Audya Natasya B011181472
Audya Natasya B011181472
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
A. Kriminologi .................................................................................................... 12
B. Kejahatan........................................................................................................ 17
1. Definisi Kejahatan........................................................................................ 17
iv
A. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
sesuatu tindakan sesuai dengan hukum tidaklah mudah. Tetapi, hal yang
paling sulit dalam hukum yaitu menampik hukum yang tidak benar, tidak
1
Adami Chazwi; 2002; Pelajaran Hukum Pidana bagian 2; PT. Raja Grafindo
Persada.,Jakarta, hlm. 75
1
dianggap paling mudah untuk menampik yang dinamakan kejahatan.
masalah yang usia nya setua peradaban manusia, oleh karena itu
Bahwa masalah kejahatan akan tetap ada dan akan selalu terjadi sampai
dunia ini berakhir (kiamat). Apabila kita bergantung pada persepsi dan
ketentuan Allah SWT, yaitu dengan memakan buah terlarang atau buah
2
Ibid.
2
Dalam hal ini, masalah yang dinamakan kejahatan dapat dilihat
akibatnya, dirasakan atau dialami. Tak heran jika ada yang dapat ikut pula
sebagai orang yang sopan, yang baik, yang terhormat, yang dermawan
dan beragama. Apakah Hal ini wajar? Mengapa tidak! Dalam kehidupan,
Ada sebuah sajak Woody Guthrie yang dinyanyikan oleh Pretty Boy
Floyd :“Now as through this world I ramble/ I see lots of funny men/some
dilakukan dengan pena saja? Yang dimaksudkan disini dapat pula sebuah
3
Nandang Sambas Dan Dian Andriasari ; 2019 ; Kriminologi perspektif hukum pidana ; Sinar
Grafika ; Jakarta, hlm. 13
3
“whitecollarcrime”. 4
Mereka yang awam lalu melihat penjara atau biasa dikenal sebagai
tempatnya orang – orang jahat. Akan tetapi ada hal yang membuat
ada banyak penjahat yang berkeliaran diluar dinding penjara yang seram
“I’am walking about a prison, what do you think I see? A lot of dumb-
menjadi bagian dari penegakan hukum itu sendiri, maka sangat sulit untuk
4
Ibid.
4
membedakan mana yang benar – benar pejabat dan mana yang benar –
benar penjahat.5
Pidana yang kita kenal dengan akronim KUHP, dan berbicara mengenai
kembar siam atau dua sisi dari satu mata uang. Kriminologi
5
Bambang Waluyo, 2020, Penyelesaian Perkara Pidana (Penerapan Keadilan Restoratif dan
transformatif), Sinar Grafika offset.,Jakarta, hlm.67.
5
pidana, dan sebaliknya hukum pidana memberikan bahan studi dan data
dalam asas – asas dasarnya, tetapi Kitab Undang – undang Pidana itu
relatif dapat diketahui yaitu mereka atau barang siapa terkena rumusan
KUHP atau Undang – undang Pidana diluar KUHP). Orang awam akan
secara tegas tidak dapat dijumpai istilah penjahat dalam proses peradilan
penjahat, bajingan, bandit hanya dalam kata sehari – hari yang tidak
6
Ibid.
7
Ismail Rumadan, 2007, Kriminologi, Jakarta., Airlangga, hlm. 28
6
Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya
tinggi hak – hak asasi manusia, namun hingga saat ini belum berjalan
bukanlah suatu hal yang mustahil jika akan dapat melahirkan kejadian –
kejadian serupa itu, bahkan menyebabkan suatu post veit mezation yaitu
akan timbulnya korban lebih banyak dari proses peradilan pidana. Dalam
yang menegaskan kita diperintah oleh hukum dan bukan oleh orang
7
berbicara mengenai hak – hak asasi manusia yang berakar dari sosial,
umum. Akan tetapi, yang paling mendasari para oknum tersebut seolah –
9
Ibid.
8
B. Rumusan Masalah
2021-2023?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
9
2. Kegunaan Praktis
E. Keaslian Penelitian
10
2. Skripsi yang ditulis oleh Saiful tri Yudistira. Mahasiswa di Fakultas
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kriminologi
1. Pengertian Kriminologi
secara harfiah berasal dari kata “crimen” yang artinya kejahatan atau
seluas – luasnya.10
10
Bonger W.A.;1982, Pengantar Tentang Kriminologi, Jakarta., PT. Pembangunan Ghalia Indonesia
hlm. 23
12
c. Paul Mudigno Moeliono Menyatakan bahwa tidak sependapat
11
Ibid.
13
2. Obyek Kriminologi
pendapat para ahli tersebut diatas bahwa obyek studi dalam Kriminologi
3. Teori Kriminologi
kita coba untuk berfokus pada beberapa teori yang dapat dibagi dalam
tiga perspektif :
psikologis
12
A.S. Alam Dan Amir Ilyas, 2018, Kriminologi suatu pengantar, Prenada Media Grup, Jakarta,
hlm. 8-9
14
Cesare Lambroso, Rafaelle Garofalo serta Charles Goring.13
pidana.14
13
Ibid.
14
Nandang Sambas dan Dian Andriasari, 2019, Kriminologi dalam perspektif hukum pidana, Sinar
Grafika., Jakarta., hlm. 30
15
4. Pemikiran Kriminologi Baru (Kritis)
penguasa.
nilai praktis dari teori kritis dapat bertambah, apabila hal itu
16
dikembangkan dalam situasi konkret demi kepentingan dan bersama
perlakuan.15
B. Kejahatan
1. Definisi Kejahatan
15
Ibid.
16
Rahmanudin Tomali, 2019, Hukum Pidana, CV Budi Pertama, Yogyakarta, hlm.9
17
Bonger W.A., Op.cit, Hlm 33.
17
Menurut Paul Mudigno Moeliono, bahwa kejahatan adalah
rasa kejujuran.
sebagai :
18
“Anactoromission,especiallyoneofgravenature,punishable by law
adalah seperti yang termuat dalam The Lexicon Webster Dictionary. Jika
18
Ibid.
19
Ibid.
19
3) Unsur subyektif (Mengenai bentuk kesalahan) misal;
kesengajaan, kealpaan.
351 KUHP). Dalam hal ini keadaan tambahan yang memberatkan pidana
1. Pengertian Penganiayaan
20
P.A.F Lamintang, 2003, Dasar – dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti., cetakan
ke-5, Bandung, hlm. 188 – 190.
20
menyebabkan penderitaan pada badan atau kesehatan. 21
mengakibatkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain. sebagainya
Bab XX Pasal 351 sampai dengan Pasal 358 KUHP. Diharapkan dengan
menimbulkan rasa sakit atau luka pada bagian tubuh atau bahkan sampai
seluruh masyarakat.
21
Tompodung, H. R, “Kajian Yuridis Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian”,
Lex Crimen, Vol. 10, Nomor 4 April 2021, hlm. 65-66.
22
W.J.S. Poerwadarminta, 1985, Kamus umum Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta, hlm. 48.
23
Hilman Hadikusuma, 2001, Hukum perekonomian adat Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
Hlm.130.
21
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penganiayaan
1) Adanya kesengajaan
2) Adanya perbuatan
24
Tongat, 2003, Hukum Pidana Materill Tinjauan Atas Tindak Pidana Terhadap Subjek Hukum
dalam KUHP, Djambatan, Jakarta, hlm. 74.
22
fisik berupa pemukulan, penendangan, mencubit, mengiris,
1. Penganiayaan biasa
Rp. 4.500.
tahun.
25
Adami Chazawi, 2010, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 10.
23
paling lama tujuh tahun.
kesehatan.
2. Penganiayaan Ringan
3. Penganiayaan Berencana
26
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Tentang Penganiayaan, Pasal 352, hm. 212. 24
Ibid. hlm. 14
24
Penganiayaan berencana diatur dalam Pasal 353 KUHP yang
tujuh tahun.
Sembilan tahun.
berat dari pidana biasa yang diatur dalam Pasal 351 KUHP.
4. Penganiayaan Berat
27
Ibid. hlm. 146.
25
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan
jika luka berat itu timbul bukan karena keinginan pelaku, maka
penganiayaan berat.
24 Pidana yang ditentukan dalam Pasal 351, 352, 353, 354, dan
26
pada waktu atau sebab ia menjalankan pekerjaan yang sah. 3)
diminum.
1. Pengertian Kepolisian
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Tujuan tersebut secara rinci bersifat
aparat haruslah tetap pada koridor hukum yang telah disepakati dan
28
Warsiti Hadi Utomo. H, 2005, Hukum Kepolisian Di Indonesia, Prestasi Pustaka. Penerbit.
Jakarta. Hlm. 10
27
2. Tugas Kepolisian
29
Anonim; 2002, Undang – undang Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia; Jakarta; Sekertaris Negara
28
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
tugas kepolisian;
undangan.30
3. Wewenang Kepolisian
seperti tercantum dalam Pasal 15 Ayat (1) Undang – Undang No. 2 Tahun
2002 yaitu :
30
Warsiti Hadi Utomo. H, Op.cit, hlm 15
29
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;
administrative kepolisian;
seseorang;
masyarakat;
30
Republik Indonesia berwenang untuk :
penyitaan;
rangka penyidikan;
atau saksi;
31
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab.
tersebut dilakukan;
jabatannya;
menumpas kejahatan, akan tetapi disisi yang lain polisi juga harus
menjunjung tinggi nilai – nilai hak asasi manusia dengan cara lebih
31
Moeljatno, 1996, Kitab Undang – Undang Hukum Pidana, jakarta , Bumi Askara.
32
Ibid.
33
Moh. Mahfud MD, 1999, Pergulatan Politik dan Hukum Indonesia, Yogyakarta, Gama Media.
Hlm. 48
32
terutama masalah kejahatan yang terus merugikan warga masyarakat
dalam melindungii diri agar dapat diterima hukum? Masalah inilah yang
ingin penulis bahas berkaitan dengan jatuhnya korban luka dan tewasnya
asasi manusia, namun sekiranya hingga saat ini belum berjalan sesuai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
sebagai penelitian hukum positif dalam hal tingkah laku masyarakat pada
33
hubungan interaksi antar satu sama lain.34 Perspektif penelitian empiris,
dalam melakukan interaksi. Data primer adalah data yang digunakan pada
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Dengan ini, dapat ditarik
secara nyata. Hal ini, didasari dari sebuah ajaran filsafat positivisme yang
ini akan berlokasi di Polrestabes Kota Makassar Di Jalan Ahmad Yani No.
penulis.
34
Elisabeth Nurhaini Butarbutar. 2018. Metode Penelitian Hukum; Langkah – langkah untuk
menemukan kebenaran dalam hukum. Refika. Bandung. Hlm. 106.
35
Ibid.
34
Pada Penentuan populasi ini, penulis melakukan sesuai dengan
2. Pada data sekunder, yaitu data yang akan didapatkan oleh penulis
35
dan data pada penelitian ini, selanjutnya akan menggunakan teknik
E. Analisis Data
data telah usai, maka data primer dan data sekunder tersebut kemudian
serta teori – teori yang akan menjadi dasar untuk menjawab masalah –
DAFTAR PUSTAKA
36
Anonim; 2002; Undang – Undang Negara Republik indonesia Nomor 2
A.S. Alam Dan Amir Ilyas, 2018, Kriminologi suatu pengantar, Prenada
Bandung.
Aksara.
P.A.F Lamintang, 2003, Dasar – dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra
37
Rahmanudin Tomali, 2019, Hukum Pidana, CV Budi Pertama, Yogyakarta
Rusly Efendy dkk, 1980, Azas – azas hukum pidana, cetakan III Lepen
38