Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau

kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang

lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau

penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan

terjatuh (Dinkes Provinsi Sumsel, 2016). AKI merupakan salah satu indikator

penting dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara

(Kemenkes RI, 2014).

World Health Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan AKI di dunia

pada tahun 2015 yaitu 216 per 100.000 kelahiran hidup (KH). Kematian ibu di

dunia diperkirakan 303.000 2 jiwa, hampir semua kematian (99%) terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan 64 % terjadi di wilayah

Afrika (WHO, 2018).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) tahun 2015, yaitu 305 per 100.000 KH, menunjukan penurunan jika

dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 KH, sedangkan

menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 AKB 24

per 1000 KH dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebanyak 15 per 1000 KH

(KemenKes RI, 2018), hal ini masih jauh dari target Sustainable Development

Goals (SDGs) yaitu pada goals ke 3 pada tahun 2030, mengurangi AKI hingga di
bawah 70 per 100.000 KH, menurunkan AKN setidaknya hingga 12 per 1.000

KH dan AKB 25 per 1.000 KH (KemenKes RI, 2015). Kematian ibu di Indonesia

masih didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan (HDK), dan infeksi. Perdarahan dan infeksi tingkat kejadiannya

cenderung menurun sedangkan HDK semakin meningkat, lebih dari 25%

kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK (KemenKes RI,

2016).

Data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, jika dilihat berdasarkan

kasus kematian AKI 2018, sebesar 59 per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes,

2018) Dari data yang diverifikasi tim Dinkes Provinsi Kalimantan Timur ditahun

2018 penyebab angka kematian ibu antara lain yaitu perdarahan 48,23 %, HDK

20 %, infeksi 1,18 %, gangguan sistem peredaran darah 7,06 %, gangguan

metabolik 0 % dan penyebab lain 23, 53% (Depkes 2018) . Jika dilihat

berdasarkan kasus kematian maternal yang terjadi pada tahun 2018 di Provinsi

Kalimantan Timur, tercatat sebanyak 59 kasus kematian ibu. Per 100.000

kelahiran hidup.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kalimantan Timur untuk tahun 2018

berdasarkan laporan pendahuluan hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2018 adalah sebesar 1,3 per 1.000 kelahiran hidup, AKB

sebesar 2,0 per 1.000 kelahiran hidup.

Untuk AKI di Kota Samarinda pada tahun 2018 adalah 59 per kelahiran

hidup (Depkes, 2018). Sedangkan tahun t 2008 sebesar 228 per seratus ribu

kelahiran hidup, dan pada tahun 2009 ini menjadi 99 dan Angka Kematian Ibu
(AKI) per 100.000 kelahiran hidup dan sampai dengan posisi di tahun 2010

adalah 90 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2011-2012 Angka

Kematian Ibu (AKI) meningkat menjadi 17 per 100.000,(Angka Absolut AKI thn

2012 yakni 111.Untuk tahun 2013 sebasar : 125 kematian. pada tahun 2012-2013

Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat menjadi 14 per 100.000.

Data PWS KIA, PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa Samarinda Januari

sampai dengan Agustus2020 menunjukkan di Kelurahan Baqa pencapaian K1

adalah 83. Pencapaian K4 adalah 20. Jumlah Resti pada periode bulan tersebut di

PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa Samarinda adalah 7. (LB3 + PWS PMB

Hj.Nurhayati,2020).

Berdasarkan Data tersebut untuk mendukung pembangunan kesehatan

pada tahun 2019, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

(continuity of care) kepada Ny.D di PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa

Samarinda Di mulai dari masa hamil, persalinan dan bayi baru lahir, nifas,

neonatus sampai KB sebagai laporan tugas akhir.

Berdasarkan dari gambaran data diatas, dapat dilihat bahwa sangat

penting untuk memperhatikan kondisi ibu hamil, karena penyebab AKI tidak

terduga. Faktor-faktor yang sering mempengaruhi terjadinya kematian pada ibu

diantaranya adalah perdarahan, ketuban pecah dini, usia ibu diatas 35 tahun,

jarak kehamilan kurang dari 2 tahun (Mangkuji,2013).

Perdarahan merupakan faktor penyebab tertinggi kematian ibu di

Indonesia khususnya perdarahan antepartum yaitu Abortus. Saat ini abortus

menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi
yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Kurang lebih terjadi 20 juta kasus

abortus tiap tahun di dunia dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap

tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun,

sedangkan frekuensi abortus di Indonesia adalah 10%-15% dari 6 juta kehamilan

setiap tahunnya.

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya

(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM)

didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan.

Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang

dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada

kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana

risiko infeksi ibu dan anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah

penting dalam masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu

dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi

(Purwaningtyas, 2017).

kehamilan diatas 35 tahun merupakan salah satu faktor risiko kematian

perinatal karena kehamilan pada usia > 35 tahun lebih memungkinkan terjadinya

keguguran, bayi lahir mati atau cacat, dan kematian ibu. Sibuea, 2013)

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun maupun jarak kehamilan terlalu jauh

lebih dari 10 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,

persalinan lama, dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim

belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang

berdekatan (<2 tahun atau >10 tahun) akan mengalami peningkatan risiko
terhadap terjadinya perdarahan pada TM 3, anemia, Ketuban pecah dini serta

dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (<2500 gram), (BKKBN, 2013)

Berdasarkan studi pendahuluan di PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa

Samarinda pada bulan Agustus 2020 di dapatkan data Ny.D usia 23 tahun

G1P0000 umur kehamilan 38 minggu riwayat pendidikan terakhir SMA,

agama islam, pekerjaan IRT , dilihat dari status ekonomi Ny”D” termasuk dalam

kategori keluarga sejahtera (BkkbN), dari hasil pemeriksaan pada buku KIA, ibu

sudah melakukan pemeriksaan ANC sebanyak (M II :1x, TM III: 3x), ibu

mengikuti pemeriksaan PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa Samarinda. Dari

pemeriksaan ANC Terpadu diketahui hasil pemeriksaan

laboratorium( hemoglobin : 16 Grdl, Golda : O +, (PITC,HbSAg,sifilis : Non

Reaktif)) . Dengan total skor Poedji Rochjati = 2 Jumlah 2 berasal dari skor

awal kehamilan 2. Berapapun skornya tetap perlu dilakukan asuhan kebidanan

yang berkesinambungan (continuity of care). Sehingga penulis tertarik

melakukan asuhan kebidanan pada Ny.D masa hamil sampai KB di PMB

Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa Samarinda. Dari data diatas, upaya yang didapat

dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh

dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan

asuhan kebidanan secara berkesinambungan (Continuity of Care) , sesuai dengan

rencana strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas pembangunan

kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah peningkatan kesehatan ibu, bayi, balitta,

dan keluarga berencana (KB)


Asuhan Kebidanan Berkesinambungan (Continuity of Care) memiliki

manfaat yang besar di antaranya perkembangan kesehatan klien dapat dipantau

sehingga dapat diketahui sejak dini masalah potensial yang terjadi pada klien dan

apabila terjadi kegawatdaruratan dapat segera ditangani. Dampak jika tidak

dilakukan asuhan, kesehatan klien tidak akan terpantau sehingga tidak dapat di

ketahui sejak dini masalah potensial yang terjadi pada klien dan apabila terjadi

kegawatdaruratan tidak dapat segera di tangani, dampak terburuknya akan terjadi

kematian ibu dan bayi.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan

kebidanan komprehensif pada Ny ”D” selama masa kehamilan, persalinan, nifas,

bayi baru lahir (BBL), neonatus, serta KB di PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa

Samarinda dan melakukan pendokumentasian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan bahwa pada Ny ”D” usia 23

tahun G1P0000 uk 38 minggu T/H/I Letak bujur, presentasi kepala, keadaan

umum ibu dan janin baik dengan fisiologis, di PMB Hj.Nurhayati

Kelurahan Baqa Samarinda dengan total skor Poedji Rochjati = 2. Jumlah 2

berasal dari skor awal ibu hamil

Berdasarkan ruang lingkup asuhan yang akan diberikan kepada ibu hamil

selama masa kehamilan, melahirkan, masa nifas, BBL, neonatus, serta KB, maka

perlu dilakukan asuhan kebidanan paripurna pada ibu hamil, melahirkan, masa

nifas, BBL, neonatus, serta KB.


1.3 Tujuan Penyusunan COC

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care

pada Ny.D di PMB Hj.Nurhayati Kelurahan Baqa Samarinda pada masa

kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir, nifas, neonatus, serta Keluarga

Berencana dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan

dokumentasi SOAP.

1.3.2 TujuanKhusus

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL,

dan neonatus serta KB

1.3.2.2 Menentukan diagnosa dari asuhan kebidanan sesuai dengan

prioritas pada ibu hamil bersalin, nifas, BBL, dan neonatus

serta KB

1.3.2.3 Merencanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu

hamil bersalin, nifas, BBL, dan neonatus serta KB

1.3.2.4 Melaksanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu

hamil bersalin, nifas, BBL, dan neonatus serta KB

1.3.2.5 Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan

pada ibu hamil bersalin, nifas, BBL, dan neonatus serta KB


1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan

pada ibu hamil bersalin, nifas, BBL, dan neonatus serta KB

1.4 Manfaat

1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan

serta referansi bagi mahasiswa sehingga dapat mengaplikasikan materi

yang telah diberikan dalam proses perkuliahan serta mampu memberikan

Asuhan Kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin,

nifas, neonatus, dan kontrasepsi dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.

1.4.2. Bagi penulis

Meningkatkan pemahaman, serta menambah wawasan dan

pengalaman yang nyata tentang memberika asuhan kebidanan yang

berkualitas secara continuity of care pada ibu hamil sampai KB dengan

menggunakan managemen kebidanan.

1.4.3. Bagi Bidan

Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA), kepuasan klien, khususya


dalam memberikan informasi tentang perubahan fisiologis dan asuhan

yang diberikan pada ibu hamil sampai dengan KB.

1.4.4. Bagi Pasien

Asuhan Kebidanan secara continuity of care diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman dan keterampilan ibu tentang asuhan

kebidanan serta meminimalkan terjadinya risiko pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan pada bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai