Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIK

PEMBUATAN SEEDBALL
ACARA VI
PENGAMATAN PROSES PERTUMBUHAN SEEDBALL

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Nabil Aushafa


NIM : 19/442327/KT/09025
Kloter :2
Coass : Miftahulhuda

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA VI
PENGAMATAN PROSES PERTUMBUHAN SEEDBALL
I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan seedball terhadap
berbagai komposisi dan ketebalan di lapangan setelah dijatuhkan dari berbagai ketinggian.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Alat tulis
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Bahan pengamatan
III. CARA KERJA
Praktikum ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut

Dibuat tabel pengamatan atau


Dilakukan pengamatan tiap 3 hari sekali
tallysheet

Pada praktik ini, langkah pertama yang dilakukan pada praktek kali ini adalah membuat
tabel pengamatan atau tallysheet. Tabel pengamatan tersebut berisi perlakuan, ketinggian,
kedalaman benih, dan respon dari tanaman. Selanjutnya, dilakukan pengamatan setelah
seedball dilemparkan. Pengamatan ini dilakukan tiap 3 hari sekali. Parameter yang diamati
adalah kondisi dan tinggi semai dari awal perkecambahan selama 1 minggu
V. HASIL
Hasil pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Respon Pertumbuhan Benih Jati.
Perlakuan Tidak Ada
Ketinggian Media Kedalaman Tumbuh Hilang
Benih Respon
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Fisis 15 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Fisis 30 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 1 4
M2
1 cm 5
(2:1)
Kemis 15 m 1,5 cm 5
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
M4 0,5 cm 5
(1:2) 1 cm 5
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Kemis 30 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5

Tabel 1.2 Respon Pertumbuhan Benih Akasia.


Perlakuan Tidak Ada
Ketinggian Media Kedalaman Tumbuh Hilang
Benih Respon
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Fisis 15 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Fisis 30 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Kemis 15 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 1 4
(3:1)
1,5 cm 1 4
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Kemis 30 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 1 4
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5

Tabel 1.3 Respon Pertumbuhan Benih Trembesi.


Perlakuan Tidak Ada
Ketinggian Media Kedalaman Tumbuh Hilang
Benih Respon
0,5 cm 5
M1
1 cm 1 4
(1:1)
1,5 cm 1 4
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Fisis 15 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
Fisis 30 m 0,5 cm 5
M1 1 cm 5
(1:1) 1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 1 4
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 1 4
M1
1 cm 1 4
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Kemis 15 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 1 4
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 1 4
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M1
1 cm 5
(1:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M2
1 cm 5
(2:1)
1,5 cm 5
Kemis 30 m
0,5 cm 5
M3
1 cm 5
(3:1)
1,5 cm 5
0,5 cm 5
M4
1 cm 5
(1:2)
1,5 cm 5
Pertumbuhan Seedball Jati terhadap Berbagai Komposisi,
Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Fisis
6
5
Jumlah
4
3
2
1
0
0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4
(1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2) (1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tumbuh Hilang Tidak Ada Respon

Grafik 2.1 Grafik Pertumbuhan Seedball Jati terhadap Berbagai Komposisi, Ketebalan, dan
Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Fisis

Pertumbuhan Seedball Jati terhadap Berbagai Komposisi,


Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Kemis
6
5
Jumlah

4
3
2
1
0
0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4
(1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2) (1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tumbuh Hilang Tidak Ada Respon

Grafik 2.2 Grafik Pertumbuhan Seedball Jati terhadap Berbagai Komposisi, Ketebalan, dan
Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Kemis
Pertumbuhan Seedball Akasia terhadap Berbagai Komposisi,
Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Fisis
6
5
Jumlah
4
3
2
1
0
0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4
(1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2) (1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tumbuh Hilang Tidak Ada Respon

Grafik 2.3 Grafik Pertumbuhan Seedball Akasia terhadap Berbagai Komposisi, Ketebalan,
dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Fisis

Pertumbuhan Seedball Akasia terhadap Berbagai Komposisi,


Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Kemis
6
5
Jumlah

4
3
2
1
0
0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4
(1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2) (1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tumbuh Hilang Tidak Ada Respon

Grafik 2.4 Grafik Pertumbuhan Seedball Akasia terhadap Berbagai Komposisi, Ketebalan,
dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Kemis
Pertumbuhan Seedball Trembesi terhadap Berbagai Komposisi,
Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Fisis
6
5
Jumlah
4
3
2
1
0
0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4
(1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2) (1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tumbuh Hilang Tidak Ada Respon

Grafik 2.5 Grafik Pertumbuhan Seedball Trembesi terhadap Berbagai Komposisi,


Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Fisis

Pertumbuhan Seedball Trembesi terhadap Berbagai Komposisi,


Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Kemis
6
5
Jumlah

4
3
2
1
0
0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5 0,5 1 1,5
cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4 M1 M1 M1 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M4 M4 M4
(1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2) (1:1) (1:1) (1:1) (2:1) (2:1) (2:1) (3:1) (3:1) (3:1) (1:2) (1:2) (1:2)
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tumbuh Hilang Tidak Ada Respon

Grafik 2.6 Grafik Pertumbuhan Seedball Trembesi terhadap Berbagai Komposisi,


Ketebalan, dan Ketinggian Pelemparan pada Perlakuan Kemis
VI. PEMBAHASAN
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperbaiki kondisi hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi kembali secara normal dan
lestari sebagai sistem penopang kehidupan (Jatmiko, dkk., 2012). Metode yang digunakan
dalam RHL biasanya menggunakan kegiatan permudaan. Permudaan merupakan suatu
proses peremajaan kembali dari pohon- pohon penyusun tegakan yang telah mati secara
alami atau karena dipanen manusia. Didalam kehutanan dikenal dua jenis metoda
permudaan yaitu permudaan alam (natural regeneration) dan permudaan buatan (artifacial
regeneration). Permudaan alam adalah proses peremajaan kembali dari suatu tegakan hutan
yang terjadi secara alami. Pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ketersediaan jumlah biji yang mampu tumbuh dan kondisi lingkungan yang berpengaruh
terhadap perkecambahandan pertumbuhan (Adriana, 2010). Permudaan hutan merupakan
proses regenerasi tegakan hutan yang dapat dilakukan secara alami (permudaan alami)
maupun buatan (permudaan buatan). Permudaan dengan cara alami terjadi jika buah jatuh
dan tumbuh dengan sendirinya pada substrat. Permudaan buatan dilakukan oleh manusia
dengan cara melakukan pembibitan dan penanaman kembali bibit- bibit yang telah tumbuh
tersebut pada habitat alaminya (Yona dkk, 2018).
Pada praktik kali ini dilakukan pembuatan seedball dengan beberapa komposisi.
Menurut (Hakim dkk., 2015), seedball dibuat dengan tujuan untuk memberikan kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah serta memberikan kondisi
lingkungan yang lebih mendukung dalam perkecambahan. Oleh karena itu, seedball dibuat
dengan bahan-bahan organik. Seedball atau bola benih merupakan suatu unit dasar media
untuk pertumbuhan tanaman dan dapat memberikan bahan-bahan yang diperlukan tanaman
untuk berbagai situasi. Tanah liat yang merupakan media pencampur juga berfungsi untuk
menurunkan kehilangan air dengan meningkatkan potensial air dan menurunkan serangan
predator benih (Garcia dan Martinez, 2008). Tanah liat atau lempung dipilih menjadi
campuran dari media tanam dalam praktik kali ini adalah karena lempung memiliki
partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila
dicampur dengan air sehingga mudah untuk diolah atau dibentuk menjadi bola dan tidak
mudah hancur (Grim, 1953). Media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, juga
sebagai penyedia hara bagi tanaman. Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus
menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang
berbeda bagi tanaman. Media tanam dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik
seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain (Augustien dan Hadi, 2017).
Maka dari itu diperlukan teknologi yang dapat bekerja lebih efektif dan fisien dalam
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, seperti penggunaan drone untuk rehabilitasi. Fish
(2022) menyatakan drone reforestasi ini sebagai alat pendukung kehidupan dengan
kemampuan yang mencakup kecepatan, mobilitas, jangkauan, dan penjatuhan seedball
dalam upaya meningkatkan regenerasi biologis. Komponen drone untuk reforestasi tidak
hanya sebuah alat, melainkan juga melibatkan aspek seedball sebagai objek yang
diharapkan tumbuh menjadi individu pohon.
Pada praktek kali ini, dilakukan pengamatan terhadap 3 jenis benih yaitu trembesi,
akasia dan jati setelah dilakukan pelemparan seedball dari berbagai ketinggian. Pada benih
trembesi, dengan perlakuan skarifikasi kemis terdapat 3 seedball yang berkecambah. Sama
halnya dengan perlakuan skarifikasi fisis juga terdapat 3 seedball yang berkecambah. Maka
dari itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan
kemis dan fisis pada benih trembesi karena jumlah benih yang berkecambah sama. Untuk
benih yang hilang ada 1 kemungkinan karena terbawa aliran air ketika hujan, sedangkan
benih yang tidak ada respon ada 233.
Pada benih akasia tidak terdapat seedball yang berkecambah. Untuk benih yang
hilang ada 3 dan benih yang tidak ada respon ada 237. Masing-masing benih memiliki
respon yang berbeda, yakni biji akasia, biji trembesi, dan biji jati hanya ditemukan
pertumbuhan untuk seedball trembesi. Untuk biji trembesi yang ditemukan tumbuh berasal
dari skarifikasi kemis berjumlah 3 biji dan skarifikasi fisis 3 pada ketinggian 15 m dan juga
30 m. Untuk komposisi media yang paling baik untuk pertumbuhan biji yaitu pada media
1:1. Untuk jenis biji jati dan akasia tidak ada tanda pertumbuhan maupun perkecambahan
dalam praktik dan pengamatan yang dilakukan selama 1 minggu.
Faktor dari ukuran benih yang tidak berkecambah dapat disebabkan oleh diameter
seedball yang kurang sesuai dengan ukuran benih. Pada benih akasia yang berukuran kecil,
peletakkan ke dalam seedball yang terlalu dalam dapat menyebabkan sulitnya untuk
menembus media seedball tersebut sehingga benih akasia akan sulit untuk berkecambah.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Nwankwo, dkk., 2018) bahwa penempatan benih secara
terpusat pada seedball dapat mengurangi jumlah benih yang muncul terlebih lagi pada
ukuran seedball yang terlalu besar. Menurut Camargo et al (2002), secara umum benih
kecil memiliki pertumbuhan yang lebih cepat yang bersifat pioneer. Sehingga pada biji
kecil hingga sedang seperti pada akasia dan trembesi mudah untuk tumbuh. sedangkan
pada jati yang termasuk biji besar sulit mengalami tumbuh.

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktik yang dilakukan selama 1 minggu ini adalah biji yang
berkecambah hanya trembesi berjumlah 6 dengan tiap perlakuan yang berbeda. Meskipun
berasal dari tiap perlakuan yang berbeda, tetapi biji-biji yang berkecambah tersebut
sebagian besar terbuat dari komposisi 1:1 yang dilempar dari ketinggian 15 m. Adapun
kedalaman biji yang paling optimal untuk perkecambahan atau pertumbuhan biji adalah 1
cm.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Adriana. 2010. Bahan Ajar Silvikultur. Yogyakarta : UGM Press.

Augustien, N., dan hadi, S. 2016. Peranan Berbagai Komposisi Media Tanam Organik
terhadap Tanaman Sawi (Brassca juncea L.) di Polybag. Jurnal Agritop. Vol 4 (1)
: 54 – 58.

Camargo, J. C., Ferraz, D. K., & Imakawa, A. M. 2002. Rehabilitation of Degraded Areas
of Central Amazonia Using Direct Sowing of Forest Tree Species. Journal Restorat
Ecol. Vol. 10(4:, 636-644.

Garcia-Orth, X., & Martinez-Ramos, M. 2008. Seed Dynamics of Early and Late
Successional Tree Spesies in Tropical Abandoned Pastures: Seed Burial as A Way
of Evading Predation. Journal Restoration Ecology. Vol. 16 (3): 435- 443.

Grim. 1953. Sifat-sifat Plastis pada Tanah Bila dicampur dengan Air.

Fish, A. 2022. Reforesting Native America with Drones: Rooting Carbon with Arborescent
Governmentality and Decolonial Geoengineering. Theory, Culture & Society.

Hakim, S. S., Santosa, P. B., Alimah, D. 2015. Perbandingan Sifat Fisis Seedball
Aeroseeding dari Beberapa Formula Pembentukan Serta Ketebalan Seedball.
Jurnal Galam. Vol 1 (2): 31-36.

Jatmiko, A., Sadono, R., & Faida, L. R. W. 2012. Evaluasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan Menggunakan Analisa Multikriteria (Studi Kasus di Desa Butuh Kidul
Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol 6(1): 30-44.

Nwankwo, C.I., Muhlena, J., Biegert, K., Butzer, D., Neuman, G., Sy, O., dan Hermann,
L. 2018. Physical and Chemical Optimisation of The Seedball Technology
Addressing Pearl Millet Under Sahelian Conditions. Journal of Agriculture and
Rural Development in the Tropics and Subtropics (JARTS). Vol 119 (2): 67 – 79

Yona, Defri, Nurin Hidayati, Syarifah Hikmah Julinda Sari, Irfan Naufal Amar, and
Kharisma Wisnu Sesanty. "Teknik Pembibitan Dan Penanaman Mangrove Di
Banyuurip Mangrove Center, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah,
Kabupaten Gresik." J- Dinamika: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 1 (2018).

Anda mungkin juga menyukai