PROPOSAL SKRIPSI
NUR HIKMAH
1602551005
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang melatar
belakangi status kesehatan masyarakat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS 2018). Sebanyak 57,6% penduduk Indonesia bermasalah gigi dan
mulut selama 12 bulan terahkir ini, tetapi hanya 10,2% yang mendapatkan
perawatan dari tenaga medis gigi. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang
kedokteran gigi adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi merupakan hal yang
sering dilakukan oleh seorang dokter gigi. Pencabutan gigi merupakan salah satu
tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari
rongga mulut. Pencabutan gigi paling banyak dilakukan karna karies, penyakit
periodontal, gigi impaksi dan gigi yang sudah tidak dapat lagi dilakukan
perawatan endodontik. Tindakan pencabutan gigi juga dilakukan pada gigi sehat
untuk tujuan memperbaiki maloklusi, untuk alasan estetik, dan juga kepentingan
perawatan ortodontik atau prostodontik (Ngangi, R. S dkk., 2012).
Prosedur pencabutan gigi merupakan penyebab kecemasan dental paling
tinggi (Jason, M. 2010). Adapun tanda-tanda fisiologis yang menyertai yaitu,
berkeringat, tekanan darah meningkat, denyut nadi bertambah, berdebar, mulut
kering, diare, ketegangan otot, dan hiperventilasi. Kecemasan sebelumnya
memiliki sifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kecemasan serta
ketegangan yang disertai dengan perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan
peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan tingkat respirasi.
Kecemasan adalah hal yang wajar dialami semua orang, yang dapat
memberi pengaruh besar dalam perubahan perilaku. Rasa cemas merupakan
respon normal terhadap peristiwa yang dianggap mengancam, atau terhadap
tekanan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi gelisah. Kadang kala
kecemasan menjadi berlebihan sehingga menimbulkan ketakutan yang tidak
rasional terhadap suatu hal tertentu. Contohnya cemas terhadap sesuatu hal yang
belum pernah dialami sebelumnya, karena banyak mendengar cerita dari orang
3
lain dapat menimbulkan pemikiran yang negatif. Kecemasan sering dialami oleh
seseorang yang akan menjalani perawatan gigi. Rasa cemas saat perawatan gigi
telah menempati urutan ke-5 dalam situasi yang secara umum dianggap
menakutkan (Syamsul Bachri, 2016).
Menurut data yang diperoleh prevalensi kecemasan pasein dental berkisar
antara 5% - 20% di berbagai negara, yang menimbulkan masalah penting bagi
praktisi kedokteran gigi. Ketersediaan data tentang kecemasan terkait dengan
berbagai perawatan gigi dan variasi dalam populasi yang berbeda, masih jarang
disadari oleh operator akan tingkat kecemasan pasien, namun diharapkan dapat
melakukan antisipasi terhadap perilaku pasien yang mengalami rasa cemas
tersebut ( Crispian S, 1993).
Prevalensi kecemasan pasien dental (DAS skor >13) diantara penduduk
Australia dilaporkan menjadi 14,9%. Sekitar 4-7% dari subyek di Jepang,
Indonesia, Brazil dan Argentina dilaporkan mengalami kecemasan pasien yang
berat. Sepuluh studi penelitian yang dilakukan di berbagai negara di seluruh dunia
ditemukan wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi (Udoye CI,
Origini AO,2005).
1.2 Rumusan Masalah
gigi.
4
kedokteran gigi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecemasan berasal dari kata cemas yang
berarti tidak tenteram hati karena khawatir, takut, dan gelisah. Menurut American
dengan ketegangan, kekhawatiran, dan perubahan fisik seperti kenaikan tekanan darah.
Menurut Stuart (2013), kecemasan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan
selalu ada dan tidak terikat pada suatu era atau budaya tertentu. Kecemasan adalah rasa
ketakutan yang samar dan disertai perasaan tidak pasti, tidak berdaya, terisolasi, dan tidak
aman.Definisi kecemasan, yang dikutip dari buku Theories of Personality, adalah keadaan
yang dirasakan, afektif, dan merupakan keadaan tidak nyaman yang disertai dengan sensasi
fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang akan datang. Ketidaknyamanan
tersebut seringkali tidak jelas dan sulit untuk ditentukan, tetapi kecemasan dapat selalu
dirasakan.
Menurut Seligman et al (2017), kecemasan dental adalah rasa takut yang meningkat
terhadap prosedur perawatan gigi.Menurut Öst dan Skaret (2013), akibat dari kecemasan
dental yaitu perilaku menghindari kunjungan ke dokter gigi yang biasanya merupakan
prediktor terkuat dari kecemasan dental tinggi, kesehatan mulut yang memburuk, dan
dampak secara psikososial di mana kecemasan dental berkaitan dengan gangguan psikosomatis,
Tingkat kecemasan ini jarang menjadi masalah bagi seorang individu karena
secara optimal. Kecemasan ini biasa diatasi seorang individu dengan tindakan yang
suatu hal yang spesifik. Individu yang mengalami kecemasan ini mengalami
kesulitan bahkan pada saat melakukan tugas yang sangat mudah. Gejala yang
terlihat adalah sakit kepala, palpitasi, insomnia (gejala fisik) dan kebingungan serta
d. Panik
7
Merupakan keadaan cemas paling intens, di mana seorang individu tidak dapat
fokus bahkan pada satu hal di dalam lingkungannya. Seringkali terjadi kesalahan
b. Jenis Kelamin
mempunyai produksi asam lemak bebas lebih banyak disbanding wanita sehingga
pria berisiko mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pada wanita.
c. Pendidikan
d. Sistem Pendukung
yang berbeda
Ekstraksi atau pencabutan gigi adalah suatu tindakan pengeluaran gigi dari tulang
alveolus. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang
utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi akan sembuh secara normal dan
tidak menimbulkan masalah setelah dilakukan pencabutan gigi. Tindakan pencabutan gigi
dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk alasan
estetik dan juga kepentingan perawatan orthodontik.
Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang yang sangat
penting dilakukan oleh dokter gigi. Karena hal tersebut akan mempengaruhi ketepatan
dan keberhasilan perawatan yang dilakukan terhadap pasien.Dalam menegakkan
diagnosis dan membuat rencana perawatan maka terdapat beberapa tahap yang dapat
dilakukan oleh seorang dokter gigi yaitu pemeriksaan subyektif, pemeriksaan obyektif
dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif berkaitan dengan:
(a) Identitas pasien atau data demografis
Nama ( nama lengkap dan nama panggilan)
Tempat dan tanggal lahir
Alamat tinggal
Golongan darah
Pekerjaan
Pendidikan
Kewarganegaraan
9
Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, dapat relatif atau mutlak bergantung pada
kondisi umum pasien. Ketika kontraindikasinya mutlak, pencabutan gigi tidak boleh dilakukan untuk
menghindari resiko pada pasien, sedangkan jika kontraindikasinya relatif maka harus sangat berhati-
I. Kontraindikasi relatif
12
a. Lokal
1. Periapikal patologi; jika pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan menyebar luas
dan sistemik, jadi antibiotik harus diberikan sebelum dilakukan pencabutan gigi.
2. Adanya infeksi oral seperti Vincent’s Angina, Herpetic gingivostomatitis. Hal ini
harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan gigi
3. Perikoronitis akut; perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan
pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi bakteri akan menurun ke
bagian bawah kepala dan leher
4. Penyakit ganas, seperti gigi yang terletak di daerah yang terkena tumor. Jika
dihilangkan bisa menyebarkan sel-sel dan dengan demikian mempercepat proses
metastatik
5. Pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya telah dilakukan iradiasi dapat
menyebabkan osteoradionekrosis, oleh karena itu harus dilakukan tindakan pencegahan
yang sangat ekstrem atau khusus.
1. Penyuluh
bekerja dengan setting yang berbeda dengan setting yang berbeda dan
2. Sasaran
Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari pihak penyuluh. Dalam
kesehatan gigi dan mulut menggunakan strategi tertentu pada anak-anak sekolah
dasar.
3. Pesan
Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada
sasaran. Pesan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Pesan penyuluhan terdiri
atas isi penyuluhan dan lambang. Isi pesan penyuluhan bisa satu tetapi lambang
mengungkapkan pikiran, perasaan, fakta dan opini, hal-hal yang konkret, dan
abstrak, karena itu dalam penyuluhan, bahasa memegang peranan yang penting.
4. Media
(Poernomo,2007).
14
a. Media cetak
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa kelebihan media
cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat. Contoh media cetak
yaitu :
i. Booklet
kecil yg berfungsi sbg selebaran: -- itu berisikan cara memasak dan menu
dalam kategori media lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang
melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut
sederhana, singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu
penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan kata yang
ii. Leaflet
lembaran yang dilipat. Isi dari pesan-pesan tersebut dapat dalam bentuk
15
salah satu media edukasi paling sederhana dan mudah dibuat (Larasati,
2015).
tersusun rapi dan baik, Flip chart ini digunakan oleh guru TK, sebagai
salah satu cara untuk menghemat waktu yang digunakan untuk menulis di
papan tulis. Pesan yang disajikan dalam flip chart ini berupa: 1) gambar,
2) diagram, 3) huruf, dan 4) angka. Flip chart ini dapat terbuat dari
lembaran kertas karton atau jenis HVS yang cukup tebal agar tidak mudah
2013).
v. flash card
tangan atau foto, atau memanfaatkan gambar atau foto yang sudah ada
antara lain:
16
card dapat disimpan di tas, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas,
urutan gambar sesuai dengan keinginan, dan jika sudah diguanakan tinggal
atau nama-nama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak,
(Susilana, 2009).
vi. Poster
Poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna,
dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat
(Sudjana, 2010).
17
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat
halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain
Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit,
perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
elektronik yaitu :
i. Televisi
penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau
kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat
ii. Radio
sebagai sarana penyampai informasi. Suara yang kita dengar dari pesawat
iii. Audio
dapat diterima oleh indra pendengaran. Pesan atau informasi yang akan
19
banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih
adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
mengoperasikannya.
20
BAB III
Plak gigi merupakan deposit lunak berupa lapisan tipis yang melekat di permukan
gigi atau permukaan struktur jaringan keras lain di dalam rongga mulut, termasuk pada
alat restorasi lepasan atau cekat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembentukan plak gigi adalah lingkungan fisik, terdiri dari anatomi dan posisi gigi,
anatomi dari jaringan sekitar, friksi atau gesekan oleh makanan saat mengunyah, dan
pengaruh diet.
Upaya dalam pencegahan penyakit gigi dan mulut dapat dilakukan dengan cara
mencegah terjadinya akumulasi plak pada gigi. Beberapa upaya dalam kontrol plak yaitu
secara mekanik dan secara kimiawi. Hingga saat ini upaya dalam pengontrolan plak
21
masih mengandalkan cara mekanik. Upaya kontrol plak secara mekanik adalah dengan
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Tujuan penyuluhan dalam program UKGS agar
murid mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk memelihara kesehatan gigi dan
masyarakat oleh sasaran, karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran untuk
bagi masyarakat. Media flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu
bergambar yang berukuran 25 x 30 cm. Kelebihan media flashcard yaitu mudah dibawa,
praktis, gampang diingat dan menyenangkan. Media audio merupakan media untuk
pembelajaran yang penyampaian pesannya dapat melalui rekaman. Pesan atau informasi
yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-
Pasien
Faktor Faktor
dental umum
Teknik Jenis
Diagnosis Komplikasi Umur Pekerjaan
Pencabutan kelamin
Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan
penunjang
Sikap cemas
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
cross-sectional yaitu penelitian sesaat untuk mempelajari hubungan efek dan faktor
resiko, tiap subyek penelitian hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran dilakukan
4.2.1 Populasi
24
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pasien dewasa yang akan
dilakukan tindakan pencabutan gigi di Rumah Sakit Gigi Dan Mulit (RSGM)
Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi
1) Kriteria inklusi
c. Pasien yang akan dilakukan pencabutan normal pada gigi yang mengalami karies.
2) Kriteria eksklusi
Sampel yang digunakan adalah resin akrilik heat cured dengan besar sampel dhitung
(na-1)(ta-1) ≥ 15
(n-1)(4-1) ≥ 15
(n-1) (3) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
25
3n ≥ 18
na ≥ 6
(nb-1)(tb-1) ≥ 15
(n-1)(4-1) ≥ 15
(n-1) (3) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
3n ≥ 18
nb ≥ 6
Keterangan :
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi Dan Mulutt (RSGM)
Universitas Udayana
4.4.1 Instrumen dan Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn)
Konsentrasi 30%
1. Instrumen Penelitian
b. Timbangan analitik
c. Blender
d. Ayakan
f. Batang pengaduk
g. Corong
h. Erlenmeyer
i. Rotary evaporator
j. Kertas saring
l. Pompa vakum
2. Bahan Penelitian
a. Aquades steril
c. Etanol 96%
4.4.2 Instrumen dan Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum
1. Instrumen Penelitian
27
a. Gunting
d. Timbangan analitik
e. Blender
g. Batang pengaduk
h. Corong
i. Erlenmeyer
j. Rotary evaporator
k. Kertas saring
l. Alat digester
n. Pompa vakum
2. Bahan Penelitian
a. Aquades steril
c. Etanol 96%
1. Instrumen Penelitian
a. Erlenmeyer
b. Penjepit tabung
28
c. Autoclave
2. Bahan Penelitian
c. Aquades steril
1. Instrumen Penelitian
a. Autoclave
b. Tabung reaksi
c. Vortex
d. Cawan petri
e. Inkubator
f. Erlenmeyer
2. Bahan Penelitian
d. Aquades steril
Pembuatan sampel plat resin akrilik jenis heat cured dilakukan oleh
(10 x 10 x 2) mm. Permukaan resin akrilik tidak dilakukan pemolesan agar sama
seperti bagian dalam gigi tiruan pada umumnya yang menghadap ke mukosa
rongga mulut.
Konsentrasi 30%
a. Daun sirih yang telah dipetik kemudian dicuci terlebih dahulu menggunakan
e. Timbang serbuk daun sebanyak 1000 gram lalu lakukan maserasi dengan
melarutkan serbuk daun tersebut pada 5liter etanol 96% dengan suhu ruangan
pengulangan.
dalam oven bersuhu 50oC selama 2-3hari sampai diperoleh ekstrak kental
V 1 x C1 = V 2 x C2
Keterangan:
Konsentrasi 30%
blender agar ukuran daun tersebut makin kecil. Daun yang telah kering
disebut simplisia.
e. Timbang serbuk daun sebanyak 200 gram lalu lakukan maserasi dengan
melarutkan serbuk daun tersebut pada 2liter etanol 96% lalu aduk
V1 x C1 = V2 x C2
Keterangan:
diencerkan
ii. Larutan disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
air sambil diaduk atau dikocok secara perlahan hingga larutan homogen.
ii. Sterilkan larutan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
iii. Tuangkan larutan pada cawan petri steril dan biarkan pada suhu ruangan
hingga memadat.
dimasukkan ke dalam media Tryptic Soy broth 100 ml, lalu inkubasi selama 48
c. Lempeng resin akrilik dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi suspensi
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10ml ekstrak daun
sirih (Piper betle Linn) dan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn)
dengan konsentrasi tertentu pada tabung reaksi yang berbeda, sedangkan untuk
kelompok kontrol dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10ml aqudes
steril sebagai kontrol negatif dan 10ml chlorhexidine glconate 0,2% sebagai
kontrol positif selama 8jam untuk menyesuaikan waktu tidur pengguna saat
e. Lempeng yang sudah direndam dibilas PBS (Phosphate Buffer Saline) selama
broth pada cawan petri dan masukkan hasil pengenceran ke dalam cawan yang
AJTx 100 %
KHM =100 %−
AJK
Keterangan :
j. Analisis data