Tim Penyusun
KKLP Pelindungan dan Pemodernan Bahasa
Syaifuddin Zuhri Harahap, M.Si.
Dr. Rosliani, M.Hum.
Nurelide, M.Hum.
Lolabora Tarigan, S.S.
Sahril, M.Pd.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Petunjuk Penggunaan Model Pembelajaran 2
C. Tujuan Model Pembelajaran 3
D. Karakteristik Model-Model Pembelajaran 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
sehingga menarik minat peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran.
2
3. Guru dalam memilih model pembelajaran mempertimbangkan
materi pelajaran, media atau alat peraga yang digunakan dan
kondisi peserta didik.
4. Guru dalam memilih materi pelajaran harus memperhatikan
memperhatikan kebutuhan peserta didik
5. Guru harus memperhatikan sintak (langkah-langkah) yang sesuai
dengan model pembelajaran yang diterapkan.
6. Guru bisa memodifikasi langkah-langkah selama masih berkaitan
dengan model pembelajaran yang digunakan.
3
5. Agar peserta didik terbiasa mendengar, membaca, berbicara dan
menulis bahasa daerah.
6. Agar peserta didik dapat mengambil nilai-nilai filosofi dari materi
pembelajaran ektrakurikuler bahasa dan sastra daerah berupa
cerita, puisi, dongeng, nyanyian, pidato, dan sejenisnya.
7. Agar peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai filosofi dari
materi pembelajaran ektrakurikuler bahasa dan sastra daerah
sehingga akan turut mewarnai dalam pembentukan karakter
peserta didik.
4
5. Memberikan ruang untuk mengekspresikan diri berupa karya
kreatif berkaitan dengan kegiatan berbicara, membaca, menulis
bahasa daerah dan bersastra.
6. Memanfaatkan media pembelajaran dan alat peraga yang tepat
dalam penerapan model pembelajaran baik tradisional yang
dimodifikasi maupun memanfaatkan teknologi informatika.
7. Membantu peserta didik dalam menemukan nilai-nilai filosofi
dalam materi pembelajaran ektrakurikuler bahasa dan sastra
daerah.
5
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA DAN
SASTRA DAERAH
BAGIAN 1
PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN
6
1.2 Struktur Cerpen
7
6) Koda. Koda adalah nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah
cerpen yang disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pesan
moral yang disampaikan sesuai dengan jenis cerpen.
8
1.4 Ciri-ciri Cerpen
2) Cerpen memiliki susunan kata yang tidak lebih dari 10.000 (sepuluh
ribu) kata.
5) Cerpen memiliki diksi atau pilihan kata yang tidak rumit sehingga
mudah dipahami oleh pembaca.
6) Cerpen hanya memiliki alur cerita tunggal atau satu jalan cerita saja.
9
kisah yang ingin disampaikan oleh penulis. Berikut ini adalah beberapa
unsur intrinsik.
2. Alur atau Plot. Alur atau plot adalah urutan peristiwa atau jalan cerita
pada sebuah cerpen. Pada umumnya alur pada cerpen diawali
dengan perkenalan, konflik masalah, lalu penyelesaian. Namun, ada
beberapa jenis alur cerita yaitu alur maju, alur mundur, dan alur
campuran.
10
7. Amanat. Amanat adalah pesan moral atau pelajaran yang
disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Pesan moral yang
disampaikan biasanya dalam bentuk tersirat maupun tersurat.
11
1.7 Kaidah Kebahasaan Cerpen
2) Pada cerpen juga digunakan frasa adverbial atau kata keterangan yang
membantu menunjukan latar tempat atau waktu seperti di pagi hari,
sore hari atau di sebuah tempat pada peristiwa kejadian. Selain itu
juga harus menerapkan penggunaan kalimat langsung dan tak
langsung atau berupa dialog.
a) Tema ditentukan oleh panitia pada saat lomba akan dimulai berupa
stimulasi visual (gambar/foto/video).
12
halaman folio bergaris untuk jenjang SD dan 2 (dua) halaman folio
bergaris untuk jenjang SMP.
13
BAGIAN 2
PEMBELAJARAN MENULIS DAN MEMBACA
PUISI
II. Puisi/Sajak
b) Ungkapan kata dan bahasa pada sajak dipengaruhi oleh unsur lagu,
irama, dan keharmonisan bunyi.
14
c) Baris pada sajak disusun membentuk pola atau ikatan tertentu (untuk
puisi tradisional) dan tanpa pola ikatan tertentu.
c) memiliki bait, tetapi jumlah baris pada tiap baitnya tidak tetap;
a) Sajak Awal
b) Sajak Akhir
15
2.3.2 Jenis Sajak Berdasarkan Kesesuaian Bunyi Suku Kata
Sajak penuh atau sajak sempurna, yaitu jenis sajak yang ditandai
dengan kesesuaian bunyi pada suku kata terakhir secara penuh.
c) Sajak Aliterasi
d) Sajak Asonansi
e) Sajak Rangkai
f) Sajak Rangka
Sajak rata atau sajak serupa adalah sajak yang memiliki kesesuaian
bunyi akhir a-a-a-a.
Sajak peluk atau sajak paut adalah sajak yang memiliki kesesuaian
bunyi akhir a-b-b-a.
Sajak patah atau sajak putus adalah sajak yang memiliki kesesuaian
bunyi akhir a-a-a-b, a-b-a-a, atau a-a-b-a.
17
2.3.4 Sajak Bebas
a) Disitkhon merupakan sajak yang ditulis dalam bentuk dua baris bagi
tiap-tiap bait. Sajak yang sebaitnya terdiri dari tiga baris dianggap tak
sesuai.
b) Quantrain merupakan sajak yang tiap baitnya terdiri dari empat baris.
Bentuknya lebih mirip pantun dan syair.
d) Sextet merupakan sajak yang berisi sekitar enam baris dalam tiap
baitnya.
e) Oktaf (stanza) Oktaf merupakan sajak yang tiap baitnya terdiri dari
delapan baris atau kalimat.
c) Peserta harus menyebutkan dengan jelas judul sajak yang dibaca serta
siapa pengarangnya.
18
e) Sajak wajib dan pilihan untuk tiap jenjang adalah sebagai berikut.
-
SD -
-
SMP
19
BAGIAN 3
PEMBELAJARAN BERPIDATO
III. Pidato
1) Pembukaan
a) salam pembuka;
21
d) pengantar ke topik utama.
2) Isi
3) Penutup Pidato
22
3.2 Metode Pidato
24
BAGIAN 4
PEMBELAJARAN MENDONGENG
IV. Mendongeng
4.1 Pengertian Mendongeng
25
komunikasi guna menyampaikan beberapa pelajaran atau pesan moral
kepada anak. Selain itu, tentu saja, metodemetode pembelajaran lainnya
yang pada saat ini telah menggunakan teknologi canggih yang menarik
untuk para peserta didik.
26
Keterlibatan secara aktif dalam aktivitas mendongeng dapat
memberikan pengalaman konkret pada anak sehingga tertanam kuat
dalam struktur kognitif anak. Dongeng berpotensi memberikan
sumbangsih besar bagi anak sebagai manusia yang memiliki jati diri yang
jelas. Jati diri anak ditempa melalui lingkungan yang diusahakan secara
sadar dan tidak sadar. Dongeng dapat digunakan sebagai sarana
mewariskan nilai-nilai luhur kepribadian. Secara umum dongeng dapat
membantu anak menjalani masa tumbuh kembangnya. Anakanak dapat
memahami pola drama kehidupan melalui tokoh dongeng. Melalui
dongeng, anak-anak terlibat dalam alur cerita dongeng sehingga
menumbuhkembangkan intelektualitasnya. Dongeng mampu membawa
anak melanglang buana, memasuki dunia fantasi, menyeret mereka ke
dunia antah-berantah dan membayangkan berbagai “kehidupan lain” yang
tidak ada di dekat mereka. Dalam hal ini, dongeng dapat menumbuhkan
dan menggerakkan daya ciptanya. Di dalam dongeng ada pesan moral
yang mengajarkan makna hidup yang penuh suri tauladan.
27
permainan yang ada di komputer daripada membaca buku kisah-kisah
dongeng.
28
anak-anak (guru, tutor) keahlian bercerita merupakan salah satu
kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para
pengasuh mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi
pekerti luhur secara efektif dan anak-anak menerimanya dengan senang
hati. Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, tetapi masih jarang
tulisan dari para praktisi ahli dongeng, yang mampu mengarahkan secara
khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini sehingga penceritaan
yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara
khusus didasarkan pada material kurikulum pengajaran di
TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku. Padahal, panduan praktis semacam
ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di seluruh Nusantara. Pada
umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang metode
bercerita. Tulisan ini kami susun dengan maksud agar menjadi salah satu
bahan pengayaan ketrampilan mendidik anak, bagi para pendidik anak
usia dini dalam kegiatan kepengasuhan yang mereka lakukan.
29
b) Memperkenalkan bentuk emosi
d) Memperluas kosakata
Selain membacakan cerita atau dongeng dari buku, orang tua dapat
membuat cerita singkat tanpa panduan buku. Kemudian, pandulah
anak untuk melanjutkan cerita tersebut berdasarkan imajinasi mereka
sendiri. Ajukan juga beberapa pertanyaan untuk memancing daya
imajinasinya.
30
4.5 Persiapan Mendongeng
31
c) pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng
petualangan fantastis rasional (sage), seperti “Persahabatan si
Pintar dan si Pikun”, “Karni Pemenang Menyanyi”, dan
sebagainya.
2) Waktu penyajian
32
4.6 Intonasi Suara dan Gerakan Mata Sangat Menentukan Cerita
33
Dengan bertatapan mata dengan anak-anak, pendongeng dapat
menguasai seluruh kelas.
34
3) Penutup, yaitu bagian akhir cerita yang dibuat untuk mengakhiri
cerita.
35
e) Peserta hanya mengandalkan kekuatan vokal dan ekspresi, dan tidak
diperkenankan membawa atau menggunakan properti apapun.
f) Jika dalam materi dongeng yang dipilih terdapat bagian yang harus
dinyanyikan, peserta harus menyanyikan bagian tersebut dan akan
menjadi bagian dari penilaian dewan juri.
g) Durasi waktu mendongeng adalah 5—7 menit. Jika ada peserta yang
belum selesai pada waktu yang telah ditentukan, dewan juri berhak
menghentikan penampilan peserta.
36
BAGIAN 5
PEMBELAJARAN MENYANYI
V. Menyanyi
37
persuasi dan memberikan nasehat. Kemampuan mempengaruhi sebuah
lirik lagu terjadi karena pengarang lagu menyampaikan ide dan gagasan
tertentu.
38
d. Mereka yang bernyanyi dalam oktaf yang salah. Mereka cenderung
menyanyikan melodi dengan nada satu oktaf lebih rendah dari
tinggi nada yang sudah ditentukan.
e. Mereka yang bernyanyi kurang teapat dengan oktaf yang salah.
Anak-anak dalam kelompok ini adalah mereka menghadapi dua
masalah: pertama, mereka memulai atau mengakhiri lagu tidak
pada waktu yang tepat; kedua, mereka cenderung menggunakan
suara rendah.
5.3 Manfaat Metode Bernyanyi
39
a. Tahap perencanaan, (penetapan tujuan pembelajaran, penetapan
materi pembelajaran, menetapkan metode dan teknik
pembelajaran, dan menetapkan evaluasi pembelajaran).
b. Tahap pelaksanaan, yang tediri atas:
a. Kegiatan awal: guru memperkenalkan lagu.
b. Kegiatan tambahan: anak diajak mendramatisasikan lagu.
c. Tahap penilaian dilakukan dengan memakai pedoman
observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
yang telah dicapai oleh anak.
5.5 Langkah-langkah menggunakan metode bernyanyi dalam
pembelajaran
40
c. Lakukan pengulangan menyanyikan lagu gubahan tersebut hingga
peserta didik menghafalnya.
d. Jika peserta didik sudah mulai mengahafalnya, perderetan bangku
atau perbangku peserta didik menyanyikannya.
5.6 Fungsi Menyanyi
41
d. Sebagai jembatan dalam mengingat materi pembelajaran.
e. Membangun retensi dan menyentuh emosi dan rasa etika siswa.
f. Proses internalisasi nilai yang terdapat pada materi pembelajaran.
g. Mendorong motivasi belajar siswa.
5.7 Ketentuan Lomba
Jenjang Menyanyi
SD
SMP
f) Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator
sebagai berikut.
No. Aspek Penilaian Indikator
1. Vokal - Artikulasi
- Teknik menyanyi
2. Penghayatan - Penjiwaan isi dan penjiwaan
musikalitas
3. Penampilan - Mimik dan gerak (gesture)
- Penguasaan panggung dan
koreografi
42
BAGIAN 6
PEMBELAJARAN LAWAKAN TUNGGAL
a) Fonologi
44
b) Morfologi
Morfologi, yaitu ilmu yang berkaitan dengan pembentukan kata, juga
dapat menjadi humor verbal. Kesalahan pengucapan kata yang biasa
dinamakan “ keseleo lidah” dan salah ucap dapat menjadi humor.
c) Pragmatik
Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan suatu tanda
kebahasaan yang didasarkan pada konteks pemakaian, fungsi, dan
makna yang ditimbulkan. Pragmatik adalah kajian triadik dan
membahas makna yang timbul dari suatu tanda kebahasaan melalui
konteks penggunaannya oleh penutur dan petuturnya.
d) Semantik
Semantik adalah kajian diadik dan mendefinisikan makna sebagai
satuan ciri tertentu suatu bahasa dan terpisah dari cara
penggunaannya lewat penutur, petutur, dan konteks. Semantik
adalah ilmu tentang makna.
45
a) pilihlah sebuah ide yang tidak biasa dari sebuah fenomena yang
familiar/akrab. Sebuah kejadian mungkin sederhana, tetapi menarik
untuk kita;
b) tonjolkan bagian yang menarik dari ide sehari-hari yang dijadikan
cerita. Meskipun materi diangkat dari fenomena biasa, tetaplah mencari
satu bagian yang menarik untuk ditonjolkan;
c) berdayakan ekspresi secara maksimal;
d) amati hadirin dan buat sudut pandang yang proporsional ke semua
arah. Perhatikan semua penonton, terutama di awal. Amati reaksi
mereka sebagai tanda penerimaan terhadap komedian. Selanjutnya jaga
perhatian secara proporsional, termasuk memperhatikan ke bagian
yang kosong;
e) Bedakan ekspresi pada bagian yang biasa dengan bagian yang menjadi
kejutan. Dengan menggunakan teknik yang benar seorang komedian
tidak akan diragukan lagi dalam penampilannya karena teknik
merupakan suatu bagian yang mutlak dan harus dikuasai oleh seorang
komedian untuk menuju dunia profesional.
6.3 Ketentuan Lomba Stand up Comedy
Berikut ini adalah beberapa ketentuan dalam Lomba Stand up
Comedy.
a) Stand up Comedy bukan menceritakan kisah (dongeng) lucu, tetapi
tuturan yang disampaikan yang mengandung kelucuan.
b) Peserta mengenakan pakaian yang sopan dan disesuaikan dengan
materi lomba.
c) Tema bebas, tidak mengandung unsur SARA dan pornografi.
46
d) Durasi waktu Stand up Comedy adalah 4—5 menit. Jika ada peserta
yang belum selesai pada waktu yang telah ditentukan, dewan juri
berhak menghentikan penampilan peserta.
e) Materi yang dibawakan peserta adalah karya asli.
f) Lomba Stand up Comedy diikuti oleh siswa dan guru SD dan SMP.
Setiap sekolah mengirimkan 1 (satu) orang perwakilan.
g) Pakaian peserta dapat disesuaikan dengan materi lomba dengan
memperhatikan adat dan kesopanan.
h) Tema bebas dan tidak melanggar unsur SARA.
i) Stand up Comedy berbentuk lawakan tunggal, bukan ledekan atau bulan-
bulanan (roasting).
j) Durasi waktu Stand up Comedy antara 4—5 menit. Jika ada peserta yang
belum selesai pada waktu yang telah ditentukan, dewan juri berhak
menghentikan penampilan peserta.
k) Materi yang dibawakan peserta adalah karya asli peserta.
l) Penilaian Lomba Stand up Comedy meliputi aspek-aspek berikut ini.
No. Aspek Penilaian Indikator
1. Bahasa - Menggunakan bahasa daerah yang
baik dan benar
2. Materi - Lucu, tidak mengandung unsur
SARA dan/atau pornografi
- Sesuai dengan batas waktu (4—5
menit)
- Karya Sendiri (original)
3. Penampilan - Artikulasi
- Emosi (penghayatan/penjiwaan)
- Gerak anggota tubuh (gestur)
- Gerak wajah
47
BAGIAN 7
PEMBELAJARAN MENULIS AKSARA DAERAH
48
Pembelajaran aksara daerah di sekolah, secara umum terkendala beberapa
permasalahan. Pembelajaran aksara daerah dianggap sulit karena aksara
daerah sudah tidak dipakai lagi sebagai media baca tulis sehari-hari.
Penggunaan aksara daerah pada masa sekarang ini hanya terbatas sebagai
simbol kedaerahaan yang disematkan pada nama-nama jalan, gedung-
gedung pertemuan, gedung-gedung pemerintahan, dan lain-lain.
Pengajaran membaca dan menulis aksara daerah yang cenderung
monoton dan memaksa siswa untuk menghafal bentuk-bentuk dan aturan
penulisannya, membuat siswa semakin tidak tertarik untuk mengikuti
pelajaran membaca dan menulis aksara daerah. Adapula kurangnya media
pembelajaran bahasa daerah yang atraktif, interaktif, dan modern yang
mampu menarik minat siswa dalam mempelajari aksara daerah.
7.2 Metode Pembelajaran Aksara Daerah
Sebagai pengajar, harus mencari dan melakukan inovasi terhadap
pembelajaran aksara daerah. Bisa diperbaiki dari metode ataupun media
pembelajaran. Metode yang bisa digunakan adalah metode drill. Metode
latihan atau drill dapat diimplementasikan dalam pembelajaran membaca
dan menulis aksara daerah. Setiap jam pelajaran bahasa daerah, metode ini
dapat diterapkan. Adapula metode kerja kelompok untuk pembelajaran
membaca dan menulis aksara daerah. Cara penerapannya dengan
membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas 5-8 siswa.
Setiap kelompok diketuai oleh siswa yang kemampuan baca tulis aksara
daerahnya paling baik di antara anggota kelompoknya. Masing-masing
kelompok diberikan tugas untuk mempelajari materi aksara daerah.
Misalnya penggunaan pasangan. Ketua kelompok bertanggung jawab
49
penuh untuk mengajar teman-temannya agar kemampuan baca tulis
aksara daerah teman-teman satu kelompok meningkat.
Selain diperbaiki dari segi metode, pengajar juga bisa memperbaiki dari
segi media pembelajaran. Media permainan sangat cocok untuk anak-anak
usia sekolah, karena dapat menumbuhkan semangat berkompetisi dengan
teman. Namun dalam aplikasinya perlu dilihat kesesuaiannya dengan
materi, usia siswa, serta penguasaan kompetensi siswa. Media permainan
ini sangat diharapkan bisa membuat siswa lebih aktif dan interaktif dalam
pembelajaran.
7.3 Langkah-langkah Pembelajaran Aksara Daerah
7.3.1 Membuat Media Belajar
Peserta didik diberi tugas membuat kartu berjumlah lima yang kemudian
ditulisi aksara daerah oleh Peserta didik itu sendiri.
7.3.2 Menghafal Aksara
Aksara daerah yang ditulis tersebut harus dihafalkan oleh Peserta didik
dalam waktu satu minggu, misalnya. Penentuan waktu tergantung dari
tingkat kemampuan Peserta didik. Di proses ini, guru harus “memaksa”
peserta didik untuk hafal aksara daerah yang harus dihafalkannya dalam
rentang waktu yang ditentukan.
7.3.3 Membiasakan
Langkah belajar membiasakan ini dilakukan secara mandiri oleh peserta
didik di rumah (atau di mana saja). Membiasakan yang dimaksud adalah
peserta didik membiasakan melihat dan menghafal aksara daerah yang
diletakkan oleh peserta didik sendiri di rumah di semua tempat yang sering
terlihat oleh peserta didik.
50
7.3.4 Mengajar
Diawal pertemuan dengan peserta didik di materi pembelajaran membaca
aksara daerah, guru membuat kelompok belajar. Diusahakan kelompok
peserta didik terdiri atas peserta didik yang rumahnya berdekatan. Dengan
harapan, peserta didik dapat belajar kelompok di luar jam pelajaran di
sekolah. Kelompok ini diketuai oleh peserta didik yang lebih baik
hafalannya. Tugas ketua kelompok mengajari dan menguji hafalan teman-
temannya serta memotivasi teman-temannya untuk lebih giat belajar dan
menghafal. Waktu belajar kelompok berdasarkan kesepakatan kelompok.
Jumlah kelompok belajar dan jumlah anggota disesuaikan dengan jumlah
Peserta didik di kelas tersebut.
7.3.5 Membaca
Mampu membaca adalah hasil akhir pembelajaran. Setelah melalui proses
langkah-langkah yang telah diterangkaan di atas, peserta didik diberi soal
ujian membaca aksara daerah. Hasilnya akan dievaluasi untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
7.4 Ketentuan Lomba Menulis Aksara Daerah
1. Peserta wajib mengalihaksarakan 1 tulisan ke aksara daerah.
2. Naskah tulisan disediakan oleh panitia di tempat lomba.
3. Alih aksara berupa tulisan tanngan.
4. Lama waktu mengalihaksara maksimal 1 jam.
5. Penilaian lomba meliputi:
a) ketepatan penulisan huruf
b) kesesuaian dengan pedoman/aturan
c) kerapian tulisan.
51
7.5 Penilaian
Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Tes praktik
b. Bentuk Instrumen : Tes uji petik kerja dan produk
c. Kisi-kisi :
No. Indikator No. Butir
1. Membaca aksara 1
daerah yang
ditunjukkan.
7.6 Aspek Penilaian
No. Aspek Penilaian Indikator
1. ketepatan penulisan Menggunakan aksara daerah dengan
huruf bahasa daerah yang baik dan benar.
2. Materi tulisan • tidak mengandung unsur SARA
dan/atau pornografi.
• Sesuai dengan batas waktu.
• Karya sendiri (original)
3. kerapian tulisan • Tidak ada coretan
• Jarak spasi yang jelas
• Dapat dibaca oleh orang lain
52
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
53
2) menunjukkan sekaligus mengevaluasi hasil pembelajaran
ekstrakurikuler bahasa dan sastra daerah pada jenjang SD dan SMP
sebagai penutur muda yang menjadi sasaran kegiatan;
B. Saran
54