Anda di halaman 1dari 54

RUU KESEHATAN

Bidang PERUMAHSAKITAN
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H
Anggota Kompartemen Hukum Advokasi Mediasi Organisasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia - PERSI Pusat
UU KESEHATAN
PASKA PENGESAHAN DPR RI – 11 JULI 2023
UU KESEHATAN 2023
Lahirnya RUU Kesehatan yang telah disahkan menjadi Undang Undang dan menunggu Penomoran dan
Tandatangan Presiden yang telah disahkan pada rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 11 Juli 2022 pukul
11.34 wib di Jakarta. Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan layanan kesehatan harus mengantisipasi
dampak berlakunya dari UU tersebut.
“ UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit DICABUT dan DINYATAKAN TIDAK BERLAKU “

UNDANG UNDANG
K E S E H ATA N
PERUMAHSAKITAN
UU Yang DICABUT & TIDAK BERLAKU

Pasal 454 UU KESEHATAN 2023


Disahkannya RUU KESEHATAN. Maka dengan keluarnya RUU Kesehatan maka
11 (sebelas) Undang – Undang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Sebelas Undang – Undang tersebut adalah;

11 (SEBELAS) UNDANG UNDANG


1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Ordonansi
Obat Keras
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran;
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
10. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan;
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan;
UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
UU No 24/2011 tentang BPJS Kesehatan “ Hilang “
BPJS Wajib menerima Kerjasama
BPJS wajib menerima kerja sama yang diajukan fasilitas kesehatan
yang telah memiliki perizinan berusaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

“ Hilang “ Tidak dapat memutus SEPIHAK


RUU ini tidak lagi Dalam rangka menjamin akses pelayanan kesehatan kepada
mengatur dan peserta, BPJS Kesehatan atau fasilitas kesehatan tidak dapat
merubah ketentuan memutuskan kerja sama secara sepihak.
dalam Undang-
Undang Nomor 40 Memutus Kerjasama koordinasi dengan Menteri
Tahun 2004 tentang
Dalam hal terdapat dugaan pelanggaran dan akan dilakukan pemutusan
Sistem Jaminan Sosial
kerja sama, BPJS Kesehatan harus berkoordinasi dengan Menteri yang
Nasional dan Undang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang
BPJS Kesehatan; Wajib Memberi Kompensasi
dimana sebelumnya Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan
mengatur tentang; yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medik
sejumlah peserta, BPJS wajib memberikan kompensasi.

Bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri


BPJS bertanggung jawab kepada Presiden melalui: (1) menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan untuk BPJS Kesehatan;
dan (2) menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan untuk BPJS Ketenagakerjaan.
UU SJSN & UU BPJS “ hilang “
Tidak ada lagi dicantumkan dan tertera dalam UU KESEHATAN yang disahkan

Pasal 19 Pasal 19 A
Ketentuan tentang Layanan “ Kepastian Pelayanan untuk
Kelas Standar Pasal 23 Kecelakaan TUNGGAL “
RUU versi PARIPURAN DPR
Februari 2023
RUU Kesehatan
Peraturan Pelaksana
Amanah RUU Kesehatan
98 PERATURAN PEMERINTAH
98 Amanah membuat 98 peraturan pemerintah

1
1 PERATURAN PRESIDEN
Amanah membuat 1 Peraturan Presiden

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


16 Membuat 16 Peraturan Menteri

0 0 PERATURAN DIREKTUR BPJS


-
BAGAIMANA
DENGAN ATURAN
YANG ADA?
PASAL 453 jo 456
Pada saat UU ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan, maka semua
peraturan perundang – undangan
yang merupakan peraturan pelaksana
dari UU tersebut dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan
dalam UU ini, namun Peraturan
pelaksana dari UU ini harus
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun
terhitung sejak UU ini diundangkan.
Pasal 1 angka 10

Pengertian
Rumah SAKIT
Rumah Sakit adalah Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan perseorangan
secara Paripurna melalui Pelayanan
Kesehatan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan/atau paliatif dengan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan Gawat Darurat.
Status BADAN HUKUM

Bidang PELAYANAN KESEHATAN


Badan Hukum Rumah Sakit, Tidak lagi “Hanya bergerak dibidang
Perumahsakitan ”. Tetapi “badan hukum yang kegiatan usahanya hanya
bergerak di bidang Pelayanan Kesehatan”

Pasal 185 ayat (3)


Rumah Sakit yang didirikan oleh masyarakat harus berbentuk
badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di
bidang Pelayanan Kesehatan.

Penjelasan pasal 185 ayat (3)


Yang dimaksud dengan “bidang Pelayanan Kesehatan” adalah bidang
yang memberikan Pelayanan Kesehatan langsung kepada masyarakat,
antara lain, berupa klinik, apotek, dan laboratorium.

Potensi DAMPAK & PELUANG


Maka sebuah Perusahaan (Persero); maka tidak hanya bergerak
dibidang perumahsakitan, tetapi dapat juga berupa Klinik, Apotek
dan Laboratorium.
Peluang
TANTANGAN RS PUSAT PENELITIAN
RUU ini juga telah mengatur Rumah Sakit
menjadi Pusat Penelitian, Rumah Sakit dalam
menyelenggarakan fungsi penelitian dapat
membentuk pusat penelitian guna
pengembangan layanan Kesehatan.
01 RS PENDIDIKAN

RS PENDIDIKAN
PUSAT PENELITIAN
02
RUU dalam pasal 187 dapat
ditetapkan menjadi Rumah Sakit
pendidikan. Namun hak
mendapatkan insentif pajak bagi RS
Pendidikan dihilangkan.
Struktur Organisasi Rumah Sakit
RUU ini dalam pasal 186 ayat (2) membuka seluas – luasnya, unsur pimpinan Rumah Sakit tidak lagi ekslusif hanya bagi tenaga medis, namun dapat
dipimpin oleh; Tenag Medis, Tenaga Kesehatan dan Tenaga Profesional yang memiliki kompetensi manajemen Rumah Sakit.

Pasal 186 ayat 1


Struktur organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas;
a. unsur pimpinan,
b. unsur pelayanan medis,
c. unsur keperawatan,
d. unsur penunjang medis dan nonmedis,
e. unsur pelaksana administratif, dan
f. unsur operasional.

Pasal 186 ayat 2


Unsur Pimpinan Rumah Sakit dijabat oleh;
a. Tenaga Medis;
b. Tenaga Kesehatan; atau
c. tenaga profesional,
yang memiliki kompetensi manajemen Rumah Sakit

Pasal 175
Setiap pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memiliki kompetensi manajemen
Kesehatan yang dibutuhkan. Ketentuan mengenai kompetensi manajemen Kesehatan
yang dibutuhkan diatur dengan Peraturan Pemerintah
Kewajiban h. Dalam kondisi KLB atau Wabah, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
sebagai upaya penanggulangan sesuai dengan

Fasilitas Pelayanan i.
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang
mempekerjakan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

Kesehatan yang tidak memiliki izin praktik sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
j. Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat,
Pasal 173 Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat wajib
a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan memberikan Pelayanan Kesehatan bagi seseorang yang
pelayanan, pendidikan, penelitian, dan berada dalam kondisi Gawat Darurat untuk
pengembangan pelayanan di bidang Kesehatan; mendahulukan penyelamatan nyawa dan pencegahan
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang kedisabilitasan.
bermutu dan mengutamakan keselamatan Pasien; k. Dalam kondisi Gawat Darurat, Fasilitas Pelayanan
c. menyelenggarakan rekam medis; Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
d. mengirimkan laporan hasil pelayanan, pendidikan, dan/atau masyarakat dilarang menolak Pasien
penelitian, dan pengembangan kepada Pemerintah dan/atau meminta uang muka serta dilarang
Pusat dengan tembusan kepada Pemerintah Daerah mendahulukan segala urusan administratif sehingga
melalui Sistem Informasi Kesehatan; menyebabkan tertundanya Pelayanan Kesehatan.
e. melakukan upaya pemanfaatan hasil pelayanan, l. Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menerapkan
pendidikan, penelitian, dan pengembangan di standar keselamatan Pasien.
bidang Kesehatan; m. Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan
f. mengintegrasikan pelayanan, pendidikan, peningkatan mutu Pelayanan Kesehatan secara internal
penelitian, dan pengembangan dalam suatu sistem dan eksternal secara terus-menerus dan
sebagai upaya mengatasi permasalahan Kesehatan berkesinambungan.
di daerah; dan
g. membuat standar prosedur operasional dengan [Pasal 173 ayat 2, Pasal 173 ayat 3, Pasal 174 ayat 1, Pasal 174 ayat
mengacu pada standar Pelayanan Kesehatan. 2, Pasal 176 ayat 1, Pasal 178 ayat 1]
Kewajiban RUMAH SAKIT
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah 9. melaksanakan sistem rujukan
Sakit kepada masyarakat 10.menolak keinginan Pasien yang bertentangan dengan standar
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
profesi dan etika serta ketentuan peraturan perund ang-
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan urrdangan ;
Rumah Sakit 11.memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak
3. memberikan pelayanan gawat darurat kepada Pasien sesuai dan kewajiban Pasicn;
dengan kemampuan pelayanannya; 12.menghormati dan melindungi hak Pasien;
4. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada 13.melaksanakan etika Rumah Sakit;
bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya
14.memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin; bencana;
6. melaksanakan fungsi sosial dengan memberikan fasilitas 15.melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan, baik
pelayanan Pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat secara regional maupun nasional;
darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban 16.membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
kemanus,iaan; 17.menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit;
7. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam 18.melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
melayani Pasien petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
8. menyelenggarakan rekam medis 19.memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai
menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak kawasan tanpa rokok.
antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk
orang cacat, wanita menyusrri, anak-anak, dan lanjut usia
Hak Rumah Sakit
Pasal 191

Menerima Imbalan Jasa


Menentukan jumlah SDM Serta menentukan remunerasi, insentif
Menentukan jumlah, jenis dan 01 02 dan penghargaan sesuai dengan
kualifikasi SDM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
Klasifikasi Rumah Sakit undangan

Menerima Bantuan Melakukan Kerjasama dengan Pihak Lain


Menerima bantuan dari pihak lain 04 03 Dalam rangka pengembangan
sesuai dengan ketentuan peraturan Pelayanan.
perundang - undangan
Menggugat Mendapatkan Perlindungan Hukum
Menggugat Pihak yang 05 06 Dalam melaksanakan pelayanan
mengakibatkan kerugian kesehatan.

Mempromosikan Yankes Mendapatkan INSENTIF PAJAK


Mempromosikan pelayanan kesehatan 07 00 Bagi Rumah Sakit Publik dan Rumah
yang ada di Rumah Sakit sesuai Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah
dengan ketentuan peraturan perundang Sakit Pendidikan.
- undangan
Tanggungjawab RUMAH SAKIT

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian


193 yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh Sumber Daya Manusia
Kesehatan Rumah Sakit

Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila Pasien dan/atau
192(1) keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian Pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif

Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam


192(2) menyelamatkan nyawa manusia

Dalam keadaan wabah, melakukan Penanganan penderita serta Pengobatan dan


perawatan dalam upaya tata laksana penderita sesuai dengan kebutuhan medis dengan
375 karantina terhadap orang, barang, dan alat angkut. sesuai dengan standar dan peraturan
perundang-undangan guna mengurangi terjadinya penyebaran penyakit Wabah
Peluang & TANTANGAN

Pelayanan TRANSPLANTASI
Pelayanan DARAH RUU ini akan mendorong pelayanan
RUU ini akan mendorong Pelayanan darah yang transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh,
terdiri atas pengelolaan darah dan pelayanan terapi berbasis sel dan/atau sel punca, dan
transfusi darah yang dilakukan oleh unit pengelola bedah plastik rekonstruksi dan estetika , dapat
darah sudah dapat dilakukan di Fasilitas dilakukan di pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan (regulasi lama hanya di RS oleh Tenaga Medis yang mempunyai keahlian
Pemerintah/Daerah dan PMI) sesuai dengan dan kewenangan dan harus memenuhi
ketentuan peraturan perundang- undangan, persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri
disebutkan dalam dalam pasal 115 jo pasal 116. (regulasi lama hanya di RS Pemerintah/Daerah)
disebutkan dalam dalam pasal 127.

SWOT
Pelayanan BANK PLASMA Tembakau masuk Zat Adiktif
RUU ini akan mendorong pelayanan
RUU ini telah mengatur Produk Tembakau
Pengumpulan plasma yang dilakukan oleh
bank plasma, untuk tujuan penyembuhan ( rokok; cerutu; rokok daun; tembakau iris;
penyakit dan pemulihan Kesehatan melalui tembakau padat dan cair; dan hasil
pengolahan dan produksi. dapat dilakukan di pengolahan tembakau lainnya.), termasuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Zat adiktif
ketentuan peraturan perundang-undangan,
disebutkan dalam dalam pasal 120.
Peluang & TANTANGAN
IZIN TENAKES WNA LN
IZIN PRAKTIK DOKTER untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan
dapat diperpanjang 1 (satu) kali dan hanya untuk 2
• UU ini tidak lagi menyebutkan dan (dua) tahun berikutnya, kecuali untuk di kawasan
mengatur Surat Izin Praktik Dokter (SIP) ekonomi khusus Fasilitas Pelayanan Kesehatan
berlaku di 3 (tiga) tempat; pengguna Tenaga Medis spesialis dan subspesialis
• STR Berlaku seumur Hidup dan serta Tenaga Kesehatan tingkat kompetensi tertentu
warga negara asing DAN Fasilitas pelayanan
• Tidak membutuhkan Rekomendasi dari Kesehatan wajib memfasilitasi pendidikan dan
Organisasi Profesi; pelatihan bahasa Indonesia bagi Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan warga negara asing; disebutkan
dalam pasal 250 hingga 254;

TENAKES WNA LULUSAN LN


SWOT
PELAYANAN KES. TRADISIONAL
UU ini akan memberi peluang pemenuhan /
Permintaan Tenaga Medis dan Tenaga RUU ini telah mengatur pelayanan Kesehatan
Kesehatan WNI Lulusan Luar Negeri dan tradisional, dapat dilakukan di tempat praktik
WNA Lulusan Luar Negeri dapat melakukan mandiri, Puskesmas, Fasilitas Pelayanan
praktik atas permintaan dari Fasilitas Kesehatan tradisional, Rumah Sakit, dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan untuk tingkat Pelayanan Kesehatan lainnya, meliputi pelayanan
kompetensi tertentu warga negara asing promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau
lulusan luar negeri sesuai dengan kebutuhan,
paliatif; diatur dalam pasal 160 – 163;
untuk alih teknologi dan ilmu pengetahuan;
TANTANGAN
Peluang
TELEKESEHATAN & TRELEMEDICINE
RUU ini telah mengatur tentang pelayanan
Telekesehatan dan Telemedicine; diatur dalam
pasal 172;
01 Hospital BASE

HOSPITAL BASE
RUU ini telah mencabut dan menyatakan tidak berlaku
UU No 20 Tahun 2013 Tentanfg Pendidikan Kedokteran
TELEMEDICINE DAN
TELEKESEHATAN 02
yang mengatur pendidikan kedokteran akan diberlakukan
berbasis universitas (university based) dan berbasis
rumah sakit (hospital based).

Sehingga rumah sakit dapat menyelenggarakan


pendidikan kedokteran dengan bekerja sama dengan
institusi pendidikan di bidang kesehatan dan secara
mandiri menyelenggarakan pendidikan profesi dokter dan
spesialis; diatur dalam pasal 187-188;
Potensi DAMPAK dlm Penyelenggaraan RS
Sentralisasi Kewenangan Sistem Rujukan
RUU ini berorientasi sentralisasi tanpa Pengelolaan Sistem Rujukan Pelayanan
melibatkan dan memberi peran, serta Kesehatan ditingkat Pusat menjadi
menghilangkan kewenangan kepada Tanggungjawab Pemerintah Pusat; diatur
organisasi profesi, dan asosisasi pendidikan, dalam pasal 19, 39;
perumahsakitan dan masyarakat
.

Investasi Sektor Swasta Pengelolaan Sist. Rujukan


RUU ini membuka peluang Pengelolaan system Rujukan
seluas-luasnya bagi sektor swasta Pelayanan Kesehatan di Tingkat
untuk berinvestasi terhadap daerah menjadi tanggungjawab
bidang perumahsakitan untuk ikut Pemerintah Daerah, diatur
serta dalam bidang pelayanan dalam pasal 19, 39;
Kesehatan;
Potensi DAMPAK dlm Penyelenggaraan RS
MALDISTRIBUSI ?
RUU ini belum menjawab permasalahan yang
KONSEP KELAS STANDAR terkait maldistribusi SDM, kuantitas dan kualitas
RUU ini belum menetapkan konsep kriteria rawat SDM kesehatan, jumlah kecukupan tempat tidur,
inap berdasar kelas standar sesuai dengan serta sistem rujukan berjenjang berdasarkan
prinsip asuransi sosial dengan mendorong kelas rumah sakit. Dampak RUU ini terhadap
ekuitas yang tertuang dalam beberapa pasal Perumahsakitan ini dapat terlihat dari pola
dalam PP No. 47/2021. Bahwa kelas standar sistem rujukan, pola tarif rumah sakit, pola
merupakan langkah menuju amanah UU SJSN. standar akreditasi rumah sakit, dan implementasi
kelas standar.

Konsep RAWAT INAP ? Belum ada Kepastian


RUU ini belum/tidak Perubahan TARIF
mengatur/menyusun kebijakan
RUU ini juga belum memiliki kepastian
konsep kriteria rawat inap jaminan
bagi Perumahsakitan tentang
kesehatan nasional (KRI-JKN) perubahan terhadap tarif JKN,
yang disusun berdasar prinsip
diantaranya adalah perbaikan pola tarif
asuransi sosial dan ekuitas. dilakukan tidak berdasar kelas RS
maupun kelas rawat inap melainkan
dapat dilakukan adjustment factor,
biaya medis yang sama untuk PBI dan
non PBI, terdapat perbedaan tarif
rawat inap antara kelas A dan B pada
masa transisi kelas standar, serta nilai
tarif yang inflasi serta berkeadilan.
Potensi DAMPAK dlm Penyelenggaraan RS

80%
Klasifikasi RUMAH SAKIT (?)
RUU ini tidak menyebutkan tentang Klasifikasi Rumah
Sakit dan Konsep klasifikasi RS (sebelumnya 50%
dituangkan dalam pasal 24 UU No 29/2004) baik itu
persyaratan yang wajib ada dan persyaratan yang
merupakan pilihan. Berdasarkan tren registrasi RS Kredensial dan Re-Kredensial
awal tahun 2018-2021 secara umum terus mengalami RUU ini belum/tidak mengatur mengenai
peningkatan jumlah, namun jika dilihat jumlah RS per
kewajiban kredensialing/ rekredensialing
provinsi di Indonesia maka masih banyak
fasilitas kesehatan kerja sama, diawali
terkonsentrasi di pulau Jawa, terlebih lagi jika dilihat
dengan pengajuan self assessment oleh
dari jumlah tempat tidur maka RS dengan akreditasi
FKTP/FKRTL yang bersangkutan, kemudian
perdana sangat dominan, serta jika dilihat dari jumlah kredensialing akan dilakukan secara langsung
tempat tidur kelas III memiliki jumlah yang banyak dan
melalui daring dan input penilaan secara
kurang varietas pada tingkat kabupaten/kota,
langsung, lalu akan berlanjut dengan
diperlukan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah
perjanjian kerja sama.
dan Asosiasi Perumahsakitan untuk memenuhi akses
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
berdampak pada RS yang harus berinvestasi SDM dan
infrastruktur untuk berkompetisi dengan RS lain.
Pelayanan GAWAT darurat
Pasal 174 ayat 1
Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat wajib memberikan Pelayanan Kesehatan bagi seseorang
yang berada dalam kondisi Gawat Darurat untuk mendahulukan penyelamatan
nyawa dan pencegahan kedisabilitasan.

Pasal 174 ayat 2


Dalam kondisi Gawat Darurat, Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat dilarang
menolak Pasien dan/atau meminta uang muka serta dilarang
mendahulukan segala urusan administratif sehingga menyebabkan
tertundanya Pelayanan Kesehatan

Pasal 189 ayat 1 huruf c


memberikan pelayanan Gawat Darurat kepada Pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;

Pasal 189 ayat 1 huruf f


melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan bagi Pasien tidak mampu atau miskin, pelayanan Gawat Darurat
tanpa uang muka, ambulans gratis, pelayanan bagi korban bencana dan
KLB, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
01
Pasal 438 ayat 1
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tenaga
Medis, dan/atau Tenaga Kesehatan yang tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap Pasien yang
dalam keadaan Gawat Darurat pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

02
Pasal 438 ayat 2

Dalam hal perbuatan tersebut mengakibatkan


terjadinya kedisabilitasan atau kematian, pimpinan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Potensi DAMPAK dlm Penyelenggaraan RS

80%
HAK MELAPORKAN KEPADA APH
RUU ini mengatur tentang hak kepada
tenaga Kesehatan dan tenaga medis untuk
50%
melaporkan kepada aparat penegak hukum.
mengetahui atau patut menduga adanya Hak MENGHENTIKAN PELAYANAN
tindak pidana pada Pasien yang diberi RUU ini mengatur tentang hak kepada
Pelayanan Kesehatan, disebutkan dalam tenaga medis dan tenaga Kesehatan untuk
pasal 302 menghentikan pelayanan Kesehatan,
apabila memperoleh perlakuan yang tidak
sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, moral, kesusilaan, serta nilai
sosial budaya termasuk tindakan
kekerasan, pelecehan, dan perundungan,
diatur dalam pasal 273 ayat (2)
Tarif, Pendapatan & Pendanaan
Pasal 193 ayat 1
Penetapan besaran tarif Rumah Sakit harus berdasarkan pada
pola tarif nasional dan pagu tarif maksimal

Pasal 193 ayat 2


Menteri menetapkan pola tarif nasional berdasarkan komponen
biaya satuan pembiayaan dengan memperhatikan kondisi regional.

Pasal 193 ayat 3


Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal berdasarkan pola tarif
nasional yang telah ditetapkan oleh Menteri yang berlaku untuk
Rumah Sakit di provinsi yang bersangkutan

Pasal 195
Pendapatan Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah digunakan seluruhnya secara langsung untuk
biaya operasional Rumah Sakit dan tidak dapat dijadikan sebagai
pendapatan negara atau pendapatan Pemerintah Daerah

Pendanaan Rumah Sakit dapat bersumber dari penerimaan Rumah Sakit, anggaran
Pemerintah Pusat, anggaran Pemerintah Daerah, dan/atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Rumah Sakit PENDIDIKAN
• Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan.
• Penetapan Rumah Sakit pendidikan dilakukan oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan.
• Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian, dan Pelayanan Kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan serta pendidikan berkelanjutan secara multiprofesi.
• Rumah Sakit pendidikan bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam menyelenggarakan
pendidikan program akademik, program vokasi, dan program profesi, termasuk program
spesialis/subspesialis.
• Rumah Sakit pendidikan dapat menyelenggarakan program spesialis/subspesialis sebagai
penyelenggara utama pendidikan dengan tetap bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan oleh Rumah Sakit pendidikan dilakukan berdasarkan izin dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar Rumah Sakit pendidikan dan Penyusunan persyaratan dan standar Rumah
Sakit pendidikan dilakukan oleh Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dengan melibatkan Kolegium. (Rumah Sakit pendidikan
sebagai penyelenggara utama diutamakan Rumah Sakit pemerintah)
Pasal 187 ayat 1
Pasal 187 ayat 7
Pasal 187 ayat 2
Pasal 187 ayat 3
Rumah Sakit PENDIDIKAN
• Dalam menyelenggarakan Pendidikan, Rumah Sakit pendidikan harus memenuhi persyaratan, standar, dan akreditasi sesuai
dengan perannya.
a. Yang dimaksud dengan “persyaratan, standar, dan akreditasi sesuai dengan perannya” adalah persyaratan, standar, dan
akreditasi yang harus dipenuhi oleh Rumah Sakit pendidikan, baik sebagai Rumah Sakit yang bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi maupun sebagai Rumah Sakit penyelenggara utama pendidikan tinggi dengan tetap bekerja sama
dengan perguruan tinggi.
• Penyusunan persyaratan dan standar Rumah Sakit pendidikan dilakukan oleh Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dengan melibatkan Kolegium.
• Penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit pendidikan dilaksanakan oleh Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dengan melibatkan lembaga akreditasi terkait.
• Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit pendidikan dapat dibentuk jejaring Rumah Sakit pendidikan.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
• Dalam rangka pemerataan pelayanan medik spesialis, Pemerintah Pusat, Rumah Sakit pendidikan, dan penyelenggara pendidikan
dapat mendayagunakan peserta didik program pendidikan dokter spesialis/subspesialis atau dokter gigi spesialis/ subspesialis.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan peserta didik program pendidikan dokter spesialis/subspesialis atau dokter gigi
spesialis/ subspesialis diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 187 ayat 10
Pasal 187 ayat 11
Pasal 233
Pasal 187 ayat 5
Pasal 187 ayat 6
Pasal 187 ayat 9
RUMAH SAKIT – PENELITIAN
• Rumah Sakit dalam menyelenggarakan fungsi penelitian dapat membentuk pusat penelitian guna
pengembangan layanan Kesehatan.
• Rumah Sakit sebagai Pusat penelitian harus menyelenggarakan penelitian unggulan dan
translasional. Dalam menyelenggarakan penelitian, Rumah Sakit dapat melaksanakan pelayanan
berbasis penelitian. Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan berbasis penelitian melalui inovasi
penelitian yang dikembangkan oleh Tenaga Medis dan/atau Tenaga Kesehatan harus diberi
dukungan dan kebebasan secara bertanggung jawab.
o Yang dimaksud dengan “pelayanan berbasis penelitian” adalah pelayanan yang dilakukan
terhadap Pasien sebagai subjek penelitian, terutama pada penelitian translasional dengan tujuan
untuk pembuktian efektivitas.
o Yang dimaksud dengan “kebebasan secara bertanggung jawab” adalah pelaksanaan penelitian
dilakukan sesuai dengan kaidah keilmuan berdasarkan etika, nilai moral, norma agama, dan
peraturan perundang-undangan.
• Rumah Sakit yang melaksanakan fungsi penelitian dapat bekerja sama dengan institusi atau pihak
lain.
o Pihak lain, antara lain, ialah lembaga atau orang perseorangan yang memiliki tugas dan fungsi untuk
melakukan penelitian atau memiliki kompetensi untuk melakukan penelitian.

Pasal 188 ayat 1


Pasal 188 ayat 2,3,4
Pasal 188 ayat 5
Rahasia Kesehatan
Pasal 176 s/d 178
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat menolak
mengungkapkan segala informasi kepada publik yang
1 berkaitan dengan rahasia Kesehatan pribadi Pasien,
kecuali berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4). Kerahasiaan data dan informasi
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan pribadi tidak berlaku dalam hal:
a. pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam
Kesehatan harus rangka penegakan hukum;
menyimpan rahasia b. penanggulangan KLB, Wabah, atau bencana;
c. kepentingan pendidikan dan penelitian secara terbatas;
Kesehatan pribadi Pasien d. upaya pelindungan terhadap bahaya ancaman
keselamatan orang lain secara individual atau
masyarakat;
e. kepentingan pemeliharaan Kesehatan, pengobatan,
penyembuhan, dan perawatan Pasien;
f. permintaan Pasien sendiri;
g. kepentingan administratif, pembayaran asuransi, atau
jaminan pembiayaan Kesehatan; dan/atau
Ketentuan lebih lanjut mengenai h. kepentingan lain yang diatur dalam peraturan
rahasia Kesehatan pribadi Pasien
2 diatur dengan Peraturan Pemerintah. perundang-undangan.
Standar Keselamatan PASIEN
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menerapkan standar
keselamatan Pasien
• Standar keselamatan Pasien dilaksanakan melalui
identifikasi dan pengelolaan risiko, analisis dan
pelaporan, serta pemecahan masalah dalam mencegah
dan menangani kejadian yang membahayakan
keselamatan Pasien.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan
Pasien diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 176 ayat 1
TELEMEDICINE

Pasal 172
Biobank / Biorespiratory
Pelayanan DARAH
Pengumpulan PLASMA/ Bank PLASMA
Donor / Transplantasi ORGAN
Pelayanan Kesehatan TRADISIONAL
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pemberian Layanan diluar Kewenangan
STANDAR Profesi – Layanan - Prosedur
Tenakes WNA Luar Negeri
Hak & Kewajiban TENAKES
Perizinan / SIP & STR
STR berlaku seumur HIDUP
Melaporkan kepada APH
Sanksi PIDANA
1. Setiap perempuan yang melakukan aborsi tidak sesuai dengan kriteria yang dikecualikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun.
2. Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan tindak pidana Aborsi pidananya
dapat ditambah l/3 (satu per tiga).
3. Setiap Orang yang menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
o Bila dilakukan oleh korporasi, selain dikenai pidana denda, korporasi juga dikenai
pidana tambahan berupa:
a. pembayaran ganti rugi;
b. pencabutan izin tertentu; dan/atau
c. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan korporasi.
Pasal 427
Pasal 429
Pasal 430
Pasal 448
Sanksi PIDANA
1. Setiap Orang yang memperjualbelikan darah manusia dengan alasan apa pun dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang mengomersialkan atas pelaksanaan transplantasi organ atau jaringan
tubuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah). (2) Setiap Orang yang memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan
alasan apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
3. Setiap Orang yang melakukan bedah plastik rekonstruksi dan estetika yang bertentangan
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan ditujukan untuk mengubah identitas
seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 431 Pasal 432 Pasal 433
SANKSI PIDANA

Pasal 438 - Pasal 439


SANKSI PIDANA

Pasal 440
SANKSI PIDANA

Pasal 441
SANKSI PIDANA

Pasal 442 - Pasal 448


5 Pertanyaan WAJIB

Masalah
“Masalah apa yang Rumah Sakit utk
Prioritas diselesaikan”

Kompetitor Keunikan
Siapa Kompetitor RS Kita? “Apa Keunikan Bisnis
Rumah Sakit kita?
Masalah

Kompetitor Keunikan

Target Pasien Harga Produk


“Siapa Target Pasien di Harga “Apakah harga Produk RS
Target
RS kita? WTP/ ATP Kita sesuai dengan Pasar
Pasar yang dituju?
Thank You
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H
Kompartemen Hukum Advokasi Mediasi Organisasi PERSI PUSAT

Anda mungkin juga menyukai