Anda di halaman 1dari 5

Keynote Speech

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila


Dalam
“Halaqah Kebangsaan: Peran Ulama Perempuan dalam Merawat dan
Mengokohkan Persatuan Bangsa”
Kongres Ulama Perempuan Indonesia kedua (KUPI ke-2)
Jepara, 24 November 2022

Assalamualaikum Wr. Wb.


Shalom
Om Swastiastu
Namo Buddhaya
Salam Kebajikan
Rahayu-rahayu-rahayu
Salam Pancasila!

Yang saya hormati

 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx.
 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Pertama-tama, marilah kita semua memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kita begitu besar limpahan nikmat,
sehingga kita dapat berkumpul bersama dalam Halaqah Kebangsaan: Peran Ulama
Perempuan dalam Merawat dan Mengokohkan Persatuan Bangsa. Selain itu,
izinkanlah saya mewakili Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Penyelenggara Halaqah kebangsaan
dan Kongres Ulama Perempuan Indonesia ke-2. Sungguh kehormatan besar bagi
kami dapat menerima undangan dari Ibu sekalian sebagai mitra strategis kami
dalam bergotong royong membumikan Pancasila di seluruh bumi nusantara yang
kami cintai.

Ibu/Bapak Hadirin peserta halaqah kebangsaan yang saya muliakan

Menyambut giat “Halaqah Kebangsaan: Peran Ulama Perempuan dalam Merawat


dan Mengokohkan Persatuan Bangsa” ini seakan melihat sebuah harapan yang
terpampang di depan. Begitu banyak alur, pandangan dan pikiran bernas yang akan
dihasilkan melalui Kongres Ulama Perempuan Indonesia. Dari aktualitas rangkaian
proses kongres serta dinamika yang ikut mengiringinya, Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) merasa yakin bahwa ada harapan besar yang dimiliki dan sejatinya
harus disyukuri terkait peran luar biasa yang akan dihasilkan para ulama perempuan
bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dilandasi oleh nilai-
nilai Pancasila. Untuk itu pada kesempatan yang pertama dan terutama, marilah
kita mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah serta inayah-Nya kegiatan “Halaqah Kebangsaan: Peran Ulama Perempuan
dalam Merawat dan Mengokohkan Persatuan Bangsa” dapat terselenggara.

Ibu/Bapak Hadirin yang saya hormati


Islam sebagai sebuah ajaran memosisikan perempuan pada tempat yang mulia.
Tidak ada dikotomi dan diskriminasi peran antara laki-laki dan perempuan. Bahkan
dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan ayat yang menunjukkan keutamaan seseorang
karena faktor jenis kelamin atau karena keturunan suku bangsa tertentu,
kemandirian dan otonomi perempuan dalam tradisi Islam sejak awal terlihat begitu
kuat. Karena itu, tidak ada alasan untuk melebihkan seseorang atau satu kelompok
dari yang lainnya, amalan atau nilai ibadah seseorang tidak akan dikurangi hanya
karena ia seorang perempuan. Al-Qur‟an mengajarkan kedudukan orang beriman
baik laki-laki maupun perempuan itu sama di hadapan Allah, oleh karena itu mereka
harus memperoleh status yang setara dimata Tuhan, dan keduanya telah
dideklarasikan secara sama dengan mendapatkan rahmat Allah. Dengan demikian,
akan terlihat bahwa status perempuan telah ditunjukkan setara dengan laki-laki.
Kedua jenis kelamin tersebut akan diberi pahala secara sama karena amalan baik
mereka, dan tidak ada perbedaan apapun yang akan dibuat antara mereka. Orang-
orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, satu sama lainnya adalah kawan, dan
keduanya melakukan apa yang telah diperintahkan Allah.

Islam sangat revolusioner dalam mengangkat derajat dan posisi perempuan. Nabi
Muhammad Saw berusaha melepaskan belenggu tradisi Jahiliyah pada saat itu,
yaitu mengangkat harkat perempuan. Ini terlihat dalam ayat-ayat Al-Quran dan
perilaku Nabi terhadap perempuan, baik isteri-isterinya, anak-anaknya maupun
sahabatnya. Konsep perempuan dalam Al-Quran secara jelas dan tegas
menyatakan posisi dan peran perempuan setara laki-laki. Yang dimuliakan di sisi
Allah bukan perbedaan jenis kelamin, akan tetapi nilai ketakwaan. Al-Quran juga
jelas mengatakan perempuan adalah partner (pasangan) sehingga kedudukan serta
hak-haknya hampir dapat dikatakan sama. kalaupun ada perbedaan hanyalah akibat
fungsi dan tugas utama yang dibebankan tuhan kepada masing-masing jenis
kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidaklah mengakibatkan yang satu merasa
memiliki kelebihan daripada yang lain.

Ibu/Bapak Hadirin peserta halaqah kebangsaan yang saya muliakan

Dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, tercatat beberapa nama


ulama perempuan yang menonjol. Sebagian dari ulama perempuan itu adalah juga
Sultanah yang memiliki kekuasaan formal dan memimpin kesultanan-kesultanan
muslim sejak abad 17 M. Sebagian yang lain permaisuri Raja, keluarga kerajaan,
isteri, anak atau keluarga dekat dari tokoh Islam. Sebagian yang lain berproses
secara mandiri, tidak ada kekuasaan formal, dan pengaruh utamanya bukan berasal
dari nama besar keluarga. Para ulama perempuan ini selain peduli pada kaumnya,
pada umumnya juga terlibat langsung dalam perjuangan melawan penjajahan
Belanda, termasuk dalam perjuangan bersenjata, terlibat aktif dalam pergerakan
meraih kemerdekaan Indonesia, dan mengisi kemerdekaan dengan meneguhkan
nilai-nilai keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan, khususnya untuk kemajuan
perempuan.

Banyak ulama perempuan yang namanya besar dan jejak keulamaannya masih
terasa besar hingga kini. Contohlah Rahmah El-Yunusiyah (1900-1969 M) yang
berasal dari Minang. Di usia 23 tahun, ia mendirikan dan memimpin madrasah
pertama untk perempuan di Indonesia, Diniyah Puteri Padang Panjang. yang terus
berkembang dan eksis hingga kini. Istiqamahnya Rahmah di bidang pendidikan dan
juga perjuangannya dalam pergerakan kemerdekaan mengundang kekaguman
Rektor Univ al-Azhar Kairo yang berkunjung pada tahun 1955. Terinspirasi Diniyah
Puteri, al-Azhar membuka Kulliyyatul Banat, dan pada tahun 1957 Rahmah
dianugerahi gelar “Syaikhah” oleh Al Azhar Kairo. Gelar Syaikhah adalah gelar
bergengsi yang diberikan kepada hanya sedikit orang. Dari Jombang, Jawa Timur
ada nama Nyai Khoiriyah Hasyim. Keulamaannya tidak ada yang meragukan. Beliau
juga piawai dalam menajemen pendidikan dan keterampilan. Beliau mendirikan
Madrasah Lil Banat di Makkah al-Mukarramah, dan beliau menjadi pengajarnya. Ini
prestasi keilmuan yang tidak mudah dicapai sembarang orang, termasuk perempuan
Saudi sendiri.

Demikian sekelumit jejak ulama perempuan dalam kilas sejarah Indonesia hingga
zaman awal kemerdekaan. Masih banyak sesungguhnya nama ulama perempuan
yang tidak kami sebutkan, dan lebih banyak lagi yang namanya tidak terekam oleh
sejarah. Namun demikian dapat dinyatakan bahwa jejak sejarah keulamaan
perempuan Indonesia sejak abad 17 sudah ada dan tidak terputus hingga sekarang,
dan saat ini ulama perempuan semakin banyak dan berperan di berbagai bidang
kehidupan.

Ibu/Bapak Hadirin yang saya muliakan

Pada era globalisasi seperti sekarang, perempuan memiliki pergeseran peran yang
sangat signifikan. Pada saat ini, kaum perempuan mulai merubah pola hidupnya
mereka dikarenakan kebutuhan hidup yang semakin mahal untuk ikut ‘keluar rumah’
untuk bekerja. Dalam banyak studi yang dilakukan, dilaporkan bahwa perbedaan
gender tidak menjadi hambatan bagi seorang perempuan untuk melakukan aktivitas
seperti apa yang dilakukan oleh laki-laki. Tak hanya sebagai pekerja, peran
perempuan kini juga sangat penting dalam bidang politik bahkan sejak zaman
perjuangan kaum nasionalisme perempuan telah menjadi aktor penting didalamnya.

Apabila seorang perempuan memiliki peran/kewajiban yang penting dalam


masyarakat atau kemajuan negara, pembagian kerja dalam keluarga dan rumah
tangga antara perempuan dengan laki-laki akan bergeser. Bahkan di budaya Jawa,
perempuan sudah memiliki peran ganda baik secara privat maupun publik.
Perempuan dalam masyarakat Jawa terutama dalam golongan petani dan pedagang
selain berperan sebagai manajer rumah tangga juga berperan sebagai penopang
ekonomi dalam keluarga. Globalisasi membawa banyak perubahan dalam segala
aspek kehidupan yang menjadi konsekuensi dan tantangan baru untuk dihadapi.
Perempuan yang memiliki peran ganda harus melatih dirinya sebagai aktor dari
ketidakpastian zaman.

Peran perempuan menjadi utama di masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan


seperti dalam dunia pendidikan, aktivitas sosial, aktivitas ekonomi dan lain-lain.
Perempuan dapat lebih tanggap dalam mempersiapkan masa depan yang baik dan
memiliki daya pikir jangka panjang. Sehingga dalam segala persiapan, perempuan
mampu menjadi pendukung dalam sebuah keberhasilan tata kehidupan yang baik
dalam mengusahakan kebermanfaatan bersama. Realita perempuan dari masa ke
masa dibuktikan dengan banyaknya perempuan yang bersekolah atau
berpendidikan agar dapat menyiapkan masa depan cerah sehingga perempuan
mampu berkontribusi secara sosial dan ekonomi.

Ibu/Bapak/Para Peserta Halaqah yang saya banggakan

Dalam Konteks yang demikian, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengapresiasi


sebesar-besarnya upaya KUPI dalam menciptakan semakin wanita berpendidikan
yang memiliki kapabilitas dan daya saing dalam koridor pancasila. Sehingga,
menjadikan wanita bebas berkiprah sesuai dengan pilihan dan keahliannya di
berbagai bidang, dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai agama dan Pancasila.

Pada titik ini, saya mendorong KUPI untuk dapat mewujudkan semakin banyak
perempuan yang berpengetahuan, kapabel, melek teknologi, berdaya saing, namun
tetap dalam koridor nilai-nilai agama dan Pancasila, KUPI harus memiliki perspektif
bahwa kaum perempuan merupakan kekuatan penting bangsa Indonesia yang harus
sama besarannya dengan laki-laki dalam partisipasi membangun negeri, apalagi
sama-sama didominasi kelompok usia produktif.

Ibu/Bapak Hadirin yang saya muliakan

Berkaitan dengan pemahaman dan penafsiran teologi dan keimanan islam kekinian,
Ulama Perempuan, khususnya yang dianaungi melalui KUPI mesti mampu
berkontribusi menciptakan pemahaman Islam yang mampu menjawab tantangan
kehidupan bangsa Indonesia pada hari ini dan kedepannya. Pemahaman dimaksud
bukan saja sebatas hak setiap pribadi sebagai pemeluk, tetapi setingkat di atas itu
bagaimana membawanya kepada realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Indonesia yang sangat majemuk, baik secara etnis, ras, bahasa, budaya,
suku maupun agama. Pembentukan akhlak manusia Indonesia, terkhusus generasi
penerus, tidak akan mencapai tujuan yang mulia jika pendekatan pola pendidikan
dan pengajaran hanya berada satu sudut pandang saja. Masa depan Indonesia
harus diisi dengan kontribusi pewaris-pewaris bangsa yang bisa melihat perbedaan
yang ada sebagai rahmat dan keharusan guna mencapai keharmonisan yang sejati.

Pembelajaran agama, baik aspek akidah maupun sebagai proses penguatan kognisi
pengetahuan agama di setiap jenjang pendidikan, tidak ditujukan hanya untuk
mempelajari agama sendiri, tetapi juga mengapresiasi agama lain yang hidup dan
berkembang di alam nusantara. Benih-benih fundamentalis, dan bahkan radikalis,
muncul sebagai akibat kebiasaan mempelajari hanya agama yang dianut. Ini
merupakan salah satu penyebab utama bagi terjadinya insiden penghakiman
terhadap pengikut agama dan kepercayaan, tradisi lain yang berbeda dan
menihilkan ruang pemahaman terhadap orang atau kelompok lain. Yang kemudian
tampak adalah perkara epistemologis karena terkait dengan tafsir atas teks Kitab
Suci yang diklaim sebagai kebenaran. Persoalan yang menjadi masalah bukan teks
Kitab Suci-nya, melainkan tafsir atas teks itu. Lebih dari itu, yang juga penting
adalah bagaimana membangun pemahaman diri tentang agama atau kelompoknya,
beririsan dengan apresiasi terhadap kelompok lain, tentang dunia dan tentunya
tentang manusia. Pemahaman dasar tentang manusia menjadi penting karena akan
terkait dengan bagaimana bersikap dan memperlakukan orang lain yang berbeda
pandangan. Itu sebab, saya sangat mendukung Kongres Ulama Perempuan
Indonesia ke- 2 ini untuk merumuskan sikap dan pandangan keagamaan ulama
perempuan Indonesia mengenai isu-isu aktual tertentu terkait hak-hak perempuan
dengan menggunakan paradigma dan metodologi yang berintikan pada nilai-nilai
Pancasila yang rahmatan lil ‘alamin.

Sekali lagi saya menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh


penyelenggara dan peserta Kongres Ulama Perempuan Indonesia ke-2 di Jepara ini.
Semoga Allah SWT meridoi semua ikhtiar kita lakukan. Wassalamu’alaikum
waromatullah wabarokatuh.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D.

Anda mungkin juga menyukai