Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Islam dalam kontestasi politik di Indonesia (Studi Kasus Pilpres

Tahun 2019 dan Pilkada Jakarta 2017)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kekuatan Politik
Indonesia

Dosen Pengampu:

Moh. Rizky Godjali, S.IP., M.IP

Disusun Oleh :

1. Galih Pramudya (6670220090)


2. Nasihuddin Al-Ulya (6670220096)
3. Yasir Arafat (6670220027)
4. Ibnu Malikil Ulum (6670220093)

3C

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang. Dengan ini saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada saya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah mata kuliah Kekuatan Politik Indonesia tentang “Pengaruh Islam dalam
kontestasi politik Indonesia (Studi Kasus Pilpres Tahun 2019 dan Pilkada Jakarta
2017); dengan tempat waktu
Adapun Makalah Kekuatan Politik Indonesia ini kami menyadari bahwa
penyusunan Makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis
mengaturkan ras terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari Makalah ini tentang
“Pengaruh Islam dalam kontestasi politik Indonesia (Studi Kasus Pilpres Tahun
2019 dan Pilkada Jakarta; masih jauh dari kata sempurna. Maka dengan hal ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbaga pihak guna
perbaikan Makalah ini.

Serang 23 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejarah islam hadir di Indonesia dimulai sejak masa kerajaan masih
berkuasa berabad-abad dahulu, kemunculan banyaknya peninggalan dan sejarah
Kerajaan bercorak islam mencerminkan bahwa historis munculnya islam di
Indonesia telah berlangsung dan mengakar hingga kedalam pemikiran dan
kebiasaan masyarakatnya, dahulu kala, “islamisme” hadir bukan untuk menjadi
pengaruh kekuatan politik yang biasa digunakan, melainkan sebagai alat
pemersatu untuk mengusir kaum penjajah yang datang, namun, berabad-abad
kemudian, diskursus tentang islam mulai berubah keitka menjalar kedalam arena
pertarungan politik seiring dengan keberhasilannya dalam mengusir para penjajah,
ditandai dengan munculnya berbagai gagasan dan pemahaman baru diawal
kemerdekaan meliputi nasionalisme, komunisme, dan islamisme, artikulasi
keislaman dalam mempengaruhi pertarungan politik telah terjadi semenjak para
founding father Indonesia menyepakati adanya perumusan piagam Jakarta dan
Pancasila, yang didalamnya terdapat keinginan kelompok-kelompok berorientasi
islam yang ingin mengubah negara Indonesia menjadi negara berbasis syariat dan
hukum islam. Kendati demikian, Upaya mereka (kelompok islam) gagal
memasukan kepentingannya dalam mendefinisikan dasar negara indonesia.
Indonesia sebagai negara demokrasi yang mengutamakan
permusyawarahan memiliki banyak ruang dalam memasukan berbagai
kepentingan didalamnya, bagi kelompok islamisme, kesempatan ini digunakan
untuk tetap melakukan upaya-upaya artikulasi kepentingan islam dalam
menyebarkan pengaruhnya di Indonesia terus berlanjut, bahkan ketika system
pemerintahan Indonesia belum sempurna, dalam tindakannya yang lebih formal,
Upaya ini dilakukan dalam pemilihan umum yang terjadi di Indonesia, Indonesia
yang menganut system demokrasi mempunyai ciri yang dengan pemilihan umum,
Pemilu merupakan amanat Pasal 22E (1) UUD 1945. Yang artinya setiap warga
negara berhak menentukan siapa orang yang akan dipilih untuk menjadi

4
pemimpin di negeri ini, oleh karenanya, terdapat erat kaitan antara kelompok
islamisme dengan system pemilihan umum di Indonesia, sebab, jika kelompok ini
memiliki suara yang besar dalam parlemen maka kepentingan yang mereka buat
pun akan terrealisasikan dengan mudah, pengaruh islam terus dikumandangkan
seiring dengan jatuh bangunnya organisasi kelompok islam di Indonesia, pada
masa orde lama, kelompok ini hidup dalam nama partai Masyumi dan NU
(nahdiyyin), pada masa orde baru, denngan adanya otoritarian Soekarno yang kuat
membuat berbagai kelompok ini tersisihkan dan tergabung ke dalam fusi partai
PPP (partai persatuan Pembangunan) yang memuat NU, Perti, PSII. (Rizky &
Umar, 2016), pada masa reformasi, kelompok ini akhirnya memiliki “kebebasan”
dalam mengekspresikan Gerakan dan manuver politiknya dengan banyaknya
partai beroroientasi islam, seperti PKS, PKB, PAN dan lain sebagainya.
Politik yang memasukan nilai islam masih dipergunakan setelah masa
reformasi berjalan, terlebih dalam pemilihan umum dimana artikulasi keislaman
dipakai guna menarik minat dan simpati Masyarakat, hal ini ditandai dengan
adanya berbagai fenomena partai politik dan para calonnya yang memiliki
kedekatan dengan kelompok keislaman, contoh kasusnya terjadi pada pemilihan
umum kepala daerah atau Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 dimana ahok yang
tersingkirkan oleh dinamika kasus penistaan agama yang dipenuhi unsur politis
dan kepentingan. Saat itu, ahok mengeluarkan statement yang menuai kontroversi
di kalangan kelompok keagamaan karena dinilai mencederai nilai-nilai kesilaman
selama masa kampanye, peristiwa ini menimbulkan banyak kekhawatiran akan
adanya dampak yang ditimbulkan karena berbagai kelompok datang ke Jakarta
untuk melakukan demonstrasi massal, aksi tersebut dikenal dengan 411 dan 212,
dalam kasus ini, Edward Aspinall dan Ken Miichi menilai kehadiran atas kuatnya
politik identitas keagamaan dan kesukuan dalam pesta demokrasi di Indonesia
pasca Suharto (Hamdi, 2021), selain itu, Dalam ruang lingkup yang lebih luas,
yaitu pemilihan presiden 2019 pun terjadi kasus yang memiliki nuansa politis
tentang keislaman, yaitu dengan Terpilihnya KH Ma’ruf Amin sebagai Calon
Wakil Presiden yang menemani joko Widodo, sebelum menjadi cawapres, Ma’ruf
Amin merupakan salah satu tokoh islam yang berpengaruh di Indonesia, beliau

5
menjabat sebagai pengurus besar nahdlatul ulama (PBNU) dan ketua umum
majelis ulama indonesia (MUI), kehadiran wakil dari kalangan NU dinilai
memiliki kekuatan strategis untuk menambah suara-suara potensial yang bisa
diraih oleh jokowi, terutama Ketika islam merupakan agama mayoritas di negeri
ini, Dalam Pilpres 2019, keberadaan Ma’ruf Amin merupakan akomodasi sentral
dalam menjalankan politik islam, oleh karenanya, isu politik identitas menerpa
kencang kubu paslon ini karena dinilai mernggunakan strategi yang “kolot”
dengan mengambil hati para umat islam yang mengagumi sosok besar dalam NU
tersebut. Namun, strategi ini tergolong ampuh dengan menghasilkan pasangan
Jokowi- Ma’ruf menjadi pemimpin di negeri ini, politik islam yang diduga
dihembuskan oleh lawan politik terbilang hanya angin belaka, (Hamdi, 2021)
Sepanjang Sejarah politik di Indonesia selalu diwarnai dengan naik
turunnya gerkan dan organisasi yang memiliki keislaman, ini menjadi bukti bahwa
nilai-nilai keislaman erat kaitannya dengan kancah perpolitikan di Indonesia,
makalah ini mencoba menjelaskan dan mendefinisikan pengaruh dan peranan
islam dalam kontestasi politik di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran dan pengaruh islam dalam kontestasi politik di
Indonesia?
2. Apa saja yang menjadi faktor penyebab identitas islam marak digunakan
dalam kontestasi politik?

3. Tujuan Makalah

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang dan rumusan masalah, maka


makalah ini memiliku tujan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai islam dalam kontestasi politik di


Indonesia

3. Untuk mengetahui factor penyebab faktor penyebab identitas islam marak


digunakan dalam kontestasi politik

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Peran dan Pengaruh Islam dalam Kontestasi Politik di Indonesia


Dalam perkembangannya, Islam memiliki peran dan pengaruh yang
signifikan melalui organisasi-organisasi islam dan maraknya gerakan-gerakan
islam, khususnya dalam kontestasi politik di Indonesia yakni pemilihan umum
presiden (Pilpres) hingga pemilihan kepala pemerintahan daerah dan wakil kepala
pemerintahan daerah (Pilkada). Hal itu lantaran, Islam memiliki kekuatan untuk
dapat memberikan pengaruh terhadap jalannya perpolitikan di Indonesia melalui
masyarakat yang memiliki struktur yang jelas sehingga dapat berkomunikasi dan
berkoordinasi dengan baik, dan juga dapat dimobilisasi sehingga seringkali
dijadikan sebagai komoditas untuk memperoleh keuntungan dan kepentingan
yang dilakukan oleh politisi dan calon politisi untuk dapat meraup suara, terlebih
masyarakat Indonesia mayoritas didominasi oleh masyarakat Islam.
Hal tersebut yang kemudian berkembang dan salah satunya menjadi basis
dalam politik identitas, kekuatan islam dapat memberikan pengaruhnya bahkan
menjadi sebuah instrumentalisasi populisme di dalam kontestasi pemilihan kepala
daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada tahun 2017 hinga pemilihan umum presiden
(Pilpres) pada tahun 2019. Politisasi identitas dalam hal ini identitas agama islam,
menjadi alat yang sangat ampuh dalam mengarungi perpolitikan di Indonesia
melalui sebuah kontestasi politik yaknik pemilihan umum, hal itu bisa digunakan
untuk dapat menjegal kandidat lawan yang tidak menggunakan politik identitas
agama islam. Dalam studi kasus Pilkada tahun 2017 tersebut, telah memunculkan
gerakan-gerakan sosial islam, hingga islamis radikal. Hal itu juga jelas
menegaskan bahwa islam dapat memberikan pengaruh dan keterlibatan yang besar
melalui politik identitas yang yang dimainkan oleh calon ataupun politisi di dalam
mengarungi kontestasi perpolitikan di Indonesia. Organisasi dan gerakan-gerakan
islam dapat melakukan mobilisasi dukungan yang kuat dan solid dengan massa
muslim.(Margiansyah, 2019).

7
Kekuatan islam sangat berpengaruh terhadap jalannya perpolitikan di
Indonesia, tak terkecuali melalui kontestasi pemilu, pasalnya dapat melakukan
intervensi pilihan dan arus politik di akar rumput, dengan menggunakan dan
menggaungkan kata "ummat" menjadi legitimasi dan strategi untuk dapat
memobilisasi dukungan suara dari mayoritas muslim di Indonesia. Kesamaan
persepsi melalui narasi "keummatan" yang dibangun, selanjutnya akan dapat
menguatkan solidaritas dan juga visi muslim. Politik identitas agama islam yang
terjadi pada kontestasi politik pilkada 2017 dan pilpres 2019 telah menegaskan
bahwa islam memiliki tingkat signifikansi yang besar dalam perpolitikan arus
utama di Indonesia. Yakni menguatkan kembali akan segmentasi islam sebagai
standar yang dapat melakukan dikte dalam melakukan manuver politik melalui
kontestasi politik di Indonesia.

A.Studi Kasus: Pilkada Tahun 2017 DKI Jakarta


Islam sangat berpengaruh di politik Indonesia yaitu pada Pilkada tahun
2017 Dki Jakarta hal ini menjadi suatu pilahan-pilihan dari bergama Islam yang
lebih pro terhadap pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dibandingkan
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dimana Ahok ini dalam beragama non
Islam. Hal tersebut terjadi karena waktu itu petahana melakukan sebuah
kunjungan di suatu daerah di kepulauan Seribu yang dimana Ahok melakukan
tindakan peninstaan agama dengan melontarkan kata-kata masyarakat dibohongi
dengan Al-Maidah sehingga dari hal itu menyebakan aksi 212 pada 02 Desember
2012 di monas, dari konteks tersebut menjadi terciptanya isu persoalan dari
adanya perbedaan agama dan etnis antara Islam dan non Islam sampai mencuat
munculnya sebuah gerakan yang menjelaskan tagline “asal bukan ahok dan juga
aku islam aku pilih Anies. Diperistiwa ini masih menjadi suatu peran yang
dilakukan oleh Islam untuk dapat melakukan suatu pro terhadap politik Anies
yang menyebakan pasangan tersebut dapat memenangkan kontestasi politik di
Indonesia. (Parinduri & Pujiati, 2023).

8
B. Studi Kasus: Pilpres Tahun 2019 di Indonesia

Ditahun yang berbeda yakni tahun 2019 terjadi suatu peristiwa terkait
pesta demokrasi di Indonesia pemilihan Presiden yang dimana dalam hal ini ada
peran Islam yang terlibat dalam kontestasi dipolitik yaitu adanya aktor dari suatu
organisasi Islam yang ternama di Indonesia yakni Majlis Ulama Indonesia (MUI)
sebagai ketua ialah K.H. Ma’ruf Amin yang menjadi wakil Preseiden Jokowi,
pada masa kontestasi tersebut didominasi oleh suatu peran atau ketelibatan Islam
di politik hal ini terlihat jelas dampak yang dihasilkan pada kontestasi itu
dimenangkan oleh pasangan Jokowi dan K.H. Ma’ruf Amin. Yang dimana peran
Islam dikontestasi politik ini sangat besar terjadi karena negara Indonesia
bermayoritas kependudukan beragama Islam terlihat pada data yakni 236,53 juta
jiwa (86,88%) bergama Islam dan ini menjadikan sebuah pengaruh menangnya
dari pasangan tersebut hal ini terjadi dari suatu peran Islam yang sangat besar
untuk lebih meyakinkan suatu pilihanya terhadap pasangan tersebut dan adanya
suatu pandangan-pandangan yang lebih terhadap pasangan Jokowi dan K.H.
Ma’ruf Amin serta melihat dari data tersebut memiliki potensi yang besar untuk
mendapatkan kekuasaan dari mayoritas agama islam. Disini Islam memaikan
peran yang cukup signifikan untuk dapat memenangkan sebuah kontesatasi
tersebut dikarenakan Islam di Indonesia sangat memiliki peran yang sangat
penting pada posisi politik Indonesia, dengan kata lain Islam lebih menjadi suatu
kedudukan yang sangat menjadi dominan dibandingakan pada identitasi agama
lain. Hal tersebut jelas ketika Islam di politik melakukan sebuah tindakan terhadap
hal-hal yang dianggap menjadi persolan, yang dimana persolan tersebut langsung
diselesaikan pada politik indonesia dengan melihat suatu dominasi yang terjadi
pada Islam.

9
2.2. Faktor Identitas Islam Marak Digunakan dalam Kontestasi Politik di
Indonesia

Maraknya identitas agama Islam digunakan dalam kontestasi politik


tentunya karena faktor Islam dapat mempengaruhi sebuah jalannya politik dan
menggiring sebuah opini publik dan Islam memiliki banyak masa atau
perkumpulan yaitu seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan
Umat Islam (PUI) , Persatuan Islam (PERSIS) dan lain sebaginya. Maka dari itu,
ketika dalam kontestasi politik, hal ini sangat berpeluang untuk dapat
memenangkan sebuah kontestasi tersebut, lantaran Islam sangat memilik posisi
yang strategis pada kontestasi tersebut. Oleh karenanya, kenapa identitas Islam
marak digunakan pada kontestasi politik, hal tersebut tidak terlepas dari ingin
adanya dukungan dari segmentasi mayoritas, karena mayoritas dinegara Indonesia
itu beragama Islam dan memiliki pengaruh yang besar pada ranah politik
Indonesia.

Selain daripada hal yang telah dijabarkan sebelumnya, islam menjadi


kekuatan yang sangat berpengaruh dalam perpolitikan di Indonesia, hingga
menjadi basis maraknya identitas islam digunakan di Indonesia yakni kita perlu
menarik ke belakang pasca kemerdekaan Indonesia. Islam bagaikan separuh nafas
bagi Indonesia. Mengingat islam sudah terlibat dalam perpolitikan di Indonesia
melalui kontestasi politik yakni pada pemilu pertama di Indonesia pada tahun
1955. Pada saat itu, islam bahkan menjadi salah satu dari 3 kekuatan ideologi
utama di Indonesia yang memenangkan pemilu tersebut, selain komunis dan
nasionalis.

Kalangan islam yang menang dalam kontestasi pemilu tahun 195t tersebut
ialah organisasi politik Masyumi dengan perolehan 7.7jt suara, NU 6.9jt suara,
PSII 1.0jt suara, PERTI 400 ribu suara dan PPTI 74 ribu suara. Selain daripada
itu, islam juga menjadi salah satu kandidat dalam pergulatan terkait penentuan
Ideologi negara Indonesia.(Anam, 2019).

10
BAB III

SIMPULAN

Pengaruh dan keterlibatan islam dalam perpolitikan di Indonesia, sudah


sejak lama terjadi bahkan pasca kemerdekaan Indonesia hingga reformasi saat ini.
Dalam studi kontestasi politik di Indonesia, keterlibatan islam melalui partai atau
organisasi politik islam dimulai sejak tahun 1955 pada pemilihan umum pertama.
Pada saat itu, diikuti oleh Masyumi, NU, PSII, PERTI, hingga PPTI. Jejak
keterlibatan islam kemudian berkembang era pasca reformasi, yakni menjadi salah
satu kekuatan politik di Indonesia, islam dijadikan sebagai instrumen politisasi
identitas islam melalui kontestasi politik di Indonesia, secara khusus studi kasus
kali ini ialah Pilkada DKI tahun 2017 dan Pilpres tahun 2019, yang memunculkan
politik identitas yang didasarkan atas agama yakni islam, hal itu lantaran islam
menjadi agama mayoritas di Indonesia, sehingga itu menjadi kekuatan politik
yang besar dan menjanjikan untuk kemudian dimanfaatkan oleh
kelompok/individu kepentingan untuk meningkatkan elektoral.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anam, H. F. (2019). Politik Identitas Islam dan Pengaruh Terhadap Demokrasi di


Indonesia. Jurnal Politik Islam, 2(2), 181-188.

Hamdi, S. (2021). Pilkada Rasa AL-Maidah 51 dan Poitisasi Simbol Agama


dalam Kontestasi Politik di Pilkada DKI Jakarta. Jurnal Social Sciences
and Humanities, 2(1), 9-22.

Margiansyah, D. (2019). POPULISME DI INDONESIA


KONTEMPORER:TRASNFORMASI PERSAINGAN POPULISME
DAN KONSEKUENSINYA DALAM DINAMIKA KONTESTASI
POLITIK MENJELANG PEMILU 2019. Jurnal Penelitian Politik, 16(1),
47-110.

Mujab, S., & Irfansyah, A. (2020). Komunikasi Politik Identitas K.H. Ma'ruf
Amin sebagai Strategi Depolarisasi Agama pada Kontestasi Demokrasi
Pilpres 2019. Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 3(1), 54-66.

Parinduri, A., & Pujiati. (2023). POLITIK IDENTITAS AGAMA SEBAGAI


TANTANGAN PELAKSANAAN PESTA DEMOKRASI INDONESIA
TAHUN 2024 SETUDI KASUS PILKADA DKI 2017 & PILPRES 2019.
Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-ilmu sosial, 7(2), 476-484.

Pratista, B. T., & Herdiansah, A. G. (2022). MENCEGAH PERKEMBANGAN


POPULISME ISLAM:ANALISI WACANA KRITIS TERHADAP
NARASI MENTERI AGAMA TENTANG RADIKALISME DI
INDONESIA. Jurnal Tapis, 18(2), 60-80.

Rizky, A., & Umar, M. (2016). DARI 'NEGARA ISLAM' KE POLITIK


DEMOKRATIS:WACANA DAN ARTIKULASI GERAKAN ISLAM DI
MESIR DAN INDONESIA. Jurnal Masyarakat & Budaya, 18(1), 1-18.

Rubaidi, & Stianingsih, D. (2021). Politik Identitas Islam Indonesia


Kontemporer:Radikalisme Islam Versus Moderatisme Islam dalam Politik
Elektoral Pilpres 2019. Jurnal iaian manando, 25(2), 149-167.

Sonny. (2019). NILAI STRATEGIS KEFIGURAN KH MA'RUF AMIN


SEBAGAI PASANGAN JOKO WIDODO PADA PEMILIHAN
PRESIDEN 2019. Jurnal Renaissance, 4(02), 541-550.

12

Anda mungkin juga menyukai