Anda di halaman 1dari 12

1.

SKEMA/DESIGN IPAL LABORATORIUM LINGKUNGAN

A B C D

E F
G

gambar 1. sketsa Ipal lab tanpa skala


keterangan :
A. Bak Kontrol
B. Bak penampung
C. Bak ekualisasi
D. Karbon Aktif
E. Proses Biofilm aerob, anaerob
F. Bak Klorinasi
G. Bak kontrol biologi

Menurut (Depkes RI,2011) Limbah dari laboratorium banyak mengandung


logam berat yang mana bila air limbah tersebut di alirkan ke dalam proses pengolahan
secara biologis, logam berat tersebut dapat dapat mengganggu proses pengolahanya.
Oleh karena itu untuk pengolahan limbah cair/ air limbah dari laboratorium perlu
dilakukan pengolahan debgan cara dipisahka dan ditampung terlebih dahulu, kemudian
di olah secara fisika dan kimia, selanjutnya air olahanya di alirkan bersama – sama
dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan engolahan secara biologis.

A. Persyaratan Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


Di Indonesia ukuran – ukuran sistem pembuangan ditentukan berdasarkan nilai
unit alat plambing, sebagaimana dinyatakan dalam SNI 03-6841-2000. Sistem
plambing 2000. Ukuran pipa pembuangan ditentukan berdasarkan jumlah
beban unit alat plambing maksimum yang di ijinkan untuk setiap diameter pipa.
B. Bak Kontrol
1. Bak kontrol di pasang di tempat yang mudah dicapai, dan di sekelilingnya perlu
area yang cukup luas untuk orang yang melakukan pembersihan pipa.
2. Untuk pipa ukuran 65 mm, jarak bebas sekeliling bak kontrol sekurang –
kurangnya 30 cm, dan untuk ukuran pipa 75 cm dan lebih besar jarak tersebut
sekurang – kurangnya 45 cm.
3. Bak kontrol harus di pasang pada lokasi sebagai berikut :
a. Awal dari cabang mendatar
b. Pada pipa mendatar yang panjang.
c. Pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut lebih dari
450.
d. Pada beberapa tempat sepanjang pipa pembuangan yang ditanam dalam
tanah.

4. Jarak antara bak kontrol sepanjang pipa pembuangan untuk pipa ukuran sampai
100 mm tidak boleh lebih dari 15m, sedangkan untuk pipa ukuran lebih besar
tidak boleh lebih dari 30 m.

gambar 2. Contoh konstruksi bak kontrol

C. Bak penampung
gambar 3. sketsa bak penampung

gambar 4. Contoh bak penampungan

D. Bak Saringan (screen Chamber)


Screen chamber terdiri dari saluran empat persegi panjang, dasar saluran
biasanya 7-15 cm ebih rendah dari saluran inlet. Struktur inlet biasanya divergen
(melebar). Saringan dapet di kelompokan menjadi dua yakni saringan kasar
(coarse screen) dan saringan halus (fine screen). Saringan kasar di letakan di
awal proses.
a. Bar Screen
Terdiri dari batang baja yang dilas pada kedua ujungnya terhadap dua
batang baja horizontal. Saringan halus jarak antar atang 1,5 – 13 mm,
saringan sedang jarak antar batang 13-25 mm, dan saringan kasar jarak
antar batang 32- 100 mm.

gambar 5. Penyaring

Beberaoa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan bar screen antara lain yakni

- Kecepatan atau kapasitas rencana


- jarak antara bar
- ukuran bar (batang)
- sudut inklasi
- head loss yang di perbolehkan

KRITERIA DESAIN PEMBERSIHAN PEMBERSIHAN


MANUAL MEKANIS
Kecepatan aliran melalui 0,3 – o,6 0,6 – 1,0
screen (m/det)
Ukuran Bar (batang)
- lebar (mm) 4-8 8 – 10
- Tebal (mm) 25 – 50 50 – 75

Jarak antar bar (batang) 25 – 75 75 – 85


(mm)
Slope dengan horizontal 45 – 60 75 – 85
Head loss yang dibolehkan, 150 150
cloged screen (mm)
800 800
maksimum head losss,
clooged screen (mm)

E. Bak ekualisasi

gambar 5. desain bak ekulisasi tampak kecil

Dimensi Bak ekualisasi

Panjang = 2 m

Lebar 1 m

Kedalaman = 1 m

Pompa yang di gunakan untuk mengalirkan limbah dari bak ekualisasi ke unit
selanjutnya adalah pompa submersibe non cloging. Untuk ukuran bak ekualiasasi tergantung
dari volume limbah yang di alirkan. Untuk cara menghitung volume bak ekulaisasi :

Volume Bak Ekualisasi (m3) = Waktu tinggal (jam) x debet air (m3/jam)
gambar 6. Bak ekualisasi

F. Bak Penganduk Cepat – pengaduk lambat sedimentasi

Dimensi pengaduk cepat

- Gradien bak pengaduk cepat =0,2 m


- Waktu dimensi = 30 detik
- Tinggi terjunan = 0,1 m
- Panjang Bak pengandung cepat = 0,2 m
- Lebar bak penhaduk cepat = 0,2 m
- Kedalaman bak pengaduk cepat = 0,1 m

Proses flokasi menggunakan sistem pnegadukan dalam skat berlubang. Bak


pengadukan dalam skeat berlubang. Bak pengadukan lambat didesain dengan gradien
kecepatan menurun dengan tujuan agar flok yang terentuk tidak mudah pecah dan dapat
diendapkan dengan baik dalam bak pengendap

Dimensi pegaduk cepat

- Gradien kecepatan kompartemen 1 = 50/detik


- Gradien kecepatan kompartemen 2 = 40/detik
- Gradien kecepatan kompartemen 3 =25/detik
- Waktu detensi kompartemen 1 =5 menit
- Waktu detensi kompartemen 2 = 5 menit
- Waktu detensi kompartemen 2 =5 menit
- Jumlah lubang kompartemen 1 = 4 buah
- jumlah lubang komaprtemen 1 = 6 buah
- jumlah lubang komparetemen 1 = 9 buah
- Panjang bak pengaduk cepat = 0,9 m
- Lebar bak penganduk cepat =0,3 m
- Kedalaman bak pengaduk cepat = 0,5, m

Dalam desain bak sedimentasi juga perlu mempertimbangkan 4 zona yaitu

a. Dimensi Zona Pengendapan


- panjang 1,6 m
- lebar 0,8 m
- kedalaman 0,7 m
b. Dimensi Zona Inlet
Zona inlet menggunakan outlet dari bak pengaduk lambat dengan dimensi :
- Lebar = 0, 15 m
- Kedalaman = 0,15 m\
c. Dimensi Zona Lumpur
- Jumlah Kompartemen = 2 buah
- Luas Permukaan = 0,8 m2
- Luas dasar = 0,04 m2
- Kedalaman = 0,4 m
d. Dimensi Zona Outlet
- Jumlah Gutter = 1 buah
- Panjang Gutter =1m
- Lebar Gutter = 0,05 m
- Kedalaman = 0,15 m

Gambar 6. Bak pengaduk


G. Filter Karbon Aktif
Desain filter karbon berbentuk kolom adsorbsi. Dimana desain di lakukan melaui
proses scae up dari hasil percobaan laboratorium.

a. Dimensi Zona Outlet


- Diameter Kolom = 3 buah
- Panjang Kolom =3m
- Jumlah Bak = 2 buah
- Jumlah kolo, per bak = 20 buah
- Konfigurasi kolom dalam bak : Jumlah vertikal = 10 Buah
-

Selanjuttnya setelah melaluu proses kimia, limbah dari laboratorium


melaui proses biologi yaitu proses biofilter aerob an aerob.
Proses perencanaan biofilter aerob an aerob
1. Bak Pengendap Awal
a. Waktu tinggal (retention rate) rata – rata = 3-5 jam
b. Beban Permukaan = 20 – 50 m3/m2. (JWAA)
2. Biofilter An aerob
a. Beban BOD per satuan permukaan media= 5 – 30g BOD/m2.
Hari.
b. Beban BOD 0,5 – 4 kg BOD per m3 media.
c. waktu tinggal rata – rata = 6 – 8 jam
d. Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
e. Tinggi Bed media pembiakan mikroba = 0,9 – 1,5 m
f. Tinggi Air diatas bed media = 20 cm
3. Biofilter Aerob
a. Beban BOD per satuan permukaan media = 5 – 30 g
BOD/m2.Hari
b. Beban BOD 0,5 – 4 KG BOD per m3 media.
c. Waktu tingal rata – rata = 6 – 8 jam
d. Tinggi Ruang lumpur = 0,5 m
e. Tinggi Bed Media Pembaiakan mikroba = 1,2 m
f. Tinggi air diatas bed media = 20 cm
4. Bak Pengendap Akhir
a. Waktu tinggal (retention time) rata – rata =2- 5 jam
b. Beban Permukaan (surface loading) rata – rata = 10 m3/m2.
hari.
c. Beban permukaan = 20 – 50 m3/m2.
5. Ratio sirkulasi
rasio sirkulasi 25 – 50 %
6. Media pembiakan mikroba
a. Tipe = sarang tawon (crss flow)
b. material = PVC sheet
c. Ketebalan = 0,15 – 0,23 mm
d. Luas kontak spesifik 150 – 226 m2/m3
e. Diameter lubang 2 cm x 2 cm
f. Berat spesifik 30 – 35 kg/m3
g. Porositas Rongga 0,98.
H. Bak Klorinasi
Contoh Bak Klorinasi

I. Bak Biologis
Contoh Bak biologis
J. Rancangan Lokasi Intalasi Pengolahan Limbah
A. Lokasi IPAL Sebaiknya berada :
1. tidak terlalu jauh dari sumber/ asal limbah
2. tidak mengganggu lingkungan, baik segi pandangan maupun kemungkinan bau
3. tidak jauh dari saluran pembuangan lingkungan
B. Posisi Bangunan IPAL, dapat berada
1. diatas tanah
2. di bawah tanah. (misalnya di bawah halaman parkir, di halaman taman penghijauan)
3. di dalam bangunan (basemen)
C. Kontruksi Bangunan Intalasi Pengolahan Limbah
1. Struktur Bangunan IPAL
- Setiap Bangunan IPAL, strukturnya harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan cukup kuat, kokoh dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban
dana memenuhi persyaratan keselamatan, kelayakan dan umur layananya.
- Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh – pengaruh
aksi sebagai akibat beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang
timbul akibat gempa, angin, pengaruh korosi, jamur dan sebagainya.
- Dalam perencanaan struktur banguanan IPAL harus diperhitungkan fapat
memikul pengaruh gempa rencana sesuai dengan zona gempanya.
- Apabila bangunan IPAL terletak pada lokasi tanah yang terjadi likuifikasi
(pergeseran) maka struktur bawah bangunan IPAL harus direncanakan mampu
menahan gaya likuifikasi (pergeseran) tanah tersebut.
- Untuk menentukan tingkat keandalan struktur IPAL, harus dilakukan
pemeriksaan keandalan bangunan IPAL secara berkala sesuai ketemtuan
dalam Pedoman/petunjuk teknis tata cara pemeriksaan IPAL.
-
- Perbaikan arau perkuatan struktur bangunan IPAL haus segera dilakukan
sesuai rekomendasi hasil pemeriksaan keandalan banguna IPAL, sehingga
bangunan IPAL selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
- Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur banguan IPAL, seperti
halnya penambahan struktur dan atau penggantian struktur, harus
mempertimbangkan persyaratan keselamatan struktur sesuai dengan pedoman
dan standart teknis yang berlaku.
- Pemeriksaan keandalan bangunan IPAL dilaksanakan secara berkala.
- Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkan,
pemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai
pedoman/ petunjuk teknis yang berlaku.
D. Persyaratan Bahan
a. Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua peryaratann
keamnanan, termasuk keselamatan terhadap teknis terhadap lingkungan dan
pengguna bangunan IPAL, serta sesuai standart teknis (SNI) yang terkait.
b. Bahan yang dibuat di campurkan di lapanagan, harus di proses sesuai standart tata
cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud.
c. Dalam hal masih ada peryaratan lainya yang belum tetampung, atau yang belum
memounyai SNI, di gunakan standart baku dan atau pedoman teknis.
E. Sistem Ventilasi
1. Sistem Penghawaan Alami
Apabila IPAL terletak di atas tanah scaa terbuka, penghawaan harus tidak
mengganggu terhadap lingkunganya.
2. Sistem Penghawaan Mekanis
a. Apabila IPAL terletak di dalam bangunan (besmen), sistem penghawaan
ruanagn IPAL perlu mendapat perhatian.
b. Kebutuhan oksigen pada proses IPAL harus ditambahkan ke dalam kebutuhan
pertukaran udara dalam ruangan.
c. Kebutuhan sistem penghawaan bila IPAL terletak di dalam bangunan,
penghawaan harus di lakukan dengan sistem penghawaan mekanis.
d. Besarnya pertukaran udara mengikuti SNI 03-6572-2001 tata cara perencanaan
sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi
terbaru.
F. Sistem Pencaayaan
Apabila IPAL terletak di dalam bangunan (besmen), sistem pencahayaan
darurat (normal + siaga) hars di pasang sesuai ketentuan yang berlaku.
G. Sistem Kelistrikan
Sistem kelistrikan pada IPAL mengikuti SNI 04-0225-2000, Persyaratan umum
instalasi limbah.

Anda mungkin juga menyukai