Anda di halaman 1dari 37

1

PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DENTAL SEBELUM


TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN DEWASA DI
RSPTN UNIVERSITAS UDAYANA

NUR HIKMAH
1602551005

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN


PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang melatar
belakangi status kesehatan masyarakat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS 2018). Sebanyak 57,6% penduduk Indonesia bermasalah gigi dan
mulut selama 12 bulan terahkir ini, tetapi hanya 10,2% yang mendapatkan
perawatan dari tenaga medis gigi. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang
kedokteran gigi adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi merupakan hal yang
sering dilakukan oleh seorang dokter gigi. Pencabutan gigi merupakan salah satu
tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari
rongga mulut. Pencabutan gigi paling banyak dilakukan karna karies, penyakit
periodontal, gigi impaksi dan gigi yang sudah tidak dapat lagi dilakukan
perawatan endodontik. Tindakan pencabutan gigi juga dilakukan pada gigi sehat
untuk tujuan memperbaiki maloklusi, untuk alasan estetik, dan juga kepentingan
perawatan ortodontik atau prostodontik (Ngangi, R. S dkk., 2012).
Prosedur pencabutan gigi merupakan penyebab kecemasan dental paling
tinggi (Jason, M. 2010). Adapun tanda-tanda fisiologis yang menyertai yaitu,
berkeringat, tekanan darah meningkat, denyut nadi bertambah, berdebar, mulut
kering, diare, ketegangan otot, dan hiperventilasi. Kecemasan sebelumnya
memiliki sifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kecemasan serta
ketegangan yang disertai dengan perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan
peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan tingkat respirasi.
Kecemasan adalah hal yang wajar dialami semua orang, yang dapat
memberi pengaruh besar dalam perubahan perilaku. Rasa cemas merupakan
respon normal terhadap peristiwa yang dianggap mengancam, atau terhadap
tekanan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi gelisah. Kadang kala
kecemasan menjadi berlebihan sehingga menimbulkan ketakutan yang tidak
rasional terhadap suatu hal tertentu. Contohnya cemas terhadap sesuatu hal yang
belum pernah dialami sebelumnya, karena banyak mendengar cerita dari orang
3

lain dapat menimbulkan pemikiran yang negatif. Kecemasan sering dialami oleh
seseorang yang akan menjalani perawatan gigi. Rasa cemas saat perawatan gigi
telah menempati urutan ke-5 dalam situasi yang secara umum dianggap
menakutkan (Syamsul Bachri, 2016).
Menurut data yang diperoleh prevalensi kecemasan pasein dental berkisar
antara 5% - 20% di berbagai negara, yang menimbulkan masalah penting bagi
praktisi kedokteran gigi. Ketersediaan data tentang kecemasan terkait dengan
berbagai perawatan gigi dan variasi dalam populasi yang berbeda, masih jarang
disadari oleh operator akan tingkat kecemasan pasien, namun diharapkan dapat
melakukan antisipasi terhadap perilaku pasien yang mengalami rasa cemas
tersebut ( Crispian S, 1993).
Prevalensi kecemasan pasien dental (DAS skor >13) diantara penduduk
Australia dilaporkan menjadi 14,9%. Sekitar 4-7% dari subyek di Jepang,
Indonesia, Brazil dan Argentina dilaporkan mengalami kecemasan pasien yang
berat. Sepuluh studi penelitian yang dilakukan di berbagai negara di seluruh dunia
ditemukan wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi (Udoye CI,
Origini AO,2005).
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan dental sebelum tindakan


pencabutan gigi pada pasien dewasa di RSPTN Universitas Udayana?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui gambaran tingkat kecemasan dental sebelum tindakan


pencabutan gigi pada pasien dewasa di RSPTN Universitas Udayana.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui tingkat kecemasan dental sebelum Tindakan pencabutan

gigi.
4

2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dental

sebelum Tindakan pencabutan gigi

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi dasar sebagai referensi

untuk penelitian selanjutnya.

2. Dapat sebagai media evaluasi untuk proses pembelajaran

mengenai ilmu kesehatan gigi dan mulut.

1.4.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan bahan

referensi tambahan bagi peneliti lain untuk menambah teori maupun

konsep guna kebutuhan penelitian yang dilakukan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini merupakan ilmu ergonomi di bidang

kedokteran gigi.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecemasan Dental

2.1.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kecemasan berasal dari kata cemas yang

berarti tidak tenteram hati karena khawatir, takut, dan gelisah. Menurut American

Psychological Association, kecemasan (anxiety) merupakan emosi yang dikarakteristikan

dengan ketegangan, kekhawatiran, dan perubahan fisik seperti kenaikan tekanan darah.

Menurut Stuart (2013), kecemasan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan

selalu ada dan tidak terikat pada suatu era atau budaya tertentu. Kecemasan adalah rasa

ketakutan yang samar dan disertai perasaan tidak pasti, tidak berdaya, terisolasi, dan tidak

aman.Definisi kecemasan, yang dikutip dari buku Theories of Personality, adalah keadaan

yang dirasakan, afektif, dan merupakan keadaan tidak nyaman yang disertai dengan sensasi

fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang akan datang. Ketidaknyamanan

tersebut seringkali tidak jelas dan sulit untuk ditentukan, tetapi kecemasan dapat selalu

dirasakan.

Menurut Seligman et al (2017), kecemasan dental adalah rasa takut yang meningkat

terhadap prosedur perawatan gigi.Menurut Öst dan Skaret (2013), akibat dari kecemasan

dental yaitu perilaku menghindari kunjungan ke dokter gigi yang biasanya merupakan

prediktor terkuat dari kecemasan dental tinggi, kesehatan mulut yang memburuk, dan

dampak secara psikososial di mana kecemasan dental berkaitan dengan gangguan psikosomatis,

rendahnya kepercayaan diri, serta rendahnya harga diri.


6

2.1.2 Klasifikasi Kecemasan


Menurut Townsend (2019), tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu
kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik.
a. Kecemasan Ringan (mild)

Tingkat kecemasan ini jarang menjadi masalah bagi seorang individu karena

berkaitan dengan tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini dapat

meningkatkan motivasi untuk produktivitas, sehingga individu dapat bekerja

secara optimal. Kecemasan ini biasa diatasi seorang individu dengan tindakan yang

dapat meredakan kecemasan yang ia alami (coping mechanism) seperti tidur,

menangis, menggigit kuku, merokok, dan lain-lain.

b. Kecemasan Sedang (moderate)

Kecemasan ini mengakibatkan seseorang menjadi kurang awas terhadap


lingkungannya, namun masih dapat melakukan sesuatu dengan bantuan dan
pengarahan. Gejala yang terlihat adalah meningkatnya tegangan otot dan
kegelisahan.

c. Kecemasa Berat (severe)

Kecemasan ini mengakibatkan rentang perhatian dan kemampuan seorang individu

untuk berkonsentrasi sangat menurun, sehingga perhatian menjadi terpusat pada

suatu hal yang spesifik. Individu yang mengalami kecemasan ini mengalami

kesulitan bahkan pada saat melakukan tugas yang sangat mudah. Gejala yang

terlihat adalah sakit kepala, palpitasi, insomnia (gejala fisik) dan kebingungan serta

ketakutan (gejala emosional).

d. Panik
7

Merupakan keadaan cemas paling intens, di mana seorang individu tidak dapat

fokus bahkan pada satu hal di dalam lingkungannya. Seringkali terjadi kesalahan

persepsi, kehilangan kontak dengan kenyataan (halusinasi atau delusi), serta

ketidakefektifan dalam berkomunikasi.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

a. Usia dan tingkat perkembangan

Semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan

seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya.Pengalaman

hidup yang banyak dapat mempengaruhi kecemasan.

b. Jenis Kelamin

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh.Pria

mempunyai produksi asam lemak bebas lebih banyak disbanding wanita sehingga

pria berisiko mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pada wanita.

c. Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih baik

sehingga memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan

yang berpendidikan rendah.

d. Sistem Pendukung

Sistem pendukung merupakan kesatuan antara individu, keluarga,

lingkungan dan masyarakat sekitar yang memberikan pengaruh individu dalam

melakukan sesuatu. Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi


8

mekanisme koping individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan

yang berbeda

2.2 Pencabutan Gigi

2.2.1 Definisi pencabutan gigi

Ekstraksi atau pencabutan gigi adalah suatu tindakan pengeluaran gigi dari tulang
alveolus. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang
utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan
penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi akan sembuh secara normal dan
tidak menimbulkan masalah setelah dilakukan pencabutan gigi. Tindakan pencabutan gigi
dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk alasan
estetik dan juga kepentingan perawatan orthodontik.

2.2.2 Diagnosa Dan Rencana Perawatan Pencabutan Gigi

Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang yang sangat
penting dilakukan oleh dokter gigi. Karena hal tersebut akan mempengaruhi ketepatan
dan keberhasilan perawatan yang dilakukan terhadap pasien.Dalam menegakkan
diagnosis dan membuat rencana perawatan maka terdapat beberapa tahap yang dapat
dilakukan oleh seorang dokter gigi yaitu pemeriksaan subyektif, pemeriksaan obyektif
dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif berkaitan dengan:
(a) Identitas pasien atau data demografis
 Nama ( nama lengkap dan nama panggilan)
 Tempat dan tanggal lahir
 Alamat tinggal
 Golongan darah
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Kewarganegaraan
9

 Nomor handphone atau telephone yang bisa dihubungi.


2. Keluhan utama
Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien pada saat ke dokter gigi dan
alasan pasien datang ke dokter gigi seperti merasakan rasa sakit atupun ngilu, rasa
tidak nyaman, pendarahan, halitosis (bau mulut), alas an estetis atupun
pembengkakan.
3. Riwayat Medik
Riwayat medik perlu ditanyakan karena akan berkaitan dengan diagnosis dan
prognosis. Beberapa hal yang penting adalah:
a. Gejala umum ( demam, penurunan berat badan)
b. Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh seperti batuk dengan system
respirasi, kecemasan, depresi dengan kelainan jiwa
c. Perawatan bedah, radioterapi yang pernah dilakukan
d. Alergi makanan dan obat
e. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya
f. Rawat inap ( pernah / tidak pernah)
g. Operasi ( pernah / tidak pernah)
h. Masalah medis seperti terapi kortikosteroid, diabetes militus,kecenderungan
perdarahan dan penyakit jantung.
4. Riwayat Dental
Riwayat perawatan gigi sebelumnya.
a. Rutin ke dokter gigi atau tidak
b. Sikap pasien kepada dokter gigi dan saat perawatan
c. Masalah gigi terakhir yang relevan
d. Perawatan restorasi terakhir
5. Riwayat Sosial
Riwayat sosial yang dapat diungkapkan antara lain:
a. Apakah pasien masih memiliki keluarga
b. Keadaan sosial ekonomi pasien
c. Riwayat seksual pasien
d. Kebeiasaan buruk pasien seperti merokok, minum alkohol ataupun
pengguna obat-obatan
e. Informasi tentang diet makanan pasien.
10

2.8.2 Pemeriksaan obyektif


Pemeriksaan obyektif yang dilakukan ada dua macam yaitu pemeriksaan
ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.
1. Pemeriksaan ekstra oral
Melihat penampakan secara umum dari pasien, pembengkakan di muka dan
leher, pola skeletal, kompetensi bibir, temporomandibular joint serta melakukan
palpasi limfonodi dan otot-otot mastikasi.
2. Pemeriksaan intra oral
Pemeriksaan yang dilakukan dalam rongga mulut seperti:
a. Bibir: gambaran yang dapat ditemukan seperti sianosis (pada pasien dengan
penyakit respirasi atau jantung), angular cheilitis dan mucocele.
b. Mukosa labial: normalnya tampak lembab dan prominent.
c. Mukosa bukal: kaca mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa bukal, kaca
mulut licin bila ditempel dan diangkat, apabila menempel di mukosa, maka
bisa disimpulkan adanya xerostomia.
d. Dasar mulutdan bagian ventral lidah: bila terdapat adanya benjolan, maka
kemugkinana ada permulaan penyakit tumor.
e. Baagian dorsal lidah: tes indra pengecap dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan gula, garam, diulasi asam asetat dan 5% asam sitrat pada
lidah dengan menggunakan cotton bud.
f. Palatum: bisa dilihat pula adanya benjolan dengan menggunakan kaca mulut.
g. Gingiva: gingiva yang sehat tampak datar, pink pucat, dan permukaan stipling.
h. Gigi geligi: dapat dilihat adanya karang gigi, karies, penyakit periodontal,
kalkulus dan lain-lain.
Pemeriksaan Obyektif pada gigi
a. Inspeksi: memeriksa dengan mengamati obyek baik warna, ukuran, hubungan
anatomis, keutuhan, ciri-ciri permukaan jaringa, permukaan karies, abrasi dan
resesi.
b. Sondasi: dengan menggunakan sonde atau eksplorer. Untuk mengetahui
kedalaman kavitas dan reaksi pasien baik rasa sakit yang menetap atau
sebentar dan adanya rasa ngilu.
11

c. Perkusi: dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen ke arah


jaringan untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan periodontal.
d. Palpasi: dilakukan dengan cara menekan jaringan ke arah tulang atau jaringan
sekitarnya untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan periosteal
tulang rahang, adanya pembengkakan dengan fluktuasi atau tanpa fluktuasi.
e. Tes mobilitas: untuk memeriksa adanya luksasi.
f. Tes suhu: dengan iritan dingin atupun panas untuk mengetahui vitalitas gigi.
g. Transiluminasi: menggunakan iluminator dari arah palatal atau lingual untuk
mengetahui adanya karies di lingual palatal, membedakan gigi nekrosis dan
gigi vital. 15
2.8.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang atau radiografi memegang peranan penting dalam
menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil
perawatan.
1. Panoramik: teknik panoramik memperlihatkan mandibula dan maksilla secara
lebih luas dan untuk mengevaluasi gigi impaksi serta pola pertumbuhan dan
perkembangan gigi.
2. Periapikal: teknik periapikal memperlihatkan secara keseluruhan mahkota
serta akar gigi dan tulang pendukungnya.
3. Oklusal: teknik oklusal menunjukkan bagian lengkung gigi relatif luas,
diantaranya adalah palatum, dasar mulut dan sebagian struktur lateral.
4. Bitewing (sayap gigit): menunjukkan mahkota maksila dan mandibula serta
kista alveolaris dalam satu film.
5. Cephalometri: untuk melihat trauma dan kelainan tengkorak tulang wajah.
2.2.3 Kontraindikasi Pencabutan Gigi

Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, dapat relatif atau mutlak bergantung pada

kondisi umum pasien. Ketika kontraindikasinya mutlak, pencabutan gigi tidak boleh dilakukan untuk

menghindari resiko pada pasien, sedangkan jika kontraindikasinya relatif maka harus sangat berhati-

hati dalam melakukan tindakan pencabutan gigi.

I. Kontraindikasi relatif
12

a. Lokal

1. Periapikal patologi; jika pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan menyebar luas

dan sistemik, jadi antibiotik harus diberikan sebelum dilakukan pencabutan gigi.

2. Adanya infeksi oral seperti Vincent’s Angina, Herpetic gingivostomatitis. Hal ini
harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan gigi
3. Perikoronitis akut; perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan
pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi bakteri akan menurun ke
bagian bawah kepala dan leher
4. Penyakit ganas, seperti gigi yang terletak di daerah yang terkena tumor. Jika
dihilangkan bisa menyebarkan sel-sel dan dengan demikian mempercepat proses
metastatik
5. Pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya telah dilakukan iradiasi dapat
menyebabkan osteoradionekrosis, oleh karena itu harus dilakukan tindakan pencegahan
yang sangat ekstrem atau khusus.

Berhasil atau tidaknya penyuluhan ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor yang dimaksud adalah kondisi dari interaksi antara komponen-komponen

penyuluhan. Komponen tersebut adalah : penyuluh, sasaran, pesan, dan media.

1. Penyuluh

Penyuluh adalah pihak yang memberikan informasi terhadap sasaran. Penyuluh

dapat terdiri dari seseorang, beberapa orang maupun lembaga. Penyuluhan

tentang kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik, juga membutuhkan

kompetensi educational tambahan sehingga seorang penyuluh kesehatan dapat

bekerja dengan setting yang berbeda dengan setting yang berbeda dan

menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk tujuan edukasi.


13

2. Sasaran

Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari pihak penyuluh. Dalam

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu diperhatikan tingkat kemampuan

masing-masing sasaran sesuai dengan kriteria sasaran yang dikehendaki. Tujuan

dari penyuluhan kesehatan di sekolah dasar dapat berhasil apabila penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut menggunakan strategi tertentu pada anak-anak sekolah

dasar.

3. Pesan

Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada

sasaran. Pesan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Pesan penyuluhan terdiri

atas isi penyuluhan dan lambang. Isi pesan penyuluhan bisa satu tetapi lambang

yang dipergunakan untuk menyampaikan penyuluhan bermacam-macam seperti

gambar, warna, bahasa, dan sebagainya. Lambang yang paling banyak

dipergunakan dalam penyuluhan adalah bahasan karena bahasa dapat

mengungkapkan pikiran, perasaan, fakta dan opini, hal-hal yang konkret, dan

abstrak, karena itu dalam penyuluhan, bahasa memegang peranan yang penting.

4. Media

Media merupakan alat bantu pendidikan yang digunakan untuk mempermudah

penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat oleh sasaran, karena alat-alat

tersebut merupakan alat saluran untuk menyampaikan dan digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat

(Poernomo,2007).
14

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media penyuluhan

dibagi menjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Ada beberapa kelebihan media

cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa

kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat

meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat

menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat. Contoh media cetak

yaitu :

i. Booklet

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : buk·let /buklét/ n buku

kecil yg berfungsi sbg selebaran: -- itu berisikan cara memasak dan menu

untuk lebaran. Booklet merupakan media komunikasi yang termasuk

dalam kategori media lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang

melekat pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut

berpedoman pada beberapa criteria yaitu : menggunakan kalimat pendek,

sederhana, singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu

penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan kata yang

digunakan ekonomis (Cindy, 2013).

ii. Leaflet

iii. Leaflet adalah bentuk penyampaian pesan-pesan kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Isi dari pesan-pesan tersebut dapat dalam bentuk
15

kalimat, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Leaflet termasuk dalam

salah satu media edukasi paling sederhana dan mudah dibuat (Larasati,

2015).

iv. flip chart (lembar balik)

Flipchart adalah lembaran kertas yang berisi bahan pelajaran yang

tersusun rapi dan baik, Flip chart ini digunakan oleh guru TK, sebagai

salah satu cara untuk menghemat waktu yang digunakan untuk menulis di

papan tulis. Pesan yang disajikan dalam flip chart ini berupa: 1) gambar,

2) diagram, 3) huruf, dan 4) angka. Flip chart ini dapat terbuat dari

lembaran kertas karton atau jenis HVS yang cukup tebal agar tidak mudah

robek dan gambar/tulisan dari kertas sebelumnya tidak terbayang pada

kertas berikutnya, sehingga gambar atau tulisan tidak saling tumpang

tindih dengan gambar atau tulisan di lembar berikutnya (Pahlawaniati,

2013).

v. flash card

Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar

yang berukuran 25 x 30 cm. Gambar-gambarnya dibuat menggunakan

tangan atau foto, atau memanfaatkan gambar atau foto yang sudah ada

yang di tempelkan pada lembaran-lembaran flash card. Media flash card

tergolong dalam media visual (gambar) dan memiliki beberapa kelebihan,

antara lain:
16

a. Mudah dibawa kemana-mana; yakni dengan ukuran yang kecil flash

card dapat disimpan di tas, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas,

dapat digunakan di mana saja, di kelas ataupun di luar kelas.

b. Praktis; yakni dilihat dari cara pembuatannya dan penggunaannya,

media flash card sangat praktis. Cara menggunakannya tinggal menyusun

urutan gambar sesuai dengan keinginan, dan jika sudah diguanakan tinggal

disimpan kembali dengan cara diikat atau menggunakan kotak khusus

supaya tidak tercecer.

c. Gampang diingat; kombinasi antara gambar dan teks cukup

memudahkan siswa untuk mengenali konsep sesuatu, untuk mengetahui

nama sebuah benda dapat dibantu dengan gambarnya, begitu juga

sebaliknya untuk mengetahui nama sebuah benda atau konsep dengan

melihat hurufnya atau teksnya.

d. Menyenangkan; media flash card dalam penggunaannya dapat melalui

permainan. Misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari suatu benda

atau nama-nama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak,

dengan cara berlari siswa berlomba untuk mencari sesuatu perintah

(Susilana, 2009).

vi. Poster

Poster adalah kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna,

dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat

tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya

(Sudjana, 2010).
17

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Seperti

halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain

lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap

muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat

dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar.

Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit,

perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,

peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. Contoh media

elektronik yaitu :

i. Televisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Televisi artinya : 1). Sistem

penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau

melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya

(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya

kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat

didengar; 2).Pesawat penerima gambar siaran televisi. (Jannah, 2016).

ii. Radio

Radio (istilah secara umum) dalam kehidupan sehari hari digunakan

sebagai sarana penyampai informasi. Suara yang kita dengar dari pesawat

radio merupakan perubahan bentuk energi elektromagnetik dari


18

gelombang radio yang ditangkap oleh pesawat radio, kemudian diubah

melalui loudspeaker (pengeras suara) menjadi energi bunyi sehingga bisa

kita dengar (Theodora, 2013).

iii. Audio

Media audio adalah usaha mengkomunikasikan informasi untuk

memberitahukan sesuatu, hanya menggunakan suara dan bersifat auditori,

menggunakan material Sound Design, yang dapat diolah, dan usaha

meneruskan ide-ide, pesan-pesan, informasi, agar berbagai hal diketahui

orang. Audio Pendidikan atau Pembelajaran antara lain pesan-pesan

pendidikan pembelajaran direkam ke dalam

kaset/PH/CD/DVD/MP3/WAV, diperdengarkan kepada peserta didik

dengan menggunakan alat pemutar kaset/PH/CD/DVD/MP3/WAV. Ahli

lain berpendapat media audio adalah sebuah media yang hanya

mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan.

Program audio dapat menjadi indah dan menarik bila mampu

menimbulkan daya fantasi pendengarnya. Program audio sangat efektif

bila menggunakan bunyi dan suara untuk merangsang imajinasi pendengar

sehingga dapat menvisualisasikan pesan yang disampaikan (Sadiman dkk,

2008). Beberapa pendapat para ahli tersebut disimpulkan bahwa media

audio merupakan media untuk pembelajaran yang penyampaian pesannya

dapat melalui rekaman dalam penyampaian pesan atau informasi dan

dapat diterima oleh indra pendengaran. Pesan atau informasi yang akan
19

disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif yang berupa

kata-kata, musik dan sound effect.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media

cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,

banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih

mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan,

bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat

dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini

adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk

produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,

memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

mengoperasikannya.
20

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Plak gigi merupakan deposit lunak berupa lapisan tipis yang melekat di permukan

gigi atau permukaan struktur jaringan keras lain di dalam rongga mulut, termasuk pada

alat restorasi lepasan atau cekat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembentukan plak gigi adalah lingkungan fisik, terdiri dari anatomi dan posisi gigi,

anatomi dari jaringan sekitar, friksi atau gesekan oleh makanan saat mengunyah, dan

pengaruh diet.

Upaya dalam pencegahan penyakit gigi dan mulut dapat dilakukan dengan cara

mencegah terjadinya akumulasi plak pada gigi. Beberapa upaya dalam kontrol plak yaitu

secara mekanik dan secara kimiawi. Hingga saat ini upaya dalam pengontrolan plak
21

masih mengandalkan cara mekanik. Upaya kontrol plak secara mekanik adalah dengan

cara menyikat gigi.

Penyuluhan merupakan salah satu upaya promotif dalam pelaksanaan program

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Tujuan penyuluhan dalam program UKGS agar

murid mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk memelihara kesehatan gigi dan

mulutnya secara benar baik dalam pengetahuan, sikap, maupun tindakan.

Media digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat oleh sasaran, karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran untuk

menyampaikan dan digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan

bagi masyarakat. Media flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu

bergambar yang berukuran 25 x 30 cm. Kelebihan media flashcard yaitu mudah dibawa,

praktis, gampang diingat dan menyenangkan. Media audio merupakan media untuk

pembelajaran yang penyampaian pesannya dapat melalui rekaman. Pesan atau informasi

yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-

kata, musik dan sound effect.


22

3.2 Kerangka Konsep

Pasien

Faktor Faktor
dental umum

Teknik Jenis
Diagnosis Komplikasi Umur Pekerjaan
Pencabutan kelamin

Pemeriksaan obyektif

Pemeriksaan subyektif

Pemeriksaan
penunjang
Sikap cemas
23

Cemas Tidak cemas

Penanganan Pencabutan Gigi


Faktor yang mempengaruhi

Faktor Traumatik Psikoterapi

Faktor social - ekonomi Terapi Relaksasi

Faktor pendidikan Meditasi

Faktor keluarga Obat - obatan

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pengamatan

cross-sectional yaitu penelitian sesaat untuk mempelajari hubungan efek dan faktor

resiko, tiap subyek penelitian hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap variabel subyek saat pemeriksaan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi
24

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pasien dewasa yang akan

dilakukan tindakan pencabutan gigi di Rumah Sakit Gigi Dan Mulit (RSGM)

Universitas Udayana pada bulan Oktobeer 2023

4.2.2 Sampel penelitian

Sampel dari penelitian ini berjumlah 30 orang dengan tehnik pengambilan

sampel pada penelitian menggunakan accidental Sampling.

Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a. Pasien dewasa usia 20-50 tahun

b. Bersedia menjadi responden dengan mengisi kuesioner

c. Pasien yang akan dilakukan pencabutan normal pada gigi yang mengalami karies.

d. Pasien baru pertama kali dilakukan pencabutan gigi

2) Kriteria eksklusi

Responden yang tidak hadir pada saat penelitian

4.2.3 Besar Sampel

Sampel yang digunakan adalah resin akrilik heat cured dengan besar sampel dhitung

menggunakan rumus pengukuran besar sampel penelitian eksperimental (Federer, 1999),

dengan perhitungan sebagai berikut :

(na-1)(ta-1) ≥ 15

(n-1)(4-1) ≥ 15

(n-1) (3) ≥ 15

3n-3 ≥ 15
25

3n ≥ 18

na ≥ 6

(nb-1)(tb-1) ≥ 15

(n-1)(4-1) ≥ 15

(n-1) (3) ≥ 15

3n-3 ≥ 15

3n ≥ 18

nb ≥ 6

Keterangan :

na = jumlah pengulangan uji efektivitas ekstrak daun sirih

ta = jumlah kelompok perlakuan uji efektivitas ekstrak daun sirih

nb = jumlah pengulangan uji efektivitas ekstrak daun kemangi

tb = jumlah kelompok perlakuan uji efektivitas ekstrak daun kemangi

4.3 Waktu Dan Lokasi Penelitian

4.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2023

4.3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi Dan Mulutt (RSGM)

Universitas Udayana

4.4 Instrumen dan Bahan Penelitian


26

4.4.1 Instrumen dan Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn)

Konsentrasi 30%

1. Instrumen Penelitian

a. Alas daun sirih

b. Timbangan analitik

c. Blender

d. Ayakan

e. Wadah maserasi (kedap)

f. Batang pengaduk

g. Corong

h. Erlenmeyer

i. Rotary evaporator

j. Kertas saring

k. Labu alas bulat

l. Pompa vakum

m. Botol kaca steril

2. Bahan Penelitian

a. Aquades steril

b. Daun sirih (Piper betle Linn)

c. Etanol 96%

4.4.2 Instrumen dan Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum

Linn) Konsentrasi 30%

1. Instrumen Penelitian
27

a. Gunting

b. Papan untuk memotong daun

c. Alas daun kemangi

d. Timbangan analitik

e. Blender

f. Wadah maserasi (kedap)

g. Batang pengaduk

h. Corong

i. Erlenmeyer

j. Rotary evaporator

k. Kertas saring

l. Alat digester

m. Labu alas bulat

n. Pompa vakum

o. Botol kaca steril

2. Bahan Penelitian

a. Aquades steril

b. Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn)

c. Etanol 96%

4.4.3 Instrumen dan Bahan Media Pertumbuhan Jamur

1. Instrumen Penelitian

a. Erlenmeyer

b. Penjepit tabung
28

c. Autoclave

2. Bahan Penelitian

a. Serbuk Tryptic Soy Broth

b. Serbuk Saboraud Dextrose Agar

c. Aquades steril

4.4.4 Instrumen dan Bahan Uji Daya Hambat

1. Instrumen Penelitian

a. Autoclave

b. Tabung reaksi

c. Vortex

d. Cawan petri

e. Inkubator

f. Erlenmeyer

2. Bahan Penelitian

a. Ekstrak daun sirih konsentrasi 30%

b. Ekstrak daun kemangi konsentrasi 30%

c. Resin Akrilik heat cured (10 x 10 x 2 ) mm

d. Aquades steril

e. Chlorhexidine Gluconate 0.2%

f. PBS (Phosphate Buffer Saline)

g. Suspensi Candida albicans

h. Media Tryptic Soy Broth

i. Media Saboraud Dextrose Agar


29

4.5 Alur Penelitian dan Pengumpulan Data


30

Gambar 6. Alur Penelitian

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Prosedur Pembuatan Plat Resin Akrilik

Pembuatan sampel plat resin akrilik jenis heat cured dilakukan oleh

tekniker AO Dental Laboratorium sebanyak 40 sampel dengan ukuran


31

(10 x 10 x 2) mm. Permukaan resin akrilik tidak dilakukan pemolesan agar sama

seperti bagian dalam gigi tiruan pada umumnya yang menghadap ke mukosa

rongga mulut.

4.6.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn)

Konsentrasi 30%

a. Daun sirih yang telah dipetik kemudian dicuci terlebih dahulu menggunakan

air mengalir dengan waktu yang singkat.

b. Keringkan daun dengan diangin-anginkan atau didiamkan tidak terkena

cahaya matahari secara langsung pada suhu ruangan.

c. Lakukan perajangan pada daun yang telah dikeringkan menggunakan blender

agar ukuran daun tersebut makin kecil.

d. Dilakukan pengayakan agar diperoleh serbuk daun yang halus.

e. Timbang serbuk daun sebanyak 1000 gram lalu lakukan maserasi dengan

melarutkan serbuk daun tersebut pada 5liter etanol 96% dengan suhu ruangan

selama kurang lebih 24jam.

f. Hasil maserasi tersebut disaring menggunakan kertas saring agar didapatkan

residu dan filtrat secara terpisah.

g. Residu yang didapatkan dimaserasi kembali atau remaserasi dengan direndam

didalam etanol 96% melalui prosedur yang sama sebanyak 2kali

pengulangan.

h. Ekstrak dari 3kali perendaman itu kemudian digabungkan dan dipekatkan

menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50oC dengan kecepatan rotary

35rpm selama 30menit.


32

i. Hasil ekstrak yang telah memakai rotary evaporator kemudian di masukkan

dalam oven bersuhu 50oC selama 2-3hari sampai diperoleh ekstrak kental

daun sirih 100%

j. Lakukan pengenceran pada ekstrak kental tersebut dengan pelarut aquades

steril agar didapatkan konsentrasi ekstrak 30%.

k. Pengenceran dilakukan menggunakan rumus:

V 1 x C1 = V 2 x C2

Keterangan:

V1 = Volume ekstrak kental daun sirih yang akan diencerkan

V2 = Volume ekstrak daun sirih yang akan dibuat

C1 = Konsentrasi ekstrak kental daun sirih yang akan diencerkan

C2 = Konsentrasi ekstrak daun sirih yang akan dibuat

4.6.3 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn)

Konsentrasi 30%

a. Daun kemangi yang telah dipetik kemudian dicuci terlebih dahulu

menggunakan air mengalir dengan waktu yang singkat.

b. Keringkan daun dengan diangin-anginkan atau didiamkan tidak terkena

cahaya matahari secara langsung pada suhu ruangan.


33

c. Lakukan perajangan pada daun yang telah dikeringkan menggunakan

blender agar ukuran daun tersebut makin kecil. Daun yang telah kering

disebut simplisia.

d. Dilakukan pengayakan agar diperoleh serbuk simplisia yang halus.

e. Timbang serbuk daun sebanyak 200 gram lalu lakukan maserasi dengan

melarutkan serbuk daun tersebut pada 2liter etanol 96% lalu aduk

dengan suhu ruangan selama kurang lebih 24jam.

f. Hasil maserasi tersebut disaring menggunakan kertas saring agar

didapatkan residu dan filtrat secara terpisah.

g. Residu yang didapatkan dimaserasi kembali atau remaserasi dengan

direndam didalam 1liter etanol 96% melalui prosedur yang sama.

h. Ekstrak dari dua kali perendaman itu kemudian digabungkan dan

diuapkan sehingga pekat menggunakan rotary evaporator dengan suhu

90oC dengan kecepatan rotary 35rpm selama 30menit, kemudian

diperoleh ekstrak kental daun kemangi 100% sebanyak 40 gram.

i. Lakukan pengenceran pada ekstrak kental tersebut dengan pelarut

aquades steril agar didapatkan konsentrasi ekstrak 30%.

j. Pengenceran dilakukan menggunakan rumus:

V1 x C1 = V2 x C2

Keterangan:

V1 = Volume ekstrak kental daun kemangi yang akan diencerkan

V2 = Volume ekstrak daun kemangi yang akan dibuat

C1 = Konsentrasi ekstrak kental daun kemangi yang akan


34

diencerkan

C2 = Konsentrasi ekstrak daun kemangi yang akan dibuat

4.6.4 Prosedur Pembuatan Media Pertumbuhan Candida albicans

a. Media Tryptic Soy Broth (TSB)

i. Sebanyak 3 gram serbuk Tryptic Soy Broth (TSB) dimasukkan ke dalam

tabung erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan aquades steril 100 ml,

kemudian dilarutkan di atas penangas air sambil diaduk atau dikocok

secara perlahan hingga larutan homogeny.

ii. Larutan disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

b. Media Saboraud Dextrose Agar (SDA)

i. Media Saboraud Dextrose Agar (SDA) dengan jumlah 6,5 gram

ditambahkan aquades steril 100 ml, kemudian dilarutkan di atas penangas

air sambil diaduk atau dikocok secara perlahan hingga larutan homogen.

ii. Sterilkan larutan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

iii. Tuangkan larutan pada cawan petri steril dan biarkan pada suhu ruangan

hingga memadat.

4.6.5 Prosedur Pembuatan Suspensi Candida albicans (Krisnawati, 2015)

1. Jamur Candida albicans diambil dengan menggunakan ose kemudian

dimasukkan ke dalam media Tryptic Soy broth 100 ml, lalu inkubasi selama 48

jam pada suhu 37oC.

2. Suspensi Candida albicans disesuaikan dengan kekeruhan menurut standar

Mc. Farland no.0,5 (1,5 x 108 CFU/ml).

4.6.6 Prosedur Uji Daya Hambat (Krisnawati, 2015)


35

a. Lempeng resin akrilik berukuran (10x10x2) mm di rendam pada aquades steril

selama 48 jam untuk mengurangi sisa monomer.

b. Melakukan sterilisasi lempeng akrilik menggunakan cairan desinfektan yaitu

chlorexidine gluconate 0,2%.

c. Lempeng resin akrilik dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi suspensi

Candida albicans dengan media Tryptic Soy Broth, kemudian diinkubasi

selama 48 jam pada suhu 37ᵒC.

d. Lempeng resin akrilik yang sudah dimasukkan ke suspense Candida albicans

kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10ml ekstrak daun

sirih (Piper betle Linn) dan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn)

dengan konsentrasi tertentu pada tabung reaksi yang berbeda, sedangkan untuk

kelompok kontrol dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10ml aqudes

steril sebagai kontrol negatif dan 10ml chlorhexidine glconate 0,2% sebagai

kontrol positif selama 8jam untuk menyesuaikan waktu tidur pengguna saat

gigi tiruan resin akrilik direndam.

e. Lempeng yang sudah direndam dibilas PBS (Phosphate Buffer Saline) selama

15detik sebanyak 2 kali.

f. Lempeng akrilik direndam pada aquades steril lalu di vortex.

g. Lakukan pengenceran pada larutan hingga 10-3 kemudian siapkan sabouroud’s

broth pada cawan petri dan masukkan hasil pengenceran ke dalam cawan yang

sama sebanyak 100µl.

h. Lakukan inkubasi pada inkubator selama 48jam pada suhu 37ᵒC.

i. Melakukan penghitungan konsentrasi Candida albicans


36

menggunakan colony counter atau menggunakan rumus :

Jumlah koloni jamur x faktor pengenceran


Angka jamur=
Volume yang dihitung

Angka jamur tersebut diatas kemudian digunakan untuk mencari konsentrasi

hambat minimum (KHM) ekstrak dengan rumus :

AJTx 100 %
KHM =100 %−
AJK

Keterangan :

KHM = Konsentrasi hambat minimum ekstrak

AJT = Angka jamur pada konsentrasi tertentu

AJK = angka jamur pada larutan kontrol

j. Analisis data

4.7 Analisis Data

Data diolah dengan melakukan uji normalitas


37

Anda mungkin juga menyukai