Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian roda ( wheel )

Roda dapat dibagi menjadi velg dan ban. Velg dan ban ini pada

manusia dapat diumpamakan sebagai kaki dan sepatu. Roda meluncur

disepanjang jalan sambil memikul berat kendaraan. Ban berfungsi meredam

kejutan-kejutan yang ditimbulkan oleh keadaan permukaan jalan dan

mencegah kejutan ini berpindah ke body. Pada sepeda motor roda berfungsi

untuk menopang berat motor dan pengendara, menyalurkan daya dorong,

pengereman, daya stir pada jalan. Disaat yang sama roda juga menyerap

tekanan/kejutan dari permukaan jalan Pada sepeda motor roda berfungsi

untuk menopang berat motor dan pengendara pada area yang kecil dimana

permukaan ban menyentuh permukaan jalan, menyalurkan daya dorong,

pengereman, daya stir pada jalan. Untuk itu roda harus bersifat kuat,

kaku/rigit dan ringan.

B. Bagian-bagian velg

Ada tiga bagian dari velg pada sepeda motor yaitu :

1. Bagian hub roda


Pada hub roda terpasang beberapa komponen lain diantaranya bantalan

peluru (bearing), sepatu rem, tromol dan komponen bantu lainnya.

2. Bagian pelek roda (wheel rim)

5
Keliling permukaan lingkaran pelek bagian dalam yang merupakan

tempat duduknya ban luar.


3. Spoke
Spoke berfungsi sebagai penghubung antara Hub dengan wheel rim.

Gambar II-1. velg sepeda motor

C. Klasifikasi velg

Velg diklasifikasikan menjadi tiga macam tipe, masing-masing tipe

ditunjukan dalam Tabel II-1.

Tabel II-1.
Klasifikasi, symbol, dan tipe velg

WM Gambar II-2. Cylindrical bead saet


Gambar II-3.
Deep center rim DC MT Gambar II-7.
5 taper bead seat
LF Gambar II-9.

Ref : SNI 09-2770-1992

1. Bentuk dan ukuran


a. Velg tipe WM

Bentuk velg tipe WM dapat dilihat pada Gambar II-2, ukurannya dirinci

dalam Tabel II-2 dan Tabel II-3.

6
Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-2. Velg tipe WM


Ukurannya untuk velg dengan tipe WM dapat dilhat dalam Tabel II-2 dan

Tabel II-3 dibawah ini :

Tabel II-2.
Ukuran velg tipe WM
B

Min.

Min.

Min.
A G H P J R1 R2 R3 R4 R5
Toleransi

Toleransi

Toleransi
Dimensi

Toleransi

Dimensi

Dimensi

Dimensi

Leba
Min.

r velg
(inc)

1,10 28, 5,0 7,0 2, 5,5


0 7,0 3,0 0 1,5 7,0
1,20 30, 5,5 9,0 3, 6,0 1,5 5,0

5 5
1,40 36, 6,5 10, 3,5 6,5 10,0
+1, +1, +2, 4,
0 0 11,5
1,50 38, 0 10, 0, 8,0 0 4,0 0 0 7,0 5,5
0 -0,5 7,5 5 5 -0,5 0
2,0
1,60 40, 12, 4,5 4, 8,0 13,0
2,0
5 0 5
1,85 47, 5,0 6,0 15,0
0 8,5
2,15 55, 14, 9,0 3, 12, 18,5
0 7,5 5 5
0 7,0
2,50 63, 9,5
5 3,0 19,0
2,75 70, 10, 12, 11,0 3,0
0 5 0

Ref : SNI 09-2770-1992

7
Tabel II-3.
Ukuran diameter (D) dan keliling velg tipe WM

Satuan : mm
Diameter velg Keliling velg
Nominal (inch) D
Dimensi Toleransi
14 357,1 1121,9
15 382,5 1201,7
16 405,6 1274,2
17 433,3 1361,2
18 458,7 1441,0
19 484,1 1520,8
20 509,5 1600,6 +2,0
21 534,9 1680,4 -0,5
22 558,8 1755,5
23 584,2 1835,3

Ref : SNI 09-2770-1992

b. Velg tipe MT

Bentuk velg tipe MT dapat dilihat pada Gambar II-3, ukurannya dirinci

dalam Tabel II-4 dan II-5.

Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-3 Velg tipe MT

ukurannya untuk velg dengan tipe MT dapat dilhat dalam Tabel II-4 dan

Tabel II-5 dibawah ini :

8
Tabel II-4.
Ukuran velg tipe MT
Satuan : mm

Ref : SNI 09-2770-1992

Catatan :

1. Untuk lebar velg nominal MT 1,85 dan MT 2,15 dapat menggunakan

bentuk bead seat sesuai gambar II-4 dengan ukuran menurut Tabel

II-6.
2. Bentuk bagian dalam (well part) dapat digunakan sesuai pada gambar

II-5 dengan ukuran menurut table II-7 .


3. Bentuk bagian dalam (well part) untuk lebar velg nominal tidak

kurang dari MT 2,50 dapat digunakan bentuk satu R seperti ditunjukan

pada gambar II-6. Dimensi R dapat ditentukan sesuai dengan

persetujuan antara pemesan dan pembuat.

Tabel II-5.
Ukuran diameter (D) dan keliling velg tipe MT
Satuan : mm
Diameter Diameter Keliling sisi luar ( D ) Keliling sisi luar ( D11 )

9
velg velg Dimensi Toleransi Dimensi Toleransi
nominal (D)
14 M/C 357,6 1123,4 +1,5 1121,3
15 M/C 383,0 1203,2 1201,1
- 0,5
16 406,0 1275,5 1,0 1273,4
17 433,8 1262,8 1360,7
18 459,2 1442,6 1440,5
19 484,6 1522,4 1520,3 +2,0
20 510,0 1602,2 +1,5 1600,1
21 535,4 1682,0 1679,9 -1,0
-0,5
23 584,7 1836,9 1834,8

Ref : SNI 09-2770-1992

Untuk lebar velg nominal MT 1,85 dan MT 2,15

Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-4. Bentuk bead seat

Tabel II-6.
Ukuran bentuk bead seat
Satuan : mm
Lebar velg nominal P R4 min.
Dimensi Toleransi
MT 1,85 8,0 + 2,0
MT 2,15 11,0 0 6,5

Ref : SNI 09-2770-1992

Untuk lebar velg nominal MT 1,85 dan MT 2,15

10
Gambar II-5. Bentuk bagian dalam (well part) velg tipe MT
Tabel II-7.
Ukuran bagian dalam (well part) velg tipe MT
Satuan : mm
Lebar velg R5 R9

Nominal Min. Min.


MT 1,85 20,0
MT 2,15
MT 2,50 30,0
MT 2,75
MT 3,00 40,0
MT 3,50
MT 4,00
MT 4,50
3,0
MT 5,00
MT 5,50
MT 6,00
Ref : SNI 09-2770-1992

Untuk lebar velg nominal tidak kurang dari MT 2,50

Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-6. Dimensi R Bentuk bagian dalam (well part)

Bentuk velg sekuter tipe MT ( Diameter velg nominal 10 dan 12 ) dapat

dilihat pada Gambar II-7, ukurannya dirinci dalam Tabel II-8 dan II-9.

11
Lubang katub udara
Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-7. Bentuk velg sekuter tipe MT

Tabel II-8.
Ukuran pelek sekuter tipe MT
Satuan : mm

Ref : SNI 09-2770-1992

Catatan :

Lebar velg nominal MT 1,85 dan MT 2,15 dapat digunakan bentuk

bead seat sesuai pada Gambar II-8 dengan ukuran menurut Tabel II-10

Tabel II-9.
Ukuran diameter (D) dan keliling sisi luar velg sekuter tipe MT
Satuan : mm

12
Diameter Diamete Keliling sisi luar D Keliling sisi luar Dh
pelek r pelek Dimensi Toleransi Dimensi Toleransi
nominal D (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
10 253,2 795,4 +1,5 793,3 +0,2
12 304,0 955,0 - 0,5 952,9 -1,0
Ref : SNI 09-2770-1992

bentuk bead seat velg sekuter tipe MT ( lebar velg nominal MT 1,85

dan MT 2,15 ) .

Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-8. bentuk bead seat velg sekuter tipe MT

Ukuran bead seat velg sekuter tipe MT ( lebar velg nominal MT 1,85

dan MT 2,15 ).

Tabel II-10.
Ukuran bead seat pelek sekuter tipe MT
Satuan : mm

Lebar velg P R4
nominal Dimensi Toleransi Min.
MT 1,85 8,0 + 2,0 6,5
MT 2,15 11,0 0
Ref : SNI 09-2770-1992

c. Velg tipe LF
Bentuk velg tipe LF ditunjukkan pada Gambar II-9, ukurannya dirinci

dalam Tabel II-11 dan II- 12.

13
Lubang katub udara Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-9. Bentuk velg tipe LF Drop Center Rim

Tabel II-11.
Ukuran velg tipe LF
Satuan : mm

Ref : SNI 09-2770-1992

Catatan :

1. Untuk lebar velg nominal 1,85, dapat digunakan bentuk dan ukuran

hump sesuai pada Gambar II-10.


2. Untuk lebar velg nominal 2,15, dapat menggunakan bentuk dan

ukuran hump sesuai pada Gambar II-11.


3. Untuk lebar velg nominal 1,20 dan 1,50, dan diameter velg nominal

10, dimensi H dapat diperkecil menjadi 8,0.


Tabel II-12.
Ukuran diameter (D) dan keliling sisi luar velg tipe LF

Satuan : mm

Diameter velg D Keliling sisi luar (D) Keliling sisi luar (DH)
nominal (inc) Dimensi Toleransi Dimensi Toleransi

14
8 202,4 635,8 633,7
+1,5 +2,0
10 252,2 795,4 793,3
-0,5 -1,0
12 304,0 955,0 952,9
Ref : SNI 09-2770-1992

Untuk lebar velg nominal 1,85 velg tipe LF

Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-10. Bentuk dan ukuran hump

Untuk lebar velg nominal 2,15 velg tipe LF

Ref : SNI 09-2770-1992

Gambar II-11. Bentuk dan ukuran hump

D. Aluminium
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.

15
Gambar II-12. Aluminium, dipotong setelah dicetak dari tanur tanpa perlakuan fisik

http://www.scribd.com/doc/25300537/Makalah-Aluminium

Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi,

dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat

di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8 ,23% dari seluruh massa

padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton

pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain. Sulit menemukan

aluminium murni di alam karena aluminium merupakan logam reaktif.

(http://www.scribd.com/doc/25300537/Makalah - Aluminium, 2010)

Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi

adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap

komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam

dari korosi.

Selama 50 tahun terakhir, aluminium telah menjadi logam yang luas

penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini didasarkan pada sifat-sifatnya

yang ringan, tahan korosi, kekuatan dan ductility yang cukup baik

(aluminium paduan), mudah diproduksi dan cukup ekonomis (aluminium

daur ulang). Yang paling terkenal adalah penggunaan aluminium sebagai

16
bahan pembuat pesawat terbang, yang memanfaatkan sifat ringan dan

kuatnya.

Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan

dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga

abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium

murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil

berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja,

mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan

diekstrusi.

Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu

terbentuknya lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan

udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi

lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi

akibat reaksi galvanik dengan paduan tembaga. Aluminium juga merupakan

konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya,

aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini

merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup

berat.

Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun

selain aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran

tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor

yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam

aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk

akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna,

17
material cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor

lainnya akibat kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses

daur ulang aluminium). Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran

adalah aluminium murni 99%, misalnya aluminium foil.

Pada aluminium paduan, kandungan unsur yang berada di dalamnya

dapat bervariasi tergantung jenis paduannya. Pada paduan 7075, yang

merupakan bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki kandungan

sebesar 5,5% Zn, 2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang

umum digunakan dalam penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si,

0,8% Mn, dan 1,5% Mg. Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai

bahan pembuat badan kapal pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn,

0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn, dan 0,1% Cu.

1. Klasifikasi paduan aluminium antara lain :


a. Paduan aluminium silisium
Paduan aluminium dan silisium mempunyai kecairan yang sangat baik,

mempunyai permukaan yang bagus, tanpa kegetasan panas, dan sangat

baik untuk paduan coran. Selain itu paduan ini juga mempunyai ketahanan

korosi yang baik, sangat ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan

sebagai penghantar yang baik untuk listrik dan panas. Karena mempunyai

kelebihan yang mencolok, paduan ini sangat banyak dipakai. Paduan Al-

12% Si sangat banyak dipakai untuk paduan cor cetak.

b. Paduan aliminium-magnesium

Paduan aluminium yang mengandung magnesium sekitar 4% atau 10%

mempunyai ketahanan korosi yang baik dan sifat-sifat mekanik yang baik,

menaikkan kemampuan utuk proses cutting, mempermudah proses

18
lanjutan dan fabrikasi, dan menghaluskan butir Kristal secara efektif. Akan

tetapi paduan ini dapat menurunkan ketangguhan material, menimbulkan

butir yang keras, dan meningkatkan kemampuan cacat. Paduan jenis ini

disebut hidronalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan terhadap

korosi. Paduan ini dipakai untuk bagian-bagian dari alat-alat indurtri

kimia, kapal laut, kapal terbang dan sebagainya yang membutuhkan

ketahanan korosi.

c. Paduan aluminium-tembaga, aluminium-tembaga-magnesium

Paduan aluminium-tembaga adalah paduan aluminium yang mengandung

tembaga 4,5%, memiliki sifat-sifat mekanik yaitu dapat memperbaiki

kekasaran dan kekuatan tarik dan memiliki mampu mesin yang baik,

sedangakan mampu corannya kurang baik dan dari paduan ini ternyata

mempunyai daerah luas dari pembekuannya, penyusutan yang besar,

resiko besar pada kegetasan panas. Dengan adanya silisium sangat berguna

untuk mengurangi keadaan tersebut, dan penambahan perlakuan panas

efektif untuk memperhalus butir. Sebagai paduan Al-Cu-Mg dimana

mengandung 4% Cu dan 0,5% Mg dapat mengeras dengan sangat dalam

beberapa hari oleh penuaan pada temperatur biasa setelah pelarutan,

paduan ini ditemukan dalam usaha mengembangkan paduan Al yang kuat.

Paduan yang mengandung Cu mempunyai ketahanan korosi yang jelek.

Paduan dalam sistem ini terutama dipakai sebagai bahan pesawat terbang.

d. Paduan aluminium-mangan

Mn adalah unsure yang memperkuat Al tanpa mengurangi ketahanan

korosi tanpa perlakuan panas, selain itu paduan ini juga dapat

19
meningkatkan kekuatan dan daya tahan pada temperatur tinggi,

mengurangi pengaruh Fe, dan meningkatkan ketahan korosi. Akan tetapi

pada paduan ini dapat menurunkan kemampuan untuk dituang,

menimbulkan bintik keras dipermukaan, dan dapat mengkasarkan butir

partikel.

e. Paduan aluminium-zinc

Unsur zinc menurunkan sifat mampu cor, paduan dengan kadar zn tinggi

cenderung akan mengakibatkan retak panas dan penyusutan yang cukup

besar. Presentase lebih dari 10% akan menimbulkan kecenderungan retak.

Paduan Zn kurang dari 3% dalam paduan biner tidak menimbulkan efek

yang beragam.

f. Paduan aluminium-magnesium-silisium
Jika sedikit Mg ditambahkan Al, pengerasan penuaan sangat jarang terjadi,

tetapi apabila simultan mengandung SI, maka dapat dikeraskan dengan

penuaan panas setelah perlakuan pelarutan. Hal ini disebabkan karena

senyawa Mg2Si berkelakuan sebagai komponen murni.


g. Paduan aluminium-magnesium-zink
Paduan ini dapat meningkatkan kemampuan proses pengecoran dan

menurunkan kekuatan material jika membentuk Mg-Zn, akan tetapi

paduan ini dapat menurunkan sifat anti korosif dan jika kandungan Zn

terlalu tinggi dapat menimbulkan cacat rongga.


h. Paduan aluminium-silisium-tembaga
Paduan aluminium-silisium-tembaga dibuat dengan menambahkan 4%-5%

silisium pada paduan aluminium-tembaga untuk memperbaiki mampu

cornya, paduan ini disebut lautal adalah salah satu dari paduan

aluminium yang utama. Paduan ini dipakai untuk bagian-bagian dari motor

mobil, meteran dan rangka utama dari katup-katup.

20
i. Paduan Al-Fe
Unsur Fe akan menyebabkan kegetasan dan juga menurunkan sifat

ketahanan korosi dari paduan. Adanya unsur Fe sulit dicegah, dikarenakan

kemampuan Al untuk melarutkan Fe cukup tinggi. Fe dalam prosentase

kecil akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan dan mengurangi

kegetasan panas.

2. Sifat-Sifat Teknis Bahan


a. Sifat Fisik Aluminium
Tabel II-13.
Sifat fisik aluminum
Wujud Padat
Massa jenis 2,70 gram/cm3
Massa jenis pada wujud cair 2,375 gram/cm3
Titik lebur 933,47 K, 660,32 oC, 1220,58 oF
Titik didih 2792 K, 2519 oC, 4566 oF
Kalor jenis (25 oC) 24,2 J/mol K
Resistansi listrik (20 oC) 28.2 n m
Konduktivitas termal (300 K) 237 W/m K
Pemuaian termal (25 oC) 23.1 m/m K
Modulus Young 70 Gpa
Modulus geser 26 Gpa
Poisson ratio 0,35
Kekerasan skala Mohs 2,75

b. Sifat Mekanik Aluminium


Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan

dipengaruhi oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan

terhadap bahan tersebut. Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan

terhadap korosi. Hal ini disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses

21
pembentukan lapisan aluminium oksida di permukaan logam aluminium

segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium

oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi

dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang bersifat

lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium.


c. Kekuatan tarik
Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika

dilakukan pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai

tertinggi dari tegangan pada kurva tegangan-regangan hasil pengujian,

dan biasanya terjadi ketika terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah

ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat

dijadikan sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan.


Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan

umumnya sangat rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk

penggunaan yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi, aluminium

perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan logam lain, ditambah dengan

berbagai perlakuan termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan

tensil hingga 580 MPa (paduan 7075).


d. Kekerasan
Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu

bahan yang mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut

ketika diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh

elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan

sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode.

Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell.
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65

skala Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk

22
logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan,

aluminium perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan

termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan

quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat

kekerasan Brinnel sebesar 135.

3. Standarisasi dan Kodifikasi


Pengkodean aluminium tempa berdasarkan International Alloy Designation

System adalah sebagai berikut:


a. Seri 1xxx merupakan aluminium murni dengan kandungan minimum

99,00% aluminium berdasarkan beratnya.


b. Seri 2xxx adalah paduan dengan tembaga. Terdiri dari paduan bernomor

2010 hingga 2029.


c. Seri 3xxx adalah paduan dengan mangan. Terdiri dari paduan bernomor

3003 hingga 3009.


d. Seri 4xxx adalah paduan dengan silikon. Terdiri dari paduan bernomor

4030 hingga 4039


e. Seri 5xxx adalah paduan dengan magnesium. Terdiri dari paduan dengan

nomor 5050 hingga 5086.


f. Seri 6xxx adalah paduan dengan silikon dan magnesium. Terdiri dari

paduan dengan nomor 6061 hingga 6069.


g. Seri 7xxx adalah paduan dengan seng. Terdiri dari paduan dengan nomor

7070 hingga 7079. Seri 8xxx adalah paduan dengan lithium.

Perlu diperhatikan bahwa pada digit kedua dan ketiga menunjukkan

persentase aluminiumnya, sedangkan digit terakhir setelah titik adalah

keterangan apakah aluminium dicor setelah dilakukan pelelehan pada

produk aslinya, atau dicor segera setelah aluminium cair dengan paduan

tertentu. Ditulis hanya dengan dua angka, yaitu 1 atau 0.

23
Klasifikasi aluminium pada Standar Nasional Indonesia tidak

berdasarkan pada konsentrasi paduan maupun perlakuannya. Klasifikasi

aluminium paduan pada Standar Nasional Indonesia didasarkan pada

aplikasi aluminium tersebut. Berikut ini adalah contoh penomoran

aluminium pada Standar Nasional Indonesia:

1. 03-2583-1989 aluminium lembaran bergelombang untuk atap dan

dinding
2. 07-0417-1989 ekstrusi aluminium paduan
3. 03-0573-1989 jendela aluminium paduan
4. 07-0603-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur
5. 07-0733-1989 ingot aluminium primer
6. 07-0734-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur, terlapis bahan

anodisasi
7. 07-0828-1989 ingot aluminium sekunder
8. 07-0829-1989 ingot aluminium paduan untuk cor
9. 07-0851-1989 plat dan lembaran aluminium
10. 07-0957-1989 aluminium foil dan paduannya
11. 04-1061-1989 kawat aluminium untuk penghantar listrik

Terdapat 84 produk aluminium yang terdaftar dalam Sistem Informasi

Standar Nasional Indonesia, berupa aluminium murni dan paduannya,

senyawa aluminium, bahkan petunjuk teknis pembuatan aluminium dan

aplikasinya juga merupakan produk terdaftar di SNI.

E. Pro Engineer
Pro engineer adalah sebuah perangkat lunak desain yang dikeluarkan

oleh Parametric Technology Corporation yang berbasis gambar 3 dimensi

(memiliki massa, volume dan pusat gravitasi).


Pro engineer merupakan pelopor perangkat lunak desain 3 dimensi

yang memakai sistem parametrik. Artinya desain komponen terbentuk dari

berbagai fitur dan referensi dan bentuk hubungan antar fitur tersebut. Untuk

24
komponen akhir yang sama jika cara pemberian dimensi dan hubungan antar

fitur berbeda maka akan menghasilkan bentuk komponen yang berbeda ketika

suatu dimensi diubah.


Gambar 3 dimensi bisa langsung digunakan untuk aplikasi perangkat

lunak CAE (Computer Aided Engineering) dan CAM (Computer Aided

Manufacturing). Dengan aplikasi CAE maka bisa dilihat perilaku suatu

komponen ketika mendapat gaya, pembebanan, perlakuan panas, dll. Dengan

CAM bisa dilihat gerakan pahat yang harus dilakukan untuk membentuk

komponen tersebut pada mesin produksi. Selanjutnya lintasan pahat tersebut

bisa digunakan untuk membuat kode G dan kode M yang dipakai pada mesin

CNC. Dengan kemampuan seperti itu maka Pro engineer banyak dipakai oleh

perusahaan rekayasa dan manufaktur.

Ada 3 mode disain di Pro/ENGINEER:

1. Membuat Part

2. Membuat perakitan [Assembly]

3. Membuat gambar teknik

Setiap tahap disain diperlakukan sebagai mode yang terpisah, dengan

karakteristik khusus, jenis file ektensi yang berbeda dan tetap terhubung

dengan mode lainnya. Perlu di ingat bahwa semua informasi, baik berupa

ukuran, toleransi dan persamaan/rumus akan diteruskan dari 1 mode ke mode

yang lainnya secara 2 arah. Ini berarti jika kita merubah disain pada 1 mode

disain, maka perubahan secara otomatis akan diterapkan pada semua mode

disain.

25
Gambar II-13. Contoh aplikasi pro engineer

http://id.wikipedia.org/wiki/Pro/ENGINEER

F. Ansys
1. Pengertian & Sejarah ANSYS
Ansys adalah sebuah software analisis elemen hingga dengan

kemampuan menganalisa dengan cakupan yang luas untuk berbagai jenis

masalah. Ansys mampu memecahkan persamaan differensial dengan cara

memecahnya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil.


Pada awalnya program ini bernama Stasys (Structural Analysis

System), kemudian berganti nama menjadi ANSYS yang ditemukan

pertama kali oleh Dr. John Swanson pada tahun 1970.


Ansys merupakan tujuan utama dari paket permodelan elemen hingga

untuk secara numerik memecahkan masalah mekanis yang berbagai

macam. Masalah yang ada termasuk analisa struktur statis dan dinamis

(baik linear dan non-linear), distribusi panas dan masalah cairan, begitu

juga dengan ilmu bunyi dan masalah elektromagnetik


Teknologi Ansys mekanis mempersatukan struktur dan material yang

bersifat non-linear. Ansys multiphysic juga mengatasi masalah panas,

struktur, elektromagnetik, dan ilmu bunyi. Program ANSYS dapat

26
digunakan dalam teknik sipil, teknik listrik, teknik mesin, teknik fisika dan

kimia.
2. Cara Kerja Ansys
Ansys bekerja dengan sistem metode elemen hingga, dimana

penyelesaiannya pada suatu objek dilakukan dengan memecah satu

rangkaian kesatuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan

dihubungkan dengan node.


Hasil yang diperoleh dari ANSYS ini berupa pendekatan dengan

menggunakan analisa numerik. Ketelitiannya sangat bergantung pada cara

kita memecah model tersebut dan menggabungkannya.


Secara umum, suatu solusi elemen hingga dapat dipecahkan

denganmengikuti 3 tahap sebagai berikut :


a. reprocessing ; langkah-langkah dalam preprocessing yaitu:
Mendefinisikan titik point, garis, luas, volume
Mendefinisikan jenis elemen dan bentuk material/geometri
Menghubungkan garis, luas, volume sesuai kebutuhan.
b. Solusi : menetapkan beban, perletakan dan menjalankan analisis ;

beban yang ada berupa beban terpusat dan terbagi rata, perletakan

(translasi dan rotasi) dan terakhir menjalankan analisisnya .


c. Postprocessing: proses lebih lanjut dan menampilkan hasil analisisnya ;
Tabel perpindahan nodal
Tabel gaya dan momen
Defleksi (penurunan)
Diagram kontur tegangan dan regangan.
Ansys juga memiliki sistem satuan di dalamnya, oleh karena itu kita

harus menggunakan sistem satuan yang konsisten dalam pengerjaannya.


Tabel II-14.
Satuan-satuan dalam SI

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29049/3/Chapter%20II.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai