Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332671521

Papan Sisal dengan perekat ramah lingkungan

Conference Paper · December 2010

CITATIONS READS

0 289

1 author:

Firda Aulya Syamani


Indonesian Institute of Sciences
49 PUBLICATIONS   28 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Firda Aulya Syamani on 26 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PAPAN SERAT SISAL DENGAN PEREKAT RAMAH
LINGKUNGAN
Firda Aulya Syamani, Sasa Sofyan Munawar
UPT. Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial LIPI
Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong, Bogor 16911

Abstrak

Papan komposit atau papan partikel yang beredar di pasaran masih


menggunakan perekat konvensional, urea formaldehida. Walaupun emisi formaldehida
dapat berakibat buruk bagi kesehatan, urea formaldehida (UF) tetap digunakan dengan
alasan harga UF yang murah dan menghasilkan papan dengan sifat yang telah
memenuhi standar JIS A 5908-2003. Penggunaan alternatif bahan lignoselulosa selain
kayu mengarah pada pemanfaatan berbagai serat alam non kayu, di antaranya serat
sisal. Asam sitrat mempunyai gugus karboksilat yang dapat bereaksi dengan gugus
hidroksil pada hemiselulosa serat sisal membentuk ester. Untuk itu penelitian
mengenai perekat ramah lingkungan untuk papan komposit sisal dilakukan dengan
memanfaatkan asam sitrat sebagai perekat. Serat sisal dengan panjang 1-2cm
dicampur asam sitrat (kadar padatan 70%) dengan kadar perekat 10%, 15% dan 20%,
kemudian dikempa panas pada suhu 160 ºC, 180 ºC dan 200 ºC selama 15 menit pada
tekanan 2 N/mm2. Setelah pengkondisian pada suhu ruang selama 14 hari, papan
dipotong untuk kemudian diuji berdasarkan standar JIS A 5908-2003.
Kata kunci : papan sisal, asam sitrat, hemiselulosa.

PENDAHULUAN

Alternatif bahan lignoselulosa non kayu untuk pembuatan papan diantaranya


serat daun sisal (Agave sisalana). Serat sisal mempunyai kerapatan sekitar 0.76 g/cm3,
diameter sekitar 130 µm dan kekuatan tariknya sekitar 350 MPa (Munawar, S. et al.
2007). Penelitian papan dari serat sisal telah dilakukan. Papan sisal dengan perekat
UF, PF dan MUF memiliki sifat mekanis yang telah memenuhi persyaratan JIS A 5908-
2003 untuk papan partikel, namun tidak demikian dengan sifat fisis papan, terutama
sifat pengembangan tebal papan (Syamani et al. 2008a). Serat sisal yang diuapkan
dalam otoklaf, dan perekat melamin formaldehida menghasilkan papan dengan sifat
mekanis yang baik, karena wax dan pektin pada permukaan serat yang dapat
menghalangi perekatan, telah terlarut (Syamani et al. 2008b). Serat sisal yang diolah
dengan ring flaker dan perekat isosianat menghasilkan papan dengan sifat fisis
mekanis yang memenuhi standar JIS A5908-2003 (Syamani et al. 2009). Berbagai
penelitian tersebut di atas menggunakan perekat yang umum digunakan dalam
industri. Kelemahan dari penggunaan perekat tersebut adalah emisi formaldehida
dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan gangguan kesehatan pada selaput
lendir mata, saluran pernafasan, dan menurunkan daya penciuman (Vick 1999).
Kajian perekat yang dapat menghasilkan papan dengan performa yang
memenuhi standar dan tidak membahayakan bagi kesehatan manusia banyak
dilakukan. Pada penelitian ini, asam sitrat digunakan sebagai perekat dalam
pembuatan papan. Asam sitrat (2-hydroxy-1,2,3- propanetricarboxylic acid) adalah
asam karboksilat organik yang mempunyai tiga gugus karboksil. Asam ini terkandung
dalam buah jeruk seperti lemon dan limau. Asam sitrat secara komersial diproduksi
dengan cara fermentasi dari glukosa atau sukrosanya, dan relatif tidak mahal. Asam
sitrat banyak digunakan dalam makanan olahan, minuman ringan dan obat-obatan
juga dalam aplikasi industri. Asam sitrat telah diteliti sebagai agen pengikat (cross-
linking agent) untuk kayu (Vukusic, SB. et al. 2006), serat alam (Ghosh, P. et al. 1995),

37
kertas (Yang, CQ. et al. 1996) dan pati (Reddy, N. et al. 2010). Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa asam sitrat dapat meningkatkan sifat mekanis kertas dan produk
tekstil tanpa menggunakan formaldehida (Morrell, T. et al. 1991; Yang et al. 1998).
Dalam penelitian ini, papan sisal dibuat pada berbagai suhu pengempaan dan
hanya menggunakan asam sitrat pada berbagai kadar sebagai perekat. Sifat fisis dan
mekanis papan sisal dianalisa untuk mengetahui pengaruh parameter di atas.

BAHAN DAN METODE


Asam sitrat berbentuk padatan diproduksi oleh PT Budi Acid Jaya, Lampung
dan didistribusikan oleh PT Bratachem, Jakarta. Larutan asam sitrat kadar padatan
70% dibuat dengan cara melarutkan padatan asam sitrat dalam akuades. Sebanyak
700 gram padatan asam sitrat dilarutkan dengan 1000 ml akuades dalam breaker
berisi magnetic stirrer dan diletakkan di atas stirring plate.
Serat sisal diperoleh dari Blitar, Jawa Timur, diproses dari daun tanaman Agave
sisalana menggunakan mesin dekortikator. Serat sisal dipotong menggunakan
pemotong kertas dengan panjang 1-2cm. Kemudian serat dikeringkan dalam oven
dengan suhu 60ºC sampai mencapai kadar air serat sekitar 7%. Setelah pengeringan,
serat siap digunakan dalam pembuatan papan berukuran 25 cm x 25 cm dengan
ketebalan 0,8 cm. Target kerapatan papan adalah 0.6 g/cm3. Perekat yang digunakan
sebanyak 10%, 15% dan 20% berdasarkan berat kering serat. Serat dimasukkan
dalam drum mixer dan dicampur dengan perekat menggunakan spray gun, kemudian
dibentuk dalam cetakan (forming box). Serat dikempa panas pada tekanan 2 MPa,
selama 15 menit dengan suhu pengempaan 160°C, 180°C dan 200°C.
Papan yang dihasilkan, dikondisikan pada suhu ruang, kemudian diuji sifat fisis
dan sifat mekanisnya menurut Japanese Industrial Standard untuk pengujian papan
partikel (JIS A 5908-2003). Sifat yang diuji antara lain kadar air, pengembangan tebal,
daya serap air, modulus elastisitas (MOE), modulus patah (MOR), keteguhan rekat
internal (IB) dan kuat pegang sekrup (SW). Setiap pengujian dilakukan sebanyak 4 kali
ulangan.
Pengujian sifat mekanis menggunakan alat uji Universal Testing Machine merk
Shimadzu. Hasil pengujian sifat mekanis dari setiap sampel dikonversikan berdasarkan
perbandingan antara kerapatan sampel dengan kerapatan yang ditargetkan. Untuk itu
dilakukan pengukuran dimensi dan berat setiap sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air papan


Kadar air papan berkisar 9,64% sampai 11,73% telah memenuhi standar JIS
yang menetapkan kisaran kadar air papan partikel sebesar 5%-13%. Uji Anova
menunjukkan bahwa perbedaan suhu pengempaan berpengaruh pada kadar air papan
namun perbedaan kadar perekat tidak berpengaruh pada kadar air papan. Dengan uji
lanjut perbandingan Tukey, diketahui bahwa suhu pengempaan 160ºC menghasilkan
papan dengan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pengempaan
180ºC dan 200ºC.

Kerapatan papan
Target kerapatan papan sisal yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebesar
0,6 g/cm3. Berdasarkan hasil pengujian, nilai kerapatan papan berkisar antara 0,33
g/cm3 sampai 0,69 g/cm3 dengan rata-rata sebesar 0,49 g/cm3. Uji Anova menunjukkan
bahwa perbedaan suhu pengempaan berpengaruh pada kerapatan papan namun
perbedaan kadar perekat tidak berpengaruh pada kerapatan papan. Dengan uji lanjut
perbandingan Tukey, diketahui bahwa suhu pengempaan 200 ºC menghasilkan papan

38
dengan kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pengempaan 160 ºC
dan 180 ºC.
Distribusi kerapatan pada bidang tebal panel komposit seperti papan serat dan
OSB, secara khas ditunjukkan oleh kerapatan permukaan papan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian tengah papan. Gradien kerapatan dipengaruhi oleh
kombinasi antara tekanan pengempaan, kandungan air, suhu pengempaan,
pematangan perekat dan factor lain selama proses pengempaan yang berpengaruh
pda sifat fisis dan mekanis panel komposit (Wang and Winistorfer 2000; Strickler 1959;
Kamke dan Casey 1988). Dikarenakan adanya perbedaan sifat dari bahan dan kondisi
pengempaan pada produksi maka panel komposit menunjukkan profil kerapatan yang
berbeda. Candar (2007) mempelajari pengaruh parameter proses pada profil
kerapatan MDF dan melaporkan bahwa tekanan pengempaan mempengaruhi profil
kerapatan secara vertikal.

Modulus Patah (MOR) dan Modulus elastisitas (MOE)


Nilai keteguhan patah papan sisal ditampilkan pada Gambar 1. Nilai MOR
papan sisal dengan perekat asam sitrat berkisar 0,90 MPa sampai 2,43 MPa, belum
memenuhi standar JIS yang menetapkan nilai MOR minimal 8 MPa untuk based
particleboard type 8. Uji Anova menunjukkan bahwa perbedaan suhu pengempaan
berpengaruh pada nilai MOR papan namun perbedaan kadar perekat tidak
berpengaruh pada MOR papan. Dengan uji lanjut perbandingan Tukey, diketahui
bahwa suhu pengempaan 200 ºC menghasilkan papan dengan MOR yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu pengempaan 160ºC dan 180ºC.

3,0

2,5
MOR (N/mm2)

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0
10% 15% 20%
Kadar Asam Sitrat

Suhu Kempa 160ºC Suhu Kempa 180ºC Suhu Kempa 200ºC

Gambar 1. Histogram nilai MOR papan sisal dengan perekat asam sitrat

Nilai keteguhan lentur papan sisal ditampilkan pada Gambar 2. Nilai MOE
papan sisal dengan perekat asam sitrat berkisar 64,91 MPa sampai 308,96 MPa,
belum memenuhi standar JIS yang menetapkan nilai MOE minimal 2000 MPa untuk
based particleboard type 8. Uji Anova menunjukkan bahwa perbedaan suhu
pengempaan berpengaruh pada nilai MOE papan namun perbedaan kadar perekat
tidak berpengaruh pada MOE papan. Dengan uji lanjut perbandingan Tukey, diketahui
bahwa suhu pengempaan 200 ºC menghasilkan papan dengan MOE yang lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu pengempaan 160 ºC dan 180 ºC.
Rasio pemadatan (compaction ratio) menjadi parameter penting dalam
menginterpretasi nilai mekanis papan sisal ini. Rasio pemadatan adalah perbandingan
antara kerapatan papan dengan kerapatan materialnya. Rasio pemadatan papan sisal
dalam penelitian ini sebesar 0.79. Rendahnya nilai mekanis papan sisal (dibandingkan
dengan standar) berhubungan erat dengan belum optimumnya rasio pemadatan.
Upaya meningkatkan rasio pemadatan adalah dengan meningkatkan kerapatan target

39
dari papan. Dengan kerapatan serat sisal sebesar 0.76 g/cm3, maka kerapatan
minimum papan untuk mencapai nilai mekanis tinggi diperkirakan mulai 0.8 g/cm3.
Rasio pemadatan yang tinggi akan berpengaruh terhadap tingginya kontak antar serat
sehingga ikatan antar serat dan perekat menjadi tinggi (Li et al. 2004).

350
300
250
MOE (N/mm2)

200

150
100
50
0
10% 15% 20%
Kadar Asam Sitrat

Suhu Kempa 160ºC Suhu Kempa 180ºC Suhu Kempa 200ºC

Gambar 2. Histogram nilai MOE papan sisal dengan perekat asam sitrat

Keteguhan rekat internal (Internal Bond/IB)


Nilai keteguhan rekat internal papan sisal dengan perekat asam sitrat berkisar
0,04 MPa sampai 0,08 MPa (Gambar 3), belum memenuhi standar JIS yang
menetapkan nilai MOE minimal 0,15 MPa untuk based particleboard type 8. Uji Anova
menunjukkan bahwa perbedaan suhu pengempaan tidak berpengaruh pada nilai
keteguhan rekat internal papan namun perbedaan kadar perekat berpengaruh pada
keteguhan rekat internal papan. Dengan uji lanjut perbandingan Tukey, diketahui
bahwa asam sitrat dengan kadar 10% menghasilkan papan dengan IB yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar 15% dan 20%.

0,10
Kuat Rekat Internal (N/mm2)

0,05

0,00
10% 15% 20%
Kadar Asam Sitrat

Suhu Kempa 160ºC Suhu Kempa 180ºC Suhu Kempa 200ºC

Gambar 3. Histogram nilai IB papan sisal dengan perekat asam sitrat

Perbedaan kadar asam sitrat dalam papan sisal tidak menunjukkan perbedaan
signifikan untuk kekuatan internalnya. Faktor penting yang membedakan kekuatan
internal papan sisal dalam penelitian ini adalah dari perbedaan suhu kempa. Dari
Gambar 3 terlihat bahwa papan sisal yang dikempa pada suhu 160 ºC menghasilkan
nilai kekuatan internal yang lebih besar dibanding papan sisal yang dikempa pada
suhu lainnya. Hal ini disebabkan oleh karakteristik asam sitrat yang mulai mengalami

40
pelelehan mulai suhu 157 ºC dan berubah menjadi bentuk gas pada suhu 175 ºC
(Munawar, SS. et al. 2009). Pada fase tersebut gugus karboksil asam sitrat akan mulai
mengikat gugus hidroksil serat sisal melalui proses esterifikasi (Umemura, K. et al.
2010). Proses esterifikasi pada fase ini yang menyebabkan ikatan antar asam sitrat
dan serat menjadi lebih kuat dibanding pada suhu lainnya.
Adapun rendahnya nilai kekuatan internal papan sisal dengan perekat asam
sitrat dikarenakan ikatan antara serat dengan asam sitrat tidak optimal. Optimasi ikatan
antara gugus karboksil asam sitrat dan hidroksil serat terjadi pada komponen
hemiselulosa serat (Umemura, K. et al. 2010). Seperti halnya jenis serat alam lainnya,
serat sisal mengandung sedikit hemiselulosa, berkisar 10-24% (Mishra, S. et al. 2004).
Berbeda dengan serbuk kulit akasia mangium yang memiliki kadar hemiselulosa tinggi,
nilai kekuatan produk kompositnya menjadi tinggi sebagai akibat optimalnya ikatan
ester antar gugus karboksil asam sitrat dengan gugus hidroksil serbuk kulit kayu akasia
(Umemura, K. et al. 2010).
Upaya untuk meningkatkan kekuatan internal papan yang berasal dari material
dengan kandungan selulosa tinggi menggunakan asam sitrat sebagai perekat telah
dilakukan Sugihara, T. et al. (2010). Hasil penelitianya menunjukkan bahwa dengan
penambahan sukrosa ke dalam asam sitrat mulai 25%-50% telah meningkatkan
kekuatan internal papan partikel kayu sebesar 150%-300%.

KESIMPULAN

Asam sitrat telah digunakan untuk membuat papan serat sisal sebagai perekat.
Nilai terbesar modulus patah dan modulus elastisitas papan sisal paling tinggi berturut-
turut sebesar 2.43 MPa dan 308.96 MPa, dan masih sangat rendah dibanding standar
JIS A 5908-2003. Sedangkan kekuatan terbesar keteguhan rekat internal papannya
sebesar 0.08 MPa. Rendahnya kualitas papan sisal menggunakan perekat asam sitrat,
dikarenakan rendahnya ikatan antara gugus karboksil asam sitrat dengan gugus
hidroksil serat sisal sebagai akibat rendahnya kandungan hemiselulosa pada serat
sisal. Untuk meningkatkan kekuatan papan akan dilakukan dengan menambah
sukrosa ke dalam larutan asam sitrat sebelum dipergunakan. Oleh karena itu, teknik
ini dimungkinkan dapat diterapkan dalam pembuatan produk komposit dengan bahan
lignoselulosa lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Candan, Z. 2007. Effects of production parameters on vertical density profile (VDP)


and technological properties of medium density fiberboard (MDF), M.S. thesis,
Istanbul University, Istanbul, Turkey.
C. Q. Yang, Y. Xu. D. Wang. 1996. FT-IR spectroscopy study of the polycarboxylic
acids used for paper wet strength improvement, Ind. Eng. Chem. Res. 35 : 4037-
4042.
Kamke, F.A.; Casey, L.J. 1988. Fundamentals of flakeboard manufacture: Internal –
mat conditions, Forest Products Journal, 38(6): 38 – 44.
Li X, Shufe TF, Hse CY. 2004. Physical and mechanical properties of medium density
fiberboards from bamboo and tallow wood fibers. J Bamboo and rattan. 3(4):383-
392.
Mishra S, Amar KM, Lawrence TD, Manjusri M, George H. 2004. A review of
pineapple leaf fibers, sisal fibers and their biocomposites. Macromol Mater Eng
289:955–974.

41
Munawar, Sasa S., Kenji Umemura and Shuichi Kawai. 2007. Characterization of the
morphological, physical and mechanical properties of seven non-wood plant fiber
bundles, Journal of wood science 53:108-113.
Munawar, Sasa S., Kenji Umemura, and Shuichi Kawai. 2009. Development of
molded products made from bio-based renewable resources. The 27th Annual
Conference of Wood Technological Association in Japan. Kumamoto-Japan,
October 8-10, 2009.
N.Reddy, Y. Yang. 2010. Citric acid cross-linking of starch films, Food Chemi. 118 :
702-711.
P. Ghosh, D. Das, A.K. Samanta. 1995. Modification of jute with citric acid, J Polym
Mater, 12 : 297-305.
S. B. Vukusic, D. Katovic, C. Schramm, J. Trajkovic, and B. Sefc. 2006. Polycarboxylic
acids as non-formaldehyde anti-swelling agents for wood, Holzforschung. 60 :
439-444.
Strickler, M.D. 1959. Effect of press cycle and moisture content on properties of
Douglas fir flakeboard, Forest Products Journal, 9 (7): 203 – 215.
Sugihara, T, Kenji Umemura, Shuichi Kawai. 2010. Development of particleboard
using citric acid as adhesives and sucrose. The 60th Annual Meeting of Japan
Wood Research Society. Miyazaki-Japan, March 17-19, 2010.
Syamani, FA; MY Massijaya, B Subiyanto. 2008a. Sifat Fisis Mekanis Papan Komposit
Sisal (Agave sisalana Perr.). Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XI,
Palangkaraya, 8 Agustus 2008.
Syamani, FA; KW Prasetiyo, I Budiman, Subyakto dan B Subiyanto. 2008b. Sifat Fisis
Mekanis Papan Partikel dari Serat Sisal atau Serat Abaka setelah Perlakuan Uap.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol.6 No.2 Juli 2008, halaman 56-62.
Syamani, FA; Subyakto, B Subiyanto, MY Massijaya. 2009. Pengaruh Dimensi Serat
Sisal setelah Diproses dengan Ring Flaker terhadap Sifat Papan Komposit Sisal.
Dipresentasikan pada Seminar Nasional MAPEKI XII, Bandung, 23 Juli 2009.
Trask-Morrel, BJ; BA Kottes-Andrews and EE Graves. 1991. Catalyst Effects Found in
Thermal and Mass Spectrometric Analyses of Polycarboxylic Acids Used as
Durable Press Reactants for Cotton. Journal of Applied Polymer Science 43:1717-
1726.
Umemura, K, Tomohide U., Sasa Sofyan Munawar, Shuichi Kawai. 2010. New Wood-
based Molding by using Citric Acid as an Adhesive. J. of Adhesion (Submitted).
Vick CB 1999. Adhesive Bonding of Wood Material. In: Wood Handbook. Wood as
an Engineering Material. Forest Product Technology. USDA Forest Service.
Wang, S.; Winistorfer, P.M. 2000. Fundamentals of vertical density profile formation in
wood composites, Part 2, Methodology of vertical density formation under dynamic
condition, Wood and Fiber Science, 32(3): 220 – 238.
Yang, CQ and Y Xu. 1998. Paper Wet Performance and Ester Crosslinking of Wood
Pulp Cellulose by Poly(carboxylic acid)s. Journal of Applied Polymer Science
67:649-658.

42
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai