Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Kegiatan penelitian pengaruh fraksi volume terhadap karakteristik


biokomposit papan partikel dari campuran serat kulit jagung dan serbuk kayu
jati dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan alat dan bahan,
tahap sintesis bahan biokomposit papan partikel, tahap karakterisasi bahan
biokomposit papan partikel, tahap pengolahan data hasil karakterisasi, dan
tahap penarikan kesimpulan yang kemudian disusun dalam naskah laporan
tugas akhir. Tahap persiapan alat meliputi persiapan alat yang diperlukan
dalam pembuatan biokomposit papan partikel dan alat yang diperlukan dalam
karakterisasi biokomposit papan partikel, sedangkan persiapan bahan meliputi
proses pengumpulan bahan-bahan sampai proses perlakuan bahan-bahan yang
digunakan. Tahap sintesis biokomposit papan partikel dilakukan di
Laboratorium Kimia Universitas Teknologi Sumbawa. Data hasil karakterisasi
kemudian dianalisa berkenaan dengan permasalahan yang telah dirumuskan
untuk mendapatkan kesimpulan. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini
kemudian disusun dalam naskah laporan tugas akhir.

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang didapatkan dari penelitian ini berupa data primer karena data
diperoleh dari hasil eksperimen. Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini
adalah data kuantitatif yaitu data numerik dari hasil karakterisasi biokomposit
papan partikel berupa data pengembangan tebal, daya serap air, MOR, dan
MOE.
3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:
1. Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan komponen-komponen yang nilainya dapat


dikontrol sehingga nilainya tetap. Variabel kontrol yang terdapat dalam
penelitian ini meliputi konsentrasi asam sitrat sebesar 20%, suhu pengempaan
yang diatur pada suhu 200°C, konsentrasi larutan untuk proses alkalisasi,
waktu perendaman dalam proses alkalisasi serta waktu perendaman dalam uji
pengembangan tebal. Konsentrasi larutan NaOH yang digunakan dalam proses
alkalisasi sebesar 5%. Waktu perendaman dalam proses alkalisasi serat kulit
jagung dan serbuk kayu jati dilakukan selama 2 jam. Penentuan konsentrasi
larutan yang digunakan dan waktu perendaman dalam proses alkalisasi
didasarkan pada literatur yang ada (Rahman dan Kamiel, 2011) dan (Sari dkk,
2017).

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya divariasi untuk


mengetahui pengaruh variabel tersebut terhadap objek yang akan diteliti.
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu fraksi volume serat kulit jagung dan
serbuk kayu jati. Fraksi volume serat kulit jagung dan serbuk katu jati yang
digunakan untuk bahan biokomposit papan partikel ini adalah 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100%. Adapun massa total dari bahan biokomposit papan partikel
yang disintesis adalah sebesar 500g.

3. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan faktor yang akan dianalisa untuk


mengamati pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah kerapatan, kadar air, modulus elastisitas, dan modulus patah.
Kerapatan merupakan salah satu sifat fisis dari papan komposit yang
didefinisikan sebagai massa per satuan volume material. Kadar air merupakan
sifat papan komposit yang mencerminkan sifat kandungan air papan komposit
dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya.Adapun
modulus elastisitas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan
papan partkel menahan beban tarik. Modulus bending dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kemampuan bahan menjaga dimensinya ketika dikenai
gaya tekan. Keseluruhan dari variabel terikat akan dibandingkan dengan
standar SNI 03-2105-2006.

3.4. Tahap Persiapan

3.4.1. Persiapan alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Alat

Alat kempa panas (Hotpress), Neraca analitik ketelitian 0,01 gr


sebagai alat untuk menimbang massa bahan baku serbuk gergaji, wadah
sebagai tempat pencampuran bahan, alat pencetak papan komposit dengan
ukuran panjang (p) 25 cm, lebar (l) 25 cm dan tebal (t) 1 cm, ayakan 100
mesh, mikrometer sekrup ketelitian 0,001 cm, stirrer/pengaduk, bleder,
gelas ukur, pengaduk batang/spatula, loyang, oven, plat besi, aluminium
foil untuk melapisi sampel sebelum di kempa panas, kertas label, alat
tulis, neraca analitik digital ketelitian 0,0001 gr, mistar ketelitian 0,1 cm,
mesin uji universal (Universal Testing Machine (UTM), jangka sorong
digital ketelitian 0,01 cm, mistar ketelitian 0,1 cm

2) Bahan
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan adalah serbuk limbah
kayu jati yang diperoleh dari UD. Mitra Sejati di daerah Sumbawa,
sedangkan serat kulit jagung dari perkebunan jagung Kecamatan
Rhee,Kabupaten Sumbawa Barat. Selain itu bahan tambahan yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH, Asam Sitrat dan aquadest.

b) Persiapan Serat Kulit Jagung dan Serbuk Kayu Jati


1) Pengolahan Serat Kulit Jagung

Limbah kulit jagung diperoleh dari Perkebunan jagung, Kecamatan


Rhee, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi NTB. Memilih serat kulit jagung
yang cukup tua (berwarna kuning kecoklatan). Kulit jagung selanjutnya
dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian kulit jagung direndam
dalam air selama 10 hari hingga mengalami pembusukan. Melakukan
penyisiran kulit jagung untuk meperoleh serat. Setelah mendapatkan serat
kulit jagung, selanjutnya serat dikeringkan untuk menghilangkan kadar air.
Setelah kering, serat kulit jagung diberikan perlakuan awal dengan merendam
serat dengan NaOH (5 %) selama 2 jam untuk menghilangkan kadar lignin
pada serat kulit jagung. Membersihkan serat kulit jagung dari NaOH 5%
dengan air mengalir sampai pH netral. Mengeringkan kembali serat kulit
jagung yang telah direndam dengan NaOH 5% didalam oven pada suhu 40°C.
Setelah kering serat kulit jagung dipotong dengan ukuran ±1 cm kemudian
mengukur ketebalan serat.

2) Pengolahan Serbuk Kayu Jati

Limbah serbuk kayu jati didapatkan dari UD. Mitra Sejati. Kemudian
mencuci serbuk gergaji dengan air, selanjutnya melakukan perendaman
partikel gergaji pada wadah yang berisi air bersih dengan tujuan untuk
memisahkan partikel gergaji dengan pengotor. Untuk memastikan gergaji
kayu jati tersebut terpisah dari pengotor dengan sempurna, yaitu dengan
mengacu pada sifat massa jenis pada partikel. Partikel gergajian kayu jati
memiliki permukaan yang lebih luas dan memiliki massa jenis yang lebih
rendah dibandingkan pengotornya (pasir, tanah dan kerikil), sehingga partikel
jati cenderung akan mengapung di air sementara semua pengotornya akan
mengendap. Kemudian setelah partikel gergajian kayu jati terpisah dari
pengotornya, dilakukan pencucian kembali agar partikel gergaji benar-benar
bersih. Selanjutnya melakukan penjemuran partikel gergajian kayu jati
dibawah sinar matahari selama 2 hari sampai partikel gergajian kayu jati
mencapai kadar air konstan. Setelah kering, partikel gergajian kayu jati
digiling menggunakan blender untuk selanjutnya dilakukan pengayakan guna
mendapatkan ukuran partikel yang diinginkan yaitu 100 mesh.

3.5. Tahap Pelaksanaan

a) Sintesis Bahan Biokomposit Papan Partikel

Sintesis bahan biokomposit papan partikel dilakukan dengan varisai


fraksi volume pada saat proses sintesis. Sintesis bahan biokomposit papan
partikel dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah pertama yakni
menimbang bahan penyusun dengan fraksi volume serat kulit jagung dan
serbuk kayu jati sebesar 0% : 100%, 25% : 75%, 50% : 50%, 75% : 25%,
100% ;0% dari massa total sebesar 500 gram. Pembuatan asam sitrat
sebanyak 20% dari total massa. Campuran serat kulit jagung dan serbuk kayu
jati yang telah ditambah asam sitrat kemudian dimasukkan kedalam cetakan
komposit berukuran 25cm x 25cm x 15cm untuk memperoleh tebal sampel
yang diingikan yaitu 1 cm maka dibutuhkan tebal sampel pada proses
pencetakan yang melebihi tebal sampel setelah dipress. Sebelum dilakukan
pengempaan panas, terlebih dahulu komposit dilapisi dengan aluminium foil
pada bagian atas dan bawah komposit diantara dua plat aluminium untuk
selanjutnya dilakukan proses pengempaan dengan menggunakan alat Hot
Press Machine pada suhu 200°C dengan tekanan sebessar 2,5 Mpa selama 10
menit, kemudian dilakukan pengkondisian papan partikel untuk membuat
papan partikel seimbang dengan kondisi lingkungan sekitar. Adapun waktu
pengkondisian contoh uji sebelum proses pengujian adalah 14 hari sejak
pengempaan sesuai dengan standar SNI 03-2106-2006. Untuk membuat ruang
antara permukaan atas dan permukaan bawah maka pada saat penyusunan
papan orientasi perlu dibantu dengan menggunakan ganjal kayu (stick). Papan
partikel yang telah dicetak dikeluarkan dari cetakan untuk selanjutnya
dilakukan pemotongan sesuai ukuran sampel uji sifat fisik dan mekanik papan
partikel. Pemotongan contoh uji yang dilakukan berdasarkan pada standar
SNI 03-2105-2006. Pola pemotongan contoh uji papan partikel ditunjukkan
pada gambar 3.1.

5
D 10 cm
5
A B

10 cm
20 cm

20 cm
10 cm
5

C
5 10 cm

5 cm 10 cm
5
5 cm
5 5 5 5 5
25

(a) (b)
Gambar 3.1. (a) Pola Pemotongan Sampel Uji dan (b) ukuran sampel uji

Keterangan :
A : sampel uji untuk pengujian MOR (Modulus Of Rapture) (20cm x 5cm)
B : sampel uji untuk pengujian MOE (Modulus Of Elasticity) (20cm x 5cm)
C : sampel uji untuk pengujian kadar air (10cm x 10cm)
D : sampel uji pengujian kerapatan (10cm x 10cm)

Tabel 3.1 Ukuran dan jumlah benda uji papan serat


Ukuran
Pengujian (mekanik dan Variasi Benda
No (cm)
fisik) (serat:serbuk:perekat) uji

1 Modulus Of Rapture (MOR) 0%:100%:20% 5 20 x 5


25%:75%:20%
50%:50%:20%
75%:25%:20%
100%:0%:20%
0%:100%:20%
25%:75%:20%
Modulus Of Elasticity 20 x 5
2 50%:50%:20% 5
(MOE)
75%:25%:20%
100%:0%:20%
0%:100%:20%
25%:75%:20%
10 x 10
2 Kadar air 50%:50%:20% 5
75%:25%:20%
100%:0%:20%
0%:100%:20%
25%:75%:20%
10 x 10
4 Kerapatan 50%:50%:20% 5
75%:25%:20%
100%:0%:20%

Total sampel uji 20

b) Tahap Karakterisasi Bahan Biokomposit Papan Partikel


Karakterisasi bahan biokomposit papan partikel dibagi menjadi dua
yaitu karakterisasi sifat fisik yang meliputi pengembangan tebal dan daya
serap air serta karakterisasi sifat mekanik yang meliputi modulus elastisitas
(MOE) dan modulus patah (MOR). Sifat fisik material adalah kelakuan atau
sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti
kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal yang lebih mengarah pada
struktur material. Prosedur pengujian yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Uji kerapatan
Prosedur pengujian kerapatan yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah:
a. Menyiapkan sampel uji berukuran panjang (p) 10 cm, lebar (l) 10 cm dan
tebal (t) 1 cm.
b. Menimbang papan komposit yang telah dibuat dalam keadaan kering
udara.
c. Mengukur panjang, lebar dan tebal papan komposit
d. Setelah menimbang papan komposit dan mengukur panjang, lebar dan
tebalnya maka, data hasil pengukuran di catat pada tabel pengamatan di
bawah ini:
Tabel 3.2 Uji kerapatan papan komposit
Komposisi (%) Volume (cm³)
Massa
Sampel p l t 𝜌 (gr/cmᶾ)
serat serbuk Perekat (gr)
(cm) (cm) (cm)
A1 0 100 20 … … … … …
A2 25 75 20 … … … … …
A3 50 50 20 … … … … …
A4 75 25 20 … … … … …
A5 100 0 20 … … … … …
e. Setelah memperoleh data-data pengukuran, maka nilai kerapatan dapat
diperoleh dengan menganalisis data-data tersebut menggunakan
persamaan 2.1.

2. Uji kadar air


Prosedur pengujian kadar air yang akan dilakukan pada penelitian ini
adalah:
a. Menyiapkan sampel uji berukuran (p) 10 cm, lebar (l) 10 cm dan tebal (t) 1
cm.
b. Menimbang papan komposit yang telah dibuat dan melalui proses
penyimpanan selama 14 hari yang bertujuan agar papan komposit sudah
dalam keadaan stabil.
c. Setelah menimbang dan diperoleh nilai massa kering, maka papan
komposit tersebut dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada suhu ± 100
˚C sehingga air yang terkandung dalam papan komposit mengalami
penguapan dan mencapai massa konstan.
d. Setelah dikeringkan maka papan komposit ditimbang kembali, untuk
memperoleh nilai massa kering papan setelah di oven, kemudian mencacat
data-data pengukuran pada tabel pengamatan di bawah ini:

Tabel 3.3 Uji kadar air papan komposit


Komposisi (%) ma mk
Sampel
serat Serbuk perekat (gr) (gr)
A1 0 100 20 … …
A2 25 75 20 … …
A3 50 50 20 … …
A4 75 25 20 … …
A5 100 0 20 … …
e. Setelah memperoleh data-data pengukuran, maka nilai kerapatan dapat
diperoleh dengan menganalisis data-data tersebut menggunakan
persamaan 2.2.

3. Uji modulus elastisitas (Modulus of Elasticity (MOE))


Prosedur kerja pengujian ini adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan contoh uji dengan ukuran Menyiapkan sampel uji berukuran
(p) 20 cm, lebar (l) 5 cm dan tebal (t) 1 cm.
b) Mengukur dimensi lebar ( l ) dan tebal ( t ) contoh uji
c) Membentangkan contoh uji pada mesin uji universal (universal testing
machine) dengan jarak sangga 15 cm (L)

b
1/2L L 1/2L

Gambar 3.2. Pengujian MOR dan MOE

d. Memberikan beban di tengah-tengah jarak sangga dan pembebanan


dilakukan sampai batas titik elastis contoh uji dan mengamati kemudian
mencatat hasil pengamatan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Uji Modulus Elastisitas (MOE)


Komposisi (%) ∆𝑃 Lebar Tebal
MOE
Sampel /∆𝑌 (b) (d)
serat serbuk Perekat (kgf/cm²)
(cm) (cm) (cm)
A1 0 100 20 … … … …
A2 25 75 20 … … … …
A3 50 50 20 … … … …
A4 75 25 20 … … … …
A5 100 0 20 … … … …
a) Menghitung hasil modulus elastisitas berdasarkan persamaan 2.3.
4. Uji modulus patah (Modulus of Rupture (MOR))
Prosedur kerja pengujian ini adalah sebagai berikut:
a. Melanjutkan pengujian dari uji modulus elastisitas dengan cara dan contoh
uji yang sama sampai contoh uji patah dan mencatat data hasil pengamatan
pada tabel pengamatan di bawah ini:
Komposisi (%) Berat
l t MOR
Sampel maksimum
serat serbuk Perekat (cm) (cm) (kgf/cm²)
(gr)
A1 0 100 20 … … … …
A2 25 75 20 … … … …
A3 50 50 20 … … … …
A4 75 25 20 … … … …
A5 100 0 20 … … … …

b. Menghitung hasil modulus patah berdasarkan rumus 2.4.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan di lakukan pada penelitian ini adalah
teknik analisis data kuantitatif, dimana penentuan nilai kerapatan menggunakan
persamaan 2.1, penentuan nilai kadar air menggunakan persamaan 2.2,
penentuan nilai penentuan nilai kuat tekan (MOE) menggunakan persamaan
2.3 dan nilai kuat lentur (MOR) menggunakan persamaan 2.4.

Anda mungkin juga menyukai