. Padahal sesungguhnya setiap orang telah
dibekali dengan berbagai macam bakat (talenta) dalam banyak hal oleh Tuhan. Tinggal cara orang itu
mengolahnya dan mengembangkannya sebagai sebuah potensi diri. Potensi diri itu sesungguhnya
sudah menjadi hak asasi bagi setiap manusia. Oleh sebab itulah dikatakan bahwa bakat itu hanya satu
persen saja. Selebihnya, 99 persen adalah usaha. Tergantung cara kita mengolah dan
mengembangkan bakat itu, serta lingkungan tempat kita berada.
34
B. PROSES MENULIS
Setelah kita sepakat bahwa setiap orang punya bakat, asalkan paham, bisa, dan mengerti baca
tulis, maka perbincangan kita selanjutnya, tinggal cara mengembangkan bakat itu. Tidak susah
sebenarnya. Setiap hari anda begitu banyak mengalami peristiwa yang sesungguhnya hanya akan
abadi jika anda sanggup menuliskannya. Mungkin persoalan teman, orang tua, guru dan lain-lain.
Salah satu cirinya, ketika anda sudah mulai sanggup menuliskan apa yang anda saksikan, apa yang
anda pikirkan, atau yang anda gelisahkan. Biasanya, terutama bagi kaum perempuan ketika
mengalami peristiwa demikian, maka ia akan segera curhat ke dalam buku harian, atau diari. Atau
mungkin juga di buku agenda, atau di kertas-kertas kecil, malah ada juga yang suka menulis dan
corat-coret curhat di kamar mandi dan lain-lain semacamnya. Itu menandakan bahwa anda punya
bakat menulis.
Tegasnya ketika anda ingin menuliskan sesuatu, bergegaslah meraih pulpen, atau mesin ketik,
atau bersegerahlah menghadapi komputer dan mulailah dengan melentikkan jari-jari anda di atas
kebord-nya. Jangan lupa, sebelum anda menulis; pilihlah salah satu jenis tulisan yang anda akan tulis.
Apakah cerpen, artikel, essai, puisi, berita (news) dan lain-lain semacamnya, jika anda sudah paham
karakteristik masing-masing gaya tulisan tersebut. Namun, jika tidak, gunakan saja jurus mabuk,
persoalan mau jadi apa itu urusan belakangan. Sebab sesungguhnya, setiap jenis tulisan di atas,
hampir sama proses pengolahannya; berangkat dari satu ide (objek/realitas) yang kemudian
dikembangkan. Tinggal pilihan anda saja, mau menulis artikel, berita, cerpen, novel, dan lain-lain
sebagainya. Dari pilihan itulah, setiap jenis tulisan itu, tentu berbeda cara dan metode penulisannya
juga bahasa yang digunakannya. Semisal artikel (non fiksi), tentunya akan menggunakan bahasa yang
lebih formal. Sedangkan fiksi (sastra: cerpen, puisi, novel, dan lain-lain), tentunya tidak akan
seformal bahasa artikel (non fiksi), essai.
C. BERBAGAI JENIS PILIHAN TULISAN
Sebagai seorang penulis, anda harus lebih banyak membaca, menemukan berbagai gaya dan
model penulisan yang baik dan benar, dari buku-buku, koran-koran-khususnya rubrik cerpen para
penulis, rubrik budaya (contoh karya-karya fiksi). Setelah itu barulah anda kemudian
mempraktikkannya. Anda dapat menulis cerpen, seperti contoh-contoh yang baru saja anda baca
dengan gaya yang anda sukai dari berbagai jenis gaya penulisan. Itu tidak berarti nyontek, apalagi jika
hanya sekadar latihan. Hal itu sah-sah saja dilakukan.
Kemudian jika anda ingin bisa menulis cerpen, puisi, atau artikel, misalnya dan lain
sebagainya, maka jangan terburu-buru belajar teorinya terlebih dahulu. Hal itu hanya akan
membingungkan proses kreatif anda. Anda akan bisa menulis cerpen, karena keseringan anda
35
membacanya dan selalu mencoba serta berani menuliskannya.
Mengenai proses memulai menulis cerpen, tentunya segala sesuatu bermula dari realitas atau
nir-realitas. Fisika dan Metafisika. Dari peristiwa itulah yang kemudian dicerap oleh indra tubuhmu
yang dikaruniakan oleh Tuhan lalu diolah oleh rasa dan pikiran (ilham) disertai keinginan anda untuk
mengabadikannya ke dalam tulisan, lalu anda berusaha membangun plot dan alur semampu anda
hingga sebuah cerita berakhir.
PEMBUKA
KONFLIK
ENDING
Setelah anda mahir menulis cerpen barulah kemudian anda perlu memperdalam pengetahuan
secara teoritik tentang penulisan cerpen. Sehingga bukan teori mencipta gaya kepenulisan anda.
Namun, anda sendirilah yang meciptakan gaya kepenulisan anda sendiri. Belajar teori hanya semata-
mata mencocokkan dengan pengalaman anda, sebagai upaya memperkaya pengetahuan. Setelah itu
mari kita perkaya pengetahuan kita tentang cerpen pada beberapa teori menulis cerpen berikut ini:
D. PLOT ATAU ALUR
Plot dikatakan sebagai alur, urutan, atau tata aturan cerita beserta seluruh konflik yang penulis
bangun di dalamnya, baik konflik horisontal maupun vertikal. Jadi, inti dari plot adalah sebuah
kerangka atau bayangan cerita yang penulis bangun, baik tertulis atau tidak, dari A sampai Z, dari
mulai cerita sampai ending.
Dengan begitu insya Allah anda akan dapat lebih muda menuliskan cerpen. Tokoh. Medol
dalam menulis cerpen supaya lancar dan baik, bahkan menarik, yaitu perbnyaklah membaca cerpen.
Setelah itu, setelah anda memaksimalkan berbagai usaha, banyaklah berdoa, publikasikanlah
cerpen anda melalui media teman, cetak dll, dan percaya dirilah, siaplah menerima kritik dan
masukilah gerbang kepengarangan anda dengan gagah dan berani menatap ke masa depan.
Sedikit catatan tambahan, beberapa pendapat lain hubungannya dengan plot. Alur dan plot
36
merupakan unsur penting sebagai cara menulis cerpen untuk pemula yang baik. Unsur dan plot
merupakan rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak
anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam
pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan
tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai
yang diinginkan itulah plot. Atau, secara lebih gambling, menurut Aswendo Atmowiloto, plot adalah
sebab- akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat,
sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa.
E. TOKOH DAN PENOKOHAN (PERWATAKAN)
Biasanya karakter tokoh yang dibangun dalam cerita terdiri atas tokoh yang berkarakter baik
dan berkarakter buruk. Di samping itu akan diciptakan pula tokoh yang netral sebagai penengah
ketika terjadi konflik antara tokoh yang berkarakter baik dan tokoh yang berkarakter buruk. Dari
konflik yang terjadi inilah jalan cerita atau alur akan dibangun. Alur harus diterapkan dengan tepat.
Alur yang baik akan memberikan kesan mendalam bagi pembaca.
F. STRUKTUR CERPEN
Cerita pendek atau cerpen memang berbeda dengan novel. Antara novel dan cerita pendek
mempunyai perbedaan yang sangat kentara di bagian jumlah kata yang dihasilkan. Cerita pendek
terdiri atas jumlah kata yang tidak sampai berpuluh-puluh lembar seperti pada novel. Ketika Anda
hendak membuat sebuah cerpen, perhatikanlah enam struktur penyusun cerpen berikut ini.
Para sastrawan memiliki banyak pendapat mengenai berapa jumlah kata yang harus dipatuhi
dalam membuat cerpen. Ada yang berpendapat jumlah kata yang dihasilkan tidak lebih dari 10.000
kata. Adapula sastrawan yang berpendapat bahwa cerita pendek adalah cerita yang ditulis
menggunakan 500 hingga 30.000 kata. Agar tidak rancu, dapat disimpulkan jika cerpen adalah
karangan atau cerita fiktif maupun non-fiktif yang disusun menggunakan 500—3000 kata. Selain itu,
perbedaan antara cerpen dan novel juga terdapat pada alur cerita.
Langkah selanjutnya cara menulis cerpen untuk pemula adalah menuliskannya dengan gaya
bahasa sendiri. Orang yang bisa baca tulis tentu bisa melakukannya. Ini yang kadang enggan
dilakukan oleh pemula. Rasa fesimis sudah menghantui lebih dulu padahal belum mencoba.
Bagaimana akan bisa jika mencoba pun tak dilakukan? Menulis dengan gaya bahasa sendiri berarti
37
menulis dengan gaya yang biasa dilakukan. Berarti pula menulis sebisanya, ya sebisanya saja. Tak
perlu dipaksakan dengan gaya bahasa yang mendayu ala Khahlil Gibran misalnya. Kalau bisanya
cuma sepanjang 2000 karakter, itu bagus. Itu adalah proses menuju ke cerpen sepanjang 7000
karakter atau lebih. Kalau suka menulis narasi saja, itu bagus. Kalau menulis banyak dialognya, itu
juga bagus. Semua bagus, yang penting menghasilkan tulisan.
Tips menulis cerpen bagi pemula yang ketiga yaitu menulis dengan gaya bahasa sendiri. Menulis
dengan gaya bahasa sendiri adalah menulis dengan kemampuan yang kamu miliki sendiri. Kamu
tidak perlu berusaha untuk menjadi orang lain dalam menghasilkan tulisan. Kamu hanya perlu
menulis sesuai dengan karakter dan kemampuan yang kamu miliki. Apabila saat ini kamu hanya bisa
menghasilkan beberapa dialog saja dalam cerpen tidak masalah kok! Kalaupun kamu hanya
menghasilkan 500 sampai 1000 kata itu juga sudah sangat bagus. Intinya menulis dengan gaya
sendiri akan mempermudah kamu untuk mengetahui ciri khas dan kemampuan yang ada pada diri
sendiri.
Menghasilkan tulisan dengan gaya sendiri akan lebih baik dibandingkan jika kamu meniru
karakter dan ciri khas penulis lain yang sudah terkenal. Meniru gaya dan ciri khas orang lain hanya
akan membuat karakter tulisan kamu tidak dapat muncul dengan maksimal. Semakin lama kualitas
tulisan kamu akan berkembang dengan sendirinya setelah kamu banyak melakukan latihan.
Prinsipnya hanya satu, ketika kamu berhasil menghasilkan cerita pendek itu sudah sangat luar biasa.
Berisi ringkasan atau gambaran awal dari kisah yang akan diceritakan. Bagian abstrak ini
bersifat opsional yang artinya adalah anda boleh saja mengikutsertakan abstrak dalam cerpen yang
ditulis, boleh juga menghilangkannya. Struktur cerpen yang pertama adalah abstrak. Abstrak adalah
ringkasan dari cerita yang disampaikan. Ringkasan cerita yang dibuat harus menampilkan alur cerita
dari awal hingga akhir secara ringkas. Penggunaan abstrak pada cerita pendek sebenarnya tidak baku
untuk digunakan (bisa digunakan, bisa juga tidak)
Cara menulis cerpen untuk pemula yang pertama adalah pastikan Anda menyisihkan waktu
secara serius dalam proses mencari ide hingga menulisnya. Tentu tergantung dari panjang cerita
Anda (misalnya 2000--5.000 kata untuk cerita pendek) mungkin menghabiskan waktu antara secara
variatif. Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction).
Ide cerita tidak harus yang rumit-rumit. Kejadian sehari-hari yang dilihat atau dialami bisa
menjadi ide cerita. Ide ini dapat juga dijadikan judul cerita. Misalnya melihat seorang gadis sedang
38
menyapu halaman. Itu bisa menjadi ide cerita sekaligus dapat dijadikan judul, “Gadis Penyapu
Halaman”. Kalau judulnya dirasa kurang pas, bisa diganti dengan judul yang lain.
Untuk mendapatkan ide cerita sebuah cerpen, Anda bisa mencarinya dari berbagai macam
sumber. Misalnya dari menonton tv, browsing internet, membaca buku, melihat sendiri kejadian
secara langsung, dan masih banyak cara lainnya. Kunci mencari ide bukalah wawasan seluas
mungkin, biarkan ide-ide masuk ke dalam otak Anda. Jika sudah mendapatkan ide, tulislah dalam
kertas atau notes di gadget Anda apapun idenya. Baru setelah itu, Anda dapat memilah ide mana yang
ingin Anda kembangkan dalam cerpen Anda.
Ide cerita selain diperoleh dari kehidupan sehari-hari, juga bisa diperoleh dari sumber lain.
Sumber yang bisa kamu gunakan untuk mendapatkan ide cerita antara lain internet, buku, TV, radio,
majalah, dan lain sebagainya. Untuk mempermudah proses penemuan ide, jangan fokus untuk
langsung menemukan satu ide saja. Kamu bisa menulis semua ide yang ada di kepala kamu apapun
itu tanpa terkecuali. Bahkan jika ide yang terpikir adalah ide gila sekalipun tidak jadi masalah.
Nantinya, kamu dapat memilah dari semua ide yang kamu temukan, ide mana yang akan kamu pilih
untuk dikembangkan menjadi cerpen.
2. Menentukan Latar dan Karakter Tokoh
Agar menulis cerpen menjadi mudah bagi pemula, dengan menentukan latar atau setting
peristiwa. Latar adalah segala sesuatu yang menunjukkan waktu, tempat dan suasana yang
digunakan pada cerita. Latar diperlukan untuk menunjang tema dan alur cerita. Tanpa penggunaan
alur atau latar sulit bagi pengarang dapat menyampaikan plot secara gamblang kepada pembaca.
Menghilangkan unsur latar atau setting juga akan membuat permasalahan dalam cerita sulit untuk
dipecahkan.
Tidak kalah penting cara menulis cerpen untuk pemula yang baik, yakni tidak melupakan latar
atau setting. Latar atau setting yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam
suatu cerita.
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan alur (plot) cerita karena
latar harus bersatu dengan teman dan alur untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan
berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan
plot.
Sebuah cerpen Bayi-bayi Tertawa, misalnya, mengambil setting khas Palestina, dengan
watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika
settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter
tokoh.
39
Misalnya, jika ingin menulis cerita dengan latar tempat pondok pesantren maka karakter
tokoh yang dimunculkan adalah mempunyai sisi religius yang tinggi. Namun, jika latar cerita yang
digunakan adalah tempat perjudian kamu bisa membuat tokoh mempunyai karakter suka
membangkang dan pemberontak.
Dari contoh diatas kamu bisa menyimpulkan jika setiap latar dan setting yang digunakan pada
cerita dapat membentuk sifat atau karakter yang dimiliki oleh tokoh. Jadi, pastikan kamu
memberikan watak penokohan yang sesuai dengan latar belakang lingkungan atau tempat tinggal
tokoh.
3. Menentukan Tema dan Amanat
Tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen. Sedangkan amanat adalah pesan
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya baik sera ekplisit atau pun implisit.
Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita. Tidak mungkin
sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada
para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai
kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak
dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan
sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.
4. Menentukan Komplikasi
Guna mendapatkan komplikasi yang memuaskan, semua itu sudah dibangun pengaruhnya
dari paragraf pembuka. Membuat paragraf pembuka juga tidak perlu rumit-rumit. Namun demikian,
yang perlu diperhatikan bahwa bagian ini adalah bagian yang penting sebagaimana judul cerpen. Ada
yang mengibaratkan bagian ini seperti manekin (patung pajangan) yang dipasang di etalase sebuah
toko. Hal itu berarti harus menarik, agar pembaca terpancing untuk terus membacanya. Langkah
menulis cerpen bagi pemula setelah menentukan tema yaitu mulai menulis. Jika telah sampai pada
tahap ini kamu harus memberanikan diri untuk menulis, dimulai dari menulis paragraf pembuka
terlebih dahulu.
Menulis paragraf pembuka pada cerita pendek tidak perlu dibuat rumit. Kamu bisa menulis
dengan gaya yang ringan sekalipun jika memang itu membuat kamu nyaman dalam membuat cerita.
Hanya saja yang perlu diperhatikan saat membuat paragraf pembuka adalah buatlah semenarik
mungkin. Paragraf pembuka dalam karangan cerita pendek menjadi poin penting dari “menariknya
tulisan yang dibuat”. Paragraf pembuka yang dibuat sebisa mungkin harus bisa menarik minat
pembaca untuk terus membaca tulisan kamu hingga kata terakhir.
Tips untuk membuat paragraf pembuka yang mudah bagi pemula, yaitu dengan menggugah
40
rasa keingintahuan pembaca. Kamu bisa membuat paragraf pembuka dengan teka-teki ataupun
kegelisahan terhadap suatu hal sehingga pembaca akan ikut terpancing untuk mencari jawaban dari
masalah yang telah kamu sampaikan di awal cerita. Pada bagian ini, kamu akan menemukan urutan
kejadian yang terdapat dalam cerpen. Kejadian tersebut disusun secara sistematis, kemudian
dikembangkan menjadi hubungan sebab- akibat. Pada bagian ini juga kamu akan mengenalkan tokoh
dalam cerita tersebut beserta wataknya. Komplikasi pada struktur cerita pendek akan menampilkan
watak tokoh dan alur cerita. Pada bagian ini kamu perlu memunculkan setiap tokoh yang digunakan
beserta wataknya. Kemudian, tampilkan pula bagaimana alur cerita pada cerita pendek. Untuk
menghasilkan alur yang bagus, alur pada cerpen wajib disusun secara sistematis berdasarkan prinsip
sebab-akibat.
Pengungkapan karakter tokoh dalam cerita harus logis. Pengarang harus dapat menciptakan
gambaran yang tepat untuk watak orang yang ditampilkan. Berawal dari penciptaan karakter tokoh
inilah jalan cerita akan terbentuk. Penokohan juga menjadi unsur utama yang tidak boleh dilupakan
sebagai cara menulis cerpen untuk pemula. Penciptaan citra tokoh dalam cerita merupakan cara
menulis cerpen yang baik. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan
kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil
tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut.
Tips dalam membuat penokohan yang baik dalam sebuah cerita pendek yaitu menampilkan
citra tokoh senyata mungkin. Citra yang dimaksudkan adalah watak dan karakter tokoh yang
digunakan. Semakin nyata watak, karakter ataupun sifat tokoh digambarkan, maka akan semakin
mudah pembaca ikut larut dalam peran yang dimainkan oleh tokoh.
Secara umum sifat penokohan dibedakan menjadi dua yaitu sifat lahir dan sifat batin. Sifat
lahir mencakup bentuk dan rupa tokoh, sedangkan sifat batin mencakup karakter dan watak tokoh.
Dalam menyampaikan sifat penokohan kamu bisa menggunakan beberapa cara mulai dari tindakan
dan ucapan tokoh. Kemudian bisa juga melalui pikiran tokoh, benda dan barang yang berada di
sekitar tokoh. Watak tokoh juga bisa dimunculkan melalui kesan / deskripsi tokoh lain terhadap
tokoh tersebut atau langsung dideskripsikan oleh pengarang mengenai watak tokoh melalui narasi.
5. Menentukan Evaluasi-Resolusi
Pada bagian ini, Anda akan mulai menemukan konflik hingga menuju ke klimaks.
Penyelesaian dari masalah yang terjadi juga mulai diperkenalkan. Selanjutnya, struktur pada cerita
pendek adalah evaluasi. Evaluasi pada struktur cerpen dapat membuat pembaca mengerti konflik apa
yang terjadi pada cerita. Pada bagian ini konflik yang ditampilkan haruslah mencakup semua konflik
hingga klimaks. Setiap konflik yang dimunculkan juga sudah mulai disertai dengan penyelesaian
masalah.
41
Resolusi memuat solusi atau penyelesaian dari permasalahan yang terdapat dalam cerpen. Jika
pada struktur cerpen ‘evaluasi’ menampilkan setiap masalah yang terjadi pada cerita, maka pada
struktur ‘resolusi’ penyelesaian dari setiap masalah akan ditampilkan. Pada bagian ini penyelesaian
masalah yang ditampilkan harus mampu menjawab permasalahan secara tuntas.
6. Membangun Sudut Pandang
Dalam menulis cerpen kita harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang. Kalau kita
menggunakan sudut pandang sebagai orang pertama, dari awal sampai akhir cerita harus tetap
menggunakan sudut pandang orang pertama dengan menggunakan sudut pandang aku atau saya
dalam bercerita. Keajegan dalam menggunakan sudut pandang akan membantu pembaca dalam
menikmati cerita yang kamu sampaikan. Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dari cara
menulis cerpen untuk pemula yang baik adalah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang
pengarang.
Sudut pandang adalah cara pengarang dalam penyebutan tokoh pada cerita. Sudut
pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh
bercerita. Jadi, sudut pandang ini sangat erat dengan teknik bercerita. Sudut pandang cerpen yang
paling umum digunakan adalah sudut pandang orang pertama alias penulis menggunakan subjek
“aku”, “saya”, dan sejenisnya. Namun juga dapat kita jumpai dalam sebuah cerpen menggunakan
sudut pandang orang ketiga dengan subjek “mereka” ataupun tokoh lain. Sudut pandang digunakan
sebagai cara cara pengarang untuk menampilkan penokohan dengan gaya yang diinginkan pengarang.
II.3. STRATEGI / MODEL MENULIS CERPEN BERBAHASA DAERAH
Tahap I: Guru dan Peserta didik mengerti mengenai cerpen dan unsur-unsur cerpen (struktur
instrinsik dan ekstrinsik)
Ide cerita pendek ada di sekitar kita. Kepekaan penulis pada kondisi sekitar akan memudahkannya
menemukan ide.
Beberapa contoh ide yang ada di sekitar.
a. Hobi yang disukai, misalnya bermain sepak bola.
b. Menonton film, animasi anak, atau komedi. Contohnya video animasi katulahan, Upin
Ipin, lenong bocah.
c. Mengingat atau mengalami hal yang menarik atau kejadian lucu di rumah.
42
d. Tokoh ‘aku’ yang malu setiap jam istirahat karena teman-temannya jajan di kantin,
sementara ‘aku’ makan bekal nasi goreng buatan ibunya.
e. Tokoh Udin yang ayahnya tidak pernah lagi dapat undangan untuk bermain madihin, tiba-
tiba dapat undangan manggung di istana negara tapi dia sudah menjual tarbangnya ke toko
barang antik.
Mengembangkan Ide
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengembangkan ide, sebagai berikut.
1. Fokus ke Ide
a. Saat menulis cerita pendek, penulis sebaiknya menuliskan dulu poin-poin dalam bentuk kerangka
cerita, agar menghasilkan cerita pendek yang ceritanya runut. Kerangka cerita ini berfungsi
sebagai rel dalam bercerita.
b. Jangan menuliskan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ide. Hal ini yang biasa membuat
cerita pendek terlalu bertele-tele.
Misalnya, idenya Tokoh Udin yang ayahnya tidak pernah lagi dapat undangan untuk bermain
madihin, tiba-tiba dapat undangan manggung di istana negara tapi dia sudah menjual
tarbangnya ke toko barang bekas. Tidak usah menuliskan tokoh Udin mulai dari bangun subuh,
salat subuh, sarapan, mandi, berpakaian, lalu berangkat ke toko barang bekas. Tulislah adegan-
adegan yang selalu ada hubungannya dengan ide, dalam hal ini ‘tarbang’.
c. Agar cerita pendek (cerpen) menarik, tulislah apa yang tokoh kerjakan, rasakan, saksikan,
dengarkan, imajinasikan, ciumi aromanya. Penulis pemula biasanya lebih banyak menulis adegan
yang dikerjakan, sehingga terlalu banyak menggunakan kata kemudian, lalu, setelah itu,
akhirnya. Hal ini yang membuat cerita pendek membosankan untuk dibaca.
d. Tambahkan wawasan sesuai dengan ide cerita yang diangkat. Jika ide cerita tentang tarbang,
tambahkanlah wawasan tentang bagaimana cara bermain tarbang, cerita apa saja yang biasa
dilantunkan saat bermain tarbang, dll.
Strategi dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berbahasa Daerah ini dikemukakan oleh Nailiya
Nikmah dalam Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Tingkat SMP Revitalisasi Bahasa Daerah DKT
Penyusunan Modul
Dewi Yuliati
Jadi leme andau tuh yaku haban. Yaku ida kawa muhun kan sakolahan. Padahal yaku handak
banar muhun sakolah. Are yaku tapalihi palajaran. Taharu asaye dengan kakawalan si sakolahan, bila
istirahat rami hayak kumanan si warung Acil Bayah si tandipahan sakolahan. Handak banar sakolah
asaye, tapi kunge masih marasa ida mangat. Handak mendeng beh mandaleter pai, kuman ida belai,
kunge balasu badarem, bila hamalem kunge ngingil-ngangal. Mihup obat jadi, basuntik jadi kia,
masih be ida maku balias.
“ Uu… Limah…” * maen Ma *, Takajut yaku ngahau Umaku. Umaku tame kamarku, “
Kakueh kungan um masih be lah ida mangat ? “ iyuh masih be ida mangat kunganku, masih balasu
dengan badarem. “ Baobat kan Rumah Sakit be kah hindai hakun lah ? Mangat mancarita dengan
Apaum, Mangat itah tulak jeu kan Rumah Sakit. * iyuh hakun beh Ma ae.
Mun iyuh auhum mangat Mama mancarita dengan Apa um kareh. Imbit kuman kah helu, ida
kawa are isut. “ Iyuh. Mambalahun yaku mmendeng, mananjung balua kamar kan surambi. Sampai
surambi yaku manggete ada juhu lambiding dengan lauk haruan basanga ji ingarajinku. Limbah
mainu piring yaku ngautku nasi lalu yaku kuman.
“ Uu…Apa Limah…, kakueh Limah tuh masih beh haban, imbit kan Rumah Sakit kah hindai
? masih beh kungaaye balasu badarem. “ Dusah gin malepahan duit be, ongkos akan tulak e beh are
duit e. “ Buhen maka kakate auh um, ida maras kah dengan anak sangsi ma’arit panykit e.
“Pokok e bila jadi dusah auh ku te, dusah be tulak. Tatamba lebu be, balaku danum tawar kah
dengan uluh ji tau manenga danum tawar akan uluh haban.
Umaku manangis mahining panderan Apaku kakate, sambil menangis umaku manalih yaku
kan surambi. Maras yaku dengan umaku. Mudahan yaku barake balias be Ma ae.
Subuh yaku minsik batiruh marasa mangat jadi asaye kunganku, umbet balasu badarem. Yaku
basyukur jadi balias. Yaku ida jadi imbit baobat kan Rumah Sakit dengan kawa muhun sakolah.[]
Catatan:
46
Cerpen berbahasa Bakumpai ini dikarang oleh Dewi Yuliati (guru) sebagai peserta dalam Diskusi
Kelompok Terpumpun Pembuatan Modul pada Maret 2023 yang dipandu oleh Nailiya Nikmah
selaku praktisi/pakar cerpen
Evaluasi
Penggunaan rubrik
2 EJAAN 30 15-30%
3 AMANAT 30 15-30%
TOTAL 100%
47
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Bahasa Banjar, Abdul Djaber Hapip, CV. Rahmat Hafiz Al Mubaraq, 2008.
https://www.youtube.com/watch?v=ydFMyKkf_D4.
48
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
49
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Deskripsi Singkat
3. Standar Kompetensi
4. Tujuan dan Manfaat
5. Peta Konsep
6. Petunjuk Penggunaan
II. Isi/Materi Pelatihan dan Pembelajaran
1. Materi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok
4. Uraian Materi
5. Strategi Pembelajaran dan Pelatihan
6. Contoh Pidato Berbahasa Daerah
III. Ringkasan
IV. Evaluasi
V. Glosarium
VI. Penutup
Daftar Pustaka
50
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa Banjar dan bahasa Bakumpai di Kalimantan Selatan memegang peranan penting
sebagai identitas, ciri khas, dan alat komunikasi melalui lisan dan tulisan. Anak yang lahir dari
keluarga yang membiasakan berbahasa Banjar atau bahasa Bakumpai dalam aktivitas sehari-hari di
rumah sangat beruntung. Agar penguasaan bahasa Banjar atau bahasa Bakumpai tetap bertahan,
revitalisasi pemakaian bahasa tersebut perlu dilakukan. Salah satunya dengan melatih kemampuan
berbicara dalam bahasa Banjar atau Bakumpai, terutama berpidato. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengajarkan bahasa Banjar terutama kelas 4, 5, 6. Modul ini akan menguraikan tentang
kompetensi dasar/capaian, peta konsep, tujuan pelatihan, materi, strategi/model, dan evaluasi belajar
pidato bahasa Banjar dan bahasa Bakumpai.
Kemampuan berkomunikasi atau berbicara yang dimiliki oleh setiap orang sangat
berpengaruh dalam menyampaikan ide atau atau gagasannya, baik kepada orang perorangan maupun
kepada kelompok atau masyarakat. Orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik
dapat dipastikan bahwa ide atau gagasan yang disampaikan akan mudah dicerna atau dipahami
oleh orang lain. Sebaliknya, keterbatasan seseorang dalam menyampaikan ide atau gagasannya akan
mengalami kendala bahkan kegagalan karena hal yang disampaikan sulit dimengerti oleh orang lain.
Bahkan yang lebih fatal lagi, orang lain tidak akan menanggapi hal atau permasalahan yang
disampaikan.
Salah satu ragam berbicara yang sering ditemukan dalam berbagai pertemuan, seperti
seminar, penataran, dan hari-hari besar keagamaan adalah pidato. Seseorang yang memiliki
kemampuan berpidato akan mendapat simpati dari para pendengarnya. Hal tersebut yang dapat
memotivasi orang-orang untuk memiliki keterampilan berpidato. Dengan harapan agar materi yang
disampaikan mudah dimengerti dan disenangi oleh para pendengarnya.
Pada saat-saat tertentu, orang-orang seperti tokoh masyarakat, guru, mahasiswa, dan pewara
dituntut untuk memiliki kamampuan berpidato. Kemampuan dan keterampilan berpidato
merupakan hal yang harus dimiliki oleh mereka yang sering tampil di hadapan umum. Dengan
penguasaan pidato, mereka dapat menyampaikan informasi dan buah pikiran secara teratur dan jelas
sehingga pendengar tertarik dan yakin akan materi yang disampaikan untuk diimplementasikan.
Peningkatan kemampuan berpidato perlu diajarkan sejak usia dini, khususnya bagi mereka
yang ingin mengembangkan kemampuan berpidato. Berpidato dalam konteks ini pidato dalam
Bahasa Banjar atau Bakumpai. Berdasarkan hal itu, dipandang perlu menyusun modul pembelajaran
51
pidato Bahasa Banjar dan Bakumpai yang digunakan untuk Revitalisasi Bahasa Daerah pada tingkat
SD.
2. Deskripsi Singkat
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada para
pendengar untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar
tertentu, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya. Pidato pada hakikatnya merupakan kegiatan seni
monolog dalam kegiatan berbicara, sehingga kemampuan berpidato menjadi bagian dari penguasaan
keterampilan berbicara.
Pidato pada umumnya bersifat dua arah, yaitu pembicara harus memperhatikan lawan
bicaranya walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan. Lawan bicara harus
mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan pembicara baik berupa kata-kata (verbal) atau bukan
kata-kata (non verbal) sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dipahami dengan sempurna.
Fungsi dari pidato adalah untuk memberikan informasi, nasihat, motivasi, peringatan, dan
pengetahuan. Agar pidato kita bisa diterima dengan baik oleh pendengar, ucapan atau kalimat harus
disusun dengan baik dan rapi sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat yang tersusun
secara runut dan sistematis supaya enak didengar dan dapat memberikan kesan positif bagi orang
yang mendengarkan. Oleh sebab itu, penyampaian pidato secara terstruktur menjadi pertimbangan
penting dalam pembelajaran dan pelatihan pidato.
Sebagai bagian dari keterampilan berbicara, metode terstruktur dalam berbicara pun menjadi
kiblat dalam berpidato. Dalam hal ini, metode terstruktur merupakan pembelajaran berpidato yang
dijalankan untuk memperbaiki pembelajaran menjadi lebih baik dan meningkat. Metode ini
diimplemetasikan dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipan dengan melibatkan berbagai tahapan pembelajaran, yaitu tahap prapidato,
tahap pidato, dan tahap pasca pidato.
3. Standar Kompetensi
Mengolah, merangkai, dan mengurai teks pidato berbahasa Banjar dan Bakumpai sesuai
dengan tema pidato yang telah ditentukan.
4. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat pembelajaran berpidato dalam pembelajaran bahasa dan sastra daerah,
ada dua, yaitu tujuan dan manfaat secara umum dan secara khusus. Tujuan dan manfaat secara
umum agar modul pembelajaran ini dapat menjadi model pembelajaran bahasa dan sastra daerah
52
yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh seluruh peserta di tingkat SD, baik formal maupun
informal di Provinsi Kalimantan Selatan. Manfaat lain, agar dapat menjadi suplemen pembelajaran
keterampilan berpidato bagi peserta yang dapat digunakan oleh guru bahasa daerah sebagai bahan
ajar.
Selain itu, pembelajaran berpidato dalam bahasa daerah ini juga memiliki beberapa tujuan.
Tujuan utama dalam modul pembelajaran bahasa dan sastra daerah ini, adalah melestarikan bahasa
dan sastra daerah, sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
1) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga peserta terhadap bahasa ibu atau bahasadaerah.
2) Melatih para peserta dalam menyampaikan gagasan dan pikiran-pikirannya dalam bahasa
daerah baik secara lisan maupun tulisan.
3) Mengharapkan para peserta dapat menyebarkan semangat persatuan dan kebinekaan.
Manfaat pembelajaran pidato dalam bahasa daerah yang termuat dalam modul pembelajaran
bahasa dan sastra ini sebagai berikut.
1) Siswa menjadi cinta dan bangga terhadap bahasa ibunya, tidak malu dan minder lagi
menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah.
2) Siswa menjadi terlatih dan terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam menyampaikan
gagasannya dalam berbagai ranah kebahasaan.
3) Siswa menjadi penyebar semangat kebersamaan, persatuan, dan kebhinekaan.
4) Siswa menjadi cinta dan bangga terhadap bahasa ibunya, tidak malu dan minder lagi
menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah.
5) Siswa menjadi terlatih dan terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam menyampaikan gagasannya
dalam berbagai ranah kebahasaan.
53
5. Peta Konsep
Penilaian
Pembelajaran/Pelatihan
Berpidato Daerah
Lomba
Materi Keterampilan
Berpidato
Teknik Menyusun
Prapidato Pidato Pascapidato
Teks Pidato
6. Petunjuk Penggunaan
Agar modul ini dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien dalam rangka melahirkan
pembicara andal dalam pidato berbahasa daerah, beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai
petunjuk penggunaan dari modul pembelajaran dan pelatihan pidato berbahasa daerah tingkat SD
sebagai berikut.
1) Pelajari daftar isi dengan cermat sebagai penuntun dalam memahami modul ini secara
keseluruhan.
2) Sedapat mungkin membaca modul ini secara keseluruhan agar dapat memahmi isi modul
secara komprehensif.
5) Lakukan evaluasi dari setiap tahap pembelajaan pidato yang telah dilakukan
7) Jika menemui kesulitan, catat setiap masalah yang ditemui, lalu bertanya kepada guru
pendamping atau narasumber modul pembelajaran ini.
54
II. MATERI PELATIHAN DAN PEMBELAJARAN
1. Materi
Teks pidato berbahasa daerah Kalimantan Selatan (Banjar dan Bakumpai)
3. Materi Pokok:
Pengertian pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang
banyak. Faktor yang memengaruhi keberhasilan pidato selain isi adalah faktor kebahasaan
meliputi ketepatan ucapan, intonasi, pilihan kata/diksi. Selain itu, ada faktor nonkebahasaan
yang meliputi sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, mimik/gerak-gerik, kenyaringan suara,
kelancaran, dan penguasaan topik.
b. Pembawa acara. Contoh: menjadi pembawa acara pada ulang tahun teman.
Komposisi Pidato
Materi pokok pidato berbahasa Banjar
Judul: Bahaya Narkuba
1. Pendahuluan: ucapan pengantar yang diungkapkan untuk memasuki tema
pembicaraan
a. Salam pembuka
Contoh:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam baisukan samunyaan nang hadir di sini.
b. Menyapa
Contoh:
Nang tahurmat kapala sakulah lawan guru barataan nang baikan.
Kakawalan nang bungas wan langkar.
c. Ucapan syukur
Contoh:
Alhamdulillah kita pada hari nang tarang bakilau ngini kawa badapatan dalam
acara panyuluhan bahaya narkuba. Obat-obatan nang babahaya bagi kita
samunyaan.
e. Perkenalan diri
Contoh:
Ngaran ulun Galuh Intan, murid kalas 6 SD.
56
f. Tujuan pidato
Tujuan ulun bapidatu hari ini adalah handak manyampaiakan manganai bahaya
narkuba.
2. Isi (pokok), bagian isi pidato yang memuat materi yang akan dijelaskan secara
rinci dari pembicara yang disampaikan ke pendengar.
Contoh:
Narkuba adalah kahandapan dari narkutika, psikotropika, lawan zat adiktif nang
lainnya/ ubat nangini babahaya banar amun masuk ka dalam awak kita. Masuknya
bisa dihirup atau disuntikakan. Ubat nangini kawa maubah pikiran, hati, parasaan
atawa kalakuan urang.
Macam-macam narkuba nang kaya ganja, sabu-sabu, jenit, melem pok. Narkuba ni
babahaya banar amun dipakai, makanya am ulun ni mamadahi kita barataan supaya
jangan sampai mancuba narkuba. Bahayanya tu misalnya awak kada sihat lagi,
manggaring, awak kurus, mangulir, pikiran pina gigilaan, utak kada kawa
kunsintrasi, kadada mutipasi.
Kaya apa nah cara mahindari supaya kita kada mamakai narkuba:
1. Jangan panasaran handak mancuba.
2. Gawi kagiatan nang pusitip nang kaya ulahraga atau bagabung lawan
urganisasi.
3. Jangan bagadang atawa bakawanan bamalaman ari.
4. Sadari bahwa narkuba itu marusak pikiran lawan awak.
Kaya apa caranya mangatasi mun hudah mamakai narkuba:
1. Batatamba ka rumah sakit jiwa atawa ka pasantrin.
2. Bawa hiburan atawa rekreasi.
3. Kunsul ka duktur ahli
Sabalum ulun manutup pidatu ngini ulun bapantun dahulu.
Buah tiwadak buah pisang
Baulah bubur bajanar
Sayangi awak saurang
Narkuba tu babahaya banar
57
3. Penutup merupakan bagian yang berisi saran atau simpulan terkait dengan tema
keseluruhan pidato.
a. Simpulan
Contoh:
Nah jadi kakawanan lah kita hudah tahu samunyaan kayapa bahayanya
mamakai narkuba.
b. Harapan
Contoh:
c. Permohonan maaf
Contoh:
Contoh: Tarima kasih ulun ucapakan marga bubuhan pian wan kakawalan
hakun mandangarakan pidatu ulun.
e. Salam
58
3. Sapaan.
Kula biti hampahari samandiyaheh ji bahalap, ida ukai kesayangkuh dengan ketuh.
Mun ketuh jidada, narai artieh yaku mendeng kabuat si hituh. Tarima kasih banar
yaku ketuh maku dumah.
4. Isi.
Itah belum utuh jadi mangat, samandeyah jadi ada. Handak batanjungan jalan
malesen, ngus-nges kandaraan mahalau, si danum ur er kalotok ces ngaju ngawa.
Kate pang kamangat itah. Mun maalang uluh zaman helu kejau banar beh pada utuh.
Ida mamangatan uluh batuh hapunu malawan Balanda, amun jida iye ji matei arep ji
matei. Jida mangatan wal ai. Kate kiya pas lime andau tame huang Desember 1945
Balanda ji manyarang kan Marabahan ilawan itah lebu mahapa sanapang lucuk.
Imbah inembak tau takang sanapangeh. Uluh maka cur car dur dar manembak bi
bentuk sungei. Dungkang danga uluh itah bukah manggilau ukan basuhukan. Jaka
dada awen te dada kiya lapangan lime desember hikau.
5. Simpulan.
Te beh ji kawa iyampaian kuh akan paingat itah. Mudahan imbah yaku
hapander jituh ada gunaeh akan samandiyah biti.
6. Penutup.
Tarima kasihlah kakawalan samandiyah biti ji mahiningan yaku hapander. Bila ada
tasala pander, yaku are-are balaku rela.
Assalamualaikum Wr. Wb.
59
4. Uraian Materi
Teks pidato di atas pidato berbahasa daerah Banjar dan Bakumpai diformulasi
menjadi materi ajar untuk siswa kelas 4, 5, 6. Pelatihan pidato berbahasa daerah
Banjar dan Bakumpai di Kalimantan Selatan dalam rangka mencintai bahasa daerah,
menumbuhkan sikap peduli kepada sesama. Teks pidato ini diajarkan melalui tahapan
pembelajaran pidato metode terstruktur.
60
Tahap III: Pascaberpidato (2x Pertemuan)
61
III. RINGKASAN
Pada tahap prapidato, pembelajaran, dan pelatihan pidato berbahasa daerah diawali
dengan pengayaan keterampilan berpidato sebagai bekal pengetahuan bagi siswa untuk
menjadi pembicara yang andal dalam menyampaikan pidatonya. Tahap prapidato ini
dilaksanakan selama 2x pertemuan pembelajaran dan pelatihan pidato berbahasa daerah.
Pada tahap pidato, siswa diarahkan pada latihan berpidato secara mandiri. Latihan
berpidato dilaksanakan secara mandiri, runtut, dan berkesinambungan. Latihan ini akan
mempertajam kemampuan praktik berpidato peserta menuju lomba hingga pada festival
pidato berbahasa daerah.
IV EVALUASI
1. Rincian Pengamatan Kemampuan Berpidato (aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan)
62
5 Penalaran (sistematika) & Penguasaan topik 25% …%
(isi)
TOTAL 100 % 100 %
63
3) Penutup
a. Kesimpulan
b. Harapan
c. Permohonan maaf
d. Ucapan terima kasih
e. Salam
4. Tindak Lanjut/Penilaian
1) Melakukan pengayaan modul secara intensif terhadap kebahasaan dan
nonkebahasaan dalam berpidato.
2) Memperhatikan poin-poin utama yang dilombakan dengan merujuk
pada tabel penilaian.
3) Latihan terus-menerus dilakukan untuk mempermantap kemampuan
berpidato para siswa.
64
V. Kamus Bahasa Banjar Hulu Abjad A
65
VI. PENUTUP
Modul ini sebagai bahan ajar yang dikemas untuk memudahkan peserta
mempelajari dan memahami pembelajaran mengenai pidato berbahasa daerah. Oleh karena
itu, pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang mendesak
sebagai konsekuensi diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berbasis
kompetensi di sekolah. Melalui modul ini, sekolah dapat terbantu dalam mewujudkan
pembelajaran yang berkualitas. Hal ini disebabkan modul dapat mengondisikan
pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas, dan dengan hasil yang jelas.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta untuk berpidato, seorang guru
harus memilih modul, metode, dan teknik pembelajaran berpidato yang baik, sehingga
pesertalebih berantusias dan termotivasi mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, M.G. & Mukti. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara BahasaIndonesia. Jakarta:
Erlangga.
Matthes, B.F. 1872. Boeginesche Chrestomathie; Deel 3: Aanteekeningen op de
Boeginesche Chrestomathie. Amsterdam: Spin. Three vols.
66
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
67
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Kompetensi Dasar/Capaian
C. Peta Konsep
D. Tujuan Pelatihan
ISI
A. Materi
1. Pengertian Bercerita
2. Pembelajaran Bercerita di Sekolah
3. Metode Pelaksanaan
4. Kelemahan dan Kelebihan Bercerita
5. Apa Kesalahan Pencerita pada Umumnya?
6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada saat Bercerita
7. Tips Bercerita yang Baik
B. Strategi/Model
Strategi/Metode Latihan Bercerita
Contoh Cerita Bahasa Daerah
Glosarium
C. Evaluasi
1. Tes Mandiri
2. Tes Akhir
3. Tindak Lanjut
Kunci Jawaban
PENUTUP
A. Ringkasan
DAFTAR PUSTAKA
68
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Merdeka Belajar episode 17 mengenai Revitalisasi Bahasa Daerah resmi
diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Februari 2022.
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa beserta Balai dan Kantor Bahasa menjadi motor penggerak
pelaksanaan Revitalisasi Bahasa Daerah. Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan salah
satunya yang melaksanakan Revitalisasi Bahasa Daerah di tahun 2023 ini. Genre pelatihan
dan pembelajaran yang akan dilaksanakan diantaranya bercerita. Pelatihan dan pembelajaran
akan dilaksanakan kepada pengajar utama yang kemudian diimbaskan kepada guru dan tunas
muda jenjang SD dan SMP di 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.
Bercerita bukan hal yang asing bagi anak-anak. Dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat dan sekolah, anak mengenal dan menikmati cerita. Baik cerita yang dibacakan
dari buku maupun cerita yang disampaikan tanpa teks. Cerita yang menarik akan menjadi
bahan cerita menarik bagi anak untuk bercerita kepada temannya atau orang dewasa.
Nurgiyantoro mengatakan bahwa bercerita termasuk kemampuan berbicara yang bersifat
pragmatis dengan meliputi unsur linguistik dan unsur yang diceritakan (2001, hlm.289).
Tidak heran jika bercerita dijadikan sebagai alat ukur kemampuan berbahasa seseorang.
Bercerita pun sering dilombakan di tingkat pelajar untuk memeriahkan suatu peringatan hari
besar. Lazimnya cerita yang dilombakan mengandung nilai-nilai moral, tidak mengandung
sara, dan tidak mengandung pornografi.
Bercerita dalam lomba tentu memiliki pengertian lain. Tidak saja untuk menghibur
penonton, tetapi lebih kepada cara melestrarikan tradisi bercerita agar tidak punah ditelan
zaman. Bercerita dalam kerangka lomba tidak hanya mengenai cerita rakyat, melainkan juga
cerita-cerita menarik tentang kesaharian masyarakat yang sarat akan nilai-nilai moral. Oleh
karena itu, kisah-kisah imajinatif yang diceritakan memang membutuhkan teknik-teknik
penyampaian yang baik dan kreativitas dari sang pencerita. Dapat disampulkan, hal yang
penting dalam bercerita adalah cara sang pencerita menuturkan cerita tersebut. Rangkaian
kata dan efek suara yang disampaikan hendaknya kreatif agar tidak membosankan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Peserta didik menjelaskan pengertian bercerita.
69
1.2 Peserta didik menerapkan teknik bercerita.
1.3 Peserta didik mendemonstrasikan cara bercerita dengan lafal, intonasi, dan ekspresi
yang tepat dalam Bahasa Banjar/Bakumpai.
C. Peta Konsep
Bercerita
Tips
Banjar, Bercerita
Bakumpai, yang Baik
Model
1. Olah Tubuh
Latihan
Bercerita 2. Olah Vokal dan Suara
3. Olah Rasa/Penjiwaan
4. Artikulasi
5. Ekspresi
6. Naskah
7. Pemanggungan
D. Manfaat Pembelajaran/Pelatihan
Dengan modul ini dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran bercerita tanpa
harus melalui tatap muka sehingga warga belajar dapat menetapkan waktu belajar sesuai
dengan kebutuhan.
E. Tujuan Pembelajaran/Pelatihan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan.
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian bercerita dengan benar.
2. Siswa dapat menerapkan teknik bercerita dengan baik.
3. Siswa dapat mendemonstrasikan cara bercerita dengan lafal, intonasi, dan ekspresi
yang tepat dalam Bahasa Banjar/Bakumpai dengan benar.
70
F. Petunjuk Penggunaan Modul
Untuk mempelajari modul ini, hal-hal yang perlu anda lakukan adalah sebagai berikut.
1. Pelajari daftar isi dengan cermat, karena daftar isi akan menuntun anda dalam
mempelajari materi ini.
2. Untuk mempelajari modul ini haruslah berurutan karena materi yang mendahului
merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
3. Pahamilah uraian materi yang ada, sebaiknya mempraktikkan materi-materi yang dapat
dipraktikkan. Jika anda menemui kesulitan, kembalilah mempelajari materi yang
terkait.
4. Kerjakanlah soal evaluasi dengan cermat. Jika anda menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal evaluasi, kembalilah mempelajari materi yang terkait.
5. Jika anda mempunyai kesulitan catatlah, kemudian tanyakan kepada guru atau
pendamping pada saat kegiatan tatap muka.
Deskripsi Singkat
Dalam modul ini anda akan mempelajari beberapa hal dalam kaitannya dengan
bercerita Bahasa Banjar dan Bakumpai. Pada bagian pertama akan menjelaskan
tentang pengertian bercerita. Selanjutnya akan menguraikan bagaimana pembelajaran
bercerita di sekolah sebagai pembangun karakter anak. Kemudian, menjelaskan
metode pelaksanaan bercerita, kelebihan dan kekurangan bercerita, hal-hal yang harus
diperhatikan dalam bercerita, tips bercerita yang baik, dan yang terakhir adalah
tahapan latihan dalam bercerita. Setelah mempelajari modul ini diharapkan warga
belajar dapat bercerita dengan baik dalam Banjar atau Bakumpai.
3. Standar Kompetensi/Keahlian
Standar kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan
Bercerita
71
ISI
A. Materi
Materi yang akan diuraikan dalam modul ini adalah
1. Pengertian bercerita
2. Pembelajaran bercerita di sekolah sebagai pembangun karakter anak
3. Metode pengajaran bercerita
4. Kelemahan dan kelebihan bercerita
5. Kesalahan bercerita pada umumnya
6. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat bercerita
7. Tips bercerita yang baik.
Uraian Materi
Bercerita sebagai Pembangun Karakter Anak
1. Pengertian Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk cerita yang
dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan.
72
di Hotel Royal Jelita)
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan strategi, metode, dan media
untuk menunjang atau mendukung terciptanya pembelajaran yang nyaman, kondusif,
terarah, dan terfokus. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peran guru untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Sama halnya dalam pembelajaran sastra di sekolah, untuk
mengajarkan sastra tidak melulu berpusat pada teori. Namun, dibutuhkan apresiasi
untuk mengembangkan bakat dan minat peserta didik pada sastra.
73
didengar, dilihat, dan dirasakan.
Bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa
anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih
keterampilan anak dalam berbicara untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan .
Sedangkan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau sesuatu kejadian disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman
dan pengetahuan kepada orang lain.
Kegiatan bercerita bertujuan antara lain untuk
• Merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar.
• Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif.
• Mendorong anak untuk berbicara.
• Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa.
• Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak
perlu dicontoh.
• Mendorong rasa hormat dan kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak-anak.
• Menambah perbendaharaan bahasa anak.
Oleh karena itu, melalui bercerita diharapkan dapat membangun karakter anak
sejak dini. Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh
kepada jiwa manusia. Pengajaran bercerita harus berlangsung dengan baik karena di
dalamnya terdapat banyak kebaikan, diantaranya dalam hal pembentukan karakter.
Harapan diadakannya pelatihan ini yakni untuk meningkatkan semangat guru dan peserta
didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Metode Pelaksanaan
Uraian permasalahan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berikut hal
yang dilakukan pelaksanaan pelatihan bercerita.
1) Narasumber bercerita memberikan penjelasan dan pemahaman kepada guru mengenai
tujuan kegiatan agar dalam pelaksanaan TOT tidak ada kesalahpahaman.
2) Narasumber pada bagian ini akan memberikan materi umum secara langsung kepada
guru-guru. Materi yang dimaksud, yaitu mengenai bercerita secara umum dan
sasarannya.
3) Tahapan selanjutnya, yakni memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
mengaplikasikan hal yang telah didapatkan pada materi. Langkah ini sebenarnya
sebagai pengayaan terhadap materi yang telah diberikan. Hal ini dilakukan untuk
74
mengukur tingkat pemahaman guru terhadap materi cerita yang telah diberikan.
4) Setelah diadakan pemberian materi dan dilanjutkan dengan praktik, tahapan
selanjutnya, yakni melakukan pembimbingan khusus bagi guru atau peserta.
Metode pembelajaran bercercerita ada beberapa cara dalam, yaitu penggunaan
suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan
dan mimik.
Menggunakan metode pembelajaran bercerita ini dapat digunakan baik di
sekolah yang berada di tengah kota maupun di sekolah yang berada di pelosok desa
sekalipun. Hal ini karena sebelum menyampaikannya, pendidik akan memahami terlebih
dahulu alur dan pesan yang ada di dalam cerita tersebut. Sehingga, jika pendidik
bertugas di sekolah yang berada di pelosok sekalipun dapat menggunakan metode
pembelajaran ini.
Dengan menggunakan metode pembelajaran bercerita ini kegiatan
pembelajaran akan terasa menyenangkan. Hal ini akan membuat peserta didik tidak
merasa dinasihati maupun digurui oleh pendidik. Dengan demikian peserta didik dapat
dengan mudah menerima pesan yang sampaikan oleh pendidik.
Bercerita tentu memiliki kelemahan dan kelebihan. Berikut ini akan
dipaparkan kelemahan dan kelebihan menggunakan metode bercerita.
Kelemahan
Beberapa kelemahan metode bercerita, antara lain.
1) Anak akan merasa bosan jika penyampaiannya kurang menarik atau monoton. Hal itu
bisa terjadi karena cara penyampaiannya terlalu biasa dan kurang ekspresif, sehingga
anak kurang tertarik dan merasa bosan. Anak yang merasa bosan terkadang mencari
kesibukan sendiri dengan berjalan-jalan, mengganggu teman atau terkadang membuat
gaduh. Sehingga, konsentrasi temannya yang lain menjadi terganggu dan hal itu
menyebabkan keadaan kelas menjadi tidak kondusif.
2) Memerlukan tenaga yang lebih. Metode pembelajaran ini sangat memerlukan
tenaga yang lebih. Hal itu karena penyampaiannya memerlukan suara serta
ekspresi agar materi pembelajaran yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.
3) Tidak semua anak menyukai cerita dan memperhatikan cerita memang sangatlah
menarik untuk dijadikan alat dalam menyampaikan materi pembelajaran. Namun,
tidak semua anak menyukai cerita. Ini karena tidak semua anak bisa menerima
75
pelajaran dengan mendengarkan. Sehingga, metode pembelajaran ini sangatlah
membosankan bagi mereka yang tidak menyukainya.
Kelebihan
Selain memiliki kelemahan, metode ini juga memiliki beberapa kelebihan,
antara lain.
1) Dapat mengasah daya imajinasi dan daya ingat anak. Metode ini dapat mengasah daya
imajinasi anak karena dengan cerita ini anak diajak untuk berimajinasi atau
membayangkan bahwa ia berada di dalam cerita tersebut. Selain itu, cerita juga dapat
mengasah daya ingat anak. Karena dengan cerita anak diajak untuk mengingat
susunan atau alur cerita yang telah disampaikan dalam cerita tersebut.
2) Akan menarik perhatian anak jika cara penyampaiannya tepat dan sesuai (menarik).
Metode ini juga dapat menarik perhatian anak jika cara penyampaiannya tepat dan
sesuai (menarik). Cara penyampaian yang tepat dan sesuai (menarik) akan membuat
rasa penasaran anak mengenai kelanjutan dari cerita. Sehingga, anak akan
memperhatikan cerita dari awal hingga akhir dan materi yang disampaikan akan
tersampaikan dengan baik kepada anak.
3) Media atau properti dapat membantu untuk menyampaikan materi bercerita kepada
anak dengan mudah. Misalnya, lesung sebagai properti dalam cerita Nini Randa Balu.
76
Fungsinya, untuk menyortir hal-hal yang berbau SARA, pornografi, kekerasan, dan
lainnya. Sebaiknya orang tua memilih cerita yang bisa membangun karakter anak.
Alat peraga dapat digunakan untuk memperkaya imajinasi anak saat
mendengarkan cerita. Alat peraga dapat berupa boneka, buku bergambar, wayang (dari
kardus, card board, dan lain-lain). Berusaha untuk menguasai dan memahami cerita
yang akan disampaikan. Disarankan agar orang tua menjadi murid pertama dari cerita
yang akan diceritakannya. Jangan lupa untuk menyiapkan tempat yang nyaman. Tak
harus selalu di ruang keluarga bercerita juga dapat dilakukan di berbagai tempat: di
taman, di teras rumah yang penting anak tidak merasa bosan dengan lingkungan di
sekitarnya.
2) Bangun Suasana
Saat bercerita, suasana yang menarik juga perlu dibangun agar anak tetap fokus
pada cerita. Curi perhatian dari anak dengan pancingan tebak-tebakan, iringan lagu, atau
selingan permainan di sela-sela waktu bercerita. Kegiatan bercerita akan terasa lebih
atraktif, dan orang tua atau guru bisa makin intim dengan anak/siswa. Suasana lain yang
dapat dibangun adalah dengan mengajak anak duduk melantai mengelilingi guru yang
akan membawakan cerita. Buat para pendengar duduk atau mengambil posisi senyaman
mungkin tanpa harus diatur-atur, yang paling penting adalah mereka bisa fokus dan
mendengarkan cerita yang disampaikan dengan jelas.
3) Kuasai Materi
Dalam penguasaan Materi, tidak harus dihapal secara keseluruhan. Yang perlu
diingat dalam penguasaan materi adalah substansi isi cerita tersebut (mengingat pokok-
pokok cerita). Improvisasi lebih dipentingkan untuk menghidupkan isi cerita.
4) Kuasai Teknik
Teknik bercerita memang penting, tetapi Anda juga tak harus terlalu terpaku pada
teori. Vokal dan ekspresi wajah, serta posisi saat bercerita, merupakan teknik yang perlu
diperhatikan. Posisi saat bercerita diusahakan senyaman mungkin, baik dalam keadaan
duduk, maupun berdiri. Upayakan agar vokal dan ekspresi optimal (wajah/mimic,
gesture) untuk memberi penekanan pada hal-hal yang seru. Jangan lupa untuk melatih
beragam vokaldari karakter-karakter tertentu, misal suara kucing, suara gajah, suara ayam,
dan sebagainya. Siapkan alat peraga jika memang dibutuhkan, jika tidak ada alat peraga
cukup dengan memanfaatkan gerak tubuh atau gestur. Usahakan untuk tetap tenang,
jangan bercerita dalam keadaan terburu-buru dan jangan terlihat gugup di depan anak-
anak.
77
5) Improvisasi
Ada kondisi-kondisi tertentu ceritanya perlu diimprovisasi supaya tidak terdengar
terlalu kaku, agar suasana nyaman dan akrab. Libatkan anak dalam kegiatan bercerita,
jangan biarkan si anak menjadi penonton pasif yang akan mengantuk dalam sekejap.
Biasakan untuk melibatkan anak dalam cerita, buat pertanyaan-pertanyaan atau
keterlibatan anak sesuai kemampuan dan usianya.
6) Beri Penutup
Di dalam bercerita pun bisa tersirat pesan moral yang ingin disampaikan tanpa
terkesan menggurui anak secara kaku. Sisipkan pesan moral tersebut untuk membangun
karakter anak. Karena cerita merupakan salah satu sarana sosialisasi moral dan budi
pekerti, maka pastikan untuk memberi kesimpulan di akhir cerita yang disampaikan agar
anak paham dengan maknanya dan bisa mengingat pesan yang ada di dalam cerita. Anak
perlu mengetahui mana tokoh yang baik dan patut dicontoh, dan mana yang sebaiknya
tidak diikuti.
78
1) Tampil percaya diri dan tenang.
2) Lafal ucapan harus menarik, keras, dan jelas.
3) Intonasi suara mengikuti alur cerita kapan saat bersuara keras atau lembut. Suara
boleh dibuat berbeda antar tokoh dan narator. Salah satu yang paling disenangi oleh
anak-anak adalah menirukan suara.
4) Gerak tubuh dapat mempengaruhi cara bercerita yang baik. Coba bayangkan bila
kita hanya berdiri tegap tanpa ekspresi ketika bercerita, membosankan bukan?
Gerakan tangan, kaki atau anggota tubuh lain saat menirukan tokoh atau
menyesuaikan dengan alur cerita.
5) Ekspresi wajah juga mempunyai peranan penting terutama mata. Orang marah,
gembira, atau bingung dan sebagainya dapat ditunjukkan melalui pandangan
pencerita.
6) Pilih jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak. Untuk umur 3-8 tahun, usahakan
bercerita hal-hal lucu dengan penokohan hewan atau cerita-cerita fabel (hewan,
tumbuhan, benda yang berbicara). Sedangkan untuk umur 8-12 tahun, dapat
bercerita tentang sejarah yang menampilkan jiwa patriotisme anak seperti cerita
kepahlawanan atau tokoh heroik.
7) Yang perlu diperhatikan adalah memulai bercerita dengan cara yang singkat, padat
dan tepat agar dapat menarik perhatian si pendengar. Pembuka merupakan cerminan
isi bercerita yang baik.
8) Buatlah cerita tidak perlu terlalu panjang. Sebab, batas konsentrasi anak terbatas.
Anak cenderung cepat bosan dengan cerita yang terlalu panjang atau jalan cerita
yang datar.
9) Interaksi dengan pendengar bisa dilakukan di awal, di tengah dan di akhir.
10) Sisipkan pantun yang berkaitan dengan isi cerita.
11) Jika telah menampilkan satu adegan dalam cerita, usahakan menarik kembali
perhatian anak-anak. Tingkatkan partisipasi anak dengan keaktifannya dengan
memberi pertanyaan di sela-sela cerita. Ini dapat melatih pendengar cerita untuk
dapat menyimak setiap informasi yang Anda sampaikan dalam cerita, dan
menciptakan keterlibatan anak sehingga tidak hanya menjadi objek pasif saja. Masih
banyak faktor pendukung lain menjadi pencerita profesional dalam arti kegiatan
bercerita sebagai profesi.
79
B. Strategi/Metode Latihan Bercerita
Strategi yang digunakan adalah unjuk aksi. Agar cerita disampaikan dengan baik
maka perlu strategi atau metode yang tepat. Berikut adalah stategi atau metode Latihan
bercerita:
80
ulang.
Kemudian berlatih.
- Tekanan kata
Tekanan pada kata tertentu yang perlu ditonjolkan
dalam suatu kalimat untuksuatu kepentingan. Contoh
berikut ini yang digaris bawahi dalah kata yang perlu
mendapat penekanan. Penekanan kata pada kalimat
untuk menonjolkan isi pesan atau perasaan dan
pikiran dari kalimat itu .
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
- Jiwa Kalimat
Jiwa kalimat merupakan usaha atau teknik
menghidupkan kalimat dengan bantuan emosi suara.
Misalnya pada latihan kata “Apa“ dengan ekpresi
perasaan yang berbeda berikut ini :
Sedih (apa)?
gembira (apa)?
marah (apa)?
benci (apa)?
malas (apa)?
mengharap (apa)? dan seterusnya
-Tempo dan Irama
Tempo dan irama adalah pengolahan suara dengan
memperhatikan dinamika, artinya suara yang
81
dihasilkan tidak monoton tetapi bervariasi. Latihan
mengucapkan kata dan kalimat dengan irama yang
berbeda, cepat, lambat, tegas, mendayu-dayu, dan
sebagainya.
3 OLAH RASA/PENJIWAAN Pencerita harus memiliki kemampuan untuk menjadi
- Latihan Konsentrasi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Tentu hal itu
- Latihan Imajinasi bisa terjadi kalau mampu berkonsentrasi mengolah
- Latihan Ingatan Emosi rasa, dan emosi.
1. Latihan Konsentrasi
Latihan konsentrasi adalah latihan memusatkan
pikiran kita pada satu objek sesuai dengan tujuan.
Misalnya pikiran fokus pada inti cerita
2. Latihan Imajinasi
Latihan ini mengolah daya khayal seolah olah hal itu
terjadi saat ini dan dirasakan. Lakukan permainan
imajinasi misalnya kamu berimajinasi pergi
berpetualang ke hutan belantara, mendaki puncak yang
tinggi, menuruni jurang yang curam dan bertemu
dengan berbagai binatang baik yang jinak maupun
yang buas. Juga menemukan berbagai situasi seperti
air terjun yang menyegarkan, pohon yang tumbang,
kehujanan ataupun merasakan gunung yang akan
meletus.
82
bahak dan barbagai emosi lainnya. Kemudian emosi-
emosi itu ditampilakan satu persatu saat latihan
sehingga akan tampak dalam ekspresi wajah dan
tubuh.
83
Latihan artikulasi dengan membaca keras akan
membantu Anda mengetahui kata apa yang sering
membuat Anda terpleset. Dan ini juga akan membantu
menguatkan kekuatan suara Anda.
84
dengan tempo di atas normal.
Tidak percaya?
85
Cara ini juga sangat bagus untuk Anda lakukan.
86
CONTOH CERITA DALAM BAHASA DAERAH BANJAR DAN BAKUMPAI
1. Cerita Banjar
Wayah bahari, di hulu batang banyu badiam lalakian tuha bangaran Julak Larau.
Urangnya lamak, gawian sidin mancari iwak di batang banyu.
Kaahlian sidin manangkap iwak ngini kada sama kaya urang nang biasa mamakai
unjun, lukah, tampirai atawa sarakap. Sidin ni bila handak manangkap iwak turun ka jukung,
balalu mambuka surbannya nang malilit kapala sidin nang bulat kaya sumangka. Mining
mangilap bacahaya-cahaya. Iwak datangan mahurung cahaya matan kapala sidin nitu.
Tinggal manangkapi haja lagi iwaknya, di buat ka dalam bakul.
Di banua nitu badiam jua Intingan wan Dayuhan. Sudah pitung hari nang badua
badangsanak ngini makan kada baiwak, lalu taganang handak minta iwak wadah Julak
Larau..
Intingan tulak ka punduk Julak Larau. Di muka lawang inya bakiyau, “Julak, ulun
Intingan handak bailang.”
“Lakasi naik cucuku!” jar sidin.
Intingan masuk ka rumah Julak Larau.
“Handak nangapa, minta iwakkah?”
“Inggih, Sudah pitung hari kami makan bakuah uyah haja, Julak ai,” jar Intingan.
“ Uma marasnya ai! Malam ini kita mancari iwak,” jar sidin.
Malam nitu, Julak Larau maulur jukung. Lalu Intingan babuat mambawa bakul purun.
“Ikam harus bajanjilah, kada bulih tatawa wan. Bila ikam tatawa, ikam bulik
kakadapan,” jar Julak Larau.
“ Inggih. Ulun bajanji Julak ai,” jar Intingan. Julak Larau balalu bakayuh katangah
sungai.
“ Intingan pajahi lampunya,” jar Julak.
Kadap banar sa-alaman, imbah lampu dipajahi. Balalu ai Julak membuka surbannya,
langsung tarang mancirat mancaronong kapala sidin nang gundul, licin bulat mambulaning
kaya sumangka. Karuncuman iwak mangulilingi jukung. Katuju wan cahaya nitu.
Intingan handak banar tatawa malihat kapala Julak nitu. Tapi kaingatan sudah bajanji,
di tahaninya haja dalam hati.
“Intingan, tangkapi iwaknya,” jar Julak.
87
Intingan balakas manangkapi sampai bakulnya hibak.
“Mayu sudah, Julak ai” jar Intingan
Sidin balalu mamasang surban di kapala. Langsung kadap samun saalaman. Intingan
lakas malikit lampu. Balalu Julak bakayuh maantar Intingan bulik mambawa iwak sing
banyakan. Dayuhan marasa hiri.
“Aku handak ka wadah Julak jua,” jar Dayuha isuk arinya.
“Paraya Ding ai, iwak kita banyak haja,” jar Intingan. Talu hari imbah nitu, inya tatap
haja tulak, kada ma-asi wan kakanya.
“Ui Julak, ulun Dayuhan handak minta iwak, sudah talu hari makan kada baiwak,” jar
Dayuhan.
“ Marasnya ai, kaina malam kita mancari, ” jar sidin.
“Tapi ikam bajanji kada bulih tatawa wan kada bulih bapadah napa haja nang ikam
lihat. Bila ikam tatawa , ikam bulik bakadap tu pang,” jar Julak.
“Inggih, ulun bajanji,” jar Dayuhan.
Di tangah sungai Dayuhan disuruh mamajahi lampu. Tagal wayah Julak mamacul
surban, Dayuhan lucut tatawa. Lucu banar palihatnya kapala Julak nang bulat nitu.
“ Ha ha ha. Ha ha ha! Kapala julak bulat mambulaning. Ha ha ha! Kapala Julak kaya
sumangka,” jarnya sambil bapicik parut.
“Dayuhan, tangkapi iwaknya!” Jar Julak .
Dasar dayuhan kada paasian, wan kada maingati janji inya tatap tatawa, kada
tatangkapi lagi iwak di pinggir jukung. Sampai talu kali di tagur julak tatap haja kaya nitu.
Julak Larau sarik banar, balalu ai dipasang sidin surbannya, situ saini kadap samun.
Bakayuh sidin kapinggir sungai, lalu Dayuhan disuruh turun pada jukung. Ditinggalakan
sidin saurangan di padang sunyi. Dayuhan bajalan bakadap, kada tahu lagi jalan bulik. Kada
lawas hari hujan, awaknya manggatar kadinginan.
Ada kira-kira lajang sapangiau dilihatnya tarang api, balalu inya manuju ka situ.
Sakalinya ada saikung sapi rahat badadang di parak api.
“Uu sapi, aku umpat badadanglah,” jar Dayuhan baparak. Inya umpat badadang parak
api nitu.
Imbah hilang dinginnya inya baucap “Nang nyaman wayah hujan ni makan hati sapi
babanam wan nasi panas.”
Mandangar pander dayuhan nitu sapi jadi sarik. Disipaknya Dayuhan gancang–
gancang sampai tapulanting. Dayuhan di suruhnya bajauh.
Dayuhan tapaksa bajalan lantaran salah saurang mamandir nang kada dikatujui ulih
88
sapi. Inya bajalan pulang, kahujanan, kadinginan, lagi kakadapan.
Imbah lawas bajalan dipadang kadap nitu, dilihatnya tarang api. Balalu inya manuju
kasitu. Sakalinya di situ ada kambing rahatan badadang dipanas api.
“Uu kambing, aku umpat badadanglah,” jar Dayuhan.
“Ayu ha ka sini,” jar kambing.
Dayuhan umpat badadang disitu. Kada lawas imbah hilang dinginnya inya baucap
“Nang nyaman wayah hujan ni makan hati kambing babanam wan nasi panas.”
Sarik pulang kambing tadi mandangar, di tanduknya Dayuhan. Dayuhan disuruhnya
bajauh.
Dayuhan tapaksa pulang bajalan lantaran salah saurang mamandir nang kada dikatujui
ulih kambing. Inya bajalan pulang, kahujanan, kadinginan, lagi kakadapan.
Limbah kunyuk-kunyuk bajalan padang kadap, inya tadapat puhun kariwaya nang
labat daunnya, labat akarnya Diparakinya puhun kariwaya nitu, lalu ditagurnya.
“Ui kariwaya, umpat aku banaung.”
Kariwaya nutu bagarak ditampur angin. Dikira Dayuhan inya manyahuti. Balalu inya
masuk ka akar puhun kariwaya
“Salimputi aku kariwaya. Aku kadinginan!” ujar Dayuhan sambil manggigil.
Akar puhun kariwaya nitu babanyak manyalimputi awak Dayuhan, tagal awak
Dayuhan masih haja kadinginan.
“Lagi salimputi awakku, aku masih kadinginan,” jar Dayuhan.
Akar puhun kariwaya nitu babanyak manyalimputi awak Dayuhan. Pahabisan hibak
sabukuan awak Dayuhan digulung ulih akar puhun kariwaya.
Intingan nang manunggu dirumah, saumuran kada tadapat lagi lawan Dayuhan,
lantaran kada panurutan papadahan dangsanaknya.
89
2. Cerita Bakumpai
Bantus
(Cerita Rakyat Bakumpai)
Kesah Bantus tuh kesah asal bi jaman batuh baneh, kesah uluh batuh ji paling
hambalar, araie Bantus. Bantus hapan belun dengan Umae ji jadi bakas kiya. Uluh ji kalebu
hatawan ji aran Bantus te punae hambalar, gawiaie jida beken menter-menter balawu kuman
batiruh.
Buhen pada ije andau parahatan Bantus menter sambil mamahera iye tangkejet hiau
ada ji mangahau araie. Bantus munduk mangilau suara te dumah bi kueh. Tuh situh Bantus
yaku mangahau ikau.
Bantus maningau kan lalungkang ji jida kejau pada ukan Bantus menter, si baun
lalungkang te puna ada ji batang jambu, bidan bijambu te ada ji kungan burung darakuku.
Bantus, sipet yaku Bantus auh burung jite. Limbah Bantus hatawan burung jite ji mangahau
iye tenah Bantus hampuli menter hindai, kuler tumbah Bantus. Sipet yaku Bantus auh burung
te hindai. Hamperepere burung te mangahau, kamuyakan maka kiya Bantus. Lalu inyipete
burung jite tanggar lalu burung te manjatu kan petak. Bantus handak hampuli menter tapi
burung te mangahau iye.
Impung yaku Bantus, auhe. Hamparere hindai burung te mangahau ahire maku kiya
Bantus muhun kan petak mainpung burung darakuku ji buah sipet te. Lalu iandake si rahan
luar handak ilihie, Bantus handak tane kan huang manangkuli menter. Tapi burung te
mangahau dengan Bantus. Irek yaku Bantus, lalu belum apui inapui yaku Bantus, auhe.
Peda ingahau tarus ahire maku kiya Bantus. Ringkas kesah mansak pupuian maura-
ura mawi kacar iweh Bantus.
Jida kawa maarit hindai Bantus lalu mangenta burung te. Sanjulu beh lepah ikinan
Bantus. Puna jidu inyangka burung ji halus tenah mampabensuh tanain Bantus, handak jida
kawa hagerek kabensuhan. Jida kakueh Bantus marasa kapehe tanaie handak mamani.
Iye tapaksa manggau ukan batanggar si likur dapur.
Alkisah jandau-jandau jida kamean sampai tukep ji bulen.
Buhen waktu umae muhun kan rahan luar silikur te iye maalang dawen baluh dengan
batange malancar subur banar. Umaie bainsek dengan Bantus. Bantus manumbah jida
hatawan lalu. Padahal tumbu be asal eka tambuan tain Bantus. Baluh te malantar manjelar
90
daweie hai banar.
Jida kakueh baluh te mangambang, kambang jadi putuk, putuk jadi bua. Sanjulu bua
baluh te hai, sampai tandak sipetak puna limpat hai. Limbah jadi batue lalu inutik si Uma.
Babehat banar uluh badue manggatang kan huang huma.
Bantus inyuhu badinu lading si Uma handak manyila baluh babaya tandak lading tau-
tau baluh te basila kabuate, tangkejet jida sakira Bantus dengan Umae. Sebape si huang baluh
te ada anak uluh pina baputi bahenda bahalap banar.
Bantus takang kilau hampagu, tapi si Uma barake iye maangkat anak kuluh te ji
tanyata anak uluh bawi kilau jadi baumur telu nyelu. Limbah iangkat lalu anak uluh te
manangis kilau tangis anak uluh halus kiya, impundunge kasukaan yaku supa anak auhe
kahuaan. Lalu inpanduie limbah jadi barasih lalu inyapute. Sampai ji bulan anak uluh te
mulai tau hapander dan mulai tau mananjung.
Nyelu kalawan nyelu bawi ji supa bi huang baluh te baubah jadi bawi bujang ji
bahalap banar kilau bidadari.
Bantus lembut mahamen panguler iye baubah jadi hatue ji rajin iye manduhup banar
dengan Umae.
Iye bagawi kantana muhun magilau laukkan sungei dan bakabun. Sahingga Uma
Bantus jida kakurangan hindai, awen mulai belum mangat. Jida kakueh Bantus ingawinan
dengan putri bi asal huang baluh te. Uluh lebu pada heran bawi dumah bi kueh sawan Bantus.
Ditulis Kembali oleh Pambakal Banua Hujung Tanah (Adum M. Sahriadi)
Diambil dari Buku: BAHASA BAKUMPAI; STRUKTUR DAN IDENTITAS
Penulis: M. Hatta Baduani
Editor: Retno Inten ZA Maulani dan Setia Budhi
Cetakan: Pertama Januari 2005
Penerbit: CRDS Kalimantan
Glosarium Bahasa Banjar
No Bahasa Banjar Terjemahan
1. Dangsanak saudara
2. Kadap gelap
3. Salimput selimut
4. Talu tiga
5. Tampur tiup, sebar
6. Pitung tujuh
91
Glosarium Bahasa Bakumpai
No Bahasa Bakumpai Terjemahan
1. Batuh zaman dahulu
2. Baluh labu
3. Bakas tua
4. Bahenda kuning
5. Manduhup membantu
6. Mananjung bajalan
Evaluasi
A. Tes Mandiri
2. Berikut ini yang bukan merupakan kelemahan metode pembelajaran bercerita yakni…
a. Anak akan merasa bosan jika penyampaiannya kurang menarik atau monoton
b. Memerlukan tenaga yang lebih
c. Anak akan merasa cepat mengantuk
d. Tidak semua anak menyukai bercerita
92
4. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan pada saat bercerita…
a. Persiapan
b. Membangun Suasana
c. Kuasai Teknik
d. Tahan Napas
7. Berikut ini terdapat beberapa jenis cerita yang dibawakan saat bercerita. Manakah yang
tidak tepat dibawakan di depan murid SD?
a. Kepahlawanan
b. Binatang
c. Sejarah
d. Percintaan
8. Manakah dari tahapan berikut ini yang bukan merupakan tahapan latihan bercerita
a. Olah Tubuh
b. Lari Pagi
c. Olah Vokal
d. Olah Rasa
e. Artikulasi
93
B. Tes Akhir
1. Baca dan pahamilah cerita di atas dalam Bahasa Banjar/Bakumpai kemudian praktikkan
di depan teman-teman Anda!
C. Tindak lanjut
KUNCI JAWABAN
Soal Mandiri
1. A. Menuturkan cerita.
2. C. Anak akan merasa cepat mengantuk.
3. D. Semua anak bisa menerima pelajaran dengan mendengarkan.
4. D. Tahan Napas.
5. A. Lafal ucapan harus menarik, keras, dan jelas.
6. C. Menyimak dan Berbicara.
7. D. Percintaan.
8. B Lari Pagi.
94
PENUTUP
A. RINGKASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bercerita artinya menuturkan
cerita. Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang
lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat
didengarkan dengan rasa menyenangkan.
Ada beberapa cara dalam bercerita yaitu penggunaan suara, pemusatan perhatian,
kesenyapan, mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimik. Menggunakan cerita
sebagai metode pembelajaran dirasa mudah dan tidak memerlukan dana yang besar. Metode
pembelajaran ini memiliki kelemahan seperti Anak akan merasa bosan jika penyampaiannya
kurang menarik atau monoton, memerlukan tenaga yang lebih, dan tidak semua anak
menyukai cerita dan memperhatikan Cerita. Meskipun demikian, metode pembelajaran
cerita juga memiliki kelebihan, seperti dapat mengasah daya imajinasi dan daya ingat anak,
akan menarik perhatian anak jika cara penyampaiannya tepat dan sesuai, dan metode
pembelajaran cerita ini merupakan media yang sangat membantu pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didiknya.
Agar dapat bercerita dengan baik diperlukan tips agar cerita dapat tersampaikan
dengan baik, yaitu Lafal ucapan harus menarik, keras, dan jelas; Intonasi suara mengikuti
alur cerita kapan saat bersuara keras atau lembut; Gerak tubuh dapat mempengaruhi cara
95
bercerita yang baik; Ekspresi wajah juga mempunyai peranan penting terutama mata; Pilih
jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak; memulai bercerita dengan cara yang singkat,
padat dan tepat agar dapat menarik perhatian si pendengar; kemudian, Tingkatkan
partisipasi anak dengan keaktifannya dengan memberi pertanyaan di sela-sela cerita. Selain
itu, juga didukung oleh strategi atau metode Latihan sebelum bercerita seperti olah tubuh,
olah vokal, olah rasa atau penjiwaan, artikulasi, ekspresi, naskah, dan pemanggungan.
96
DAFTAR PUSTAKA
97
MODUL PEMBELAJARAN
KOMEDI TUNGGAL
BAHASA BANJAR DAN BAKUMPAI
TINGKAT SD
Tim Penyusun
98
BAB I
PENDAHULUAN
Komedi tunggal sebagai salah satu lawakan yang pelawaknya membawakan lawakan
seorang diri di atas panggung secara monolog mengenai suatu topik
(id.m.wikipedia.org.wiki/lawak). Komedi Tunggal dalam Revitalisasi Bahasa Daerah di
Kalimantan Selatan dengan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Banjar dan Bakumpai.
Revitalisasi Bahasa Daerah yang dilaksanakan oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan
ini adalah salah satu upaya untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah di
Kalimantan Selatan melalui lomba Komedi Tunggal.
99
I.3. Kompetensi Dasar Pembelajaran dan Pelatihan
1. Peserta diharapkan mampu menjelaskan pengertian komedi tunggal dalam Bahasa
Banjar dan Bakumpai (Bapandung)
2. Peserta diharapkan mampu mengetahui Manfaat Komedi Tunggal dalam Bahasa
Banjar dan Bakumpai (Bapandung)
3. Peserta diharapkan mampu mempraktikkan komedi tunggal dalam Bahasa Banjar
dan Bakumpai (Bapandung).
I.4. Peta Konsep
Untuk mempelajari modul ini, hal-hal yang perlu anda lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pelajari daftar isi dengan cermat, karena daftar isi akan menuntun anda dalam
mempelajari materi ini.
2. Untuk mempelajari modul ini haruslah berurutan, karena materi yang mendahului
100
merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
3. Pahamilah uraian materi yang ada, sebaiknya mempraktikkan materi-materi yang
dapat dipraktikkan. Jika anda menemui kesulitan, kembalilah mempelajari materi
yang terkait.
4. Jika Anda mempunyai kesulitan catatlah, kemudian tanyakan kepada pendamping
pada saat kegiatan.
101
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN
1. Pertemuan 1
a. Pengertian Komedi Tunggal
R.J. Wilkinson (dalam Jusuf, 1984:5) menyebutkan bahwa istilah cerita jenaka ini
dikenal juga dengan farce, a practicaljoke atau farcical, willing.
Jumsari Jusuf dkk. (1984:4--5) menyebut kelompok cerita ini dengan istilah cerita
humor.
102
b.Hakikat Komedi Tunggal
Secara umum kita mengetahui bahwa penyebarluasan cerita
jenaka disampaikan secara lisan. Namun, tidak semua transmisi sebuah
cerita lisan selalu diawali melalui tahap lisan lalu tulisan. Adakalanya,
sebuah cerita lisan awalnya justru berasal dari naskah tulisan yang
kemudian disampaikan secara lisan.
Selain menjadi penghibur hati atau pelipur lara, cerita jenaka
juga dapat memberikan nasihat dan pelajaran yang baik kepada
pembacanya (nilai-nilai) seperti selalu berlaku jujur, tidak berandai-
andai, dan tidak berlaku menang sendiri serta mencari untung yang
belum tentu didapat, karena hal ini dapat mencelakakan diri sendiri.
Kehadiran cerita jenaka dalam khazanah sastra Indonesia
menunjukkan bahwa cerita ini adalah bagian tidak terpisahkan dari
tradisi bersastra leluhur kita. Cerita jenaka muncul dalam versi dan
variasi yang memperlihatkan bahwa cerita ini dikenal luas di Nusantara
dan merupakan kekayaan budaya lokal bangsa yang diwarisi dari masa
lampau serta memiliki arti penting dalam upaya pembinaan dan
pengembangan kebudayaan nasional. Pada dasarnya, cerita-cerita itu
merupakan kekayaan budaya yang berisi berbagai data dan informasi
tentang pikiran, perasaan, dan pengetahuan dari suatu bangsa atau
kelompok sosial budaya tertentu. Tidak hanya itu, cerita rakyat juga
merupakan unsur budaya yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sosial masyarakat yang melahirkan dan mendukung cerita- cerita
tersebut.
103
c.Manfaat Komedi Tunggal
1. Memberi Sudut Pandang Baru
Komedi tunggal dalam hal ini bapandung membahas berbagai macam topik.
Ada beberapa Pamandungan alias pelaku bapandung yang sering membawakan
materi tentang keresahannya terhadap beberapa masalah yang ia alami. Namun,
masalah tersebut tentu tidak dibahas dari sudut pandang yang menyedihkan, tapi
justru secara jenaka dan lucu. Hal itu bisa mengajarkan kita untuk mencoba
memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang baru, yaitu sudut pandang
komedi.
104
4. Bisa Menertawakan Diri Sendiri
Pernahkah kamu menonton bapandung dengan materi yang sangat relatable
dengan hidupmu? Salah satu contohnya, sang pamandung berbicara tentang
kebiasaan buruk yang ternyata kamu miliki. Lalu, ia mengungkapkan sisi kelucuan
dari kebiasaan tersebut dan kamu pun tertawa terpingkal-pingkal.
Menertawakan diri sendiri itu sangat bermanfaat. Selain menghibur dan
menyehatkan, kamu juga bisa belajar untuk tidak terlalu jaim alias jaga image. Kamu
juga jadi sadar bahwa kekurangan dirimu tidak harus membuatmu frustrasi, tapi
justru tertawa. Itu pun bisa membuatmu terhindar dari stres dan pastinya kamu lebih
bahagia.
5. Dapat Belajar Menjadi Pemandungan
Jika tertarik pada bapandung, mungkin pernah terpikir bahwa untuk juga
menjadi seorang pamandungan profesional. Supaya bisa menjadi pamandungan yang
baik, tentu kamu harus banyak belajar. Salah satu caranya tentu dengan menonton
sebanyak mungkin bapandung dari para pamandungan.
Ya, bapandung bisa menjadi pilihan karier bagimu. Sebagai bentuk komedi
yang terbilang baru, masih ada banyak ruang bagi jenis komedi ini untuk
berkembang. Makanya, gak perlu ragu jika kamu punya impian menjadi komika
profesional. Selama kamu terus berusaha, cita-cita itu pasti bisa tercapai.
105
2. Berikan Sikap dalam Materi Komedi Tunggal
Setelah sudut pandangnya didapatkan, yang diperlukan selanjutnya adalah
sikap atas sudut pandang itu. Sikap itu bisa berupa kesal, sedih, takut, heran, senang,
dan lain-lain. Jadi, untuk sudut pandang kelakuan pengendara sepeda motor di
sebuah kemacetan lalu lintas, kita bisa mencoba mengambil sikap heran atau merasa
aneh.
3. Perkuat Alasan Atas Sikap yang Diberikan
Perkuatlah sikap tersebut dengan alasan kenapa kita bersikap demikian.
Contohnya merasa heran karena pengendara sepeda motor di kemacetan lalu lintas
itu berkelakuan semaunya, terus mengelakson, dan tidak ada yang mau mengalah
sehingga terus berdesakan hingga amarah memuncak.
4. Turunan dari alasan atas sikap
Bagian ini adalah kelanjutan dari alasan yang menggiring materi kepada hal
yang lucu pada bagian akhir. Di sinilah berbagai teori bisa dioptimalkan, terutama
teori-teori dalam seni kebahasaan seperti majas. Di antara majas yang sering dia
pakai adalah hiperbola, ironi, personifikasi (perumpamaan) dan lain-lain.
5. Utamakan Twist/ Punch line
Inilah sebuah final dari sebuah materi yang ditulis. Lucu atau tidaknya dilihat
dari bagian ini, yaitu bagian plot. Sehingga, plot yang twist atau diputar maka akan
menjadi sesuatu yang lucu.
Umumnya, punch line atau sesuai istilahnya, twist, akan menjadi lucu ketika
ada pengalihan alur cerita ke sesuatu yang tidak tertebak sebelumnya. Bisa berupa
kebalikan dari yang diharapkan atau diprediksi netizen, bisa pula mengambil
pecahan alur cerita orag lain. Bisa juga dengan ‘act out’ atau tingkah laku yang
membahasakan materi.
106
1. Act-Out
Act Out atau biasa dikenal sebagai acting out adalah teknik di mana lelucon
dibawakan dengan akting. Ini gunanya untuk mempertebal punch line. Misalnya
kamu melempar lawakan tentang polisi yang menilang, kamu harus
mengadegankan polisi saat menilang lengkap dengan gerak-geriknya.
2. Rule of Three
Rule of Three adalah teknik penggunaan 3 kalimat. Pertama biasa, kedua biasa,
ketiga baru sedikit menukik atau langsung ke punch line. Kekurangan teknik ini
adalah materi yang kita sampaikan cukup ketebak oleh audiens. Dika
menyarankan teknik ini jangan sering dipakai kalau materi yang kita sampaikan
sedikit, atau ada baiknya diselingi dengan teknik lain.
3. Double punchline
Double punchline adalah sebuah teknik di mana seorang komika melemparkan
joke beruntun antara punch line satu ke berikutnya. Namun, nggak menutup
kemungkinan bahwa komika punya lebih dari 2 punch line. Dika menyebutkan
double punch line ini paling susah ditulis, dan kadang- kadang komika lebih
sering melakukan double punch line secara spontan.
4. Hiperbola
Teknik hiperbola atau melebih-lebihkan sesuatu adalah teknik yang dekat
dengan act out. Di mana seni membuat adegan lebay ini kalau berhasil
dibawakan oleh komika bisa sukses membuat penontonnya tertawa.
Kadang teknik hiperbola ini membawa penonton berimajinasi bahwa adegan
tersebut ada di kehidupan nyata. Tapi satu yang harus diingat adalah “don’t try
to be funny”, namun berusahalah senatural mungkin dan kalian akan terkejut
dengan respon.
107
5. Heckler
Heckler adalah “pengganggu” saat kita berdiri di hadapan audiens, mereka biasa
menimpali materi yang dibawakan komika dan bisa merusak konsentrasi.
Sementara handling adalah cara menanggapi “pengganggu” tadi dengan benar,
dengan cara yang seru dan bisa berbalik menjadi materi yang lucu. Dika
mengatakan handling ini sifatnya spontan, jadi perlu jam terbang dan latihan
terus.
6. Riffling
Riffling adalah teknik improvisasi di tempat. Yang harus diperhatikan saat
berimprovisasi adalah jangan bercanda kasar, menyinggung SARA, atau
meledek sesuatu yang tidak bisa diubah dari orang seperti keadaan fisiknya.
Riffling hampir selalu dilakukan on the spot, namun ada beberapa komika yang
sengaja sudah menyiapkan lewat materi dan itu sah-sah saja dilakukan.
7. Call Back
Teknik stand up comedy call back adalah memanggil kembali punch line yang
sudah dikeluarkan di beberapa kesempatan yang berbeda. Yang perlu
diperhatikan jika menggunakan teknik ini adalah pastikan punch line pertama
sudah bagus. Jadi buat materi yang kuat terlebih dulu baru gunakan teknik call
back.
8. One Liner
One liner adalah joke yang terdiri dari satu sampai dua kata. Dalam penggunaan
one liner komika harus bermain dengan set up dan punch line sederhana, atau
dipangkas jadi satu kalimat sederhana.
108
2. Pertemuan 2
109
5. Komedi Karakter
Komedi atau jokes jenis karakter ini adalah jokes yang didasari kepintaran
seorang komedian dalam menciptakan sebuah karakter bertingkah lucu. Komedi
karakter juga bisa dengan menirukan karakter lucu seseorang. Ciri utama dari
komedi karakter adalah keunikan ekspresi seorang komedian dalam
menampilkan emosi, tingkah laku, dan mimik muka yang menggelikan.
6. ScrewBall
Meskipun terdengar asing, namun jenis komedi ini terbilang cukup populer.
ScrewBall adalah jenis komedi yang biasanya di filmkan dan menekankan pada
karakter utama yang unik, esentrik, aneh, dan bermasalah. Saking
bermasalahnya, hal-hal yang dihadapi pun juga sangat amat tidak masuk di akal.
7. Parodi
Jenis jokes yang terakhir yaitu ada komedi parodi merupakan jenis komedi
dimana menertawakan sesuatu dengan meniru atau membuat imitasi dari yang
orisinal dengan selucu mungkin. Biasanya seorang komedian yang meniru
suara, gaya pakaian, gaya berjalan publik figure dengan semirip mungkin,
hingga terkesan lucu dan menghibur.
110
3. Pertemuan 3
Komedi Tunggal Berbahasa Banjar
Bapandung secara etimologi bahasa banjar (pengetahuan yang diwariskan oleh
prof. Djantera Kawi, Guru Besar dan dialektolog banjar) bisa kita urai dulu menjadi Ba =
yang artinya melakukan kegiatan atau pekerjaan, Pa = menunjukkan seseorang pelaku
atau tukang (bhs. Banjar), sedangkan Andung = diartikan mengendong dengan kedua
tangan, menahan dengan kedua tangan agar tidak jatuh. Daripada itu maka Bapandung
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang membawakan sesuatu yang
digendongnya, atau (gawian tukang gendong; dalam hal ini cerita atau kisah).
Bapandung adalah salah satu wujud tradisi lisan yang sangat penting untuk
ditinjau, terutama dalam rangka mengangkat dan mengembangkannya untuk saat
sekarang dan akan datang, tradisi lisan dan keberadaannya sekarang ini dapat dikatakan
hampir punah.
Dianalisa dari bahasa yang dipergunakan dalam keseniaan ini bukanlah dari
bahasa Banjar yang berada di kuala pada umumnya, dari aksen dan dialek yang
digunakan diperkirakan berasal dari pahuluan banjar. Dalam buku Budaya Banjar
(Ideham dkk. 2005,hlm 352), menyatakan di Margasari, kabupaten Tapin yang
kemunculannya sekitar abad 19 pada pertunjukan kesenian Mamanda.
Cerita bapandung ialah cerita dalam teater tutur yang dimainkan dengan cara bertutur
atau bercerita yang dituturkan oleh seorang penutur seperti narasi atau dalang. Kalau
dalang memainkan dengan media wayang, pamandungan justru mempergunakan batang
tubuhnya sendiri menggantikan dialog-dialog tokoh-tokohnya. Masyarakat dan si tukang
pandung sepakat bahwa bentuk yang baik mempunyai isi yang baik, orang yang jahat
tentu bertampang buruk pula, dan perbuatan yang merusak ialah si penjahat. Karena
itulah tokoh-tokoh cerita dalam sastra lisan bapandung cenderung hitam putih, dan
penggambaran watak tokoh-tokoh cerita banyak mengandalkan deskripsi fisik.
Penggambaran secara hitam putih itu, yang baik hanya baik, yang buruk sepenuhnya
buruk, dan itulah sangat mempermudah masyarakat (penonton) yang menganut tradisi
lisan itu akan mempertahankan ingatan mereka karena kenyataan menjadi tampak
sederhana, terdiri dua komponen yang dapat dibedakan, yaitu baik dan buruk. Cerita yang
dituturkan dalam pertunjukan bapandung adalah cerita mitos, legenda, cerita rakyat syair,
hikayat dan atau rekaan tukang pandung sendiri. Kesenian ini berfungsi sebagai hiburan
masyarakat. Tidak banyak properti yang dipergunakan dalam berkesenian ini. Busana
atau pakaiannya juga sangat sederhana, yaitu pakaian harian biasa.
111
Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam Bapandung, yaitu;
1. Cerita, sajian cerita dalam bapandung dilakukan dengan cara bertutur atau berujar
dalam bentuk narasi maupun dialog. sebagaimana dalang wayang kulit. Kalau
dalang memainkan dengan media wayang, sedang pamandungan justru pengguna
BATANG TUBUHNYA sebagai alat pada dialog-dialog tokoh-yang diceritakannya.
3. Teknik Penuturan, kualitas ujaran dan warna suara ketika dialog tokoh yang satu
dengan yang lain dapat dibedakan dengan jelas, warna suara dari tukang pandung
harus lebih wajar dan alami. Yaitu dengan teknik-teknik suara, teknik bunyi efek
tertentu misalnya suara raja berbeda dengan suara patih, dan tentu berbeda pula
dengan suara seorang puteri atau permaisuri.
4. Penuturan Latar, baik dari ploting cerita, tokoh maupun yang melatarbelakangi cerita
harus berhubungan dengan nuansa kisahan.
5. Humor, sebagai daya tarik penampilan dan dalam bercerita biasanya diselipkan
humor-humor sehat. Ada 3 (tiga) teknik yang digunakan dalam humor ini, yaitu
112
a. Teknik Korban yaitu kejadian yang semula seperti biasa saja pada tokoh, tetapi pada
akhirnya ia menjadi korban yang ditertawakan (tapakalah).
b. Teknik Kontras yaitu cara menjawab atau membalas dengan berlawanan yang sama
sekali tak terduga.
c. Teknik Serasi yaitu menserasikan ujaran untuk menimbulkan unsur humor. suatu hal
yang terjadi direspon dengan menyerasikannya (manyalurui).
Sumber:
https://www.google.com/search?q=foto+bapandung&sxsrf=APwXEddsu7qhEw8VRafK
VpWSy8tmCou4NA:1683543943521&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj
ood71yeX-
AhXb9jgGHaMKAkoQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1536&bih=746&dpr=1.25#imgrc=
qmLEmicvbaYlcM
113
4. Pertemuan 4
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Komedi Tunggal
Berikut ini akan dipaparkan mengenai langkah-langkah atau tahapan saat
melakukan komedi tunggal.
1. Bit
Bit adalah sebuah item komedi. Biasanya, bit juga disebut sebagai sebuah
materi komedi. Dalam rangkaian sebuah penampilan stand-up comedy,
seseorang merangkai beberapa bit. Bit sendiri secara teori dan pada umumnya
tersusun dari set-up dan punchline.
2. Open Mic
Ajang latihan bagi para komika untuk mencoba materi mereka lucu atau tidak.
3. Premis
Kata pengantar yang menggiring penonton kepada candaan dari komika.
4. Punchline
Ini titik ledak dari sebuah candaan. Seusai premis, barulah keluar sebuah
ledakan untuk tawa atau klimaks dari materi.
5. Set Up
Bagian tidak lucunya dari Jokes, Set up itu sebenernya beda dengan premis, tapi
karena samar jadi tidak masalah.
6. Timming
Dari istilahnya saja sudah jelas waktu yang diberikan untuk komika selama di
panggung.
7. Riffing
Saat di panggung, komika harus menjadi pusat perhatian. Caranya? Ya dengan
melakukan Riffing atau mengambil perhatian penonton.
8. Hackling
Ini nih yang sebutan ketika para penonton yang sering mengganggu penampilan
komika. Mereka umumnya disebut Hackler.
9. Act-out
Memang pada awalnya Stand Up Comedy berbeda jauh dengan srimulat atau
komedi wayang orang. Namun, yang namanya "mimik wajah" dan "gesture"
tidak dapat ditiadakan dalam Stand Up Comedy untuk menambah kesan lucu.
114
10. Delivery
Kalau premis adalah penggiringan materi ke punchline, delivery lebih kepada
penyampaian materi ke penonton yang terdiri dari empat unsur, yaitu,
Artikulasi, Mic-ing, gesture, dan emosi.
Tidak perlu menjadi penKomedi Tunggal yang profesional bila ingin Komedi
Tunggal Anda dapat diterima oleh orang lain, cukup mengetahui beberapa teknik
Komedi Tunggal yang baik agar sebuah komunikasi dan kedekatan emosional dapat
tercapai lewat Komedi Tunggalan kita.
2. Intonasi suara mengikuti alur cerita kapan saat bersuara keras atau lembut. Suara boleh
dibuat berbeda antar tokoh dan narator. Salah satu yang paling disenangi oleh anak-
anak adalah menirukan suara.
3. Gerak tubuh dapat mempengaruhi cara Komedi Tunggal yang baik. Coba bayangkan
bila kita hanya berdiri tegap tanpa ekspresi ketika Komedi Tunggal, membosankan
bukan? Gerakan tangan, kaki atau anggota tubuh lain saat menirukan tokoh atau
menyesuaikan dengan alur cerita.
4. Ekspresi wajah juga mempunyai peranan penting terutama mata. Orang marah,
gembira, atau bingung dan sebagainya dapat ditunjukkan melalui pandangan
penKomedi Tunggal
5. Pilih jenis cerita yang sesuai (tidak mengandung porno aksi dan pornografi, tidak
menyinggung cacat fisik, tidak menyinggung SARA, dll).
6. Yang perlu diperhatikan adalah memulai Komedi Tunggal dengan cara yang singkat,
padat dan tepat agar dapat menarik perhatian si pendengar. Pembuka merupakan
cerminan isi Komedi Tunggal yang baik.
115
7. Buatlah cerita Komedi Tunggal tidak perlu terlalu panjang.
8. Jika telah menampilkan satu adegan dalam cerita, usahakan menarik kembali perhatian
audiens.
116
5. Pertemuan 5
Tahap Latihan Komedi Tunggal
NO JENIS KEGIATAN PROSES LATIHAN
1. OLAH TUBUH Olah tubuh dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
peregangan (pemanasan)
latihan inti, dan
latihan pendinginan.
117
Tekanan pada kata tertentu yang perlu ditonjolkan
dalam suatu kalimat untuksuatu kepentingan. Contoh
berikut ini yang digaris bawahi dalah kata yang perlu
mendapat penekanan. Penekanan kata pada kalimat
untuk menonjolkan isi pesan atau perasaan dan
pikiran dari kalimat itu .
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
- Jiwa Kalimat
Jiwa kalimat merupakan usaha atau teknik
menghidupkan kalimat dengan bantuan emosi suara.
Misalnya pada latihan kata “Apa“ dengan ekpresi
perasaan yang berbeda berikut ini :
Sedih (apa)?
gembira (apa)?
marah (apa )?
benci (apa)?
malas (apa)?
mengharap (apa)? dan seterusnya
-Tempo dan Irama
Tempo dan irama adalah pengolahan suara dengan
memperhatikan dinamika, artinya suara yang
dihasilkan tidak monoton tetapi bervariasi. Latihan
mengucapkan kata dan kalimat dengan irama yang
berbeda, cepat, lambat, tegas, mendayu-dayu, dan
sebagainya.
3 OLAH RASA/PENJIWAAN Komedian harus memiliki kemampuan untuk menjadi
- Latihan Konsentrasi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Tentu hal itu
- Latihan Imajinasi bisa terjadi kalau mampu berkonsentrasi mengolah
118
- Latihan Ingatan Emosi rasa, dan emosi.
4. Latihan Konsentrasi
Latihan konsentrasi adalah latihan memusatkan
pikiran kita pada satu objek sesuai dengan tujuan.
Misalnya pikiran fokus pada inti cerita
5. Latihan Imajinasi
Latihan ini mengolah daya khayal seolah olah hal itu
terjadi saat ini dan dirasakan. Lakukan permainan
imajinasi misalnya kamu berimajinasi pergi
berpetualang ke hutan belantara, mendaki puncak yang
tinggi, menuruni jurang yang curam dan bertemu
dengan berbagai binatang baik yang jinak maupun
yang buas. Juga menemukan berbagai situasi seperti
air terjun yang menyegarkan, pohon yang tumbang,
kehujanan ataupun merasakan gunung yang akan
meletus.
119
4 ARTIKULASI Artikulasi penting karena terkait dengan kejelasan
- Mengucapkan huruf vokal kata yang Anda sampaikan. Jika setiap kata yang
dan konsonen dengan benar Anda sampaikan jelas maka audiens akan tahu apa
latihan membaca dengan yang Anda sampaikan sehingga mereka akan mengerti
suara dikeraskan dan memahami maksud pesan Anda.
- Mengucapkan suku kata
dengan suara yang 1. Mengucapkan Huruf Vokal dan Konsonen
dikeraskan. dengan Benar
- Latihan mengucapkan
serangkaian kata kata sukar Untuk cara latihnnya seperti ini.
- Melatih kelenturan rahang
mulut, bibir dan lidah Anda Silakan latihan pengucapan huruf vokal, yaitu A, I, U,
sebelum berbicara E, O dengan pengucapan yang benar, pertama dengan
tempo normal, selanjutnya dengan tempo cepat.
120
Cara melakukannya seperti ini.
121
Bagambar salambar dua lambar kada bagambar
Burung hinggap imbah tarabang di paring panjang
Saribu dua biru tiga ribu ampat biru
Tidak percaya?
122
5 NASKAH Memilih dan menentukan naskah cerita yang akan
dipentaskan sesuai dengan usia anak.
6 PEMANGGUNGAN Persiapan kostum dan properti untuk Pementasan.
Penguasaan panggung lebih diutamakan agar tampil
lebih menarik di atas panggung.
CONTOH KOMEDI TUNGGAL BAHASA BANJAR (BAPANDUNG)
Dangsanak hari ini ulun handak bapandung nang judulnya BHBH. Apa itu BHHA? BHHA
yaitu Bulat Halus Habang Anum.
Suatu kampung di bawah gunung nang bangaran ‘Ayunan Ulin’. Di sanalah hidup badua
baranak. Nang anak ngarannya Udin, nang uma ngarannya Acil Calapan. Badua baranak
hidup saadanya. Buhannya ni urang nang kada mampu. Tapi sabuting nang baulah ulun
bangga, bujur Udin urang nang susah, tapi samangat balajarnya nomor satu, jempol gasan
udin.
Jadi, suatu hari si Udin di suruh oleh gurunya gasan PR manggambar, temanya pamandangan
nang indah. Himung ae si Udin, oleh si Udin ni katuju manggambar.
Nah ini Udinlah (pamandung memerankan Udin dengan mengganti kostum sebagai deskripsi
tokoh)
Lalu Udin tulak ka pahumaan, imbah sambahyang Asar, handak manggambar.
Udin bajalan....set set...
Udin: “Ih himungnya ulun disuruh manggambar oleh Bu Ratih. Manggambar pamandangan
jadi kaya barasa ulun jadi Iron man. Malukis pamandangan indah, siapakan kuas, siapakan
kanvas, siapakan kartas.
Hik hik (menangis) bisa kada jadi dapat 100. Disuruh ibu manggambar pamandangan indah,
tapi lihati kadada pamandangan indah.... gunungnya gundul.... sungainya hirang ....aduh
kayapa ini.
Kamana mancari pamandangan indah, maka ari parak sanja pulang.
Aduh dicarii mama mun kaya ini... aduh...
123
Mama Udin: Udin ini sudah jam barapa? Magrib satumat lagi. Ayo naik.
Udin : Hik.. tapi.. ma Udin disurh Ibu Ratih manggambar pamandangan indah, tapi
pamandangan indahnya kadada ma ae...hik.
Mama Udin: Nyata ae kadada pamandangan indah. Coba lihati sakuliling. Hutan gundul,
sungai tacamar, itu samunyaan marga ulah urang sakti nang katuju manambang, mataki
pohon, jadi sabarataan rigat.
Sudah kada usah manggambar pamandangan indah. Mun handak manggambar nang indah-
indah, gambar mama haja. Mama kena jadi modelnya.
Lajui bulikan... parak magrib sambahyangan.
Udin : Hik (basasigan)... inggih ma.. kada jadi ulun dapat 100 am, gara-gara
pamandangan indah.. aduh (kesal).
Udin sedih. Di tengah parjalanan bulik, Udin takajut. Inya malihat sesuatu hal di atas puhun
nyiur.
Udin : Ma...itu apa ma? Di atas puhun Nyiur ma. Bulat. Halus, habang anum.
Mama Udin: Oh... itu ngarannya hintalu kalambuai. Ikam kada tahukah? Kada dilajarikh
ikam ituh hintalu kalambuai.
Udin madangarakan mamanya, inya shock tadiam. Udin bingung mamikirakan, amun sawat
dua jam bisa gila tu si Udin. Udin mambayangakan si kalambuai nang bagana di banyu,
sakalinya kawa bahintalu di atas puhun nyiur.
Udin wan nang uma bukahan ... handak lapor manuju rumah pambakal.
Ternyata Pambakal sudah bukah matan rumah mambawa buntalan (pamandungan berganti
kostum)
Ini Pambakalnya.
Pambakal : Uyy Udin, mama Udin, handak kamana... Jangan bulik gawat kampung kita
baah. Kampung kita kabanjiran. Kampung kita tinggalam. Banyu baah kiriman dari
gunung. Ayuuu lajui kita bukahan. Rumah kita sudah larut.
Https://youto.be/_zvEvIRpFDM
124
BAB III
PENUTUP
Selain menjadi penghibur hati atau pelipur lara, cerita jenaka juga dapat memberikan
nasihat dan pelajaran yang baik kepada pembacanya (nilai- nilai) seperti selalu berlaku jujur,
tidak berandai-andai, dan tidak berlaku menang sendiri serta mencari untung yang belum
tentu didapat, karena hal ini dapat mencelakakan diri sendiri. Di sisi lain, dalam karya sastra
tersimpan kekayaan rohani bangsa; di dalamnya termaktub pengalaman dan penghayatan
penghidupan yang tidak hanya terekam tetapi juga sekaligus ditanggapi dan dinilai untuk
dipertimbangkan kembali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Komedi Tunggal adalah persiapan, bangun
suasana, kuasai Teknik, improvisasi, beri penutup. Agar dapat Komedi Tunggal yang baik
perlu memahami tips dalam Komedi Tunggal. Hal itu ditandai dengan memahami isi Komedi
Tunggal sebagai salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta dalam pelatihan
Komedi Tunggal dan pemaknaan yang dapat diterjemahkan sebagai upaya untuk
menyematkan atau memberikan maksud atau esensi akan sesuatu yang pada akhirnya bakal
terbentuk konsep sendiri.
Sebuah Komedi Tunggal dibangun oleh tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, isi
atau peristiwa, dan penutup. Pendahuluan, berisi kalimat pengantar untuk memulai Komedi
Tunggal.
Perlu latihan sebelum menampilkan Komedi Tunggal agar dapat dengan mahir
membangun rasa percaya diri. Tahapan dalam Latihan Komedi Tunggal meliputi olah tubuh,
olah vokal, olah rasa atau penjiwaan, artikulasi, ekspresi, naskah dan pemanggungan.
DAFTAR PUSTAKA
Saefuddin, (2019). Teater Tutur Bapandung dalam Masyarakat Banjar. Jurnal Undas 15 (2),
hlm. 107—122.
Modul Pembelajaran Revitalisasi Bahasa Daerah Sulawesi Selatan tahun 2022/2023.
125
BAGIAN II
MODUL
PEMBELAJARAN
BAHASA BANJAR
DAN BAKUMPAI
TINGKAT SMP
126
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
127
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Deskripsi Singkat
1.3 Kompetensi Dasar Pembelajaran dan Pelatihan
1.4 Peta Konsep
1.5 Tujuan Pelatihan
128
BAB I
PENDAHULUAN
Program Merdeka Belajar Episode Ke-17 Revitalisasi Bahasa Daerah yang resmi
diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tanggal 22
Februari 2022. Revitalisasi Bahasa Daerah sebagai wadah para tunas muda untuk mengasah
bakat dan kemampuan mereka dalam mempraktikkan atau membiasakan berbahasa daerah.
Salah satu materi yang mereka dapatkan ketika mengikuti proses pembelajaran dalam
Revitalisasi Bahasa Daerah adalah membaca dan menulis puisi. Membaca dan menulis puisi
merupakan sebuah keterampilan dan bakat yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Namun,
membaca dan menulis puisi dapat dipelajari.
Membaca dan menulis puisi termasuk keterampilan berbahasa dan bersastra yang
memerlukan pelatihan. Secara teknis, teori menulis dan membaca puisi sangat berbeda. Membaca puisi
merupakan ruang penyampaian kandungan isi dalam tipografi puisi. Sedangkan, menulis puisi adalah
daya ungkap ide yang dinikmati dengan penyajian kreativitas (kemampuan) penyair. Oleh karena itu, di
dalamnya ada nilai interpretasi yang mengantarkan pembaca untuk menyampaikan isi puisi
(jarasumselnews.co.id).
Modul ini dirancang untuk pembelajaran membaca dan menulis puisi berbahasa
Banjar dan Bakumpai. Bagian awal, beberapa pengertian dan teori tentang membaca dan
menulis puisi akan disajikan secara umum. Selanjutnya, setiap bagian tersebut akan diurai
dan dibahas lebih terperinci disertai kesempatan untuk melakukan praktik dan diskusi serta
evaluasi. Hasil akhir yang diharapkan adalah para peserta mampu membaca dan menulis
puisi berbahasa Banjar dan Bakumpai dengan kualitas yang baik serta mampu melakukan
desiminasi melalui praktik dan simulasi mengajar/melatih.
129
festival.
Model Pembelajaran
Materi Dasar Puisi
Skrip-Kooperatif dengan
Teknik ATTEP
a. Peserta dapat membaca dan menulis puisi dengan menggunakan Bahasa Banjar dan
Bakumpai.
b. Peserta dapat membaca dan menulis puisi dengan tema kearifan lokal daerah
masing-masing.
c. Peserta dapat membaca dan menulis puisi pada ajang kompetisi atau festival.
130
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN
A. Definisi Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga
diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.
(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5908472/pengertian-puisi-ciri-ciri-dan-jenisnya)
Pengertian puisi menurut Rahmat Joko Pradopo adalah ekspesi pemikiran yang
membangkitkan perasaan, ia mampu membangkitkan imajinasi panca indera dalam
suasana yang berirama. (https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/07/41-pengertian-puisi-
menurut-para-ahli.html)
Menulis puisi adalah daya ungkap ide yang dilihat (dinikmati) dengan penyajian kreativitas
(kemampuan) penyair. Karena itu di dalamnya ada nilai interpretasi yang dapat
mengantarkan pembaca untuk menyampaikan isi puisi. Dengan kata lain, menulis puisi
merupakan prinsip dasar dari penyajian ide dan gagasan secara estetis.
(https://www.suarasumselnews.co.id/menulis-dan-membaca-puisi/)
Membaca puisi itu merupakan penyampaian pokok isi dari hasil himpunan pengalaman
secara intensi (tujuan isi). Dalam membaca puisi kita harus menggunakan nada yang tepat.
Artinya dalam tiap penyampaian kalimat yang dibaca, perlu adanya pelafalan (daya ucap)
D. Unsur-unsur Puisi
131
D.1. Unsur Intrinsik Puisi
Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Unsur intrinsik
puisi terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.
1. Unsur Batin
Unsur batin puisi terdiri atas empat unsur, yakni tema, rasa, nada, dan amanat
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Tema
menjadi penentu penyair untuk menentukan diksi dalam puisi. Contohnya, puisi
dengan tema kasih sayang seorang ibu kepada anaknya akan memiliki diksi
yang berbeda dengan puisi bertemakan perjuangan para pahlawan melawan
penjajah.
b. Rasa
Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke
dalam puisi. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, serta pengetahuan penyair.
c. Nada
Nada adalah bentuk sikap penyair terhadap pembaca. Nada memiliki kaitan erat
dengan suasana. Penyair dapat menyampaikan puisi dengan berbagai nada.
Misalnya, puisi dengan nada sedih dapat membuat perasaan pembaca menjadi
iba. Tentu saja hal ini dapat menghadirkan suasana yang penuh kesedihan.
d. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Melalui puisi yang dibaca, pembaca dapat memperoleh amanat secara tersurat
ataupun tersirat.
132
2. Unsur Fisik
Unsur fisik puisi terdiri atas lima unsur, yakni diksi, rima, tipografi, imaji, kata
konkret, dan gaya bahasa.
a. Diksi
Diksi adalah pilihan kata pada puisi. Fungsi diksi dalam puisi ada dua, yaitu fungsi
estetis dan fungsi ekspresif. Fungsi estetis berarti diksi berguna sebagai unsur yang
memperindah puisi. Sedangkan fungsi ekspresif berarti diksi berguna sebagai
unsur yang membantu penyair mengungkapkan ekspresi yang dimiliki.
b. Rima
Rima adalah kesamaan nada atau bunyi. Rima tidak hanya bisa dijumpai pada
akhir setiap larik atau baris puisi saja, tetapi bisa juga berada di antara setiap kata
dalam baris.
c. Tipografi
Tipografi adalah wujud estetik pada bentuk penulisan puisi. Secara umum,
sering
ditemukan puisi dalam bentuk baris, tetapi ada juga puisi yang disusun dalam
bentuk fragmen-fragmen. Bahkan ada juga puisi yang ditulis dengan bentuk
yang
menyerupai apel, bentuk zig-zag, ataupun model lainnya.
d. Imaji
Penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya.
Imaji adalah kata atau rangkaian kata yang dapat memperjelas apa maksud dan
tujuan penyair. Pengimajian dilakukan agar puisi mampu menggugah imajinasi
pembaca melalui penginderaan.
e. Kata Konkret
Kata konkret maksudnya adalah keinginan penyair untuk menggambarkan
sesuatu secara lebih konkret atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata
yang membuat segala hal terkesan dapat disentuh dan dibayangkan.
133
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara penyair menggunakan rangkaian kata dalam
mengungkapkan sesuatu. Dalam sebuah puisi, gaya bahasa banyak dijumpai
dalam bentuk rangkaian kata yang bersifat konotatif, berlebihan, bahkan
terkesan merendahkan diri.
Umumnya, setiap penyair memiliki gaya bahasa tersendiri. Gaya bahasa dalam puisi
dapat dilihat melalui majas-majas yang digunakan. Adapun jenis majas yang sering
digunakan dalam puisi antara lain, majas personifikasi, majas metafora, majas
eufemisme, bahkan tidak jarang penyair menggunakan majas ironi.
1. Unsur Biografi
Unsur biografi adalah unsur yang berkaitan dengan latar belakang penyair. Latar
belakang cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi. Misalnya, penyair yang
berasal dari keluarga kurang mampu, ketika membuat puisi yang isinya
mengisahkan tentang kesulitan hidup, dapat lebih memilih diksi yang
merepresentasikan kisah tersebut karena penyair tersebut pernah mengalaminya
secara langsung. Begitu pula puisi dengan tema lainnya.
2. Unsur Sosial
Unsur sosial adalah unsur yang sangat erat kaitannya dengan kondisi masyarakat
ketika puisi tersebut dibuat. Misalnya, sebuah puisi dibuat ketika akhir masa orde
baru, maka puisi tersebut akan menggambarkan kondisi masyarakat yang sedang
sangat kacau, menggambarkan keadaan pemerintahan yang sangat carut-marut, atau
mengandung sindiran-sindiran terhadap pemerintah.
3. Unsur Nilai
Unsur nilai adalah unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni, ekonomi, politik,
sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan sebagainya. Nilai yang terkandung dalam
puisi menjadi daya tarik tersendiri, sehingga dapat memengaruhi baik buruknya
134
sebuah puisi. (https://www.ruangguru.com/blog/unsur-unsur-pembangun-puisi di
akses 30 Maret 2023)
135
2.2 Model Pembelajaran Skrip-Kooperatif Membaca Puisi Bahasa Banjar dan
Bakumpai dengan Teknik Pemodelan ATTEP
A. Konsep Model
B. Langkah-Langkah Model
Langkah-langkah penerapan skrip-kooperatif dengan teknik pemodelan ATTEP adalah
sebagai berikut.
1. Siswa berpasang-pasangan.
2. Setiap pasangan mendapatkan teks puisi dan video pembacaan puisi Bahasa Banjar
dan Bakumpai untuk dibaca.
3. Membuat ringkasan dengan mengimplementasikan metode pemodelan ATTEP.
4. Membagi tugas tiap anggota kelompok, satu berperan sebagai pembicara yang
lainnya berperan sebagai pendengar.
5. Pembicara membacakan ringkasan isi puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai selengkap
mungkin, sementara pendengar:
a. menyimak/mengoreksi/melengkapi hal-hal penting dalam pembacaan puisi
Bahasa Banjar dan Bakumpai yang kurang lengkap.
b. membantu mengingat/menghafal hal-hal penting dalam pembacaan puisi Bahasa
Banjar dan Bakumpai.
136
6. Pasangan bertukar peran, yang semula sebagai pembicara menjadi pendengar, lalu
melakukan hal yang sama (membacakan ringkasan isi puisi Bahasa Banjar dan
Bakumpai).
7. Perumusan simpulan.
C. Media
Materi Pokok: Puisi
Jenis Media: Skrip Puisi atau Video
Nama Media/Judul Bahasa Banjar: Habang Bigi Mata Manjanaki Banua
Penulis Puisi: Ali Syamsudin Arsy
Nama Media/Judul Bahasa Bakumpai: Panglima Wangkang
Penulis Puisi: Mumus
137
sapaguringan gin sawat haja baiigutan
han, iya kalu
mahir banar maudak gangan kawan
cawawa mun damintu lakunnya
PANGLIMA WANGKANG
Karya: Mumus
Bamula carita
Si lebo Salidah tau kiya sajela
Ba isi panglima ji pahanyi dengan gagah
Ului eh alim bakatuan bakamampuan
138
Peteh panglima dengan anak buah
Wangkang hakun matei badaha bakubui impandui
Mandau si lenge danum udu ji hapa salalu
D. Evaluasi
1. Bentuk: uji praktik
2. Rubrik: (disesuaikan guru)
E. Penutup
Model cooperative script merupakan model pembelajaran yang melatih siswa
untuk lebih terampil dan percaya diri. Kelebihan cooperative script dengan metode
pemodelan ATTEP antara lain:
a. melatih ketelitian;
b. melatih menjadi pendengar yang baik;
c. melatih siswa bermain peran; dan
d. melatih mengungkapkan kekurangan orang lain dengan lisan.
F. Referensi
Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
https://bertema.com/sintaks-metode-pembelajaran-cooperative- script diakses pada 29
Maret 2023, pukul 13.45 WITA.
https://penerbitdeepublish.com/model-pembelajaran/ script diakses pada 29 Maret
2023, pukul 13.45 WITA.
139
2.3 Model Pembelajaran-Pemodelan Membaca Puisi Bahasa Banjar dan
Bakumpai dengan Pemodelan
A. Konsep Model
Pembelajaran dengan pemodelan adalah representasi sederhana dari sesuatu yang nyata.
Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau
aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu dapat berupa cara mengoperasikan
sesuatu. Dengan begitu, guru memberikan model tentang bagaimana cara belajar.
Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian model (contoh) yang berhubungan
dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa. Pemodelan harus
dilakukan secara terencana agar memberikan sumbangan pada pemahaman dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar mengalami
peningkatan.
Pemodelan dikatakan efektif apabila siswa memahami materi yang dipelajari, terlibat
dengan antusias, dan memberikan variasi situasi. Persyaratan model yang baik, antara
lain, relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan tingkat siswa, menarik, praktis,
fungsional, menantang, dan kaya aksi. Adanya model dalam pembelajaran akan
membantu siswa untuk berpikir kritis. Siswa akan terbantu dengan mengamati model
yang disediakan sehingga siswa memahami materi yang diajarkan. Siswa tidak hanya
menerima informasi dari guru, tetapi juga dapat menggali informasi dari model yang
disediakan.
Dalam pembelajaran membaca puisi, model memberikan contoh melakukan sesuatu,
kemudian siswa mencermati dan menirukan sampai dapat melakukan hal yang sama
seperti yang dilakukan model itu.
B. Langkah-Langkah Model
1. Model membaca contoh puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai secara utuh di depan siswa
tanpa memperhatikan jeda, intonasi, dan irama dengan tujuan memahami isi
keseluruhan dari puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai.
2. Model memberikan contoh pelafalan puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai kata demi kata
dengan jelas dan penekanan pada kata-kata tertentu dengan intonasi yang tepat.
3. Model memberikan contoh gerakan-gerakan wujud ekspresi wajar yang dilakukan oleh
model.
4. Model membaca puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai dengan penuh perasaan, siswa
140
diminta membayangkan seakan-akan siswa mengalami kisah yang diceritakan puisi
tersebut.
5. Siswa diminta membaca puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai secara utuh, sesuai dengan
contoh yang telah diberikan.
C. Media
Materi Pokok: Puisi
Jenis Media: Skrip Puisi atau Video
Nama Media/Judul Bahasa Banjar: Habang Bigi Mata Manjanaki Banua
Penulis Puisi: Ali Syamsudin Arsy
Nama Media/Judul Bahasa Bakumpai: Panglima Wangkang
Penulis Puisi: Mumus
141
mahir banar maudak gangan kawan
cawawa mun damintu lakunnya
tulak ka hutan kada kawa jua jar bagana
lingis tu pang puhun-kayunya
tatinggal tunggul ulin carucukan
bujur banar
halalang ha pulang bakulilingan
PANGLIMA WANGKANG
Karya: Mumus
Bamula carita
Si lebo Salidah tau kiya sajela
Ba isi panglima ji pahanyi dengan gagah
Ului eh alim bakatuan bakamampuan
142
Mandau si lenge danum udu ji hapa salalu
D. Evaluasi
1. Bentuk: uji praktik
2. Rubrik: (disesuaikan guru)
E. Penutup
Kegiatan pembelajaran membaca puisi Bahasa Banjar dengan menggunakan teknik
pemodelan dapat meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
F. Referensi:
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) dan Penerapannya. Malang: Universitas Negeri Malang.
https://surakartadaily.com/2021/01/bagaimana-membaca- geguritan-secara- baik/
https://nanopdf.com/download/ii-landasan-teori-21-metode- pemodelan-dalam-
pembelajaran_pdf#
143
2.4 Model Pembelajaran Menulis Puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai dengan
Menggunakan Mind Mapping
A. Konsep Model
Metode mind mapping (pemetaan pikiran) dicetuskan oleh Gelb Michael dan
dipopulerkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an sebagai sistem revolusioner
dalam perencanaan dan pembuatan catatan. Metode mind mapping merupakan cara
menulis yang efektif, kreatif, serta “memetakan” pikiran seseorang. Mind mapping
merupakan langkah yang mudah untuk meletakkan informasi ke dalam otak maupun
mengambil informasi ke luar otak kita.
Mind mapping dapat disebut sebagai metode mencatat secara menyeluruh, yakni
suatu teknik grafis yang memungkinkan seseorang mengeksplorasi seluruh
kemampuan otak untuk keperluan berpikir dan belajar (de Porter dan Hernacki,
2003: 153; Windura, 2008: 16). Dalam pembelajaran menulis puisi, metode ini
dilaksanakan dengan cara memunculkan kata-kata atau memetakan kata-kata
berdasarkan jenis kata.
B. Langkah-Langkah Model
Langkah pembelajaran menulis Puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai dengan metode
mind mapping adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tema atau topik puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai (topik bisa berasal
dari diri sendiri, seperti pengalaman pribadi atau dari stimulan yang berupa cerita,
video, gambar, dan sebagainya).
2. Mencari kata-kata yang akan digunakan sebagai kata kunci dalam puisi Bahasa
Banjar dan Bakumpai, misalnya dikategorikan dalam jenis kata benda, kata kerja,
dan kata sifat yang berhubungan dengan tema yang dipilih.
3. Menyusun kata menjadi kalimat berdasarkan kata-kata kunci.
4. Menyusun kalimat menjadi baris-baris puisi sehingga menjadi kesatuan teks yang
utuh.
3. Memoles puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai dengan diksi, gaya bahasa, pembaitan,
dan sebagainya serta memasukkan pesan khusus dalam puisi bahasa Banjar dan
Bakumpai.
4. Menyempurnakan puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai agar sesuai dengan ketentuan.
144
C. Media
Materi Pokok: Menulis Puisi
Jenis Media: Video, guru, siswa
Nama Media/Judul: Menyesuaikan
D. Evaluasi
1. Bentuk: uji praktik
2. Rubrik: (disesuaikan guru)
E. Penutup
Demikian model pembelajaran mind mapping yang menekankan pada pemetaan pikiran
dengan memanfaatkan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan grafis lainnya
sehingga mempermudah siswa dalam menghasilkan karya berupa puisi.
F. Referensi
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2013. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa Learning
Windura, Susanto. 2008. Mind Map Langkah Demi Langkah. Jakarta: Gramedia.
145
2.5 Model Pembelajaran Menulis Puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai dengan
Pengamatan Objek Sekitar (POS)
A. Konsep Model
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan alam sekitarnya adalah gerakan
pembelajaran alam sekitar (nature learning) atau pengamatan objek sekitar (POS).
Perintis gerakan ini adalah Fr. Finger (1808—1888) di Jerman dengan heimatkunde
(pengajaran alam sekitar) dan J. Ligthart (1859—1916) di Belanda dengan het volle
leven (kehidupan senyatanya).
Pembelajaran menulis puisi dapat dilakukan di taman sekolah, halaman sekolah, atau
juga bisa di lapangan sekolah. Dengan melakukan pembelajaran di luar kelas, siswa
diharapkan dapat menumbuhkan kesenangan sehingga dapat lebih mudah menuangkan
ide-ide kreatif yang ada dalam pikirannya. Melalui alam, proses belajar menulis puisi
terhindar dari kondisi yang tegang serta menjenuhkan di kelas.
146
B. Langkah-Langkah Model
Langkah pembelajaran menulis puisi Bahasa Banjar dengan POS adalah sebagai
berikut.
1. Keluar dari lingkungan keseharian, misalnya ke pasar, sungai, sawah, kolam, atau
tempat apa pun yang ada di sekitar.
2. Mencatat hal-hal menarik yang ditemui dalam pengamatan.
3. Menentukan hal yang akan ditulis/topik.
4. Menulis puisi berdasar hasil pengamatan.
C. Media
Materi Pokok: Menulis Puisi
Jenis Media: Audio, visual
Nama Media/Judul: alam sekitar
D. Evaluasi
1. Bentuk: Uji Praktik
2. Rubrik: (disesuaikan guru)
E. Penutup
Penggunaan model pembelajaran pengamatan objek sekitar (POS) atau nature learning
diharapkan memberi rasa gembira, menghilangkan rasa jenuh, membangkitkan
semangat, dan menumbuhkan imajinasi karena pembelajaran dilakukan di tempat yang
berbeda.
F. Referensi
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka.
147
BAB III
PENUTUP
Demkian modul ini kami buat agar dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran membaca dan menulis puisi Bahasa Banjar dan Bakumpai pada Penyusunan
Modul Pembelajaran Bahasa Daerah Berbasis Sekolah dan Komunitas.
148
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
149
I. PENDAHULUAN
Ada berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai cita-cita
bangsa yang diamanatkan dalam UUD 1945. Program Merdeka Belajar Episode Ke-17, yaitu
Revitalisasi Bahasa Daerah diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi pada 2023. Untuk itu diperlukan tempat bagi para tunas muda agar bisa terus
mengasah bakat dan kemampuan dalam mempraktikkan atau membiasakan penggunaan
bahasa daerah. Salah satu materi dalam proses pembelajaran pada revitalisasi bahasa daerah
adalah menulis cerpen dalam bahasa daerah.
Menulis cerpen merupakan sebuah keterampilan yang tidak dimiliki oleh setiap
orang. Namun sebagai sebuah keterampilan pada umumnya, menulis cerpen bisa dipelajari. Ada pun
untuk menulis cerpen dalam bahasa daerah diperlukan pengetahuan tambahan selain mampu
menulis cerpen secara teknis, yaitu pengetahuan bahasa daerah yang dipilih dan beberapa
kearifan lokal yang mungkin saja menjadi keunikan atau ciri khas terkait bahasa daerah yang
digunakan.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memandang bahwa tunas muda
bahasa daerah ini adalah aset bangsa yang harus terus dibina dan dikembangkan bakat nya.
Untuk itu, diperlukan suatu wadah yang dibangun terlebih dahulu guna melatih dan
mendampingi para guru terpilih (guru master) mengembangkan bakatnya menulis cerpen
terlebih dahulu sebelum mengimbaskannya kepada guru lain dan akhirnya kepada para tunas
bahasa ibu. Kegiatan ini berupa “Pelatihan Menulis Cerpen Berbahasa Daerah: Banjar dan
Bakumpai 2023”. Kegiatan ini diharapkan menjadi sarana bagi mereka dalam berkreasi dan
berkarya khususnya dalam bahasa daerah.
1.2 Kompetensi Dasar/Capaian
150
1.3 Tujuan Pelatihan
151
II. ISI
2.1 Materi
a. Pengertian Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra. Melalui unsur-unsur yang
membangunnya meski bersifat fiktif, cerpen dapat memuat pesan-pesan serius dan mendidik.
Ada yang mengatakan bahwa cerpen adalah tulisan fiksi yang panjangnya sekitar 500-
10.000 kata. Edgar Allan Poe menyatakan bahwa cerpen adalah narasi yang bisa dibaca
dalam sekali duduk, dengan lama waktu setengah hingga dua jam (Afra, 2007:112). Karena
pendek, cerpen memiliki ruang yang padat. Meski kelihatannya pendek, sebuah cerpen
mampu menyampaikan hal-hal berharga yang bisa tersampaikan secara implisit maupun
eksplisit. Selain itu, ceritanya dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca.
Dengan kata lain, sebuah kesan tunggal dapat diperoleh dalam sebuah cerpen dalam sekali
baca (Sayuti, 1997 :6).
Sebagai karya fiksi, cerpen diciptakan dengan daya kreativitas dan imajinasi.
Kreativitas itu tidak saja diwujudkan dalam upaya pengarang melahirkan pengalaman batin
dalam karyanya, tetapi juga harus diwujudkan dalam rangka memilih unsur-unsur terbaik
dari pengalaman hidup manusia yang dihayatinya. Pengarang cerpen menyandarkan
kreativitasnya bersama pilihan-pilihan terbaiknya maka terciptalah karya-karya yang
mendidik jiwa pembacanya.
Melalui karyanya, pengarang tidak hanya memberi kalimat-kalimat indah yang dapat
menghibur pembaca tapi sekaligus juga dapat memberikan pencerahan pada diri pembaca.
Tiap pengarang cerpen memiliki gaya dan imajinasi yang berbeda. Tidak ada dua
gaya yang sama persis. Penulis menampilkan karyanya dengan keunikannya masing-masing.
Meski kadang tema yang diangkat sama. Tiap cerita memiliki jalan cerita sendiri. Gaya dan
imajinasi pengarang mendukung kreativitas pengarang dalam menulis cerita.
b. Unsur-unsur Cerpen
Secara umum ada dua unsur yang membangun cerpen, yaitu unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen secara intrinsik adalah tema, plot
(alur), setting, sudut pandang atau penokohan dan tokoh. Namun secara ekstrinsik sebuah
cerpen dipengaruhi pula oleh pandangan-pandangan dan latar belakang kehidupan
penulisnya.
Istilah tema menurut Scharbach berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘tempat
152
meletakkan suatu perangkat’. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan
juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya
(Aminuddin, 1995:91). Dalam pengertiannya yang paling sederhana, tema adalah makna
cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita (Sayuti, 1997:118). Pokok persoalan memang bisa
menentukan penting tidaknya suatu cerpen tapi persoalan bukan satu-satunya yang
mengalahkan segalanya (Sumardjo, 2004 :134).
Alur/plot adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dan bagaimana peristiwa-peristiwa
tersebut disusun (Silvester, 2004:12).
Latar/setting adalah tempat di mana cerita berlangsung (Silvester, 2004:22). Selain
tempat, waktu juga merupakan aspek setting yang sama pentingnya dengan tempat.
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari,
selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu (Aminuddin, 1995:79). Manusia nyata
hanya menjadi diri mereka sendiri-kita boleh menyukai atau membenci mereka. Akan tetapi,
tokoh fiksi mengemban suatu tugas. Tokoh dalam fiksi terdiri dari tokoh penting dan tokoh
sampingan (Card, 2005:40).
Sudut pandang dalam fiksi menentukan melalui mata siapa pembaca mengalami
cerita. Setiap sudut pandang memiliki kelemahan dan kekuatan yang berbeda (Silvester,
2004:36). Sudut pandang cerita terdiri atas sudut pandang orang pertama, sudut pandang
orang kedua dan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang orang kedua agak jarang
digunakan.
Selain tema, terdapat amanat cerita atau pesan. Amanat merupakan intentional
meaning ‘makna niatan’. Amanat disebut juga moral cerita. Antara tema dan moral cerita,
walaupun sering dipergunakan bersama-sama dan sering pula dalam pengertian yang kurang
lebih identik, sesungguhnya tidak memaksudkan sesuatu yang sama (Sayuti, 1997:118).
Selain unsur intrinsik terdapat unsur ekstrinsik yang membangun cerpen, yaitu:
1. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam sebuah cerita pendek dipengaruhi oleh bahasa
penulisnya. Bahasa ini tidak hanya mencakup jenis bahasa tetapi juga gaya bahasa yang
digunakan penulis.
2. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang di antaranya biografi, kondisi psikologis, dan genre atau
jenis tulisan yang selama ini dihasilkannya.
153
3. Nilai yang terkandung dalam cerita, yaitu
a. Nilai moral
b. Nilai sosial
c. Nilai budaya
d. Nilai religi
Sadang lawasnya sidin duduk maungut di situ, basandar di tawing halat sambil tipus-
tipus baruku manyaurangan. Ari sudah parak tangah malam. Di luar angin dibur-dibur batiup
marumpaki rarapunan nang ada di higa mahiga rumah sidin. Napa lagi mun di balakang
rumah, rapun paring bunyi kariut-kariut mambari takutan. Limbah itu, kutang ha pulang
bunyi caluuk-caluuk basasalakan. Ujar urang tuha bahari, satua nang kaya kutang atawa
hadupan tuhawas matanya lawan bu buhan iblis, hantu, atawa urang halus. Bah, biar di dalam
rumah gin, pagun asa mambari takutanai mun bacungkung saurangan batangah malaman.
Tagal, sidin tu kada tapi mahatiakan nang kaya nangitu pang. Kada lamunnya jagau, tapi
nang bangaran Pa kacil jipak ni tamasuk urang nang kada mamak sajarangan jua. Lamunnya
sahibar digarumuti urang bapitu haja, saku sidin tu kada bakala mancicing bukah
maninggalakan.
Dasar pang tumatan di Parincahan lacit ka Pangambau, siapa jua urangnya nang kada
tahu lawan sidin. Ujar urang Jipak Tungkih, pambakal tuha di sungai Batung, iya tu sidin.
Cakada sahibar hayam barumahan haja jua sidin tutiam, ujar, nang bahari dihabarakan mati
ditimpas japang balalu hidup pulang. Laluai sidin pada dipadahakan urang mauntal minyak
bintang ha lagi. Padahal wayahitu ti kikira habarnya nang tabalik. Nang sabujurnya bubuhan
urang sipit mata tuti nang batalu tapangai di padang tagah. Tabarubut paparutan dapat ilaian
parang bungkul sidin. Han, kalu akal japang dasar harat bapulitik. Alahnya urang japang tuti
dapat bubuhan pawadaian kita banarai. Ujar ti, bubuhannya tu kada kawa mamikirakan kaya
apa urang mamasukakan banyu gula kadalam dulinat atawa kalalapun. Tikas tutiam saku
hinggannya kamanangan buhan kita urang banua ni jua. Lamun parkara tali haduk ulahan
barikin, cah dapatnya sudah manuruti. Iya tali atum bapulas atawa rumut japang nang ada
wayah ini.
“Cah, cakada lain pang rasaku. Musti pang pungkalanya rapun kariwaya nang sudah
154
tuuh di palingkungan kartak nangitu,” ujar Pakacil Jipak manggarunum saurangan. Bunyinya
pina sarik pang. Tagal nang ngaran manyaurangan ti, biar takunjilak kupiah sidin kasasarikan
tatapai urang kadada nang tahunya. Kadada luang talinga nang mandangarnya.
Muntung sidin pagun haja cipus-cipus. Sambung putting kada sing rantian maisap
ruku. Kukusnya maka am nang kaya kanaput kalutuk ha lagi (lamunnya asa kadatapi gancang
ya kakaya carubung pabrik banih ampun Haji Idak lah, angkuhnya). Batuyak sudah habunya
didalam asbak. Cakada tarikin lagi sudah barapa putting ruku dihadapan sidin. Nang
dipikarakan sidin sabuting haj , nang kaya apa manabang rapun kariwaya nang batangnya
sing ganalan labih sapang ragap nangitu. Antah kanapakah, sidin sudah liwar lawas bangat
handak mangganyang kariwaya nang sudah tuha dangka dipalingkungan parak masigit tuti.
Sidin muar bangat saban kalian tajanaki rapun kariwaya nangitu. Nang musti, diparak situ ti
sudah bapupuluh kali mutur atawa sapida mutur tarabah atawa tabalik kungkang.kada badua-
batalu sudah urang nang mati mudar napalagi nang sahibarkacilakaann badarah-darah haja.
Saban kalian kajadian, musti ha andaknya di Palingkungan parak rapun kariwaya tuti. Suah
sakali, hanyar ja bangsa satangah bulan pangirak nang tabantai di rumpak mutur tangki.
Mumui darah di kupala sidin. Mati saitu-saini. Awak sidin gin kikira patah ampat saku.
Mun sidin taganang nang kaya itu, maginnya Pakacil Jipak asa sasain garigitan.
Napalagi pangirak tuti tamasuk pawarangan sidin. Kajadiannya pas ari Junahat, bulikan
dimasigit ha pulang. Dasar bujur ujar urang bahari, parkara Tuhan mamilih siapa-siapa nang
cagar diambili badahulu tu angkuhnya nang kaya urang manabang paring. Dipilihi dahulu
nang bujur-bujurnya, ditabung dahulu nang pina talurus, kaputingannya hanyar takana giliran
nang kada karuan tampuh buku-ruasnya. Nang kaya itu jua tuhan mamilih manusia. Disuruh
sidin dahulu malaikat Ijrail mangiau urang nang alim-alim, bubuhan balak anam nang kada
tapi tahu di basa. Jangan pang manggawi sumbahyang-mangaji, mambaca sahadat haja gin
pagun bajuju kadapati ruus. Lamun bubuhan galumuk nangini, ngalihai sudah disambat.
“Kariwaya sarang hantu, dapatku haja tua kaina ikam tu. Ada wayahnya, sidinai, ikam
saurang kaina nang tarabah dapat kapak-balayungku. Igatakan ja, tai-lah, lain ngarannya
Jipak Tunggih mun kada wani mailai kapak ka awak ikam!” Jar sidin pulang gagarunum
bamamai surangan batangahmalaman.
Arian sasin badingin. Angin pagun dibur-dibur di luar. Bahanu karasaan jua
libasannya batiup kadalam rumah masuk bagamat jalan sasala tiwa-tiwa nang dasar
balangapan. Pakacil Jipak bagamat manyintak batis, balalu mambujurakan tapih mamisiti
bungkunan. Ruku sudah habis sabungkus. Handak batulak manukar pulang kawawarung Haji
Ijuh, katia malam asa sudah kalandungan.Musti pang urangnya sudah guringan. Cagar
155
mangalihi diurang banarai, Jar disin batagur dalam hati. Kaputingannya, tang sidin barabah
disisitu jua. Sidin kulir jua pang manggantung tali ambutut, padahal nyamuk sin
banyakan.Kada lawas, tadangar bunyi mangakar karuh sidin. Alahan pada bunyi masin kapal,
paribasanya. Mun di-indaakan, asa bagantar tu pang lantai, rumah nang kaya di unggut takau
atawa tanggiling karasukan.
***
Mun urang tajanaki rapun kariwaya nangitu, napalagi wayah malam salau-salau, dasar
asa mambari takutan tih, habisai kisah. Sudah batangnya sing ganalan, daunnya ha pulang
liwar jambar bapupuh dapa ka kiwa ka kanan. Bacugutan di pinggir kartak , nang kaya
raksasa picak. Limbah itu, akar-akar sulurnya pulang manjarumbun jaruntayan. Sapalih ada
jua nang lacit katanah. Lamunnya wayah angin batiup pina tagancang, rahatan angin rebut,
ubuy… nang kaya sandah atawa hantu bariaban ha lagi. Nangapa habar lamunnya sudah
kayangitu ciut tu pang hampidal urang nang manjanaki. Napa lagi urang sakampungan di
sungai Batung nangini sudah talanjur parcaya, matan datu- nini bahari, musti rapun kariwaya
tuuh nangitu sudah lawas jadi sarang hantu. Sakada kadanya jadi palidangan bubuhan urang
halus nangkada kawa diliat lawan mata-kupala urang jaba. Makanyaam, jangan bagarak
mailai kapak, baniat handak manabang haja gin urang asa kada wani. Musti tapikir mati
budas lawan maharikan nasip anak-bini di rumah.
Nang kaya nituam nang rahat maulah Pakacil Jipak asa garigitan haja. Dasar hungang
saku, jar sidin rancak manggarunum dalam hati, hantu di takutani. Lamun sudah tadangar
urang bakalahi maka am piring dihadapan hakun haja di tinggalakan. Suah sakali sidin
bacacubaan mambawai angah Ican handak manabang rapun kariwaya tuti. Cah, kaiyannya
angah Ican nang habar taguh karung-karung tuti gin sakalinya sajampal dua saku jua.
Pamburisit jua. Halus jua hampidal. Ada–ada haja tu alasan sidin mangalimbuai. Nang
kasakitan parutlah, awak asa katur sabukuanlah, handak saruan kakampung sabalahlah, atawa
bapadah lagi manggah bakas tamakan pamantang. Lamun cagar bapadah bujur-harus, sidin
kada hakun. Musti pang supan urang nang sudah tahabar jagau bapadah kada wani. Pakacil
Jipak nang taanum ha pulang nang mambawai, nyataai sidin indah supan, cagar basupanan
ganal, mahati sidin. Nang kaya nitu jua wayah Pambakal Hadi dibawai barunding. Macam-
macam jua alasan. Turui pulang kahandak Pakacil Jipak nang iyanya, sama haja burisitnya.
Kada wani jua mun cagar bapaulah silang-silangan. Baluluas luang burit, jar urang
tu.Malapahi muntung banarai huhujungnya.
Kaputingannya, malam sanayan nitu, Pakacil Jipak kada lawas lagi maarit asa
kamumuaran sidin. Bangsa pukul sawalas sidin turun pada rumah. Turun lawan kapak
156
sabilah, balayung, lawan parang lais nang hanyar baasah rarapan bulu. Sabujurnya, manurut
rikinan bilangan bajau, malam arba pang nang tamasuk ari baik gasan bagawian nangitu.
Tagal, biar sidin tahu jua lawan bilangan bajau, Pakacil Jipak ni kada tapi parcaya jua lawan
namg kakaya nitu. Aku bapingkut lawan nang satu haja, jar sidin mayayakinakan hati.
Pangrasaku ti, samunyaan ari musti baik. Jadi tasarahnang di atas haja lagi maatur. Ampun-
Nya nang baik, ampun-Nya jua nang buruk.
Kada barapa dapa pada rapun kariwaya nang dituju sidin, bagasut asa ditampar muha
Pakacil Jipak. Tacandak lingkahan sidin. Angin asa mandasau batiup ampah ka awak sidin.
Bulan nang asal pina salau-salau, bagasut jadi mangadap. Situ-saini asa cagatan burit-tundun
sidin. Limbah hati sudah asa batagurdamintu, dijanaki sidin bujur-bujur ampah ka rapun
kariwaya raksasanang bangsa talung puluh dapa lagi pada hadapan sidin badiri bacugutan
nang kaya patung. Umai, jar hati Pakacil Jipak sambil bauling, dasar asa mambari takutan
diparaki. Tagal , matan turun di watun tadi sidin sudah kada sing pagatan mambaca ayat kursi
lawan patihah ampat. Aku bapingkut lawan nang satu haja, jar sidin pulang mayayakinakan
hati. Nang asa,nang tunggal, ampun-Nya alam baharu sakalinya. Limbah sakali mamusut
dada sambil karimut-karimut mambaca ayat kursi, balalu sidin balingkang pulang. Tagal,
sasain diparaki sakalinya sasain asa bacagatan burit-tundun sidin.
Malam sasar pina mangadap wayah Pakacil Jipak sudah lacit ndi bawah halimunan
rapun kariwaya nangitu. Bulan sudah tinggalam. Langit pina muru. Hinip ranai, kadada taliat
jua mutur bis nang lalu dating di samarinda. Asa mandisap pulang balukuk sidin. Tagal,
pantang sidin baundur burit mun sudah talanjur bamara. Limbah mambaca salawat tali kali,
tunggal bakasan sidin mailaiakan kapak ka rapun kariwaya. Sajam, dua jam, lituk-lituk
bunyi urang manungkih kayu batangah malaman. Limbui sudah paluh di awak sidin. Tagal
tangan sidin pina kada kipa-kipanya maayun hulu kapak. Dalas hangit, mahati sidin, aku kada
bakalan baampih mun balum maliat makhluk nangini rabah tahumbalik di hadapanku.
Bujur jua, Pakacil Jipak dasar urang nang bapahimatan. Tugul lawan liat-liatnya mun
sudah bagawi. Lacit parak ka subuh pagun haja tangan sidin kada sing rantian mailai kapak.
Siudah wangwak bakulilingan batang kariwaya nang labih sapangragap nitu dapat tungkihan
kapak sidin. Tagal, babaya kulihan tungkihan sidin parak manyubalah pada tatangah batang,
balalu parasa Pakacil Jipak asa baubah. Talinga sidin asa bakiwit mandangar bunyi
mangguruh matan di atas. Bunyi liwar galu nang kaya di pasar wadai. Bunyi kuncahungan
nang kaya cina kahilangan dacing. Manggasut asa mangadap panjanak sidin. Manggasut
lamah lintuhut sidin
“Masigit kami, masigit kami…!!”
157
“Baingat, andika! Baingat, Pakacil-ai…!”
“Hancur jua masigit kami!”
“Kasian…jangan diudak!”
Pakacil Jipak tarabah manggaliwayang.
***
Baisukan arinya, imbah bulikan basubuhan di masigit, urang kampong tanganga
babaya tatingau ampah ka batang kariwaya di palingkungan kartak nitu. Bangsa sadapa pada
tanah, taliat batangnya sudah wangwak bakulilingan. Asing-asingnya urang bacacangangan.
Saikung baangkat bahu, nang lain bauling-uling.
“Siapalah urangnya nang wani manggatuk batang kariwaya nangitu?” ujar sasaikung
batakun lawan nang lain.
“Hi…, baik lamunnya kada sarik urang nagng di atas,” ujar nang lain manyahuti
sambil bagidik pina takutanan.
“Sakuai gawian Angah Isan-lah,” jar nang lain pulang manangguhi.
“Bisaai saku. Cuba pang kita paraki.”
Sambil batutunjulan, pina bamara-bamundur, kaputingan-nya Darsani nang bawani
saurangan badahulu balingkang ampah ka bawah rapun kariwaya nang batangnya sudah
bakiwang nang parak saparu nangitu. Babaya lacit ka bawahnya, balalu inya takuciak papar
sambil bukah babulik manukui nang lain. Muhanya pina wirai, kalas ka tahi-tahi. Nang kaya
urang kada badarah lagi.
“Ah..aa…ada urang, Gulu-ai!” ujarnya bunyi aga
“Siapa?” jar Gulu Hambran manakuni.
“Ulun kada tahu. Kada sawat maminandui, Gulu-ai!”
“mun damintu, ayu kita paraki barataan.”
Gulu Hambran ancap balingkah. Maliat nang tuha sudah hakun bacabur, balaluai nang
lain maumpati di balakang. Nang kaya ujar paribahasa, kada wani ditambah kada wani
riinanya jadi wani. Nang kaya itu jua parigal bubuhannya, ada nang mambungah pina
pawawaninya balalu ha manyalip Gulu Hambran. Tagal, limbah sudah tajanaki ada urang
tatilungkup badarah-darah dihadapan, takuciak juaai kaputingannya.
“inna lillahi…, Pakacil Jipak!” ujar Gulu Hambran bunyi babisik limbah mambalik
awak urang nang luka tadi. Limbah itu, dipicik ni musti lakas-lakas kita tulungi. Ancapi kita
bawa sidin karumah sakit. Padahi pambakal supaya mancariakan mutur damini jua. Ujarku tu
lah.”
“Inggih,” jar Sani sambil bauntuk.
158
Kada mahadang papadahan lagi, Darsani langsung mancapil baluncat. Bukah
mancicing sambil kubut-kubut lawan tapih sapanjangan jalan handak karumah Pambakal
Hadi. Bangsa saparapat jam, Darsani sudah cangul pulang lawan pambakal mambawa
mutur pick-up ampun Haji Idak.Kapak, balayung lawan parang lais ancap disimpunakan
buhannya. Pakacil jipak di aangkat kadalam bak mutur nang kada bakubung nangitu. Kada
saapa, bunyi manggaung masin mutur maninggalakan bubuhanGulu Hambran. Laju batulak
ampah kakandangan.
***
Di rumah sakit, Pakacil Jipak pina balingsang kapanasan. Sidin murau, bapandir kada
babuku-baruas lagi. Mata sidin cagat kaatas kada bakikilipan. Wayah itu, pangrasa sidin ada
urang tuha bajubah putih nang mahadapi. Lilitan surbannya sing ganalan nang kaya isaian.
Janggut putihnya liwar panjang lacit ka dada. Sambil tarus mangatik tasbih, urang tuha
nangitu takurinyum haja baduduk di higa sidin.
“Niat andika tu bujur haja pang.” Ujar urang tuha tu bagamat mamandiri. ”tagal. Niat
baik mustinya di pandirakan baik-baik jua dahulu. Astilahnya, andika tu bagawi saurangan.
Kada baparamisi dahulu lawan nang ada. Di situ tu ada kampung kadiaman bubuhan anak-
cucu kami. Bujur haja disitu tu ada jua kakanakan nang pina ugal-ugal, nang katuju maudaki
urang. Tagal, nang maulah sarik lawan bubuhan jiran di situ, kabalujuran nang andika gawi tu
takana paimaman masigit. Iya kaya ini jadinya. Kada sarana bapiragah harat gin kalu kita ni.
Nangitu takabur ngarannya. Napsu, dangsanak-ai. Kita ni sama-sama umat Nabi Muhammad
jua. Kada bubuhan iblis kada. Kada hantu bariaban kada. Nah, nangitu haja pang nang
handak ku padahaka. Lawan sapasal pulang pasan bubuhannya, kaina andika mahalarat
dahulu. Tanda kita ni sudah baakuran. Sama-sama mahluk Tuhan, sama-sama mahurmati.
Lamunnya sudah baakuran, sahibar parkara kami maalih kaandakan masigit tu gampang haja.
Nang sabuting tu urusanku kaina. Tagal, jangan kada ingat lah, cuali lakatan hirang,
sasadiakan jua bubur habang lawan bubur putih. Nangini kada parkara sirik kada. Jadi, jangan
dikakaitakan lawan urang nang katuju maandak ancak. Tagal, sabakas pulang ha
kusambatakan, sahibar tanda kita sudah baakuran. Kita ni bakulawarga. Badangsanak saiman
saagama. Wajip kita padah-bapapadah, maingatakan urang nang kalumpanan. Nah, kikira
damintu hajalah pasanku.”
Limbah bapapadah nang kaya itu, balalu urang tuha tuti maandak talapak tangan
kanan sidin di bumbunan Pakacil Jipak. Tadangar bunyi salawat dibacaakan. Kada saapa,
alam nang asal kadap manggasut jadi manarang. Bubuhan pambakal takajut, Pakacil Jipak
bapuat bagagasutan pada karabahan sidin. Wagas awak sidin sikungan. Mata sidin palingau-
159
palingau ka kiwa ka kanan, ka hadapan ka balakang.
“Tuan Guru, Patuan!” jar sidin bakiau sing nyaringan.
“Siapang nang andika kiau ti, Pakacil!” Pambakal Hadi kapulingaan.
“Astagfirullah….”
Pakacil Jipak waras saitu-saini. Nang kaya urang mambuangi kalimpanan. Limbah
dibawa bulik, sidin mangisahakan samunyaan nangapa haja nang hanyar ditamui sidin
salawas tabantai di rumah sakit. Isuk arinya, urang mahalarat, basalamatan sakampungan.
Bubur habang, bubur putih, lawan lakatan hirang disadiakan jua. Limbah itu, rapun kariwaya
nang batangnya sudah kiwang nangitu diupahakan manuntungakan manabang ka tukang
sinsu. Kariak…,dabau!!
Kandangan, September 2003
Catatan:
Kariwaya merupakan salah satu cerpen Bapak Jamal dalam Antologi cerpen Bahasa Banjar
yang berjudul Galuh.
Dewi Yuliati
Jadi leme andau tuh yaku haban. Yaku ida kawa muhun kan sakolahan. Padahal yaku
handak banar muhun sakolah. Are yaku tapalihi palajaran. Taharu asaye dengan kakawalan si
sakolahan, bila istirahat rami hayak kumanan si warung Acil Bayah si tandipahan sakolahan.
Handak banar sakolah asaye, tapi kunge masih marasa ida mangat. Handak mendeng beh
mandaleter pai, kuman ida belai, kunge balasu badarem, bila hamalem kunge ngingil-
ngangal. Mihup obat jadi, basuntik jadi kia, masih be ida maku balias.
Mun iyuh auhum mangat Mama mancarita dengan Apa um kareh. Imbit kuman kah
helu, ida kawa are isut. “ Iyuh. Mambalahun yaku mmendeng, mananjung balua kamar kan
160
surambi. Sampai surambi yaku manggete ada juhu lambiding dengan lauk haruan basanga ji
ingarajinku. Limbah mainu piring yaku ngautku nasi lalu yaku kuman.
“ Uu…Apa Limah…, kakueh Limah tuh masih beh haban, imbit kan Rumah Sakit
kah hindai ? masih beh kungaaye balasu badarem. “ Dusah gin malepahan duit be, ongkos
akan tulak e beh are duit e. “ Buhen maka kakate auh um, ida maras kah dengan anak sangsi
ma’arit panykit e.
“Pokok e bila jadi dusah auh ku te, dusah be tulak. Tatamba lebu be, balaku danum
tawar kah dengan uluh ji tau manenga danum tawar akan uluh haban.
Umaku manangis mahining panderan Apaku kakate, sambil menangis umaku manalih
yaku kan surambi. Maras yaku dengan umaku. Mudahan yaku barake balias be Ma ae.
Subuh yaku minsik batiruh marasa mangat jadi asaye kunganku, umbet balasu
badarem. Yaku basyukur jadi balias. Yaku ida jadi imbit baobat kan Rumah Sakit dengan
kawa muhun sakolah.[]
Catatan:
Cerpen berbahasa Bakumpai ini dikarang oleh Dewi Yuliati (guru) sebagai peserta dalam
Diskusi Kelompok Terpumpun Pembuatan Modul pada Maret 2023 yang dipandu oleh
Nailiya Nikmah selaku praktisi/pakar cerpen.
161
b. Strategi dalam pembelajaran menulis cerpen berbahasa daerah
Banyak strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Khusus
pembelajaran menulis cerpen berbahasa daerah, ada hal-hal teknis yang harus disesuaikan
dengan penggunaan istilah dan budaya lokal setempat. Ini tentu saja menuntut kreativitas
pengajar/guru ketika membimbing peserta didiknya menulis cerpen berbahasa daerah. Guru
memerlukan keahlian memotivasi dan membimbing peserta didik dalam menulis cerpen
sekaligus memberikan arahan terkait bahasa daerah yang digunakan termasuk juga nilai
budaya dan tradisi yang ada dalam cerita.
Dalam modul ini, strategi pembelajaran menulis cerpen yang dipilih adalah strategi
penugasan terbimbing dan intensif dengan menggunakan pengalaman pribadi sebagai sumber
utama menulis cerpen. Berikut langkah-langkahnya.
1.Guru/pengajar membuka kelas dengan motivasi kepenulisan pada tahap awal. Guru
menjelaskan secara umum manfaat menulis.
2. Guru mengenalkan cerpen secara umum, dimulai dengan cerpen berbahasa Indonesia.
Untuk menyeseuaikan dengan karakteristik generasi milenial, guru bisa meminta murid
mencari contoh cerpen pada mesin pencarian di internet.
3. Siswa membaca cerpen berbahasa Indonesia
4. Guru meminta siswa menyampaikan pendapatnya terkait cerpen yang sudah dibaca.
5. Guru menyampaikan bahwa ada cerpen berbahasa daerah dan menyampaikan
contohnya serta meminta siswa membaca.
6. Siswa membaca cerpen berbahasa Banjar/Bakumpai
7. Guru meminta siswa menyampaikan komentarnya terhadap cerpen berbahasa daerah
yang baru saja dibaca.
8. Guru mengarahkan siswa untuk bersama-sama menulis cerpen berbahasa daerah.
9. Guru mengarahkan siswa memulai tahap persiapan menulis. Tahap ini adalah tahap
penemuan ide. Guru menyampaikan apa saja yang bisa menjadi ide cerita dan memberi
siswa kebebasan dalam memilih.
10. Guru mendampingi siswa melakukan tahap pembuatan kerangka cerita.
11. Guru membimbing siswa menulis draft cerpen berbahasa daerah.
12. Guru membantu siswa menyunting naskah cerpen yang sudah ditulis oleh siswa.
13. Siswa mempublikasikan cerpennya pada media yang ditentukan oleh guru untuk
kemudian diberi apresiasi oleh teman lainnya.
162
Strategi dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berbahasa Daerah ini dikemukakan oleh
Nailiya Nikmah dalam Modul Pembelajaran Menulis Cerpen Tingkat SMP Revitalisasi Bahasa
Daerah DKT Penyusunan Modul.
III. PENUTUP
Demikian strategi pembelajaran menulis cerpen Bahasa Banjar dan Bakumpai yang dapat
diterapkan pada kelas-kelas menulis.
Daftar Pustaka
Afra, Affifah. 2007. How To Be A Smart Writer. Surakarta: India Media Kreasi.
Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:Sinar biru.
Sayuti. 1997. Sastra Populer. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumardjo, Joko. 2004. Pengantar Teori Sastra: Menulis Cerita Pendek. Jakarta: Grasindo.
Suryanata, Jamal. 2005. Galuh: Sakindit Kisdap Banjar. Banjarmasin: Radar Banjarmasin.
Press
163
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
Kasmudin, M.Pd.
Emilia Rusda, S.Pd.
H. Akhmad Sya’rani, M.Ag.
164
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Deskripsi Singkat
3. Standar Kompetensi
4. Tujuan dan Manfaat
5. Peta Konsep
6. Petunjuk Penggunaan
II. Isi/Materi Pelatihan dan Pembelajaran
1. Materi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok
4. Uraian Materi
5. Strategi Pembelajaran dan Pelatihan
6. Contoh Pidato Berbahasa Daerah
III. Ringkasan
IV. Evaluasi
V. Glosarium
VI. Penutup
Daftar Pustaka
165
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kemampuan berkomunikasi atau berbicara yang dimiliki oleh setiap orang
sangat berpengaruh dalam menyampaikan ide atau atau gagasannya, baik kepada
orang perorangan maupun kepada kelompok atau masyarakat. Orang yang memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik dapat dipastikan bahwa ide atau gagasan
yang disampaikan akan mudah dicerna atau dipahami oleh orang lain. Sebaliknya,
keterbatasan seseorang dalam menyampaikan ide atau gagasannya akan mengalami
kendala bahkan kegagalan karena hal yang disampaikan sulit dimengerti oleh orang
lain. Bahkan yang lebih fatal lagi, orang lain tidak akan menanggapi hal atau
permasalahan yang disampaikan.
Dalam berbagai pertemuan, seperti seminar, penataran, dan hari-hari besar
keagamaan, salah satu ragam berbicara yang sering ditemukan adalah pidato.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpidato akan mendapat simpati dari para
pendengarnya. Hal seperti ini yang memotivasi orang-orang tertentu untuk memiliki
keterampilan berbicara dengan baik dengan harapan agar materi yang disampaikan
dalam pidatonya mudah dimengerti dan disenangi oleh para pendengarnya.
Pada saat-saat tertentu, orang-orang seperti tokoh masyarakat, guru,
mahasiswa, para pewara dituntut untuk memiliki kamampuan berpidato sebab setiap
saat mereka tampil di hadapan orang banyak. Kemampuan dan keterampilan
berpidato merupakan hal yang harus dimiliki oleh mereka yang sering tampil di
hadapan umum. Dengan penguasaan pidato, mereka dapat menyampaikan informasi
dan buah-buah pikiran secara teratur dan jelas, sehingga para pendengar tertarik dan
yakin akan materi yang disampaikan untukdiimplementasikan.
166
Mengingat pentingnya tata cara berpidato dengan baik, peningkatan
kemampuan berpidato diajarkan kepada peserta sejak usia remaja sebagai generasi
muda sebelum memasuki usia dewasa atau lingkup pergaulan yang lebih luas.
Khusus dalam konteks ini kemampuan berpidato berbahasa daerah. Dengan
demikian, dipandang perlu menyusun modul pembelajaran pidato berbahasa daerah
bagi peserta usia tingkat SMP. Modul pembelajaran ini akan membahas mengenai
pidato berbahasa Banjar dan Bakumpai tingkat SMP.
2. Deskripsi Singkat
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan
kepada para pendengar untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu,
memperingati hari-hari besar tertentu, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya. Pidato
pada hakikatnya merupakan kegiatan seni monolog dalam kegiatan berbicara
sehingga kemampuan berpidato menjadi bagian dari penguasaan keterampilan
berbicara.
Pidato pada umumnya bersifat dua arah, yaitu pembicara harus
memperhatikan lawan bicaranya walaupun pembicara lebih banyak mendominasi
pembicaraan. Lawan bicara harus mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan
pembicara baik berupa kata-kata (verbal) maupun kata-kata (non verbal) sehingga hal
yang disampaikan dapat diterima dipahami dengan sempurna.
Fungsi dari pidato adalah untuk memberikan informasi, nasihat, motivasi,
peringatan, dan pengetahuan. Agar pidato kita bisa diterima dengan baik oleh
pendengar, ucapan atau kalimat harus disusun dengan baik dan rapi sesuai dengan
kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat yang tersusun secara runut dan sistematis
supaya enak didengar dan dapat memberikan kesan positif bagi orang yang
mendengarkan. Oleh sebab itu, penyampaian pidato secara terstruktur menjadi
pertimbangan penting dalam pembelajaran dan pelatihan pidato.
Sebagai bagian dari keterampilan berbicara, metode terstruktur dalam
berbicara pun menjadi kiblat dalam berpidato. Dalam hal ini, metode terstruktur
167
merupakan pembelajaran berpidato yang dijalankan untuk memperbaiki
pembelajaran menjadi lebih baik dan meningkat. Metode ini diimplemetasikan
dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipan dengan melibatkan berbagai tahapan pembelajaran, yaitu
tahap praberpidato, tahap pidato, dan tahap pascapidato.
3. Standar Kompetensi
Mengolah, merangkai, dan mengurai teks pidato sesuai dengan yang tema
pidato yang telah ditentukan.
Tujuan dan manfaat secara umum agar modul pembelajaran ini dapat menjadi
model pembelajaran bahasa dan sastra daerah yang dapat digunakan dan
dimanfaatkan oleh seluruh peserta di tingkat SMP, baik formal maupun informal di
Provinsi Kalimantan Selatan. Manfaat lain, agar menjadi suplemen pembelajaran
keterampilan berpidato bagi peserta yang dapat digunakan oleh guru bahasa daerah
sebagai bahan ajar.
Dalam modul pembelajaran bahasa daerah ini, tujuan utamanya adalah
melestarikan bahasa daerah, sedangkan tujuan-tujuan khususnya sebagai berikut.
1) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga peserta terhadap bahasa ibu atau bahasa
daerah.
2) Melatih para peserta dalam menyampaikan gagasan dan pikiran-pikirannya
dalam bahasa daerah baik secara lisan maupun tulisan.
3) Mengharapkan para peserta dapat menyebarkan semangat persatuan dan
kebihinekaan.
Manfaat pembelajaran pidato dalam bahasa daerah yang termuat dalam modul
pembelajaran bahasa daerah ini adalah sebagai berikut.
168
1) Peserta menjadi cinta dan bangga terhadap bahasa ibunya, tidak malu dan
minder lagi menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah.
2) Peserta menjadi terlatih dan terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam
menyampaikan gagasannya dalam berbagai ranah kebahasaan.
3) Peserta menjadi penyebar semangat kebersamaan, persatuan dan
kebhinnekaan.
5. Peta Konsep
Pembelajaran/Pelatihan
Berpidato Daerah
Pengayaan /Teori
Lomba
Keterampilan Berpidato
Pelatihan Evaluasi
Teknik Menyusun
Teks Pidato
169
6. Petunjuk Penggunaan
5) Lakukan evaluasi dari setiap tahap pembelajaan pidato yang telah dilakukan
170
II. MATERI PELATIHAN DAN PEMBELAJARAN
a. Materi
1) Peserta diharapkan mampu menyusun teks pidato berdasarkan fakta yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Peserta diharapkan mampu berpidato secara praktis sesuai tema yang
diberikan.
3) Peserta diharapkan mampu berpidato sesuai dengan durasi waktu yang
diberikan.
4) Isi (pokok), bagian isi pidato yang memuat materi yang akan
dijelaskansecara rinci dari pembicara yang disampaikan ke
pendengar:
Kakawanan sabarataan
Kita tahu bahawa manusia dilahirakan baisi kalabihan wan kakurangan. Jadi
171
kita harus kawa mahargai urang, jangan basasambatan, bila sabarataan
akur sakalasan damai, kadada nang marasa tasakiti, arai sabarataan.
Matan wahini ampih sudah menyambati kakawanan wan galar nang kada
baik. cuba kita pikirakan habis manyambati urang, himunglah kita? Kada
kalo. Kaya mana amun kita nang disambati urang. Tantu kita sakit hati jua.
Jaka handak bagaya pastiakan kawan kita kawa manarima wan umpat jua
tatawa. Manyambati orang ngitu kada harat jua. Nang harat itu pintar, saling
bagawi basama dan saling meharagai.
Bila ada kakawanan barataan nang malihat manyambati tagur haja. Mun
kada maasi jua padahakan lawan paguruan atawa urang tuha.
5) Bagian penutup pidato merupakan bagian yang berisi saran atau kesimpulan
terkait dengan tema keseluruhan pidato.
Hinggan hini dulu pidato ulun, mudahan bamanfaat gasan kita barataan.
Lamun tadapat kata-kata nang tasalah ulun mohon dimaafakan.
Wassalamualaikum Wr.wb.
3. Sapaan.
Kula biti hampahari samandiyaheh ji bahalap, ida ukai kesayangkuh dengan
ketuh. Mun ketuh jidada, narai artieh yaku mendeng kabuat si hituh. Tarima
kasih banar yaku ketuh maku dumah.
4. Isi.
Itah belum utuh jadi mangat, samandeyah jadi ada. Handak batanjungan jalan
malesen, ngus-nges kandaraan mahalau, si danum ur er kalotok ces ngaju
ngawa. Kate pang kamangat itah. Mun maalang uluh zaman helu kejau banar
beh pada utuh. Ida mamangatan uluh batuh hapunu malawan Balanda, amun
jida iye ji matei arep ji matei. Jida mangatan wal ai. Kate kiya pas lime andau
tame huang Desember 1945 Balanda ji manyarang kan Marabahan ilawan
itah lebu mahapa sanapang lucuk. Imbah inembak tau takang sanapangeh.
172
Uluh maka cur car dur dar manembak bi bentuk sungei. Dungkang danga uluh
itah bukah manggilau ukan basuhukan. Jaka dada awen te dada kiya lapangan
lime desember hikau.
5. Simpulan.
Te beh ji kawa iyampaian kuh akan paingat itah. Mudahan imbah yaku
hapander jituh ada gunaeh akan samandiyah biti.
6. Penutup.
d. Uraian Materi
Teks pidato berjudul “Jangan Basasambatan (Jangan Membully) dan Mangganang Jasa
Pahlawan (Mengenang Jasa Pahlawan)” merupakan teks pidato berbahasa Banjar dan
Bakumpai yang telah diformulasi menjadi materi ajar untuk pidato berbahasa daerah di
Kalimantan Selatan dalam rangka mencintai karya lokal, menumbuhkan sikap peduli
dan saling menghargai. Teks pidato ini diajarkan melalui tahapan pembelajaran pidato
metode terstruktur.
173
mandiri.
5) Peserta didik diberi kesempatan untuk mengurai kerangka pidato menjadi
sebuah pidato yang utuh, baik secara mandiri maupun secara berpasangan
atau kelompok.
4) Penilaian.
174
Matan wahini ampih sudah menyambati kakawanan wan galar nang kada baik. cuba
kita pikirakan habis manyambati urang, himunglah kita? Kada kalo. Kaya mana amun
kita nang disambati urang. Tantu kita sakit hati jua.
Jaka handak bagaya pastiakan kawan kita kawa manarima wan umpat jua tatawa.
Manyambati orang ngitu kada harat jua. Nang harat itu pintartapi jangan mamintari,
saling bagawi basama dan saling meharagai.
Bila ada kakawanan barataan nang malihat manyambati tagur haja. Mun kada maasi
jua padahakan lawan paguruan atawa urang tuha.
Hinggan hini haja pidato ulun, mudahan banafaat gasan kita barataan. Lamun tadapat
kata-kata nang tasalah ulun mohon dimaafakan.
Wassalamualaikum Wr.wb.
Kula biti hampahari samandiyaheh ji bahalap, ida ukai kesayangkuh dengan ketuh.
Mun ketuh jidada, narai artieh yaku mendeng kabuat si hituh. Tarima kasih banar
yaku ketuh maku dumah.
Itah belum utuh jadi mangat, samandeyah jadi ada. Handak batanjungan jalan
malesen, ngus-nges kandaraan mahalau, si danum ur er kalotok ces ngaju ngawa. Kate
pang kamangat itah. Mun maalang uluh zaman helu kejau banar beh pada utuh. Ida
mamangatan uluh batuh hapunu malawan Balanda, amun jida iye ji matei arep ji
matei. Jida mangatan wal ai. Kate kiya pas lime andau tame huang Desember 1945
Balanda ji manyarang kan Marabahan ilawan itah lebu mahapa sanapang lucuk.
Imbah inembak tau takang sanapangeh. Uluh maka cur car dur dar manembak bi
bentuk sungei. Dungkang danga uluh itah bukah manggilau ukan basuhukan. Jaka
dada awen te dada kiya lapangan lime desember hikau.
175
Tarima kasihlah kakawalan samandiyah biti ji mahiningan yaku hapander. Bila ada
tasala pander, yaku are-are balaku rela.
Wassalamualaikum Wr. Wb
.
176
III. RINGKASAN
IV. EVALUASI
a. Rincian Pengamatan Kemampuan Berpidato (aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan)
177
b. Penilaian dalam lomba
2. Sebutkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar dapat berpidato dengan baik!
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
a. Mempunyai tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu meyakinkan orang
lain, sehigga dapat menumbuhkan percaya diri dan tekad sehingga tidak ragu-
ragu menyampaikan pidatonya.
b. Memiliki pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat menguasai
materiunya dengan baik.
c. Memiliki perbendarahan kata yang cukup, sehingga pembicara mampu
mengungkapkan pidato dengan lancar.
d. Melakukan latihan intensif sehingga membantu kelancaran pidato.
178
3. Sebutkan tatakrama dalam kegiatan berpidato!
a. Pakaian rapih dan bersih
b. Berbicara sopan, tidak angkuh dan sombong
c. Menyelingi humor agar pendengar tidak bosan
d. Jangan menyinggung perasaan pendengar
e. Terbuka kepada audiens, selalu santai, tetapi jangan merasa rendah diri
f. Sampaikan pikiran dengan argumentasi-argimentasi logis
g. Jangan menyinggung martabat agama tertentu jika dihadiri pemeluk agama
d. Tindak Lanjut/Penilaian
179
V. GLOSARIUM
Banjar
Basasambatan : mengejek teman
Mangulibi : mencibir
Maragut : menampakkan wajah yang tidak senang pada seseorang
Himung : senang
Bakumpai
Sanapang lucuk : senapan manual
Malesen : mengkilap
Dungkang danga : pontang panting
Tamput : ikut, terbawa
VI. PENUTUP
180
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, M.G. & Mukti. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Hapip, Abdul Djebar. 2008. Kamus Bahasa Banjar. Banjarbaru:CV Rahmat Hafiz Al
Mubaraq
Matthes, B.F. 1872. Boeginesche Chrestomathie; Deel 3: Aanteekeningen op de
Boeginesche Chrestomathie. Amsterdam: Spin. Three vols.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Pennilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Tim Penyusun KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V (daring).
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
181
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
Sri Wahyu Nengsih, M.Pd.
Rimayasari, S.Pd.
Siti Fatimah
Hadzir
182
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Kompetensi Dasar
- Peta Konsep
- Tujuan Pelatihan
ISI
- Materi
- Strategi / model
- Evaluasi
PENUTUP
183
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bercerita ialah menuturkan cerita.
Bercerita termasuk kegiatan berbahasa yang produktif. Artinya, seseorang ketika bercerita, ia
akan melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, dan perkataan yang jelas sehingga
biasa dipahami orang lain.
Bercerita bukan hal yang asing bagi anak. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
dan sekolah, anak mengenal dan menikmati cerita. Cerita yang menarik akan menjadi bahan
cerita dalam pergaulan sehari-hari. Nurgiyantoro mengatakan bahwa bercerita termasuk
kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis dengan meliputi unsur linguistik dan unsur
yang diceritakan (2001, hlm.289). Tidak heran jika bercerita dijadikan sebagai alat ukur
kemampuan berbahasa seseorang. Bercerita pun sering dilombakan di tingkat pelajar untuk
memeriahkan suatu peringatan hari besar. Lazimnya cerita yang dilombakan mengandung
nilai-nilai moral, tidak mengandung sara, dan tidak mengandung pornografi.
Bercerita menjadi media pendidikan ketika memasukkan pesan-pesan moral dalam
cerita tersebut. Pesan-pesan moral penting dalam pendidikan karakter anak. Ada beragam
cerita rakyat dari berbagai daerah telah memberikan banyak pengajaran kepada anak.
Psikolog anak pun berpendapat bahwa bercerita kepada anak di masa kecilnya akan
berpengaruh pada karakter anak setelah ia menjadi dewasa. Ia akan selalu mengenang tokoh-
tokoh imajinatif yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, bercerita yang bersumber dari
kearifan lokal masing-masing daerah masih dibutuhkan ditengah-tengah maraknya tokoh-
tokoh fiktif animasi mancanegara yang sering hanya menonjolkan kekuatan “super power”
nya untuk menarik perhatian anak- anak.
Banyak guru atau orang tua yang mengaku kekurangan referensi bercerita padahal di
lingkungan sekitar bisa menjadi sumber referensi. Misalnya, metamorfosis ulat menjadi
kupu-kupu dapat diceritakan secara menarik. Ada banyak buku atau artikel tentang cerita
rakyat atau sumber berita yang kita lihat dan dengar di media masa, cukup dipahami inti atau
topik cerita (pakem) kemudian kita kembangkan sendiri. Jika tidak mampu, dapat
membacakan sebuah buku cerita fantasi. Hal yang terpenting adalah bagaimana cara kita
menuturkan cerita tersebut. Rangkaian kata dan efek suara yang disampaikan hendaknya
kreatif agar tidak membosankan.
184
Bercerita dalam lomba tentu memiliki pengertian lain. Tidak saja untuk menghibur
penonton, tetapi lebih kepada cara melestrarikan tradisi bercerita ini agar tidak punah ditelan
zaman. Bercerita dalam kerangka lomba tidak hanya mengenai cerita rakyat, melainkan juga
cerita-cerita menarik yang sarat akan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, kisah-kisah imajinatif
yang diceritakan memang membutuhkan teknik-teknik penyampaian yang baik dan
kreativitas dari sang penutur atau pencerita
Status “pencerita” pun perlu disederajatkan dengan seniman-seniman lain seperti
deklamator, penyair, cerpenis, dramawan dan lain-lain. Bercerita dengan menggunakan
bahasa pengantar bahasa daerah (banjar dan bakumpai) nyaris tersingkirkan dari panggung-
panggung kesenian yang dilaksanakan pada perayaan- perayaan hari besar (HUT RI, Hari
Pendidikan Nasional, Hari Pahlawan, dsb.). Revitalisasi bahasa daerah yang dilaksanakan
oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan ini diharapkan sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah di Kalimantan Selatan melalui pertunjukan
bercerita.
Deskripsi Singkat
185
3. Peta konsep : - Bahasa Banjar
- Bahasa Bakumpai
4. Tujuan pembelajaran / Pelatihan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan.
1. Peserta dapat mendeskripsikan secara lisan pengertian bercerita.
2. Peserta dapat memahami cara bercerita yang baik.
3. Peserta dapat mengapresiasi bercerita berbahasa Banjar dan Bakumpai.
A. Materi
Materi yang akan diuraikan dalam modul ini, yaitu.
a. Pengertian Bercerita.
b. Manfaat Bercerita.
c. Tujuan Bercerita.
d. Pembelajaran Bercerita di Sekolah.
e. Metode Pengajaran Bercerita.
f. Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada saat Bercerita.
g. Tips Bercerita.
3. Pengertian Bercerita
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam
bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk
cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan.
(https://repositori.kemdikbud.go.id/18627/1/Panduan%20Bercerita.pdf, diakses
pada 29 Maret 2023)
186
Jakarta:Pustaka Jaya.)
4. Manfaat Bercerita
- Mengenal budaya
5. Tujuan Bercerita
Tujuan akhir dari bercerita sebagai media pendidikan yang penting dalam
mengubah karakteristik anak. Ini karena bercerita menyimpan pesan pedagogik
yang diharapkan dapat mengubah prilaku tidak baik anak-anak ke perilaku yang
baik, atau yang sesuai dengan norma-norma agama (akhlak mulia).
187
kondusif, terarah, dan terfokus. Hal ini tidak dapat dipisahkan peran serta guru
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sama halnya dalam pembelajaran sastra di
sekolah, untuk mengajarkan sastra tidak melulu berpusat pada teori tetapi
dibutuhkan apresiasi dan praktik untuk mengembangkan bakat dan minat peserta
didik pada sastra.
Misi sastra meliputi beberapa aspek, diantaranya (a) karya sastra sebagai
alat untuk menggerakkan pemikiran pembaca kepada kenyataan dan menolongnya
mengambil suatu keputusan bila ia menghadapi masalah, (b) karya sastra
menjadikan dirinya sebagai suatu tempat di mana nilai kemanusiaan mendapat
tempat sewajarnya dan disebarluaskan, terutama dalam kehidupan modern dan
berfungsi menjadi pengimbang sains dan teknologi, (c) karya sastra sebagai penerus
tradisi suatu bangsa kepada masyarakat.
188
ditemukan di toko-toko buku dan internet. Metode pembelajaran bercerita ini dapat
digunakan baik di sekolah yang berada di tengah kota maupun di sekolah yang
berada dipelosok desa sekali pun. Hendaknya sebelum menyampaikan cerita,
pendidik memahami terlebih dahulu alur dan pesan yang ada di dalam cerita
tersebut. Sehingga, pendidik yang bertugas di sekolah pelosok sekalipun dapat
menggunakan metode pembelajaran ini.
189
fokus pada cerita. Curi perhatian dari anak dengan pancingan tebak-tebakan,
iringan lagu, atau selingan permainan di sela-sela waktu bercerita. Kegiatan
bercerita akan terasa lebih atraktif, dan orang tua atau guru bisa makin intim
dengan anak/siswa. Suasana lain yang dapat dibangun adalah dengan mengajak
anak duduk melantai mengelilingi guru yang akan membawakan cerita. Buat para
pendengar duduk atau mengambil posisi senyaman mungkin tanpa harus diatur-
atur, yang paling penting adalah mereka bisa fokus dan mendengarkan cerita yang
disampaikan dengan jelas.
c) Kuasai Materi
Dalam penguasaan Materi, tidak harus dihapal secara keseluruhan. Yang
perlu diingat dalam penguasaan materi adalah substansi isi cerita tersebut
(mengingat pokok-pokok cerita). Improvisasi lebih dipentingkan untuk
menghidupkan isi cerita.
d) Kuasai Teknik
Teknik bercerita memang penting, tetapi Anda juga tak harus terlalu
terpaku pada teori. Vokal dan ekspresi wajah, serta posisi saat bercerita,
merupakan teknik yang perlu diperhatikan. Posisi saat bercerita diusahakan
senyaman mungkin, baik dalam keadaan duduk, maupun berdiri. Upayakan agar
vokal dan ekspresi optimal (wajah/mimic, gesture) untuk memberi penekanan
pada hal-hal yang seru. Jangan lupa untuk melatih beragam vokal dari karakter-
karakter tertentu, misal suara kucing, suara gajah, suara ayam, dan sebagainya.
Siapkan alat peraga jika memang dibutuhkan, jika tidak ada alat peraga cukup
dengan memanfaatkan gerak tubuh atau gestur. Usahakan untuk tetap tenang,
jangan bercerita dalam keadaan terburu-buru dan jangan terlihat gugup di depan
anak- anak.
e) Improvisasi
Ada kondisi-kondisi tertentu ceritanya perlu diimprovisasi supaya tidak
terdengar terlalu kaku, agar suasana nyaman dan akrab. Libatkan anak dalam
kegiatan bercerita, jangan biarkan si anak menjadi penonton pasif yang akan
mengantuk dalam sekejap. Biasakan untuk melibatkan anak dalam cerita, buat
pertanyaan-pertanyaan atau keterlibatan anak sesuai kemampuan dan usianya.
f) Beri penutup
Di dalam bercerita pun bisa tersirat pesan moral yang ingin disampaikan
tanpa terkesan menggurui anak secara kaku. Sisipkan pesan moral tersebut untuk
190
membangun karakter anak. Karena cerita merupakan salah satu sarana sosialisasi
moral dan budi pekerti, maka pastikan untuk memberi kesimpulan di akhir cerita
yang disampaikan agar anak paham dengan maknanya dan bisa mengingat pesan
yang ada di dalam cerita. Anak perlu mengetahui mana tokoh yang baik dan patut
dicontoh, dan mana yang sebaiknya tidak diikuti.
7. Tips Bercerita
Berikut beberapa tips yang harus Anda ketahui.
1. Tampil percaya diri dan tenang.
2. Lafal ucapan harus menarik, keras, dan jelas.
3. Intonasi suara mengikuti alur cerita kapan saat bersuara keras atau lembut. Suara
boleh dibuat berbeda antar tokoh dan narator. Salah satu yang paling disenangi oleh
anak-anak adalah menirukan suara.
4. Gerak tubuh dapat memengaruhi cara bercerita yang baik. Coba bayangkan bila kita
hanya berdiri tegap tanpa ekspresi ketika bercerita, membosankan bukan? Gerakan
tangan, kaki atau anggota tubuh lain saat menirukan tokoh atau menyesuaikan dengan
alur cerita.
5. Ekspresi wajah juga mempunyai peranan penting terutama mata. Orang marah,
gembira, atau bingung dan sebagainya dapat ditunjukkan melalui pandangan
pencerita.
6. Pilih jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak. Untuk umur 3-8 tahun, usahakan
bercerita hal-hal lucu dengan penokohan hewan atau cerita-cerita m fabel (hewan,
tumbuhan, benda yang berbicara). Sedangkan untuk umur 8-12 tahun, dapat bercerita
tentang sejarah yang menampilkan jiwa patriotisme anak seperti cerita kepahlawanan
atau tokoh heroik.
7. Yang perlu diperhatikan adalah memulai bercerita dengan cara yang singkat, padat
dan tepat agar dapat menarik perhatian si pendengar. Pembuka merupakan cerminan
isi bercerita yang baik.
8. Buatlah cerita tidak perlu terlalu panjang. Sebab, batas konsentrasi anak terbatas.
Anak cenderung cepat bosan dengan cerita yang terlalu panjang atau jalan cerita yang
datar.
9. Interaksi dengan pendengar bisa dilakukan di awal, di tengah dan di akhir.
10. Sisipkan pantun yang berkaitan dengan isi cerita.
11. Jika telah menampilkan satu adegan dalam cerita, usahakan menarik kembali
191
perhatian anak-anak. Tingkatkan partisipasi penonton dengan keaktifannya dengan
memberi pertanyaan di sela-sela cerita.
192
2 OLAH VOKAL Seorang pencerita perlu melatih suara dengan
- ARTIKULASI DAN DIKSI tahapan-tahapan tertentu.
- TEKANAN KATA -Latihan olah suara dapat dilakukan dengan
- JIWA KALIMAT mengucapkan vocal seperti a, i, u, e, o sesuai dengan
- TEMPO DAN IRAMA bentuk mulut dan pengucapannya harus bulat dan
jelas dan tidak setengah-setengah dalam
melakukannnya dan dilakukan dengan berulang-
ulang.
Kemudian berlatih.
- Tekanan kata
Tekanan pada kata tertentu yang perlu ditonjolkan
dalam suatu kalimat untuksuatu kepentingan. Contoh
berikut ini yang digaris bawahi dalah kata yang perlu
mendapat penekanan. Penekanan kata pada kalimat
untuk menonjolkan isi pesan atau perasaan dan
pikiran dari kalimat itu .
- Jiwa Kalimat
Jiwa kalimat merupakan usaha atau teknik
menghidupkan kalimat dengan bantuan emosi suara.
Misalnya pada latihan kata “Apa“ dengan ekpresi
perasaan yang berbeda berikut ini :
Sedih (apa)?
gembira (apa)?
193
marah (apa)?
benci (apa)?
malas (apa)?
mengharap (apa)? dan seterusnya
9. Latihan Imajinasi
Latihan ini mengolah daya khayal seolah olah hal itu
terjadi saat ini dan dirasakan. Lakukan permainan
imajinasi misalnya kamu berimajinasi pergi
berpetualang kehutan belantara, mendaki puncak yang
tinggi, menuruni jurang yang curam dan bertemu
dengan berbagai binatang baik yang jinak maupun
yang buas. Juga menemukan berbagai situasi seperti
air terjun yang menyegarkan, pohon yang tumbang,
kehujanan ataupun merasakan gunung yang akan
194
meletus.
195
huruf vokal.
196
3. Latihan Mengucapkan Serangkaian kata-kata
Sukar
Tidak percaya?
197
sebanyak yang anda bisa, kemudian latih cara
pengucapannya sampai bisa mengucapkannya dengan
baik, dengan benar tanpa terebelit lagi lidah anda.
Cerita Bahasa Banjar adalah cerita berbahasa Banjar. Bercerita dalam bahasa Banjar
dinamakan bakisah. Bakisah ini mengacu pada bercerita yang disampaikan dalam bahasa
Banjar. Bakisah termasuk tradisi lisan Banjar untuk menyampaikan cerita dengan maksud
menghibur dan menyampaikan nilai-nilai moral. Dapat dikatakan bahwa ketika bercerita, si
pencerita dituntut memiliki kreatifitas untuk menceritakan kembali cerita yang dibaca atau
yang didengar dengan kemudian mengekpresikan melalui mimik dan kekuatan vokal agar
cerita yang sampaikan itu menarik bagi pendengar (menghibur).
Cerita yang disampaikan dalam bakisah tidak dikhususkan mengenai cerita rakyat
(misalnya legenda, dongeng, dan mite). Cerita dalam bakisah dapat berupa cerita kesaharian
masyarakat yang disampaikan dengan menarik oleh pencerita. Pencerita dalam bahasa Banjar
disebut tukang kisah. Berikut contoh cerita bahasa Banjar yang berupa dongeng.
198
Dongeng "Si Bekantan" dalam Bahasa Banjar
Di sabuah hutan nang ada di pulau nang bangaran Pulau Kambang, ada bamacam-
macam binatang, ada warik, ular, wan macam-macam burung. Di hutan nitujua ada jua warik
Bakantan. Dikesahakan nang kaya tahun-tahun sabalumnya, di hutan pulau Kambang rajin
diadakan lumba banaik pohon, ada jua lumba bagantungan matan pohon ka pohon.
Sabarataan binatang asik mamandirakan lumba nitu.
"Kakawanan bolehlah ulun umpat lumba ?" ujar bakantan nang biasa di kiau Tantan.
Saikung warik hirang manyahut; "Kada buleh, ikam makan haja gin sana, awak lamak kaya
itu, ikam pasti tagugur kena, "ujar si warik.
Tantan Pina Sadih. Imbah itu kasturi mambisiki Tantan, "Kada usah didangari
pandiran warik nang ngitu, mun ikam handak umpat lumba, balatih bujur-bujur, ikam pasti
kawa. kalahkah manangkah nangitu kada panting, nang panting ikam samangat maupati
lumba.
Saisukan sampai kamarian si Tantan cangkal balatih banaik lawan bagantung di
pohon Kasturi nang jadi kawannya. Pas rahatan balatih datang warik pina sumbung
manyambati Tantan. "eee sudah kupadahi kalo ikam kada usah umpat, tatap haja, pancangan
kalah jua, awak ikam lamak pasti kaena tagugur" Nang kaya itu pandiran warik mahuluti
tantan.
Bakantan badiam haja inyu tatap basumangat balatih kada maherani si warik.
Akhiranya si warik munyak kada diherani Tantan, warik bukah bajauh. Pas berapa hari,
imbahnya palumbaan manaiki pohon dimulai. Warik pina percaya diri basiap-siap maumpati
lumba. kasturi mambari aba-aba, satu... dua... tiga... Wusss... tantan lawan warik langsung
haja badahuluan basumangat manaiki pohon.
Tantan pina laju banar manaiki pohon-pohon nangitu. Timbul maulah warik sarik.
Garakannya jadi kacau lawan mulai tatinggal jauh. Malihat Tantan mendahului warik. Warik
timbul pusang. Inya kada menyangka Tantan kawa manyalipnya Tantan pina nyaman
manuntungakan palumbaan. "Alhamdulillah..!" Ucap Tantan basukur.
Laluai warik manyadari kasalahannya. Salamat Tantanlah, aku kalah laju lawan ikam,
ujar warik pina supan-supan. "Maapkan akulah, rancak manyambati ikam sakalinya ikam
lihai banar". "Inggih ikam sudah ku maafkan, jangan diulangi lagilah kaerna, Ujar Tantan".
Imbah itu Tantan lawan warik bakawan akrab. Inya salalu bamainan basamaan lawan
199
kakawanan lainnya.
Papadahan:
Jadilah urang nang sayang lawan kakawanan, hakun mamaafkan, cangkal, katuju manulung
kawan jangan kada ingat basyukur lawan Allah. Tumbuhkan rasa percaya diri, selalu
bersyukur lawan apa nang dibarii Allah lawan kita.
Sumber : Buku Model Bercerita dengan Bahasa Ibu Untuk menstimulasi Perkembangan
Bahasa Anak usia Dini. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan Anak
Usia Dini Balai Pengembangan Pendidikan anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kalimantan Selatan tahun 2017.
***
Bacalah dengan saksama Bakisah dalam Bahasa Bakumpai yang berjudul Bantus.
Bantus
(Cerita Rakyat Bakumpai)
Kesah Bantus tuh kesah asal bi jaman batuh baneh, kesah uluh batuh ji paling
hambalar, araie Bantus. Bantus hapan belun dengan Umae ji jadi bakas kiya. Uluh ji kalebu
hatawan ji aran Bantus te punae hambalar, gawiaie jida beken menter-menter balawu kuman
batiruh.
Buhen pada ije andau parahatan Bantus menter sambil mamahera iye tangkejet hiau
ada ji mangahau araie. Bantus munduk mangilau suara te dumah bi kueh. Tuh situh Bantus
yaku mangahau ikau.
Bantus maningau kan lalungkang ji jida kejau pada ukan Bantus menter, si baun
lalungkang te puna ada ji batang jambu, bidan bijambu te ada ji kungan burung darakuku.
Bantus, sipet yaku Bantus auh burung jite. Limbah Bantus hatawan burung jite ji mangahau
iye tenah Bantus hampuli menter hindai, kuler tumbah Bantus. Sipet yaku Bantus auh burung
200
te hindai. Hamperepere burung te mangahau, kamuyakan maka kiya Bantus. Lalu inyipete
burung jite tanggar lalu burung te manjatu kan petak. Bantus handak hampuli menter tapi
burung te mangahau iye.
Impung yaku Bantus, auhe. Hamparere hindai burung te mangahau ahire maku kiya
Bantus muhun kan petak mainpung burung darakuku ji buah sipet te. Lalu iandake si rahan
luar handak ilihie, Bantus handak tane kan huang manangkuli menter. Tapi burung te
mangahau dengan Bantus. Irek yaku Bantus, lalu belum apui inapui yaku Bantus, auhe.
Peda ingahau tarus ahire maku kiya Bantus. Ringkas kesah mansak pupuian maura-
ura mawi kacar iweh Bantus.
Jida kawa maarit hindai Bantus lalu mangenta burung te. Sanjulu beh lepah ikinan
Bantus. Puna jidu inyangka burung ji halus tenah mampabensuh tanain Bantus, handak jida
kawa hagerek kabensuhan. Jida kakueh Bantus marasa kapehe tanaie handak mamani.
Iye tapaksa manggau ukan batanggar si likur dapur.
Alkisah jandau-jandau jida kamean sampai tukep ji bulen.
Buhen waktu umae muhun kan rahan luar silikur te iye maalang dawen baluh dengan
batange malancar subur banar. Umaie bainsek dengan Bantus. Bantus manumbah jida
hatawan lalu. Padahal tumbu be asal eka tambuan tain Bantus. Baluh te malantar manjelar
daweie hai banar.
Jida kakueh baluh te mangambang, kambang jadi putuk, putuk jadi bua. Sanjulu bua
baluh te hai, sampai tandak sipetak puna limpat hai. Limbah jadi batue lalu inutik si Uma.
Babehat banar uluh badue manggatang kan huang huma.
Bantus inyuhu badinu lading si Uma handak manyila baluh babaya tandak lading tau-
tau baluh te basila kabuate, tangkejet jida sakira Bantus dengan Umae. Sebape si huang baluh
te ada anak uluh pina baputi bahenda bahalap banar.
Bantus takang kilau hampagu, tapi si Uma barake iye maangkat anak kuluh te ji
tanyata anak uluh bawi kilau jadi baumur telu nyelu. Limbah iangkat lalu anak uluh te
manangis kilau tangis anak uluh halus kiya, impundunge kasukaan yaku supa anak auhe
kahuaan. Lalu inpanduie limbah jadi barasih lalu inyapute. Sampai ji bulan anak uluh te
mulai tau hapander dan mulai tau mananjung.
Nyelu kalawan nyelu bawi ji supa bi huang baluh te baubah jadi bawi bujang ji
bahalap banar kilau bidadari.
Bantus lembut mahamen panguler iye baubah jadi hatue ji rajin iye manduhup banar
dengan Umae.
Iye bagawi kantana muhun magilau laukkan sungei dan bakabun. Sahingga Uma
201
Bantus jida kakurangan hindai, awen mulai belum mangat. Jida kakueh Bantus ingawinan
dengan putri bi asal huang baluh te. Uluh lebu pada heran bawi dumah bi kueh sawan Bantus.
Sumber: ditulis kembali oleh Pambakal Banua Hujung Tanah (Adum M. Sahriadi)
Diambil dari buku: Bahasa Bakumpai ; Struktur dan identitas
Penulis: M. Hatta Baduani
Editor: Retno inten za Maulani dan Setia budhi
Cetakan: pertama januari 2005
Penerbit: CRDS Kalimantan
EVALUASI
a. Peserta dapat menceritakan kembali cerita yang di dengar dengan Bahasa Banjar dan
Bahasa Bakumpai.
b. Siswa dapat menyampaikan pesan dari cerita Bahasa Banjar dan Bahasa Bakumpai
secara lisan setelah mendengarkan cerita.
PENUTUP
Semoga modul ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam proses pembelajaran
Bahasa Daerah siswa SMP, baik teori maupun praktik.
202
MODUL PEMBELAJARAN
Tim Penyusun
203
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu genre pembelajaran dalam Revitalisasi Bahasa Daerah, yaitu komedi
tunggal. Komedi tunggal sebagai salah satu lawakan yang pelawaknya membawakan
lawakan seorang diri di atas panggung secara monolog mengenai suatu topik
(id.m.wikipedia.org.wiki/lawak).
Beberapa puluh tahun yang silam, di tanah Banjar berkembang jenis komedi tunggal
yang menarik perhatian penonton hingga membuat tertawa terpingkal pingkal. Meskipun
cerita yang dibawakan tidak masuk akal, para penonton mendengarkan dengan antusias.
Pada masa pendudukan Belanda, jenis komedi itu diberi nama Bapandung. Orang yang
menyampaikan diberi julukan Pamandungan yang berarti orang yang sedang menyampaikan
lelucon.
Sejak saat itulah komedi tunggal bapandung berkembang hingga di wilayah pelosok
di Kalimantan Selatan. Beberapa tokoh bapandung yang sering tampil membawakan cerita,
antara lain Almarhum Masyani asal Margasari bertempat tinggal di Marabahan, Almarhum
Abdul Syukur, Syoebeli dari Tanah Bumbu, Abdan Kahanisa dari Banjarmasin.
Bapandung awalnya berasal dari pertunjukan mamanda yang sering diperankan oleh
tokoh Hadam pada pertunjukan mamanda. Babak pertunjukan Mamanda semakin menarik perhatian
penonton ketika tokoh hadam muncul. Tokoh Hadam berperan tunggal dengan segala kelucuannya. Hal ini
sesuai dengan fungsi peran hadam sebagai pencair suasana. Suasana akan cair ketika dimulai dengan hadam
memperkenalkan nama, pekerjaannya dan bercerita tentang sosial masyarakat. Cara berceritanya dibungkus
dengan satire dan parodi tapi tidak mengandung sara. Dari peran hadam inilah memunculkan komedi tunggal
bapandung.
204
C. Peta Konsep
Komedi Tunggal
Membangun 1. Metode Pelaksanaan
sebagai Media
2. Kelemahan Komedi Tunggal
hiburan
3. Kelebihan Komedi Tunggal
4.Hal-hal yang Harus diperhatikan pada Saat Komedi Tunggal
Komedi Tunggal
Tips Komedi
Bugis, Makassar,
Toraja Tunggal yang Baik
Model Latihan
1. Olah Tubuh
Komedi
Tunggal 2. Olah Vokal
3. Artikulasi
4. Ekspresi
5. Naskah
6. Pemanggungan
205
ISI
A. Materi
Materi yang akan diuraikan dalam modul ini terdiri atas.
I. Pengertian Komedi Tunggal.
II. Hakikat Komedi Tunggal.
III. Manfaat Komedi Tunggal.
IV. Tips Membuat Materi Komedi Tunggal.
V. Teknik Bermain Komedi Tunggal.
3. Materi Pokok:
Komedi Tunggal
206
URAIAN MATERI
PERTEMUAN 1
TEORI KOMEDI TUNGGAL
A. Uraian Materi:
Jumsari Jusuf dkk. (1984:4--5)menyebut kelompok cerita ini dengan istilah cerita humor.
Stith Thomson, (1955:482-488) dalam artikelnya yang berjudul “Myths And Folktales”
mengelompokkan kisah-kisah jenaka tersebut ke dalam dongeng dengan kategori lelucon
dan anekdot (jokes dan anecdotes).
207
2. Hakikat Komedi Tunggal
Secara umum kita mengetahui bahwa penyebarluasan cerita jenaka disampaikan
secara lisan. Namun, tidak semua transmisi sebuah cerita lisan selalu diawali melalui
tahap lisan lalu tulisan. Adakalanya, sebuah cerita lisan awal justru berasal dari naskah
tulisan yang kemudian disampaikan secara lisan.
Selain menjadi penghibur hati atau pelipur lara, cerita jenaka juga dapat
memberikan nasihat dan pelajaran yang baik kepada pembacanya (kaya nilai-nilai),
misalnya selalu berlaku jujur, tidak berandai-andai, dan tidak berlaku menang sendiri
serta mencari untung yang belum tentu didapat. Hal ini dapat mencelakakan diri sendiri.
Kehadiran cerita jenaka dalam khazanah sastra Indonesia menunjukkan bahwa
cerita ini adalah bagian tidak terpisahkan dari tradisi bersastra leluhur kita. Cerita jenaka
muncul dalam versi dan variasi yang memperlihatkan bahwa cerita ini dikenal luas di
Nusantara dan merupakan kekayaan budaya lokal bangsa yang diwarisi dari masa lampau
serta memiliki arti penting dalam upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan
nasional. Pada dasarnya, cerita- cerita itu merupakan kekayaan budaya yang berisi
berbagai data dan informasi tentang pikiran, perasaan, dan pengetahuan dari suatu bangsa
atau kelompok sosial budayatertentu. Tidak hanya itu, cerita rakyat juga merupakan unsur
budaya yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat yang melahirkan
dan mendukung cerita- cerita tersebut.
Hal itu bisa mengajarkan kita untuk mencoba memandang segala sesuatu dari
sudut pandang yang baru, yaitu sudut pandang komedi.
208
berisi banyak ilmu. Menonton materi stand up comedy seperti itu tentu bisa
menambah pengetahuan.
c. Melatih Diri Supaya Tidak Mudah Tersinggung. Seorang komika umumnya akan
membawakan materi tentang keresahannya terhadap suatu masalah. Namun kadang,
masalah tersebut berhubungan dengan topik yang sensitif atau ofensif bagi beberapa
orang. Hal itu pun bisa membuat orang-orang tertentu tersinggung saat mendengar
materi yang dibawakan.
Apakah itu berarti stand up comedy buruk karena bisa membuat orang
tersinggung? Tidak. Justru, sebenarnya dengan menonton stand up comedy, kita bisa
melatih diri untuk tidak mudah tersinggung.
Meski sebuah materi terkesan menyinggung perasaan, sebenarnya nyaris
mustahil seorang komika membawakannya dengan tujuan membuat orang
tersinggung.
Kita perlu ingat bahwa niat utama seorang komika melakukan stand up
comedy ialah ingin membuat orang lain terhibur, bukan tersinggung.
Makanya, tentu setiap kata yang ia ucapkan di panggung ditujukan untuk bercanda,
bukan serius.
Sebagai penonton, kita bisa melatih diri untuk tidak melulu menanggapi
candaan dengan serius sehingga tidak tersinggung.
Hal itu menandakan bahwa stand up comedy pun bisa melatih kita
menertawakan diri sendiri. Bisa jadi, kamu merasa sedih karena kekurangan yang
kamu miliki. Namun, saat menonton stand up comedy, kamu baru sadar bahwa
kekurangan tersebut ternyata punya sisi kelucuan dan bisa membuatmu tertawa.
209
juga jadi sadar bahwa kekurangan dirimu tidak harus membuatmu frustrasi, tapi
justru tertawa. Itu pun bisa membuatmu terhindar dari stres dan pastinya kamu lebih
bahagia.
Stand up comedy bisa menjadi pilihan karier. Sebagai bentuk komedi yang
terbilang baru, masih ada banyak ruang bagi jenis komedi ini untuk berkembang.
Oleh karena itu, tidak perlu ragu jika memiliki impian menjadi komika profesional.
Selama terustberusaha, cita-cita itu pasti bisa tercapai.
4. Tips membuat materi Komedi Tunggal
a. Tentukan Tema dan Sudut Pandang.
Hal pertama yang dibutuhkan untuk menulis materi stand up comedy adalah
menentukan tema yang berasal dari sebuah keresahan. Keresahan ini bisa dipahami
sebagai segala sesuatu yang memancing sebuah respon aneh di pikiran kita, bisa
jadi hal negatif atau pun positif. Dari keresahan itu, pahami temanya apa, lalu
kuatkan dengan sudut pandang tertentu yang lebih memperjelas bagian yang akan
dibuat lucu nantinya.
Contohnya adalah keresahan akan kemacetan di sebuah ruas jalan yang
sering kita lalui. Hal itu bisa diangkat sebagai tema materi stand up comedy.
Kemudian, materi bisa ditambah dengan sudut pandang gambaran kelakuan para
pengendara sepeda motor untuk memperkuat unsur komedi.
b. Berikan Sikap dalam Materi Komedi Tunggal
Setelah sudut pandangnya didapatkan, komika perlu menentukan sikap terhadap
sudut pandang masalah dalam materi. Sikap itu bisa berupa rasa kesal, sedih, takut,
heran, senang, dan lain-lain. Jadi, untuk sudut pandang kelakuan pengendara sepeda
motor di sebuah kemacetan lalu lintas, kita bisa mencoba mengambil sikap heran
atau merasa aneh.
210
c. Perkuat Alasan Atas Sikap yang diberikan. Perkuatlah sikap tersebut dengan alasan
kenapa kita bersikap demikian. Contohnya merasa heran karena pengendara sepeda
motor di kemacetan lalu lintas itu berkelakuan semaunya, terus mengelakson, dan
tidak ada yang mau mengalah sehingga terusberdesakan hingga amarah memuncak.
Umumnya, punch line atau sesuai istilahnya, twist, akan menjadi lucu ketika ada
pengalihan alur cerita ke sesuatu yang tidak tertebak. Bisa berupa kebalikan dari
yang diharapkan atau diprediksi penonton, bisa pula mengambil pecahan alur cerita
orang lain. Bisa juga dengan ‘act out’ atau tingkah laku yang membahasakan materi.
b. Rule of Three.
Rule of Three adalah teknik penggunaan 3 kalimat. Pertama biasa, kedua biasa,
ketiga baru sedikit menukik atau langsung ke punch line. Kekurangan teknik ini
211
adalah materi yang kita sampaikan cukup ketebak oleh audiens. Dika menyarankan
teknik ini jangan sering dipakai kalau materi yang kita sampaikan sedikit, atau ada
baiknya diselingi dengan teknik lain.
c. Double punchline
Double punchline adalah sebuah teknik ketika seorang komika melemparkan joke
beruntun antara punch line satu ke berikutnya. Namun, tidak menutup kemungkinan
bahwa komika memiliki lebih dari dua punch line. Dika menyebutkan double punch
line ini paling susah ditulis, dan kadang- kadang komika lebih sering melakukan
double punch line secara spontan.
d. Hiperbola
Teknik hiperbola atau melebih-lebihkan sesuatu adalah teknik yang dekat dengan act
out. Seni ini membuat adegan menjadi lebay. Seni ini bila berhasil dibawakan oleh
komika bisa sukses membuat penontonnya tertawa.
Kadang teknik hiperbola ini membawa penonton berimajinasi bahwa adegan tersebut
ada di kehidupan nyata. Tapi satu yang harus diingat adalah “don’t try to be funny”,
tetapi berusahalah senatural mungkin dan kalian akan terkejut dengan respon.
e. Heckler.
Heckler adalah “pengganggu” saat kita berdiri di hadapan audiens, mereka biasa
menimpali materi yang dibawakan komika dan bisa merusak konsentrasi. Sementara
handling adalah cara menanggapi “pengganggu” tadi dengan benar, dengan cara yang
seru dan bisa berbalik menjadi materi yang lucu. Dika mengatakan handling ini sifatnya
spontan, jadi perlu jam terbang dan latihan.
f. Riffling
Riffling adalah teknik improvisasi di tempat. Hal yang harus diperhatikan saat
berimprovisasi adalah jangan bercanda kasar, menyinggung SARA, atau meledek
sesuatu yang tidak bisa diubah dari orang seperti keadaan fisiknya. Riffling hampir
selalu dilakukan on the spot, tetapi ada beberapa komika yang sengaja sudah
menyiapkan lewat materi dan itu sah-sah saja dilakukan.
212
g. Call Back
Teknik call back adalah memanggil kembali punch line yang sudah dikeluarkan di
beberapa kesempatan yang berbeda.Hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan teknik
ini adalah pastikan punch line pertama sudah bagus. Jadi, merancang materi supaya
lucu perlu didukung dengan menggunakan teknik call back.
h. One liner
One liner adalah joke yang terdiri atas satu sampai dua kata. Dalam penggunaan one liner
komika harus bermain dengan set up dan punch line sederhana, atau dipangkas jadi satu
kalimat sederhana.
213
Pertemuan 2
B. Materi Pokok : struktur dan jenis-jenis Komedi Tunggal.
3. Black Jokes.
Lalu ada black jokes atau komedi hitam yang menjadi salah satu jenis jokes
lainnya. Atau yang lebih populer lagi dikenal denga nama dark jokes. Ya, komedi
hitam adalah jenis humor atau komedi yang didasari dari observasi sisi gelap
kehidupan sehari-hari. Aspek yang digunakan mencakup kejadian aktual dari dunia
214
politik, hiburan, olahraga, rasisme, agama, terorisme, dan peperangan.
4. Blue Jokes.
Lain dari dark jokes, ada pula blue jokes yang menjadi salah satu komedi yang
juga banyak peminatnya. Komedi biru adalah komedi yang membahas hal-hal yang
berbau seks dan tema-tema tabu lainnya. Kalian bisa menemukan jenis komedi ini
dalam karakter Mike Myers, Jimmy Carr, dan Chris Tucker.
5. Komedi Karakter.
Komedi atau jokes jenis karakter ini adalah jokes yang didasari kepintaran
seorang komedian dalam menciptakan sebuah karakter bertingkah lucu. Komedi
karakter juga bisa dengan menirukan karakter lucu seseorang. Ciri utama dari komedi
karakter adalah keunikan ekspresi seorang komedian dalam menampilkan emosi,
tingkah laku, dan mimik muka yang menggelikan.
6. ScrewBall.
Meskipun terdengar asing, namun jenis komedi ini terbilang cukup populer.
ScrewBall adalah jenis komedi yang biasanya di filmkan dan menekankan pada
karakter utama yang unik, esentrik, aneh, dan bermasalah. Saking bermasalahnya, hal-
hal yang dihadapi pun juga sangat amat tidak masuk di akal.
7. Parodi.
Jenis jokes yang terakhir, yaitu ada komedi parodi merupakan jenis komedi
dimana menertawakan sesuatu dengan meniru atau membuat imitasi dari yang orisinal
dengan selucu mungkin. Biasanya seorang komedian yang menirusuara, gaya pakaian,
gaya berjalan publik figur dengan semirip mungkin, hingga terkesan lucu dan
menghibur.
215
Pertemuan 3
Bapandung adalah salah satu wujud tradisi lisan yang sangat penting untuk
ditinjau, terutama dalam rangka mengangkat dan mengembangkannya untuk saat
sekarang dan akan datang, tradisi lisan dan keberadaannya sekarang ini dapat dikatakan
hampir punah.
Dianalisa dari bahasa yang dipergunakan dalam keseniaan ini bukanlah dari
bahasa Banjar yang berada di Kuala pada umumnya, dari aksen dan dialek yang
digunakan diperkirakan berasal dari pahuluan banjar. Dalam buku Budaya Banjar
(Ideham dkk. 2005,hlm 352), menyatakan di Margasari, kabupaten Tapin yang
kemunculannya sekitar abad 19 pada pertunjukan kesenian Mamanda.
1. Cerita, sajian cerita dalam bapandung dilakukan dengan cara bertutur atau berujar dalam
bentuk narasi maupun dialog. Hal itu seperti dalang wayang kulit. Kalau dalang
memainkan dengan media wayang, sedang pamandungan justru pengguna batang
tubuhnya sebagai alat pada dialog-dialog tokoh yang diceritakannya.
3. Teknik Penuturan.
Kualitas ujaran dan warna suara ketika dialog tokoh yang satu dengan yang lain dapat
dibedakan dengan jelas. Warna suara dari tukang pandung harus lebih wajar dan alami,
yaitu dengan teknik-teknik suara, teknik bunyi efek tertentu. Misalnya, suara raja
berbeda dengan suara patih, dan tentu berbeda pula dengan suara seorang puteri atau
permaisuri.
4. Penuturan latar, baik dari plot cerita, tokoh maupun yang melatarbelakangi cerita harus
berhubungan dengan nuansa kisahan.
5. Humor sebagai daya tarik penampilan dan dalam bercerita biasanya diselipkan humor-
humor sehat.
1) Teknik Korban, yaitu kejadian yang semula seperti biasa saja pada tokoh, tetapi pada
akhirnya ia menjadi korban yang ditertawakan (tapakalah).
217
2) Teknik Kontras, yaitu cara menjawab atau membalas dengan berlawanan yang sama
sekali tak terduga.
3) Teknik Serasi, yaitu menserasikan ujaran untuk menimbulkan unsur humor. S yang
terjadi direspon dengan menyerasikannya. (manyalurui).
CONTOH KOMEDI TUNGGAL BAHASA BANJAR (BAPANDUNG)
Daun Pandan lipatlah ampat
Baras kuning hambur di muka
Himung hati kawa badapat
salam diucap awal barmula
Dangsanak hari ini ulun handak bapandung nang judulnya BHBH. Apa itu BHHA? BHHA
yaitu Bulat Halus Habang Anum.
Suatu kampung di bawah gunung nang bangaran ‘Ayunan Ulin’. Di sanalah hidup badua
baranak. Nang anak ngarannya Udin, nang uma ngarannya Acil Calapan. Badua baranak
hidup saadanya. Buhannya ni urang nang kada mampu. Tapi sabuting nang baulah ulun
bangga, bujur Udin urang nang susah, tapi samangat balajarnya nomor satu, jempol gasan
udin.
Jadi, suatu hari si Udin di suruh oleh gurunya gasan PR manggambar, temanya pamandangan
nang indah. Himung ae si Udin, oleh si Udin ni katuju manggambar.
Nah ini Udinlah (pamandung memerankan Udin dengan mengganti kostum sebagai deskripsi
tokoh)
Lalu Udin tulak ka pahumaan, imbah sambahyang Asar, handak manggambar.
Udin bajalan....set set...
218
Udin: “Ih himungnya ulun disuruh manggambar oleh Bu Ratih. Manggambar pamandangan
jadi kaya barasa ulun jadi Iron man. Malukis pamandangan indah, siapakan kuas, siapakan
kanvas, siapakan kartas.
Hik hik (menangis) bisa kada jadi dapat 100. Disuruh ibu manggambar pamandangan indah,
tapi lihati kadada pamandangan indah.... gunungnya gundul.... sungainya hirang ....aduh
kayapa ini.
Kamana mancari pamandangan indah, maka ari parak sanja pulang.
Aduh dicarii mama mun kaya ini... aduh...
Mama Udin: Udin ini sudah jam barapa? Magrib satumat lagi. Ayo naik.
Udin : Hik.. tapi.. ma Udin disurh Ibu Ratih manggambar pamandangan indah, tapi
pamandangan indahnya kadada ma ae...hik.
Mama Udin: Nyata ae kadada pamandangan indah. Coba lihati sakuliling. Hutan gundul,
sungai tacamar, itu samunyaan marga ulah urang sakti nang katuju manambang, mataki
pohon, jadi sabarataan rigat.
Sudah kada usah manggambar pamandangan indah. Mun handak manggambar nang indah-
indah, gambar mama haja. Mama kena jadi modelnya.
Lajui bulikan... parak magrib sambahyangan.
Udin : Hik (basasigan)... inggih ma.. kada jadi ulun dapat 100 am, gara-gara
pamandangan indah.. aduh (kesal).
Udin sedih. Di tengah parjalanan bulik, Udin takajut. Inya malihat sesuatu hal di atas puhun
nyiur.
219
Udin : Ma...itu apa ma? Di atas puhun Nyiur ma. Bulat. Halus, habang anum.
Mama Udin: Oh... itu ngarannya hintalu kalambuai. Ikam kada tahukah? Kada dilajarikh
ikam ituh hintalu kalambuai.
Udin madangarakan mamanya, inya shock tadiam. Udin bingung mamikirakan, amun sawat
dua jam bisa gila tu si Udin. Udin mambayangakan si kalambuai nang bagana di banyu,
sakalinya kawa bahintalu di atas puhun nyiur.
Udin wan nang uma bukahan ... handak lapor manuju rumah pambakal.
Ternyata Pambakal sudah bukah matan rumah mambawa buntalan (pamandungan berganti
kostum)
Ini Pambakalnya.
Pambakal : Uyy Udin, mama Udin, handak kamana... Jangan bulik gawat kampung kita
baah. Kampung kita kabanjiran. Kampung kita tinggalam. Banyu baah kiriman dari
gunung. Ayuuu lajui kita bukahan. Rumah kita sudah larut.
Https://youto.be/_zvEvIRpFDM
220
Pertemuan 4
B. Uraian Materi:
221
2 OLAH VOKAL Seorang komedian perlu melatih suara dengan
- ARTIKULASI DAN DIKSI tahapan-tahapan tertentu.
- TEKANAN KATA -Latihan olah suara dapat dilakukan dengan
- JIWA KALIMAT mengucapkan vocal seperti a, i, u, e, o sesuai dengan
- TEMPO DAN IRAMA bentuk mulut dan pengucapannya harus bulat dan
jelas dan tidak setengah-setengah dalam
melakukannnya dan dilakukan dengan berulang-
ulang.
Kemudian berlatih.
- Tekanan kata
Tekanan pada kata tertentu yang perlu ditonjolkan
dalam suatu kalimat untuksuatu kepentingan. Contoh
berikut ini yang digaris bawahi dalah kata yang perlu
mendapat penekanan. Penekanan kata pada kalimat
untuk menonjolkan isi pesan atau perasaan dan
pikiran dari kalimat itu .
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
• Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
- Jiwa Kalimat
Jiwa kalimat merupakan usaha atau teknik
menghidupkan kalimat dengan bantuan emosi suara.
Misalnya pada latihan kata “Apa“ dengan ekpresi
perasaan yang berbeda berikut ini :
Sedih (apa)?
gembira (apa)?
marah (apa)?
benci (apa)?
malas (apa)?
mengharap (apa)? dan seterusnya
222
-Tempo dan Irama
Tempo dan irama adalah pengolahan suara dengan
memperhatikan dinamika, artinya suara yang
dihasilkan tidak monoton tetapi bervariasi. Latihan
mengucapkan kata dan kalimat dengan irama yang
berbeda, cepat, lambat, tegas, mendayu-dayu, dan
sebagainya.
3 OLAH RASA/PENJIWAAN Komedian harus memiliki kemampuan untuk menjadi
- Latihan Konsentrasi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Tentu hal itu
- Latihan Imajinasi bisa terjadi kalau mampu berkonsentrasi mengolah
- Latihan Ingatan Emosi rasa, dan emosi.
223
pernah melihat orang lain dengan emosinya. Seperti
melihat orang sedih, gembira, marah, kecewa, ragu-
ragu, putus asa, kegelian, lucu, tertawa terbahak-
bahak dan barbagai emosi lainnya. Kemudian emosi-
emosi itu ditampilakan satu persatu saat latihan
sehingga akan tampak dalam ekspresi wajah dan
tubuh.
224
2. Latihan Membaca dengan Suara Dikeraskan
225
memang dibuat sedemikian rupa yang bisa membelit
lidah Anda saat mengucapkan, terlebih jika diucapkan
dengan tempo di atas normal.
Tidak percaya?
226
bisa dengan mengunyah permen karet.
PENUTUP
Komedi tunggal menjadi penghibur hati atau pelipur lara. Selain itu, komedi
tunggal juga berisi nasihat dan pelajaran yang baik kepada penonton. Hal itu disampaikan
disampaikan secara eksplisit dan inplisit.
Perlu latihan sebelum menampilkan komedi tunggal untuk menumbuhkan rasa
percaya diri. Tahapan dalam latihan komedi tunggal, meliputi olah tubuh, olah vokal, olah
rasa atau penjiwaan, artikulasi, ekspresi, naskah dan pemanggungan.
227