SKRIPSI
OLEH :
NURUL ASNI
J 111 10 149
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Faktor Predisposisi Dominan Terjadinya Angular Cheilitis Pada Anak-Anak
Oleh :
Pembimbing
Prof.Dr.Drg.Harlina.M.Kes
NIP. 19630118 198903 2 002
Mengetahui,
Universitas Hasanuddin
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanyalah dengan berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
PADA ANAK-ANAK. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Selain itu skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan peneliti
lainnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi masyarakat.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai belah pihak sehingga akhirnya, penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala
1. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.
telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan, petunjuk, serta bimbingan
saudara ku yang sangat kusayangi, Irma Septyani dan Rahmatia Samad. Rasa terima
kasih dan penghargaan yang terdalam dari lubuk hati, penulis berikan kepada mereka
semua yang senantiasa telah memberikan doa, dukungan, bantuan, didikan, nasihat,
perhatian, semangat motivasi, dan cinta kasih yang tak ada habis-habisnya. Tak ada
kata atau kalimat yang mampu mengekspresikan besarnya rasa terima kasihku. Yang
pasti, saya sungguh bersyukur dan bahagia memiliki kalian semua berada disisiku.
Tiada apapun atau siapapun didunia ini yang dapat menggantikan kalian. Sekali lagi,
terima kasih.
5. Seluruh dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, serta staf karyawan FKG
Universitas Hasanuddin.
6. Seluruh keluarga besar Atrisi 2010 terima kasih untuk kekompakkan dan rasa
Pipit, Booy, Intan, Erda dan Maryam yang senantiasa membantu, menghibur dan
memberikan semangat. Terima kasih untuk semuanya. Saya sangat senang bisa
mengenal dan berbagi bersama kalian. Takkan terlupakan pengorbanan kalian. Sekali
7. Sahabat sekaligus teman seperjuangan di bagian IPM, Dime, Erwin dan Ningsih, yang
semangat selama proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir. Terima Kasih atas
semuanya. Segala bentuk bantuan yang pernah diberikan takkan terluapakan. Terima
kasih
9. K’eda staf pegawai perpustakaan FKG. Terimakasih atas pelayanannya
10. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang namanya
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari segala pihak yang telah
mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran
dalam usaha peningkatan perbaikan kualitas Kesehatan Gigi dan Mulut masyarakat.
Amin
NURUL ASNI
ABSTRAK
Latar Belakang : Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal. Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering
ditemukan pada anak-anak adalah angular cheilitis. Menurut beberapa pendapat angular
cheilitis disebabkan oleh defisiensi nutrisi terutama kekurangan vitamin B-2 (riboflavin),
vitamin B-3 (niacin), vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan
kekurangan zat besi, selain itu kebiasaan membasahi bibir dengan air ludah, menjilati sudut
mulut,dan sering mengeluarkan air liur juga menyebabkan terjadinya angular cheilitis pada
anak-anak.
Tujuan : Mengetahui faktor predisposisi dominan terjadinya angular cheilitis pada anak-anak.
Matode : Subjek penelitian terdiri dari 30 sampel anak-anak yang berusia 6-13 tahun. Subjek
diminta menjawab kuesioner pengetahuan tentang gizi dan pola makan anak. Kemudian di
Hasil : Penderita angular cheilitis yang terjadi pada anak-anak sebanyak 26 anak disebabkan
oleh defisiensi nutrisi dan 3 anak lainnya disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang disertai
kebiasaan menjilat bibir serta 1 anak lainnya disebabkan oleh faktor mekanik (kebiasaan
membasahi bibir). Analisis data menggunakan SPSS Uji Korelasi menunjukkan bahwa
interval kekuatannya berada pada 0,50-0,75 sehingga dapat dikatakan bahwa korelasi antar
valid. Faktor yang dominan terjadinya angular cheilitis adalah defisiensi nutrisi, faktor kedua
adalah defisiensi nutrisi disertai kebiasaan membasahi bibir, dan faktor ketiga adalah faktor
mekanik (sering keluarnya air liur pada sudut mulut saat berbicara).
Kata Kunci : Angular cheilitis, anak-anak, defisiensi nutrisi dan kebiasaan membasahi bibir.
ABSTRACT
Background: Oral health is one factor to achieve quality of life optimally. One of the oral
health problems are often found in children is angular cheilitis. According to some opinions
angular cheilitis is caused by nutritional deficiencies, particularly deficiencies of B-2
(riboflavin), B-3 (niacin), B-6 (pyridoxine), or B-12 (cyanocobalamin) vitamins and iron, else
habit of wetting the lips with saliva, licking mouth corner, and often salivate also lead to
angular cheilitis in children.
Objective: To know the dominant predisposing factor in the occurrence of angular cheilitis in
children.
Method: Subjects of study consisted of 30 samples of aged 6-13 years in children. Subjects
were asked to answer questionnaires on nutrition knowledge and child diet. Then, doing
examination of oral cavity.
Results: Patients with angular cheilitis occurring in children of 26 children are caused by
nutritional deficiencies and 3 other children are caused by nutritional deficiencies
accompanied with the habit of licking the lips and 1 other child are caused by mechanical
factors (habit of wetting the lips). Data analysis using correlation test with SPSS showed that
the interval its strength from 0.50 to 0.75 so that it can be said that the correlation between
causing factor is strong.
Conclusion: Questionnaire on nutrition knowledge and child diet is valid. The dominant
factor with the occurrence of angular cheilitis is nutritional deficiency, the second factor is
nutritional deficiency accompanied by habit of wetting the lips, and the third factor is
mechanical factors (salivate frequently of mouth corner when talking).
Keywords: Angular cheilitis, children, nutritional deficiencies and habits of wetting the lips.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN …………………………………………………………… 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
Miskin ………………………………………………………. 20
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Peran dari beberapa vitamin dan mineral dalam jaringan oral
………………………………………………………… 16
Menjilat Bibir, Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi, dan Pola Makan Anak
…………………………………………………………. 41
…………………………………………………………. 42
…………………………………………………………. 43
Tabel 7 : Analisis Faktor Predisposisi Dominan Terjadinya Angular cheilits pada Anak-
anak ……………………………………………………. 44
Tabel 8 : Faktor Predisposisi Terjadinya Angular Cheilitis Pada Anak-anak berdasarkan Uji
Korelasi ………………………………………………… 45
BAB I
PENDAHULUAN
mempunyai pojok atau sudut, sedangkan cheilitis berasal dari kata cheil dan ectomy yang
angka yang cukup tinggi, pada penelitian yang dilakukan Maria R Crivelli, dkk (2006)
mengenai prevalensi lesi oral pada anak sekolah dasar umur 4-13 tahun di Argentina
berdasarkan tingkatan ekonomi, dilaporkan bahwa 1,1% anak sekolah dasar dengan tingkat
ekonomi tinggi menderita angular cheilitis, sedangkan 6,5% pada anak sekolah dasar dengan
anak-anak yaitu Agen Infeksi yang sebagian besar di karenakan Candida Albican dan
kebiasaan buruk yaitu kebiasaan bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan air ludah,
menjilati samping mulut dan sering mengeluarkan air liur hal ini menyebabkan jaringan pada
sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk
poliferasi organisme, selain itu defisiensi nutrisi juga merupakan salah satu penyebab
Cheilitis ialah karena rendahnya kesadaran masayarakat terhadap upaya gizi. Masalah gizi
terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa
dan usia lanjut. 3 Menurut Bamji M.S, penelitian di Hyberabad pada 407 orang anak-anak usia
5-13 tahun diantara simtom defisiensi nutrisi yang paling jelas adalah angular cheilitis yaitu
41,3%
Masalah gizi masyarakat masih memerlukan perhatian. Hal ini diketahui dari masih
tingginya status gizi yang kurang pada anak. WHO memperkirakan bahwa anak-anak yang
kekurangan gizi sejumlah 181,9 juta (32%) di Negara yang sedang berkembang. Menurut
WHO tahun 2005, Indonesia tergolong sebagai Negara dengan status kekurangan gizi yang
tinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,47%)
termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Data dari Dapertemen Kesehatan
menyebutkan pada tahun 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3% kabupaten dan 56% kota di
Indonesia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa pada tahun 2003 sebanyak lima juta anak
balita (27.5 persen) kurang gizi dimana 3,5 (19,2 persen) diantaranya berada pada tingkat gizi
kurang dan 1,5 juta (8,3 persen) sisanya mengalami gizi buruk. 3
Munculnya berbagai gangguan gizi ini sangat memprihatinkan, selain disebabkan oleh
kurangnya konsumsi pangan dan mutu gizi yang dimakan oleh keluarga, terdapat bermacam
macam faktor yang mempengaruhi status gizi balita, dimana faktor ini saling berkaitan satu
sama lain. Faktor tersebut antara lain tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu,umur
ibu dan pekerjaan ibu. Faktor ini akan sangat menentukan keberhasilan pemberian makanan
pada bayi dan balita, karena ibulah yang sangat berperan dalam mengatur konsumsi anak.3,4
Salah satu faktor penting dan mendasar sebagai penyebab timbulnya masalah gizi
adalah perilaku konsumsi makanan, keluarga atau masyarakat yang salah satu atau tidak
sepenuhnya mengikuti kaidah-kaidah ilmu gizi dan kesehatan. Orang tua atau keluarga
mempunyai peran penting bagi anak. Terutama tentang masalah asupan makanan dan
kebiasaan makan. Mereka mengajarakan kepada anak seperti macam makanan, frekuensi
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,
sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa
tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu
dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian
makanan yang tidak benar dan menyimpang. Akibatnya anak mengalami defisiensi nutrisi
4
yang merupakan penyebab terjadinya Angular Cheilitis. Kekurangan gizi yang dapat
menyebabkan terjadinya angular cheilitis antara lain kekurangan vitamin B-2 (riboflavin),
vitamin B-3 (niacin), vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan
kekurangan zat besi dapat menyebabkan seorang anak mengalami angular cheilitis. 5
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 6.516 anak usia
sekolah yang kekurangan gizi sepanjang tahun 2006 dan 2,38% dari 281.131 anak usia
sekolah menderita kurang gizi. Selain faktor ekonomi, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang nutrisi yang baik dapat menyebabkan kurangnya kualitas asupan gizi mereka,
masyarakat tidak mengerti bagaimana memilih makanan yang berkualitas baik dengan harga
murah yang dapat di konsumsi. Masyarakat tidak memanfaatkan sumber yang tersedia dengan
baik karena kekurangan informasi atau pengetahuan mengenai bagaimana cara pemberian
makanan sehingga mereka lebih mengutamakan rasa kenyang tanpa memperhatikan kualitas
dan variasi makanan. Penyebab lain terjadinya defisiensi nutrisi ialah pengaruh adat dan
kebiasaan masyarakat yang tidak sesuai dengan praktek mengenai cara pemberian makanan
yang benar.5
Namun pada penelitian ini difokuskan dalam membahas etiologi atau penyebab
defisiensi nutrisi pada anak penderita angular cheilitis , pengetahuan anak tentang nutrisi yang
baik, kebiasaan atau pola makan dan pengaruh adat dalam keluarga terhadap nutrisi anak.
Berdasarkan fakta diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
1. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Angular Cheilitis pada anak-
anak?
peneliti selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang
sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Angular
cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit
yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang
infection
Deficiency Anatomy
Angular Cheilitis
states altered
Sistemik Lokal
A. Agen Infeksi
Agen infeksi merupakan penyebab utama dari lesi, dimana sebagian besar adalah
utama terjadinya angular cheilitis yang disebabkan oleh oral candidiasis. Selain
candida ada pula staphylococcus, streptococcus dan mikroorganisme lainnya yang dapat
B. Faktor mekanik.
Pada pasien yang menggunakan gigi tiruan yang tidak pas. Biasanya sering terjadi pada
orang tua.11 Dapat pula terjadi pada pasien yang edentulous yang tidak memakai gigi
tiruan atau yang menggunakan gigi tiruan tapi tidak pas sehingga overhang pada bibir
atas bawah pada sudut mulut sehingga menghasilkan lipat lengkung miring pada sudut
mulut, lipatan yang dalam ini menyebabkan saliva mengalir keluar sehingga tercipta
suatu lingkungan yang basah terus menerus. Keadaan ini yang memungkinkan
lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme untuk tumbuh berkembang. 10 Selain pada
orang tua, anak-anak pun sering terjadi angular cheilitis disebabkan karena kebiasaan
12
buruk seperti menjilat sudut bibir, menghisap ibu jari dan menggunakan dot. Refrensi
lain mengatakan penyebab angular cheilitis yang terjadi pada anak adalah kebiasaan
bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan air ludah, menjilati samping mulut dan
sering mengeluarkan air liur hal ini menyebabkan jaringan pada sudut mulut akan
terlumasi oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk poliferasi
organisme. Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dengan membiarkan bibir basah
dikeringkan oleh angin dan sinar matahari. Biasanya pada anak angular cheilitis sering
C. Defisiensi Nutrisi
B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6 (pyridoxine), atau vitamin B-12
mengalami angular cheilitis.12 Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah
asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Dalam menimbulkan
angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan
kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi
lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat
berupa tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau
pola makan anak dan pengetahuan gizi.4 Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu
dihubungkan dengan vitamin dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan
sangat berbahaya.
Gigi Tiruan yang tidak adekuat
dengan dimensi vertikal yang kurang
Angular Cheilitis
(hidung/mulut)
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa tidak
nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar
pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk
segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan
kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan
jaringan granulasi.14
Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada sudut
mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke mukosa pipi.
Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan angular stomatitis. Gejala
awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampak kulit meradang
dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut
mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun
berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut danbeberapa
Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat terlihat
penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi. Lidah yang merah
dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau
lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular
cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di
lidah dan mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang
biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit
sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fissure yang tajam, vertical dari tepi
vermilion bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura terlihat
mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu
atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah .Walaupun
dapat berbentuk krusta yang bernanah pada permukaan, fisur ini tidak melibatkan permukaan
mukosa pada komisura di dalam mulut , tetapi berhenti pada mucocutan junctional. 15
2.1.4 Pathogenesis
Proses terjadinya angular cheilitis pada awalnya jaringan mucocutan di sudut- sudut
mulut menjadi merah, lunak dan berulserasi. Selanjutnya fisura-fisura eritematosa menjadi
dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut ke kulit sekitar bibi atau berulserasi dan
mengenai mukosa bibir dan pipi dalam bentuk abrasi linear. Infeksi keadaan kronis ditandai
dengan adanya nanah dan jaringan granulasi. Ulkus seringkali menimbulkan keropeng yang
terbelah dan berulserasi kembali selama fungsi mulut yang normal. Akhirnya dapat timbul
PADA ANAK-ANAK
Menurut penelitian yang dilakukan Almeida MG, Leite MM, dan Carvalho IMM di RS
Rehabilitas Craniofacial, USP, Bauru pada 219 pasien yang dibagi menjadi dua grup.
Grup 1-100 adalah pasien dewasa dan grup 2-119 pada anak-anak dengan usia 7-12
tahun. Pada pasien dewasa, angular cheilitis terjadi pada 12 pasien, dengan 4 bilateral
dan 8 unilateral. Dan pada anak-anak, angular cheilitis terjadi pada 5 pasien, 3 bilateral
dan 2 unilateral, dan hanya ditemukan satu pada pasien wanita. Hal ini berati angular
cheilitis pada pasien dewasa adalah 12% dan 4,2% pada pasien anak-anak umur 7-12
tahun.17
2. Faktor Mekanik (menjilati samping mulut dan sering mengeluarkan air liur hal ini
menyebabkan jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan
Menurut Data dari WHO dan Dapertemen Kesehatan, Indonesia merupakan salah satu
Negara yang kekurangan gizi pada anak-anak. Tingginya tingkat konsumsi makanan yang
tidak seimbang gizinya oleh anak-anak usia sekolah menyebabkan sering terjadinya angular
cheilitis pada anak-anak. Menurut Brown ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya
defisiensi nutrisi pada anak yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Yang termasuk faktor
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pipes pada anak SD di peroleh bahwa 40%
anak tidak makan sayur, 20% anak tidak makan buah, dan 36% makan snack. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan menurunnya system imun anak, sehingga berbagai virus dan
bakteri dengan mudah menyerang pertahanan tubuh anak. Salah satunya ialah menyebabkan
Tabel 1. Peran dari beberapa vitamin dan mineral dalam jaringan oral
Penurunan RBC
Nasolabial seborrhea
glutathione reductase
Red conjunctivae
Riboflavin (B2) Cheilosis (pecahan vertikal
pada bibir), Angular stomatitis
Fotofobia, penurunan
penglihatan, Penyembuhan luka
yang memburuk, Anemia
normositik
Sianokobalamin Sianokobalamin
(B12) (B12) Penurunan B12 plasma
anemia makrositik Makrositosis dalam
Peripheral paresthesias apusan RBC
Glossitis
Gejala‐gejala saraf tulang
belakang
Dampak
KURANG GIZI
penyebab
langsung
Makanan tidak seimbang Penyakit Infeksi
Penyebab tidak
langsung
Akar masalah
nasional Krisis ekonomi, politik
dan sosial
Anak usia sekolah membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis
diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk kegiatan fisik dan mental yang
meningkat pada anak usia sekolah. Perilaku konsumsi makan seorang anak
berhubungan erat dengan system nilai dan perilaku yang dilakukan oleh orang tua
dan keluarga. Hal tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh latar belakang
pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu karakteristik anak juga diduga
diantaranya adalah umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, uang jajan, serta
Konsumsi makanan anak usia sekolah dasar (SD), pada umumnya diperoleh
dari yang dikonsumsi saat berada di rumah dan atau di lingkungan sekolah.
Makanan yang dimakan ketika berada di rumah dapat berupa makanan yang
dimakan ketika berada di lingkungan sekolah dapat berasal dari bekal sekolah,
yang di beli di kantin sekolah, warung atau penjual kaki lima (PKL).20
Pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian
anak-anak mulai masuk kedalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan
kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan orang tua kepada mereka. 21
Pada usia 7-9 tahun anak pandai menetukan makanan yang disukai karena
mereka sudah mengenal lingkungan. Untuk itu perlu pengawasan dari orang tua
supaya tidak salah memilih makanan karena pengaruh lingkungan. Disini anak
masih dalam tahap pertumbuhan sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang.
Banyak makanan yang dijual dipinggir jalan atau tempat umum hanya mengandung
karbohidrat dan garam yang hanya akan membuat cepat kenyang dan banyak
disukai anak, sayangnya hal ini bisa mengganggu nafsu makan anak dan jika hal ini
tubuhnya. 21
a. Tingkat Pendidikan
memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan yang baik
gizi, sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan gaya hidup yang
sesuai dengan informasi yang didapatkan mengenai gizi dan kesehatan. Tingkat
sangat diperlukan oleh pembantu rumah tangga. Selain untuk diri sendiri,
tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi
dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi
seseorang. Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan
pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe makanan yang
seseorang dalam hal memilih dan membeli jenis makanan. Orang akan mudah
Anak-anak sering tidak memahami tentang gizi yang dikandung dalam makananan
dan fungsi gizi dalam tubuh. Seseorang yang tidak mengerti tentang gizi dan tidak
kesulitan dalam memilih makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kemudian hal
Pada usia anak sekolah dasar, anak-anak gemar sekali jajan. Hal ini merupakan
kebiasaan yang terdapat pada keluarga atau akibat dari teman Terkadang anak
menolak untuk sarapan pagi dirumah, dan sebagai gantinya meminta uang jajan
Kebiasaan makan yang baik dimulai dirumah dengan bimbingan orang tua. Peran
hidangan yang disajikan. Kesukaan ayah terhadap suatu jenis makanan juga sangat
berpengaruh terhadap hidangan yang nantinya disajikan. Apabila seorang ibu
Pengetahuan gizi
Pendidikan
rendah
rendah
Daya Tahan
Fasilitas
tubuh dan
kesehatan Kesehatan
penyerapan
kurang kurang
zat gizi
terganggu
Anak usia sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain keluarganya,
yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan kemampuan kognitif, interaksi
social, nilai moral dan budaya dari lingkungan kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan
bermain dengan teman sekolah dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan dari
pada bermain di lingkungan rumah. Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan
yang berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kgBB. Beberapa
karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada
2. Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di lingkungan luar
rumah serta adanya reklame atau iklan makanan tertentu di televisi yang dapat
mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk mencoba makanan yang belum
dikenalnya.
4. Pengaruh aktivitas beramain dapat menyeababkan keinginan yang lebih besar pada
a. Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang baik.
c. Jelasakan pada anak bahwa waktu makan bersama keluarga adalah lebih baik dari pada
bermain karena saat itu dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk berkonsultasi
dengan orang tua dan bagi orang tua untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh
d. Fasilitasi orang tua untuk tidak membiasakan anak mendapat jajanan di sekolah
ataupun di lingkungan luar rumah karena belum tentu sehat dan hal itu bukan pola
Menurut Almatsier status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh.
Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi
lebih.Status gizi normal merupakan sutau ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan
antara jumlah energy yang masuk kedalam tubuh dan energy yang dikeluarkan dari luar tubuh
sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari
karbohidrat, protein, lemak, dan zat gizi lainnya. Status gizi kurang atau undernutrition
merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energy
yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran
kebutuhan individu. Status gizi lebih atau overnutrition merupakan keadaan gizi seseorag
dimana jumlah energi yang masuk kedalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan. Pada anak-anak yang mengalami angular cheilitis status gizi adalah kurang.
Kecukupan gizi dari makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi keadaan
gizi seseorang. Zat gizi yang masuk ke dalam tubuh harus mencukupi. Hal ini di pengaruhi
oleh umur, jenis kelamin, aktivitas. Zat gizi yang di berikan pada anak usia sekolah sebaiknya
seimbang, dalam arti sesuai dengan umur dan jenis bahan makanan (karbohidrat, protein dan
lemak).Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi lebih banyak untuk pertumbuhan dan
aktivitasnya, dimana pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan sosial terjadi secara cepat,
sehingga golongan umur ini perlu mendapat perhatian khusus. Faktor kecukupan gizi
ditentukan oleh kecukupan konsumsi pangan, sedangkan pada saat tersebut anak cenderung
lebih aktif untuk memilih makanan yang disukainya. Sebagai akibat makin meluasnya
pergaulan anak disekolah, anak sering salah dalam memilih makanan. Hal ini perlu
diperhatikan, karena kebiasaan makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak-anak akan
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health
Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO
- NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk
kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk
under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition).
Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwasiorkor. Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan
kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua
zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan
dan penggunaan zat gizi tersebut.Status gizi diukur dengan indeks BB/U dan TB/U dengan
cara persen median. Penentuan status gizi dengan menggunakan rujukan baku WHO/NCHS.
Ada beberapa cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran antropometrik,
klinik, laboratorik. Diantara ketiganya, pengukuran antropometrik adalah yang paling relatif
sederhana dan banyak dilakukan.Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dan
metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinnya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran
dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : beratt badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.Dari beberapa pengukuran tersebut berat badan,
tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam
survei gizi. Untuk keperluan perorangan dan keluarga, pengukuran Berat Badan (BB) dan
kadang-kadang Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB) adalah pengukuran yang paling
banyak dilakukan.
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri
bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang
dihubungkan dengan umur. Ada beberapa indeks antropometri yang umum dikenal yaitu Berat
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB).Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan
selain dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan status
gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi
saat ini.
Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badan normal, lebih rendah atau
lebih tinggi dari yang seharusnya, dilakukan perbandingan dengan suatu standar internasional
yang ditetapkan oleh WHO. Pada dasarnya perhitungan BB/U, TB/U seorang anak didasari
pada nilai Z-nya (relatif deviasinya). Cut off point (nilai ambang batas) untuk tiap indikator
status gizi baik adalah +2 SD dan status gizi < - 3SD dikategorikan sebagai kurang gizi berat.
BAB III
KeKERANGKA KONSEP
Faktor Penyebab
KETERANGAN:
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik yaitu peneliti melakukan
dianalisis. Pemilihan sampel berkaitan dengan bagaimana memilih respoden yang dapat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Daeng Sikati Kandea
Bagian Penyakit Mulut dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Dg Sikati
Penderita angular cheilitis yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Daeng
Sikati Kandea Bagian Penyakit Mulut dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Dg
1. Kriteria Inklusi:
2. Kriteria Eksklusi:
Alat
- Alat tulis
Variabel penelitian terdiri dari Faktor predisposisi terjadinya Angular cheilitis pada
anak-anak.
4.9 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Angular Cheilitis adalah Peradangan pada sudut mulut yang ditandai dengan
adanya fisur, retak- retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mudah berdarah,
menimbulkan rasa nyeri dan terlihat kering pada sudut bibir (bilateral).
angular cheilitis.
1. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah
Daeng Sikati Kandea Bagian Penyakit Mulut dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut
ditempat tersebut.
dalam penelitian
bila ada pertanyaan yang sulit dimengerti atau tidak jelas diberi kesempatan untuk
bertanya
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu
1. Data primer
Adalah data yang diperoleh langsung dengan para distributor melalui kuesioner.
2. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh dari berbagai informasi yang berkaitan dengan topik yang
akan diteliti. Untuk memperoleh fakta dari informasi yang dibutuhkan dilakukan
Program for Social Science) Versi 20. Untuk keperluan pengelolaan dan analisis data,
peneliti dibantu oleh satu orang tenaga profesional yang menguasai program SPSS 20.
model
analisis regresi logistik yang diolah dengan program SPSS 20. Model ini dipilih karena
HASIL PENELITIAN
pada anak-anak. Penelitian dilakukan di Bagian Ilmu Penyakit Mulut dan Bagian Ilmu
Kedokteran Gigi Anak di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Daeng Sikati Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Kota Makassar pada Bulan Maret-April 2013.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Halimah Daeng Sikati Kandea Bagian Ilmu Penyakit Mulut dan Bagian IKGA
Pengambilan Data dilakukan dengan data primer ,dengan melakukan tanya jawab
mengenai data umum, pengisian kuesioner pada pasien yang menderita angular cheilitis. Pada
penelitian ini seluruh sampel yang datang tidak ada yang memenuhi kriteria eksklusi, sehingga
jumlah sampel diperoleh sebanyak 30 orang. Data kemudian dikumpulkan dan diolah dengan
SPSS 20. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 4. Distribusi Subjek Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Kebiasaan Menjilat Bibir,
Tingkat Pengetahuan Tentang Gizi, dan Pola Makan Anak
Usia
- 6-<8 tahun 6 20,0%
- 8-10 tahun 17 56,7%
- >10-13 tahun 7 23,3%
Jenia Kelamin
- Laki-laki 17 56,7%
- Perempuan 13 43,3%
Total 30 100,0%
Berdasarkan Tabel 4.menunjukkan bahwa kebanyakan anak-anak yang mengalami
angular cheilitis terdapat pada kelompok umur 8-10 tahun sebanyak 17 anak (56,7%)
dibandingkan kelompok usia lain. Adapun berdasarkan Jenis kelamin, Laki-laki lebih banyak
memperlihatkan Tingkat pengetahuan anak tentang Gizi kurang sebanyak (16 anak) serta Pola
Makan Buruk sebanyak 26anak (86,7%). Dapat dilihat juga Pada tabel diatas menunjukkan
bahwa sebanyak 4 anak (13,3%) mempunyai kebiasan membasahi bibir. Hal inilah yang
Jenis Kelamin
- Laki-laki 0 (0,0%) 8 (47,1%) 9 (52,9%)
- Perempuan 2 (15,4%) 4 (30,8%) 7 (53,8%)
Usia
- 6-<8 tahun 1 (16,7 %) 1 (16,7%) 4 (66,6%)
- 8-10 tahun 0 (0,0 %) 7 (41,2 %) 10 (58,8 %)
- >10-13 tahun 1 (14,3 %) 4 (57,1%) 2 (28,6%)
Lebih Kurang sebanyak 9 anak (52,9%) dibandingkan Perempuan yakni sebanyak 7anak
(53,8%). Pada Kelompok umur, umur 8-10 tahun Tingkat Pengetahuan tentang Gizi kurang
sebanyak 10 anak (58,8%) dibandingkan kelompok umur 6-<8 tahun sebanyak 4 anak (66,6%)
Pola Makan
Karakteristik Sampel
Baik (%) Sedang (%) Buruk (%)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 0 (0,0%) 2 (1,0%) 18 (90,0%)
- Perempuan 1 (1,0%) 1 (1,0%) 8 (80,0%)
Usia
- 6-<8 tahun 0(0,0%) 0 (0,0%) 3 (100,0%)
- 8-10 tahun 1 (45,4%) 2 (9,1%) 19(86,3%)
- >10-13 tahun 0 (0,0%) 1 ( 2,0%) 4 (80,0 %)
Berdasarkan Tabel 6.menunjukkan bahwa Pola Makan Anak Buruk lebih banyak
terdapat pada Laki-laki yakni sebanyak 18 anak (90,0%) dibandingkan perempuan yakni
sebanyak 8 anak (80,0%). Sedangkan pada kelompok umur Pola Makan Buruk paling banyak
terdapat pada kelompok umur 8-10 tahun yakni sebanyak 19 anak (86,3%), dibandingkan pada
kelompok umur 6-<8 tahun yakni sebanyak 3anak (100,0%), dan pada kelompok umur >10-13
Faktor Predisposisi
Karakteristik Sampel
Jenis Kelamin
18 (94,7%) 1(50,2 %) 0(0,0%)
- Laki-laki
- Perempuan 8 (72,7%) 2 (18,2%) 1(90,0%)
Usia
3 (60,0%) 1 (20,0%) 1(20,0%)
- 6-<8 tahun
- 8-10 tahun 19 (95,0%) 1 (50,0%) 0(0,0%)
- >10-13 tahun
4 (80,0%) 1 (20,0%) 0(0,0%)
sampel anak-anak yang mengalami angular cheilitis paling banyak terdapat pada anak laki-
laki yakni sebanyak 18anak (94,7%) laki-laki disebabkan oleh defisiensi nutrisi, 1 anak
(50,2%) laki-laki disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang disertai kebiasaan menjilat bibir.
Sedangkan pada perempuan sebanyak 8 anak (72,7%) anak perempuan yang mengalami
angular cheilitis disebabkan oleh defisiensi nutrisi, dan sebanyak 2 anak (18,2%) disebabkan
oleh defisiensi nutrisi disertai kebiasaan membasahi bibir, dan sebanyak 1 anak (90,0%)
perempuan lainnya yang mengalami angular cheilitis disebabkan oleh faktor mekanik yaitu
kebiasaan membasahi bibir. Jika dilihat pada kelompok umur, kelompok umur8-10 tahun
adalah kelompok umur yang paling banyak mengalami angular cheilitis dibandingkan
kelompok umur lain yakni sebanyak 19 anak (95,0%) disebabkan oleh defisiensi nutrisi, dan
sebanyak 1 anak (50,0%) disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang disertai kebiasan membasahi
bibir, sedangkan pada kelompok umur >10-13 tahun terdapat 4(80,0%) anak yang mengalami
angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi, dan sebanyak 1(20,0%) anak
disebabkan oleh defisiensi nutrisi disertai kebiasaan membasahi bibir . Dan pada kelompok
umur 6-<8tahun sebanyak 3 anak (60,0%) disebabkan oleh defisiensi nutrisi, dan 1 anak
(20,0%) disebabkan oleh defisiensi nutrisi disertai kebiasaan membasahi bibir, dan 1 anak
N 30 30 30
N 30 30 30
N 30 30 30
Hipotesis penelitian adalah:
H0 – 1 : r = 0; X1 tidak ada hubungan antara Defisensi Nutrisi dengan sering membasahi bibir
Penelitian hendak menguji apakah terdapat hubungan antara Pengetahuan anak (x1) dan sering
membasahi bibir (x2) dengan Defisensi Nutrisi (y). Hasil uji statistik menggunakan Pearson
Korelasi. Jika suatu hubungan tidak sama dengan 0, maka dapat dikatakan terjadi hubungan.
1. Defisensi Nutrisi berhubungan secara positif dengan sering membasahi bibir sebesar
0,072 (r = 0,072).
2. Pengetahuan anak berhubungan secara positif dengan sering membasahi bibir sebesar
- 0,180 (r = - 0,180).
0,05, maka hubungan yang terdapat pada r dianggap signifikan. Hasil uji signifikansi (di atas)
adalah:
Nilai r Defisensi Nutrisi dengan sering membasahi bibir adalah 0,705. Artinya, 0,705 >
Nilai r Pengetahuan anak dengan sering membasahi bibir 0,342. Artinya, 0,342 < 0,05
sebagai berikut:
Pearson (r). Caranya dengan mengkuadratkan nilai r tersebut. Nilai r harus dikuadratkan
karena ia bukan berada dalam skala Rasio. Akibatnya, kita tidak bisa melakukan operasi
aritmetika (kurang, bagi, kali, tambah) terhadap nilai r tersebut. Guna mencari nilai Koefisien
Nilai r Defisensi Nutrisi - sering membasahi bibir = 0,072 x 0,072 = 0,0052. Kalikan
PEMBAHASAN
Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita angular cheilitis antara lain ialah
defisiensi vitamin B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12 (kobalamin), zat besi, dan asam folat.
Sumber vitamin dan mineral tersebut banyak terdapat pada buah, kacang-kacangan dan sayur-
Masukan makanan yang tidak seimbang sebagai hasil dari pola makan yang kurang
baik dan kurangnya pengetahuan anak tentang gizi merupakan salah satu penyebab defisiensi
nutrisi pada anak. UNICEF juga menyatakan bahwa kebiasaan makan yang tidak baik
berperan dalam menyebabkan defisiensi nutrisi. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
defisiensi nutrisi adalah ketidakseimbangan antara suplai makanan dan energi dengan
kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan fungsi organ spesifik.19 Pada hasil
penelitian ini ditemukan faktor dominan terjadinya angular cheilitis pada anak-anak adalah
defisiensi nutrisi dilihat dari kurangnya pengetahuan tentang gizi serta pola makan anak yang
kurang saat menjawab kuesioner. Hasil penelitian ini juga menunjukkan kesesuaian dengan
teori yang menyatakan angular cheilitiis biasanya terjadi pada anak-anak dengan ekonomi
rendah.
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam mencari
alternatif pemecahan masalah terhadap terjadinya defisiensi nutrisi. Pengetahuan tentang gizi
diperlukan agar dapat mengatasi masalah yang timbul akibat kurangnya mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab
terhadap konsumsi makanan bagi keluarga, maka seorang ibu harus memiliki pengetahuan
tentang gizi baik melalui pendidikan formal maupun informal. Tidak hanya ibu, anak pun
perlu memiliki pengetahuan tentang gizi agar tidak jajan makanan yang salah yang dapat
Seseorang mempunyai status gizi kurang apabila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat gizi esensial. Masalah gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder.
Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas
yang disebabkan oleh berkurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan,
kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder
meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah
Angular chelitis yang disebabkan kekurangan gizi terjadi lesi bilateral yang biasanya
meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral
1-10 mm. Dasar lesi terlihat lembab, adanya fisur yang tajam, vertical dari tepi vermillion
bibir dan area kulit yang berdekatan.25 Pada sampel biasanya tidak terlihat tanda inflamasi
pada tepi lesi. Secara klinis, epitel pada komusira terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada
waktu mengerut menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam,
berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah. Pada sampel penelitian lesi terlihat tidak
meibatkan permukaan mukosa pada komisura dalam mulut, tetapi berhenti pada mucocutaneus
junction.
Pada penelitian ini didapatkan jumlah subjek penelitian sebanyak 30 anak. Anak-anak
pada sampel penelitian ini dikelempokkan umurnya menjadi tiga bagian yaitu 6-<8 tahun
sebanyak 6 anak, 8-10tahun sebanyak 17 anak dan pada umur >10-13 sebanyak 7 anak.
Kelompok umur yang memiliki prevalensi angular cheilitis tertinggi terdapat pada kelompok
umur 8-10 tahun yakni sebanyak 17 anak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian kadir T,
Uygun B dan Akyuz S di Turki yang menemukan hasil bahwa pada kelompok umur 6-8 tahun
Hasil penelitian ini dapat membuktikan teori yang menyatakan bahwa pada anak-anak,
angular cheilitis merupakan masalah umum yang banyak terjadi. Angular cheilitus terjadi
karena salah satu faktornya adalah defisiensi nutrisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
26 anak mengalami angular cheilitis disebabkan oleh defisiensi nutrisi dan 3 anak lainnya
mengalami angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang disertai dengan
kebiasaan menjilat bibir serta 1 anak lainnya disebabkan oleh faktor mekanik (Kebiasaan
membasahi bibir).
Kebiasaan menjilat bibir, menjilati sudut mulut dan sering mengeluarkan air liur dapat
menciptakan mulut basah terus-menerus sehingga jaringan pada sudut mulut akan terlumasi
oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme.
Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh
angin dan sinar matahari. Pada beberapa kasus juga ditemukan dapat juga disebabkan oleh
sensitivitas terhadap kontak dengan agen seperti mainan tertentu, sinar matahari, alergi
terhadap obat-obatan dan kosmetik serta terapi antibiotik dalam jangka waktu yang lama10, 25
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSGM Halimah Daeng Sikati Kandea
Bagian Ilmu Penyakit Mulut dan RSGM Halimah Daeng Sikati Tamalanrea Bagian Ilmu
Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Tanggal Maret-Mei
1. Penderita Angular cheilitis yang datang ke RSGM Halimah Daeng Sikati Kandea
Bagian Ilmu Penyakit Mulut dan RSGM Halimah Daeng Sikati Tamalanrea Bagian
Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin lebih
banyak terjadi pada kelompok umur 8-10 yaitu 17 orang (56,7 %) dibandingkan
dengan kelompok umur >10-13 yaitu 7 orang (23,3%) sedangkan pada kelompok umur
2. Penderita angular cheilitis yang terjadi pada anak-anak sebanyak 26 anak disebabkan
oleh defisiensi nutrisi dan 3 anak lainnya disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang
disertai kebiasaan menjilat bibir serta 1 anak lainnya disebabkan oleh faktor mekanik
kebanyakan diantara mereka pola makan (kebiasaan makan) anak buruk dan
4. Berdasarkan Uji Korelasi, signifikansi <0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan
antar faktor penyebab, pada penelitian ini interval kekuatannya berada pada range
cheilitis mempunyai korelasi yang kuat. Dengan begitu hasil yang di dapat valid.
7.2 SARAN
1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab defisiensi nutrisi pada anak salah
satunya adalah pola makan yang buruk, untuk itu penulis menyarankan perlu
2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan tentang gizi pada anak
kurikulum tentang pengetahuan kesehatan pada anak usia sekolah dasar. Agar anak
3. Stallard RE.A. Textbook of Preventive Dentistry. 2nd ed. Philadelphia. London : W.B
Saunders
4. Mc. Cracken AW, Cawson RA. Clnical and Oral Microbiology. Washington, New York:
6. Defani Brankin D. Angular Cheilitis. Newyork; Can Farm Physician 200;53: 1022-23
8. Field A, Longman L, Tyldesley WR. Diseases of the lips and tongue and disturbances of
taste and halitosis In : Tyldesley’s oral medicine. 5th ed. Oxford University Press; 2003. P
64-5
11. Tyldesley WR A Colour Atlas of Orofacial Diseases (Atlas berwarna Penyakit Orofasial).
Saunders
13. Cawson RA. Essentials of Dental Surgery and Pathology. 4th ed. Edinburgh, London :
Churchill Livingstone
14. Shafer WG, Hine MK, et al. A textbook of Oral Pathology Philadelphia, London : W.B.
15. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4thed. Newyork:oxford
16. Langlais RP dan Craig SM.Atlas Berwarna : Kelainan Rongga Mulut yangLazim.1St
ed.Jakarta:HIPOKRATES,2003;34
17. Giampietro Maria de Almeide. Journal of Angular Cheilitis Prevalence from hospital for
18. Eversole R L. Clinical Outline of Oral Pathology: Diagnosis and treatment. Edisi third.
19. Tegeman CA, Davis JR. Nutritional Care 3th ed.St,Louis; Saunders Elsevier; 2010;
p.251- 9
20. Bogor Agricultular University. Tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12270/BAB%20III%20Kerangka%
20Pemikiran_%20I09lra.pdf?sequence=6
21. Rahayu L, Megawangi R, Drajat martianto. Pola pengasuhan, status gizi dan kemampuan
kognitif anak usia sekolah di lingkungan dan keluarga serta faktor-faktor yang
23. Septriani citrha. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Artikel UI, 2008.hal
18-20.
24. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal
25. Burket’s.Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9th ed. Philadelphia : J.B Lippincott
Co, 1994: 66 – 7.
LAMPIRAN 1
INFORMED CONSENT
Nama :
Tanggal Lahir :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi
Makassar, / / 2013
(Nurul Asni)
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan Bahwa Judul Skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan tidak terdapat di
NURAEDA, S.Sos
SURAT PERSETUJUAN
pada anak-anak
Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan telah disetujui dan siap untuk dilakukan
penelitian bulan Maret-Mei 2013. Demikian surat persetujuan ini di buat, untuk diproses lebih
lanjut.
Dosen Pembimbing
Prof.Dr.Drg.Harlina, M.Kes
Frequencies
Statistics
N Valid 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Descriptive Statistics
Correlations
N 30 30 30
N 30 30 30