Anda di halaman 1dari 24

PERBURUAN RENTE POLITIK

PENGUSAHA SEBAGAI AKTOR POLITIK STRATEGIS


PILKADA PADA ERA REFORMASI

Makalah
Mata Kuliah Kekuatan-Kekuatan Politik Indonesia

Disusun Oleh :
Afifah Rizky Ramadhani (1406618064)
Anwar Muhammad (1406620075)
Arief Ismaryanto (1406620030)
Hilwan Givari (1406617950)
Muhammad Rhevi Geraldi (1406619905)
Sonny Adji Pamungkas (140661787)

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
April, 2017

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan melihat banyak bermunculannya kepala daerah berlatar belakang pengusaha
di berbagai daerah pada era reformasi, tak berlebihan kiranya bila status “aktor politik
strategis” dapat disematkan kepada mereka para pengusaha yang tampak jelas memiliki peran
penting dalam gelaran lima tahunan desentralitatif itu. Hanya saja ketika pemahaman kita
mengenai fenomena tersebut dimunculkan dalam benak untuk di endapkan dalam fikiran
bersama dengan beragam informasi terkait dinamika politik desentralisasi pada era reformasi
yang menyertakan jejaring klientalisme antara pengusaha dan partai politik di tingkat daerah,
sepertinya tidak aneh bilamana kita lantas mengasumsikan bahwa sebagai akumulator kapital
primitif (Greg, 2003) di Indonesia, para pengusaha di Indonesia tampak telah bertransformasi
ketika proses mendapatkan ‘rents’ dengan cara menduduki puncak kekuasaan pemerintahan
daerah pasti dinilai jauh lebih menguntungkan daripada harus terus menerus mengandalkan
kegiatan bisnis konvensional dalam rangka mengakumulasikan kapital yang mereka miliki.1
Terlepas dari betul tidaknya asumsi dasar itu, pemahaman kita mengenai trend gejala
politik yang sepertinya menjauhkan diri dari kondisi ideal teori negara pluralis yang
menghendaki negara sebagai arbitrase (penengah) antara kelompok pengusaha dengan
masyarakat2, kiranya perlu di simak lebih lanjut dengan memperhatikan variabel paling
penting terkait hubungan antara pengusaha dan partai politik. Meski kita mengetahui bahwa
berdasarkan Pasal 42 UU Nomor 8 Tahun 2015, kandidat kepala daerah bisa saja
mencalonkan diri secara independen – namun demikian dengan melihat prosentase
kemenangannya yang tipis dan aturan pencalonan yang semakin diperberat 3 – tak ayal
bilmana kecendrungan proses pilkada langsung yang mulai bergulir sejak 2005 sampai
sekarang tetap memperlihatkan kecendrungan penguatan partai politik di level daerah –
membuat para pengusaha pemburu rente politik di berbagai daerah di Indonesia lebih
memilih menggandeng partai demi untuk mendapatkan kewenangan politik daerah yang
diinginkannya.

1
Aspinall, Edward. Fealy, Greg. (2003) Local Power and Politics in Indonesia: Decentralisation &
Democratisation. Singapore: ISEAS. Hlm. 91.
2
Pemerintah RI (2015) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Undang0Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Diakses
melalui .
3
Marris, Robin (2015) Politics and Markets: The World’s Political Economic Systems by Charles E. Lindblom.
Challenge, 21:5, 60-61. Hlm. 60
2
Dalam tulisan yang akan membasiskan analisisnya secara sederhana dari artikel-
artikel media ini, pemakalah lantas akan coba memperluas pemaknaan term ‘akumulator
primitif’ yang digunakan oleh Robison (1974) untuk mengklasifikasi para pengusaha
pemburu rente di era orde baru ke dalam term-term yang lebih spesifik dengan
memperhatikan gejala desentralisasi politik yang terjadi pada era reformasi seperti sekarang.
Untuk itu, ketimbang memperlihatkan faktor penyebab terjadinya perubahan structural relasi
penguasa-pengusaha pada tingkat daerah dari era orde baru ke orde reformasi – yang
sepertinya sudah banyak di bahas berbagai kalangan –makalah ini lantas akan lebih menyasar
pada upaya untuk memetakan gejala relasi yang mereka munculkan dari sudut pandang
pengusaha dengan mempertimbangkan dua variabel penting yang saling berkaitan satu sama
lain seperti: Pertama, kekayaan bisnis yang menjadi modal mereka dalam berhubungan,
serta kedua, ikatan atau relasi yang mereka jalankan sebelum melakukan pencalonan kepala
daerah pada era reformasi. Sehingga, kendati kita mengetahui bahwasanya secara relasional
dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti: (1) Karena Partai tidak bisa memunculkan
sosok pemimpin yang mampu menandingi popularitas penguasa di suatu daera, (2) Karena
Partai membutuhkan uang dari si pengusaha untuk memodali kehidupannya, (3) Biaya
Pilkada yang mahal, dan lain sebagainya; Partai sejatinya juga memiliki kepentingan dan
memiliki andil yang besar untuk menjaga relasi yang dibangunnya dengan para pengusaha,
namun demikian, fokus makalah ini hanya akan menetapkan sudut pandang akademiknya
dari sisi pengusaha dengan mempergunakan metode studi kasus terkait dengan fenomena
keterpilihan beberapa kepala daerah berstatus pengusaha dengan bantuan institusi partai
politik pada era reformasi.
Dengan menjadikan skema kuadratik sebagaimana terlihat dalam gambar 1 di bawah
sebagai acuan analisa, lantas makalah ini akan menjadikan gejala studi kasus seperti:
Pertama, fenomena keterpilihan anak-anak dari Hj. Rohayah pemilik PO. Dewi Sri yang di
daerah Kota Tegal, Kabupateng Pemalang, dan Kabupaten Brebes masing-masing pada tahun
2008, 2010, dan 2012 sebagai contoh kasus dari pengusaha kuadran I mengingat bahwa
besaran modal yang dimiliki oleh pengusaha tersebut cendrung lebih mempengaruhi
ketimbang dengan ikatan yang dimiliki dengan partai politik yang jumlahnya banyak dan
berbeda-beda pula di tiap daerah pemilihan4. Kedua, fenomena keterpilihan walikota
Tasikmalaya Budi Budiman pada periode 2012-2017. Dengan melihat jalinan mesra antara

4
Tribun Jateng (2017) Gagal Menangi Pilkada Kota/Kabupaten Tegal, Dinasti Dewi Sri Mulai Surut. Dalam
http://jateng.tribunnews.com/2013/11/06/gagal-menangi-pilkada-kotakabupaten-tegal-dinasti-dewi-sri-mulai-
surut Diakses pada 11 April 2017 Pukul 15:00 WIB
3
besaranya kekuatan modal PO. Mayasari Grup dan elektabilitas Partai Persatuan
Pembangunan (P3) di Tasikmalaya sejak periode Orde baru sampai saat ini, maka tak ayal
bilamana kemudian penulis melihat pengusaha pemilik PO Mayasari Group, Ade Ruhyana
Mahpud sebagai contoh kasus dari Pengusaha kuadran II mengingat keberhasilannya
mencalonkan Budi Budiman, salah satu direktur anak perusahaan Mayasari Group pada saat
itu melalui kendaraan PPP menjadi walikota Tasikmalaya.5 Ketiga, fenomena keterpilihan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nuh Alam pada periode 2008-2013. Sekalipun saat ini ada
pernyataan dari dirinya ingin hengkang ke partai lain, akan tetapi dengan melihat rekam jejak
Nur Alam guna mencapai keterpilihannya sebagai Gubernur pada tahun 2008 yang diawali
dengan jalan menjadikan dirinya sebagai pengusaha di bidang kontraktor untuk kemudian
diikuti dengan proses pencarian rente politik yang dilakukannya di PAN dengan menjadi
kader pada periode awal masa reformasi, pemakalah lantas melihat bahwa jika dilihat dari
caranya merintis usaha bisnis-politik tersebut, Nur Alam bisa cocok untuk dimasukan sebagai
kelompok pengusaha yang masuk ke dalam kuadran III pada pilkada 2008.6
Keempat, fenomena keterpilihan Budi Budiman sebagai walikota Tasikmalaya pada
periode 2017-2022. Dengan menjadikan tolok ukur berupa penarikan dukungan yang
dilakukan oleh Pengusaha Pemilik PO. Primajasa Group kepada Budi Budiman namun tetap
terpilih menjadi Walikota dengan status sebagai petahana yang di dukung oleh PPP kubu
Romahurmuziy, PKB, Nasdem, dan Golkar, Pemakalah melihat kedudukan Budi Budiman
sebagai Walikota pemilik PO. Doa Ibu – Anak perusahaan PO. Primajasa – cocok untuk
dimasukan sebagai ‘akumulator primitif’ pada kuadran IV karena terlihat memiliki modal
kecil (jika dibandingkan dengan PO. Mayasari Group sebagai perusahaan induk) dan relasi
politik yang lemah mengingat selain hubungan PO. Mayasari Group yang telah mengakar
kuat sejak lama, keberadaan konflik internal partai dengan gejala dukungan PPP kubu Djan
Faridz kepada Dede Sudrajat – anak pemilik PO. Budiman Saleh Budiman – yang juga
menjadi salah satu kandidat Walikota Tasikmalaya pada 2017, tampak menjadi gejela
dominan yang dapat membuat kedudukan Budi Budiman di PPP terlihat lemah.7

5
Bandung Bisnis.com (2012) Mayasari Grup Lepas Budi Budiman Jadi Wali Kota Tasik. Dalam
http://bandung.bisnis.com/read/20121028/6/259150/karyawan-Mayasari-Grup-Lepas-Budi-Budiman-Jadi-Wali-
Kota-Tasik Diakses pada pada 11 April 2016 Pukul 15:24 WIB.
6
Suaib, Eka, dan Suada, La Husein (2015) Fenomena Bosisme Lokal di Era Desentralisasi: Studi Hegemoni
Politik Nur Alam di Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Politik | Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 51–69.
Hlm. 53
7
Radar Tasikmalaya (2016) Ade Ruhyana Tak Akan Dukung Kembali H Budi Budiman.Dalam
https://www.radartasikmalaya.com/berita/baca/7440/h-ade-ruhyana-tak-akan-dukung-kembali-h-budi-
budiman.html Diakses pada 11 April 2016 Pukul 15:24 WIB.
4
.Meski menyadari bahwa penjelasan atas keempat studi kasus diatas tidak dapat
merepresentasikan seutuhya keempat tipologi kuadratis yang dimaksud megingat
keterbatasan data penelitian dan dinamika politik yang terjadi terkait dengan studi kasus
menyulitkan pemakalah mendapatkan gambaran yang riil mengenai persoalan terkait
motivasi politik, intrik politik yang memungkinkan terjadinya mis-leading tipologi seorang
penguasaha dari satu kuadran ke kuadran lainnya. Atau mungkin malah terdeviasi sama
sekali mengingat beberapa faktor seperti halnya popularitas, kontribusi pengusaha bagi
masyarakat di daerah pemilihan, hingga kampanye menjelang Pilkada Langsung juga tampak
terlihat memainkan peran yang besar dalam mempengaruhi proses kemenangan yang
dicapainya dalam pilkada suatu daerah, namun demikian, pemakalah dapat tetap
berkeyakinan bahwa keberadaan dua fokus objek studi yang dikaji yaitu besaran modal dan
kuat-tidaknya ikatan dengan partai politik yang dilakukan pengusaha sebelum Pilkada di
langsungkan tetap dapat dipergunakan sebagai abstraksi teoritik guna memetakan keragaman
fenomena struktural terkait dengan proses perburuan ‘political rents‘ yang dilakukan para
‘akumulator primitif Indonesia’ di pelbagai daerah dengan memanfaatkan proses Pilkada
Langsung yang terjadi pada era reformasi.
Gambar 1.1
Skema Kuadran Aktivitas Perburuan Rente Politik
Aktor Pengusaha dalam Pilkada Era Reformasi

1.2 Pertanyaan Permasalahan


Dengan mengasumsikan bahwa: Perbedaan proses perburuan rente yang dilakukan
para akumulator primitif Indonesia pada era reformasi melalui proses Pillkada dipengaruhi
oleh faktor besaran kekayaan bisnis serta kuat-tidaknya ikatan yang dilakukan dengan partai
5
politik sebelum Pilkada dilangsungkan, maka jika di padankan dengan studi kasus yang
digunakan yakni fenomena keterpilihan: (1) Anak-anak keluarga pemilik PO. Dewi Sri
sebagai kepala daerah Kota Tegal, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Pemalang, (2)
Gubernur Sulawesi Tenggara Nuh Alam sebagai pengusaha kontraktor dan politisi PAN pada
periode 2008-2013, (3) Budi Budiman yang didukung PO. Mayasari Bakti sebagai Walikota
Tasikmalaya pada periode 2012-2017, serta (4) Budi Budiman sebagai pemilik PO. Doa Ibu
sebagai walikota Tasikmalaya pada periode 2017-2022 – pertanyaan yang diajukan dalam
makalah singkat yang bertujuan memberikan kriteria tipologi pada masing-masing pengusaha
atau keluarga pengusaha yang memiliki peran dalam berbagai fenomena kemenangan kepala-
kepala daerah yang diujikan tersebut adalah sebagai berikut: Bagaimana bentuk perbedaan
proses perburuan rente politik yang dilakukan para ‘akumulator primitif’ Indonesia dalam
proses Pilkada Langsung pada era reformasi berdasarkan faktor besaran modal bisnis dan
kekuatan ikatan dengan Partai Politik yang dimilikinya?

1.3 Kerangka Konsep atau Teori


Adapun beberapa konsep atau teori yang ditinjau untuk mengurai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, mengenai aktor politik.
Mengutip definisi Budiardjo (2002) yang menjelaskan kekuatan politik sebagai:

“aktor-aktor politik atau orang-orang yang memainkan peranan dalam


kehidupan politik. Orang-orang ini terdiri dari pribadi-pribadi yang hendak
mempengaruhi proses pengambilam keputusan politik. Dan secara kelembagaan
di sini kekuatan politik sebagai lembaga atau organisasi ataupun bentuk lain
yang melembaga dan bertujuan untuk mempengaruhi proses
pengambilankeputusan dalam sistem politik.”8

kiranya kita akan memahami jika di dekati dengan definisi tersebut, penjelasan mengenai
siapa-siapa saja yang dianggap bisa merepresentasikan agen atau aktor yang memiliki
kekuatan politik pada tiap masa sejak masa kemerdekaan (1945) sampai dengan reformasi
(1998-sekarang), akan bergantung dari kemampuannya dalam mempengaruhi keputusan atau
kebijakan politik yang di lakukan oleh negara pada tiap masanya. Dimana ia (agen/aktor)
tersebut bisa saja berupa individu, lembaga organisasi, atau bentuk lain yang bisa saja bukan
berasal dari lembaga negara dengan mengikuti penjelasan Effendi (2007) yang kemudian
membagi aktor kekuatan politik menjadi dua yakni formal (pemerintah) dan non formal

8
Budiardjo, Mirriam (2000) Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama, Edisi Cetak IV Jakarta. Hlm.
25
6
(bukan pemerintah). Dengan memperhatikan dua bentuk dinamika yang dimunculkannya
baik dalam wilayah suprastruktur (lembaga –lembaga negara yang termaktubkan dalam
konstitusi) maupun infrastruktur (mesin politik yang ada dalam masyarakat yang tidak
memiliki pengaruh secara langsung dalam pembuatan keputusan politik namun dapat
mempengaruhi kehidupan politik di sebuah masyarakat), kiranya akan menjadi jelas bilamana
kemudian aktor-aktor seperti kelompok militer, pengusaha, organisasi civil society (NGO),
kalangan intelektual, media massa, dan sebagainya mesti dapat dimasukan ke dalam bagian
penjelasan mengingat kehadirannya di dalam ranah politik Indonesia amat besar dalam
menentukan dinamika makro politik nasional yang terjadi pada zaman ia berpengaruh.

Kedua, konsep ‘rent’ dari Adam Smith (dalam Investopedia, 2003) dan ‘rent
seeking’ dari Conybeare (1982). Dengan mengutip pernyataan Adam Smith (Opcit.) bahwa:

“individuals and businesses can earn income from three sources: profit, wages and
rent. Generating profit usually requires risking capital in hopes of a return, while
earning wages tends to be labor-intensive and requires hard work. Rent is the easiest
and least risky type of income one can earn, as it requires only the ownership of
resources and the ability to use those resources to generate income through lending
their use to others”9

kita akan memahami bahwa pada dasarnya, ‘rent’ adalah semacam salah satu sumber
pendapatan yang dibedakan dari keuntungan dan gaji mengingat yang dibutuhkan oleh
individu atau pengusaha guna mendapatkannya hanyalah dengan bermodalkan kepemilikan
sumber daya dan kemampuannya menyewakan sumber daya tersebut kepada orang lain.
Sementara itu, dengan kemudian mengutip penjelasan Conybeare (Opcit.) yang mengatakan
bahwa:

“Rent-seeking is distinguished in theory from profit-seeking, in which entities seek to


extract value by engaging in mutually beneficial transactions. Profit-seeking in this
sense is the creation of wealth, while rent-seeking is the use of social institutions
such as the power of government to redistribute wealth among different groups
without creating new wealth.”10

maka kita akan dapat memahami pula kemudian bahwa makna ‘rent seeking’ – yang
kemudian di gubah sedikit pada makalah ini dengan menambahkan kata sifat ‘political’ di
depannya sehingga menjadi ‘political rent seeking’ – dapat dirujuk menjadi sebuah konsep
yang mendefinisi sebuah proses pengakumulasian capital seseorang atau pengusaha dengan

9
Smith, Adam dalam Investopedia (2003) Rent-Seeking. Dalam
http://www.investopedia.com/terms/r/rentseeking.asp Diakses pada 10 April 2016
10
Conybeare, John A. C. (1982) The Rent-Seeking State & Revenue Diversification, World Politics, 35(1). Hlm
25.
7
memanfaatkan kewenangan institusi politik yang ada seperti partai guna mendapatkan
kekuasaan di pemerintahan. Sehingga, berbeda dari aktivitas “profit seeking” konvensional
yang biasa dilakukan dengan jalan meng-ekstrak pertumbuhan nilai dari sebuah produk yang
dihasilkan, ‘political rent seeking’ yang dilakukan para pengusaha dengan partai politik
sebagaimana yang dicontohkan dalam makalah ini tidaklah dapat dikatakan sebagai aktivitas
yang mendatangkan produktivitas ekonomi melainkan hanya untuk membeli atau menyewa
kewenangan yang dimiliki oleh partai politik.
Ketiga. konsep akumulator kapital primitif Indonesia periode orde baru dari Richard
Robison (dalam Winters, 1988) dan perkembangannya pada era reformasi (Sidel, 2015).
Dengan mengetengahkan pandangan bahwa:
“The strong indigenous bourgeoisie in Indonesia is comprised predominantly of
erstwhile politico-bureaucrats located within (or, at the very least, attached directly
to) the state. These new capitalists amassed most of their operating capital by
exploiting the privileges they gained (monopolies, contracts, permits, credit, etc.)
from their access to the essentially"patrimonial" state.”11

Kita akan memahami bahwa secara definitif dengan melihat kecendrungan banyaknya orang-
orang dari kalangan pemerintahan yang muncul menjadi pengusaha “asli” Indonesia pada era
orde baru, Robison (Opcit.) kemudian meng-identifikasi kelompok pengusaha tersebut
dengan term Marxis “akumulator kapital primitif” mengingat proses pengakumulasian capital
yang dilakukan mereka – dibandingkan dengan pengakumulasian profit bisnis konvensional –
cendrung lebih memanfaatkan previleges yang dimiliki seperti monopoli, izin, kredit, dan
berbagai kemudahan lain akibat akses yang mereka miliki ke negara yang secara esensial
masih bersifat patrimonial.12
Sementara itu, dengan melihat perkembangannya pada era reformasi – sebagaimana
yang diungkap oleh Sidel (Opcit.) – bahwa:

“Thus the very basis of political order in Southeast Asia can be traced back to
processes of what we might term ‘primitive political accumulation’. Even as
Indonesia shifted from centralized authoritarian rule to decentralized democracy at
the turn of the twenty-first century, these legacies continued to shape the patterns of
capitalist development and political change across the archipelago in a variety of
ways.”13

11
Winters, Jeffrey (1988) Indonesia: The Rise of Capital: A Review Essay. Indonesia, Volume 45 (April 1988),
109--128. Hlm. 112
12
Robison, Richard (1981) Cukture Politics, and economy in The Political History of The New Order.
Indonesia, Volume 31 (April 1981), 1-29. Hlm. 7
13
Sidel, John T. (2016) Primitive accumulation and ‘progress’ in Southeast Asia: the diverse legacies of a
common(s) tragedy. TRaNS: Trans-Regional and -National Studies of Southeast Asia, 3 (01). pp. 5-23. Hlm. 21
8
lantas kita akan memahami bahwa meski Indonesia telah mengalami desentralisasi politik
dengan gejala utamanya yakni otonomi daerah beserta dengan proses pemilihan kepala
daerah secara langsung – dari yang tadinya pada era orde baru dikontrol oleh Presiden
melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
yang menegasikan bahwa meski dipilih oleh DPRD, penilaian layak tidaknya calon mesti
bergantung sepenuhnya pada penilaian Presiden – namun demikian proses pengakumulasian
capital primitif yang dilakukan oleh para pengusaha yang kemudian mewarnai dinamika
politik daerah pada era reformasi, masih tetap bertahan kendati aktor-aktor-nya mengalami
perluasan seiring dengan telah runtuhnya orde baru. Sebagaimana yang tersaji dalam
beberapa contoh kasus dalam makalah ini, kita akan melihat bahwa wujud aumulator kapital
primitif tersebut tidak hanya terbatas pada individu saja melainkan juga bisa dapat terbentuk
sebagai keluarga dengan mengandalkan perusahaan yang telah didirikan dan mendatangkan
capital besar bagi generasi pertama untuk kemudian dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.

9
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kelompok Akumulator Kapital Primitif Kuadran I: Aktivitas political rent seeking
Keluarga Pengusaha PO. Dewi Sri dalam kemenangan Pilkada Kota Tegal, Brebes, dan
Pemalang.

Dalam menjelaskan aktivitas political rent seeking yang termasuk ke dalam aktor
strategis Akumulator Kapital Primitif kuadran I, penulis mengambil kasus keluarga
pengusaha PO. Dewi Sri yang menang dalam 3 pilkada di tiga daerah yang berbeda sekaligus.
Ketiga Pilkada tersebut adalah Pilkada Kota Tegal pada tahun 2008, Pilkada Kabupaten
Brebes pada tahun 2010 dan Pilkada Pemalang pada tahun 2012, dimana masing-masing
daerah tersebut dimenangkan oleh tiga kakak beradik dari keluarga pengusaha PO Dewi Sri.
Bila kasus ini di lihat dengan Skema Kuadran Akumulator Kapital Primirif, maka kami
beranggapan bahwa kasus tersebut masuk kedalam kuadran yang pertama, yang dimana sang
aktor memiliki modal yang kuat, namun memiliki ikatan terhadap partai politik yang lemah.
Sebagai sebuah Perusahaan Otobus (PO) Dewi Sri bukanlah menjadi Perusahaan
Otobus yang terbesar di Indonesia ataupun di Pulau Jawa, namun diyakini bahwa PO Dewi
Sri masihlah yang merajai daerah Pantura dan Tegal. Hal tersebut tidak hanya dikarenakan
dengan perkembangan perusahaan tersebut saja, namun dikarenakan keturunan langsung dari
pengusaha pemilik PO Dewi Sri; yaitu Ibu Hj. Rukayah atau yang biasa disebut Hj.
Rokayah/Rohayah memiliki 4 dari 6 anak yang terjun langsung dalam politik. Keempat
anaknya tersebut bahkan ikut serta dalam pesta demokrasi pemilihan kepala daerah di
beberapa kota di Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, dan Pemalang. 14 Keluarga yang biasa
dikenal dengan sebuatn Dinasti Pantura atau Dinasti Dewi Sri ini memang keluarga
pengusaha yang melahirkan anak-anak yang juga mewarisi PO Dewi Sri dan memiliki
jabatan pimpinan masing-masing dalam perusahaan bus tersebut. Selain menjadi pimpinan
perusahaan (pengusaha), ternyata empat anak kandung Hj. Rukayah tersebut juga memiliki
keinginan untuk berkuasa atas beberapa wilayah di Jawa Tengah, diantaranya; Idza Priyanti,
Ikmal Jaya, Mukti Agung Wibowo, dan Moh. Edi Utomo.
 Idza Priyanti; merupakan anak ketiga dari enam bersaudara yang lahir di Pesurungan
Kulon Kota Tegal, Jawa Tengah, 09 Januari 1971 ini sempat menjadi Wakil Bupati
(Wabup) Brebes periode 2007 – 2012 dan saat ini menjadi Bupati Brebes ke 31 masa

14
Revansyah Albanjari (2016) Enam Pengusaha Bus Yang Jadi Kepala Daerah, dalam
https://jurnalpriangan.com/2016/02/21/inilah-enam-pengusaha-bus-yang-jadi-kepala-daerah/ Diakses pada 11
April 2017, pukul 10.00 WIB.
10
jabatan 2012-2017 yang diusung oleh PDIP. Hingga saat ini juga, Idza Priyanti masih
menjabat sebagai salah satu direktur di PO Dewi Sri.
 Ikmal Jaya; yang menjabat sebagai Wali Kota Tegal ke 16 pada masa jabatan 2009-2014.
Ikmal lahir di Tegal, 14 Juli 1973. Namun, pada Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Tegal
pada 27 Oktober 2013 lalu, Ikmal yang juga mengendarai PDIP tidak berhasil
mempertahankan kekuasaannya dan digantikan oleh Siti Mashita Soeparno dari Partai
Golkar. Ikmal saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama PO Dewi Sri.
 Mukti Agung Wibowo; pria kelahiran Tegal, 2 Oktober 1976 yang sempat menjadi
Direktur Perusahaan Otobus Dewi Sri pada tahun 2010, sebelum akhirnya memutuskan
untuk terjun kedalam politik menjadi Wakil Bupati Pemalang mendampingi Bupati
Junaedi pada tahun 2010, dengan kemenangan koalisi PAN, PKS, dan Hanura.15
 Moh. Edi Utomo; merupakan anak pertama dari dinasti Dewi Sri, yang sempat bertarung
dalam Pilwakot Tegal 2013 yang juga menjadi rival adiknya sendiri yaitu Ikmal Jaya
yang sama-sama kalah oleh Siti Mashita Soeparno. Edi Utomo yang saat itu bersaing
melawan adiknya Ikmal, berani manju karena adanya koalisi partai pengusung Golkar,
PAN, dan PPP.
Sempat berjayanya Dinasti Politik Dewi Sri, dan masih eksisnya Perusahaan Otobus
Dewi Sri menandakan bahwa dinasti tersebut didukung oleh adanya modal yang besar
sehingga 4 dari 6 anak kandung; yang notabenenya juga sebagai Direktur PO Dewi Sri berani
untuk ikut dalam pertarungan demokrasi pemilihan kepala daerah. Namun, kian kemari,
Dinasti Politik Dewi Sri pun dianggap semakin surut. Hal tersebut dikarenakan dari tiga anak
yang berhasil menjabat menjadi kepala daerah, kini hanya tersisa satu, yaitu Idza Priyanti
yang masih menjabat sebagai Bupati Brebes hingga tahun 2022 (karena Idza Priyanti kembali
menang dalam Pilkada Brebes 2017). Runtuhnya Dinasti Politik Dewi Sri pun dianggap
karena kurangnya hubungan atau ikatan antara kekuatan politik dinasti tersebut dengan Partai
terbesar di daerah Pantura; yaitu PDIP. Daerah Pantura memang terkenal dengan sebutan
“kandang banteng” karena PDIP selalu memenangkan suara di daerah tersebut. Dinasti Dewi
Sri hanya dapat menggaet PDIP pada Pilkada Brebes dengan menurunkan Idza Priyanti, dan
Ikmal Jaya di Tegal. Dinasti Dewi Sri tidak mampu mengendarai PDIP pada kasus Mukti
Agung Wibowo di Pemalang, dan internal dinasti tersebut juga pada kasus Moh. Edi Utomo
dalam Pilwalkot Tegal 2013 yang juga bertarung melawan adiknya Ikmal.

15
Farid Firdaus (2016) Menang Gugatan, Agung Ikut Pilkada dalam
https://daerah.sindonews.com/read/1042361/151/menang-gugatan-agung-ikut-pilkada-1441766869/ Di akses
pada 11 April 2017, pukul 11.21 WIB.
11
Dalam menganalisis kasus tersebut, dapat kita lihat bahwa tiga kakak beradik,
masing-masing menjadi wali kota, bupati, dan wakil wali kota. Dinasti politk Dewi Sri mulai
terlihat di tiga Daerah tersebut, bermula saat Ikmal Jaya memenangi Pilkada Kota Tegal
2008. Euforia dinastu Dewi Sri berlanjut ke ka 2010 Mukti Agung Wibowo menjadi Wakil
Bupati Pemalang. Berikutnya, tahun 2012 giliran Idza Priyanti berhasil menjadi perempuan
pertama yang menjadi bupati di Brebes. Tak cukup di tiga wilayah, kakak tertua, Edi Utomo,
juga mencoba peruntungan lewat Pilbup Tegal. Berbeda dari adik-adiknya yang melenggang
melalui PDIP, Edi sebagai cabup, berkendaraan politik Golkar, setelah sebelumnya gagal
mendapatkan restu dari Megawati.16 Dengan ini, kita dapat melihat bahwa modal yang besar
dalam proses politik yang berimplementasi langsung pada pemilihan umum belum tentu
menghasilkan ikatan yang baik dalam memupuk kekuatan politik melalui partai politik.
Secara klise memang nampak begitu mudah dalam mencari ikatan yang baik apabila
memiliki modal yang kuat, namun tidak dapat di pungkiri bahwa kelompok-kelompok yang
akan terikat juga mempertimbangkan hal-hal lain seperti kualitas, kapabilitas, dan popularitas
dari calon yang diajukan. Modal yang besar pada contoh kasus Pengusaha Dinasti Dewi Sri
memang sempat membuat dinasti tersebut berkuasa, namun jika tidak didukung dengan
kualitas dari calonnya makan hilanglah ikatan-ikatan politik tersebut.

2.2 Kelompok Akumulator Kapital Primitif Kuadran II: Akitivitas political rent seeking
Pengusaha PO. Mayasari Group dalam kemenangan Pilkada Tasikmalaya Tahun 2012.

Dalam contoh kasus pilkada Tasikmalaya pada tahun 2012 kita dapat melihat seorang
pengusaha terjun langsung kedalam dunia politik dengan di dukung oleh korporasinya
sebagai motor utamanya, hal yang perlu di garis bawahi dalam kasus ini adanya hubungan
yang kuat antara bisnis dan politik sebagai bagian yang tak terlepaskan, bila di lihat dengan
Skema Kuadran Akumulator Kapital Primirif merupakan contoh Pilkada Kota Tasikmalaya
merupakan kasus yang masuk kedalam Kuadran kedua, yaitu dimana seorang aktor memiliki
modal yang kuat dan di sertai dengan ikatan yang kuat pula. Analisis yang dapat di lakukan
adalah dengan cara melihat latar belakang dari calon kepala daerah yang pada akhirnya
memenangkan kontestasi tersebut, yaitu Budi Budiman, Budi diketahui merupakan direksi

16
Syahmadani, Aman (2013) Dinasti Politik Dewi Sri dalam
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/10/17/240. Diakses pada 11 April 2017 Pukul
19:00 WIB
12
aktif dari Mayasari grup17, seperti kita ketahui sebelumnya, bahwa Mayasari grup merupakan
korporasi besar yang bergerak di bidang transportasi, sebagai sebuah group korporasi melalui
anak perusahaan Mayasari Group memiliki banyak anak usaha, beberapa anak usahanya
terletak di Tasikmalaya salah satunya adalah Mayasari Plaza, tentu hal tersebut tidak dapat di
lepaskan dari fakta bahwa pemilik dari Mayasari berasal dari Tasikmalaya, sehingga sedikit
banyaknya Mayasari memiliki kepentingan di Tasikmalaya. Di dukungnya Budi oleh
Mayasari Group tidak dapat di lepaskan dari statusnya yang merupakan direksi, bahkan, telah
dianggap sebagai keluarga besar dari Mayasari Group karena berbagai prestasinya, hal
tersebut membuat status budi sebagai bagian dari Mayasari yaitu sebuah korporasi memilih
untuk ‘turun gunung’ dengan terjun langsung menjadi aktor, menilik fakta tersebut dengan
adanya dukungan dari korporasi besar membuat Budi memiliki modal besar, hal tersebut pun
di dukung dengan fakta bahwa ia berperan sebagai ketua DPC dari partai pengusung yaitu
PPP kota Tasikmalaya 18.
Sebagaimana dapat dilihat dalam perkembangan yang terjadi. penjelasan mengenai
aktivitas rent-seeking yang dilakukan oleh Pengusaha PO Mayasari Group di Tasikmalaya
dalam Pilkada yang dilakukan di kota tersebut pada tahun 2012 akan bisa langsung menyasar
pada aktivitas politik yang dilakukan oleh PO Mayasari Group di Tasikmalaya sebagai salah
satu perusahaan transportasi darat terbesar yang ada di Indonesia saat ini. Grup Mayasari
berawal dari didirikannya PO Mayasari Bhakti pada tahun 1964 oleh H. Engkud Mahfud19.
Usaha yang dirintis oleh Engkud terus berkembang dengan pesat hingga bisa merangkul
beberapa perusahan-perusahaan transportasi lain untuk bergabung dalam Mayasari Group.
Hingga kini terdapat banyak perusahaan yang tergabung dalam Mayasari Group, diantaranya
adalah PT Mayasari Bhakti Utama (holding), PT Mayasari Bhakti (bus kota), PT Primajasa
Perdanarayautama (bus luar kota, taksi, pariwisata, angkutan karyawan), PT Mayasari Utama
(karoseri), PT Maya Perdana Abadi (vulkanisir ban), PT Maya Perkasa Abadi (ekspedisi), PT
Maya Graha Indah (dealer), PT Mayaraya Transportama (bus luar kota), PT Maya Graha
Perdana Jaya (kontraktor), PT Putra Cakra Parahiyangan (dealer), PT Karunia Bhakti (bus
luar kota), PT Doa Ibu (bis luar kota), PT Himpurna (bis kota), PT Dehatex (tekstil), PT

17
Bisnis.com (2012) Mayasari Grup Lepas Budi Budiman Jadi Wali Kota Tasik
http://bandung.bisnis.com/read/20121028/6/259150/karyawan-mayasari-l Diakses pada Selasa 11 April 2015
pukul 19.30.
18
Bisnis.com (2012) Ibid
19
Ayonaikbis (2013) Sejarah PO Bus Mayasaribakti. Dalam http://ayonaikbis.com/sejarah-po-mayasari-
bakti/3123 Diakses pada 10 April 2017 pukul 23:40 WIB.
13
Hudaya Maju Mandiri (dealer), serta PT Trans Batavia (busway) 20. Setelah meninggalnya H.
Engkud Mahfud pada tahun 2010, Mayasari Group dipimpin oleh anak dari Engkud, yakni
Ade Ruhyana Mafud.
Pilkada Tasikmalaya untuk periode 2012 hingga 2017 sendiri dilangsungkan pada
tanggal 9 Juli 2012 dimana terdapat tiga pasang calon walikota dan wakil walikota. Pasangan
pertama adalah Mumung Marthasasmita dan Taufik Faturohman yang merupakan pasangan
independen. Pasangan kedua adalah Budi Budiman dan Dede Sudrajat yang diusung oleh
Gabungan Partai Politik Koalisi Masyarakat Madani (KMM) yang terdiri dari PPP, PBR,
PBB, Demokrat, PKB, dan PKS. Sedangkan pasangan ketiga adalah Syarif Hidayat dan
Cecep Bagja yang disung oleh Gabungan Partai Politik Koalisi Peduli Nasib Umat (PKNU)
yang terdiri dari PAN, Golkar, PDIP, dan Gerindra21. Diantara ketiga pasangan calon
walikota dan wakil walikota Tasikmalaya tersebut, Mayasari Group memberikan
dukungannya kepada pasangan nomor dua, yakni Budi Budiman dan Dede Sudrajat.
Terutama Budi Budiman yang memiliki hubungan kekerabatan Ade Ruhyana Mahfud yang
pada saat itu menjadi Pemimpin dari Mayasari Group. Nama Budi Budiman juga bukan sosok
yang asing bagi masyarat Tasikmalaya. Ia juga merupakan salah satu pelaku bisnis
transportasi atau bus yang cukup terkenal di Tasikmalaya, yakni PT Primajasa yang
merupakan perusahaan bus antar kota yang ia pimpin dan kembangkan. PT Primajasa juga
merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam Mayasari Group. Budi Budiman
sendiri merupakan salah satu sosok yang memang memiliki modal yang sangat besar karena
latar belakang dirinya sebagai pengusaha. Maka dari itu dengan modal yang ia miliki
ditambah lagi dengan eratnya hubungan antara Budi Budiman dengan Mayasari Group, maka
tidak heran jika Mayasari Group mendukung penuh rencana dari Budi Budiman untuk maju
sebagai calon walikota Tasikmalaya untuk periode 2012 hingga 2017.
Selain latar belakangnya seabgai pengusaha, Budi Budiman juga sosok yang cukup
aktif berorganisasi di berbagai perhimpunan di Tasikmalaya, terutama politik dan juga
otomotif. Ia merupakan pengurus dari Organisasi Angkutan Darat Tasikmalaya dan juga
sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tahun 2010

20
Pikiran Rakyat (2010) Haji Engkud kini telah tiada. Dalam http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-
barat/2010/02/27/108140/haji-engkud-kini-telah-tiada Diakses pada 10 April 2017 pukul 23:45 WIB.
21
KPUD Tasikmalaya (2012) Portofolio Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota 2012. Dalam
http://www.kpud-tasikmalayakota.go.id/portfolio/pemilihan-walikota-dan-wakil-walikota-tahun-2012/ pada 10
April 2017 pukul 23:55 WIB.
14
hingga 201522. Hal tersebut tidak hanya membuat Budi Budiman mendapat dukungan modal
dari Mayasari Group, tetapi juga mempunyai PPP yang bisa ia gunakan sebagai kendaraan
politiknya untuk menyongsong Pilkada Tasikmalaya tahun 2012 tersebut. PPP sendiri
merupakan partai politik yang sangat kuat di Tasikmalaya dan memang kerap kali
mendominasi perpolitikan di Tasikmalaya semenjak era reformasi. Hal tersebut terbukti dari
jumlah kursi yang dimiliki oleh PPP di DPRD kota Tasikmalaya dalam pemilu legislatif yang
dilakukan pada tahun 2009, dimana PPP dan Demokrat merupakan dua partai politik
memiliki jumlah kursi terbanyak, yaitu sebanyak 8 buah kursi di DPRD Tasikmalaya 23.
Sehingga tingkat elektabilitas PPP di Tasikmalaya tidak perlu diragukan lagi dan semakin
memperkuat posisi dari Budi Budiman dalam pemilu. Dengan dukungan dari Mayasari Group
dan juga besarnya elektabilitas dari PPP di Tasikmalaya, maka kemenangan yang diraih oleh
pasangan Budi Budiman dan juga Dede Sudrajat bukanlah hal yang cukup mengejutkan.
Pasangan Budi-Dede berhasil mendominasi Pilkada Tasikmalaya untuk periode 2012 hingga
2017 dengan meraih suara sebesar 58.02% dan unggul jauh ketimbang jumlah suara yang
diraih oleh pasangan Mumung-Taufik dan Syarif-Cecep yang hanya berhasil mengantongi
suara sebesar 8.20% dan 33.78%24.

2.3 Kelompok Akumulator Kapital Primitif Kuadran III: Akitivitas political rent seeking Nur
Alam dalam kemenangan Pilkada Sulawesi Tenggara Tahun 2008.

Nur Alam merupakan Gubernur Sulawesi Tenggara yang menjabat sejak tahun 2008
hingga saat ini. Pada masa Orde Baru, ia adalah seorang pengusaha. Nur Alam memulai
usahanya dari nol karena ia berasal dari keluarga sederhana dan memiliki banyak saudara. Ia
meniti karir bisnisnya dari bawah, mulai dari pekerjaan kontraktor di PT Pertiwi Agung,
berpindah ke PT Timbel Mas, dan kemudian membentuk PT Tamalakindo Puri Perkasa, yang
kelak menjadi aset bisnis terbesarnya. Nur Alam kemudian memfokuskan pengembangan
jaringan bisnisnya dengan ikut serta pada organisasi sosial dan organisasi bisnis, seperti
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia
(Gapensi), dan Kamar Dagang Industri Daerah (Kadinda).25 Ketekunannya pada dunia bisnis

22
Kompas (2017) Menanti Adu Salip Pengusaha Bus di Kota Tasikmalaya. Dalam
http://regional.kompas.com/read/2016/03/04/08020031/Menanti.Adu.Salip.Pengusaha.Bus.di.Pilkada.Kota.Tasi
kmalaya.2017?page=all pada 11 April 2016 pukul 00:17 WIB.
23
KPUD tasikmalaya (2017) Opcit.
24
KPUD Tasikmalaya (2017) Portofolio Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota 2012. Dalam
http://www.kpud-tasikmalayakota.go.id/portfolio/pemilihan-walikota-dan-wakil-walikota-tahun-2012/ pada 10
April 2017 pukul 23:55 WIB.
25
Eka Suaib dan La Husen Zuada (2015) Opcit.
15
menghasilkan kekayaannya, yang pada 2012 tercatat mencapai 30,95 miliar rupiah dalam
bentuk uang dan aset di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara. 26 Kekayaan bisnisnya ini
menjadikannya sebagai seorang yang kuat dan berpengaruh dalam politik lokal Sulawesi
Tenggara. Dengan perusahaannya tersebut, Nur Alam menjalin relasi di pemerintahan. Pada
masa Orde Baru, Nur Alam mendekatkan diri dengan rezim yang berkuasa pada saat itu yaitu
Golkar. Namun seiring dengan perubahan rezim ke reformasi dan Golkar kehilangan
kekuasannya, Nur Alam menjadi panitia persiapan pendirian Partai Amanat Nasional (PAN)
Sulawesi Tenggara. Ia kemudian mulai meniti karir di PAN, menjadi Sekretaris DPW PAN
Sultra, mendekatkan diri dengan elit-elit DPW PAN Sultra hingga mencapai elit-elit DPP
PAN. Pada saat itu, latar belakangnya sebagai pengusaha kuat di Sultra menjadikannya
pejabat penting sekaligus pemberi dana besar bagi DPW PAN Sultra.
Melalui karirnya di PAN, Nur Alam terus menaiki tangga jabatan dengan cukup
cepat. Pada Musyawarah Wilayah ke-II tahun 2000, Nur Alam terpilih sebagai ketua DPW
PAN Sultra dan serta merta mendongkrak suara PAN dalam tiga periode Pemilu berturut-
turut (2004, 2009, 2014). Pada 2004, Nur Alam berhasil menduduki jabatan Wakil Ketua
DPRD Sultra dan Ketua KONI, komite olahraga yang prestisius itu. Menjelang Pilkada 2008,
Nur Alam kemudian mencalonkan diri dan menang. Ia terpilih sebagai Gubernur Sulawesi
Tenggara dengan program-program kerja yang diberi nama Bahteramas (Membangun
Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Tenggara). Bahteramas ini terdiri dari tiga jenis program
bantuan dana, yakni pembebasan biaya pendidikan, pembebasan biaya kesehatan, dan
bantuan operasional langsung kepada desa/kelurahan.
Kebijakan pertama dan kedua berlaku merata di seluruh wilayah Sulawesi Tenggara,
sementara kebijakan ketiga berlaku setiap ada permohonan pengadaan barang yang diajukan
oleh desa/kelurahan (Pemprov Sultra langsung memberi bantuan, misalnya pendirian masjid,
pembelian alat berat, dsb). Dengan sekian banyak pengalaman di dunia politik, pada
pemilihan Umum tahun 2008 lalu, Nur Alam mencalonkan diri sebagai Gubernur Sulawesi
Tenggara. Respon yang diterima pun nampaknya positif, hal ini ditandai dengan terpilihnya
ia menjadi Gubernur. Semasa jabatannya ia banyak menuai pujian karena mampu menaikkan
pertumbuhan ekonmi di Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2014, di samping beberapa
kontroversi kepemimpinannya, Nur Alam berhasil memenangkan PAN kembali dan
mengalahkan Laode menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara periode 2014-2019. Pada tahun
2016, dugaan kasus korupsi menimpa Nur Alam yang masih menjalani proses di KPK sampai

26
Mediatama.co (2016) Opcit.
16
saat ini. Kebijakan populis yang mampu memikat rakyat sekaligus menyejahterakannya ini
membuat Nur Alam mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputera Utama Bidang
Pembangunan dari Presiden SBY. 27 Di tahun 2012, pemerintahan Nur Alam telah mengklaim
berhasil melakukan pertumbuhan ekonomi mencapai 10,1 persen dari angka 8,4 persen pada
awal menjabat tahun 2008. Di Tahun 2015, Nur Alam juga mendapat pujian dari Presiden
Joko Widodo yang menyebut Nur Alam adalah pemimpin punya visi untuk pembangunan
dan patut ditiru.28
Di samping prestasi yang diakui di jajaran nasional, partai, dan keseluruhan
masyarakat Sulawesi Tenggara, Nur Alam juga memiliki kontroversi dalam beberapa titik
pemerintahannya. Pada 2011, PPATK mencurigai dugaan rekening gendut Nur Alam yang
didapat dari transfer seorang pengusaha pertambangan. Kasus ini kemudian hanyut begitu
saja tanpa arah yang jelas, cukup menjadi penanda kekuatan Nur Alam menutup kasus-kasus
yang menarpanya.29 Pada 2012, Nur Alam terlihat menggunakan aparat kepolisian untuk
membubarkan aktivis pro-lingkungan yang menentang kebijakan pembangunannya. 30 Pada
tahun 2014, di samping beberapa kontroversi kepemimpinannya, Nur Alam berhasil
memenangkan PAN kembali dan mengalah Laode menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara
periode 2014-2019. Pada tahun 2016, dugaan kasus korupsi menimpa Nur Alam yang masih
menjalani proses di KPK sampai saat ini. Memasuki tahun 2017, santer terdengar kabar istri
Nur Alam, Tina Nur Alam akan mempersiapkan diri menggantikan suaminya menjadi
gubernur pada periode berikutnya, menyiratkan keinginan keluarga Nur Alam untuk
menancapkan kuku kekuasaan lebih dalam di Sulawesi Tenggara. 31
Dengan melihat fenomena Nur Alam di Sulawesi Tenggara, dapat dilihat bagaimana
karir politik seorang bos lokal menjadi pejabat daerah dengan cengkraman yang kuat dapat
terjadi. Nur Alam meniti kekuatan bisnisnya sejak muda, dengan orientasi pada bisnis
tambang dan konstruksi yang sangat strategis di Sulawesi Tenggara. Modal bisnis besar yang

27
Sindo Trijaya (2015) Gubernur Sultra Nur Alam: Penghargaan Ini untuk Sulawesi Tenggara. Dalam
http://sindotrijaya.com/news/detail/4307/gubernur-sultra-nur-alam-penghargaan-ini-untuk-sulawesi-
tenggara#.WOuoHYO6y00 Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:12 WIB
28
Pemprov Sulawesi Tenggara (2013) Nur Alam Putra Terbaik Sultra
https://www.sulawesitenggaraprov.go.id/mc/news/news2.php?p=news/news2&kd_news=2244&ayash=6a025c8
9c35fff7c8aa6b67d1c133874 Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:00 WIB
29
JPPN.com (2016) La Ode Ngaku Dilarang Komentari Rekening Gendut Nur Alam. Dalam
http://www.jpnn.com/read/2014/12/27/277913/La-Ode-Ngaku-Dilarang-Komentari-Rekening-Gendut-Nur-
Alam Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:10 WIB
30
ANTARA SULTRA.com (2016) FMSB Minta Hentikan Proyek Jembatan `Bahteramas`. Dalam
http://antarasultra.com/print/262827/fmsb-minta-hentikan-proyek-jembatan-bahteramas Diakses pada 10 April
2017 Pukul 11:11 WIB
31
Tegas.co (2017) Tina Nur Alam Siap Maju Di Pilgub Sultra 2018 Dalam https://tegas.co/berita-utama/tina-
nur-alam-siap-maju-di-pilgub-sultra-2018/ Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:15 WIB
17
dikumpulkan kemudian ia alihkan menjadi modal politik untuk menjabat disana-sini. Dari
sini dapat dilihat bahwa Nur Alam merupakan pemilik modal kecil, yang seiring berjalannya
kedekatan dengan elit politik dan pemerintahan mendapatkan keuntungan bisnisnya satu per
satu, seperti kemenangan proyek dan tender pembangunan pemerintah. Kekayaan yang
dibangunnya dengan cara politis kemudian digunakan kembali untuk menduduki jabatan
politis, baik di PAN maupun di pemerintahan. Di PAN, setelah dugaan korupsi tahun 2016
mencuat, Nur Alam nampak ditinggalkan dengan digantikannya jabatan Ketua DPW PAN
Sultra dari Nur Alam ke Umar Saimun secara sepihak oleh DPP PAN. 32 Nur Alam kini
nampak telah menikmati hasil kekayaan bisnisnya sekaligus merelakan pengaruh politiknya
di PAN dan Sulawesi Tenggara.

2.4 Kelompok Akumulator Kapital Primitif Kuadran IV: Akitivitas political rent seeking
Budi Budiman dalam kemenangan Pilkada Kota Tasikmalaya Tahun 2017.

Budi Budiman merupakan pengusaha Mayasari Group dan Perusahaan Otobus Doa
Ibu. Ia merupakan Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan Tasikmalaya tahun 2010-2015.
Perlu diketahui pula selain menjabat sebagai DPC ia juga menjadi pengurus Organisasi
Angkutan Darat Taksimalaya.33 Budi Budiman dikenal ulet dan memiliki komitmen yang
tinggi dalam bekerja, pantang menyerah, memiliki visi jauh kedepan dan pola kepemimpinan
yang demokratis. Sehingga dengan itu semua Budi Budiman berhasil dan dipercaya
memimpin dan menggerakkan puluhan perusahaan dan memimpin beberapa organisasi
profesi, sosial kemasyarakatan dan keagamaan. Sebagai seorang kader yang memulai karier
politiknya dengan menjadi pengurus DPC PPP Kota Tasikmalaya, Budi Budiman memang
bisa dikatakan sebagai politisi ulung di Partai yang saat ini memang miliki suara dan kursi
terbesar di legilatif. Namun demikian dengan melihat dinamika Pilkada 2017, dipastikan
suara PPP akan terpecah belah. Pasalnya terdapat dua tokoh yang ingin menjadi orang nomor
satu yakni Ketua DPC PPP Budi Budiman dan incumbent Wakil Wali Kota Tasikmalaya
Dede Sudrajat.34 Kedua tokoh ini juga mendapat dukungan yang berbeda dari Partai
Persatuan Pembangunan. Budi Budiman mendapatkan dukungan dari kubu Romli sedangkan
Dede Sudrajat mendapat dukungan dari kubu lainnya. Dengan melihat keadaan ini bahwa

32
Sultratoday.com (2017) Nur Alam Mempertanyakan Penetapan Umar Samiun Ketua PAN Sultra. Dalam
http://www.sultratoday.com/nur-alam-mempertanyakan-penetapan-umar-samiun-ketua-pan-sultra/ Diakses pada
10 April 2017 Pukul 11:18 WIB
33
Irwan Nugraha (2017) Menanti Adu Salip Pengusaha Bus di Pilkada Kota Tasikmalaya 2017 dalam
http://regional.kompas.com/read/2016/03/04/08020031/Menanti.Adu.Salip.Pengusaha.Bus.di.Pilkada.Kota.Tasi
kmalaya.2017?page=1 diakses pada Rabu 12 April 2017 Pukul 19.00 WIB.
34

18
dukungan partai politik yang mengusung Budi Budiman dianggap semakin berkurang dalam
mendukung secara penuh dalam Pilkada Tasikmalaya.
Dalam karier politiknya Budi Budiman memulai dengan turut ikut bagian dalam
Pemilukada pada tahun 2007, Budi Budiman menjadi Calon walikota yang berpasangan
dengan dr. Wahyu Sumawijaya dari Partai Demokrat untuk Wakil Walikota namun dalam
pemilukada tahun 2007 itu mengalami kekalahan dan gagal untuk mendapatkan posisi
Walikota. Pada Pilkada 2011 Budi Budiman kembali ikut ambil bagian dalam partisipasi
pemilihan walikota Tasikmalaya berpasangan dengan pengusaha bus juga yakni Dede
Sudrajat dan menang mengalahkan pasangan incumbet saat itu yaitu Syarief Hidayat. Dan
pada Pilkada serentak 2017 lalu Budi Budiman mencalonkan diri kembali menjadi walikota,
namun pada saat pilkada serentak 2017 Budi Budiman masih merupakan calon kuat. Dalam
pencalonannya Budi Budiman berpasangan dengan Muhammad Yusuf. Meskipun dalam
pencalonannya kali ini Budi Budiman tetap maju sebagai calon walikota Tasikmalaya dalam
perkembangan terbaru dari Grup Mayasari, H. Amir Mahfud sebagai perwakilan keluarga
telah dengan tegas melepas pihak Budi Budiman dari keluarga besar Mayasari.35 Perlu
diketahui Budi Budiman memang dapat berkembang maju hingga saat ini dikarenakan
dukungan dari pihak Mayasari. Padahal pada awal karir politiknya, Keluarga Besar Mayasari
Bhakti Utama memberikan dukungan kepada Budi Budiman pada pemiolihan Walikota
Tasikmalaya pada 2012. Dukungan kepada Budi Budiman ini dicabut dikarenakan tanggung
jawab pihak Mayasari kepada masyarakat kota Tasikmalaya yang ingin terus melakukan
perubahan ke arah yang jauh lebih baik36, dimana pihak Mayasari ingin jauh lebih berpihak
kepada masyarakat dibanding kepada para tokoh politik.
Dalam merespon apa yang telah dikemukakan oleh pihak Mayasari Bhakti Utama,
anggota tim pemenangan Budi Budiman menganggap penarikan dukungan dari Keluarga
Besar Mayasari tidak akan berdampak pada pencalonan H. Budi Budiman di Pilkada Kota
Tasimalaya 2017.37 Tim Pemenangan juga menjelaskan dukungan dari pihak Mayasari
jenisnya berbeda, dikarenakan Budi Budiman lebih mendapat dukungan dari Partai politik
sedangkang Mayasari merupakan sebuah perusahaan, dinamika politik seperti itu dianggap

35
Kabar Politik (2017). Keluarga Besar Mayasari Cabut Dukungan Terhadap Budi Budiman. Dalam
https://kabarpriangan.co.id/keluarga-besar-mayasari-cabut-dukungan-terhadap-budi-budiman/ Diakses 12 April
2017 Pukul 20.10 WIB.
36
Yanggi Irlan (2017) Keluarga mayasari tak dukung budi lagi di pilwalkottasik. Dalam
https://www.radartasikmalaya.com/berita/baca/4654/keluarga-mayasari-tak-dukung-budi-lagi-di-pilwalkot-
tasik.html. Diakses pada Rabu 12 April 2017 Pukul 20.30 WIB.
37
Yanggi Irlan (2017) Ibid.
19
biasa dan jelas tidak merubah keyakinan dari masyarakat untuk tetap mendukung Budi
Budiman.38 Apalagi dengan track record yang dimiliki oleh Budi Budiman.
Dengan hilangnya dukungan dari pihak Mayasari penulis memiliki asumsi bahwa
Pihak Budi Budiman akan kehilangan modal yang cukup besar meskipun perlu diketahui ia
juga merupakan seorang pimpinan anak perusahan dari Mayasari, yaitu Pemilik Perusahaan
Otobus Doa Ibu. Dengan pencabutan dukungan terhadap pihak Budi Budiman, tentunya akan
berdampang pada modal yang dimiliki oleh Budi dalam melakukan kegiatan perpolitikan.
Budi Budiman merupakan seorang kader dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia sudah
meniti karier bersama PPP sejak ia turun dalam pemilihan umum kepala daerah pada tahun
2007-2012.. Dengan melihat keadaan ini dukungan kepada Budi Budiman akan semakin
melemah dengan terpecahnya suara dari pihak PPP dan membuat dukungan dari PPP kepada
Budi Budiman semakin melemah. Namun tanpa dipengaruhi 2 pengaruh ini Budi Budiman
tetap dapat terlibat dalam Pilkada 2017 dan memenangkan Pemilihan umum ini. Tanpa
adanya dukungan penuh dari partai Budi dan pasangan dapat mengamankan perolehan suara
dalam pemilihan umum serentak 2017. Dengan adanya dua klasifikasi ini, akan jelas
bilamana studi kasus Budi Budiman dalam konteks ini dapat dimasukan dalam pada Kuadran
IV.

38
Yanggi Irlan (2017) Ibid.
20
BAB 3
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, kiranya jelas bahwa sebagai aktor politik strategis yang
memiliki peran dalam Pilkada pada era reformasi, perbedaan proses perburuan rente yang
dilakuakan para akumulator primitif Indonesia tersebut, di pengaruhi oleh faktor besar
kekayaan bisnis serta kuat atau tidaknya ikatan yang dilakukan dengan partai politik sebelum
pilkada dilangsungkan. Sebagai contoh studi kasus di pilkada Brebes-Pemalang-Tegal-Slawi
yang di ikuti oleh kandidat dinasti PO Dewi Sri salah satu perusahan yang memiliki jaringan
kuat di daerah Jawa tengah.
Kandidat calon walikota atau bupati sangat marak di ikuti oleh para eksekutif ataupun
mantan direksi perusahaan PO Dewi Sri. Selain itu kandidat calon tersebut biasanya juga
sebagai anak ataupu kerabat dari pendiri perusahaan PO Dewi Sri. Dari segi modal sangat
kuat namun demikian ikatan dengan partai politiknya lemah sehingga mulai banyak kandidat
yang merupakan representasi daari PO Dewi Sri kalah di beberapa pilkada daerah tersebut.
Selanjutnya pada studi kasus di wilayah lain di Tasikmalaya terdapat grup Mayasari
yang terkenal memiliki modal kuat dan ikatan kuat dengan partainya di Tasikmalaya.
Sehingga kandidat repesentasi dari Mayasari tersebut berhasil menguasai daerah Tasikmalaya
dengan memenangkan pemilihan kepala daerah di kota tersebut.
Contoh lain terkait dengan kuadran akumulator primitif ialah pada pilakada di
Sulawesi Tenggara dimana seorang penguasaha yang baru merintis namun memiliki ikatan
yang kuat dengan partai dapat memenang pilkada di daerah Sulawesi Tenggara tersebut. dan
studi kasu terakhir ialah pada kasus kuadran yang secara kekayaan lemah dan ikatan partai
politiknya juga lemah. Dengan demikian beberapa contoh diatas adalah gambaran dari
praktik perburuan rente yang memiliki karakteristik berbeda-beda di tiap daerahnya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal

Aspinall, Edward. Fealy, Greg. (2003) Local Power and Politics in Indonesia:
Decentralisation & Democratisation. Singapore: ISEAS.

Marris, Robin (2015) Politics and Markets: The World’s Political Economic Systems by
Charles E. Lindblom. Challenge, 21:5, 60-61.

Budiardjo, Mirriam (2000) Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama, Edisi Cetak
IV Jakarta.

Winters, Jeffrey (1988) Indonesia: The Rise of Capital: A Review Essay. Indonesia, Volume
45 (April 1988), 109--128.

Conybeare, John A. C. (1982) The Rent-Seeking State & Revenue Diversification, World
Politics, 35(1).

Robison, Richard (1981) Cukture Politics, and economy in The Political History of The New
Order. Indonesia, Volume 31 (April 1981), 1-29. Hlm. 7

Suaib, Eka, dan Suada, La Husein (2015) Fenomena Bosisme Lokal di Era Desentralisasi:
Studi Hegemoni Politik Nur Alam di Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Politik |
Volume 12 No. 2 Desember 2015 | 51–69.

Sidel, John T. (2016) Primitive accumulation and ‘progress’ in Southeast Asia: the diverse
legacies of a common(s) tragedy. TRaNS: Trans-Regional and -National Studies of
Southeast Asia, 3 (01). pp. 5-23.

Undang-undang

Pemerintah RI (2015) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Undang0Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

Artikel Media

Bisnis.com (2012) Mayasari Grup Lepas Budi Budiman Jadi Wali Kota Tasik
http://bandung.bisnis.com/read/20121028/6/259150/karyawan-mayasari-l Diakses pada
Selasa 11 April 2015 pukul 19.30.

Tribun Jateng (2017) Gagal Menangi Pilkada Kota/Kabupaten Tegal, Dinasti Dewi Sri Mulai
Surut. Dalam http://jateng.tribunnews.com/2013/11/06/gagal-menangi-pilkada-
kotakabupaten-tegal-dinasti-dewi-sri-mulai-surut Diakses pada 11 April 2017 Pukul
15:00 WIB

Bandung Bisnis.com (2012) Mayasari Grup Lepas Budi Budiman Jadi Wali Kota Tasik.
Dalam http://bandung.bisnis.com/read/20121028/6/259150/karyawan-Mayasari-Grup-
22
Lepas-Budi-Budiman-Jadi-Wali-Kota-Tasik Diakses pada pada 11 April 2016 Pukul
15:24 WIB.

Radar Tasikmalaya (2016) Ade Ruhyana Tak Akan Dukung Kembali H Budi Budiman.Dalam
https://www.radartasikmalaya.com/berita/baca/7440/h-ade-ruhyana-tak-akan-dukung-
kembali-h-budi-budiman.html Diakses pada 11 April 2016 Pukul 15:24 WIB.

Revansyah Albanjari (2016) Enam Pengusaha Bus Yang Jadi Kepala Daerah, dalam
https://jurnalpriangan.com/2016/02/21/inilah-enam-pengusaha-bus-yang-jadi-kepala-
daerah/ Diakses pada 11 April 2017, pukul 10.00 WIB.
Farid Firdaus (2016) Menang Gugatan, Agung Ikut Pilkada dalam
https://daerah.sindonews.com/read/1042361/151/menang-gugatan-agung-ikut-pilkada-
1441766869/ Di akses pada 11 April 2017, pukul 11.21 WIB.

Ayonaikbis (2013) Sejarah PO Bus Mayasaribakti. Dalam http://ayonaikbis.com/sejarah-po-


mayasari-bakti/3123 Diakses pada 10 April 2017 pukul 23:40 WIB.

Pikiran Rakyat (2010) Haji Engkud kini telah tiada. Dalam http://www.pikiran-
rakyat.com/jawa-barat/2010/02/27/108140/haji-engkud-kini-telah-tiada Diakses pada
10 April 2017 pukul 23:45 WIB.

KPUD Tasikmalaya (2012) Portofolio Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota 2012. Dalam
http://www.kpud-tasikmalayakota.go.id/portfolio/pemilihan-walikota-dan-wakil-
walikota-tahun-2012/ pada 10 April 2017 pukul 23:55 WIB.

Kompas (2017) Menanti Adu Salip Pengusaha Bus di Kota Tasikmalaya. Dalam
http://regional.kompas.com/read/2016/03/04/08020031/Menanti.Adu.Salip.Pengusaha.
Bus.di.Pilkada.Kota.Tasikmalaya.2017?page=all pada 11 April 2016 pukul 00:17 WIB.

Mediatama.co (2016) Jadi Tersangka Kasus Korupsi, Harta Kekayaan Gubernur Sultra
30,95 Miliar dalam http://mediatama.co/jadi-tersangka-kasus-korupasi-harta-kekayaan-
gubernur-sulawesi-tenggara-rp-3095-miliar/ Diakses pada 11 April 2017

Sindo Trijaya (2015) Gubernur Sultra Nur Alam: Penghargaan Ini untuk Sulawesi Tenggara.
Dalam http://sindotrijaya.com/news/detail/4307/gubernur-sultra-nur-alam-
penghargaan-ini-untuk-sulawesi-tenggara#.WOuoHYO6y00 Diakses pada 10 April
2017 Pukul 11:12 WIB

Pemprov Sulawesi Tenggara (2013) Nur Alam Putra Terbaik Sultra


https://www.sulawesitenggaraprov.go.id/mc/news/news2.php?p=news/news2&kd_new
s=2244&ayash=6a025c89c35fff7c8aa6b67d1c133874 Diakses pada 10 April 2017
Pukul 11:00 WIB

JPPN.com (2016) La Ode Ngaku Dilarang Komentari Rekening Gendut Nur Alam. Dalam
http://www.jpnn.com/read/2014/12/27/277913/La-Ode-Ngaku-Dilarang-Komentari-
Rekening-Gendut-Nur-lam Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:10 WIB

23
ANTARA SULTRA.com (2016) FMSB Minta Hentikan Proyek Jembatan `Bahteramas`.
Dalam http://antarasultra.com/print/262827/fmsb-minta-hentikan-proyek-jembatan-
bahteramas Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:11 WIB

Tegas.co (2017) Tina Nur Alam Siap Maju Di Pilgub Sultra 2018 Dalam
https://tegas.co/berita-utama/tina-nur-alam-siap-maju-di-pilgub-sultra-2018/ Diakses
pada 10 April 2017 Pukul 11:15 WIB

Sultratoday.com (2017) Nur Alam Mempertanyakan Penetapan Umar Samiun Ketua PAN
Sultra. Dalam http://www.sultratoday.com/nur-alam-mempertanyakan-penetapan-
umar-samiun-ketua-pan-sultra/ Diakses pada 10 April 2017 Pukul 11:18 WIB

RRI.co.id (2017) Keluarga Mayasari Bakti Cabut Dukungan terhadap Walikota Tasikmalaya
Budi Budiman. Dalam
http://www.rri.co.id/post/berita/243467/pilkada_serentak/keluarga_mayasari_bakti_cab
ut_dukungan_terhadap_walikota_tasikmalaya_budi_budiman.html Diakses pada 10
April 2017 Pukul 11:10 WIB

24

Anda mungkin juga menyukai