Tesis Lengkap
Tesis Lengkap
TESIS
Oleh :
YONG MARZUHAILI
NIM.2113101024
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Analisa
Kesehatan di Rawat Inap RSUD Lubuk Sikapiang Tahun 2023”. Proposal Tesis
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dalam rangka
1. Ibu Dr.Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns. M.Kes selaku Rektor Universitas FortDe
3. Ibu Dr.Neila Sulung, S.Pd. Ns., M.Kes selaku Ketua Prodi Magister
6. Ibu Ns. Silvia ,M.Biomed selaku penguji II yang telah memberikan arahan
7. Untuk para dosen dan staf tata usaha Universitas Fort De Kock Bukittinggi,
khususnya dosen Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
turut berperan banyak dalam memberikan saran, masukan dan arahan serta
namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Tesis ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih
HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 13
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen resiko……................................................ 15
B. Konsep Mutu pelayanan Kesehatan……………....................... 35
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep........................................................................ 46
B. Defenisi Operasiona.................................................................. 48
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 55
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 55
C. Objek Penelitian ....................................................................... 55
D. Informan/ Partisipan ................................................................. 56
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 56
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 57
G. Alat Pengumpulan Data ........................................................... 57
H. Analisis Data ........................................................................... 58
I. Keabsahan Atau Validitas Data................................................ 61
J. Etika Penelitian ........................................................................ 63
BAB VI PEMBAHASAN
A. Hasil Kuantitatif........................................................................ 112
B. Hasil Kualitatif…….................................................................. 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat di perlukan dalam mendukung
rumah sakit mempunyai karekteristik organisasi yang kompleks terdiri dari jenis
pelayanan yang diberikan di rawat inap, rawat jalan, rawat darurat dimana
pelayanan yang terdiri pelayanan klinis, non klinis dan pelayanan penunjang
medik ini membutuhkan sumber daya manusia baik sumberdaya kesehatan dan
non kesehatan, juga memiliki fasilitas yang kompleks dalam upaya mendukung
pelayanan tersebut tidak akan dapat dihilangkan secara total. Layanan kesehatan
yang tidak aman dan memiliki potensi risiko yang mengancam nyawa menjadi
penyebab utama kematian dan peningkatan angka mortalitas pada pasien yang
dirawat di rumah sakit di berbagai Negara. Kejadian yang tidak diinginkan atau
insiden yang terjadi di rumah sakit telah dianggap sebagai masalah yang sangat
serius diberbagai belahan dunia, setiap tahunnya jumlah pasien yang meninggal
dunia akibat masalah ini melebihi jumlah pasien yang meninggal akibat kanker
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
(Kejadian Tidak Diinginkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera), dan insiden klinis
diantaranya berakibat pada kematian, dimana 50% dari kejadian ini sebenarnya
dapat dicegah (Adibi et al 2020). Di RSUD Lubuk Sikaping dari hasil survey data
prosedur klinis, 39 medikasi cairan infus, 5 tipe insiden nutrisi, 3 kejadian tipe
Dampak yang ditimbulkan ini berpengaruh kepada pasien, masalah ini juga
2023).
Codman membuat kategori tentang faktor-faktor yang membuat kegagalan
perhatian penting setiap hari bagi organisasi dengan risiko tinggi seperti rumah
dalam praktek kedokteran (Briner et al., 2010; Farokhzadian et al., 2018). Oleh
memiliki banyak risiko, maka program identifikasi risiko menjadi sangat penting
untuk efisiensi dan efektifitas pelayanan (Avia et al., 2019). Organisasi penyedia
yang disebabkan oleh kelalaian dan kinerja pegawai yang buruk selalu menjadi
momok yang menjerat pihak manajemen. Permasalahan yang sering muncul antara
lain kesalahan perawatan, kesalahan diagnosis, salah amputasi, cedera saraf pada
operasi dan infeksi nosokomial (Zaboli et al., 2019). Dan untuk organisasi
tantangan ini maka perlu penerapan dan pengembangan Manajemen Risiko Klinis
bahwa sebagian besar risiko klinis bersumber dari permasalahan dan insufisiensi
pada sistem pelayanan kesehatan (Pasinringi et al., 2021). Dan meskipun WHO
seperti yang diharapkan dan bahwa hak-hak pasien masih belum sepenuhnya
kesehatan, dan angka kematian akibat Risiko klinis ini melebihi angka kematian
akibat AIDS atau kanker payudara setiap tahunnya (Anika, 2021). Selain masalah
yang langsung ditimbulkan terhadap pasien, Risiko klinis juga menyebabkan
dibagi menjadi resiko strategis yang terkait dengan tujuan organisasi, resiko
resiko keuangan terkait dalam penjagaan aset rumah sakit dan resiko kepatuhan
sumberdaya manusia di rumah sakit, sarana dan fasilitas di rumah sakit sehingga
didapat dari mulai mendaftar sampai pasien pulang. Proses interaksi tersebut akan
memunculkan penilaian terhadap apa yang dirasakan oleh pasien selama mendapat
pelayanan yang diberikan pada pasien dan keluarga. Berdasarkan Indkes Kepusan
dilakukan oleh univesitas Andalas ditemukan penilaian yang sudah baik dan yang
belum baik, penilaian yang sudah baik terdiri dari keseuaian persyaratan
saran dan masukkan dan sarana prasarana sedangna penilaian yang kurang baik
terdiri dari sistim mekanisme dan prosedure pelayanan, waktu pelayanan, produk
spesifikasi jenis pelayanan, kopetensi petugas, ini merupakan salah satu mutu
pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan prima di rumah
sakit.
layanan adalah “totalitas fitur dan karakteristik produk atau layanan yang memiliki
konsumen (dan bukan penyedia jasa) yang menilai tingkat kualitas jasa suatu
perusahaan. Bagi rumah sakit metode Service Excellent dan Service Quality perlu
(Novitasari, 2022)
satu indikator yang telah ditetapkan kementerian kesehatan secara nasional yang
disebut Indikator mutu Nasional yang terdiri dari 13 jenis indikator. Indikator yang
yang sesuai standar mutu dan bagaimana pasien mendapatkan asuhan yang aman
atau keselamatan pasien yang diutama dalam memberi asuhan kepada pasien,
terjadinya insiden keselamatan pasien dirumah sakit baik insiden kejadian nyaris
cedera, kejadian tidak cedera, kejadian tidak diharapkan dan sentinel ini dapat
disebabkan oleh sumber daya manusia kesehatan dan non kesehatan dimana
kompetensi petugas yang tidaak seragam, saran dan fasilitas, sistim infomasi yang
kurang jelas dan keterampilan komunikasi petugas yang masih rendah. Dari hasil
bulan Maret tidak ditemu dimana tipe insiden yang ditemui terbanyak adalah
kejadian Nyari cedera, ini masih ada ruangan atau unit yang belum membudaya
terhadap insiden keselamatan pasien dirumah sakit salah satunya budaya melapor
oleh petugas yang masih rendah, komplen yang disampaikan masyrakat terhadap
sosial akan pelayanan di rumah sakit ini akan berdampak terhadap citra rumah
sakit.
lingkungan bisnisnya dengan strategi yang tepat sebagai langkah proaktif dan
kesehatan Masyarakat” ada pun sasaran startegis Menurunkan angka kesakitan dan
organisasi. Ketidak pastian terhadap pencapaian tujuan dan sasaran inilah yang
disebut Resiko. Apabila RSUD lubuk sikapiing tidak dapat mengelolaa resiko
tersebut maka dapat dipastikan RSUD lubuk sikaping tidak akan mencapai tujuan
dan sasaran yang ditetapkan. Untuk melakukan antisipasi terhadap kondisi ketidak
pastian dimasa yang akan datang dan mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan
Lubuk Sikaping dituntut untuk dapat mengelolaan resiko yang ada secara
terintegrasi.
menurunkan angka kesalahan pada unit gawat darurat (Zimmer et al., 2018).
Pendekatan yang berdasar pada manajemen risiko prospektif dapat secara efektif
merupakan suatu kerangka kerja untuk mencapai pelayanan klinis yang prima
yang penting dalam clinical governance tersebut (Mumpuni dkk, 2021), oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa Manajemen Risiko Klinis memainkan peran
manajemen risiko klinis pada institusi kesehatan di Italia, Verbano dan Turra
setiap rumah sakit yang berkaitan dengan perbedaan budaya pada setiap orang, dan
penekanan pada tata kelola klinis di rumah sakit. Sementara Alan wolfe et al dalam
dari impelmentasi program manajemen resiko dinilai belum cukup optimal. Hal
ada evaluasi yang berfokus pada manajemen risiko di rumah sakit. Kondisi ini
semua unit/instalasi disibukan dengan kondisi saat ini. Terlebih banyaknya Naskes
dan Dokter yang menjadi korban dari meluasnya COVID-19 menjadikan system
namun masih terdapat kendala sehingga memerlukan beberapa strategi. Selain itu,
manajemen risiko adalah sistem review risk register belum terintegrasi dengan
Umum daerah Lubuk Sikapiang didapatkan data 7 indikator dari 13 indikator yang
diterapkan di ruangan rawat inap terlihat bahwa capaian terhadap kepatuhan alur
baik yaitu 96,02 % dari standarnya yang harusnya 100 %, begitu juga untuk
ketepatan pelaksanaan identifikasi pasien sudah 86,82% dari standar 100%. Ada
beberapa standar indicator yang masih kurang dari standar yang diharapkan yaitu
penggunaan APD masih 85,25 % dari standarnya yang harusnya 100 %, Selama
ini penerapan manajemen resiko di Rumah sakit baru berupa pelaporan dan
identifikasi dari ruangan, namun belum sesuai dengan SOP yang seharusnya.
Instalasi rawat inap merupakan fasilitas layanan rumah sakit bagi pasien
pelayanan kesehatan dari semua tenaga medis yang dibutuhkan pasien, interaksi
yang terjadi pada pasien dan tenaga kesehatan di ruangan rawat inap membutuhkan
waktu intens dan interaksi yang sering mengakibatkan resiko yang dialami pasien
atas keselamatan pasien menjadi prioritas utama diruangan rawat inap, oleh sebab
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Tujuan Kuantitatif
2023
2023
b. Tujuan Kualitatif
D. Manfaat Penelitian
manajemen resiko di rawat inap RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2023. Waktu
penelitian ini akan dilaksanakan pada Mei – Juli 2023. Tempat penelitian ini
penelitian ini terdiri dari informan utama dan informan tambahan, informan
utama adalah kepala bidang pelayanan dan keperawatan, dan kepala ruangan
rawat inap RSUD Lubuk Sikapiang, dan informan tambahan adalah keluarga
dan pasien yang pernah di rawat di RSUD Lubuk Sikaping yang diambil
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan
dan lingkungan.
risk register
perencanaan strategis.
2. Maksud, Tujuan dan Manfaat
a. Maksud
b. Tujuan
c. Manfaat
dan tenaga lain yang berkerja di rumah sakit, fasilitas dan lingkungan bisnis
3. Ruang Lingkup
keluarga, pengunjung, staf medis, tenaga kesehatan lain yang bekerja di rumah
sakitt. Fasilitas dan lingkungan Rumah Sakit yang terdiri dari; Keselamatan
dan keamanan, Bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbahnya; resiko
dirasakan masyarakat.
2) Resiko jatuh
panjang)
1) Resiko keuangan
2) Resiko hukum
3) Resiko properti
4) Resiko reputasi
4. Kerangka Kerja Manajemen Resiko
Pengimplementasian manajemen
resiko
Perbaikan berkelanjutan
terhadap suatu kerangka Pengimplementasian suatu
kerja kerangka kerja untuk
pengelelolaan resiko
Pengimplemntasian suatu proses
manajemen resiko
Penjelasan gambar
dan komitemen yang kuat dan berkelanjutan oleh seluruh struktur manajemen
akuntabilitas dan tanggung jawab pada tingkat yang sesuai dalam organisasi.
tetap sesuai.
tetap sesuai.
semua tingkat dan fungsi organisasi yang relevan sebagai bagian dari
Gambar 2.1
Proses Manajemen Resiko
dalam hal tukur menukar informasi dan pendapat yang mencakup multi pesan
mengenai resiko dan pengelolaannya. Proses ini berjalan secara internal dalam
a. Rapat berkala;
b. Rapat insidental;
c. Seminar/sosialisasi/workshop;atau
b) Penetapan Konteks
resiko, kemudia menetapkan ruang lingkup dan kriteria resiko untuk prosedure
sebagai berikut:
a. Konteks Eksternal:
b. Konteks Internal
dapat meliputi namun tidak terbatas pada: Tata kelola , struktur, peran
4) Memahami jumlah dan jenis resiko yang siap ditangani atau diterima
c. Kriteria resiko
Satuan kerja harus menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk
organisasi, tujuan dan sumber daya. Beberapa kriteria yang dapat dikenakan
oleh atau berasal dari. Beberapa kriteria yang dapat dikenakan oleh, atau
berasal dari persyaratan hukum, peraturan dan persyaratan lain yang harus
1) Sifat dan jenis sebab dan akibat yang dapat terjadi dan bagaimana akan
diukur;
d) Penilaian Resiko
a. Identifikasi Resiko
b. Analisis resiko
Analisis resiko melibatkan pengembangan akan pemahaman
dampak
resiko
sebagai berikut
Tabel 1.1
Kemungkinan (probabilitas) terjadi atas:
Level Kemungkinan Frekuensi Kriteria kemungkinan
(Probabilitas) (probabilitas)
Hampir Tidak terjadi >5 tahun/kali Peristiwa hanya akan timbul
(1) pada kondisi yang luar biasa.
Presentase : 0 – 10 %
Jarang terjadi (2) 2 – 5 tahun/ kali Peristiwa diharapkan tidak
terjadi
Presentasi : >10-30 %
Kadang terjadi (3) 1-2 tahun/kali Peristiwa kadang bisa terjadi
Presentasi : > 30-50%
Sering terjadi (4) Beberapa kali/tahun Peristiwa sangat mungkin
terjadi pada Sebagian kondisi
Presntasi: >50 – 90 % kegiatan
dalam 1 periode
Hamper pasti terjadi (5) Tiap minggu/kali Peristiwa selalu terjadi hamper
pada setiap kondisi.
Presentasi: > 90% dalam 1
periode
d. Katagori resiko
sakit.
negara/rumah sakit
e. Skala resiko
menetapkan apakah suatu resiko perlu ditangani atau tidak. skala resiko
(lima) skala tingkat (level). Penetuan level resiko beserta dengan ukuran
g. Evaluasi Resiko
Evaluasi resiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa
resiko dengan kriteria untuk menentukan apakah resiko dapat diterima atau
ditoleransi
ditemukan selama proses analisis dengan kriteria resiko yag dibuat ketika
keputusan untuk melakukan analisa lebih lanjut. Evaluasi resiko juga dapat
telah ditetapkan.
resiko dan daftara yang akan ditangani dengan mengalikan score resiko
dalam segala situasi. Pilihan yang dapat dilakukan mencakup hal berikut:
peluang
d. Mengubah lingkungan
transfer
sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penilaian resiko, pemilik resiko
terjadinya resiko.
maupun yang telah ada , namun dinilai kurang atau tidak efektif
Dengan menarik garis antara impact dan probability, bila hasil yang
accept
shere
control
tertentu.
1. Pengertian Mutu
Pengertian tentang mutu dapat berbeda makna bagi tiap orang karena mutu
Indonesia ialah ukuran, derajat, taraf tentang baik buruknya suatu produk barang
atau jasa (Bustami, 2011).
produk dan jasa pelayanan dalam penggunaanya akan bertemu dengan harapan
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Mutu adalah kemampuan suatu
produk, baik barang maupun jasa atau layanan untuk memenuhi keinginan
menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata- rata penduduk
tetapi juga sesuai standar dan kode etik profesi yang telahditetapkan (Munijaya,
2010).
standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya yang wajar, efisien,
diselenggarakan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan
Azwar (1994) dalam Endarwati (2012) adalah unsur masukan, lingkungan dan
proses.
1) Unsur Masukan
Unsur masukan meliputi sumber daya manusia, dana dan sarana. Jika sumber
daya manusia dan sarana tidak sesuai dengan standar dan kebutuhan, maka
2) Unsur Lingkungan
3) Unsur Proses
Yang termasuk dalam Unsur proses adalah tindakan medisdan tindakan non-
terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi,
teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan standar WHO (Endarwati, 2012).
pelayanan
Bentuk dari hubungan antar manusia ini antara lain dapat berupa
prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu. Dalam hal ini pelanggan
timbul.
Indikator Mutu adalah tolok ukur yang digunakan untuk menilai tingkat capaian
target mutu pelayanan kesehatan di praktik mandiri dokter dan dokter gigi, klinik,
individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan luaran kesehatan yang optimal,
diberikan sesuai dengan standar pelayanan, dan perkembangan ilmu pengetahuan
Tahun 2022).
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan tampak kotor atau
lain.
tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan
periode observasi.
periode observasi
observasi
visitasi kepada pasien rawat inap sesuai waktu yang ditetapkan. Waktu
(PPA) lainnya yang berbasis bukti dengan hasil terukur, pada jangka
> 80 % dari hasil perbandingan jumlah pelayanan oleh PPA yang sesuai
pada clinical pathway yang diobservasi dari data sekunder dari rekam
medis pasien.
rumah sakit.
7) Kepuasan pasien.
Kepuasan pasien adalah hasil pendapat dan penilaian pasien
pencapaian > 76,61 dari hasil perbandingan total nilai persepsi seluruh
responden dengan total unsur yang terisi dari seluruh responden, yang
D. Kerangka Teori
suatu teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu (Nursalam, 2009). Maka kerangka teori pada penelitian ini dapat
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
antara variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2011). Kerangka pikir pada
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
B. Defenisi Operasional
RSUD Lubuk SIkaping. Dalam penelitian ini sebagai informan adalah Kabid
1. Input
Diantaranya:
a. Kebijakan
b. SDM
c. Dana
Lubuk sikaping
d. Sarana/prasarana
2. Proses
3. Output
METODE PENELITIAN
yang memiliki dua fase dimana pertama-tama mengumpulkan data kuantitatif dan
C. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah seluruh elemen yang terlibat dalam
manajemen ruangan rawat inap yaitu kepala ruangan, kepala instalasi rawat inap,
kepala bidang pelayanan dan kepala bidang keperawatan serta perawat ruangan
rawat inap RSUD Lubuk Sikapiang serta sasaran dari manajemen resiko yaitu
mutu pelayanan rumah sakit dan masyarakat pengguna layanan rumah sakit.
kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan manajemen resiko di rawat inap RSUD
Lubuk Sikaping. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 208 orang yang terdiri
dari dokter 25 orang, Perawat 158 orang, Farmasi 25 orang. Total populasi yaitu
205 orang.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan rumus slovin dengan teknik
digunakan :
𝑁
1 + 𝑁 𝑥 𝑑2
208
1 + 208𝑥 0.072
208 =
2.0192
n= 103
Keterangan:
N = Populasi
n = sampel
Total sampel dalam penelitian adalah 103 orang, dengan proporsi sebagai
berikut:
Dokter : 25/208 x 103 = 12 orang
E. Informan/ Partisipan
rawat inap
F. Instrumen Penelitian
kondisi natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
(Sugiyono, 2018).
dengan FGD
1. Data kuantitatif
jelas
responden
variabel dengan menggunakan uji Chi Squere, jika nilai p < 0.5 %
2. Data kualitatif
Analisis menurut Miles dan Huberman (1992) dibagi dalam tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Ketiga alur tersebut adalah (1)
reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3)
penarikan simpulan.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
akhir penelitian.
dipahami tersebut.
3. Dependabilitas (Ketergatungan)
dari studi kualitatatif adalah bagaimana studi yang sama dapat diulang
yang sama, partisipan yang sama, dan dalam konteks yang sama.
4. Konfirmabilitas
6. Melakukan Triangulasi
K. Etika Penelitian
c. Informed consent
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Table 5.1
Karakteristik Responden
Karakteristik f %
a. Profesi
Dokter 12 11.7
Perawat 79 76.7
Apoteker 12 11.7
b. Pendidikan
Diploma III 33 32.1
Sarjana 6 5.8
Profesi Dokter Bidan, Ners, 58 56.3
spesialis 6 5.8
c. Jenis Kelamin
Laki-laki 25 24.3
Perempuan 78 75.7
d. Lama Bekerja
< 10 tahun 38 36.9
10 – 20 tahun 41 39.8
>20 tahun 24 23.3
e. Usia
< 30 tahun 16 15.5
30 – 40 tahun 43 41.7
>40 tahun 44 42.8
Total 103 100
Berdasarkan Tebl 5.1 diatas dari semua responden yang jumlahnya 103
orang yang terdiri dari tenaga kesehatan yaitu 76.7 % adalah profesi
perawat (79 orang), Dokter dan apoteker 11.7 % dari semua responden
(dr.), Ners (Ns) dan apoteker, (Apt) yaitu sebanyak 56.3 % yang
rata rata mereka sudah bekerja kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak
76.7 % dengan usia sebahagian besar diatas 30 tahun yaitu 84.5 %.
2. Analisis Univariat
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Manajemen Resiko
di RSUD Lubuk Sikaping
Variabel Independent f %
Pelaksanaan Manajemen Resiko
Dari tabel 5.2, dari hasil pengumpulan data secara kuantitatif melalui
menyatakan berhasil.
dibawah ini:
Tabel 5.3
Gambaran Pelaksanaan Manajemen Resiko Di RSUD Lubuk Sikaping
Aspek yang Pertanyaan % %
dinilai Ya Tidak
Proses 1. Apakah diadakan komunikasi dan konsultasi terkait 100 0
Komunikasi dengan isu resiko di lingkungan rumah sakit Bapak/ Ibu
dan baik
Konsultasi 2. Jika ya, Apakah komunikasi dilakukan dalam pertemuan 31.1 68.9
berkala?
Penetapan 3. Apakah komunikasi dilakukan dalam pertemuan 100 0
Konteks insidental, seminar atau forum pengelola resiko
4. Apakah di Rumah Sakit Bapak ibu dilakukan penetapan 100 0
konteks untuk menetapkan tujuan dan parameter eksternal
dan internal dalam melakukan pengelolaan resiko ?
5. Jika ya, apakah dalam penetapan konteks dilakukan 100 0
Analisa dan memanfatkan informasi dari berbagai sumber
eksternal maupun internal?
Penilaian 6. Apakah dirumah sakit bapak /Ibu dilakukan identifikasi 100 0
resiko sumber resiko?
7. Apakah di Rumah Sakit Bapak Ibu dilakukan pengisian 23.3 76.7
formulir identifikasi Resiko?
8. Jika ya, apakah resiko yang diidentifikasi dilakukan 48.5 51.5
Analisa ?
9. Apakah Rumah Sakit Bapak Ibu memiliki formulir 92.2 7.8
Analisa resiko/
10. Jika ya, apakah dibuat peta resiko dari hasil Analisa yang 23.3 76.7
dilakukan?
11. Apakah dirumah sakit bapak ibu terdapat kebijakan dalam 96.1 3.9
menentukan apakah suatu resiko perlu ditangani atau
tidak?
12. Dalam menentukan kebijakan skala resiko apakah di 96.1 3.9
Rumah sakit bapak ibu ditentukan berdasarkan level
kemungkinan terjadinya resiko dan level dampak
(konsekuensi resiko?
13. Apakah Rumah sakit bapak ibu menggunakan matriks 83.5 16.5
resiko dalam menentukan status resiko yang sudah
teridentifikasi
Evaluasi 14. Adakah dilakukan tahapan membandingkan hasil Analisa 68.9 31.1
resiko resiko dengan kriteria resiko untuk menentukan apakah
resiko dapat diterima atau di toleransi?
15. Apakah hasil evaluasi resiko digunakan oleh rumah sakit 22.3 77.7
dalam membuat pertimbangan terhadap kebijakan yang
ada?
16. Apakah RS menggunakan rumus perhitungan dalam 23.3 76.7
menentukan prioritas resiko ?
Penanganan 17. Apakah dilakukan pemilihan alternatif penanganan resiko 83.5 16.5
Resiko yang sudah di Analisa?
Pengendalian 18. Apakah dilakukan kegiatan pengendalian resiko 100 0
resiko berdasarkan hasil penilaian resiko?
19. Apakah dilakukan Kembali evaluasi terhadap kegiatan 91.3 8.7
pengendalian resiko dalam meminimalkan resiko yang
ada?
Monitoring 20. Apakah dilakukan pemantauan untuk memastikan bahwa 74.8 25.2
dan evaluasi seluruh tahapan proses dan fungsi manajemen resiko
memang berjalan dengan baik dan terlaksana secara actual
sesuai dengan rencana yang dihasilkan ?
Dari gambaran pelaksanaan manajemen resiko tergambar
bahwa pelaksanaan manajemen resiko masih kurang yang bisa dilihat
yang belum dilakukan maksimal yaitu pada aspek evaluasi resiko yaitu
prioritas resiko.
dilakukan, selain itu yang sudah dilakukan maksimal yaitu pada aspek
Variabel Dependent f %
7. Kepuasaan
Belum tercapai 35 34
Tercapai 68 66
Total 103 100
data indikator mutu rumah sakit yang didapatkan dari data wawancara
diambil di rawat inap ada 3 indikator yang lebih dari separo responden
Indikator mutu yang sudah dirasa cukup baik dan lebih separo
3. Analisa Bivariat
tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,001 < 0,05 (α)
Tabel 5.6
Hubungan Manajemen Resiko Dengan Indikator Mutu
Kepatuhan Penggunaan APD
tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,013 < 0,05 (α)
tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,318 > 0,05 (α)
belum tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,651 > 0,05
Tabel 5.9
Hubungan Manajemen Resiko Dengan Indikator Mutu
Kepatuhan terhadap Alur Klinis (Clinical patway)
Kepatuhan alur klinis
Pelaksanaan Belum tercapai Tercapai Total
p Value OR
Manajemen
Resiko
n % n % N %
Kurang
Berhasil 45 69.2 31 81.6 76 73.8
tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,253 > 0,05 (α)
Tabel 5.10
Hubungan Manajemen Resiko Dengan Indikator Mutu
Kepatuhan terhadap Upaya Pencegahan Resiko Pasien Jatuh
Pencegahan Pasien jatuh
Pelaksanaan Belum tercapai Tercapai Total
p Value OR
Manajemen
Resiko
N % n % N %
Kurang
Berhasil 27 64.3 49 81.6 76 73.8
nilai p = 0,011 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
Tabel 5.11
Hubungan Manajemen Resiko Dengan Indikator Mutu
Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien
Pelaksanaan Belum tercapai Tercapai Total
p Value OR
Manajemen
Resiko
N % n % N %
Kurang
Berhasil 29 82.9 47 69.1 76 73.8
tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,206 > 0,05 (α)
1) Komponen Input
manajemen resiko??”
kepala ruangan.
Tabel 5.12
Matriks Triangulasi Kebijakan
Rumah Sakit?”
Tersedia…IF6
sudah ada fasilitas sudah ada tetapi belum memadai dan dari segi
dimaksimalkan.
Tabel 5.14
Matriks Triangulasi Sarana Prasarana
Hasil
Observasi:
sarana prasaran
rumah sakit
sudah
memenuhi
standar
manajemen
resiko,
Untuk sarana
diruangan
sudah
memenuhi
standar
manajemen
resiko hanya
belum terpenuhi
dari segi jumlah
sesuai dengan
kebutuhan
ruangan, seperti
handwash,
handscrub,
waslap,
Untuk
pemeliharaan
sarana
prasarana masih
kurang seperti
masih terlihat
penyangga
tangan tempat
tidur yang
rusak, masih
ada dibeberapa
kamar mandi
pasien tidak ada
pegangan
d) SDM
sakit?”
manajemen resiko/”
resiko adalah semua baik pihak manajerial maupun staf dan karyawan rumah
sakit, masing masing memiliki peran dan tanggung jawab masing masing,
namun belum berjalan dengan maksimal sesuai peran dan tanggung jawab
evaluasi dan pelaksanaan di bagian PPI, K3RS, KMKP dan SPI, namun
Input SDM Dari hasil wawancara tentang Studi dokumentasi: 1. Sudah ada unit pelaksana
pelaksanaan manajemen resiko Pada pedoman pelaksanaan manajemen resiko, dan penanggung jawab
dalam upaya peningkatan mutu Peran dan tanggung jawab manajemen resiko
nasional rumah sakit kepada 1. Direktur 2. Uni pelaksana dan
informan tentang SDM, didapatkan penanggung jawab
informasi bahwa yang menjadi Menetapakan kebijakan, starategi penerapan manajemen resiko belum
pelaksana manajemen resiko adalah penilaian resiko terhadap berjalan sesuai fungsi dan
semua baik pihak manajerial 2. Pimpinan (Ka.Tata Usaha, Kepala Bidang) peran masing masing
maupun staf dan karyawan rumah 3. Sudah terdapat buku
sakit, masing masing memiliki Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pedoman manajemen resiko
peran dan tanggung jawab masing manajemen resiko dan bertanggung jawab kepada di Rumah Sakit
masing, namun belum berjalan direktur
dengan maksimal sesuai peran dan
3. Instalasi
tanggung jawab seharusnya,
Direktur sebagai pimpinan rumah Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
sakit membuat kebijakan terkait manajemen resiko dan bertanggung jawab kepada
pelaksanaan manajemen resiko unit diatasnya
yang nantinya akan dijalankan
dimasing masing unit dan instalasi, 4. Komite Mutu, Keselamatan pasien dn
kepala bidang melakukan Manajemen Resiko(KMKP)
monitoring evaluasi dan Menyusun rancangan regulasi dan program
pelaksanaan di bagian PPI, K3RS, ,pemetaan area resiko dan merekap data resiko,
KMKP dan SPI, namun belum Mengkordinir pelaksanaann
berjalan sesuai pedoman
pelaksanaan
5. Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3-
RS)
Menetapkan profil resiko, pengelolaan resiko,
monitoring dan evaluasi resiko K3(fasilitas dan
lingkungan)
6. Satuan Pengawas Internal (SPI)
Menetapkan profil resiko, pengelolaan,
monitoring dan evaluasi resiko non klinis
7. Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI)
Menetapkan profil, pengelolaan , monitoring
dan evaluasi, Melaporkan kegiatan manajemen
resiko infeksi kepada direktur
8. Seluruh anggota staf
memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal
pelaksanaan manajemen resiko, dan seluruh
tingkat manajemen harus mengerti dan
mengimplemetasi strategi dan kebijakan
manajemen resiko
kemudian penanganan resiko dan pemantauan resiko, tetapi Langkah ini belum
ada tapi belum terisi secara maksimal karena pelaporan juga tidak berkala
pelaksana semua lebih proaktif dalam pelaksanaanya, hal ini yang belum terjadi
aktivitas krusial, menentukan barang yang ada pada aktivitas krusial tersebut,
menentukan bentuk kegiatan yang dapat terjadi pada aktifitas krusial, dengan
sumber, alat, mesin, bahan atau materi, bisa juga aktivitas atau area supaya
menjadi aman, kemudian bisa dengan Perancangan atau modifikasi alat mesin
pertanyaan
masing unit dan bagian yang ada dirumah sakit kepada bagian Komite Mutu,
bagian PPi dan Mutu rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi ke
Domain Aspek yang Wawancara Mendalam dan FGD Observasi dan studi Dokumentasi Kesimpulan
Diperiksa
Proses a. Tahap Pelaksanaan Manajemen Dari hasil wawancara kepada informan Hasil observasi : Tahap proses 1. Tahapan proses
Resiko didapatkan bahwa tahapan pelaksanaan manajemen resiko dirumah sakit belum pelaksanaan manajemen
manajemen resiko yaitu identifikasi resiko, berjalan seperti yang tertuang di dalam resiko sudah tertuang
menilai resiko, pengelolaan/ respon terhadap pedoman pelaksanaan manajemen resiko, jelas didalam pedoman
resiko, implementasi dan evaluasi, pelaporan dan masih kurang pengetahuan pelaksana manajemen resiko
resiko, pelaksanaan saat ini berjalan manajemen resiko terkait tahapan proses Rumah Sakit
pelaksanaan manajemen resiko dilaksanakan pelaksanaan manajemen resiko 2. Pengetahuan pelaksana
setelah terjadinya insiden atau resiko, belum manajemen resiko terkait
dilaksanakan dengan tujuan pencegahan Hasil Studi dokumentasi: proses manajemen resiko
terhadap kemungkinan resiko yang ada. Sudah ada tahapan proses pelaksanaan masih kurang
manajemen resiko di dalam buku pedoman 3. Rumah sakit belum
manajemen resiko terintegrasi yang ada ri maksimal dalam
Rumah Sakit, yaitu: menjalankan proses
1. Komunikasi dan konsultasi manajemen resiko sesuai
2. Penetapan konteks dengan tahapan
3. Penilaian resiko (identifikasi resiko, seharusnya di buku
analisis resiko, kategori resiko, pedoman
evaluasi resiko, penanganan resiko)
4. Pengendalian resiko
5. Monitoring dan evaluasi
b. Tahap Perencanaan Dari hasil wawancara kepada informan Hasil Observasi : 1. Langkah Langkah
Manajemen Resiko (penetapan didapatkan bahwa dalam melakukan Pengetahuan dan kesadaran akan penetapan konteks dan
konteks dan identifikasi resiko) perencanaan manajemen resiko pada tahap pelaksanaan manajemen resiko di rumah identifikasi resiko sudah
identifikasi resiko dan penetapan konteks yaitu sakit belum proaktif, dalam proses terdapat didalam buku
komunikasi dan konsultasi, menetapkan perencanaan (penetapan konteks belum panduan manajemen
konteks, identifikasi resiko sesuai kategori dilakukan sesuai pedoman, identifikasi resiko Rumah sakit
resiko, kemudian setelah itu dilakukan Analisa sudah dilakukan tetapi belum terisi 2. Pelaksanaan perencanaan
resiko selanjutnya kalau sudah di analisa kedalam formulir resiko, belum ada (penetapan konteks dan
dilakukan evaluasi resiko, kemudian laporan berkala terkait identifikasi identifikasi resiko) belum
penanganan resiko dan pemantauan resiko, resiko di ruangan terlaksana sesuai dengan
Langkah Langkah yang
Langkah ini belum dilaksanakan maksimal Studi Dokumentasi: ada di dalam panduan
dirumah sakit, yang dilakukan dirumah sakit Penetapan konteks dan identifikasi pedoman
memang sudah dilakukan identifikasi sesuai resiko sudah tertuang dalam pedoman 3. Formulir identifikasi
kategori kemudian dilakukan Analisa dan pelaksanaan manajemen resiko resiko seperti yang ada
penanganan, untuk penetapan konteks belum pada pedoman panduan
dilakukan. Penetapan konteks merupakan artikulasi manajemen resiko belum
tujuan dan mendefeniskan parameter digunakan dirumah sakit
Formulir resiko sudah ada tapi belum terisi eksternal dan internal untuk
secara maksimal karena pelaporan juga tidak diperhitungkan ketika pengelolaan
berkala dilaporkan dari unit ataupun dari resiko, kemudia menetapkan ruang
ruangan, seharusnya pelaporan dilakukan lingkup dan kriteria resiko untuk
setiap 6 bulan, pelaksanaan manajemen resiko prosedure selanjutnya.
yang diminta adalah agar pelaksana semua
lebih proaktif dalam pelaksanaanya, hal ini Dalam menetapakan konteks dilakukan
yang belum terjadi hal-hal sebagai kerikut:
1. Melakukan analisis secara umum
tentang situasi internal dan eksternal
terkait dengan perkiraan skenerio
keterjadian pernyataan resiko.
2. Memanfaatkan informasi dari
berbagai sumber untuk melakukan
analisis situasi internal dan
eksternal
3. Memahami tujuan satuan kerja
melalui Rencana Strategis dan
Rencana Kinerja/ Penetapan
Kinerja yang telah disusun.
4. Memahami jumlah dan jenis resiko
yang siap ditangani atau diterima
organisasi dan kesiapan organisasi
untuk menanggung resiko setelah
perlakukan resiko dalam upaya
mencapai sasaran
Identifikasi Resiko
Setiap pemilik resiko harus
mengidentifikasi sumber resiko area
dampak, peristiwa (termasuk perubahan
keadaan), penyebabnya dan
konsekwensi potensi resiko. tujuan dari
langkah ini adalah untuk menghasilkan
daftar lengkap resiko berdasarkan
peristiwa yang mungkin mendukung,
meningkatkan, mencagah, menurunkan,
mempercepat atau menunda pencapaian
tujuan.
c. Tahap Penetapan Prioritas Dari hasil wawancara kepada Hasil Observasi: 1. Penentuan prioritas
Resiko informan didapatkan bahwa dalam Dalam menentukan prioritas resiko sudah resiko sudah tertuang
melakukan pelaksanaan manajemen resiko menggunakan skala matriks Analisa didalam pedoman
pada tahap penetapan prioritas resiko yaitu resiko dengan tabel kemungkinan dan pelaksanaan
menetapkan unit resiko memahami proses dampak kemudian dapat ditentukan status manajemen resiko
bisnis, menentukan aktivitas krusial, resiko apakah sangat tinggi, tinggi, rumah sakit
menentukan barang yang ada pada aktivitas sedang, rendah dan sangat rendah, namun 2. Pelaksanaan yang
krusial tersebut, menentukan bentuk kegiatan dilakukan kebanyakan setelah resiko masih belum proaktif
yang dapat terjadi pada aktifitas krusial, terjadi bukan Analisa sebelum terjadinya dari berbagai pihak
dengan melakukan prioritas berdasarkan risk suatu resiko 3. Sudah menggunakan
matriks grading, yang sudah tertuang dalam skala resiko dalam
buku panduan menentukan prioritas
resiko
Studi dokumentasi:
Sudah terdapat skala dampak dan
kemungkinan untuk menentukan satus
resiko apakah sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah di
dalam panduan pedoman manajemen
resiko Rumah Sakit.
d. Tahap Proses Pengendalian Dari hasil wawancara kepada Hasil observasi: Pengendalian resiko
Resiko informan didapatkan bahwa dalam melakukan Pelaksanaan pengendalian resiko dirumah sakit sudah
pengendalian resiko di Rumah Sakit sudah dirumah sakit belum berjalan maksimal, dilaksanakan hanya belum
dilakukan seperti membuat kebijakan, SPO, namun sudah tertuang lengkap didalam mengacu kepada pedoman
perubahan system melalui cara cara pemecahan pedoman manajemen resiko rumah sakit yang sudah ada
masalah melalui investigasi sederhana,
Prosesnya ada tiga yaitu: Eliminasi Studi dokumentasi :
(menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya); Langkah-langkah dalam merancang
ada Substitusi itu mengenali sumber, alat, kegiatan pengendalian adalah sebagai
mesin, bahan atau materi, bisa juga aktivitas berikut:
atau area supaya menjadi aman, kemudian bisa a. Berdasarkan hasil penilaian resiko,
dengan perancangan atau modifikasi alat mesin pemilik resiko mengidentifikasi
bahan material aktivitas supaya menjadi aman apakah kegiatan pengendalian
yang ada telah efektif untuk
meminimalkan resiko
b. Kegiatan pengendalian yang telah
ada tersebut perlu dinilai
efektivitasnya dalam rangka
mengurangi probailitas terjadinya
resiko (abatisasi) maupun
mengurangi dampak resiko
(mitigasi)
c. Selain itu juga perlu diperhatian
ada/tidaknya pengendalian
alternatif (compaensing control)
yang dapat mengurangi terjadinya
resiko.
d. Terhadap resiko yang belum ada
kegiatan pengendalian maupun
yang telah ada, namun dinilai
kurang atau tidak efektif , perlu
dirancang kegiatan yang
baru/merevisi kegiatan
pengendalian yang sudah ada
e. Menerapakan kegiatan
pengendalian yang telah dirancang
dalam mengelola resiko
e. Tahap Monitoring evaluasi Dari hasil wawancara kepada Hasil observasi: Monitoring evaluasi
informan didapatkan bahwa dalam melakukan Pelaksanaan monitoring evaluasi belum belum berjalan maksimal
monitoring evaluasi manajemen resiko yaitu berjalan sebagaimana mestinya, didalam dirumah sakit dan
pelaporan dari masing masing unit dan bagian pedoman panduan. Hal ini membuat unit pelaporan belum
yang ada dirumah sakit kepada bagian Komite atau ruangan juga belum melakukan secara terlaksana sesuai
Mutu, Keselamatan pasien dan Manajemen maksimal dan proaktif, selain alas an seharusnya
Resiko(KMKP) untuk dilaporkan kepada beban kerja juga dikarenakan banyak yang
direktur rumah sakit, harusnya pelaporan ini belum memahami dan mengerti
dilakukan dengan Upaya mencegah sebelum pelaksanaan manajemen resiko sesuai
resiko terjadi, proses monitoring evaluasi dengan pedoman yang ada
dilakukan dengan mendeteksi dan
mengantisipasi adanya perubahan dalam hal Studi Dokumentasi:
konteks organisasi, profil resiko berdasarkan Monitoring dan evaluasi adalah bagian
level tiap resiko. Pelaporan internal dilaporkan dari proses manajemen resiko yang
kepada komite K3RS, sedangkan pelaporan memastikan bahwa seluruh tahapan proses
eksterna ldilaporkan kepada Kemenkes, untuk dan fungsi manajemen resiko memang
monitoring evaluasi harusnya bagian seperti berjalan dengan baik. Monitoring adalah
K3RS, bagian PPi dan Mutu rumah sakit pemantauan rutin terhadap kinerja aktual
melakukan monitoring dan evaluasi ke ruangan proses manajemen resiko dibandingkan
atau unit unit yang ada, tapi belum terlaksana dengan rencana yang akan dihasilkan.
Evaluasi adalah peninjauan atau
pengkajian berkala atas kondisi saat ini
dengan fokus tertentu.
manajemen resiko terhadap mutu kesehatan yang dilihat dari tujuh indikator
Baik IF 1, 4,6,7,8
Baik IF 14 ,15,16
ibu jelaskan?”
e) “Adakah saran atau masukan yang dapat bapak ibu berikan terhadap
Indikator mutu rumah sakit saat ini sudah mulai tercapai sesuai target yang
ditetapkan kemenkes namun dari 7 indikator mutu yang saat ini belum
kepatuhan mencuci tangan dan APD sesuai standar ini, akan menjamin
keselamatn pasien dan akan mengurangi Insiden baik insiden KTD, KNC,
KTC ataupun KPC. Contoh lain dengan kepatuhan identifikasi pasien tentu
pemasangan pengunci tempat tidur, pagar tempat tidur, lantai licin akan
Output Indikator mutu Rumah sakit Dari hasil wawancara dengan Hasil observasi: 1. Rumah sakit sudah
informan didapatkan informasi bahwa ada Pelaporan dan formulir identifikasi menjalankan mutu
hubungan yang era tantara pelaksanaan mutu ruangan sudah berjalan dengan baik
manajemen resiko dengan indikator mutu dirumahsakit dan sudah dilaporkan 2. Sudah adanya laporan
rumah sakit terutama di ruangan rawat inap. kepada komite mutu rumah sakit, mutu berkala di rumah
Indikator mutu rumah sakit saat ini sakit
sudah mulai tercapai sesuai target yang Studi Dokumentasi: 3. Pencapaian mutu clinical
ditetapkan kemenkes namun dari 7 indikator 7 indikator mutu yang dilihat patway belum memenuhi
mutu yang saat ini belum mencapai target yaitu ketercapaiannya di ruangan sudah target sesuai dengan
kepatuhan terhadap alur klinis, dengan memenuhi target dari kemenkes standar
terlaksananya manajemen resiko resiko seprti kecuali untuk kepatuhan clinical
infeksi, kesalahan pemberian obat, resiko jatuh patway memang belum berjalan di
itu bisa diminimalkan dengan prinsip Rumah sakit sesuai dengan yang
pencegahan sebelum terjadi, untuk diharapkan
menghindari resiko infeksi dengan kepatuhan
mencuci tangan dan APD sesuai standar ini,
akan menjamin keselamatn pasien dan akan
mengurangi Insiden baik insiden KTD, KNC,
KTC ataupun KPC
Contoh lain dengan kepatuhan
identifikasi pasien tentu saj akan mengurangi
resiko kesalahan pemberian obat kepada
pasien, pemasangan pengunci tempat tidur,
pagar tempat tidur, lantai licin akan
mengurangi resiko pasien jatuh, hal ini akan
meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1) Pelaksanaan Manajemen Resiko
Dari hasil penelitian tentang pelaksanaan manajemen resiko, dimana
didapatkan hasil dari 103 responden lebih dari separo responden yaitu 76 orang
Sikaping masih dalam kategori kurang berhasil, hanya 27 orang (26.2 %) yang
menyatakan berhasil.
tahapan pada aspek proses komunikasi dan konsultasi yaitu pada tahap
terhadap resiko yang diidentifikasi dan 76.7 % belum dibuat peta resiko dari
pada aspek evaluasi resiko yaitu 77.7 % mengatakan bahwa rumah sakit belum
kebijakan yang ada dan 76.7 % belum menggunakan rumus dalam menentukan
prioritas resiko.
Dari gambaran hasil penelitian yang sudah maksimal dilakukan oleh
konteks karena 100 % responden menyatakan sudah dilakukan, selain itu yang
sudah dilakukan maksimal yaitu pada aspek penilaian resiko pada tahap
tahun 2019)
untuk memastikan mereka efektif dalam mengurangi risiko klinis (Olii et al.,
2019).
Hasil penelitian Syafiah (2021) kepada perawat di Rumah Sakit Islam
melakukan manajemen risiko dengan baik dan berhasil, namun masih perlu
terjadinya suatu risiko atau kejadian yang tidak diinginkan terhadap semua
setiap bentuk kegiatan pemberian pelayanan pastinya ada risiko bahaya yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan baik risiko bagi pekerja maupun
pasien. Oleh karena itu, Manajemen risiko merupakan teknik atau cara yang
digunakan untuk menangani dan mengelola dengan tepat risiko yang dihadapi
baik oleh pekerja maupun pasien dan memastikan bahwa tidak ada yang akan
kepimpinan, pengetahuan staf, dan adanya situasi yang bertanggung jawab atas
program manajemen risiko klinis dan kebijakan strategis rumah sakit. Petugas
Kesehatan yang patuh dan disiplin dalam melakukan manajemen risiko dalam
maupun diri perawat dari kemungkinan risiko yang mungkin ada seperti risiko
klinis maupun non klinis. Penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Budiono et
al., 2014) menyatakan bahwa perawat pada bangsal rawat inap Rumah Sakit
al., 2019).
dan adanya situasi yang bertanggung jawab atas program manajemen risiko
yang patuh dan disiplin dalam melakukan manajemen risiko dalam setiap
mutu rumah sakit yang didapatkan dari data wawancara terhadap tenaga
kesehatan, dari 7 indikator mutu kesehatan yang diambil di rawat inap ada 3
indikator yang lebih dari separo responden menyatakan belum berhasil yaitu
tercapai). Indikator mutu yang sudah dirasa cukup baik dan lebih separo
pasien tercapai.
menyatakan belum berhasil, masih ada perilaku petugas kesehatan yang belum
menerapkan hand hygiene dalam five moment mencuci tangan, yaitu sebelum
kontak pasien dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Untuk kebiasaan
mencuci tangan yang sudah dilakukan secara patuh oleh petugas kesehatan
yaitu sebelum tindakan aseptik, setelah kontak cairan tubuh, Setelah kontak
pasien.
risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Kebersihan tangan adalah salah satu
cara mengurangi risiko infeksi yang dimaksud dalam pasal ini.
68,3 % yang belum diterapkan adalah pada saat sebelum kontak dengan pasien
dilakukan non invasif hanya mengganti infus. Semakin sering tidak melakukan
hand hygiene moments satu maka risiko kontaminasi ke pasien akan semakin
meningkat.
bersentuhan dengan pasien atau cairan tubuh pasien, Penelitian ini sejalan
atau patogen berbahaya pada tangan karena tenaga kesehatan tidak menyentuh
pasien ataupun terkena cairan tubuh pasien. Padahal kuman juga melekat di
lingkungan pasien seperti tempat tidur, laken, tiang infus, linen kotor, dan
sebagainya
yang belum tercapai. Target yang diharapkan oleh indikator mutu adalah
penggunaan APD yang lengkap mulai dari sarung tangan, topi, pelindung kaki,
target yang belum tercapai karena ada beberapa tindakan yang seharusnya
yang belum tercapai yaitu terhadap alur klinis yang masih belum memenuhi
efektivitas biaya Clinical Pathway dapat digunakan sebagai salah satu alat
pathway versus traditionl case plan for caring post operative children
pengetahuan dan kinerja dari hampir semua perawat. Para perawat dan dokter
merupakan standar prosedur dari setiap profesi yang mengacu pada standar
pelayanan rumah sakit. Clinical pathway dapat digunakan untuk prediksi lama
hari dirawat dan biaya pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat
diketahui pula bahwa RSI Surabaya belum melakukan integrasi antara clinical
didapatkan hasil bahwa sudah 87.4 % sudah tercapai, petugas kesehatan baik
dokter, perawat dan farmasi sudah melakukan identifikasi pasien pada saat
di rumah sakit dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Rumah sakit harus
pergelangan tangan kiri/kanan yang tercantum nama lengkap, tanggal lahir dan
nomor Rekam Medis dengan identitas orang yang akan diberikan, dilakukan
rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dikarenakan kepala
dan adanya pertemuan rutin berkaitan supervisi oleh kepala ruangan yang
dengan baik oleh petugas kesehatan dikarenakan sudah adanya kesadaran dan
hasil penelitian Lin Herlina (2019) Ada hubungan antara motivasi perawat
keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Karya Husada Karawang
target dari hasil penelitian ini yaitu kepatuhan akan waktu visite dokter,
103 responden yang diteliti, sebagian besar (59,2 %) tenaga kesehatan sudah
patuh dalam melakukan pencegahan risiko jatuh dan sebanyak (40.8 %) tenaga
kesehatan belum melakukan sesuai indikator mutu yang seharusnya. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jati (2017) di Rumah Sakit X
aturan yang telah diatur dengan jelas, oleh perusahaan yang bersangkutan dan
EA, 2013)
dari hasil penelitian ini adalah kepatuhan terhadap waktu visite dokter dimana
ruangan rawat inap sudah sesui standar yaitu dari jam 06.00 sd 14.00. tetapi
masih ada 38 responden menyatakan belum sesuai target yaitu masih terdapat
beberapa dokter spesialis yang belum melakukan visite di jadwal yang sudah
spesialis juga, yaitu pukul 08.00 hingga 14.00 tiap hari kerja. Indikator
waktu tunggu Rawat jalan yang juga belum memenuhi standar (≤ 60 menit).
pendaftaran poli sore pada pagi hari sehingga waktu kontak dengan
B) Analisa Bivariat
menunjukan nilai p = 0,001 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat
mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit
lingkungan Rumah sakit di bawah unit K3RS sebagai suatu aspek penting
yang dirancang untuk mencegah dampak negatif dalam proses bisnis atau
tergolong rendah.
cuci tangan dengan air mengalir yang terbatas atau bahkan kurang tersedia.
fasilitas dengan keterbatasan sarana cuci tangan dengan air mengalir dapat
hanya disediakan untuk perawat namun pengunjung dan keluarga pasien juga
statistik menunjukan nilai p = 0,013 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat
APD.
yang ada pada petugas kesehatan. Selain itu peralatan APD yang digunakan
tangan, penutup kepala, apron, dan jubah (gown), dan sepatu pelindung
penting untuk melindungi hidung, mukosa mulut dan mata dari tetesan atau
untuk mengirimkan patogen ke bagian lain dari anggota tubuh atau individu
1691 pada tahun 2011 tentang keselamatan pasien di rumah sakit, dan
alert drugs, kepastian tepat prosedur, tepat lokasi dan tepat pasien operasi,
mengurangi resiko infeksi dan mengurangi resiko pasien jatuh. Enam sasaran
nosocomial
waktu pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Rumah sakit diharapkan lebih
bila pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari apa yang
menunjukan nilai p = 0,318 > 0,05 (α) artinya Ho diterima, maka dapat
pasien.
Salah satu konsep manajemen risiko yang diterapkan oleh KARS 2012
sebagai standar bagi rumah sakit di Indonesia adalah peningkatan mutu dan
menyeluruh adalah dengan memerkecil (reduction) risiko pada pasien dan staf
secara berkesinambungan. Risiko ini dapat ditemukan baik dalam proses klinis
pentingnya identifikasi pasien dalam upaya pencegahan IKP dan masih banyak
Setiap pasien perlu diberikan identitas pasien dengan tepat karena tidak
semua pasien dapat mengungkapkan identitas secara lengkap dan benar. Hal
disorientasi, tidak sadar sepenuhnya, bertukar tempat tidur atau kamar atau
lokasi dalam rumah sakit atau kondisi lain yang menyebabkan kesalahan
pasien, namun secara statistic dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan
tidak terlalu signifikan tentu saja ini mempengaruhi terhadap hasil uji statistik.
Walaupun sebenanrya secara teori jelas ada hubungan yang bermakna antar
Tindakan proaktif dari meminimalkan dampak resiko yang ada di rumah sakit.
menyatakan bahwa kepatuhan waktu visite dokter belum tercapai. Hasil uji
statistik menunjukan nilai p = 0,651 > 0,05 (α) artinya Ho diterima, maka dapat
dokter.
25 Tahun 2019).
risiko telah terbukti mampu menurunkan angka kesalahan pada unit gawat
bahwa 20% insiden terjadi di kamar operasi Demikian juga dengan Handel
efektif mengurangi angka kesalahan medis (Zaboli et al, 2019). Penelitian yang
untuk mencapai pelayanan klinis yang prima (Dehnavieh et al., 2018), dimana
governance tersebut (Mumpuni dkk, 2021), oleh karena itu dapat dikatakan
Mutu rumah sakit terutama waktu visite dokter di ruangan rawat inap
merupakan jadwal kunjungan dokter spesialis yang diharapkan yaitu dari jam
08.00 sd 14.00. kepatuhan ini berkaitan erat dengan kepuasan pasien rawatan
terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien, secara langsung kegiatan ini
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
ini juga menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam Standar
Akreditasi Rumah Sakit versi KARS 2012. Menjadi pertanyaan besar dalam
bagaimana agar clinical pathway dapat berperan secara optimal dalam kendali
mutu dan kendali biaya di rumah sakit serta bukan hanya sekedar dokumen
pengetahuan dan kinerja dari hampir semua perawat. Para perawat dan dokter
rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan untuk wilayah Indonesia Timur dan
preeklamsia berat, benign prostat hypertrophy (BPH), dan miokard infark akut
biaya oleh sebab itu dari hubungan dengan manajemen resiko lebih terkait
pelaksanaan yang belum ada baik dari tingkat manajerial maupun pelaksana di
ruangan, hal ini juga yang mengakibatkan secara statistic tidak terdapat
belum tercapai. Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,011 < 0.05 % (α)
dimana terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Ada 6 Sasaran
Keselamatan Pasien yang merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah
sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit yaitu: ketepatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi, dan pengurangan risiko pasien
pencegahan risiko jatuh yang belum optimal yaitu berkaitan dengan asesmen
risiko jatuh yang dilakukan oleh perawat. Padahal asesmen risiko jatuh
merupakan langkah awal dari program pencegahan pasien jatuh, apabila tidak
jatuh dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya insiden pasien jatuh di rumah
risiko jatuh dapat dilihat dari seberapa sering perilaku perawat melaksanakan
asesmen risiko jatuh tersebut baik asesmen awal maupun asesmen ulang. Dari
membuat tidak patuhnya perawat dalam pelaksanaan asesmen risiko jatuh (Nur
dkk, 2017).
yaitu motivasi, baik dari sesama rekan kerja maupun kepala ruangan. Motivasi
sebagai faktor pendukung, beban kerja juga merupakan salah satu faktor
penghambat dalam pelaksanaan asesmen risiko jatuh (Nur dkk., 2017). Beban
kerja dapat mempengaruhi stress kerja dan pelayanan sehingga semakin tinggi
beban kerja maka dapat membuat semakin rendah kinerja karyawan. Hal ini
dengan pelaksanaan asesmen risiko jatuh yang lebih dari 1x24 jam terbanyak
yang menyatakan bahwa mutu kepuasan pasien belum tercapai. Hasil uji
statistik menunjukan nilai p = 0,206 > 0,05 (α) artinya Ho diterima, maka dapat
risiko pasien jatuh. Kepuasan pasien adalah perasaan senang yang dirasakan
di Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh diperoleh (p= 0,028). Hasil
dari hasil penelitian terdahulu kepuasan pasien lebih erat kaitannya dengan
C) Analisa Kualitatif
1) Komponen Input
a) Kebijakan
ada dan rumah sakit sudah menuangkan dalam buku pedoman manajemen
b) Dana
berasal dari dana BLUD. Bentuk sistem pembagian jasa pelayanan sudah
Dari studi dokumentasi RSUD lubuk sikaping sejak 2020 sudah BLUD
tentang Perubahan Ketiga atas Perbup. Pasaman No. 15 Tahun 2017 tentang
Pola Tarif Jasa Pelayanan Kesehatan pada BLUD RSUD Lubuk sikaping
c) Sarana Prasarana
beresiko, dari ruangan mengatakan sarana sudah ada fasilitas sudah ada
tetapi belum memadai dan dari segi jumlah masih ada kekurangan tapi
standar manajemen resiko hanya belum terpenuhi dari segi jumlah sesuai
penyangga tangan tempat tidur yang rusak, masih ada dibeberapa kamar
pengunjung
sudah ada namun untuk jumlah yang memenuhi kebutuhan ruangan masih ada
yang kurang
d) SDM
Dari hasil wawancara tentang pelaksanaan manajemen resiko dalam
upaya peningkatan mutu nasional rumah sakit kepada informan tentang SDM,
adalah semua baik pihak manajerial maupun staf dan karyawan rumah sakit,
masing masing memiliki peran dan tanggung jawab masing masing, namun
evaluasi dan pelaksanaan di bagian PPI, K3RS, KMKP dan SPI, namun belum
jawab belum maksimal dijalankan oleh masing masing unit sesuai dengan
jawab dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen resiko dan
dan program ,pemetaan area resiko dan merekap data resiko, mengkordinir
dan evaluasi resiko K3(fasilitas dan lingkungan); Satuan Pengawas Internal (SPI)
evaluasi resiko non klinis; Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
staf memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal pelaksanaan manajemen resiko,
dan seluruh tingkat manajemen harus mengerti dan mengimplemetasi strategi dan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Sudah ada unit pelaksana dan
manajemen resiko belum berjalan sesuai fungsi dan peran masing masing dan Sudah
2) Komponen Proses
didapatkan data Tahap proses manajemen resiko dirumah sakit belum berjalan
masih kurang; dan Rumah sakit belum maksimal dalam menjalankan proses
identifikasi resiko)
sudah ada tapi belum terisi secara maksimal karena pelaporan juga tidak
agar pelaksana semua lebih proaktif dalam pelaksanaanya, hal ini yang belum
terjadi.
belum ada laporan berkala terkait identifikasi resiko di ruangan. Hasil Studi
situasi internal dan eksternal; Memahami tujuan satuan kerja melalui Rencana
resiko yang mungkn terjadi atas kegiatan tersebut, baik resiko yang pernah
terjadi maupun yang belom terjadi; Mencari penyebab dari resiko-resiko yang
Mengisi hasil butir-butir (1) – (6) di atas, dalam formulir identifikasi resiko
identifikasi resiko seperti yang ada pada pedoman panduan manajemen resiko
aktivitas krusial, menentukan barang yang ada pada aktivitas krusial tersebut,
menentukan bentuk kegiatan yang dapat terjadi pada aktifitas krusial, dengan
dampak kemudian dapat ditentukan status resiko apakah sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan sangat rendah, namun dilakukan kebanyakan setelah resiko
untuk menentukan satus resiko apakah sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah di dalam panduan pedoman manajemen resiko rumah sakit.
sebagaimana dimaksud berisi uturan prioritas resiko dan daftar yang akan
Controllability.
pelaksanaan yang masih belum proaktif dari berbagai pihak dan sudah
sumber, alat, mesin, bahan atau materi, bisa juga aktivitas atau area supaya
menjadi aman, kemudian bisa dengan perancangan atau modifikasi alat mesin
pengendalian maupun yang telah ada, namun dinilai kurang atau tidak efektif,
masing masing unit dan bagian yang ada dirumah sakit kepada bagian Komite
kepada direktur rumah sakit, harusnya pelaporan ini dilakukan dengan Upaya
bagian PPi dan Mutu rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi ke
ruangan atau unit unit yang ada, tapi belum terlaksana.
unit atau ruangan juga belum melakukan secara maksimal dan proaktif, selain
alas an beban kerja juga dikarenakan banyak yang belum memahami dan
Hasil Studi Dokumentasi: Monitoring dan evaluasi adalah bagian dari proses
manajemen resiko yang memastikan bahwa seluruh tahapan proses dan fungsi
peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dengan fokus
tertentu:
telah dijalankan.
3) Komponen Output
Dari hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa ada hubungan
yang era tantara pelaksanaan manajemen resiko dengan indikator mutu rumah sakit terutama
di ruangan rawat inap. Indikator mutu rumah sakit saat ini sudah mulai tercapai sesuai target
yang ditetapkan kemenkes namun dari 7 indikator mutu yang saat ini belum mencapai target
yaitu kepatuhan terhadap alur klinis, dengan terlaksananya manajemen resiko resiko seprti
infeksi, kesalahan pemberian obat, resiko jatuh itu bisa diminimalkan dengan prinsip
pencegahan sebelum terjadi, untuk menghindari resiko infeksi dengan kepatuhan mencuci
tangan dan APD sesuai standar ini, akan menjamin keselamatn pasien dan akan mengurangi
Insiden baik insiden KTD, KNC, KTC ataupun KPC, Contoh lain dengan kepatuhan
identifikasi pasien tentu saj akan mengurangi resiko kesalahan pemberian obat kepada pasien,
pemasangan pengunci tempat tidur, pagar tempat tidur, lantai licin akan mengurangi resiko
pasien jatuh, hal ini akan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien
Hasil observasi: Pelaporan dan formulir identifikasi mutu ruangan sudah berjalan
dirumah sakit dan sudah dilaporkan kepada komite mutu rumah sakit,, hasil Studi
Dokumentasi; tujuh indikator mutu yang dilihat ketercapaiannya di ruangan sudah memenuhi
target dari kemenkes kecuali untuk kepatuhan clinical patway memang belum berjalan di
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penelitian kuantitatif
Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, dari pengumpulan data penelitian
b) Pelaksanaan manajemen resiko masih kurang yang bisa dilihat dari tahapan
yang belum maksimal dilakukan di Rumah sakit, diantaranya lebih dari separo
belum dibuat peta resiko dari Analisa yang dilakukan. Selanjutnya yang belum
dilakukan maksimal yaitu pada aspek evaluasi resiko yaitu 77.7 % mengatakan
bahwa rumah sakit belum menggunakan hasil evaluasi resiko dalam membuat
mutu yang sudah dirasa cukup baik dan lebih separo responden menyatakan
terhadap pencegahan resiko pasien jatuh dengan nilai p = 0,011 (nilai p value
< 0,05)
0,318; kepatuhan waktu visite dokter dengan nilai nilai p = 0,651; kepatuhan
terhadap alur klinis (clinical pathways) dengan nilai p = 0,253 dan terakir
dengan indikator kepuasan pasien dengan nilai p = 0,206 (nilai p value > 0,05)
2. Penelitian Kualitatif
hasil dari komponen input, proses dan output yang dapat disimpulkan:
a) Komponen input yang terdiri dari kebijakan, Dana, Sarana prasarana dan SDM
prasarana sudah ada namun untuk jumlah yang memenuhi kebutuhan ruangan
masih ada yang kurang; dan Sudah ada unit pelaksana dan penanggung jawab
belum berjalan sesuai fungsi dan peran masing masing walaupun sudah tertuang
c) Pada Komponen Output Rumah sakit sudah menjalankan mutu dengan baik
sudah adanya laporan mutu berkala di rumah sakit, pencapaian mutu clinical
B) Saran
Pasaman
b. Bagi Institusi Pendidikan
pimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
Adibi, H., Khalesi, N., Ravaghi, H., Jafari, M., & Jeddian, A. R. (2020).
Development of an effective risk management system in a teaching hospital.
Journal of Diabetes and Metabolic Disorders, 11(1), 1–7.
https://doi.org/10.1186/2251-6581-11-15
Anika, Vivi, Mumpuni, Retno, Sugiarsi, Sri, Sinta, & Bayu, T. (2021). Penerapan
Manajemen Risiko Di Unit Filing. Indonesian Journal of Health Information
Management, 1(1), 21–28.
Bleibtreu, E., von Ahlen, C., & Geissler, A. (2022). Service-, needs-, and quality-
based hospital capacity planning – The evolution of a revolution in
Switzerland. Health Policy, 126(12), 1277–1282.
https://doi.org/10.1016/j.healthpol.2022.09.011
Briner, M., & Manser, T. (2013). Clinical risk management in mental health: A
qualitative study of main risks and related organizational management
practices. BMC Health Services Research, 13(1), 1.
https://doi.org/10.1186/1472-6963-13-44
Chandra, H., Ismail, N., & Adamy, A. (2019). Hubungan Penerapan Patient Safety
dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Cehadum, 1(4), 43-53.
Dewi, F., Hayati, M., & Yusrawati, Y. (2022). Kepatuhan Perawat Dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Memutus Rantai Penularan
Covid–19 Di RSUD Cut Meutia Aceh Utara. Sehat Rakyat: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(2), 116-124.
Dewi L et al. (2022). Total Quality Management ; Patient Safety Culture ; indicator
of patient safety. Jurnal Health Sains: P–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2723-
6927, 3(3).
Eni Isclawati, Usman, & Makhrajani Majid. (2020). Analisis Penerapan Kebijakan
Kesehatan Spesifik Patient Safety Di Rsud Andi Makkasau Kota Parepare.
Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 3(3), 315–322.
https://doi.org/10.31850/makes.v3i3.307
Galih, E. (2021). Indikator Mutu Nasional Rumah Sakit di Indonesia. Cipta Mulya
Medika.
Izza, N., Jati, S. P., & Pramukarso, D. T. (2022). Analisis Implentasi Manajemen
Resiko Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 278–292.
Kementrian Kesehatan RI. 2022. Infodatin Pusat Data dan Informasi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2017.
Marfu’ah, S., & Sofiana, L. (2018). Analisis tingkat kepatuhan hand hygiene
perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat, 12(1), 29-37.
Ningsih, K. P., Tunnisa, U., & Erviana, N. (2020). Manajemen Resiko Redesign
Sistem Penjajaran Rekam Medis dengan Metode Failure Mode and Effect
Analysis ( FMEA ). Indonesian of Health Management Journal, 8(1), 8–20.
Olii, M. W., Rivai, F., & Palutturi, S. (2019). Implementasi Manajemen Risiko
Klinis Dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhi Pada Rumah Sakit Di Kota
Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Maritim, 2(1), 106–120.
https://doi.org/10.30597/jkmm.v2i1.10063
Paat, C., Kristanto, E., & Kalalo, F. P. (2017). Analisis pelaksanaan clinical
pathway di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Biomedik (JBM).
https://doi.org/10.35790/jbm.9.1.2017.15322
Pasinringi, S. A., Rivai, F., Arifah, N., & Rezeki, S. F. (2021). The relationship
between service quality perceptions and the level of hospital accreditation.
Gaceta Sanitaria, 35, S116–S119.
https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2021.10.009
Rezeki1, S., Girsang2, E., Ginting3, C. N., & Ali Napiah Nasution4. (2022).
PENERAPAN MANAJEMEN PASIEN SAFETY DALAM RANGKA
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT. 4(April 2019),
1021–1028.
Wasty, I., Doda, V., & Nelwan, J. E. (2021). Hubungan Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Penggunaan Apd Pada Pekerja Di Rumah Sakit: Systematic
Review. Kesmas, 10(2), 117–122.
Zimmer, M., Wassmer, R., Latasch, L., Oberndörfer, D., Wilken, V., Ackermann,
H., & Breitkreutz, R. (2010). Initiation of risk management: Incidence of
failures in simulated emergency medical service scenarios. Resuscitation,
81(7), 882–886. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2010.03.009
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI INFORMAN
Kepada :
Yth. Bapak/ Ibu Calon Informan
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Universitas Fort
DeKock Bukittinggi :
NIM : 2 1 1 3 1 0 1 0 2 4
Dengan ini mohon bantuan Bapak/ Ibu untuk bersedia menjadi informan
kunci/ informan utama dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pelaksanaan
Manajemen Resiko Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan di
Rawat Inap RSUD Lubuk Sikapiang Tahun 2023”. Penelitian ini tidak akan
berdampak buruk bagi Bapak/ Ibu dan informasi yang diberikan akan dirahasiakan
serta hanya digunakan untuk penelitian saja.
Apabila Bapak/ Ibu menyetujui, maka saya mohon untuk menandatangani
lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu
saya ucapkan terima kasih.
Yong Marzuhaili
Lampiran 2
Nama : ……………………………….
Umur : ……………………………….
Pendidikan : ……………………………….
Jabatan : ……………………………….
Alamat : ……………………………….
( ………………………….. )
Lampiran 3
I. Identitas responden
Nama :
Umur :
Alamat :
II. Pertanyaan
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berkaitan dengan risk
management (manajemen resiko). Berilah tanda (X) pada kolom
yang berisi pilihan Ya/ Tidak dan jawablah pertanyaan dikolom
sampingnya sesuai dengan pilihan jawaban yang dipilih!
Aspek yang Pertanyaan Ya Tidak Jika Tidak,
dinilai Mengapa?
Proses 1. Apakah diadakan
Komunikasi dan komunikasi dan
Konsultasi konsultasi terkait
dengan isu resiko di
lingkungan rumah sakit
Bapak/ Ibu baik
2. Jika ya, Apakah
komunikasi dilakukan
dalam pertemuan
berkala?
Penetapan 3. Apakah komunikasi
Konteks dilakukan dalam
pertemuan insidental,
seminar atau forum
pengelola resiko
4. Apakah di Rumah Sakit
Bapak ibu dilakukan
penetapan konteks
untuk menetapkan
tujuan dan parameter
eksternal dan internal
dalam melakukan
pengelolaan resiko ?
5. Jika ya, apakah dalam
penetapan konteks
dilakukan Analisa dan
memanfatkan informasi
dari berbagai sumber
eksternal maupun
internal?
16. Apakah RS
menggunakan rumus
perhitungan dalam
menentukan prioritas
resiko ?
*Kuesioner ini dibuat dengan mengadopsi dari Permenkes, No 25 Tahun 2019, Pedoman
manajemen Resiko RSUD Lubuk SIkaping, dan (Briner et al 2010 : Olii, 2018)
Lampiran 4 : lembar observasi indikator mutu di rawat inap RSUD Lubuk SIkaping
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keterangan :
No 7 : Kepuasan pasien
Lampiran 5 instrumen penelitian panduan wawancara
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Masa kerja :
IV. Pertanyaan
a. Input
1. Apa yang bapak /ibu ketahui tentang manajemen resiko di rumah
sakit ?
b. Proses
c. Output
I. Identitas informan
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Masa kerja :
II. Pertanyaan
A. Input
1. Apa yang bapak /ibu ketahui tentang manajemen resiko di rumah sakit ?
B. Proses
C. Output
1. Menurut bapak ibu bagaimana mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit ini
selama 2 tahun terakhir jika dilihat dari indikator mutu nasional?
2. Menurut pendapat bapak ibu apakah pelaksanaan manajemen resiko yang
berjalan dirumah sakit ini sudah sesuaikh dengan standar yang ada,? Bisa
bapak ibu jelaskan?
3. Menurut bapak ibu adakah kaitanya pelaksanaan manajemen resiko ini
terhadap indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, bisakah bapak
ibu jelaskan?
4. Menurut Bapak/ ibu faktor apa yang mempengaruhi indikator mutu
pelayanan kesehatan dirumah sakit?
6. Adakah saran atau masukan yang dapat bapak ibu berikan terhadap
pelaksanaan manajemen resiko dirumah sakit dalam upaya peningkatan
mutu pelayan
PANDUAN WANCARA MENDALAM PELAKSANAAN
MANAJEMEN RESIKO
KEPALA RUANGAN RAWAT INAP
I. Identitas informan
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Masa kerja :
II.Pertanyaan
A. Input
1. Apa yang bapak /ibu ketahui tentang manajemen resiko di rumah sakit ?
B. Proses
C. Output
6. Adakah saran atau masukan yang dapat bapak ibu berikan terhadap
pelaksanaan manajemen resiko dirumah sakit dalam upaya
peningkatan mutu pelayan
PANDUAN WANCARA MENDALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN RESIKO
PERAWAT
I. Identitas informan
Nama :
Umur :
Alamat :
Masa kerja :
II.Pertanyaan
A. Input
1. Apa bapak /ibu mengetahui tentang manajemen resiko di rumah sakit ini ?
3. Menurut Bapak/ Ibu, sudah tepatkah yang menjadi pelaksanaan manajemen resiko di
Rumah sakit?
B. Proses
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen resiko yang dilakukan kepala ruangan diruangan bapak
ibu?
2. Apa yang bapak ibu ketahui tentang indikator mutu nasional pelayanan rumah sakit?
3. Bagaimana penilaian indikator mutu yang dilaksanakan di ruangan tempat bapak ibu bekerja
?
C. Output
Satuan Persentase
Pengukuran
Target ≥ 85%
Pencapaian
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Metode Observasi
Pengumpulan
Data
Satuan Persentase
Pengukuran
Target 100%
Pencapaian
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah petugas yang patuh menggunakan
APD sesuai indikasi dalam periode observasi
x 100 %
Jumlah seluruh petugas yang terindikasi
menggunakan APD dalam periode observasi
Metode Observasi
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pengumpulan
Data
Satuan Persentase
Pengukuran
Target 100%
Pencapaian
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Metode Observasi
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pengumpulan
Data
Penyajian Data • Tabel
• Run chart
Satuan Persentase
Pengukuran
Target ≥ 80%
Pencapaian
Kriteria Eksklusi:
a. Pasien yang baru masuk rawat inap hari itu b.
Pasien konsul
Metode Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data sekunder berupa laporan visite rawat inap dalam
rekam medik
Periode Bulanan
Pengumpulan
Data
Satuan Persentase
Pengukuran
Target ≥ 80%
Pencapaian
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri selama
perawatan.
2. Pasien yang meninggal
3. Variasi yang terjadi sesuai dengan indikasi klinis
pasien dalam
perkembangan pelayanan.
Metode Retrospektif
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pengumpulan
Data
Satuan Persentase
Pengukuran
Target 100%
Pencapaian
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang tidak dapat dilakukan asesmen ulang maupun
edukasi seperti pasien meninggal, pasien gangguan jiwa
yang sudah melewati fase akut, dan pasien menolak
intervensi
Metode Retrospektif
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pengumpulan Data
Penyajian Data • Tabel
• Run chart
g.Kepuasan Pasien
Judul Indikator Kepuasan Pasien
Satuan Indeks
Pengukuran
Target ≥ 76,61
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Seluruh pasien
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang tidak kompeten dalam mengisi
Metode Survei
Pengumpulan
Data
Instrumen Kuisioner
Pengambilan
Data
Periode Semesteran
Pengumpulan Data
Sebelum
Pemberian Pemberian Pengambilan melakukan
No Pasien Pemberian Denominator
Obat Nutrisi Specimen tindakan
Darah
diagnostik
1
2
3
dst
Total
%
Keterangan : Cara Hitung :
0 = Tidak dilakukan
n = ∑1 x 100%
1 = dilakukan
NA = Tidak ada peluang ∑ Denominator
Tanggal :
Sebelum melakukan
Ruangan yang Pemberian Pemberian Pengambilan
No Observasi Pemberian tindakan diagnostik Denominator Skor
diobservasi Obat Nutrisi Specimen
Darah
1 Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
2 Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
dst
Jumlah
Cara Hitung :
n = ∑Numerator x 100%
∑ Denominat Denominator Total
2. INDIKATOR: Kepatuhan Jam Visite Dokter Spesialis
Nama Pasien :
3 dst
Tanggal :
Nama Ruangan :
Bulan :
Nama Ruangan :
Kegiatan (n) = Kegiatan (n) = Kegiatan (n) = Kegiatan (n) = Kegiatan (n) =
Kalkulasi
Indikasi 1 (n) = Indikasi 2 (n) = Indikasi 3 (n) = Indikasi 4 (n) = Indikasi 5 (n) =
Ratio:
Kegiatan
/ Indikasi
Cara Pengisian:
1. Tentukan area Pemantauan yang akan dilakukan
2. Lihat data dan masukkan yang ada Form Pemantauan Kepatuhan Cuci Tangan, di kecualikan cucitangan yg
tdak terkait indikasi
3. Jika pada indikasi pada peluang yg sama, maka masing2 indikasi dilakukan penilaian
4. Isi data pada masing-masing kolom tersedia, jumlahkan Jumlahkan HR/ HW yg dilakukan (+)secara
terpisa
5. Hasil perhitungan adalah Ratio jumlah kegiatan / jumlah indikasi
Formulir 3.c Rekapitulasi Pemantauan Kepatuhan Cuci Tangan Berdasarkan Kategori Profesi
Jatuh Tanggal :
Nama
No. RM
No Pasien Screening Awal Ulang Edukasi P/TP/NA Keterangan
Ranap
Ranap
1
2
3 dst
Formulir 4.b Rekap Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera Akibat Pasien Jatuh
Tanggal :
Ruangan yang
No Observasi Screening Awal Ulang Edukasi P/TP/NA Keterangan
diobservasi
1 Irna A Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
2 Irna B Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Jumlah
5. INDIKATOR : Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway
1
2
3 dst
Bulan :
Tahun :
4. Bagaimana pendapat Saudara tentang 19. Bagaimana pendapat Saudara tentang sikap
kelengkapan/ ketersediaan prasarana keramahan dan kesopanan Perawatdalam
(listrik, air, fasilitas lainnya) di RS melayani pasien
a. Tidak lengkap a. Tidak ramah dan sopan
1 b. Kurang ramah dan sopan 1
b. Kurang 2 c. Ramah dan sopan 2
c. Lengkap 3 d. Sangat ramah dan sopan 3
d. Sangat lengkap 4 4
5. Bagaimana menurut Saudara tentang 20. Bagaimana pendapat Saudara tentang
pemeliharaan prasarana yang ada di RS kedisiplinan kehadiran Perawat dalam
a. Tidak terpelihara pelayanan
b. Kurang terpelihara 1 a. Tidak tepat waktu 1
c. Terpelihara 2 b. Kurang tepat waktu 2
d. Tidak Terpelihara 3 c. Tepat waktu 3
4 d. Sangat tepat waktu 4
6. Bagaimana pendapat Saudara tentang 21. Bagaimana pendapat Saudara tentang
keamanan Prasarana di RStermasuk kemampuan/ ketrampilan Perawat dalam
potensi kehilangan/ pencurian melayani
a. Tidak aman a. Tidak trampil 1
b. Kurang aman 1 b. Kurang trampil 2
c. Aman 2 c. Trampil 3
d. Sangat aman 3 d. Sangat trampil 4
4
7. Bagaimana pendapat Saudara tentang 22. Bagaimana pendapat Saudara tentang sikap
kelengkapan/ ketersediaan alat-alat keramahan dan kesopanan Petugaslainnya
kesehatan di RS dalam melayani pasien
a. Tidak lengkap a. Tidak ramah dan sopan
b. Kurang 1 b. Kurang ramah dan sopan 1
c. Lengkap 2 c. Ramah dan sopan 2
d. Sangat lengkap 3 d. Sangat ramah dan sopan 3
4 4
8. Bagaimana menurut Saudara tentang 23. Bagaimana penndapat Saudara tentang
pemeliharaan prasarana yang ada di RS kedisiplinan kehadiran Petugas lainnya
a. Tidak terpelihara dalam pelayanan
b. Kurang terpelihara 1 a. Tidak tepat waktu 1
c. Terpelihara 2 b. Kurang tepat waktu 2
d. Tidak Terpelihara 3 c. Tepat waktu 3
4 d. Sangat tepat waktu 4
9. Bagaimana pendapat Saudara 24. Bagaimana pendapat Saudara tentang
tentang keamanan alat-alat kesehatan kemampuan/ ketrampilan Petugas lainnya
di RS termasuk potensikehilangan/ dalam melayani
pencurian a. Tidak trampil 1
a. Tidak aman 1 b. Kurang trampil 2
b. Kurang aman 2 c. Trampil 3
c. Aman 3 d. Sangat trampil 4
d. Sangat aman 4
10. Bagaimana pendapat Saudara tentang P*) 25. Bagaimana pendapat Saudara tentang P*)
kecepatan pelayanan obat/farmasi kecepatan waktu tunggu pasien di RS
a. Lambat a. Lambat (antrean sangat panjang)
b. Kurang cepat b. Kurang cepat (antrean panjang)
c. Cepat dan tepat 1 c. Cepat (antrean wajar) 1
d. Sangat cepat dan tepat 2 d. Sangat cepat (tanpa antrean) 2
3 3
4 4
11. Bagaimana pendapat Saudara tentang 26. Bagaimana pendapat Saudara tentang
sikap keramahan dan kesopanan kemudahan menyampaikan keluhan Pasien
Petugas Farmasi dalammelayani a. Tidak tersedia unit kerja yang menangani
pasien keluhan 1
a. Tidak ramah dan sopan 1 b. Kurang tersedia sarana menyampaikan 2
b. Kurang ramah dan sopan 2 keluhan 3
c. Ramah dan sopan 3 c. Tersedia unit kerja/ petugas yang 4
d. Sangat ramah dan sopan 4 menerima komplain
d. Unit kerja pengelola keluman berfunsi
optimal
12. Bagaimana pendapat Saudara 27. Bagaimana pendapat Saudara tentang
tentang Pemberian Penjelasan kenyamanan di Ruang Tunggu Pasien
Informasi Obat a. Tidak nyaman (sempit, udara panas,
a. Tidak jelas 1 berdesakan) 1
b. Kurang jelas 2 b. Kurang nyaman 2
c. Jelas 3 c. Nyaman 3
d. Sangat jelas 4 d. Sangat nyaman 4
13. Bagaimana pendapat Saudara tentang 28. Bagaimana pendapat Saudara tentang
kecepatan proses pendaftaran pasien kecepatan pelayanan di RS
di RS a. Tidak cepat 1
e. Lambat (antrean sangat panjang) 1 b. Kurang cepat 2
f. Kurang cepat (antrean panjang) 2 c. Cepat 3
g. Cepat (antrean wajar) 3 d. Sangat cepat 4
h. Sangat cepat (tanpa antrean) 4
14. Bagaimana menurut Saudara tentang 29. Bagaimana pendapat Saudara tentang
kemudahan mendapatkan pelayanan ketepatan waktu pelayanan di RS ini
yang ada di RS 1 a. Selalu Tidak tepat waktu
a. Sangat sulit & ber belit-belit 2 b. Kadang-kadang tepat waktu 1
b. Kurang mudah mendapatkan akses 3 c. Lebih sering Tepat waktu 2
c. Mudah (terhubung akses telepon,sms 4 d. Selalu tepat waktu 3
dll) 4
d. Sangat mudah (didukung teknologi)
15. Bagaimana pendapat Saudara 30. Bagaimana pendapat Saudara tentang
tentang kenyamanan di Ruang keamanan pelayanan di unit Saudara
Pendaftaran RS mendapatkan pelayanan
a. Tidak nyaman (sempit, udara panas, a. Tidak aman 1
berdesakan) 1 b. Kurang aman 2
b. Kurang nyaman 2 c. Aman 3
c. Nyaman 3 d. Sangat aman 4
d. Sangat nyaman 4
FORM. 6.b PENGOLAHAN INDEKS KEPUASAN PASIEN PER RESPONDEN DAN PER UNSUR PELAYANAN
150
Indeks kepuasan
Keterangan :
U 1 – U 30 : Unsur Pelayanan Nilai Nilai Interval Nilai Interval Mutu Kinerja Unit
NRR : Nilai Rata Rata Persepsi IKM Konversi IKM Pelayanann Pelayanan
IKM : Indeks Kepuasan Pasien 1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak Baik
*) : Jmlh NRR IKM Tertimbang
2 1,76 – 2,50 43, 76 -62,50 C Kurang Baik
**) : IKM Unit Pelayanan X 25
Bobot NRR Tertimbang → Jml Bobot: Jumlh Unsur= 1/ 30= 0,033 3 2,51 – 3,25 62,51 – 81, 25 B Baik
IKM= Total dari Nilai Persepsi per unsur X Nilai Penimbang (25) 4 3,26 – 4,00 81,26 –100 A Sangat Baik
Total Unsur yang terisi
7. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan Alasan jika tidak menggunakan APD
Saru Goo
ng Pelind Gaun / gles Alat
No Nama Tang Buru
Topi un g Masker Apron Tida Tidak tida
. Petugas Tindakan an -buru
Kaki k ada k
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Tahu indikas tersi
i sa
`
Karakteristik responden Manajemen Resiko Mutu Rumah Sakit
LAMA
No JK PDDK PROFESI UMUR BEKERJA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 total m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7
1 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 26 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 1 1 1 0
2 P 0 DIII 2 Perawat 1 30 1 3 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 1 1 1
3 P 0 DIII 2 Perawat 1 33 2 12 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 1 0 1 1
4 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 0 1 1 1 0 1 1
5 P 0 NERS 1 Perawat 1 43 3 24 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 1 1
6 P 0 BID 3 Perawat 1 35 2 9 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 1 0 1 1
7 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 0 1 1 1
8 L 1 NERS 1 Perawat 1 39 2 14 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 0 1 0 1
9 L 1 NERS 1 Perawat 1 38 2 14 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 1 1 1 1
10 P 0 NERS 1 Perawat 1 48 3 24 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 0 1 1 1
11 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 1 0 0 1
12 P 0 DIII 2 Perawat 1 30 1 6 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 0 1 1 1 1 1
13 P 0 DIII 2 Perawat 1 33 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 0 1 1 0 1 0 1
14 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 8 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 1 1 1
15 P 0 NERS 1 Perawat 1 43 3 19 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 0 1 0 0
16 P 0 BID 3 Perawat 1 35 2 11 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 1 1 0 0
17 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 19 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 1 1 1 1 1 0 1
18 L 1 NERS 1 Perawat 1 39 2 15 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 1 1 0 1
19 L 1 NERS 1 Perawat 1 38 2 14 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 0 1 1 1 1 1
20 P 0 NERS 1 Perawat 1 48 3 23 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 1 1 1
21 P 0 DIII 2 Perawat 1 44 3 20 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 0 0 1 0 1 1 1
22 P 0 DIII 2 Perawat 1 30 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 0 1 0 0 1 1
23 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 8 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 0 0 1 1
24 P 0 BID 3 Perawat 1 33 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 0 1 1 1 0 1 1
25 P 0 NERS 1 Perawat 1 43 3 17 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 1 1
26 P 0 NERS 1 Perawat 1 35 2 11 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 1 1 1 0 1 1
27 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 22 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 1 1 1 1 0 0
28 L 1 NERS 1 Perawat 1 39 2 16 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 1 1 1 1 1 0 0
29 L 1 DIII 2 Perawat 1 38 2 15 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 0 1 1 0 0 0
30 P 0 DIII 2 Perawat 1 48 3 22 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 1 0 1 1 0 0 0
31 P 0 NERS 1 Perawat 1 45 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 1 0 0 1
32 P 0 BID 3 Perawat 1 44 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 0 1 1 1 1
33 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 19 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 1 1 1
34 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 0 1 0 1 1 0
35 P 0 NERS 1 Perawat 1 46 3 22 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 0 0 0 0 1 1
36 P 0 NERS 1 Perawat 1 42 3 18 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 1 1 1 1 1 1 1
37 P 0 DIII 2 Perawat 1 41 3 16 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 0 0 1 1
38 L 1 DIII 2 Perawat 1 38 2 13 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 0 0 1
39 L 1 DIII 2 Perawat 1 37 2 13 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 0 1 0 0 1
40 P 0 DIII 2 Perawat 1 33 2 8 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 0 1 0 0 0 1
41 P 0 DIII 2 Perawat 1 32 2 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 0 0 1 0 0 0 1
42 P 0 DIII 2 Perawat 1 30 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 1 0 0 0 0 0 1
43 P 0 DIII 2 Perawat 1 45 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 1 0 1 1
44 P 0 NERS 1 Perawat 1 43 3 18 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 0 1 1
45 P 0 NERS 1 Perawat 1 42 3 19 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 1 1
46 P 0 NERS 1 Perawat 1 41 3 18 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 2 0 1 1 1 0 0 1
47 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 21 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 1 1 0 1 0 1 0 1
48 L 1 NERS 1 Perawat 1 42 3 19 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 10 1 1 1 1 0 0 1 0
49 L 1 NERS 1 Perawat 1 45 3 22 3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 0 0 1 0
50 P 0 NERS 1 Perawat 1 32 2 9 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 1 1 0
51 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 1 1 0 0
52 P 0 DIII 2 Perawat 1 31 2 8 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 1 0 0 1 1 0 0 1
53 P 0 DIII 2 Perawat 1 28 1 5 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 10 1 1 0 1 1 0 0 1
54 P 0 DIII 2 Perawat 1 29 1 6 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 14 2 0 0 1 1 0 1 1
55 P 0 DIII 2 Perawat 1 32 2 9 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 1 1 1
56 P 0 DIII 2 Perawat 1 32 2 9 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 1 1 0 0 1 0 1 0
57 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 10 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 10 1 1 1 1 1 1 0 0
58 L 1 NERS 1 Perawat 1 35 2 12 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 14 2 1 1 1 1 0 0 0
59 L 1 NERS 1 Perawat 1 34 2 11 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 1 0 0 0
60 P 0 NERS 1 Perawat 1 48 3 25 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 8 1 0 0 1 1 0 1 1
61 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 21 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 10 1 0 0 0 0 1 1 1
62 P 0 NERS 1 Perawat 1 43 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 0 1 1 1
63 P 0 NERS 1 Perawat 1 42 3 19 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 1 1 1 0
64 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 21 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 0 1 0 0 0 1
65 P 0 DIII 2 Perawat 1 29 1 6 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 0 1 0 0 0
66 P 0 DIII 2 Perawat 1 30 1 7 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 0 0 1
67 P 0 DIII 2 Perawat 1 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 0 1 0
68 L 1 DIII 2 Perawat 1 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 0 1 1 0
69 L 1 DIII 2 Perawat 1 44 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 0 1 1 0
70 P 0 NERS 1 Perawat 1 30 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 0 1 1 0 1 1
71 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 0 0 0 1 0 1 1
72 P 0 NERS 1 Perawat 1 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 0 1 1
73 P 0 NERS 1 Perawat 1 43 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 0 0 0
74 P 0 NERS 1 Perawat 1 35 2 12 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 0 0
75 P 0 NERS 1 Perawat 1 44 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 0 1 0 0 1 1
76 P 0 NERS 1 Perawat 1 39 2 16 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 18 2 0 1 0 0 0 0 1
77 P 0 NERS 1 Perawat 1 38 2 15 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 0 1 1 0 0 0 1
78 L 1 DIII 2 Perawat 1 48 3 25 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 0 1 1 1 0 0 1
79 L 1 DIII 2 Perawat 1 44 3 21 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 0 1 1 1 0 0 1
80 P 0 spesialis 4 dokter 2 30 1 7 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 1 1
81 P 0 umum 5 dokter 2 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 1 0 1 1
82 P 0 spesialis 4 dokter 2 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 0 0
83 L 1 spesialis 4 dokter 2 43 3 20 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 1 0 1 0
84 L 1 spesialis 4 dokter 2 35 2 12 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 18 2 0 0 0 1 0 1 0
85 L 1 umum 5 dokter 2 44 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 0 1 1 0 1 0
86 P 0 umum 5 dokter 2 39 2 16 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 0 1 1 0 1 0
87 P 0 umum 5 dokter 2 38 2 15 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 1 1 1
88 L 1 spesialis 4 dokter 2 48 3 25 3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 0 0 1 1
89 L 1 spesialis 4 dokter 2 44 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 0 1 1
90 P 0 spesialis 4 dokter 2 30 1 7 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 0 0 1 0 0 1
91 P 0 umum 5 dokter 2 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 1 0 0 0 1
92 P 0 Apt 6 farmasi 3 33 2 10 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 1 1 0 0
93 P 0 A.Md. Farm 7 farmasi 3 28 1 5 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 0 0 0 0
94 P 0 A.Md. Farm 7 farmasi 3 29 1 6 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 0 1 1 0 0 1 0
95 P 0 Apt 6 farmasi 3 44 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 0 1 1 1 0 1 0
96 P 0 Apt 6 farmasi 3 39 2 16 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 0 0 1 1 1
97 P 0 Apt 6 farmasi 3 38 2 15 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 1 1 1 1 1 1
98 L 1 A.Md. Farm 7 farmasi 3 48 3 25 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 1 1 1 1
99 L 1 Apt 6 farmasi 3 29 1 6 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 0 1 1 0
100 P 0 Apt 6 farmasi 3 44 3 21 3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 0 0 1 0
101 L 1 A.Md. Farm 7 farmasi 3 27 1 4 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 1 0 1 0 0 0
102 L 1 A.Md. Farm 7 farmasi 3 29 1 6 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 12 1 1 0 1 0 0 0 1
103 P 0 A.Md. Farm 7 farmasi 3 48 3 25 3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 13 1 1 0 1 0 0 0 1
skore 103 32 103 103 103 103 24 50 95 24 99 99 86 32 23 24 86 103 94 26 13.7 47 50 90 63 38 61 68
% 100 31.1 100 100 100 100 23.3 48.5 92.2 23.3 96.1 96.1 83.5 31.1 22.3 23.3 83.5 100 91.3 25.2
Lampiran pengolahan SPSS
FREQUENCIES VARIABLES=pertanyaan1 pertanyaan2 pertanyaan3 pertanyaan4 pertanyaan5 pertanyaan6 pertanyaan7 pertanyaan8 pertanyaan9 pe
rtanyaan10 pertanyaan11 pertanyaan12 pertanyaan13 pertanyaan14 pertanyaan15 pertanyaan16 pertanyaan17 pertanyaan18
pertanyaan19 pertanyaan20 pendidikan profesi jeniskelamin kelompokusia lama muti1 mutu2 mutu3 mutu4 mutu5 mutu6 mutu7 manajemenr
esiko1
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Statistics
Statistics
Statistics
kepatuhan kepatuhan
lama bekerja clinical waktu visite identifikasi penerapan identifikasi
responden patway dokter pasien hand higiene resiko jatuh
N Valid 103 103 103 103 103 103
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.86 .43 .65 .87 .61 .97
Std. Deviation .768 .497 .479 .334 .490 .169
Minimum 1 0 0 0 0 0
Maximum 3 1 1 1 1 1
Statistics
pelaksanaan
penggunaan Kepuasa manajemen
APD pasien resiko
N Valid 103 103 103
Missing 0 0 0
Mean .59 .66 1.26
Std. Deviation .494 .476 .442
Minimum 0 0 1
Maximum 1 1 2
Frequency Table
manajemen resiko pertanyaan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 103 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 71 68.9 68.9 68.9
ya 32 31.1 31.1 100.0
Total 103 100.0 100.0
manajemen resiko pertanyaan 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 103 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 103 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 103 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 103 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 79 76.7 76.7 76.7
ya 24 23.3 23.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 53 51.5 51.5 51.5
ya 50 48.5 48.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 8 7.8 7.8 7.8
ya 95 92.2 92.2 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 79 76.7 76.7 76.7
ya 24 23.3 23.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
manajemen resiko pertanyaan 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 4 3.9 3.9 3.9
ya 99 96.1 96.1 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 4 3.9 3.9 3.9
ya 99 96.1 96.1 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 17 16.5 16.5 16.5
ya 86 83.5 83.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 71 68.9 68.9 68.9
ya 32 31.1 31.1 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 80 77.7 77.7 77.7
ya 23 22.3 22.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 79 76.7 76.7 76.7
ya 24 23.3 23.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 17 16.5 16.5 16.5
ya 86 83.5 83.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
manajemen resiko pertanyaan 18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 103 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 9 8.7 8.7 8.7
ya 94 91.3 91.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 77 74.8 74.8 74.8
ya 26 25.2 25.2 100.0
Total 103 100.0 100.0
Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid A.Md 6 5.8 5.8 5.8
Apt 6 5.8 5.8 11.7
BID 4 3.9 3.9 15.5
DIII 27 26.2 26.2 41.7
NERS 48 46.6 46.6 88.3
spes 7 6.8 6.8 95.1
umum 5 4.9 4.9 100.0
Total 103 100.0 100.0
Profesi responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 79 76.7 76.7 76.7
2 12 11.7 11.7 88.3
3 12 11.7 11.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 78 75.7 75.7 75.7
laki laki 25 24.3 24.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 30 tahun 16 15.5 15.5 15.5
kelompok usia responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 30 -40 43 41.7 41.7 57.3
> 40 tahun 44 42.7 42.7 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <10 tahun 38 36.9 36.9 36.9
10-20 41 39.8 39.8 76.7
>20 24 23.3 23.3 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang berhasil 76 73.8 73.8 73.8
berhasil 27 26.2 26.2 100.0
Total 103 100.0 100.0
Descriptives
[DataSet0]
Descriptive Statistics
Skewne
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ss
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Kepatuhan kebersihan
tangan 103 0 1 .46 .049 .501 .178
Kepatuhan penggunaan
APD 103 0 1 .49 .049 .502 .059
Kepatuhan identifikasi
pasien 103 0 1 .87 .033 .334 -2.285
Kepatuhan Waktu Visite
Dokter 103 0 1 .61 .048 .490 -.465
Kepatuhan Terhadap Alur
Klinis (Clinical Pathway) 103 0 1 .37 .048 .485 .551
Kepatuhan Upaya
Pencegahan Risiko 103 0 1 .59 .049 .494 -.381
Pasien Jatuh
Descriptive Statistics
Skewnes
s Kurtosis
Std. Error Statistic Std. Error
Kepatuhan kebersihan
tangan .238 -2.008 .472
Kepatuhan penggunaan
APD .238 -2.036 .472
Kepatuhan identifikasi
pasien .238 3.282 .472
Kepatuhan Waktu Visite
Dokter .238 -1.820 .472
Kepatuhan Terhadap Alur
Klinis (Clinical Pathway) .238 -1.730 .472
Kepatuhan Upaya
Pencegahan Risiko .238 -1.892 .472
Pasien Jatuh
Descriptive Statistics
Skewne
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ss
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Kepuasan pasien 103 0 1 .66 .047 .476 -.686
Valid N (listwise) 103
Descriptive Statistics
Skewnes
s Kurtosis
Std. Error Statistic Std. Error
Kepuasan pasien .238 -1.559 .472
Valid N (listwise)
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Kepatuhan
Terhadap Alur
Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan Klinis
kebersihan penggunaan identifikasi Waktu Visite (Clinical
tangan APD pasien Dokter Pathway)
N Valid 103 103 103 103 103
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
Kepatuhan
Upaya
Pencegahan
Risiko Pasien Kepuasan
Jatuh pasien
N Valid 103 103
Missing 0 0
Frequency Table
Kepatuhan kebersihan tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 56 54.4 54.4 54.4
target tercapai 47 45.6 45.6 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 53 51.5 51.5 51.5
target tercapai 50 48.5 48.5 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 13 12.6 12.6 12.6
target tercapai 90 87.4 87.4 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 40 38.8 38.8 38.8
target tercapai 63 61.2 61.2 100.0
Total 103 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 65 63.1 63.1 63.1
target tercapai 38 36.9 36.9 100.0
Total 103 100.0 100.0
Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Pasien Jatuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 42 40.8 40.8 40.8
target tercapai 61 59.2 59.2 100.0
Total 103 100.0 100.0
Kepuasan pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid target belum tercapai 35 34.0 34.0 34.0
target tercapai 68 66.0 66.0 100.0
Total 103 100.0 100.0
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang berhasil 76 73.8 73.8 73.8
berhasil 27 26.2 26.2 100.0
Total 103 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=manajemenresiko BY mutu1 mutu2 mutu3 mutu4 mutu5 mutu6 mutu7
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet0]
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepatuhan 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
kebersihan tangan
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepatuhan 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
penggunaan APD
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepatuhan 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
identifikasi pasien
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepatuhan Waktu 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
Visite Dokter
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepatuhan
Terhadap Alur Klinis 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
(Clinical Pathway)
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepatuhan
Upaya Pencegahan 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
Risiko Pasien Jatuh
pelaksanaan manajemen
resiko * Kepuasan 103 100.0% 0 .0% 103 100.0%
pasien
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.32.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.32.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.11.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.41.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.49.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.96.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.01.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Kepuasan pasien
target belum
tercapai target tercapai Total
pelaksanaan manajemen kurang berhasil Count 29 47 76
resiko
Expected Count 25.8 50.2 76.0
% within Kepuasan
pasien 82.9% 69.1% 73.8%
berhasil Count 6 21 27
Expected Count 9.2 17.8 27.0
% within Kepuasan
pasien 17.1% 30.9% 26.2%
Total Count 35 68 103
Expected Count 35.0 68.0 103.0
% within Kepuasan
pasien 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.17.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate