Anda di halaman 1dari 31

BAB I

FALSAFAH DAN TUJUAN

A. PENDAHULUAN
Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Rumah Sakit maupun di luar
rumah sakit, merupakan suatu potensi ataupun suatu resiko yang harus kita
terima. Hal ini bisa terjadi karena faktor alam, yang disebut bencana alam, serta
bencana industri, yang disebabkan karena human error, atau kecelakaan karena
sifat bahan / material yang diolah dan sifat pekerjaan yang mengandung sumber
bahaya.
Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir berupa
kerugian moril, materiil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana tersebut.
Kehilangan anggota keluarga, kehilangan sumber pencaharian, kehilangan rumah,
mobil, bahkan kehilangan nyawa, belum lagi gangguan psikologis akibat trauma
yang ditimbulkan bencana tersebut.
Untuk dapat mengurangi jumlah korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu
adanya usaha pertolongan medik darurat (pra-rumah sakit dan atau di rumah
sakit) yang melibatkan berbagai unsur kesehatan dari berbagai instansi
pemerintah maupun swasta secara terpadu dan terintegrasi. Sehingga diperlukan
adanya suatu upaya kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam memberikan
pertolongan medik darurat terutama di rumah sakit (Hospital disaster Planning).
Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut maka
dengan ini di susun buku Pedoman Penanggulangan Bencana yang diberlakukan
di Rumah Sakit dr. Agung.

B. VISI, MISI, DAN TUJUAN


VISI
Menjadi rumah sakit pusat pelayanan trauma di Kota Bima dan sekitarnya pada
tahun 2023
MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kecepatan,
ketepatan, keselamatan dan kenyamanan berlandaskan etika dan
profesionalisme.
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten.
3. Menyediakan peralatan, fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang aman
dan mutakhir.
C. Tujuan Umum
1. Meningkatkan profesionalisme seluruh anggota tim penanggulangan bencana
( baik medis, keperawatan maupun non medis) dalam mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas Tim Penanggulangan bencana.

D. TUJUAN
Tujuan Khusus
1. Memberi petunjuk kepada Pejabat / petugas yang tercantum dalam
Organisasi / Tim Penanggulangan Bencana sehingga mekanisme
penanggulangan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien dibawah
satu komando.
2. Menghindarkan timbulnya kepanikan dan mencegah tindakan yang salah dan
tidak terkoordinir bagi semua anggota tim, karena hal ini akan mengakibatkan
kerugian baik bagi korban bencana maupun rumah sakit.
3. Pelaksanaan evakuasi dan penanganan medis korban bencana dapat
dilaksanakan secara tepat, cepat, sehingga keparahan yang lebih besar dapat
dihindarkan.
4. Menekan sekecil mungkin kerugian akibat keadaan darurat tersebut.

E. KEBIJAKAN
1. SK Direktur No 0036 / SK / RSDA / I / 2023 tentang Pembentukan Tim
K3RS
2. SK Direktur No 0011/KBJ/RSDA/I/2023 tentang Penyelenggaraan K3RS di
RS dr. Agung

F. RUANG LINGKUP
Buku Pedoman Penanggulangan Bencana ini diberlakukan bagi seluruh anggota
Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit dr. Agung.
BAB II
BATASAN DISASTER / BENCANA

A. PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara
berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau
kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan manusia beserta lingkungannya.
Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana terdapat
korban manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber daya lokal,
dan terganggunya mekanisme kehidupan sehari-hari.
Korban massal adalah banyaknya korban dengan penyebab kejadian yang
sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal
fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan
tepat.
Sistem Penatalaksanaan korban bencana massal adalah satu kelompok yang
terdiri dari unit-unit, organisasi dan sektor-sektor yang bekerjasama dengan
menggunakan tatacara tetap untuk meminimalkan tingkat kematian dan kecacatan
korban bencana massal dengan menggunakan segala sumber daya yang ada secara
efisien.
Sistem penatalaksanaan korban bencana massal didasarkan pada :
1. Tatacara penilaian awal, dipergunakan dalam prosedur kegawat-daruratan
rutin yang dapat diadaptasi untuk kecelakaan-kecelakaan besar.
2. Penggunaan sumber daya secara maksimal.
3. Persiapan dan respon multi sektoral.
4. Koordinasi yang terencana baik dan teruji.

B. KATEGORI BENCANA / DISASTER


Yang termasuk dalam kategori bencana/disaster di Rumah Sakit harus
ditetapkan oleh rumah sakit itu sendiri sebagai contoh misalnya:
1. Intern
Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpa rumah sakit
dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.
Contoh: Kebakaran di Rumah Sakit.
2. Ekstern
a. Bencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu
singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata -rata
keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi
tenaga pendukung lainnya.
Contoh: Korban keracunan massal, korban kecelakaan missal, bencana
alam,dll.
BAB III
STAF DAN PIMPINAN

A. KEPENGURUSAN
1. Agar dapat mengemban visi, misi TPB Rumah Sakit Dr. Agung, maka
Tim Penanggulangan Bencana (TPB) perlu dilengkapi dengan staf dan
pimpinan dengan ketentuan sebagai berikut :
2. Jabatan Ketua Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari profesi
medis yang senior dan mempunyai pengalaman di bidang penanganan
bencana serta benar-benar ahli dalam mengelola operasi penanggulangan
bencana.
3. Koordinator Tim Penanggulangan Bencana adalah seorang dari pimpinan
unit Pelayanan Umum, Pelayanan Medik, Manajer Logistik, Manajer
Keuangan dan Humas, yang terampil serta punya kemampuan, skill, dan
pengetahuan yang memadai.
B. Masa kerja
Masa kerja dari Ketua Tim Penanggulangan Bencana tidak tak terbatas, dan
bias di tetapkan untuk masa kerja 5 tahun dan dapat dipilih kembali.
BAB IV
ORGANISASI DAN TATA KERJA

Untuk melaksanakan fungsi Penanggulangan Bencana dalam rangka


mengemban misinya ,maka perlu adanya kedudukan, tanggung jawab, dan tugas
pokok serta penatalaksanaan agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.

A. KEDUDUKAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA


1. Tim Penanggulangan Bencana adalah wadah non struktural dibawah
Kepala Rumah Sakit.
2. Tim Penanggulangan Bencana dipimpin oleh Ka. Rumah Sakit sebagai
Pemegang Komando (Incident Commander).
Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana terdiri dari 5 koordinator yaitu:
Koordinator humas, Koordinator Petugas Lapangan, Koordinator Logistik,
Koordinator Transportasi dan Akomodasi dan Koordinator dana

B. TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB


No Jabatan Fungsional Tugas & Tanggung jawab

1 Komandan Tim 1. Penentu kebijakan


Penanggulangan penanggulangan keadaan darurat
bencana.
Bencana (Incident Command &
2. Pimpinan tertinggi dalam
Planning Section)
penanggulangan bencana.
3. Mengkoordinir para koordinator
dibawahnya
4. Melakukan koordinasi dengan
pihak internal maupun eksternal
bila diperlukan.
5. Bertanggung jawab untuk
menjaga keselamatan personil
penanggulangan insiden,
masyarakat, dan penyelesaian
tugas-tugas operasi
penanggulangan insiden.
2 Koordinator HUMAS (Public 1. Meliput secara kronologis
Relation Section) kejadian dan usaha
penanggulangan keadaan darurat.
2. Memberi informasi kepada
instansi berwenang mengenai
kejadian serta mengatur atau
melayani pejabat, pers, mass
media yang datang untuk
meminta informasi yang
dibutuhkan yang berkaitan
dengan kejadian, bila diperlukan
3 Koordinator Perencanaan & 1. Membuat perencanaan kegiatan
operasional (Incident Action Plan).
2. Bertanggungjawab untuk
(Planning & Operations
menerima dan melaksanakan
Section)
Incident Action Plan (IAP).
3. Untuk insiden yang skalanya
kecil, IAP dapat dibuat tanpa
harus tertulis
4. Untuk insiden yang lebih besar
skalanya atau lebih komplek,
IAP dibuat dalam bentuk
dokumen tertulis
5. Mengumpulkan, mengevaluasi,
menyebarkan dan menggunakan
informasi tentang perkembangan
insiden dan status dari
sumberdaya
6. Menentukan jumlah sumberdaya
dan organisasi yang diperlukan.
4 Koordinator Logistik (Logistic 1. Menyediakan fasilitas
Section) pelayanan (alat komunikasi,alat
medis, food supply) ,material ,
dan personil untuk
mengoperasikan peralatan medis.
2. Memegang peranan penting
dalam mendukung operasi untuk
jangka panjang.
5 Koordinator Transportasi dan 1. Melaksanakan koordinasi
Akomodasi (Transportation kelancaran transportasi di
and Accomodation Section) lingkungan terjadinya bencana
guna menunjang kelancaran
penanggulangan keadaan darurat.
2. Mengatur persiapan transportasi
3. Mempersiapkan akomodasi
semua anggota tim
6 Koordinator dana (Finance& 1. Mempersiapkan kebutuhan dana
Administration Section) untuk keperluan semua
operasional semua anggota tim.
2. Menelusuri biaya
penanggulangan insiden dan
penggantian biaya.
3. Membukukan semua biaya untuk
operasi penanggulangan
bencana.

C. PENGELOLAAN SDM
Pengelolaan sumber daya penanggulangan insiden yang meliputi hal-hal
sebagi berikut:
1. Kesiapan Sebelum Penugasan
Persiapkan diri sebelum ada penugasan.
a. Ikuti pelatihan-pelatihan yang diperlukan.
b. Mengenali posisi apa yang akan anda tempati dalam organisasi
penanggulangan insiden, akan membantu dalam persiapan.
c. Pekerjaan mungkin memerlukan komputer lap top dan software,
printer, disket, CD, dan sebagainya. Diharapkan memiliki daftar
periksa / Checklist untuk semua kebutuhan yang diperlukan ini.
d. Sebuah “Go Kit” sebelumnya akan menghemat waktu antara
pengerahan dan check in
e. Go Kit anda diharapkan terdiri dari barang-barang yang akan anda
perlukan dalam setiap insiden
f. Tanda pengenal
g. Pena, pensil, spidol,Kertas
h. Formulir-formulir ICS dan lainnya
i. Kebijakan, prosedur, dan instruksi yang akan diperlukan dalam
penanganan insiden
j. Peta/tataletak
k. Selotip dan paku tancap Clipboard
l. Beberapa barang-barang keperluan pribadi yang juga perlu
dimasukkan dalam Go Kit anda diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pakaian dalam
2) Jaket
3) Lampu senter
4) Obat obatan
5) Makanan ringan
m. Satu atau lebih pakaian ganti (termasuk sepatu), khususnya jika anda
akan dikerahkan beberapa periode waktu.
n. Bacaan dan radio tape player untuk pengisi waktu istirahat.

2. Prosedur Penugasan
Cari atasan langsung anda untuk mendapatkan informasi penting untuk
melakukan pekerjaan anda:
a. Apa status terkini?
b. Apa tanggung jawab kerja anda yang khusus Kapan anda harus
melapor dan dimana?
c. Apa penugasan anda?
d. Kepada siapa anda akan melapor (nama, jabatan)? Berapa lama anda
akan ditugaskan?
e. Apa peran anda? Apakah anda punya otoritas untuk mengambil
keputusan? Apakah anda seorang Supervisor? Jika ya, berapa orang
yang akan anda awasi?
f. Prosedur apa yang berlaku untuk menghubungi Supervisor anda
sehari-hari?
g. Bagaimana keluarga anda dapat menghubungi anda bila dalam
keadaan darurat?
h. Buat catatan selama briefing, khususnya bila anda memiliki bawahan
yang juga perlu mendapatkan briefing dari anda.
i. Buat catatan terhadap kegiatan-kegiatan yang anda lakukan, yang
mungkin akan diperlukan dikemudian hari.
3. Prosedur Demobilisasi
a. Persiapkan diri sebelum ada penugasan.
b. Demobilisasi tidak hanya sekedar pulang ke rumah.
c. Semua pekerjaan yang sedang berlangsung harus sudah selesai,
kecuali ada arahan lain.
d. Pastikan semua catatan dan dokumen anda sudah diperbaharui
e. Berikan penjelasan pada pengganti anda atau Supervisor anda tentang
status dari semua pekerjaan
f. Berikan penjelasan pada bawahan anda dan perkenalkan pengganti
anda, jika diperlukan.
g. Kembalikan atau alihkan semua peralatan yang menjadi tanggung
jawab anda.
h. Ikuti prosedur check out yang berlaku sebelum meninggalkan local.
Hospital Disaster Plan 2023

A. BAGAN STRUKTUR / GARIS KOMANDO

KOMANDAN TIM
PENANGGULANGAN BENCANA

Koord. Humas Koord. Petugas Koord. Logistik Koord. Transport & Koord. Dana
Lapangan Akomodasi

Azrianyah, S.Kep.,Ns dr. Anissa Tri Acintya dr. Dyah Ayu Nirmalasari Nuryamansyah, ST Hj. Marianah
BAB V
PERENCANAAN LOGISTIK, KOMUNIKASI, DAN KOORDINASI

A. PERENCANAAN LOGISTIK
1. Pos Komando Penanggulangan Insiden
a. Tempat yang berfungsi sebagai pusat komando utama.
b. Seorang Incident Commander bertempat di sini.
c. Tanggungjawab pertama seorang Incident Commander adalah
memberikan perintah.
d. Dengan memberikan perintah, berarti juga memberikan arahan dan
otoritas / kewenangan serta komunikasi yang jelas dalam
penanggulangan insiden.
e. Sebuah syarat dimana seorang Incident Commander dapat
memberikan perintah adalah dengan mendirikan Incident Commando
f. Pos (ICP) pada setiap insiden
g. Lokasi ICP harus diumumkan kepada semua penanggungjawab dan
disebarluaskan sehingga semua personil mengetahui lokasinya.
h. Lambang standar untuk menandai/ mengidentifikasi ICP terlihat
seperti dibawah ini:

2. Staging Areas
a. Lokasi-lokasi yang didirikan di daerah insiden dimana
sumberdaya (orang, peralatan, dll) ditempatkan sambil menunggu
penugasan.
b. Staging Area dikelola dibawah Operations Section.
c. Apabila insiden berkembang, tambahan sumberdaya diperlukan
untuk penanggulangan insiden. Untuk menghindari masalah yang
dapat terjadi dari penumpukan terlalu banyak sumberdaya dan
untuk mengelola sumberdaya yang tersedia secara efektif,
Incident
d. Commander akan mengidentifikasi kebutuhan untuk satu atau
lebih Staging Area
e. Sama dengan ICP, Staging Area diberikan nama dan identifikasi.
Simbol baku untuk Staging Area diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

f. Staging Area dapat dipindahkan jika diperlukan, tetapi harus selalu


dapat diidentifikasi dengan jelas.
3. Base
a. Base memberikan pelayanan utama dan aktivitas pendukung untuk
penanggulangan insiden.
b. Base digunakan untuk menyediakan tempat untuk sumberdaya yang
out-of-service.
c. Base adalah tempat dimana Koodinator Logistik /Logistic Section
dan barang – barang supply ditempatkan.
d. Standar simbol untuk Base adalah seperti gambar di bawah ini:

· B

e. Kebutuhan atau fasilitas lain yang mungkin diperlukan, bergantung


pada faktor-faktor khusus dalam sebuah insiden, seperti ;

4. Camp
a. Camp terpisah dari Incident Base, dilengkapi dengan fasilitas dan
tenaga untuk menyediakan makanan, air, tempat tidur dan sanitasi
untuk personil penanggulangan insiden
b. Standar simbol untuk Camp adalah seperti gambar di bawah ini:
C
B. PERALATAN
1. Set Penanggulangan Bencana Bag
2. Alat komunikasi telepon, yang dapat dipergunakan untuk hubungan
dengan seluruh satuan kerja RS dan juga hubungan dengan luar Rumah
Sakit dr. Agung

C. PERENCANAAN KOMUNIKASI DAN KOORDINASI


PROSES PENGAKTIFAN TIM PENANGGULANGAN BENCANA
Penerima berita pertama
1. Bila jam kerja bisa langsung melaporkan kepada komandan TPB (Tim
Penanggulangan Bencana)
2. Bila diluar jam kerja, penerima berita bisa menyampaikan berita
tersebut kepada penyelia, kemudian penyelia meneruskan berita
kepada Komandan TPB.
3. Komandan Tim penanggulangan bencana (TPB)
4. Menginformasikan kepada koordinator – koordinator dibawahnya
untuk mempersiapkan semua persiapan TPB (sesuai uraian tugas
diatas)
5. Mengkoordinasikan situasi dan kondisi bencana kepada unit – unit
terkait Rumah Sakit Dr. Agung, untuk langkah-langkah berikutnya.

ALUR KOORDINASI / PELAPORAN PADA SAAT JAM KERJA


DILUAR JAM KERJA

D. EVALUASI
Koordinator humas segera melakukan evaluasi penanganan bencana sebagai
berikut :
1. Mengadakan penelitian dan laporan yang telah dilakukan terhadap korban
selama proses penanganan korban bencana.
2. Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan kepada pasien
pasca bencana.
3. Mengevaluasi proses kegiatan dan kendala – kendala yang dihadapi Tim
Penanggulangan Bencana untuk perbaikan apabila terjadi bencana
selanjutnya
BAB VI
PROSEDUR PENANGGULANGAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

A. PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA MASSAL RUMAH


SAKIT
1. Proses Penyiagaan
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada
Instalasi Gawat Darurat (melalui telepon atau radio). Informasi ini harus
diterima langsung oleh perawat atau dokter jaga.
Kemudian bekerja sama dengan petugas administrasi (perawat
dibagian administrasi, Kepala RS, Direktur Bidang Medis), keputusan
mengaktifkan rencana penatalaksanaan korban bencana massal di rumah
sakit, akan dibuat. Setelah itu operator telepon Rumah Sakit akan mulai
memanggil/memobilisai tenaga penolong yang tercantum dalam daftar.
2. Mobilisasi
Tim Siaga Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit
Jika kecelakaan terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim
Siaga Penanggulangan Bencana di RS akan segera di berangkatkan ke
lokasi kejadian. Jika kecelakaan tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20
menit dari RS, tim tersebut hanya akan diberangkatkan berdasarkan
permintaan Tim Kesehatan Daerah.
Dalam kecelakaan-kecelakaan yang cenderung untuk menimbulkan
banyak korban (kecelakaan pesawat terbang, kebakaran di atas kapal) tim
ini harus segera diberangkatkan ke lokasi kecelakaan tersebut.
3. Petugas Rumah Sakit
Petugas Kunci
Bila terjadi bencana massal, rumah sakit harus segera menghubungi
tenaga utama Rumah Sakit tersebut (Kepala Rumah Sakit, Kepala
Pelayanan Medik, Kepala Urusan Rumah Tangga, Petugas Gudang,
Petugas Urusan Rumah Tangga, dan semua petugas on-call)
4. Pengerahan Petugas
Mobilisasi Internal Petugas Rumah Sakit
Petugas Unit Gawat Darurat yang diberangkatkan ke lokasi kecelakaan
harus segera digantikan dengan petugas dari keperawatan lain. Petugas
dari bagian lain juga harus membantu mempersiapkan ruangan yang akan
dipergunakan untuk menampung korban kecelakaan massal tersebut.
Mobilisasi Sentripetal Petugas Rumah Sakit
Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam
penanggulangan kecelakaan massal di rumah sakit, yaitu unit gawat
darurat, unti bedah, kamar operasi, laboratorium, radiologi dan unit
perawatan intensif, dan petugas-peugas lain seperti Kepala Perawat,
petugas dapur, ruang cuci, petugas gudang, petugas keamanan dan
operator telepon harus pula dimobilisasi.
Untuk meningkatkan efisiensi, pemberian bantuan ini harus
direncanakan secara seksama dan dengan penekanan untuk melakukan
pergantian yang cepat petugas yang bertugas di lokasi yang paling
terekspos / paling sibuk (unit gawat darurat, kamar operasi). Hal ini akan
mencegah tidak tergantikannya petugas pada unit-unit tersebut selama
penanganan kecelakaan massal dan memperlancar pengembalian petugas
ke pekerjaan rutin setelah bekerja di unit penenganan kecelakaan massal.

5. Koordinasi dengan sektor lain


Sesuai dengan rencana penatalaksanaan korban bencana massal
nasional, rumah sakit akan berkoordinasi dengan sektor-sektor berikut :
a. Kepolisian
Rencana penatalaksanaan korban bencana massal nasional
mencakup pengiriman langsung tenaga kepolisian dalam jumlah
memadai ke rumah sakit segera setelah adanya bencana massal
diumumkan secara resmi.
Tenaga kepolisian ini akan membantu pengamanan rumah sakit
dengan perhatian utama untuk mengamankan daerah dimana korban
diterima dan semua pintu masuk ke rumah sakit.
Jika dalam 15 menit setelah bencana massal diumumkan Polisi
tidak menghubungi rumah sakit, operator telepon harus menghubungi
pusat komunikasi, pusat penanggulangan gawat darurat, atau markas
besar kantor polisi di daerah tersebut.
b. Koordinasi dengan Palang Merah
Palang Merah akan mengirimkan dua tim sukarelawan yang
telah dilatih khusus ke rumah sakit dimana tim pertama akan bekerja
di unit gawat darurat sedangkan tim lainnya dapat ditempatkan dimana
saja tenaga mereka dibutuhkan.
c. Operator Radio Amatir
Operator radio amatir akan menghubungi Kepala Rumah Sakit
dan akan menempatkan peralatan dimana dibutuhkan.
Jika palang merah dan asosiasi radio amatir tidak menghubungi
Rumah Sakit dalam 30 menit setelah kejadian bencana diumumkan,
kepala rumah sakit menghubungi melalui Pusat Komunikasi Gawat
Darurat.
6. Pos Komando di Rumah Sakit
` Disetiap rumah sakit harus disediakan satu ruangan yang akan
difungsikan sebagai Pos Komando selama bencana massal terjadi.
Sebaiknya ruangan ini sudah dilengkapi dengan radio dan telepon, atau
telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi tersebut.
Ruangan ini harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untuk
menampung hingga 10 petugas.
Tim inti dari Pos Komando di Rumah Sakit ini beranggotakan :
a. Kepala Rumah Sakit
b. Kepala Bidang Pelayanan Medik
c. Kepala Urusan Rumah Tangga Sekretaris
d. Humas (yang akan berhubungan dengan keluarga korban dan media
massa)
7. Pengosongan Fasilitas Penerima Korban
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di rumah sakit
untuk menampung korban bencana massal yang akan dibawa ke rumah
sakit tersebut. Untuk menampung korban, pos komando rumah sakit harus
segera memindahkan para penderita rawat inap yang kondisinya telah
memungkinkan untuk dipindahkan.
8. Perkiraan Kapasitas Rumah Sakit
Daya tampung rumah sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah
tempat tidur yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk
merawat korban. Dalam suatu kecelakaan massal, “permasalahan” yang
muncul dalam penanganan korban adalah kapasitas perawatan Bedah dan
Unit Perawatan Intensif.
Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling
sedikit dua jam pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup
jumlah kamar operasi, dokter bedah, ahli anastesi dan peralatan yang
dapat berjalan secara simultan) merupakan penentu kapasitas perawatan
bedah, dan lebih jauh kapasitas rumah sakit dalam merawat korban
Perkiraan kapasitas rumah sakit dalam menolong korban bencana
massal harus segera diputuskan oleh Komandan Tim Penanggulangan
Bencana Rumah Sakit, dan segera menginformasikannya kepada Pos
Komando dilapangan sehingga korban dengan status “merah” dapat
dibawa ke fasilitas kesehatan lainnya jika jumlah korban sudah melampaui
kapasitas rumah sakit dalam menerima korban bencana massal.
B. PENERIMAAN KORBAN
1. Lokasi
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat dimana triase
dilakukan. Untuk itu dibutuhkan :
a. Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban.
b. Merupakan tempat tertutup
c. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup
d. Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat
Darurat,
e. Kamar Operasi, dan Unit Perawatan Intensif.
Jika penatalaksanaan pra-Rumah sakit dilakukan secara efisien,
jumlah korban yang dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga
setelah triase korban dapat segera dikirim ke unit perawatan yang sesuai
dengan kondisi mereka. Tetapi jika hal ini gagal akan sangat banyak
korban yang dibawa ke rumah sakit, sehingga korban-korban tersebut
harus ditampung dulu dalam satu ruangan sebelum dapat dilakukan triase.
Dalam situasi seperti ini daya tampung rumah sakit akan segera
terlampaui.
2. Tenaga Pelaksana
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk
konfirmasi triase yang telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan
kategorisasi ulang status penderita. Jika penatalaksanaan pra-rumah sakit
cukup adekuat, triase di rumah sakit dapat dilakukan oleh perawat
berpengalaman di unit gawat darurat.
Jika penanganan pra-rumah sakit tidak efektif, sebaiknya triase di
rumah sakit dilakukan oleh dokter gawat darurat atau oleh ahli anastesi
yang berpengalaman
3. Hubungan dengan Petugas Lapangan
Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan
dengan baik akan dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara pos
komando rumah sakit, pos medis lanjutan, dan pos komando lapangan.
Dalam lingkungan rumah sakit, perlu adanya aliran informasi yang
konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama dan pos komando
rumah sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di rumah sakit
lima menit sebelum ketibaannya di rumah sakit.

C. TEMPAT PERAWATAN DI RUMAH SAKIT


1. Tempat Perawatan Merah
darurat.
2. Tempat Perawatan Kuning
Setelah triase korban dengan status “kuning” akan segera dipindahkan
ke perawatan bedah yang sebelumnya telah disiapkan untuk menerima
korban kecelakaan massal. Tempat ini dikelola oleh seorang dokter.
Di tempat perawatan ini secara terus menerus akan dilakukan
monitoring, pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala usaha untuk
mempertahankan kestabilannya. Jika kemudian kondisi korban
memburuk, ia harus segera dipindahkan ketempat “merah”.
3. Tempat Perawatan Hijau
Korban dengan kondisi “hijau” sebaiknya tidak dibawa ke rumah
sakit, tetapi cukup ke puskesmas atau klinik-klinik. Jika penatalaksanaan
pra-rumah sakit tidak efisien, banyak korban dengan status ini akan
dipindahkan ke rumah sakit.
Tempat khusus untuk korban dengan status “hijau” ini berada jauh dari
unit perawatan utama lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat dikirim
ke puskesmas atau klinik terdekat.
4. Tempat Untuk Korban Dengan Hasil Akhir / Prognosis Jelek
Korban-korban seperti ini, hanya akan membutuhkan perawatan
suportif, sebaiknya ditempatkan di perawatan / bangsal yang telah
dipersiapkan untuk menerima korban bencana massal
5. Tempat Untuk Korban Yang Meninggal Dunia
Sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan korban bencana massal
di rumah sakit harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung
sedikitnya sepuluh korban yang telah meninggal dunia.

D. EVAKUASI SEKUNDER
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit
terlampaui, atau korban membutuhkan perawatan khusus (misalnya bedah
saraf), korban harus dipindahkan ke rumah sakit lain yang menyediakan
fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan seperti ini dapat dilakukan ke
rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi lain, atau bahkan
ke negara lain.
Pos komando rumah sakit akan mengirim berita tentang permintaan
evakuasi korban dari rumah sakit kepada petugas medik di pusat
penanggulangan gawat darurat yang akan melakukan kontak dengan
rumah sakit tujuan dan mengatur pelaksanaan pemindahan korban.
SKEMA PENATALAKSANAAN BENCANA MASSAL DI RUMAH SAKIT

Pos Komando
Area merah

RUANG OPERASI

TRIASE AREA KUNING


AREA HIJAU

KORBAN MENINGGAL DUNI

ALUR KORBAN
BAB VII
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA DARI LUAR RUMAH SAKIT

A. METODOLOGI
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat
massal, karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang bencana dengan
korban massal dibagi menjadi 3 tingkat yaitu
1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 – 4 orang saja
2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
3. Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat
itu, yang selanjutnya dilaporkan kepada Pimpinan Disaster (Kepala RS).
Triase dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan
awal penderita dilakukan oleh dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari
ruangan lain yang dimobilisasikan. Triase bertujuan untuk menentukan tingkat
perawatan yang dibutuhkan oleh korban. Penilaian triase saat bencana sedikit
berbeda dengan triase pada kondisi normal, disesuaikan dengan jumlah
korban dan kemampuan kapasitas RS dalam melakukan pertolongan korban.
Untuk triase digunakan kartu kode warna setelah diperoleh informasi akurat
tentang keadaan penderita. Kartu warna yang dipergunakan disini adalah :
1. MERAH (immediate)
Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan
kemungkinan bertahan hidup yang paling besar jika dilakukan tindakan
segera. Butuh tindakan operasi segera atau intervensi life-saving lainnya,
merupakan prioritas utama untuk tim bedah atau evakuasi/transportasi ke
fasilitas yang lebih baik. Termasuk korban-korban dengan :
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor Perdarahan eksternal masif
2. KUNING (observation)
Korban dengan kondisi stabil saat datang, perawatan dapat ditunda
sementara, tetapi membutuhkan observasi ketat dan re-triage ulang oleh
petugas medis yang berpengalaman. Dalam kondisi normal, kemungkinan
merupakan penderita yang memerlukan tindakan segera.
Termasuk dalam kategori ini :
a. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen berat)
b. Fraktur multipel
c. Fraktur femur / pelvis Luka bakar luas
d. Gangguan kesadaran / trauma kepala
e. Korban dengan status yang tidak jelas

Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus,


pengawasan ketat terhadap timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan
sesegera mungkin.
3. HIJAU (wait / walking wounded)
Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban dengan :
a. Fraktur minor
b. Fraktur minor, luka bakar minor.
4. BIRU
Korban dengan kemungkinan survive / bertahan hidup nol atau kecil sekali.
Tindakan yang dilakukan hanya observasi atau jika dimungkinkan pemberian
analgesik. Termasuk dalam kategori ini adalah :
a. Korban dengan trauma berat (severe injuries)
b. Uncompensated blood loss
c. Korban dengan pemeriksaan neurologi yang negatif.
5. HITAM
Korban yang telah meninggal dunia.
Pada label dituliskan : nama korban, umur, jenis kelamin, alamat pasien. Bila
korban tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.
B. ORGANISASI
Dalam keadaan bencana / disaster plan seperti ini maka secara
otomatis pengorganisasian penanggulangan bencana yang telah ditetapkan
menjadi aktif.
C. PERENCANAAN SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi
penanggulangan bencana ditentukan berdasarkan :
Jumlah korban yang ada pada saat itu.
Jumlah tenaga yang ada pada saat itu.
Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai
berikut :
1. Siaga 3 : Jumlah korban yang datang 3-4 orang
Dokter IGD dan Perawat IGD yang berdinas dibantu oleh perawat
poliklinik agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga.
2. Siaga 2 : Jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
Diperlukan tambahan tenaga perawat dari Perawatan lantai II sesuai
kebutuhan.
3. Siaga 1 : Jumlah korban lebih dari 10 orang
Diperlukan tambahan tenaga dari unit pelayanan perawatan lantai II dan
lantai III, serta perawat yang sedang tidak berdinas (di asrama maupun di
rumah).
D. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit
merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus
dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar, Bagi pengirim
berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi berita yang
mmenyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban, tindakan yang
telah dilakukan.
Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi
berita dan mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.
Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :
1. Pagging
2. Airphone/intercom
3. Telepon
4. Faximile
5. Pesawat HT
6. Handphone
7.
E. PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun
alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana, hal ini menjadi
peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan
pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.

F. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kala pentingnya untuk pengangkutan
korban, oleh karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi
ambulan untuk merujuk korban kerumah sakit rujukan dan bilamana perlu
dapat berkoordinasi dengan Ambulan 118.

G. PELAPORAN
Informasi cepat tentang jumlah / beratnya korban- korban harus segera
di dapat dalam 2 s/d 4 jam.Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh
Pimpinan Disaster dan Tim Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk
disampaikan kepada direktur rumah sakit.
BAB VIII
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
DARI DALAM RUMAH SAKIT

A. METODOLOGI
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang banyak
menyebabkan kerugian dan korban adalah kebakaran. Oleh karenanya
metodologi ini dititik beratkan pada penganggulangan kebakaran, selanjutnya
bencana lain tinggal mengikutinya.
Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
1. Kebakaran Ringan : Kebakaran yang melibatkan area yang sempit,
dengan api yang kecil.
2. Kebakaran Sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat
lokal dengan besarnya api sedang.
3. Kebakaran Berat : kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api
yang besar.

B. ORGANISASI
Secara otomatis organisasi penaggulangan bencana menjadi aktif sesuai
ketentuan yang berlaku.

C. PERENCANAAN SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi
penanggulangan bencana ditentukan berdasarkan :
1. Golongan Kebakaran.
2. Jumlah korban yang ada pada saat itu.

Dengan demikian dapat dibuatkan perencanaan SDM sebagai berikut :


1. Berdasarkan Golongan Kebakaran
a. Kebakaran Ringan :
Untuk memadamkan api diperlukan 1 – 2 orang dari pegawai yang
dinas atau yang berada disekitar kejadian saja dengan menggunakan 1-
2 APAR.
b. Kebakaran Sedang :
Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang dinas
dengan APAR yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk
evakuasi pasien, dokumen, ataupun barang berharga lainnya yang ada
di ruangan / lokasi kejadian.
c. Kebakaran Berat :
Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran,
dengan mengerahkan seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk
melakukan evakuasi.

2. Berdasarkan Jumlah Korban yang ada pada saat itu


Berdasarkan jumlah korban pada saat itu maka untuk memobilisasi
perencanaan SDM dapat digunakan ketentuan pada penanggulangan
bencana massal.

D. PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun
alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi
peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan
pelaksanaan sesuai dengan kondisi saat itu.

E. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit
merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu ada hal – hal yang harus
dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar
2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi
berita yang mmenyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban,
tindakan yantelah dilakukan.
3. Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita
dan mencari kebenaran berita tersebut, melaporkan ke atasan.
Alat – alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :
1. Pagging
2. Airphone/intercom Telepon
3. Faximile
4. Pesawat HT Handphone

F. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan
korban, oleh karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi
ambulan untuk merujuk korban ke rumah sakit rujukan dan bilamana perlu
dapat berkoordinasi dengan Ambulan.

G. PELAPORAN
Informasi tentang jumlah / beratnya korban dan kerusakan harus segera
didapat dalam 2 s/d 4 jam. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh
Pimpinan Disaster dan Tim Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk
disampaikan kepada direktur rumah sakit.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Penanggulangan Bencana Rumah Sakit Dr. Agung ini dapat


digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi staf dan anggota Tim Penanggulangan
Bencana RS Dr. Agung dalam melaksanakan tugas-tugas tim di lapangan.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami megharapkan
partisipasi dari berbagai pihak untuk memberikan sumbang saran dan kritik demi
perbaikan dan penyempurnaan pedoman ini.
Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi rumah sakit dalam upaya
meningkatkan kinerja Tim Penanggulangan Bencana Rumah Sakit Dr. Agung.

Anda mungkin juga menyukai