Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknik Dasar Laboratorium adalah salah satu matakuliah dari Univesitas


Jendral Soedirman. Teknik Dasar Laboratoruim merupakan mata kuliah pembekalan
dasar-dasar penggunan laboratorum bagi mahasiswa-mahasiswa Universitas Jendral
Soedirman untuk melakukan penelitian. Mahasiswa-mahasiswa Universitas Jendral
Soedirman akan dikenalkan mulai dari pengenalan alat dan bahan laboratorium, cara
menggunakan alat dan bahan di dalam laboratorium, Peraturan di dalam
laboratorium, dan keselamatan di dalam laboratorium untuk mengurangi resiko yang
akan diakibatkan bila terjadi kesalahan dalam penelitian.

Pengukuran panjang dan lebar cabai, benih kedelai , dan spidol drawing pen adalah
agar mahasiswa diharapkan mampu menggunakan alat ukur yang ada di laboratorium
yang ada di fakultas pertanian dengan baik dan benar. Mahasiswa juga diharapkan
dapat membedakan ke akuratan suatu alat ukur

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur.


2. Mahasiswa dapat membedakan keakuratan suatu alat ukur.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah measurement


merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur. Artinya memberi angka
terhadap sesuatu yang disebut objek pengukuran atau objek ukur. Pengukuran adalah
proses pemberian angka atau deskripsi numerik kepada individu atau benda. Hasil
dari pengukuran adalah angka. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pengukuran
bersifat kuantitatif. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran
yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan.
Pengukuran (measurement) adalah penetapan angka bagi individu dengan cara
sistematis yang mencerminkan sifat (karakteristik) dari individu. (Allen & Yen, 1979:
2). Menurut Saifuddin Azwar (2010: 3) pengukuran adalah suatu prosedur pemberian
angka terhadap atribut atau variabel suatu kontinum. Sementara itu, menurut Anas
Sudijono (2011: 4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengukur
sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau
atas dasar ukuran tertentu.
Menurut Saifuddin Azwar (2010: 4-6) ada beberapa karekteristik dari
pengukuran, yaitu:
1) perbandingan antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya, maksudnya apa
yang di ukur adalah atribut atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri;
2) hasilnya dinyatakan secara kuantitatif artinya, hasil pengukuran berwujud angka.
3) hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya sebatas memberikan angka yang
tidak diinterpretasikan lebih jauh.
Dari ketiga karakteristik yang disebutkan tersebut maka dapat dikemukakan
bahwa pengukuran merupakan pengambilan keputusan yang menghasilkan sebuah
angka tetapi angka yang diberikan tidak memberikan interpretasi lebih jauh.
Jangka sorong umumnya digunakan untuk mengukur diameter dalam benda,
misalnya diameter cincin dan diameter luar sebuah benda, misalnya diameter
kelereng (Kanginan, 2007:3).Jangka sorong memilki skala terkecil 0,1 mm.
Namun saat ini, sudah banyak beredar jangka sorong dengan nilai skala terkecil
0,05 mm dan 0,01 mm (Foster, 2004: 28). Pada penelitian ini, jangka sorong yang
digunakan memiliki skala terkecil 0,05 mm untuk melakukan pengukuran
diameterluar dan dalamtabung reaksi serta kedalamannya .

Jangka sorong jam ukur (dial calliper) merupakan salah satu peralatan
instrumentasi yang berungsi mengukur diameter suatu benda dari sisi luar, sisi dalam
dan mengukur kedalaman celah atau lubang pada suatu benda. Setiap jangka sorong
jam ukur (dial calliper) yang digunakan baik sebelum atau sesudah digunakan pada
periode tertentu, alat ukur jangka sorong jam ukur (dial calliper) ini harus dilakukan
kalibrasi sesuai standar nasional ataupun internasional. Kalibrasi (Calibration)
menurut ISO/IECGuide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology
(VIM) merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan antara nilai yang ditunjukkan
oleh instrumen ukur, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.Jangka
sorong jam ukur (dial calliper)ini perlu dilakukan kalibrasi pada setiap periode,yaitu
dalam waktu 12 bulan sekali [2].Zulfebri (2015:1)
III. METODE PRAKTIKUM

A. BAHAN DAN ALAT

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jangka sorong,penggaris. Bahan
yang digunakan adalah 3 cabai, 3 benih kedelai,dan spidol drawing pen.

B. PROSEDUR KERJA

Praktikum ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:


1. Alat dan bahan disiapkan diantaranya jangka sorong,penggaris,3 cabai, 3 benih
kedelai,dan spidol drawing pen.
2. Masing-masing panjang dan lebar cabai diukur menggunakan penggaris.
3. Masing-masing panjang dan lebar cabai diukur menggunakan jangka sorong.dengan
cara,
4. Salah satu rahang digeser untuk menjepit benda yang hendak diukur. 
5. Skala utama yang berimpit dengan angka nol dibaca pada skala geser.
6. Skala Vernier dibaca.
7. Kedua angka yang diperoleh dijumlahkan.
8. Masing- masing panjang dan lebar benih kedelai diukur menggunakan penggaris.
9. Masing masing panjang dan lebar benih kedelai diukur dengan menggunakan jangka
sorong dengan cara yang sama dengan mengukur cabai.
10. Panjang dan lebar spidol drawing pen diukur menggunkan penggaris.
11. Panjang dan lebar spidol drawing pen diukur kedelai dengan menggunakan jangka
sorong dengan cara yang sama dengan mengukur cabai.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel pengukuran panjang dan lebar kel.1 romb. 5

NO VARIABEL ALAT UKUR OBJEK ULANGAN HASIL


UKUR
1 PANJANG PENGGARIS CABAI 1 9 cm
2 10,5 cm
3 7,2 cm
JANGKA CABAI 1 8,9 cm
2 9,91 cm
SORONG
3 6,9 cm
PENGGARIS KEDELAI 1 0,5 cm
2 0,6 cm
3 0,6 cm
JANGKA KEDELAI 1 0,78 cm
2 0,64 cm
SORONG
3 0,67 cm
PENGGARIS SPIDOL 1 14,1 cm
2
DRAWING
3
PEN
JANGKA SPIDOL 1 13,61
SORONG DRAWING cm
2
PEN
3
2 LEBAR PENGGARIS CABAI 1 1,5 cm
2 1,2 cm
3 1,2 cm
JANGKA CABAI 1 0,95 cm
2 0,84 cm
SORONG
3 0,53 cm
PENGGARIS KEDELAI 1 0,5 cm
2 0,7 cm
3 0,6 cm
JANGKA KEDELAI 1 0,56
SORONG cm
2 0,61
3 0,64
PENGGARIS SPIDOL 1 1 cm
2
DRAWING
3
PEN
JANGKA SPIDOL 1 1,05 cm
2
SORONG DRAWING
3
PEN

B. PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengukuran kita dapat melihat ke akuratan alat pengukuran


panjang dan lebar. Berdasarkan hasil rata- rata yang telah diukur oleh lima kelompok
pada rombongan lima mendapatkan hasil sebagi berikut :

Rata-rata panjang cabai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan penggaris adalah
8,14 cm.

Rata-rata panjang cabai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan penggaris adalah
8,1 cm.
Rata-rata panjang cabai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan penggaris adalah
6,1 cm.

Rata-rata panjang cabai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan jangka sorong
adalah 8,176 cm.

Rata-rata panjang cabai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan jangka sorong
adalah 7,854 cm.

Rata-rata panjang cabai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan jangka sorong
adalah 7,271 cm.

Rata-rata panjang biji kedelai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan penggaris
adalah 0,63 cm.

Rata-rata panjang biji kedelai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan penggaris
adalah 0,592 cm.

Rata-rata panjang biji kedelai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan penggaris
adalah 0,632 cm.

Rata-rata panjang biji kedelai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan jangka
sorong adalah 0,632 cm.

Rata-rata panjang biji kedelai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan jangka
sorong adalah 0,6045 cm.

Rata-rata panjang biji kedelai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan jangka
sorong adalah 0,573 cm.

Rata-rata panjang spidol drawing pen pada ulangan 1 yang diukur menggunakan
penggaris adalah 14,16 cm.

Rata-rata panjang spidol drawing pen pada ulangan 1 yang diukur menggunakan
jangka sorong adalah 13,953 cm.
Rata-rata lebar cabai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan penggaris adalah
0,88 cm.

Rata-rata lebar cabai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan penggaris adalah
0,82 cm.

Rata-rata lebar cabai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan penggaris adalah
0,88 cm.

Rata-rata lebar cabai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan jangka sorong adalah
0,613 cm.

Rata-rata lebar cabai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan jangka sorong adalah
0,628 cm.

Rata-rata lebar cabai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan jangka sorong adalah
0,57 cm.

Rata-rata lebar biji kedelai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan penggaris
adalah 0,6 cm.

Rata-rata lebar biji kedelai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan penggaris
adalah 0,64 cm.

Rata-rata lebar biji kedelai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan penggaris
adalah 0,62 cm.

Rata-rata lebar biji kedelai pada ulangan 1 yang diukur menggunakan jangka sorong
adalah 0,65 cm.

Rata-rata lebar biji kedelai pada ulangan 2 yang diukur menggunakan jangka sorong
adalah 0,6 cm.

Rata-rata lebar biji kedelai pada ulangan 3 yang diukur menggunakan jangka sorong
adalah 0,670 cm.
Rata-rata lebar spidol drawing pen pada ulangan 1 yang diukur menggunakan
penggaris adalah 1 cm.

Rata-rata lebar spidol drawing pen pada ulangan 1 yang diukur menggunakan jangka
sorong adalah 0,957 cm.

Berdasarkan data diatas terdapat perbedaan yang sangat signifikan yang ditinjukan
dari keakuratan alat ukur terdapat pada kedetailan angka pada alat itu. Pada penggaris
kita dapat melihat bahwa angka yang ditunjukan hanya sampai 1 angka dibelakan
koma (,). Sedangkan dalam pengukuran menggunakan jangka sorong mendapatkan 2
angka dibelakang koma.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum pengukuran panjang dan lebar cabai, benih/ biji kedelai, dan
spidol drawing pen. Dapat kita ambil kesimpulan bahwa perbedaan keakuratan dalam
pengukuran dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong terletak pada ke
detailan angka yang diperoleh dalam pengukuran.

 Jangka sorong memiliki angka ketelitian/ skala terkecil sebesar 0,01 cm =


0,1 mm sedangkan penggaris skala terkecil adalah 0,1 = 1,0 mm.
B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika laporan hasil praktikum diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai