Keynote Speech - Kepala
Keynote Speech - Kepala
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pertama-tama, marilah kita semua memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita begitu besar limpahan nikmat,
sehingga kita dapat berkumpul bersama dalam Halaqah Kebangsaan: Peran Ulama
Perempuan dalam Merawat dan Mengokohkan Persatuan Bangsa. Selain itu,
izinkanlah saya mewakili Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Penyelenggara Halaqah kebangsaan
dan Kongres Ulama Perempuan Indonesia ke-2. Sungguh kehormatan besar bagi
kami dapat menerima undangan dari Ibu sekalian sebagai mitra strategis kami
dalam bergotong royong membumikan Pancasila di seluruh bumi nusantara yang
kami cintai.
Islam sangat revolusioner dalam mengangkat derajat dan posisi perempuan. Nabi
Muhammad Saw berusaha melepaskan belenggu tradisi Jahiliyah pada saat itu,
yaitu mengangkat harkat perempuan. Ini terlihat dalam ayat-ayat Al-Quran dan
perilaku Nabi terhadap perempuan, baik isteri-isterinya, anak-anaknya maupun
sahabatnya. Konsep perempuan dalam Al-Quran secara jelas dan tegas
menyatakan posisi dan peran perempuan setara laki-laki. Yang dimuliakan di sisi
Allah bukan perbedaan jenis kelamin, akan tetapi nilai ketakwaan. Al-Quran juga
jelas mengatakan perempuan adalah partner (pasangan) sehingga kedudukan serta
hak-haknya hampir dapat dikatakan sama. kalaupun ada perbedaan hanyalah akibat
fungsi dan tugas utama yang dibebankan tuhan kepada masing-masing jenis
kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidaklah mengakibatkan yang satu merasa
memiliki kelebihan daripada yang lain.
Banyak ulama perempuan yang namanya besar dan jejak keulamaannya masih
terasa besar hingga kini. Contohlah Rahmah El-Yunusiyah (1900-1969 M) yang
berasal dari Minang. Di usia 23 tahun, ia mendirikan dan memimpin madrasah
pertama untk perempuan di Indonesia, Diniyah Puteri Padang Panjang. yang terus
berkembang dan eksis hingga kini. Istiqamahnya Rahmah di bidang pendidikan dan
juga perjuangannya dalam pergerakan kemerdekaan mengundang kekaguman
Rektor Univ al-Azhar Kairo yang berkunjung pada tahun 1955. Terinspirasi Diniyah
Puteri, al-Azhar membuka Kulliyyatul Banat, dan pada tahun 1957 Rahmah
dianugerahi gelar “Syaikhah” oleh Al Azhar Kairo. Gelar Syaikhah adalah gelar
bergengsi yang diberikan kepada hanya sedikit orang. Dari Jombang, Jawa Timur
ada nama Nyai Khoiriyah Hasyim. Keulamaannya tidak ada yang meragukan. Beliau
juga piawai dalam menajemen pendidikan dan keterampilan. Beliau mendirikan
Madrasah Lil Banat di Makkah al-Mukarramah, dan beliau menjadi pengajarnya. Ini
prestasi keilmuan yang tidak mudah dicapai sembarang orang, termasuk perempuan
Saudi sendiri.
Demikian sekelumit jejak ulama perempuan dalam kilas sejarah Indonesia hingga
zaman awal kemerdekaan. Masih banyak sesungguhnya nama ulama perempuan
yang tidak kami sebutkan, dan lebih banyak lagi yang namanya tidak terekam oleh
sejarah. Namun demikian dapat dinyatakan bahwa jejak sejarah keulamaan
perempuan Indonesia sejak abad 17 sudah ada dan tidak terputus hingga sekarang,
dan saat ini ulama perempuan semakin banyak dan berperan di berbagai bidang
kehidupan.
Pada era globalisasi seperti sekarang, perempuan memiliki pergeseran peran yang
sangat signifikan. Pada saat ini, kaum perempuan mulai merubah pola hidupnya
mereka dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin mahal untuk ikut ‘keluar rumah’
untuk bekerja. Dalam banyak studi yang dilakukan, dilaporkan bahwa perbedaan
gender tidak menjadi hambatan bagi seorang perempuan untuk melakukan aktivitas
seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki. Tak hanya sebagai pekerja, peran
perempuan kini juga sangat penting dalam bidang politik bahkan sejak zaman
perjuangan kaum nasionalisme perempuan telah menjadi aktor penting didalamnya.
Pada titik ini, saya mendorong KUPI untuk dapat mewujudkan semakin banyak
perempuan yang berpengetahuan, kapabel, melek teknologi, berdaya saing, namun
tetap dalam koridor nilai-nilai agama dan Pancasila, KUPI harus memiliki perspektif
bahwa kaum perempuan merupakan kekuatan penting bangsa Indonesia yang harus
sama besarannya dengan laki-laki dalam partisipasi membangun negeri, apalagi
sama-sama didominasi kelompok usia produktif.
Berkaitan dengan pemahaman dan penafsiran teologi dan keimanan islam kekinian,
Ulama Perempuan, khususnya yang dianaungi melalui KUPI mesti mampu
berkontribusi menciptakan pemahaman Islam yang mampu menjawab tantangan
kehidupan bangsa Indonesia pada hari ini dan kedepannya. Pemahaman dimaksud
bukan saja sebatas hak setiap pribadi sebagai pemeluk, tetapi setingkat di atas itu
bagaimana membawanya kepada realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Indonesia yang sangat majemuk, baik secara etnis, ras, bahasa, budaya,
suku maupun agama. Pembentukan akhlak manusia Indonesia, terkhusus generasi
penerus, tidak akan mencapai tujuan yang mulia jika pendekatan pola pendidikan
dan pengajaran hanya berada satu sudut pandang saja. Masa depan Indonesia
harus diisi dengan kontribusi pewaris-pewaris bangsa yang bisa melihat perbedaan
yang ada sebagai rahmat dan keharusan guna mencapai keharmonisan yang sejati.
Pembelajaran agama, baik aspek akidah maupun sebagai proses penguatan kognisi
pengetahuan agama di setiap jenjang pendidikan, tidak ditujukan hanya untuk
mempelajari agama sendiri, tetapi juga mengapresiasi agama lain yang hidup dan
berkembang di alam nusantara. Benih-benih fundamentalis, dan bahkan radikalis,
muncul sebagai akibat kebiasaan mempelajari hanya agama yang dianut. Ini
merupakan salah satu penyebab utama bagi terjadinya insiden penghakiman
terhadap pengikut agama dan kepercayaan, tradisi lain yang berbeda dan
menihilkan ruang pemahaman terhadap orang atau kelompok lain. Yang kemudian
tampak adalah perkara epistemologis karena terkait dengan tafsir atas teks Kitab
Suci yang diklaim sebagai kebenaran. Persoalan yang menjadi masalah bukan teks
Kitab Suci-nya, melainkan tafsir atas teks itu. Lebih dari itu, yang juga penting
adalah bagaimana membangun pemahaman diri tentang agama atau kelompoknya,
beririsan dengan apresiasi terhadap kelompok lain, tentang dunia dan tentunya
tentang manusia. Pemahaman dasar tentang manusia menjadi penting karena akan
terkait dengan bagaimana bersikap dan memperlakukan orang lain yang berbeda
pandangan. Itu sebab, saya sangat mendukung Kongres Ulama Perempuan
Indonesia ke- 2 ini untuk merumuskan sikap dan pandangan keagamaan ulama
perempuan Indonesia mengenai isu-isu aktual tertentu terkait hak-hak perempuan
dengan menggunakan paradigma dan metodologi yang berintikan pada nilai-nilai
Pancasila yang rahmatan lil ‘alamin.