Anda di halaman 1dari 33

 

MAKALAH PEDODONSIA

Teknik Sedasi Perawatan Gigi Anak

Disusun Oleh :
Herpika Diana ( 04111004013)
Ayu permata sari ( 04111004014)
Amelia piliang ( 04111004018)
Mk. Zahrah ( 04111004021)
Rini andriani ( 04111004024)
Fitra permata putri ( 04111004042)
Widya anggraini ( 04111004056)
Putri ajri mawaddara ( 04111004063)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012

1
 

Bab I

PENDAHULUAN

I.  Latar Belakang

Walaupun rasa takut dan cemas terhadap perawatan yang diakukan dokter
gigi bukan masalah kesehatan yang serius, akan tetapi merupakan hambatan bagi
dokter/perawat gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat. Oleh
karena itu penanggulangan rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi perlu
dilakukakn jalan keluarnya. Rasa takut dan cemas menghadapi perawatan gigi
merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien gigi baik anak maupun
orang dewasa. Perasaan ini seringkali menjadi penyebab seseorang menghindar
dari perawatan gigi.

Kecemasan sering memicu anak menjadi tidak kooperatif terhadap


 perawatan gigi sehingga waktu perawatannya lebih lama dan tidak memberikan
hasil yang memuaskan. Beberapa survei memperlihatkan bahwa sebagian besar
 populasi umum menghindari kunjungan rutin ke dokter gigi karena meraka takut.
Dari sampel tersebut 58% mengatakan bahwa sebagian alasannya adalah karena
mereka takut pada dokter gigi.

.Beberapa ahli melaporkan bahwa pada umumnya rasa takut dan cemas
timbul akibat perawatan gigi semasa kanak-kanak. Oleh karena itu perlu
diperhaikan bahwa pencegahan terhadap timbulnya rasa takut dan cemas harus
dimulai pada anak-anak. Dengan demikian dokter/perawat gigi cukup berperan
dalam usaha pencegahan rasa takut dan cemas.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


kedokteran gigi, maka dikembangkan pula penemuan dan teknik dalam
menangani kasus-kasus yang ditemukan dalam praktek dokter dan salah satunya
teknik sedasi.

2
 

Sedasi merupakan salah satu teknik yang sering dilakukan dokter gigi dalam
menangani kecemasan pasien. Terdapat beberapa teknik pemberian sedasi yaitu
melalui oral, rectal, intranasal, intravena, dan intramuskular.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka kami mengkaji tentang peranan teknik
sedasi dalam mengatasi kecemasan pasien anak dalam perawatan kedokteran gigi.
Sehingga dalam perawatan gigi anak tidak lagi timbul rasa cemas dan takut yang
dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan gigi anak.

II.  Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan bahwa


“Bagaimanakah peranan fungsi teknik sedasi dalam mengatasi kecemasan pasien
anak pada perawatan gigi anak?” 

III.  Tujuan Penulisan

1.  Tujuan Umum


Untuk mengetahui peranan fungsi teknik sedasi dalam mengatasi
kecemasan pasien anak pada perawatan gigi anak.
2.  Tujuan Khusus
a.  Untuk mengetahui sikap dan perilaku anak terhadap keberhasilan
 perawatan gigi anak.
 b.  Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi teknik sedasi.

3
 

Bab II

PEMBAHASAN

A.  Definisi Sedasi

Pasien anak memerlukan pendekatan yang khusus sehubungan dengan


 perkembangan jiwanya dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat
dirawat dengan baik terutama untuk anak yang kurang koperatif. Berkomunikasi
dengan anak merupakan kunci utama untuk penanggulangan prilaku anak. Dokter
gigi harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan sebahagian anak yang
 berusia tiga tahun atau lebih. Kunci keberhasilan dokter gigi dalam
menanggulangi pasien anak adalah pada kemampuannya untuk berkomunikasi
dengan mereka dan menanamkan kepercayaan pada diri anak tersebut.
Komunikasi dengan anak akan bertambah baik apabila dokter gigi mengetahui
tingkat perkembangan diri psikologi anak. Cara pendekatan anak pada perawatan
gigi yaitu :
i.  komunikasi
ii.  modeling
iii.  desensitisasi
iv.  home
v.  reinforcement
vi.  sedasi

Pada umumnya sedasi sangat efektif pada anak-anak yang benar-benar


 penakut tetapi mengerti pentingnya perawatan gigi dan mau ditolong. Sedasi
 berarti menghilangkan rasa cemas. Oleh karena itu penggunaan lokal anastesi
wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak menimbulkan masalah bila pasien sudah
diberi penenang. Walaupun demikian, sedasi dengan menggunakan nitrous oxide
dapat menyebabkan analgesik terhadap sedasi, tetapi analgesik tidak selalu
diperlukan. Perlu diketahui bahwa pasien yang diberi penenang sadar dan
mempunyai refleks normal seperti refleks batuk. Sebab sedasi dapat diberikan
oleh dokter gigi yang hendak melakukan perawatan gigi pada pasien dimana
anastesi tidak boleh diberikan.

4
 

Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari


sistem saraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama
tindakan, kontak verbal dengan pasien harus tetap terjaga.berdasarkan definisi ini,
maka setiap kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan teknik yang
dilakukan dapat didefinisikan sebagai anestesi umum. Selama sedasi, diharapkan
 pasien dapat dipertahankan jalan napas dan refleks protektif. Telah disarankan
suatu konsep 'sedasi dalam', akan tetapi definisi terhadap hal ini belum jelas.
Mungkin lebih sulit untuk menentukan tingkat sedasi pada anak serta
kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.
Selain itu Sedasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan agen-agen
farmakologik untuk menghasilkan depresi tingkat kesadaran secara cukup
sehingga menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan kecemasan tanpa
kehilangan komunikasi verbal. The American Society of Anesthesiologists 
menggunakan definisi berikut untuk sedasi :
1.  Sedasi minimal
Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama terinduksi obat,
 pasien berespon normal terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi
kognitif dan koordinasi terganggu, tetapi fungsi kardiovaskuler dan
ventilasi tidak dipengaruhi.
2.  Sedasi sedang (sedasi sadar)
Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan depresi kesadaran
setelah terinduksi obat di mana pasien dapat berespon terhadap perintah
verbal secara spontan atau setelah diikuti oleh rangsangan taktil cahaya.
Tidak diperlukan intervensi untuk menjaga jalan napas paten dan ventilasi
spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
3.  Sedasi dalam
Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi depresi
kesadaran setelah terinduksi obat, pasien sulit dibangunkan tapi akan
 berespon terhadap rangsangan berulang atau rangsangan sakit.
Kemampuan untuk mempertahankan fungsi ventilasi dapat terganggu dan
 pasien dapat memerlukan bantuan untuk menjaga jalan napas paten.
Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.

5
 

Dapat terjadi progresi dari sedasi minimal menjadi sedasi dalam di mana
kontak verbal dan refleks protektif hilang. Sedasi dalam dapat meningkat hingga
sulit dibedakan dengan anestesi umum, dimana pasien tidak dapat dibangunkan,
dan diperlukan tingkat keahlian yang lebih tinggi untuk penanganan pasien.
Kemampuan pasien untuk menjaga jalan napas paten sendiri merupakan salah satu
karakteristik sedasi sedang atau sedasi sadar, tetapi pada tingkat sedasi ini tidak
dapat dipastikan bahwa refleks protektif masih baik. Beberapa obat anestesi dapat
digunakan dalam dosis kecil untuk menghasilkan efek sedasi. Obat-obat sedative
dapat menghasilkan efek anestesi jika diberikan dalam dosis yang besar
Pedoman terbaru dari Department of Health on general anaesthesia and
dentistry telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar
dan lokal anestesi, sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan
anestesi umum. Jika pemilihan pasien dilakukan secara cermat, dan dengan
 prosedur yang sesuai, penggunaan sedasi bisa sangat berhasil. Semua penggunaan
sedasi harus mempunyai Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan
dan dental staf, perawat dan personil operasi lain dalam departemen ini, yang
semuanya harus terlatih dalam aspek teoritis dan klinis tentang sedasi dan masing-
masing mengerti jelas tentang peran mereka.

Pemakaian sedasi yang aman bertujuan untuk membuat prosedur lebih


aman dan meminimalkan resiko terhadap pasien. Ketika sedasi digunakan di luar
lingkungan operasi, perlu dipastikan tersedianya fasilitas yang adekuat, peralatan,
dan orang yang berkompeten. Beberapa panduan pemakaian telah diperkenalkan
untuk mengatasi hal ini. Panduan terkait penggunaan sedasi untuk endoskopi GI,
 prosedur di bagian darurat, prosedur pembedahan gigi, dan sedasi pada anak-anak
merupakan beberapa tema yang diangkat. Kelayakan pasien untuk menjalani
 prosedur dengan sedasi harus dievaluasi: misalnya pasien dengan masalah jalan
napas tidak boleh menggunakan prosedur ini. Fasilitas harus tersedia untuk
memonitor kondisi fisiologis seperti saturasi oksigen arterial, dan individu yang
melakukan prosedur tidak bertanggungjawab memonitor kondisi pasien pada saat
 bersamaan. Seorang personel harus dilatih untuk dapat mengenali, dan
 berkompetensi untuk menangani komplikasi kardiorespirasi, dan peralatan
resusitasi harus lengkap dan tersedia secepatnya

6
 

Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai 'operator' dan dan


orang yang terlatih secara terpisah mengelola sedasi dan merawat anak selama
 prosedur, disebut 'sedationist'.
Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk:
1.  Penilaian pra operasi, informasi pra-dan pasca operasi
2.  Protokol puasa.
3.  Pemberian informed consent.
4.  Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. monitoring
minimal meliputi tingkat kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola
 pernapasan, denyut nadi. Jika menggunakan sedasi IV, pengunaan
oksimetri nadi merupakan prosedur standar dan pada banyak prosedur
lainnya monitoring tekanan darah, capnography, elektrokardiogram
dan suhu semakin sering digunakan secara rutin.
5.  Fasilitas resusitasi.
6.  Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan Advanced life
support.
7.  Pelatihan keterampilan resusitasi secara reguler.
8.  Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis.
9.  Rekam medis dan audit praktek.

Banyak cara yang dikembangkan untuk menilai nyeri dari raut wajah,
warna, tingkatan, dll., tetapi hal ini hanya berupa penilaian subjektif dan
memerlukan pengamatan yang cermat. Berbagai sistem penilaiaan telah
dikembangkan untuk menilai sedasi pada anak yang diberi ventilasi. Sebagai
contoh adalah skor COMFORT yang menilai dari variabel fisiologis, berupa :
1.  Kesadaran
2.  Denyut jantung
3.  Respon respirasi
4.  Tekanan rata-rata arteri (mean arterial blood pressure/MABP )
5.  Tenang/Cemas
6.  Gerakan fisik
7.  Tonus otot

7
 

8.  Raut wajah


9.  Terdapat bukti-bukti bahwa analisis dua arah dapat bermanfaat dalam
menentukan derajat sedasi dan anestesi.
10. Penilaian berkaitan dengan pemberian analgesia dan sedasi mungkin agak
sulit. Sejumlah faktor perlu dipertimbangkan, antara lain:
11. Sumber ketidaknyamanan (misalnya ventilasi)
12. Variasi pada pengukuran fisiologis (Denyut jantung,TD, keringat)
13. Ekspresi wajah dan postur tubuh
14. Perhatian orang tua
Sedasi yang ideal adalah :
1.  onset cepat
2.  waktu paruh singkat
3.  dieliminasi dengan baik
Syarat pasien:

1.  Anak tersebut tidak alaergi terhadap obat yang akan diberikan
2.  Saat melakukan sedasi harus telah mendapat persetujuan dari orang tua

B.  Indikasi dan kontraindikasi sedasi

Indikasi:

1.  Anak yang takut tetapi memahami perlunya perawatan dan mau dibantu
2.  Anak –   anak yang kurang kooperatif dan tidak punya alas an rasional dan
tidak mau bekerjasama
3.  Anak yang kelihatannya tidak akan menanggapi setiap bentuk penjelasan.

Kontraindikasi:

1.  Pasien menolak / keluarga menolak.


2.  Bayi kecil dengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer
tomografi, biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap
hangat sehingga bayinya bisa tidur selama prosedur. Mereka tidak harus
dibius.

8
 

3.  Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional, karena bererisiko
terjadinnya depresi pernapasan serta sedasi berlebihan.
4.  Gangguan perilaku berat.
5.  Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep
apnoea, abnormalitas kraniofasial.
6.  Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi
oksigen.
7.  Adanya ketidakstabilan jantung yang signifikan.
8.  Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat
 bersihan obat sedasi.
9.  Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus.
10. Peningkatan tekanan intrakranial.
11. Epilepsi berat atau tidak terkontrol.
12. Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas
(misalnya nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya
 pneumotoraks).
13. Prosedur lama atau menyakitkan.

C.  Obat-Obat Sedasi


1.  Golongan Benzodiazepine
Obat-obatan ini awalnya dikembangkan untuk keperluan obat
anxiolytik dan hypnotik dan pada tahun 1960-an menggantikan obat
 barbiturat oral. Agar sediaan parenteral tersedia, mereka terus
mengembangkan di anestesi dan perawatan intensif. Semua benzodiazepin
mempunyai efek farmakologi yang sama, efek terapi ini ditentukan oleh
 potensi dan ketersediaan obat-obatan. Benzodiazepin diklasifikasi
 berdasarkan lama kerja obat, yaitu
a.  midazolam
Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan
cincin imidazol yang mencapai kelarutan air pada pH

9
 

Dosis:
o   Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100
µg/kg
o   Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua)
o   Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j
 b.  diazepam
Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang
tersedia untuk penggunaan parenteral. Tidak larut dalam air dan
 pada awalnya diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat
iritan untuk vena dan dihubungkan dengan peningkatan insidens
dari tromboflebitis. Suatu emulsi lemak (diazemuls)
ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi tersebut
disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam
 juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100%
 bioavibilitas dan larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu
 paru 20-50 jam, tetapi metabolit-metabolit aktif diproduksi
termasuk desmetil diazepam dengan waktu paru 36-200 jam,
clearance menurun pada disfungsi hepar.
Dosis :
o   Premedikasi : 10 mg oral 1-1,5 jam sebelum operasi
o   Sedasi : 5-15 mg IV perlahan-lahan, peningkatan bolus 1-2
mg.
o   Status epileptikus : 2 mg, diulang setiap menit sampai kejang
 berhenti. Dosis maksimal 20 mg.
o   Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10
mg/4 jam.

c.  Lorazepam
Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral,
tetapi tidak digunakan secara rutin sebagai sedatif IV karena
dibatasi oleh aksi dari onset yang pelan. Metabolisme oleh
glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15 jam dan durasi yang

10
 

lebih panjang dibandingkan temazepam. Jika digunakan untuk


 premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau pada
 permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang
menyertai pemberian obat ini.
Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada
 penanganan status epileptikus, karena memiliki durasi yang lebih
 panjang untuk aksi antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa
digunakan untuk penanganan serangan akut panik yang berat, baik
secara IM/IV dengan dosis 25-30 µg/kg (dosis biasa 1,5-2.5 mg).
Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain yang tersedia.
a.  Mekanisme Aksi
Benzodiazepin bekerja oleh daya ikatan yang spesifik pada
reseptor benzodiazepin, yang mana merupakan bagian dari kompleks
reseptor asam g aminobutirik (GABA). GABA merupakan inhibitor
utama neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-
neuron modulasi GABA ergik. Reseptor Benzodiazepin berikatan
dengan reseptor subtipe GABA A. Berikatan dengan reseptor agonis
menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang menyebabakan
hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat membuat
neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat
ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin
dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi
 pada korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah
 pada medula spinalis. Tidak adanya reseptor GABA selain di SSP, hal
ini aman bagi sistem kardiovaskuler pada saat penggunaan obat ini.

11
 

 b.  Efek Benzodiazepin pada SSP ditunjukan pada hubungan dengan


kemampuan reseptor.

Dosis Efek Kemampuan Dosis flumazenil


midazolam reseptor (%) untuk membalikan
Dosis rendah Antiepilepsi 20-25 Dosis rendah
Anxiolisis 20-30
Sedasi ringan 25-50
Penurunnan 60-90
 perhatian
Amnesia
Sedasi kuat
Relaksasi otot
Dosis tinggi Anestesi Dosis tinggi

Reseptor GABA merupakan reseptor dengan struktur besar


yang mempunyai ikatan yang terpisah dengan obat lain yaitu
 barbiturat, alkohol dan propofol. Ikatan dengan komponen yang
lain pada reseptor benzodiazepin menunjukan efek sinergis dengan
 beberapa obat lain. Efek sinergis ini menunjukan bahaya depresi
SSP jika obat digunakan secara bersamaan dan juga menyebabkan
efek farmakologi toleransi silang dengan penggunaan alkohol. Hal
ini juga konsisten dengan penggunaan benzodiazepin untuk
mengatasi gejala timbal balik akut atau detoksifikasi alkohol atau
obat-obatan lain.
Antagonis benzodiazepin yaitu flumazenil dapat menempati
reseptor tapi tidak dapat menyebabkan aktifitas. Senyawa
 benzodiazepin telah dikembangkan pada reseptor ligand tapi
menyebabkan pergerakan terbalik dari agonis, akibatnya terjadi
rangsangan pada otak. Senyawa ini juga merupakan antagonis dari
flumazenil. Gambaran ini merupakan reaksi berlawanan pada
 benzodiazepin yang sebelumnya adalah cadangan yang lama dari
flumazenil dan merupakan akibat dari eksaserbasi pada
 penambahan dosis obat murni. Lebih dari itu dapat menyebabkan
kegelisahan seperti pada hipoksemia dan toksisitas anestasi lokal,
yang seharusnya hal ini diperhatikan terkebih dahulu.

12
 

Penggunaan benzodiazepin yang lama menyebabkan penurunan


regulasi dari reseptor dan juga terjadi penurunan ikatan dan funsi
dari reseptor, pada akhirnya menunjukan peningkatan toleransi.
Penggunaan yang lama juga dapat menyebabkan ketergantungan
secara fisik maupun mental, yang walaupun obat ini mempunyai
efek adiktif yang rendah dari opiod dan barbiturat. Hubungan
timbal balik yang dalam dapat menyebabkan gejala klinik yang
sama seperti pada penggunaan alkohol akut, oleh sebab itu dosis
 benzodiazepin diturunkan secara teratur setelah penggunaan yang
lama.Pada penderita yang telah lama menggunakan obat ini sensitif
terhadap efek dari benzodiazepin dan dosis harus diturunkan secara
teratur.
c.  Efek pada SSP
 Efek benzodiazepin pada SSP yaitu anxiolysis, sedasi,
amnesia dan aktifitas antiepileptik.
  Anxiolysis terjadi pada penggunaan obat dengan dosis yang
rendah dan apabila obat ini digunakan secara efektif untuk
 pengobatan anxietas yang akut maupun kronik. Efek yang
 panjang dari obat oral seperti diazepam dan chlordaizepoksid
dapat mengobati efek timbal balik dari alkohol akut.
Anxiolysis lebih sering terjadi pada saat premedikasi dan
 pada prosedur yang salah.
  Efek sedasi terjadi pada ketergantungan dosis yang
menyebabkan depresi aktivitas serebral, dan efek sedasi yang
ringan pada kemampuan reseptor yang rendah yang sama
dengan pada anestesi umum jika ruang reseptor terisi.
Midazolam terbukti benar aman sebagai obat sedatif
intravena. Benzodiazepin mempunyai efek terapi yang tinggi
(berbanding efektif dengan dosis letal) karena pada dosis
yang berlebihan, perbedaan pada densitas reseptor
menyebabkan terjadi reaksi sensitivitas yang berlebihan pada
korteks dan depresi medula. Bagaimanapun hal ini dapat

13
 

menyebabkan obstruksi jalan napas bagian atas dan


kehilangan refleks protektif yang terjadi sebelum dalam efek
sedasi, dan hal bahaya yang utama yaitu efek sedasi yang
 berlebihan atau terjadi self poisoning.
  Amnesia
 paling sering terjadi pada penggunaan
 benzodiazepin secara intravena dan yang digunakan pada
 penderita yang menjalani pengobatan atau penggunaan pada
 prosedur yang berulang. Anterograd amnesia mempengaruhi
ambilan informasi. Retrograd amnesia tidak ditemukan pada
 penggunaan benzodiazepin. Periode kronik pada amnesia
dilaporkan terjadi pada penggunaan obat oral lorazepam,
yang dapat berpotensi bahaya pada kasus ini.
  Aktivitas antiepilepsi, dapat mencegah pengobatan seizure

 pada subkortikal. Obat intravena lorazepam dan diazepam


dapat digunakan untuk menghentikan seizure dan
clonazepam digunakan untuk membantu terapi pada terapi
epilepsi kronik. Benzodiazepin dapat meningkatkan ambang
aktivitas seizure pada toksisitas anestesi lokal, tapi dapat
terlihat sebagai gejala awal.
  Penggunaan benzodiazepin dapat memberikan efek yang

menyenangkan untuk insomnia dan lebih efektif lagi pada


insomnia akut. Bagaimanapun pengobatan yang lama tidak
dianjurkan karena dapat memberikan masalah seperti efek
toleransi dan ketergantungan dan yang terpenting yaitu
kesulitan dalam efek timbal balik pada pengobatan.
Penggunaan benzodiazepin sebagai hipnotik sekarang telah
digantikan dengan nonbenzodiazepin yang baru sebagai
hipnotik yaitu, zopiklon, dimana obat ini dapat bereaksi pada
reseptor benzodiazepin.
  Benzodiazepin menurunkan metabolisme oksigen di otak dan

aliran darah otak, dan juga respon serebrovaskular untuk


karbondioksida dilindungi, oleh sebab itu mereka

14
 

menyesuaikan untuk digunakan pada beberapa pasien dengan


kelaianan intrakranial. Bagaimanapun harus diketahui bahwa
midazolam tidak dapat mencegah peningkatan tekanan
intrakranial bersama dengan pemasangan intubasi trakeal.
Sebagai tambahan, depresi ventliasi disebabkan oleh
 benzodiazepin pada pernapasan spontan yang dari pasien
menunjukan peningkatan PCO 2 arteri, yang tidak diinginkan
 jika pemenuhan tekanan intrakranial menurun.
  Efek samping yang tidak diinginkan pada SSP, seperti
 perasaan mengantuk dan terjadi kerusakan pada tampilan
 psikomotor. Meskipun efek residu sedatif minimal tapi dapat
mempengaruhi fungsi kognitif dan koordinasi motorik, yang
seharusnya dapat diperkirakan kapan pengobatan ini
dihentikan pada pasien.
d.  Relaksasi Otot
Benzodiazepin menyebabkan reduksi otot ringan yang bisa
menguntungkan misalnya pada penggunaan ventilasi mekanik di
unit perawatan intensif, yang mengurangi resiko dari dislokasi
artikular atau saat pemasangan endoskopi. Bagaimanapun juga
relaksasi otot berperan secara responsif pad obstruksi jalan napas
 pada penggunaan obat sedatif intravena. Relaksasi otot tidak
 berhubungan dengan efek pada neuromuskular junction, tapi
menyebabkan peningkatan pada penghantaran impuls neuron pada
medula spinalis dan penurunan transmisi polisinaptik pada otak.
e.  Efek pada Respirasi
Dosis benzodazepin dapat menyebabkan depresi sentral pada
ventilasi . respon ventilasi terhadap CO2 dapat terganggu dan
respon dari ventilasi yang kurang ditandai dengan adanya depresi.
Hal ini diikuti juga dengan adanya sindrom hipoventilasi dan gagal
napas tipe 2 yang peka terhadap depresi pernapasan akibat efek
dari benzodiazepin. Depresi ventilasi merupakan efek eksaserbasi
dari obstruksi jalan napas dan hal ini paling sering pada dari yang

15
 

sebelumnya. Apabila opiod dan benzodaizepin digunakan secara


 bersama-sama akan terjadi efek yang sinergis. Apabila kedua obat
ini diberikan bersama-sama secara intravena, obat opiod harus
diberikan terlebih dahulu dan efeknya dapat diperkirakan.
Penurunan dosis benzodiazepin yang diperlukan sampai 75% harus
diantisipasi. Hal ini harus menjadi standar praktek untuk
menyediakan oksigen tambahan dan monitor saturasi oksigen
dengan oximetri selama pemberian obat sedatif secara intravena.
f.  Efek Kardiovaskuler
Benzodiazepin menghasilkan efek hemodinamik yang tidak
terlalu besar dimana mekanisme-mekanisme refleks hemostatik
masih tetap terpelihara dan lebih aman dari agen anastesi intravena.
Suatu penekanan pada resistensi vaskuler perifer menghasilkan
sedikit penekanan pada tekanan arteri. Hipotensi yang signifikan
dapat terjadi pada pasien yang mengalami hipovolemia atau
vasokonstriksi.
g.  Farmakokinetik
Benzodiazepin adalah molekul kecil yang relative larut lemak,
yang siap diabsorbsi secara oral dan dengan cepat melewati SSP.
Midazolam harus melewati hepar dulu sehingga hanya sekitar 50%
dari dosis oral yang sampai ke sirkulasi sistemik. Setelah
 pemberian bolus intravena, penghentian aksi obat terjadi secara
lebih luas dengan proses redistribusi. Dibandingkan dengan obat-
obatan seperti propofol, benzodiazepine memiliki waktu yang lebih
lambat untuk mencapai keseimbangan konsentrasi pada target
organ. Hal ini menganjurkan bahwa harus tersedia waktu untuk
menilai seluruh efek klinis sebelum memberikan suatu kenaikan
dosis lebih lanjut. Terdapat pengikatan protein secara luas.
Eliminasi dari metabolisme hepatik mengikuti ekskresi dari
metabolisme renal. Ada 2 jalan utama dari metabolisme meliputi
oksidasi mikrosomal atau konjugasi dengan glukoronidase. Makna
dari hal ini adalah bahwa oksidasi lebih mungkin dipengaruhi oleh

16
 

usia, penyakit hepar, interaksi obat dan faktor-faktor lain yang


mengubah konsentrasi dari sitokrom P450. Beberapa dari golongan
 benzodiazepine, termasuk diazepam memiliki metabolic aktif yang
secara luas memperpanjang efek klinis mereka. Disfungsi renal
terlihat dari akumulasi dari metabolit-metabolit dan ini merupakan
satu faktor penting penundaan pemulihan dari pemanjangan sedasi
dari itu.
2.  golongan barbiturate (thiopental)
3.  golongan lainnya (propofol dan chloral hydrate)

Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit,
dimana kemungkinan akan meningkatkan sedasi yang efektif tetapi juga
 berpotensi meningkatkan kejadian efek samping (lihat Kotak 1). Hal ini terutama
terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan ginjal, hati atau fungsi
neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat Kotak 2 dan 3).
Kotak 1. Agen sedasi oral  

Obat  Dosis sedasi Detail 


oral (mg/kg) 
Chloral hydrate 100 Metabolit aktif = trichlorethanol
Dapat diberikan melalui rektal kadang -
kadang menimbulkan rasa malu
Triclofos 50-70 (max 1 g) Metabolit aktif = trichlorethanol
Trimeprazine 2 Dosis besar dapat meyebabkan “grey baby
syndrome” 
Midazolam 0,5 –  1,0 Umum digunakan
Dosis berhubungan dengan efek samping
(ataksia, pandangan ganda, sedasi)
Dapat juga diberikan melalui nasal
Dosis rektal dapat bervariasi
Diazepam 200-500 mcg/kg Dapat diberikan melalui rektal
Ketamin 5-10 Dapat diberikan melalui nasal juga rektal
Halusinasi mungkin terjadi
Pada umumnya terjadi mual dan muntah
Apnue kemungkinan dapat terjadi
Catatan: Pada anak yang lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa
normal.

17
 

Kotak 2. Agen sedasi intravena  


Obat  Dosis sedasi Detail 
(mg/kg) 
Midazolam 0,5 –  0,2 Apnue mungkin terjadi
Amnesia
Gangguan prilaku dapat terjadi
Diazepam 0,1-0,5 Diazemuls = lipid formulasi
Waktu paruh panjang, berisiko pemulihan
tertunda
Fentanyl, 0,5 mcg/kg Sering digunakan bersama propopol
diazepam Midazolam atau ketamin dapat digunakan
melalui oral Apnea, mual & muntah dapat
terjadi
Efek potensiasi dengan obat sedasi lainnya
Ketamin 0,5 –  1,0 Dapat diberikan melalui IM, oral, IV
Sering digunakan dengan benzodiazepam
Propopol Dalam evaluasi Beresiko apnue
Beresiko menginduksi anestesi
Kotak 3. Agen sedasi inhalasi  
Obat  Dosis Detail 
 Nistrous 50 % N2O Memberikan analgesia
Oxide dalam O2, 70 % Membutuhkan kerja sama pasien
dalm O2 Umum menimbulkan Mual
Dysphoria

Sevoflurane 1 % dalam udara Masih dalam evaluasi

D.  Tujuan Sedasi Dalam Kedokteran Gigi


Tujuan utama dari sedasi dalam kedokteran gigi adalah untuk memerangi kecemasan.
Andalan pengobatan kecemasan adalah manajemen perilaku. Semua dokter gigi
harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasien mereka. Jika dianggap perlu sedasi,
sedang sedasi analgesia (dikenal sebagai dokter gigi sedasi sadar) biasanya apa yang
dibutuhkan. Hal inibiasanya paling efektif dengan penggunaan kombinasi anestesi
lokal. Dalam kedokteran gigi,teknik sedasi tidak paincontrol teknik dan sering
diganti ketika pasien mengalami nyeri intraoperatif. Untuk mengatasi keadaan ini
dengan agen obat penenang saja, dibutuhkan dosis yang sangat tinggi atau
 penambahan narkotika ke rejimen yang lebih dalam sehinggamenghasilkan
tingkat sedasi daripada yang diperlukan bersama-sama dengan kemungkinan

18
 

meningkatnya efek samping. Teknik tidak boleh digunakan hanya untuk


melarikan diri dari kebutuhan untuk menyuntikkan bius lokal.

E.  Jenis-Jenis Pemberian Sedasi


sedasi dapat diberikan secara :
1.  oral
2.  intra vena
3.  inhalasi
4.  intra muskular

1.  Sedasi Oral

Sedasi Oral (Sedasi Kedokteran Gigi) - diberikan dalam bentuk pil


atau cairan, pasien menelan obat. Alasan untuk perbedaan antara pasien
yang berhubungan dengan berat badan, genetika, riwayat obat sebelumnya,
yang dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah obat penenang. Sedasi
oral disebut juga sedasi sadar oral karena pasien tetap sadar selam
 perawatan gigi tetapi dalam kondisi santai.Sedasi oral diresepkan untuk
menghilangkan kecemasan,dan di minum beberapa jam sebelum bertemu
dengan dokter gigi.
Gigi Sedasi oral sering disebut sebagai kedokteran gigi tidur senja
karena saat Anda tidak akan benar-benar menjadi tertidur Anda akan
dalam keadaan relaksasi Anda mungkin tidak akan ingat banyak dari
 prosedur gigi. Bagi banyak pasien jam tampak seperti menit dan
 pengangkatan gigi berlalu seperti mimpi. Sedasi oral diminum satu jam
sebelum menemui dokter gigi di karenakan menunggu reaksi obat

Keuntungan Sedasi Oral

Diterima dan mudah dipahami bagi kebanyakan pasien


Mudah dijalankan
Aman dan mudah untuk memantau

19
 

Pekerjaan yang paling baik untuk orang, bahkan mereka yang


memiliki refleks sumbat yang lebih tinggi
Biaya rendah

Kekurangan Sedasi Oral

Tingkat sedasi tidak mudah berubah setelah prosedur yang sedang


 berlangsung
Seseorang harus drive pasien ke dan dari pengangkatan
Tidak ada efek analgesik atau sakit bantuan

2.  Sedasi Intravena

Sedasi intravena (sedasi IV) adalah ketika obat, biasanya dari jenis
obat anti-kecemasan, diberikan ke dalam sistem darah selama perawatan
gigi. Banyak praktek kedokteran gigi menggunakan istilah seperti "sleep
dentistry" atau "twilight sleep" ketika berbicara tentang sedasi IV. Namun,
Pada kenyataannya, pasien tetap sadar selama sedasi IV. pasien juga akan
dapat memahami dan menanggapi permintaan dari dokter gigi Anda. Akan
tetapi, pasien mungkin tidak ingat banyak (atau lupa sama sekali) tentang
apa yang terjadi karena dua hal:

1.  IV sedasi menginduksi keadaan relaksasi yang mendalam dan


 perasaan tidak terganggu oleh apa yang terjadi
2.  obat yang digunakan untuk sedasi IV membuat kehilangan memori
 baik sebagian atau penuh (amnesia) untuk periode waktu ketika
obat pertama kali masuk sampai habis. Akibatnya, waktu akan
terasa sangat cepat dan Anda tidak akan mengingat banyak dari apa
yang terjadi. Banyak orang tidak mengingat apapun.

Jadi mungkin, memang, tampak seolah-olah pasien "tertidur" selama


 prosedur.

"Intravena" berarti obat yang dimasukkan melalui pembuluh darah.


Sebuah jarum yang sangat tipis dimasukkan ke dalam vena dekat dengan

20
 

 permukaan kulit baik pada lengan atau punggung tangan Anda. Jarum ini
dibungkus dengan sebuah tabung plastik lembut. Obat-obatan yang
dimasukkan ke dalam tabung yang disebut sebagai "kateter" atau kanulasi,
tapi lebih dikenal dengan nama dagang dari Venflon).

kateter/kanulasi

Sepanjang prosedur, denyut nadi dan tingkat oksigen yang diukur dengan
menggunakan "pulse oximeter". Alat ini klip ke jari atau daun teling. Alat ini
memberikan tanda peringatan awal yang berguna jika pasien kekurangan oksigen.
Tekanan darah sebelum dan setelah prosedur harus diperiksa dengan mesin
 pengukur tekanan darah yang disebut "sphygmomanometer".

Obat yg umumnya digunakan dalam sedasi IV :

1.  Obat Penenang (Benzodiazepin): Midazolam dan Diazepam.


Kebanyakan obat yang digunakan untuk sedasi IV adalah
 benzodiazepin, atau "benzo". IV benzo yang diberikan memiliki 3 efek

21
 

utama: mengurangi kecemasan /merilekskan pasien, membuat pasien


mengantuk, dan menghasilkan amnesia parsial atau total (yaitu membuat
Anda lupa apa yang terjadi selama prosedur). Amnesia total lebih sering
terjadi pada penggunaan midazolam dibandingkan dengan diazepam.
Sejauh ini obat yang paling umum digunakan untuk sedasi IV Midazolam,
tapi kadang-kadang Diazepam dapat digunakan. Midazolam adalah pilihan
 pertama karena efek durasi yang relatif singkat(yang berarti bahwa itu
akan dikeluar dari tubuh lebih cepat). Valium adalah (sedikit) lebih murah
tapi lagi bertindak dan sedikit "keras" pada vena, sehingga Anda mungkin
merasa sensasi terbakar pada lengan Anda / tangan ketika obat pertama
kali masuk. Untuk Anestesi local larutan dapat dicampur dengan
Diazepam untuk membuat pasien lebih nyaman. Diazepam IV terbaru
adalah emulsi yang diklaim lebih baik untuk vena. Obat ini dimasukkan ke
dalam pembuluh darah sebesar 1 mg per menit untuk Diazepam atau 1 mg
setiap 2 menit (diikuti oleh 2 menit tambahan untuk mengevaluasi efek)
untuk Midazolam (karena Midazolam lebih kuat dalam hal dosis yang
dibutuhkan untuk mencapai sedasi ). Karena ada perbedaan antara individu
terhadap obat, respons pasien terhadap obat harus diperhatikan. Setelah
tingkat yang diinginkan dari obat penenang tercapai, obat dihentikan.
Venflon dibiarkan di tempat selama prosedur sehingga obat penenang
yang dapat diisi ulang(jika diperlukan).

2.  Propofol
Beberapa ahli anastesi menggunakan Propofol bukan
 benzodiazepin. Keuntungannya adalah waktu pemulihan yang sangat
cepat, kurang dari 5 menit. Obat ini harus terus diberikan, sehingga obat
ini dipompa menggunakan pompa infus listrik, laju dosis diatur oleh
dokter anestesi. Propofol bukan obat penenang umum karena sudah
diambang batas GA (General Anaesthesia), di mana refleks seperti
 bernapas hilang. Propofol dapat digunakan untuk pasien yang sring
mngkonsumsi benzodiazepin karena menyebabkan efek benzo berkurang.
Propofol digolongkan sebagai obat GA dan di Inggris hanya dapat

22
 

diberikan di rumah sakit (meskipun beberapa klinik gigi swasta memenuhi


standar rumah sakit, dan menawarkan itu juga).

Indikasi sedasi IV : diterapkan untuk berbagai jenis prosedur medis dan operasi.
Sedasi IV merupakan pilihan populer di kalangan ahli bedah dan dokter yang akan
melakukan operasi plastik kecil untuk perawatan gigi, dan prosedur yang tidak
memerlukan daerah operasi yang luas atau jangka waktu yang panjang misalnya
 pembuangan molar 3.

Sedasi IV sangat aman bila dilakukan di bawah pengawasan seorang


dokter gigi khusus terlatih. Secara statistik, sedasi IV bahkan lebih aman daripada
anestesi local.

 Namun, sedasi IV juga memiliki kontraindikasi antara lain

1.  kehamilan
2.  alergi terhadap benzodiazepin
3.  alergi alkohol
4.   beberapa kasus glaukoma.

Kontraindikasi relatif termasuk psikosis, gangguan paru-paru atau ginjal


atau fungsi hati, usia lanjut, dan gangguan tidur. Dokter juga harus mengetahui
 jika pasien mengkonsumsi benzo atau tidak.

Para ahli anastesi menggunakan klasifikasi berikut untuk membuat


keputusan jika dan dimana sedasi sadar harus disediakan:

I.   Normal, pasien yang sehat


II.  Seorang Pasien dengan penyakit sistemik ringan, misalnya terkontrol
dengan baik diabetes atau epilepsi, asma ringan
III.  Seorang pasien dengan penyakit sistemik yang parah membatasi aktivitas
tetapi tidak melumpuhkan, e. g. epilepsy(sering) , tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol, serangan jantung
IV.  Seorang pasien (biasanya dirawat di rumah sakit atau terbaring di tempat
tidur) dengan penyakit melumpuhkan yang merupakan ancaman konstan
 bagi kehidupan

23
 

V.  Seorang pasien yang diperkirakan akan mati dalam waktu 24 jam dengan
atau tanpa pengobatan

Jika pasien berada dalam kategori I atau II, maka biasanya dapat diobati dalam
 praktek umum.

Jika pasien berada dalam kategori III, yang terbaik adalah untuk dirawat dalam
lingkungan di mana fasilitas lebih berpengalaman tersedia (klinik berbasis rumah
sakit atau klinik sedasi dimana fasilitas medis yang tersedia).

Keuntungan sedasi IV :

1.  sedasi IV cenderung menjadi metode pilihan jika pasien tidak ingin sadar
 pada saat prosedur atau tidak mau tahu.
2.  Timbulnya tindakan yang sangat cepat, dan obat dosis dan tingkat sedasi
dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu. Ini adalah
keuntungan besar dibandingkan dengan sedasi oral, di mana efek bisa
sangat diandalkan. Sedasi IV, di sisi lain, adalah sangat efektif dan sangat
handal.
3.  Tingkat maksimum sedasi yang dapat dicapai dengan IV lebih dalam dari
sedasi oral atau inhalasi.
4.  Benzodiazepin menghasilkan amnesia untuk prosedur.
5.  refleks muntah sangat berkurang - orang yang menerima sedasi IV jarang
mengalami kesulitan dengan tersedak. Namun, jika meminimalkan refleks
muntah yang parah adalah tujuan utama, sedasi inhalasi biasanya pertama
kali dicoba. jika gagal untuk mengurangi refleks muntah harus sedasi IV
digunakan untuk tujuan ini.

Kerugian sedasi IV:

1.  Pasien beresiko mengalami komplikasi di darah di mana jarum


dimasukkan, misalnya hematoma (pembengkakan lokal yang penuh
dengan darah).

24
 

2.  efek sedasi IV yang diinginkan (amnesia) yaitu lupa apa yang terjadi
sementara di bawah pengaruh obat dapat merugikan jika pasien tidak dapat
mengingat bahwa prosedur itu tidak nyaman atau mengancam
3.  Beberapa dokter gigi mungkin mengambil jalan sedasi IV terlalu cepat.
4.  Biaya merupakan kelemahan lain - sedasi IV lebih mahal daripada pilihan
sedasi lainnya.

Yang harus dilakukan setelah sedasi IV:

1.  Mintalah wali (orang dewasa) mengantar pasien pulang dan beristirahat.
2.  Ajak orang dewasa tinggal bersama pasien sampai pasien sepenuhnya
sadar.
3.  Jangan melakukan kegiatan berat atau berbahaya dan tidak mengendarai
kendaraan bermotor.
4.  Jangan makan makanan berat segera. Jika lapar, makan sesuatu yang
ringan, e. g. minuman dan roti panggang.
5.  Jika mengalami mual, berbaring untuk sementara waktu.
6.  Jangan minum alkohol atau memakai obat kecuali sepngetahuan dokter
gigi terlebih dahulu.
7.  Minum obat seperti yang diarahkan oleh dokter gigi.
8.  Jika Anda memiliki masalah yang tidak biasa, hubungi dokter gigi. 

3.  Sedasi inhalasi

Teknik sedasi inhalasi adalah salah satu teknik satu teknik penanganan
anak yang dewasa ini masih dalam proses perkembangan dalam teknik maupun
upaya penggunaannya dibidang perawatan gigi dan rongga mulut pasien
 berdasarkan indikasi dan kontraindikasinya.

Sedasi inhalasi dengan N2O-O2  adalah keadaan sedasi disertai analgesi


 pada penderita yang tetap sadar dengan menghirup campuran gas Nitrogen Oksida
(N2O) dengan oksigen.

Pasien anak yang biasanya kurang kooperatif dalam menghadapi


 perawatan gigi. Perawatna pasien anak-anak dengan keadaan umum normal, dapat

25
 

dimulai dengan pendekatan psikologi (behavior management). Namun untuk


 pasien anak dengan keadaan ambang rasa cemas yang tinggi, rasa takut yang
 berlebihan serta ambang rasa sakit tinggi salah satunya dapat ditangani dengan
sedasi inhalasi.

Sedasi Inhalasi N2O dan O2 

Sedasi inhalasi merupakan cara pemberian anastetikum yang debirekan dalam


 bentuk gas atau uap, yang kemudian masuk kedalam paru-paru melalui saluran
 pernapasan, kemudian diabsorbsi oleh darah dari alveoli paru-paru dan masuk ke
dalam peredaran darah. Melalui peredaran darah anastetikum akan sanpai di
 jaringan otak.

Disebut juga gas gelak, N2O merupakan satu-satunya gas anorganik yang
dipergunakan sebagai anastetikum. Gas ini memiliki bau dan rasa manis,
densitasnya lebih besar dari pada udara, tidak berwarna, tidak mengiritasi dan
tidak mudah terbakar. Bila dikombinasikan dengan anestetikum yang mudah
terbakar akan memudahkan terjadinya ledakan, misalnya campuran eter dan
nitrogen oksida.

Umumnya N2O disimpan dalam bentuk cairan di dalam sebuah silinder


yang terbuat dari baja yang tahan tekanan tinggi pada temperatur kamar
 bertekanan 50 atmosfer. Kelararutan N2O dalam darah relatif rendah. Koefisien
kelarutan gas dalam darah pada temperatur 37oC adalah 0,47. Koefisiennya kecil,
sehingga induksi dan waktu pemulihan N 2O relatif cepat.

Oksigen (O2) adalah gas yang digunakan bersama-sama dengan N2O selama
 prosedur perawatan pada teknik sedasi inhalasi. Gas O2  tidak berwarna, tidak
 berbau, tidak berasa, dan mempuyai daya membakar yang lebih besar daripada
udara. Bobot O2 dalam 1 liter pada suhu 0 oC dan tekanan 760 mmHg lebih kurang
1,429 gram. Oksigen larut dalam lebih kurang 32 bagian air dan dalam 7 bagian
etanol pada suhu 20 oC dan tekanan 760 mmHg. Oksigen disimpan dalam tabung
atau dalam tangki yang tahan tekanan tinggi. Wadah yang digunakan harus bebas

26
 

dari setiap zat toksik, atau senyawa penyebab narkosis dan senyawa yang dapat
menyebabkan narkosis dan senyawa yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran
napas.

Fungsi O2 dalam sedasi inhalasi adalah untuk mencegah terjadinya kolaps


saat inspirasi pada awal perawatan. Pada akhir perawatan O2  digunakan untuk
mencegah anoksia di fusi yang disebabkan oleh pembuangan N 2O yang terlalu
cepat dari darah ke alveoli paru-paru dan mempercepat pemulihan.

Keuntungan dan Kerugian anestetikum N 2O dan O2 

Keuntungan Kekurangan

  Aman bila diberikan dengan   Tidak dapat menghasilkan anatesi


campuran oksigen yang cukup yang lebih dalam


  Tidak mudah terbakar   Anastesi
 ringan sehingga
  Tidak mengiritasi saluran napas  penggunaannya terbatas

  Mula kerja dan eksresi cepat   Dapat menyebabkan hipoksia bila


  Tidak mempunyai efek yang digunakan secara tunggal

merugikan terhadap fisiologi organ   Dalam usaha untuk mendapatkan


tubuh. anastesi yang lebih dalam yang


melampaui anestesi N2O akan
menyebabkan anoksi otak yang
serius
  Pada
 pasca operasi dapat
terjadinausca dan vomitus dan
 perlu menambah anestetikum lain
untuk operasi yang lebih besar.

Mekanisme N2O dalam Tubuh

 Nitrogen oksida diabsorbsi melalui alveoli paru-paru. Pada permulaan


 pemberiannya, N2O diabsorbsi dengan cepat kurang lebih 1-2 liter per menit
sampai di organ vaskular di otak, hati, jantung, dan ginjal penuh. Gas N 2O tidak

27
 

mengalami metabolisme dan tidak membentuk senyawa lainnya dalam tubuh,


sehingga sekresi secepat absorbsinya. Gas ini dieksresi dalam bentuk utuh,
sebagian besar melalui paru-paru, dan sebagian kecil saja melalui kulit, kelenjar
keringat dan urine.

Tahap keadaan pada penggunaan anestesi digolongkan menjadi empat


stadium.

  Pada stadium I (analgesia), dimulai dari saat pemberian anestetikum sampai


menurunnya kesadaran, hilangnya kepekaan terhadap waktu, depresi
intelegensi, dan disorientasi, tetapi penderita masih dapat mengikuti perintah.
Pada tahap ini rasa sakit hilang dan dapat dilakukan tindakan pembedahan
ringan seperti pencabutan gigi. Pada mulanya, penderita masih sadar dan
dapat berbicara dengan dokter giginya. Bila konsentrasi N 2O meningkat,
maka penderita makin mengalami disorientasi dan bahkan mulai kehilangan
kesadarannya, hingga mulai masuk kedalam stadium kedua. Tanda-tanda
stadium I adalah respirasi tidak menunjukan irama yang khas, bola mata tidak
menunjukan proses yang khas, pupil mata tidak berubah, dan refleks kelopak
mata aktif.
  Stadium II (delirium) dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan
stadium pembedahan. Pada stadium ini terlihat jelas gerakan yang tidak
menuruti kehendak, tonus otot serta refleks-refleks meningkat. Tanda-tanda
stadium ini yaitu respirasi tidak teratur, dapat terjadi apnoe atau hiperapnoe,
 pupil mata dilatasi, refleks kelopak mata hilang, dapat timbul komplikasi
seperti mual, muntah, luksasi atau fraktur, dan warna kulit normal.
  Tahap anastesi yang ketiga dimulai dari teraturnya pernapasan sampai
 pernapasan spontan hilang. Stadium III ini terdiri dari empat tingkat menurut
kedalaman anestesi :
1)  Tingkat 1, yang dimulai dari hilangnya refleks kelopak mata sampai
 pernapasan teratur. Tanda-tanda tingkat ini yaitu pernapasan teratur
dan spontan, bola mata bergerak kesana kemari, pupil mata terlihat
mengecil, relaksasi otot belum sempurna, serta pernapasan dada dan
 perut seimbang.

28
 

2)  Tingkat kedua dimulai dari gerakan bola mata yang terhenti sampai
 paralisis sebagian otot interkostal. Tanda-tanda tingkatan ini yaitu
 pernapasan teratur tetapi kurang dalam dibandingkan tingkat 1, bola
mata tidak bergerak, pupil mata dilatasi, refleks laring menghilang
sehingga dapat dikerjakan intubasi, dan otot relaksasi sebagian.
3)  Tingkat ketiga dimulai dari paralisiss sebagian otot interkostal sampai
 paralisiss seluruh otot interkostal dan hanya terdapat pernapasan perut.
Tanda-tanda tingkat ini yaitu pernapasan sebagian besar oleh perut
karena otot interkostal mengalami paralisis, pupil mata dilatasi, dan
relaksasi otot sempurna.
4)  Sedangkan tingkat ke empat dimulai dari paralisis seluruh otot
interkostal sampai paralisis seluruh otot diafragma. Tanda-tanda
tingkat ini yaitu pernapasan perut sempurna, pupil mata dilatasi
sempurna, refleks cahaya hilang, dan tekanan menurun. 
  Stadium IV atau paralisiss medula oblongata dimulai dengan lebih
melemahnya pernapasan perut dibandingkan stadium III tingkat 4. Tanda-
tanda stadium ini yaitu tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh
darah kolaps, denyut jantung berhenti, pernapasan yang lumpuh yang tidak
dapat dibantu dengan napas buatan dan dapat menyebabkan kematian.

Teknik sedasi inhalasi dibatasi hanya sampai tahap pertama atau tahap
analgesia. Seorang dokter gigi harus mengetahui sampai tahap penderita
teranalgesi untuk memastikan bahwa tindakannya benat dan bahwa penderita
 benar-benar telah mengalami sedasi dengan baik.

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada teknik sedasi inhalasi terdiri dari
tanda-tanda objektif yang dapat dilihat selama penderita mengalami sedasi
inhalasi dengan N2O dan O2, yaitu penderita masih sadar, rileks dan nyaman,
tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, warna kulit dan pupil normal, kecepatan
kedip mata tampak sangat berkurang, refleks vital, terutama laringeal semuanya
 berfungsi normal, refleks muntah berkurang, mulut depan terus dalam keadaan
terbuka, masih terdapat kontak verbal, reaksi terhadap rangsang sakit berkurang,
dan penurunan gerak spontan atau kegelisahan, terutama pada anak kecil.

29
 

Gejala subjektif penderita selama sedasi inhalasi dengan N2O dan O2 yang
dapat diamati, adalah rileksasi mental dan fisik, berkurangnya kesadaran akan rasa
sakit, parestesia atau sensasi tingling pada bibir, jari tangan, jari kaki, lidah, atau
seluruh tubuh, rasa letargi atau keracunan ringan, euforia, rasa melayang yang
kadang-kadang diinterpretasi sebagai terbang atau rasa mengambang, rasa hangat,
tidak menyadari keadaan sekeliling atau waktu, bermimpi, dan sedasi fisik serta
somatik.

Indikasi dan Kontra Indikasi Sedasi Inhalasi denganN2O dan O2 

Indikasi Kontra indikasi


  Kecemasan terhadap perawatan   Adanya
 gangguan saluran
gigi  pernapasan
  Penolakan terhadap anastesi umum   Penyakit
 TBC paru-paru atau
maupun lokal  penyakit paru-paru akut
  Refleks muntah yang tinggi dan   Perawatan psikiatrik

trismus   Konsumsi alkohol


  Prosedur traumatik tertentu,   Reaksi penolakan terhadap sedasi


misalnya operasi kecil pada mulut ini


orang dewasa   Ketidakstabilan emosi

  Gangguan pendarahan, misalnya   Ketidak kooperatifan


hemofili   Kehamilan trimester pertama


  Gangguan jantung   Miastemia gravis


  Retardasi mental
  Cacat fisik
  Asma ringan
  epilepsi

Komplikasi sedasi Inhalasi dengan N 2O dan O2 

Komplikasi anestesi dengan sedasi N2O dan O2  didefinisikan sebagai


 penyimpanagn dari pola fisiologik normal yang terjadi selama ataupun sesudah
 pemberian anatesi. Komplikasi teknik berupa trauma pada mata atau bola mata,

30
 

kebocoran gas dari tabung silinder,dan kebocoran gas dari masker, sehingga
menyebabkan kebocoran anestetikum dengan udara luar. Komplikasi sistem
 pernapasan meliputi obstruksi pernapasan, dan depresi pernapasan, yang dapat
terjadi karena hipoksi, dosis anastetikum yang berlebihan dan narkose yang terlalu
lama.

Komplikasi sistem sirkulasi berupa:

1)  Takikardi yang dapat disebabkan oleh rasa takut dan cemas, kehilangan
 banyak darah, pemakaian atropin yang overdosis, dan hipoksin
2)  Bradikardi yang terjadi karena hipoksi atau stimulasi vagal
3)  Hipotensi
4)  Aritmia yang disebabkan oleh hipoksi dan pemakaian obat anestesi
5)  Cardiac arrest  yang merupakan kelanjutan dari aritmia 

Komplikasi sistem saraf yang terjadi sebagai kelajutan dari hipoksi atau
hipotensi, sehingga dapat menyebabkan pemulihan kesadaran lebih lama dan
kerusakan korteks serebri. Sedangkan komplikasi sistem pencernaan berupa
vomitus akibat pemberian N2O yang lebih sering terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa, kecuali jika pengosongan lambung kurang sempurna.

4.  Sedasi Intramuscular

Sedasi intramuscular adalah sedasi yang diberikan secara langsung pada


muscle-muscle tubuh.

Obat-obat yang digunakan adalah Promethazine HCL(phenergan) dan pethidine.


Promethazine adalah anti histamine yang mempunyai sifat sedative dan
antiemetic. Pethidine adalah analgetika yang potensial tetpi mempunyai efek
sedative yang kecil. Dosisnya adalah Pethidin 1,5 mg/kg berat badan.
Promethazine o,75 mg/kg berat badan

Tempat injeksi dapat dilakukan pada kuadran samping atas pantat, bagian anterior
 paha atas,atau bagian lateral lengan atas.

31
 

Bab III

KESIMPULAN

Sedasi merupakan salah satu pendekatan penanganan pasien anak


kedokteran gigi, dimana menggunkan prinsip farmakologi. Sedasi ini
 bertujuan untuk mmbantu dokter gigi dalam menenangkan kecemasan anak
sehingga akan memudahkan proses perawatan kedokteran gigi. Sedasi dapat
diberikan dengan cara oral, intravena, inhalasi, dan intramuscular.

32
 

DAFTAR PUSTAKA

Sedation: A Guide to Patient Management 5th Edition (2009) by Stanley Malamed

Clinical Sedation in Dentistry (2009) by Girdler, Hill and Wilson

 Harum achmad. Penggunaan Sedasi Inhalasi N 2O dan O 2. Bandung : Fakultas


 Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. 2008:7:79-83

 Anonym.2011.guideline on behavior guidance for dental pediatric dental patient.


 Amerika.

33

Anda mungkin juga menyukai