Anda di halaman 1dari 31

RANGKUMAN

KANKER PAYUDARA
1. PENGERTIAN
Menurut National Breast Cancer Foundation, kanker payudara dimulai dalam sel-sel lobulus,
yang merupakan kelenjar penghasil susu, atau dapat juga dimulai dari saluran yang mengalirkan
susu dari lobulus ke puting. Selain itu kanker payudara juga dapat dimulai di jaringan stroma,
yang meliputi lemak dan jaringan ikat fibrosa payudara.
Kanker payudara adalah tumor ganas yang dimulai pada sel-sel payudara. Sebuah tumor
ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang dapat tumbuh menjadi (menyerang) jaringan
sekitarnya atau menyebar (metastasis) ke daerah yang jauh dari tubuh. Penyakit ini terjadi
hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria bisa mendapatkannya juga (American Cancer
Society, 2014).
Menurut WHO 2011 Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang kejadiannya
bermula dari sel-sel di payudara yang tidak normal dan terus tumbuh berlipat ganda dan pada
akhirnya membentuk benjolan pada payudara. Pertumbuhan sel yang terus menerus akan
menyebabkan tingkat keparahan yang terus berlanjut pada payudara karena sel-sel akan
menyebar (metastasis) pada bagian tubuh lainnya sehingga berpeluang menyebabkan kematian.
Kanker payudara atau istilah medisnya Carcinoma Mammae adalah momok pembunuh kedua
bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim. Kanker payudara terjadi karena terganggunya
sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu,
jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di
tempat bagian tersebut dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang
payudara. (Nurcahyo J. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta:
Wahana Totalita Publisher; 2010. p. 83)
Kanker payudara adalah salah satu keganasan terbanyak dan memiliki angka kematian cukup
tinggi pada wanita. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018 menyatakan
bahwa beban kanker global diperkirakan meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dan terhitung
9,6 juta kematian akibat kanker. Pada kanker payudara terdapat 2,09 juta kasus dan presentase
kematian akibat kanker payudara sebesar 627.000. pola global menunjukkan bahwa hampir dari
setengah kasus baru dan lebih dari setengah kematian akibat kanker di seluruh dunia di
perkirakan terjadi di Asia (57,3%). (Kementrian Kesehatan RI. Bulan Peduli Kanker Payudara.
Jakarta: Infodatin. 2018)
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia pada tahun (2018) diperkirakan (136.2/100.000
penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka
kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati
sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar
42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti
kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per
100.000 penduduk. (Hari Kanker sedunia 2019. Pusat Data Informasi Kemantrian Kesehatan RI.
Bulan Peduli Kanker Payudara. 2019)
Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah suatu penyakit tumor ganas pada payudara
atau salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau masa tunggal yang
sering terdapat didaerah kuadrannya atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak
beraturan dan dapat digerakkan. (Soemitro M. Berani Deteksi Dini Hindari Hoax Kanker
Payudara. Qanita; 2018.)
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, dan jaringan penunjang tidak
termaksud kulit payudara. Payudara secara umum terbagi dari dua tipe jaringan, jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar mencakupi kelenjar susu
(lobulus) dan saluran susu (the milk pasage, milk duct). (Mulyani NS. Kanker Payudara dan
PMS pada Kehamilan. Vol. 8, Jakarta: Nuha Medika. 2013. p. 1–3.)
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, dan jaringan penunjang tidak
termaksud kulit payudara. Payudara secara umum terbagi dari dua tipe jaringan, jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar mencakupi kelenjar susu
(lobulus) dan saluran susu (the milk pasage, milk duct). (Mulyani NS. Kanker Payudara dan
PMS pada Kehamilan. Vol. 8, Jakarta: Nuha Medika. 2013. p. 1–3.)
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringa payudara. Ia bisa berada di
dalam kelenjar susu, jaringan lemak ataupun dalam jaringan ikat yang terdapat pada payudara.
Kanker itu merupakan pertumbukan sel payudara yang tidak terkontrol akibat perubahan yang
tidak normal dari gen yang tidak bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. (Saydam
S. Waspada Penyakit Reproduksi Anda. Bandung-Jawa Barat: Penerbit Pustaka Reka Cipta;
2012. p. 75.)
2. Jenis-Jenis Kanker Payudara
- Menurut (Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis, 2012, 332-333) :
a. Karsinoma duktus invasive
Karsinoma ini merupakan jenis yang paling umum (75%). Dilihat melalui mikroskop, sel
ganas tersusun dalam berbagai bentuk mikro arsitektur, termasuk struktur kelenjar. Banyak
tumor mengandung komponen stroma jarngan ikat yang menonjol (skirus). Perilaku biologisnya
bermacam-macam, dari prognosis baik sampai buruk. Sistem penentuan penentuan stadium
kanker (1 sampai 3) dilakukan berdasarkan:
1) Tingkat pembedaan tumor, seperti yang dikaji melalui pembentukan tubulus
2) Perbedaan ukuran, bentuk dan penodaan nucleus
3) Frekuensi mitosis
b. Kanker lobulus invasive
Kanker ini merupakan jenis kedua yang paling umum (10%). Dilihat melalui mikroskop,
sel tumor monomorfik tersusun secara berderet, dengan pola alveolus dan targetoid. Kanker ini
sering kali memiliki banyak pusat dan bisa terjadi di kedua payudara. Kanker ini tidak berkaitan
dengan mikroklasifikasi, dan bisa sulit dideteksi dengan mamografi atau ultrasonografi.
Magnetic resonance mammography direkomendasikan untuk mengevaluasi kanker jenis ini.
c. Karsinoma tubulus
Kanker ini mencakup 5 % dari semua penyakit ganas payudar dan semakin mudah
dideteksi melalui pengamatn. Kanker ini biasanya merupakan tumor kecil dan secara histologi
mengandung kelenjar berbentuk jelas yang dipisahkan oleh stroma berserat. Sel ganas
mengandung proyeksi sitoplasma. yang memanjang dari puncak sel ke lumen duktus. Kanker
tbulus cenderung tetap berada di suatu tempat dan sebenarnya tidak pernah bermetastasis ke
nodus limfa di wilayah yang sama. Sampai 95 % pasien mampu bertahan hidup selama 5 tahun.
d. Kanker payudara inflamasi
Kanker ini mencakup 3% dari semua penyakit ganas yang ada di payudara. Jika dilihat
melalui mikroskop, kanker ini bisa menunjukkan ciri-ciri kanker duktus, lobulus atau medula
yang menginfiltrasi, disertai oleh serangan limfatik ke kult oleh sel ganas, edeam jaringan dan
perembesan sel inflamasi dengan tingkat keparahan berbeda-beda. Kanker ini cenderung dialami
wanita muda pra-menopause dan secara biologi dengan hasil klinis yang kurang memuaskan.
e. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ berasal dari unit duktus-lobulus terminal, dengan karsinoma in situ
(DCIS) hanya ada di duktus/duktulus, dan karsinoma lobulusin situ (LCIS) hanya ada di lobulus.
Sebelum pemantauan payudara, insidensi DCIS adalah 1 sampai 3 persen dari specimen yang
diambil dan 3 sampai 6 persen dari semua kanker payudar. Sejak pemantauan diperkenalkan,
DCIS telah didokumentasikan dalam 15 sampai 20 persen semua kanker payudara yang telah
diangkat dan dalam 20 sampai 40 persen semua kanker payudar sama (tidak bisa diraba) ang
dikeluarkan. Frekuensi LCIS juga meningkat dalma biopsy/specimen yang telah dikeluarkan.
LCIS digolongkan sebagai neoplasia lobulus. Dalam DCIS, terdapat poliferasi lapisan sel kuboid
dalam menuju lumen dan hilangnya lapisan luar sel mioepitelium, namun membrane alasnya
masih utuh.
- Menurut Olfah Y, Mendri NK, Badi‟ah A. Kanker payudara dan sadari. Jakarta
Nuha Med. 2013
1. Karsinoma Duktal Menginfiltrasi
Tipe yang histologis yang paling umum, kanker ini sangat jelas karena keras saat
dipalpasi, kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk di
banding dengan tipe kanker lainnya.
2. Karsinoma Lobular Menginfiltrasi
Kanker ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara bila
dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi.
3. Karsinoma Mendular
Kanker ini tumbuh dalam kapsul di dalam duktus, tipe tumor ini dapat menjadi besar
tetapi meluas dengan lambat.
4. Kanker Duktal Tubular
Jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histology tidak lazim, maka prognosisnya
sangat baik.
5. Karsinoma Inflamatori
Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri. Payudara secara histologi dan membesar,
kulit diatas tumor merah dan agak hitam, sering terjadi edema dan rektrasi puting susu, dapat
menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya.
3. Klasifikasi Kanker Payudara
- Menurut National Breast Cancer Foundation 2017
a. Diagnosis normal
Payudara normal merupakan payudara dengan pertumbuhan sel normal, dimana sel-sel
payudara yang tumbuh sama dengan sel-sel payudara yang rusak atau mati.
b. Diagnosis tumor (benign)
Tumor merupakan pertumbuhan sel yang abnormal dimana pembelahan sel pada payudara
lebih cepat dari pada sel yang rusak atau mati. Jenis-jenis dari tumor yaitu :
1) Tumor Jinak
Meskipun tumor ini pada umumnya tidak agresif terhadap jaringan sekitarnya, tetapi
terkadang tumor ini dapat terus tumbuh, menekan pada organ-organ dan menyebabkan sakit atau
masalah lain. Dalam situasi ini, perlu dilakukan pengangkatan tumor agar komplikasinya
mereda.
2) Tumor ganas
Tumor ganas/kanker sangat agresif karena menyerang dan merusak jaringan sekitar.
Selanjutnya biopsi perlu dilakukan untuk menentukan tingkat keparahan atau agresivitas tumor.
c. Diagnosis kanker (metastasis kanker)
Metastasis kanker adalah ketika sel-sel kanker tumor ganas menyebar ke bagian lain
tubuh. Biasanya melalui sistem getah bening dan membentuk tumor sekunder.
4. Patofisiologi Kanker Payudara
Ca mamae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan apoptosis
sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus menerus, peningkatan jumlah sel tidak normal
ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker.
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga
merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker
payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula
terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu
sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu
payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya
benjolanbenjolan pada kulit ulserasi.
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit
menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang
paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang. Karsinoma payudara
bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe
dan aliran darah. (Olfah Y, Mendri NK, Badi‟ah A. Kanker payudara dan sadari. Jakarta Nuha
Med. 2013;).
5. Pengobatan Kanker Payudara
Berdasarkan Kemenkes RI (2018), Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan
diagnosa yang lengkap dan akurat (termasuk penetapan stadium). Terapi pada kanker dibagi
sebagai berikut :
1. Menurut Tujuannya
Umumnya terbagi menjadi dua yakni tujuan kuratif (menghasilkan kesembuhan) dan
tujuan paliatif (memperbaiki keadaan umum penderita).
2. Menurut jenis
Terbagi atas primer, sekunder, dan terapi komplikasi. Pada terapi primer diberikan terapi
dengan fokus pada kanker sebagai penyakit primernya (dapat berupa terapi utama-
adjuvan/neoadjuvan). Terapi sekunder diberikan terapi atas penyakit sekundernya
(penyakit lain selain penyakit primer kanker tersebut yang mungkin akan dapat
mempengaruhi prognosa aau mempengaruhi jalannya terapi primer). Terapi komplikasi,
yaitu terapi khusus terhadap komplikasi yang terjadi akibat penyakit primernya (kanker).
Misalnya platting pada fraktur tulang panjang akibat metastase, aspirasi pleural effusion
metastase
3. Menurut Sifatnya
Dibagi menjadi terapi primer, terapi adjuvan, terapi neoadjuvan, dan terapi paliatif.
4. Menurut moda terapi
Dibagi menjadi terapi lokal regional (seperti operasi dan radiasi) atau terapi sistemik
(seperti hormonal, kemoterapi, terapi target, terapi immune, dan komplementer).
5. Menurut strategi pemberian terapi
Terbagi menjadi berurutan (pemberian masing-masing moda terapi secara bergantian atau
berurutan) dan terapi bersamaan atau combined (pemberian masing-masing moda terapi
diberikan secara bersamaan, sepanjang tidak menimbulkan adverse event yang tidak bisa
diterima)
6. Menurut moda terapi
Terbagi menjadi terapi local, regional, dan terapi sistemik. Terapi lokal dan regional
terdiri dari pembedahan dan radioterapi. Sedangkan terapi sistemik berupa terapi hormon,
terapi kemo, terapi target, terapi immuno, terapi komplementer, dan terapi genetika.
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Pembedahan pada kanker payudara bervariasi menurut luasnya jaringan
yang diambil dengan tetapi berpatokan pada kaidah onkologi. Jenis pembedahan pada
kanker payudara meliputi mastektomi, mastektomi radikal modifikasi (MRM),
mastektom radikal klasik (classic radical mastectomy), masktektomi dengan teknik
onkoplasti, mastektomi simple, mastektomi subkutan (Nipple-Skin-Sparing
Mastectomy), Breast Coserving Therapy (BCT), dan Salfingo Ovariektomi Bilateral
(SOB).
b. Terapi Radiasi
Radioterapi dalam tata laksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif
ajuvan dan paliatif.
c. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan beberapa
kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya
sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping
yang masih dapat diterima.
Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama (first line)
adalah:
1) CMF
Cyclophospamide 100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral) (dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 dan 8)
Methotrexate 50 mg/m2 IV, hari 1 dan 8
Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV, hari 1 dan 8
Interval 3-4 minggu, 6 siklus.
2) CAF Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus.
3) CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
Regimen kemoterapi lainnya seperti :
1) AC
Adriamicin 80 mg/m2, hari 1
Cyclphospamide 600 mg/m2, hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2) TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1 Doxorubin 90 mg/2, hari 1 atau
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 4 siklus
3) ACT TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu/21 hari, 6 siklus
4) Terapi Hormonal
Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
5) Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
pemberian anti-HER2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang
HER2 positif. Pilihan utama anti-HER2 adalah herceptin, lebih diutamakan
pada kasuskasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik
(selama satu tahun setiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor
inhibitor belum direkomendasikan.
7. Tatalaksana menurut stadium
Terapi dibagi berdasarka stadium dari kanker. Kanker payudara stadium dini/operabel
(stadium I dan II) dapat dilakukan tindakan operasi Breast Conserving Therapy (BCT)
(apabila memenuhi persyaratan tertentu) ditambah terapi adjuvan operasi yaitu
kemoterapi dan atau radioterapi. Kemoterapi adjuvant diberikan bila terdapat
histopatologi tumor grade III, TNBC, Ki 67 bertambah kuat, usia muda, emboli
lymphatic dan vascular, atau KGB > 3
8. Dukungan nutrisi
Dukungan nutrisi terdiri dari beberapa bagian yakni skrining, diagnosis, tata laksana
nutrisi umum pada kanker, tata laksana nutrisi khusus, dan tata laksana bagi penyintas
kanker.
9. Rehabilitasi Medik PAsien Kanker Payudara
Rehabilitasi medik bertujuan untuk pengembalian gangguan kemampuan fungsi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara
aman dan efektif, sesuai kemampuan yang ada.
10. Optimalisasi Follow Up Kanker Payudara
Strategi pengelolaan penderita (kanker payudara) setelah mendapatkan pengobatan
definitif, terutama pengobatan operasi yang diharapkan akan memberikan manfaat yang
optimal pada penanganan pasien secara keseluruhan.
ASAM LEMAK
1. Pengertian
Asam lemak atau asam karboksilat adalah senyawa organik polar yang mengandung 2
hingga 24 atam karbon (C) dengan gugus fungsional utamanya adalah gugus karboksil (-COOH).
Jumlah atom C pada asam lemak umumnya genap, yaitu 2, 4, 6 , 8, 10, 12, 14, 16 dan seterusnya.
Asam lemak terpendek adalah asam asetat (2 atom karbon) dan yang terpanjang adalah asam
tetrakosanoat (24 atom karbon). (Mamuaja, C, F. 2017. LIPIDA. Manado: UNSRAT PRESS
Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus yang pada
satu ujungnya mempunyai gugus hidroksil (COOH) dan pada ujung lainnya memiliki gugus
metil (CH3). Asam lemak alami biasanya memiliki rantai dengan jumlah atom karbon genap
yang berkisar antara empat hingga dua puluh dua karbon (Almatsier 2006).

2. Penggolongan Asam Lemak


Secara umum jenis-jenis asam lemak tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok besar, yaitu asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh dengan satu ikatan rangkap,
asam lemak tak jenuh majemuk dan asam lemak yang mempunyai gugus fungsi lain (Estiasih,
2009:4).
a. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang rantai karbonnya tidak mempunyai ikatan
rangkap. Rantai asam lemak ini umumnya bersifat lurus dengan atom karbon berjumlah genap.
Panjang rantai asam lemak beragam mulai dari 12-22 atom karbon. Asam lemak jenuh biasanya
dibagi menjadi (1) asam lemak jenuh rantai pendek (2) asam lemak jenuh rantai medium, dan (3)
asam lemak jenuh rantai panjang (Estiasih, 2009:5).
Asam lemak jenuh rantai pendek merupakan asam lemak dengan jumlah atom karbon 2 -
6. Sumber utama asam lemak rantai pendek ini adalah susu. Sifat asam lemak ini agak berbeda
dengan asam lemak lain pada umumnya, yaitu larut air, berbobot molekul rendah, dan
mempunyai rantai karbon yang pendek. Oleh karena itu, asam lemak ini mudah diserap dalam
pencernaan dibandingkan asam lemak lain (Estiasih, 2009:5).
Asam lemak jenuh rantai medium mempunyai atom karbon 6-12, dengan sumber
utamanya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Asam lemak rantai medium saat ini telah
banyak mendapat perhatian publik karena sifatnya yang mudah diserap dibandingkan asam
lemak rantai panjang. Selain itu jenis asam lemak ini diangkut dengan mudah melalui pembuluh
darah balik (vena) portal menuju hati karena mempunyai ukuran lebih kecil dan lebih larut
dibandingkan asam lemak rantai panjang. Asam lemak ini cenderung tidak disimpan dalam
jaringan adiposa sehingga dapat mengendalikan kegemukan (Estiasih, 2009:5).
b. Asam lemak tak jenuh dengan satu ikatan rangkap atau asam monoena (Monounsaturated
Fatty Acid-MUFA)
Asam monoena merupakan asam lemak yang mempunyai satu ikatan rangkap pada posisi
tertentu. Asam lemak ini biasanya merupakan senyawa olefinik dengan konfigurasi cis dan
ikatan rangkap biasanya terdapat pada posisiposisi tertentu seperti ditunjukan pada Tabel I.1

Sebagai contoh jcenis yang paling umum dari kelompok asam lemak ini adalah n9 atau
omega-9. Contoh asam lemak yang termasuk ke dalam omega-9 adalah asam oleat dan
merupakan golongan MUFA yang paling penting (Estiasih, 2009:6).
c. Asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap majemuk atau asam poliena
(Polyunsaturates Fatty Acid-PUFA).
Asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) terutama terdiri atas asam poliolefinik dengan
posisi ikatan rangkap yang teratur. Jumlah ikatan rangkap beragam dari 2 sampai 6 dengan
konfigurasi cis (Estiasih, 2009:7).
PUFA dikelompokkan dalam beberapa deret atau famili. Deret PUFA yang paling penting
adalah asam lemak omega-6 dan asam lemak omega-3. Deret asam lemak omega-6 berasal dari
asam linoleat, sedangkan deret asam lemak omega-3 dari asam alfa linolenat. Deret PUFA yang
penting dan sumber asam lemak tersebut dapat dilihat pada Tabel I.2 (Estiasih, 2009:8).

Menurut Hames dan Hooper (2005), Perbedaan antara asam lemak tidak jenuh dan asam lemak
jenuh :
a. Ikatan rangkap. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap antar karbonnya
sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap antar karbonnya.
b. Titik cair. Asam lemak tak jenuh memiliki titik cair lebih rendah daripada asam lemak
jenuh.
Menurut O’Keefe (2002), Perbedaan ikatan kimia antara asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh menyebabkan terjadinya perbedaan sifat kimia dan fisik diantaranya :
a. asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Semakin panjang
rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan rangkapnya, maka semakin besar
kecenderungan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Berbagai jenis asam
lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid) yaitu Asam lemak omega-3, omega-6 dan
omega-9

3. Omega 3
Asam lemak omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak esensial. Asam lemak ini
disebut esensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Asam lemak dengan konfigurasi omega-3 adalah asam
lemak yang memiliki posisi ikatan rangkap pertama pada atom karbon nomor 3 dari ujung gugus
metilnya. Asamasam lemak alami yang termasuk dalam kelompok asam lemak omega-3 adalah
asam linolenat, asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokoheksaenoat (DHA) (Rasyid, A 2003
: 1).
Rumus molekul ketiga asam lemak omega-3 tersebut di atas adalah sebagai berikut:
- Asam Alfa Linolenat : CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH(CH2)7CO2H
- Asam Eikosapentaenoat (EPA) :
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)3 COO
- Asam Dokoheksaenoat (DHA): CH3-CH3-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2- CH=CH-CH2-
CH=CH-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)2-COOH (Rasyid A, 2003 : 2).
Dari deret asam lemak omega-3 tersebut, asam lemak omega penting dalam minyak ikan
adalah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) (Estiasih, 2009:10).
Cara kerja asam lemak ω-3 pada tubuh manusia adalah sebagai berikut. Dalam tubuh
manusia, asam lemak ω-3 dapat dikonversi menjadi jenis asam lemak ω-3 lainnya, tetapi asam
lemak ω-3 tidak dapat dikonversi menjadi asam lemak ω-6 dan sebaliknya. Akan tetapi
keberadaan sama lemak ω-3 pada organisme berpengaruh terhadap konsentrasi asam lemak ω-6
dan sebaliknya. Sebagai contoh, asam arakidonat, yang merupakan derivat dari asam linoleat ω-
6, ditemukan pada jaringan lemak, dan konsentrasinya menurun seiring dengan dengan konsumsi
EPA (20C:5 ω-3). Sama halnya, kemampuan manusia untuk mensintesis DHA (22C:6 ω3) dapat
dihambat oleh tingginya asama linoleat ω-6 (Soccol and Oetterer, 2003).
Keseimbangan rasio antara ω‐6 dan ω‐3 diperlukan agar terjadi keseimbangan fisiologi
pada manusia. Asam lemak ω‐3 (n‐3 LC PUFA) dikenal dapat mencegah timbulnya penyakit
Cardiovascular Desease (CvD). Mekanisme n‐3 LC PUFA untuk mencegah CvD adalah sebagai
berikut n‐3 LC PUFA mereduksi jumlah triglyceride dengan cara memperendah hepatic
triglyceride synthesis dan menurunkan triglyceride rich very low density lipoproteins (VLDLs)
di dalam darah. Tingginya kadar triglyceride dalam plasma darah menandakan resiko akan
penyakit jantung. Hipertensi merupakan efek lain dari penyakit jantung, tingginya n‐3 LC PUFA
dapat mengurangi tekanan darah tinggi, sehingga dapat menyebabkan fluiditas membran dan
keseimbangan prostanoids yang mengontrol kondisi arteri kecil yang sempit dan arterioles
(Jacobsen, 2004).

4. Manfaat PUFA
1. Antikanker
PUFA omega-3 dapat melemahkan pertumbuhan sel dan menginduksi apoptosis pada
berbagai jenis sel kanker, seperti kolon, pankreas, prostat, dan payudara (Wendel,
2009).

Melalui efek metabolisme eicosanoid ini, PUFA omega-3 juga dapat menurunkan
angiogenesis, menekan proliferasi sel endotelial, menurunkan densitas pembuluh
darah kecil, dan penurunan pertumbuhan tumor (Yang, 2014). Penelitian
merekomendasikan pemberian asam lemak omega-3 bersamaan dengan obat
kemoterapi dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan radiosensitivitas tumor
(Klek, 2016).
Kandungan senyawa bioaktif yang tinggi terkandung dalam nutrasetikal, seperti
polifenol dan vitamin dalam sayuran segar dan buah-buahan, atau asam lemak tak
jenuh ganda omega-3/omega-3 polyunsaturated fatty acids (PUFAs) pada ikan dan
biji-bijian. Selain itu, senyawa tersebut juga dapat melindungi sel-sel tubuh dari
proses oksidatif dan inflamasi, menghambat karsinogenesis, dan menginduksi efek
antiproliferatif pada berbagai jenis neoplasia (Sofi, et al, 2014).
Memodulasi aktivitas siklooksigenase (COX) dan penekanan pro-inflamasi (NF-κ B)
melalui modulasi pensinyalan toll-like receptor 4 (TLR4) dan aktivasi PPAR
(Augimeri et al., 2019).

Asupan makanan n-3 PUFA telah terbukti memiliki manfaat Kesehatan terhadap
penyakit radang secara umum dan dapat menurunkan resiko berbagai jenis keganasan
seperti kanker kolorektal, prostat, dan payudara dalam penelitian pada manusia
(Martinez et al, 2019).

EPA dan DHA yang termasuk dalam PUFA berperan sebagai agen yang berpotensi
untuk pencegahan kanker payudara (Siddiqui et al, 2011) dan telah terbukti
menunjukkan beberapa mekanisme aksi antikanker termasuk penghambatan poliferasi
sel (Blanckaert et al, 2010), metastase (Blanckaert et al, 2010) (Chen et al, 2013),
pembentukan peradangan (Derosa et al, 2012), induksi penghentian siklus sel dan
apoptosis (Blanckaert et al, 2010) (Ravacci et al, 2013) (Ravacci et al, 2015).
Data sebelumnya telah dilaporkan bahwa DHA menghambat pembentukan tumor
mammae pada model tikus kanker payudara yang diinduksi antigen T tengah virus
polioma tikus (Erickson dan Hubbard, 2010), mengurangi pembentukan mammosfer,
dan menginduksi apoptosis sel-sel pemicu tumor (TIC) pada kanker payudara triple
negatif manusia (Xiong, et al, 2016).
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Klek (2016) AA, EPA, dan DHA berperan penting pada perlindungan sel
neuron di otak sehingga dapat memperbaiki memori. Berdasarkan penelitian Kyle et
al (1999) asupan PUFA omega-3 rendah meningkatkan risiko Alzheimer. Selain itu,
asupan minyak ikan dapat menurunkan risiko demensia

Selama tumbuh kembang, janin memperoleh DHA melalui plasenta untuk fungsi
neurotransmisi kolinergik. Selain itu, DHA dapat melindungi otak dari radikal bebas
dan reactive oxygen species (ROS) dengan meningkatkan aktivitas katalase otak dan
glutation peroksidase. DHA juga penting untuk regenerasi akson dan dendrit jika
terjadi trauma neuronal (Klek, 2016 dan Chen, 2003).
AA, EPA, dan DHA berperan penting pada perlindungan sel neuron di otak dengan
menghambat sintesis tumor necrosis factor (TNF)-α, dengan menambah asetilkolin
dan pembentukan nitric oxide (NO) endotelial dan meningkatkan asupan glukosa
melalui sel neuronal, yang akhirnya dapat memperbaiki memori (Klek, 2016).
Berdasarkan penelitian Kyle (2016), asupan PUFA omega-3 rendah meningkatkan
risiko Alzheimer. Selain itu, asupan minyak ikan dapat menurunkan risiko demensia
melalui mekanisme penurunan sintesis sitokin proinflamasi, dan menghambat
aktivitas phospholipase A2 dan caspase A1 (Boston, 2004).

3. Antiinflamasi
Efek omega-3 mengatur proses inflamasi dan respons seluler, sehingga sangat
berpengaruh pada perkembangan dan perjalanan penyakit yang berhubungan dengan
status inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, Crohn’s disease, kolitis ulseratif,
diabetes tipe-1, kistik fibrosis, asma, penyakit alergi, chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), psoriasis, dan multiple sclerosis Klek (2016) Uji preklinis pada
hewan coba yang mengalami kolitis diberi emulsi lemak parenteral mengandung
PUFA omega-3, hasilnya menunjukkan penurunan mediator proinflamasi, sehingga
inflamasi kolon mengalami perbaikan (Campos, 2002) Sedangkan uji acak tersamar
dengan kontrol pada manusia menunjukkan pemberian asam lemak omega-3 berasal
dari minyak ikan pada pasien kritis menurunkan mortalitas (RR=0,71, 95% CI, 0,49,
1,04, P=0,08), lama penggunaan ventilator (weighted mean difference in days
[WMD] −1,41, 95% CI −3,43, 0,61, P=0,17) (Manzanares, 2015)
4. Sistem Imun
Menurut Pratiwy (2021), ada beberapa cara dalam meningkatkan imun tubuh salah
satunya melalui optimasi pangan yang terbagi menjadi dua jenis yakni pangan
fungsional yang berperan sebagai imunonutrien atau pangan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh seperti omega-3.

Efek lain asam lemak omega-3 adalah menghambat fungsi inflamasi dengan
menurunkan proliferasi limfosit, produksi sitokin, sitotoksisitas sel natural killer
(NK), dan produksi antibody (Pompela, 2000). Selain itu, asam lemak omega-3
menekan kemotaktik neutrofil sebagai respons terhadap leukotrien B4, menurunkan
kapabilitas pengeluaran antigen, dan menurunkan ekspresi molekul major
histocompatibility complex II (MHC II) untuk fagositosis mononuclear (Pompela,
2000) Perbaikan neutrofil dengan EPA dan DHA meningkatkan aktivitas anti-parasit.
5. Kardiovaskular
Omega-3 dan Omega-6 merupakan jenis asam lemak tidak jenuh rantai panjang
(PUFA) yang bersifat esensial atau tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Keduanya
dalam keadaan seimbang dapat menurunkan hingga 70% dari total kematian akibat
infark miokardial (Simopoulos, 2006; De Meester, 2013; Simopoulos, 2016).
Asam lemak tidak jenuh yang banyak terdapat pada ikan adalah asam linoleat
(omega-6), asam linolenat (omega-3), asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam
dokosahexaenoat (DHA). Asam lemak ini memiliki beberapa manfaat yaitu
mencegah dan mengobati penyakit kardiovaskuler, perkembangan otak pada bayi dan
dapat menurunkan trigliserida dalam darah (Maria et al., 2019; Fitriyani et al., 2020).

DHA

Rumus struktur Docosahexaenoic acid (Pubchem, 2022)


1. PENGERTIAN
DHA (Asam dokosaheksanoat) merupakan asam lemak polyunsaturated fatty acid dari
omega-3 berbentuk cis yang terdiri dari 22 atom karbon dan 6 ikatan rangkap (Fitriati, 2008).
DHA ini merupakan senyawa golongan asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta sangat bermanfatt di bidang industry farmasi (Burja et
al. 2006; Adarmevega et al, 2012).
Tubuh manusia tidak dapat memproduksi sendiri DHA, sehingga membutuhkan asupan
dari luar. Para ahli menyebutkan bahwa tubuh manusia memerlukan sekitar 300 mg omega-3 per
hari (Swanson dkk, 2012; Kris-Etherton, dkk, 2009).
2. MANFAAT
DHA memiliki banyak manfaat bagi Kesehatan diantaranya yaitu:
a. Sebagai anti inflamasi (Klek., 2016)
b. Menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan menurunkan trigliserida
plasma, tekanan darah, dan inflamasi (Weitz et al., 2010)
c. Perkembangan kognitif dimana mempengaruhi neurotransmisi dopaminergic,
noradrenergic, serotoninergic, dan GABA di otak (Klek., 2016; Chen., 2003)
d. Antikanker (Augimeri et al., 2019; Brown et al., 2019; Li et al., 2020).

Mekanisme yang diduga berperan pada penghambatan perkembangan kanker oleh asam lemak omega-
3 adalah perubahan sintesis eikosanoid, penghambatan proses mitosis, apoptosis, induksi diferensiasi,
penekanan angiogenesis, dan perubahan metabolisme estrogen (Estiasih, 2009:30)
NANOPARTIKEL
1. Pengertian
Nanopartikel didefinisikan sebagai partikulat yang terdispersi atau partikel-partikel
dengan ukuran berkisar 10 – 100 nm (Abdullah dkk., 2008). Menurut Agoes (2008), nanopartikel
adalah partikel koloid dengan rentang ukuran 10-1000 nm. Nanopartikel terdiri atas bahan
polimer dengan obat, enzim, atau antigen yang berada dalam keadaan terlarut, dijerat,
dienkapsulasi, dan atau diabsorpsi (Agoes, 2008).
LIPOSOM
1. Pengertian
Liposom merupakan sistem penghantaran obat yang biokompatibel dan sangat fleksibel
dimana diketahui menggabungkan agen terapeutik hidrofilik dan/atau
lipofilik/hidrofobik, seperti obat kemoterapi, protein (enzim), peptide, nukleotida
(Igarashi et al, 2021). Obat yang bersifat hidrofilik akan terperangkap dalam inti berair
sedangkan senyawa lipofilik terkandung di wilayah hidrofobik lapisan ganda lipid
(Witika et al, 2021).
Liposom adalah koloidal, struktur vesikuler yang terdiri dari satu atau lebih lapisan ganda
lipid yang mengelilingi jumlah yang sama dari kompartemen berair. Bola seperti
cangkang membungkus bagian dalam cairan yang mengandung zat-zat seperti peptide
dan protein, hormone, enzim, antibiotic, bahan antijamur dan antikanker.
2. Keuntungan
a. Liposom dapat menjebak senyawa hidrofobik dan hidrofilik, menghindari
dekomposisi kombinasi yang terperangkap, dan melepaskan obat yang terperangkap
pada target yang ditetapkan (Atrooz, 2011; Benech et al, 2002; Shehata et al, 2008)
b. Bersifat biokompatibel, biodegradebel, toksisitas rendah, dan memiliki kemampuan
untuk merangkum obat hidrofilik dan lipofilik (Johnson et al, 2007).
c. Dapat mengurangi toksisitas obat dan menargetkan pada sel tertentu (Omri, Suntress,
dan Shek, 2002)
d. Meningkatkan efikasi, indeks terapi dan stabilitas obat dengan sistem enkapsulasi
e. Liposom, sistem penghantaran obat yang biokompatibel dan sangat fleksibel,
diketahui menggabungkan agen terapeutik hidrofilik dan/atau lipofilik/hidrofobik,
seperti obat-kemo, protein (enzim), peptida, nukleotida (Igarashi et al., 2021).
XTT Assay
Cell Proliferation Kit II (XTT) (Produk No. 11465015001) adalah uji kolorimetri untuk
kuantifikasi nonradioaktif dari proliferasi, viabilitas, dan sitotoksisitas seluler. Bahan sampel
adalah sel yang melekat atau tersuspensi yang dibiakkan dalam pelat mikro 96 lubang. Sistem uji
kolorimetri non-radioaktif menggunakan XTT (natrium 3´-[1- (fenilanokarbonil)- 3,4-
tetrazolium]-bis (4-metoksi6-nitro) asam benzena sulfonat hidrat) pertama kali dijelaskan oleh
Scudiero, P.A. et al.1, 2 dan ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya oleh beberapa peneliti
lain.3, 4 Uji XTT digunakan untuk mengukur aktivitas metabolisme seluler sebagai indikator
viabilitas sel, proliferasi dan sitotoksisitas. Uji kolorimetri ini didasarkan pada reduksi garam
tetrazolium kuning (natrium 3´-[1- (phenylaminocarbonyl)- 3,4- tetrazolium]-bis (4-methoxy6-
nitro) benzene sulfonic acid hydrate atau XTT) menjadi warna jingga pewarna formazan oleh
sel-sel yang aktif secara metabolik (Gambar 1).5 Pewarna formazan yang terbentuk larut dalam
larutan air dan diukur secara langsung menggunakan pemindaian spektrofotometer multiwell
(pembaca ELISA). Peningkatan jumlah sel hidup menghasilkan peningkatan aktivitas
keseluruhan dehidrogenase mitokondria dalam sampel. Peningkatan ini berkorelasi langsung
dengan jumlah formazan oranye yang terbentuk, seperti yang dipantau oleh absorbansi (Gambar
2).
Ini digunakan untuk pengukuran proliferasi sel sebagai respons terhadap faktor pertumbuhan,
sitokin, dan nutrisi (Gambar 2). Ini juga digunakan untuk pengukuran sitotoksisitas, seperti
kuantifikasi efek faktor nekrosis tumor α- atau β (Gambar 3) atau penilaian agen sitotoksik atau
penghambat pertumbuhan seperti antibodi penghambat.
KOMPONEN KIT UNTUK PROLIFERASI SEL KIT II (XTT) (NOMOR PRODUK
11465015001)
Reagen XTT
5 vial berisi 25 mL XTT (sodium 3´-[1- (phenylaminocarbonyl)- 3,4- tetrazolium]-bis (4-
methoxy6-nitro) benzene sulfonic acid hydrate) pada 1 mg/mL dalam RPMI 1640
Reagen penggandengan elektron
5 x 0,5 mL PMS (N-methyl dibenzopyrazine methyl sulfate)
Persiapan campuran pelabelan XTT
Cairkan reagen pelabelan XTT dan reagen penggandengan elektron dalam penangas air pada
suhu 37 °C. Campur setiap vial secara menyeluruh untuk mendapatkan solusi yang jelas.
Untuk melakukan uji proliferasi sel (XTT) dengan satu pelat mikro (96 sumur), campurkan 5 mL
reagen pelabelan XTT dengan 0,1 mL reagen penggandengan elektron.
Catatan: Untuk mendapatkan hasil yang andal, cairkan dan campurkan reagen pelabelan XTT
dan reagen penggandengan elektron segera sebelum digunakan.
PROTOKOL ASSAY UNTUK MENGUKUR PERTUMBUHAN SEL
Untuk penentuan aktivitas interleukin-6 manusia (hIL-6) pada sel 7TD1 (hibridoma tikus-tikus,
DSMZ, ACC 23) (Gambar 2).

Diperlukan reagen tambahan:

Media kultur, misalnya, DMEM (Produk No. D5671) yang mengandung FBS (serum janin sapi,
Produk No. 12106C) 10% panas yang tidak aktif), 2 mM glutamin (Produk No. G6392), 0,55
mM L-arginin (Produk No. A8094) , 0,24 mM L-asparagine-monohydrate (Produk No. A4284),
50 μM 2-mercaptoethanol (Produk No. M3148), suplemen HT-media (Produk No. H0137) (1X),
mengandung 0,1 mM hipoksantin dan 16 μM timidin.
Interleukin-6, manusia (hIL-6, Produk No. SRP3096) (200.000 U/ml, 2 μg/mL) steril.
Jika antibiotik akan digunakan, tambahkan juga media dengan penisilin/streptomisin atau
gentamisin.

Protokol:
1. Benih sel 7TD1 pada konsentrasi 4 × 103 sel/sumur dalam 100 μL media biakan yang
mengandung berbagai jumlah IL-6 [konsentrasi akhir mis., 0,1–10 U/mL (0,001– 1 ng/mL)] ke
dalam pelat mikro ( tingkat kultur jaringan, 96 sumur, dasar datar).
2. Inkubasi kultur sel selama 4 hari pada suhu +37°C dan 5 - 6,5% CO2.
3. Tambahkan 50 µL campuran pelabelan XTT per sumur dan inkubasi selama 4 jam pada suhu
37 °C dan 5 - 6,5% CO2.
4. Ukur absorbansi spektrofotometri sampel menggunakan pembaca microplate (ELISA).
Panjang gelombang untuk mengukur absorbansi produk formazan adalah antara 450-500 nm
sesuai dengan filter yang tersedia untuk ELISA reader yang digunakan. Panjang gelombang
referensi harus lebih dari 650 nm.
CATATAN PENTING
1. DHA merupakan satu-satunya lipid yang dapat melemahkan VEGF (Brown, 2019)

2. Nilai zeta potensial menunjukkan muatan permukaan suatu partikel (Mujamilah and
Sulungbud, 2013). Muatan partikel menyebabkan partikel mengalami kecenderungan
agregasi maupun tolak menolak (Vaughn dan Williams, 2007). Menurut Murdock 2008, nilai
zeta potensial dari sediaan yang stabil adalah lebih dari +30 mV atau kurang dari -30 mV.
Nilai zeta potensial yang baik menunjukkan kekuatan partikel untuk saling tolak menolak
semakin kuat sehingga menghasilkan dispersi sediaan yang stabil. Sedangkan nilai zeta
potensial yang tidak baik menunjukkan kekuatan partikel untuk tolak menolak semakin
lemah sehingga partikel mengalami kecenderungan agregasi dan menyebabkan dispersi
sediaan yang kurang stabil (Prasetiowati et al., 2018).
3.
Daftar Pustaka
Fitriati, V. 2008. Penetapan kadar asam dokosaheksanoat (DHA) dan asam eikosapentaenoat (EPA)
dalam susu bubuk secara kromatografi gas. Universitas Indonesia. Depok.

Kris-Etherton, P. M., Grieger, J. A, & Etherton, T. D. (2009). Dietary reference intakes for DHA and EPA.
Prostaglandins, Leukotrienes, and Essential Fatty Acids, 81(2-3), 99-104.

Swanson, D., Block, R. and S.A. Mousa. 2012. Omega-3 Fatty Acids EPA and DHA: Health Benefits
Throughout Life. Adv. Nutr. 3: 1–7.

Adarme-Vega TC, Lim DKY, Timmins M, Vemen F, Li Yan, Schenk PM, Microalgal biofactories: a promising
approach towards sustainable omega-3 fatty acid production, Microbial Cell Factories, 11(1): 96-106.

Agoes, Goeswin. (2008). Sistem Penghantaran Obat Pelepas Terkendali. Bandung: ITB Press.

Atrooz OM. Effects of alkylresorcinolic lipids obtained from acetonic extract of Jordanian wheat
grains on liposome properties. Int J Biol Chem. 2011;5(5):314-21.
doi:10.3923/ijbc.2011.314.321

Augimeri, G., & Bonofiglio, D. (2021). PPARgamma: A Potential Intrinsic and Extrinsic
Molecular Target for Breast Cancer Therapy. Biomedicines, 9(5), 543.
https://doi.org/10.3390/biomedicines9050543

Benech RO, Kheadr EE, Laridi R, Lacroix C, Fliss I. Inhibition of listeria innocua in cheddar
cheese by addition of nisin Z in liposome or by in situ production in mixed culture. Appl Environ
Microbial. 2002;68(8):3683-90. doi:10.1128/aem.68.8.3683-369 0.2002

Blanckaert, V.; Ulman, L.; Mimouni, V.; Antol, J.; Brancquart, L.; Chenais, asupan asam B.
Docosahexaenoic menurunkan proliferasi, meningkatkan apoptosis dan menurunkan potensi
invasif dari garis sel karsinoma payudara manusia MDA-MB-231.Int. J.Onkol.2010,36, 737–
742. [CrossRef]

Campos FG, Waitzberg DL, Logulo AF, Torrinhas RS, Teixeira WG, Habr- Gama A.
Immunonutrition in experimental colitis: Beneficial effects of omega-3 fatty acids. Arq.
Gastroenterol. 2002;39:48–54.

Chen W, Yeh S. Effects of fish oil in parenteral nutrition. Nutrition 2003;19:275-9

Chen, HW; Kekacauan, CY; Lin, LL; Lu, CY; Liu, KL; Li, CK; Li, CC Penghambatan ekspresi
matriks metalloproteinase-9 oleh asam docosahexaenoic yang dimediasi oleh heme oksigenase 1
dalam sel kanker payudara manusia MCF-7 yang diinduksi 12-O-tetradecanoylphorbol-13-
acetate.Lengkungan. racun.2013, 87, 857–869. [CrossRef]

De Meester, F., Watson R. Omega-6/3 Fatty Acids: Functions, Sustainability Strategies and
Perspectives. Newyork: Humana Press; Springer; 2013. 2 p.

Derosa, G.; Cicero, AF; Fogari, E.; D'Angelo, A.; Bonaventura, A.; Romano, D.; Maffioli, P.
Pengaruh n-3 PUFA pada variasi postprandial metalloproteinase, dan parameter inflamasi dan
resistensi insulin pada pasien dislipidemia: Evaluasi dengan klem euglikemik dan beban lemak
oral.J.klin. Lipidol.2012,6, 553–564. [ CrossRef]

Erickson, KL; Hubbard, NE Asam lemak dan kanker payudara: Peran sel punca.Prostaglandin
Leukot. Esensi. Asam lemak2010,82, 237–241. [CrossRef]

Fitriyani E., Nuraenah N. dan Deviarni I. M., 2020. Perbandingan Komposisi Kimia, Asam
Lemak, Asam Amino Ikan Toman (Channa micrmopeltes) dan Ikan Gabus (Channa striata) dari
Perairan Kalimantan Barat. Manfish Journal Vol.1 No.2, September 2020
Igarashi, T., Tyagi, O., Mizoguchi, S., Saito, T., Furuta, A., Suzuki, Y., Egawa, S., Wang, Z.,
Yoshimura, N., 2021. Therapeutic effects of nerve growth factor-targeting theraphy on bladder
overactivity in rats with prostatic inflammation. Prostate 821, 1303-1309.

Johnson MJ, Semple SC, Klimuk SK, Ansell S, Maurer N, Cullis PR. Characterization of the
drug retention and pharmacokinetic properties of liposomal nanoparticles containing
dihydrosphingomyelin. Biochem Biophys Acta Biomembr. 2007;1768(5):1121-7. doi:10.1016/j.
bbamem.2007.0 1.019

Klek S. Omega-3 fatty acids in modern parenteral nutrition: A review of the current evidence. J
Clin Med. 2016;5:34. doi:10.3390/jcm5030034.

Kyle DJ, Schaefer E, Patton G, Beiser A. Low serum docosahexaenoic acid is a significant risk
factor for Alzheimer’s dementia. Lipids 1999;34:245

Manzanares W, Langlois PL, Dhaliwal R, Lemieux M, Heyland DK. Intravenous fish oil lipid
emulsions in critically ill patients: An updated systematic review and metaanalysis. Crit Care.
2015;19:167. doi: 10.1186/s13054-015-0888-7.

Maria A. G., Graziano R., Gaspare P. and Nicolantonio D’O., 2019, Omega-3 Polyunsaturated
fatty acids: benefits and endpoints in sport, Nutrients. 2019 Jan; 11(1): 46

Martinez, N.; Herrera, M.; Frias, L.; Provence, M.; Perez-Carrion, R.; Diaz, V.; Morse, M.;
Crespo, MC Kombinasi hidroksitirosol, asam lemak omega-3 dan kurkumin meningkatkan rasa
sakit dan peradangan di antara pasien kanker payudara stadium awal yang menerima terapi
hormonal adjuvant: Hasil studi percontohan.klinik terjemahan Onkol.2019,21, 489–498.
[CrossRef]

Omri A, Suntres ZE, Shek PN. Enhanced activity of liposomal polymyxin B against
Pseudomonas aeruginosa in a rat model of lung infection. Biochem Pharmacol. 2002;64(9):1407-
13. doi:10.1016/s0006- 2952(02)01346-1
Pompeia C, Lopes LR, Miyasaka CK, Procopio J, Sannomiya P, Curi R. Effect of fatty acids on
leukocyte function. Braz J Med Biol Res. 2000;33:1255–68.

Pratiwy, F, M, dan Dian, Y, P. 2021. Penyuluhan potensi omega-3 untuk meningkatkan system
imun (terutama dalam masa pandemic Covid-19) secara virtual, Farmers: Journal of Community
Services, 2(1).

Ravacci, GR; Brentani, MM; Tortelli, T., Jr.; Torrinhas, RS; Saldanha, T.; Torres, EA;
Waitzberg, DL Gangguan rakit lipid oleh asam docosahexaenoic menginduksi apoptosis pada sel
epitel luminal mammae manusia yang ditransformasi yang menyimpan ekspresi berlebih HER-
2.J. Nutr. Biokimia.2013,24, 505–515. [CrossRef] [PubMed]

Ravacci, GR; Brentani, MM; Tortelli, TC; Torrinhas, RS; Santos, JR; Logullo, AF; Waitzberg,
DL Docosahexaenoic Acid Memodulasi Fenotipe Lipogenik Terkait HER2, Menginduksi
Apoptosis, dan Meningkatkan Aksi Trastuzumab dalam Sel Karsinoma Payudara yang
Mengekspresikan HER2 Berlebihan.Bioma. Res. Int.2015,2015, 838652. [ CrossRef]

Shehata T, Ogawara K, Higaki K, Kimura T. Prolongation of residence time of liposome by


surface-modification with mixture of hydrophilic polymers. Int J Pharm. 2008;359(1-2):272-9.
doi:10.1016/j.ipharm.2008.04.004

Siddiqui, RA; Harvey, KA; Xu, Z.; Bammerlin, EM; Walker, C.; Altenburg, JD
Docosahexaenoic acid: Ajuvan kuat alami yang meningkatkan kemanjuran pengobatan
antikanker tanpa efek samping.Biofaktor 2011,37, 399–412. [CrossRef]

Simopoulos AP. An increase in the Omega-6/Omega3 fatty acid ratio increases the risk for
obesity. Nutrients. 2016;8(3):1–17.

Simopoulos AP. Evolutionary aspects of diet, the omega-6/omega-3 ratio and genetic variation:
nutritional implications for chronic diseases. Biomed Pharmacother. 2006;60(9):502–7.
Sofi, F., Macchi, C., Abbate, R., Gensini, G. F., & Casini, A. (2014). Mediterranean diet and
health status: an updated meta-analysis and a proposal for a literature-based adherence score.
Public health nutrition, 17(12), 2769–2782. https://doi.org/10.1017/S1368980013003169

Spencer, L.; Man, C.; Metcalfe, M.; Webb, M.; Pollard, C.; Spencer, D.; Berry, D.; Pelayan, W.;
Dennison, A. Pengaruh omega-3 FA pada angiogenesis tumor dan potensi terapeutiknya.Eur. J.
Kanker2009,45, 2077– 2086. [CrossRef]

Wendel M, Heller AR. Anticancer actions of omega-3 fatty acids—Current state and future
perspectives. Anticancer Agents Med Chem. 2009;9:457–70.

Xiong, A.; Yu, W.; Liu, Y.; Sanders, BG; Kline, K. Eliminasi ALDH+ sel-sel yang memulai
tumor payudara dengan asam docosahexanoic dan/atau gamma tocotrienol melalui
penghambatan SHP-1 dari pensinyalan Stat3.mol. Karsinogen. 2016,55, 420–430. [CrossRef]

Yang P, Jiang Y, Fischer SM. Prostaglandin E3 metabolism and cancer. Cancer Lett.
2014;348:1–11.

Anda mungkin juga menyukai