Anda di halaman 1dari 52

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT RETARDASI MENTAL DENGAN


TINGKAT KEMANDIRIAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI
SLBN 01 KIJANG LAMA TANJUNGPINANG

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hang Tuah Tanjungpinang

Oleh :
Irfan Maulana
111711013

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN SKRIPSI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Liza Wati M.Kep Cian Ibnu Sina, S.Sos.,M.Si


NIK :11061 NIK : 11046

Mengetahui
Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Ns. Zakiah Rahman S.Kep, M.Kep


NIK : 11085

Nama : Irfan Maulana

Nim : 111711013

Angkatan : 2020/2021
SURAT PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai

jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun. Apabila pernyataan saya ini tidak

benar, maka saya bersedia dicabut gelar akademik yang saya peroleh sehubungan

dengan penulisan skripsi ini.

Tanjungpinang, 15 September 2021

Yang menyatakan

Irfan Maulana
NIM. 111711013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini dengan berjudul “Hubungan Tingkat Retardasi Mental Dengan Tingkat

Kemandirian Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di SLBN 01

Kijang Lama Tanjungpinang”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana

Keperawatan dalam menyelesaikan pendidikan di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.

Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari semua pihak, untuk

itu pada kesempatan ini penulis ini mengucapkan terimakasih pada:

1. Kolonel Laut (Purn) Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp, M.Kep selaku Ketua

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Ns. Yusnaini Siagian, S.Kep, M.Kep selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

3. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kep Kepala Program Studi Sarjana Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.

4. Ns. Liza Wati, M.Kep selaku pembimbing I yang selalu memberikan masukan

dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Cian Ibnu Sina, S.Sos.,M.Si selaku pembimbing II yang selalu bersedia

mengoreksi setiap penulisan pada skripsi ini serta memberikan kritikan dan

saran yang membangun kepada penulis.


6. Bapak/ibu dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Tanjungpinang yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, nasehat

serta dukungan selama perkuliahan.

7. Terimakasih untuk keluarga yang telah memberikan segala dukungan moral,

spiritual dan material yang telah diberikan, serta doa yang selalu dipanjatkan

untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaiknya.

8. Teman-teman seperjuangan SI Keperawatan seangkatan yang telah memberikan

dukungan moril dalam penyusunan penulisan ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran ataupun kritikan yang

membangun demi kesempurnaan penulis ini kedepannya. Sehingga, dapat bermanfaat

untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Tanjungpinang, 15 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………… i
Lembar Persetujuan Ujian Proposal……………………………………... ii
Kata Pengantar…………………………………………………………… iii
Daftar Isi…………………………………………………………………. v
Daftar Tabel……………………………………………………………… vi
Daftar Singkat…………………………………………………………… vii
Daftar Gambar…………………………………………………………… viii
Daftar Lampiran………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori………………………………………………………. 7
B. Kerangka Teori…………………………………………………….. 23
C. Kerangka Konseptual Penelitian……………………………………23
D. Hipotesis Penelitian……………………………………………… 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian………………………………………………… 25
B. Waktu Dan Tempat Penelitian…………………………………… 25
C. Populasi Dan Sampel…………………………………………….. 26
D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional…………………… 27
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………. 29
F. Alat Pengumpulan Data…………………………………………. 29
G. Uji Validitas Dan Reliabilitas…………………………………… 30
H. Teknik Analisa Data……………………………………………. 31
I. Pertimbangan Etik……………………………………………… 32
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………….. 28


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Teori………………………………………….. 23

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian………………………… 23


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan gigi dan mulut bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya

derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga terciptanya masyarakat

yang hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Faktor utama yang

mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut ialah perilaku kesehatan (Warni, 2019).

Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum

dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebas kanker tenggorokan, infeksi dan

luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit

lainnya, sehingga tidak terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit,

mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial. Salah satu

kesehatan mulut adalah kesehatan gigi (Prasasti, 2016).

Prevalensi anak berkebutuhan khusus yaitu sebanyak 6,2%. Angka anak

disabilitas di Indonesia yang terdapat di berbagai provinsi cukup

memprihatinkan. Angka ABK tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah

7,0%, Gorontalo 5,4%, Sulawesi Selatan 5,3%, banten 5,0%, Sumatera Barat

5,0%. Sedangkan di pulau Jawa, Jawa Barat mendapatkan posisi kelima setelah

DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu sebanyak 2,8%

(Kemenkes, 2018).
Anak merupakan usia rentan terhadap kesehatan mulut karena masih

memerlukan bantuan dari orang tua maupun keluarga untuk membimbing dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulutnya begitu pula pada anak berkebutuhan

khusus yang memiliki resiko yang sangat tinggi pada masalah kebersihan gigi

dan mulutnya karena memiliki keterbatasan dalam dirinya termasuk juga dalam

tingkat kemandirian (Nugraheni, 2020).

Kemandirian pada anak terutama usia sekolah berbeda dengan

kemandirian pada usia remaja atau dewasa. Kemandirian pada anak usia sekolah

adalah kemampuan yang terkait dengan tugas perkembangannya yang meliputi

belajar makan, berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan,

pembentukan pengertian dan belajar moral. Anak jika mampu dalam melakukan

tugas perkembangan, maka anak tersebut memenuhi syarat kemandirian

(Anggraini, 2016).

Kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk

mempersiapkan diri (tidak bergantung pada orang lain), bertanggung jawab,

kreatif dan aktif serta dapat berdiri sendiri sesuai dengan kondisi dan

kemampuan yang dimiliki. Kemandirian pada anak berkebutuhan khusus

meliputi berbagai aspek dalam kehidupan, salah satunya adalah kemandirian

dalam aspek kesehatan yaitu kemandirian dalam melakukan perilaku sehat salah

satunya kesehatan gigi dan mulut (Widyawati, 2016).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Salah satu indikator

kesehatan gigi dan mulut yaitu tingkat kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan
gigi dan mulut adalah hal terpenting dalam kesehatan secara keseluruhan.

Perawatan kesehatan gigi menjadi hal yang perlu di perhatikan bagi semua

manusia, tidak terkecuali pada anak berkebutuhan khusus (ABK) (Christiono,

2018).

Hal tersebut apabila tidak dicegah akan mengalami beberapa masalah

dalam gigi sebagai berikut pelikel, materi alba, debris, kalkulus, dan plak gigi.

Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat

pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan jaringan keras yang buruk dapat

meningkatkan terjadinya karies dan penyakit periodontal. Pada anak kebutuhan

khusus dalam menjaga kebersihan mulut sangat perlu diperhatikan karena beda

dengan anak normal pada umunya (Ticoalu, 2017).

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki keterbatasan

mental, fisik dan emosi yang berbeda dengan anak normal. Anak berkebutuhan

khusus mengalami gangguan dalam berkembang, baik dari segi fisik maupun

mental serta memerlukan pelayanan yang spesifik. Berbeda dengan anak pada

umumnya, mereka mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan baik

permanen (Nugraheni, 2020).

Anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan

antara lain tunanetra (kehilangan indera penglihatan), tunarungu (keterbatasan

pada pendengaran dan berbicara), tunagrahita (retardasi mental), tunadaksa

(keterbatasan pada kondisi fisik atau motorik), tunalaras (karakteristik anak yang

sering membuat keonaran secara berlebihan), autisme (anak dengan kelainan

pada ketidakmampuan berbahasa), hiperaktif (suatu gejala yang diakibatkan oleh


faktor kerusakan pada otak, kelainan emosional dan kurang dengar), anak

dengan gangguan pada waktu belajar (siswa yang sering kali mempunyai

prestasi rendah dalam bidang akademik tertentu seperti membaca, menulis, dan

berhitung), serta anak dengan kelainan perkembangan ganda (tunaganda)

(Prasko, 2020).

Individu berkebutuhan khusus memiliki tingkat kesehatan dan kebersihan

gigi dan mulut yang lebih rendah dibandingkan dengan individu normal. Tingkat

pengetahuan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut yang rendah

menyebabkan tingginya permasalah kesehatan gigi dan mulut. Hal terpenting

menjadi fokus untuk meningkatkan kesehatan mandiri terhadap kesehatan gigi

dan mulut ialah di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah

yang memiliki ”kebutuhan khusus” dimana Lembaga pendidikan SLB adalah

lembaga pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik yang menyandang

kelainan fisik atau mental, perilaku dan sosial agar mampu mengembangkan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota

masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan

sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam

dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan

Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan

gigi dan mulut. Hal tersebut dapat dilihat secara klinis dari ada tidaknya deposit-

deposit organik, seperti pelikel, materia alba, debris, kalkulus, dan plak gigi.

Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat
pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan jaringan keras lainnya dalam

rongga mulut. Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk

membersihkan gigi dan gusi untuk mencegah penyakit gigi dan mulut (Nuraskin,

2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada hubungan tingkat retardasi mental dengan tingkat

kemandirian kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus di SLBN

01 Kijang Lama Tanjungpinang 2021 ”?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat retardasi mental dengan tingkat

kemandirian kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan nama anak, jenis

kelamin, usia, dan retardasi mental karakterisitk di SLBN 01 Kijang

Lama Tanjungpinang 2021

b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat retardasi mental dengan kesehatan

gigi dan mulut pada anak kebutuhan khusus di SLBN 01 Kijang Lama

Tanjungpinang 2021
c. Diketahui distribusi frekuensi tingkat retardasi mental dengan kesehatan

gigi dan mulut pada anak kebutuhan khusus di SLBN 01 Kijang Lama

Tanjungpinang 2021

d. Diketahui hubungan tingkat retardasi mental dengan tingkat kemandirian

kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus di SLBN 01

Kijang Lama Tanjungpinang 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat aplikasi

a. Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam mengembangkan pengetahua

n ilmu keperawatan terutama mengenai hubungan tingkat retardasi

mental dengan tingkat kemandirian kesehatan gigi dan mulut pada anak

kebutuhan khusus

b. Bagi pelayanan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai kesehatan gigi dan mulut.

2. Manfaatkan akademik/teoritis/keilmuan

a. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan, informasi dan umpan balik

bagi proses pembelajaran serta menjadi sumbangan penelitian atau untuk

peneliti yang akan datang.

b. Manfaat bagi peneliti


Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penelitian hubungan

tingkat retardasi mental dengan tingkat kemandirian kesehatan gigi dan

mulut pada anak kebutuhan khusus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Retardasi Mental

a. Pengertian

Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi kurang

(abnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-

kanak) atau keadaan kekurangan inteligensi sehingga daya guna sosial

dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu (Sunaryo, 2012).

Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang

(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau masa anak)

dengan perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan (Maramis,

2005 dalam Prabowo, 2014). Menurut American Assosiation on Mental

Defeciency (AAMD), Retardasi mental adalah suatu ketidakmampuan

fungsi intelektual, secara umumnya lamban, yaitu memiliki IQ kurang

dari 84, muncul sebelum usia 16 tahun, dan disertai dengan hambatan

dalam perilaku adaptif (Pratiwi, 2013).

b. Penyebab Retardasi Mental

1) Retardasi mental primer

Kemungkinan faktor keturunan (retardasi mental genetik) dan

kemungkinan tidak diketahui (retardasi mental simpleks).

2) Retardasi mental sekunder


Faktor luar yang diketahui dan mempengaruhi otak (prenatal,

perinatal, dan postnatal) misalnya infeksi/intoksikasi, rudapaksa,

gangguan metabolisme/gizi, penyakit otak, kelainan kromosom,

prematuritas, dan gangguan jiwa berat (Sunaryo, 2012).

c. Tanda-Tanda Retardasi Mental

1) Taraf kecerdasannya intelegency question (IQ) sangat rendah

2) Daya ingat (memori) lemah.

3) Tidak mampu mengurus diri sendiri.

4) Acuh tak acuh terhadap lingkungan (apatis).

5) Minat hanya mengarah pada hal-hal sederhana.

6) Perhatiannya mudah berpindah-pindah (labil).

7) Miskin dan keterbatasan emosi (hanya perasaan takut, marah,

senang, benci dan terkejut).

8) Kelainan jasmani yang khas

d. Karakteristik umum retardasi mental

1) Retardasi metal ringan mungkin tidak terdiagnosis sampai anak

terkena memasuki sekolah, karena keterampilan sosial dan

komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun- tahun prasekolah

tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti

kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik

mungkin membedakan dirinya dari anak lain dalam usianya.


Walaupun anak retardasi mental ringan mampu dalam fungsi

akademik pada tingkat pendidikan dasar dan keterampilan

kejuruannya adalah memadai untuk membantu dirinya sendiri dalam

beberapa kasus, asimilasi sosial mungkin sulit. Defisit komunikasi,

harga diri yang buruk, dan ketergantungan mungkin berperan dalam

relatif tidak adanya spontanitas sosialnya.

2) Retardasi mental sedang kemungkinan didiagnosis pada usia yang

lebih muda dibandingkan retardasi mental ringan karena

keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat pada orang

terretardasi mental sedang, isolasi sosial dirinya mungkin dimulai

pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Walaupun pencapaian

akademik biasanya terbatas pada pertengahan tingkat dasar, anak

yang terretardasi mental sedang mendapatkan keuntungan dari

perhatian individual yang dipusatkan untuk mengembangkan

keterampilan menolong diri sendiri. Anak- anak dengan retardasi

mental sedang menyadari kekurangannya dan seringkali merasa

diasingkan oleh teman sebayanya dan merasa frustasi karena

keterbatasanya. Mereka terus membutuhkan pengawasan yang cukup

tetapi dapat menjadi kompeten dalam pekerjaan yang dilakukan

dalam kondisi yang mendukung

3) Retardasi mental berat tergolong diistilahkan sebagai idiot atau perlu

rawat. Anak-anak golongan ini memperlukan pengawasan yang luas

karena keterbatasan mental untuk menolong dirinya sendiri dalam


bertahan hidup, rasanya sulit bagi anak-anak golongan ini. Kadang

berjalan, makan, dan membersihkan diri perlu dibantu oleh orang

lain. dan memperlukan pengawasan yang luas.

4) Retardasi mental sangat berat Anak- anak dengan retardasi mental

sangat berat memerlukan pengawasan yang terus menerus dan sangat

terbatas dalam keterampilan komunikasi dan motoriknya.

e. Penatalaksanaan Retardasi Mental

Bentuk penatalaksanaan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu penatalaksanaan bagi anak retardasi mental itu sendiri dan

penatalaksanaan bagi keluarga sebagai caregiver bagi anak retardasi

mental.

1) Penatalaksanaan psikiatri

a) Psikoedukasi

Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan

bagi keluarga anak retardasi mental. Orang tua disarankan untuk

menjalani konsultasi dengan tujuan mengatasi frustasi, rasa

bersalah, perasaan tidak berdaya, penyangkalan dan perasaan

marah terhadap anak. Selain itu orangtua dapat berbagi informasi

mengenai penyebab, pengobatan dan perawatan anak kepada

tenaga kesehatan.
b) Psikoterapi

Kegiatan psikoterapi ini diwujudkan dalam bentuk latihan dan

pendidikan yang biasanya diterapkan di sekolah luar biasa.

Psikoterapi diberikan kepada anak yang mengalami retardasi

mental baik secara individu ataupun kelompok. Jenis psikoterapi

yang dapat dipilih yaitu terapi baca, terapi perilaku, terapi bicara,

terapi bermain, terapi menulis, terapi okupasi, terapi musik, dan

psikoterapi lainnya yang dapat menunjang pengoptimalan

kemampuan anak (Prabowo, 2014).

c) Psikofarmaka

Tidak ada pengobatan khusus untuk anak retardasi mental,

pengobatan dilakukan jika anak mengalami keadaan khusus

seperti gelisah, hiperaktif dan destruktif (Prabowo, 2014). Terapi

farmakologi dipilih bukan sebagai prioritas utama dalam

penatalaksanaan anak retardasi mental.

2) Penatalaksanaan keperawatan jiwa untuk retardasi mental

Terapi keperawatan jiwa yang dapat diterapkan sebagai

penatalaksanaan bagi anak retardasi mental

a) Terapi individu

Bentuk terapi individu pada anak retardasi mental yaitu terapi

perilaku. Terapi ini digunakan untuk mengintervensi perilaku

individu ke arah yang lebih baik, bisa diberikan dengan latihan

moral dengan memberikan penjelasan kepada anak retardasi


mental tentang apa yang baik dan yang tidak baik dan juga

latihan dirumah berupa pelajaran mengenai makan sendiri,

berpakaian sendiri dan kebersihan badan (Prabowo, 2014)

2. Konsep Anak Kebutuhan Khusus (ABK)

a. Pengertian

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

dengan anak normal diusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus

jika ada suatu kekurangan atau bahkan lebih dalam dirinya. Penjelasan

tersebut menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

memiliki suatu perbedaan atau lebih yang membedakannya dengan anak

normal diusianya (Supriyanto, 2016).

anak dengan berkebutuhan khusus merupakan anak yang berbeda

dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak

berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak yang memiliki

keterbatasan. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara

pendidikan membutuhkan layanan yang spesifik yang berbeda dengan

anak-anak pada umumnya (Desiningrum, 2016).

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik

khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukan ketidakmampuan mental, emosi ataupun fisik. Selanjutnya

dijelaskan pula bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang


secara signifikan mengalami penyimpangan/kelainan (mental-intelektual,

fisik, sosial dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya

dibandingkan dengan anak normal diusianya sehingga membutuhkan

pelayanan pendidikan khusus (Riati, 2017).

Beberapa definisi ddiatas dapat disimpulkan anak berkebutuhan

khusus adalah anak yang memiliki karakteristik unik yang merupakan

kelainan (mental-intelektual, fisik, emosional dan sosial) dalam

perkembangannya sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus.

b. Jenis Anak Kebutuhan Khusus

ada beberapa klasifikasi anaka kebutuhan khusus menurut Riati (2017,

antara lain

1) Kelainan Mental

a) Mental Tinggi

Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain

memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang

signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap

tugas.

b) Mental rendah

Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di

bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban

belajar (slow learners) yaitu anak yang memiliki IQ antara 70 –


90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal

dengan anak berkebutuhan khusus dalam kelompok tunagrahita.

c) Berkesulitan Belajar Spesifik

Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar

(achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar

spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektualnormal

ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang

akademik tertentu

2) Kelainan Fisik

a) Kelainan Tubuh (Tunadaksa)

Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan

sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang dikarenakan polio,

dan gangguan pada fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan

otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan organ tubuh

(amputasi).

b) Kelainan indera Penglihatan (Tunanetra)

Seseorang yang sudah tidak mampu menfungsikan indera

penglihatannya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran

walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan

dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low vision.

c) Kelaianan Indera Pendengaran (Tunarungu) Kelainan

pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan

untuk menfungsikan pendengaranya untuk interaksi dan


sosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan

pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi

2 yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).

d) Kelainan Wicara

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan

pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat

dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat

fungsional dimana mungkin disebabkan karena ketunaruguan,

dan organik yang memang disebabkan adanya

ketidaksempurnaan organ wicara maupun adanya gangguan pada

organ motoris yang berkaitan dengan wicara

3) Kelainan Emosi

a) Gangguan Perilaku

Mengganggu di kelas, tidak sabaran–terlalu cepat bereaksi, tidak

menghargai–menentang, menyalahkan orang lain, kecemasan

terhadap prestasi di sekolah, dependen pada orang lain,

pemahaman yang lemah, reaksi yang tidak sesuai, melamun,

tidak ada perhatian, menarik diri

b) Gangguan Konsentrasi (ADD/Atention Deficit Disorder)

Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6

bulan, ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat

perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention

tersebut ialah, sering gagal untuk memperhatikan secara detail,


atau sering membuat kesalahan dalam ekerjaan sekolah atau

aktivitas yang lain.Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-

tugas atau aktivitas permainan.Sering tidak mendengarkan ketika

orang lain bicara.Sering tidak mengikuti instruksi untuk

menyelesaikan pekerjaan sekolah.Kesulitan untuk mengorganisir

tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas. Tidak menyukai pekerjaan

rumah dan pekerjaan sekolah.Sering tidak membawa peralatan

sekolah seperti pensil buku dan sebagainya.Sering mudah beralih

pada stimulus luar. Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-

hari.

c) Anak Hiperaktive (ADHD/Atention Deficit with Hiperactivity

Disorder)

Perlaku tidak bisa diam. Ketidakmampuan untuk memberi

perhatian yang cukup lama. Hiperaktivitas, aktivitas motorik

yang tinggi, mudah buyarnya perhatian, canggung, Infleksibilitas,

toleransi yang rendah terhadap frustrasi, berbuat tanpa dipikir

akibatnya

c. Faktor Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Irwanto, Kasim, dan Rahmi (2010), secara garis besar

faktor penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari masa

terjadinya dapat dikelompokkan dalam 3 macam, yaitu :


1) Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi pada pra

kelahiran (sebelum lahir) yaitu masa anak masih berada didalam

kandungan telah diketahui mengalami kelainan dan keturunan.

Kelainan yang terjadi pada masa prenatal, berdasarkan periodisasinya

dapat terjadi pada periode embrio, periode janin muda, dan periode

aktini (sebuah protein yang penting dalam mempertahankan bentuk

sel dan bertindak bersama-sama dengan mionin untuk menghasilkan

gerakan sel). Antara lain gangguan Genetika (kelainan kromosom,

Transformas). Infeksi kehamilan, usia ibu hamil, keracunan saat

hamil, keguguran dan lahir prematur.

2) Faktor penyebab ABK yang terjadi selama proses kelahiran yang

dimaksud adalah anak mengalami kelaianan pada saat proses

melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan, antara

lain anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan alat, posisi

bayi tidak normal, analgesik (penghilang nyeri) dan anesthesia

(keadaan nekrosis), kelainan ganda atau karena kesehatan bayi yang

kurang baik. Proses kelahiran lama, prematur, kekurangan oksigen,

kelahiran dengan alat bantu dan kehamilan terlalu lama >40 minggu.

3) Faktor penyebab ABK yang terjadi setelah proses kelahiran yaitu

masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi dilahirkan atau saat

anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa sebab kelainan

setelah anak dilahirkan antara lain infeksi bakteri (TBC/virus).

Kekurangan zat makanan (guzi, nutrisi), kecelakaan dan keracunan.


3. Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Pengertian

Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus

dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman

dapat masuk. Higiene mulut membantu mempertahankan status

kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok dan membersihkan

gigi dari partikel-partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan

mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang

tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat

perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang

gusi), dan sariawan. Higiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan

selanjutnya menstimulasi nafsu makan (Mubarak, 2015).

Gosok gigi merupakan upaya atau cara yang terbaik untuk

perawatan gigi dan dilakukan paling sedikit dua kali dalam sehari yaitu

pagi dan pada waktu akan tidur. Dengan menggosok gigi yang teratur

dan benar maka plak yang ada pada gigi akan hilang. Hindari kebiasaan

menggigit benda-benda yang keras dan makan makanan yang dingin dan

terlalu panas. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya,

gigi tidak berlubang, dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna

merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat ini

tidak tercium bau tak sedap. Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan

perawatan yang tepat (Rahmawati, 2019).


b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut

Faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut yaitu adanya

penumpukan sisa-sisa makanan, plak, kalkulus, material alba dan stain

pada permukaan gigi geligi menurut mahfoezd (2016) sebagai berikut

1) Sisa-sisa makanan (food debris)

Sisa-sisa makanan akan segera dilarutkan oleh enzim-enzim

bakterial, dan dibersihkan dari rongga mulut, namun masih terdapat

sisa-sisa makanan yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Hal-hal

yang mempengaruhi kecepatan pembersihan makanan dalam mulut

ialah aliran saliva, lidah, pipi serta susunan gigi geligi dalam

lengkung rahang.

2) Plak

Plak adalah semua yang tertinggal pada gigi dan gingiva setelah

berkumur kuat. Plak yang sangat tipis (kurang dari 10-20 μ) baru

kelihatan dengan pewarnaan. Plak terdiri dari warna putih lunak,

kekuning-kuningan, hijau maupun berbutiran.

3) Kalkulus

Kalkulus adalah massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk

dan melekat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya yang ada

dalam rongga mulut, misalnya gigi tiruan dan restorasi

4) Material Alba
Material alba merupakan deposit yang jarang dan lunak, berwarna

kekuningan, dan dapat ditemukan pada rongga mulut yang kurang

terjaga kebersihannya.

5) Stain Gigi

Substansi yang membentuk stain yang melekat erat pada permukaan

gigi sangat banyak dan harus dibersihkan secara khusus. Stain

mempunyai estetik yang kurang baik tetapi tidak menyebabkan iritasi

gingiva maupun berfungsi sebagai fokus deposisi plak.

c. Cara Merawat Gigi dan Mulut

Ada beberapa cara merawat gigi dan mulut menurut Rahmawaty (2019),

antara lain :

1) Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam.

2) Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda

keras (misal membuka tutup botol).

3) Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi

patah.

4) Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, dan kecil sehingga

dapat menjangkau bagian dalam gigi.

5) Meletakkan sikat pada sudut 45º di pertemuan antara gigi dan gusi

dan sikat menghadap ke arah yang sama dengan gusi.

6) Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya.


d. Langkah-Langkah Merawat Gigi

Langkah-langkah merawat gigi menurut Rahmawaty (2019), antara lain :

1) Ambil sikat gigi dan pasta gigi, peganglah sikat gigi dengan cara

anda sendiri, oleskan pasta gigi di sikat gigi.

2) Bersihkan permukaan gigi bagian luar yang menghadap ke bibir dan

pipi dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan dan naik turun.

Mulai pada rahang atas dan lanjutkan ke rahang bawah.

3) Bersihkan seluruh bagian gigi graham pada lengkung gigi sebelah

kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur sebanyak 10-20 kali.

Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan

dengan rahang bawah.

4) Bersihkan permukaan gigi yang menghadap ke lidah dan langit-langit

dengan menggunakan teknik moditifikasi bass untuk lengkung gigi

sebelah kanan dan kiri. Lengkung gigi bagian depa dapat dilakukan

dengan cara memegang sikat gigi secara vertikal menghadap ke

depan. Menggunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi

kearah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang atas dan dilanjutkan

rahang bawah.

5) Terakhir sikat juga lidah dengan menggunakan sikat gigi atau sikat

lidah yang bertujuan untuk membersihkan permukaan lidah dari

bakteri dan membuat nafas menjadi segar. Berkumur sebagai langkah

terakhir untuk menghilangkan bakteri-bakteri sisa dari proses

menggosok gigi.
e. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

1) Biasakan menyikat gigi pagi setelah makan dan sebelum tidur

2) Kurangi makanan manis dan lengket

3) Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair

4) Cara menyikat gigi yang benar

5) Gunakan pasta gigi yang mengandung floride

6) Periksa gigi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali

4. Kemandirian

a. Pengertian

Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang

mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata

keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata “diri”,

maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari

pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep

Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti

dari kemandirian (Desmiati, 2016)

Istilah kemandirian menunjukan adanya kepercayaan akan sebuah

kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang

lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat menyelesaikan

masalah-masalah yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan

sendiri, mempunyai inisiatif dan kreatif, tanpa mengabaikan lingkungan


disekitarnya. Menurut beberapa ahli “kemandirian” menunjukan pada

kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak,

tidak tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak terpengaruh

lingkungan, dan bebas mengatur kebutuhanya sendiri (Nurhayati, 2016)

b. Bentuk-Bentuk Kemandirian

Menurut Robert Havighurst sebagaimana di kutip Desmita, membedakan

kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu :

1) Kemandirian Emosi

Merupakan kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak

tergantung kebutuhan emosi orang lain

2) Kemandirian Ekonomi

Kemandirian ekonomi yaitu kemampuan meengatur ekonomi sendiri

dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.

3) Kemandirian Intelektual

Kemandirian itelektual yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi

4) Kemandirian Sosial

Kemandirian sosial merupakan kemampuan untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada aksi orang

lain.
c. Ciri-Ciri Kemandirian

1) Mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan

perubahan pendekatan atau keterkaitan hubungan emosional individu

terutama sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainya yang

banyak melakukan interaksi dengan dirinya

2) Mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat keputusan

secara beba, menindaklanjuti, serta bertanggung jawab.

3) Mandiri berfikir adalah kebebasan memaknai seperangkat prinsip

tentang benar-salah, baik-buruk, dan apa yang berguna bagi dirinya.

d. Tingkat dan Karakteristik Kemandirian

Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap

sesuai dengan tingkat perkembangan kemndirian tersebut. Menurut

Lovinger sebagaimana di kutip Desmita, mengemukakan tingkat

kemandirian dan karakteristik, yaitu :

1) Tingkat pertama adalah tingkat impulsif dan melindungi diri, yang

artinya seorang peserta didik bertindak spontanitas tanpa berfikir

terlebih dahulu. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

a) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh

dari interaksinya dengan orang lain

b) Mengikuti aturan secar sepontanistik dan hedonistic

c) Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu

d) Cenderung meliht kehidupan sebagai zero-sum games


e) Cenderung menyalahkan orang lain dan mencela orang lain serta

lingkunganya

2) Tingkat kedua, adalah tingkat konformistik artinya seseorang

cenderung mengikuti penilaian orang lain. Ciri-cirinya sebagai

berikut:

a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial

b) Cenderung berfikir streotype dan klise

c) Peduli dan konformatif terhadap aturan eksterna

d) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian

e) Menyamar diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya intropeksi

Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri eksternal

f) Takut tidak diterima kelompok

g) Tidak sensitif terhadap keindividuan.

3) Tingkat ketiga, adalah tingkat sadar diri artinya proses mengenali

kepribadian dalam diri. Ciri-cirinya sebagai berikut :

a) Mampu berfikir alternative

b) Melihat berbagai harapan dan kemungkinan dalam situasi

c) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada

d) Menekan pada pentingnya memecahkan masalah

e) Memikirkan cara hidup.

4) Tingkat keempat adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya

sebagai berikut :

a) Bertindak atas dasar-dasar nilai internal


b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan

c) Mampu melihat keragaman emosi

d) Sadar akan tanggung jawab

e) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri

f) Peduli akan hubungan mutualistic

g) Cenderung melihat peristiwa dalam kontek sosial

h) Berfikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

5) Tingkat kelima adalah tingkat individualitas artinya kepribadian yang

dapat membedakan diri dengan orang lain. Ciri-cirinya sebagai

berikut:

a) Peningkatan kesadaran individualitas

b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemndirian dan

ketergntungan

c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain

d) Mengenal eksistensi perbedaan individual

e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam sebuah

kehidupan

f) Membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya

g) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.


B. Kerangka Teori

Kerangka teori pada dasarnya merupakan penjelasan tentang teori yang

dijadikan landasan dalam suatu penelitian, dapat berupa rangkuman dari

berbagai teori yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka (Dharma, 2016).


Retardasi mental Anak Kemandirian
berkebutuhan
Karakteristik : khusus Ciri-ciri kemandirian :
Ringan Emosi

Sedang Kebersihan gigi Ekonomi


dan mulut
Berat Intelektual
Sosial
Sangat berat

C. Kerangka Konseptual Penelitian

Definisi konseptual penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan dan kaitan antara variabel yang satu dengan yang lainnya

(Notoatmojo, 2018) pada konsep penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalah kemandirian peningkatan dan variabel dependennya adalah

kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus

Variabel indenpenden Variabel dependen


Tingkat retardasi mental Tingkat kemandirian kesehatan
gigi dan mulut pada anak
berkebutuhan khusus
D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan hipotesis berfungsi

untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan

pertanyaan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2016). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah ada :

1. HI : Ada hubungan tingkat retardasi mental dengan tingkat kemandirian

kebersihan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus di SLBN 01

Kijang Lama Tanjungpinang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah keseluruhan rencana untuk mendapatkan jawaban

atas pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk menangani berbagai tantangan

terhadap bukti penelitian yang layak. Dalam merancang penelitian ini, peneliti

memutuskan mana yang spesifik yang akan diadopsi dan apa yang akan mereka lakukan

untuk meminimalkan dan meningkatkan interpretabilitas hasil (Nursalam, 2020)

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional yang mengkaji hubungan

antara variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan antara variabel.

Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel,

dengan demikian pada rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal

dua variabel (Sugiyono, 2016).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SLBN 01 Kijang Lama Tanjungpinang. Penelitian terdiri dari

tiga tahap yaitu

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dilakukan mulai Maret sampai April 2021. Kegiatan pada tahap ini

adalah pengajuan judul, studi pendahuluan, studi kepustakaan, pengurusan surat

izin pengambilan data, menyusun proposal, konsultasi dengan pembimbing l dan

pembimbing ll sampai mendapatkan persetujuan


2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan mulai bulan Mei sampai Juni 2021. Kegiatan

yang dilakukan pada tahap ini adalah pengurusan surat izin validitas dan

reliabilitas, setelah itu membuat surat izin penelitian, kontrak waktu dan tempat

untuk melakukan penelitian, membagi lembar kuesioner dan responden mengisi

lembar kuesioner. Kemudian, data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisis.

3. Tahap penyusunan laporan

Penyusunan laporan dilakukan mulai bulan Maret sampai April 2021, pada tahap

ini membuat hasil pengolahan data, menyusun laporan hasil penelitian, konsultasi

pembimbing l dan pembimbing ll sampai mendapat persetujuan

4. Tempat penelitian

Di SLBN 01 Kijang Lama Tanjungpinang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang menjadi

sasaran penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini di

SLBN 01Kijang Lama Tanjungpinang pada anak berkebutuhan khsusus kelas 1

dan 4 yaitu 56 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2018). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

dengan teknik total sampling. Prinsip utama total sampling adalah pengambilan
sampel bukan secara acak dimana pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas

kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan

kepada segi-segi kepraktisan belaka. Sampel dalam penelitian ini adalah

keseluruhan anak berkebutuhan khusus kelas 1-4 di SLBN 01 Kijang Lama

Tanjungpinang berjumlah 56 orang.

a. Kriteria inklusi :

1) Anak dengan berkebutuhan khusus

2) Bersedia menjadi responden

3) Anak sedang tidak cacat fisik

b. Kriteria ekslusi

1) Anak yang sakit

2) Anak yang tidak bisa komunikasi

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu

(benda, manusia dan lainnya) (Nursalam 2020).

a. Variabel indenpenden (Bebas)

Variabel indenpenden adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel bebas variabel yang

mendahului atau mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel

bebasnya adalah tingkat kemandirian.


b. Variabel dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam,

2020). Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi akibat tergantung pada

variabel yang didahului. Dalam penelitian ini vriabel terikatnya adalah kesehatan

gigi dan mulut

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu batasan yang digunakan untuk membatasi

ruang lingkup variabel-variabel yang diamati. Definisi operasional digunakan

untuk mengukur atau menilai variabel penelitian, kemudia memberikan gambaran

tentang variabel tersebut. Sehingga penting untuk menjelaskan variabel penelitian

meliputi variabel yang diteliti, definisi operasional serta bagaimana melakukan

pengukuran atau penilaian terhadap variabel

Table 3.1
Definisi Oprasional

Variable Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Independen Suatu Data Kuesioner 1. Ringan Ordinal


Tingkat ketidakmampu sekunder 2. Sedang
retardasi an fungsi 3. Berat
mental intelektual

Dependen Tindakan Pengisian Kuesioner 1. Baik Ordinal


Tingkat untuk kuesioner 76-
kemandirian mengetahui dengan 100%
kesehatan kebersihan gigi pilihan : 2. Cukup
gigi dan dan mulut anak 1. Ya 56-
mulut pada retardasi dengan 75%
anak mental nilai 1 3. Kuran
berkebutuha 2. Tidak g<
n khsusu dengan 56%
nilai 0
E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh penulis sendiri. Rangkaian kegiatan selama penelitian

yaitu sebagai berikut :

1. Membuat jadwal penelitian

2. Membuat surat izin pengambilan data di SLBN 01Kijang Lama Tanjungpinang

3. Mendapatkan surat balasan izin pengambilan data

4. Membuat surat izin di SLBN 01 Kijang Lama Tanjungpinang untuk melakukan

penelitian dengan membagi lembar kuesioner yang untuk uji validitas dan

reliabilitas.

5. Membuat surat izin penelitian di SLBN 01 Kijang Lama Tanjungpinang

6. Menjelaskan prosedur penelitian memberikan kuesioner

7. Membagikan lembar persetujuan untuk bersedia menjadi responden dalam

penelitian

8. Membagikan kuesioner tingkat kemandirian kesehatan gigi dan mulut.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya (Arikunto, 2016). Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah

tersusun dengan baik, sudah matang dan memberikan jawaban atau dengan

memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2018). Instrument yang digunakan


pada penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuesioner berupa tingkat

kemandirian kesehatan gigi dan mulut dengan 15 pertanyaan.

G. Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Uji validitas akan dilakukan di

SLBN 01 Kota Piring Tanjungpinang. Uji valid menggunakan person kolerasi

diketahui valid jika p value ≤ 0,005

Pada lembar kuesioner tingkat kemandirian kesehatan gigi dan mulut pada anak

berkebutuhan khusus terdapat 20 item pertanyaan dan valid semuanya

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

mengukur dapat dipercayai atau dapat diandalkan. Uji Reliabilitas adalah uji yang

dilakukan untuk mengetahui sebuah instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu

instrumen dianggap telah reliabel apabila instrumen tersebut dapat dipercayai

sebagai alat ukur data penelitian. Penelitian uji reliabilitas dilakukan dengan rumus

Croanbach’s Alpha (Notoatmodjo, 2018). Hasil uji reabilitas di dapatkan nilai

Croanbach’s Alpha 0,953 > 0,60 di nyatakan reliabel.

H. Teknik Analisa Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah yang

penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian
masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk

disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan

kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2018). Setelah

mengumpulkan data, maka dilakukan pengolahan data dengan komputerisasi

dengan tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing

Pada tahap ini hasil dari kuesioner harus dilakukan penyuntingan (editing)

terlebih dahulu. Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut. Pada penelitian, peneliti memeriksa kembali

kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng

“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

c. Data Entry

Entry data, yakni memasukkan jawaban-jawaban dari kuesioner yang diisi

responden dimasukkan ke dalam program pengolahan data agar dapat

dianalisis. Data yang telah dimasukkan diolah dengan menggunakan program

komputer ke dalam master tabel. Setelah semua isian kuesioner terisi penuh

dan benar serta sudah melewati proses pengkodingan maka langkah

selanjutnya peneliti memproses data agar dapat dianalisis.

d. Scoring
Data yang diolah telah dimasukkan dan diberikan penilaian angka masing-

masing sehingga data tersebut dapat dianalisis.

e. Cleanning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2018).

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujun untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini analisis univariat

dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik responden menggunakan data

kategorik, dan disajikan dalam bentuk jumlah dan persentase. Adapun analisa

univariat yang akan dideskripsikan yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, agama dan penyakit yang dialami.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariate merupakan analisa untuk mengetahui apakah ada hubungan

tingkat kemandirian kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus.

Analisa data penelitian ini menggunakan uji spearman rank karena skala-skala

datanya ordinal.
I. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan komite etik dan

ijin penelitian dari SLBN 01 dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etika

penelitian yaitu The five right of human subjects in research (Polit & Beck

dalam Kurniawan, 2015) lima hak tersebut adalah:

1. Respect for Autonomy

Responden memiliki hak untuk membuat keputusan secara sadar untuk

menerima atau menolak menjadi partisipan. Peneliti menjelaskan kepada

responden tentang proses penelitian yang meliputi pengisan koesioner

berupa data dan pernyataan serta melakukan tindakan lalu selanjutnya

responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

menolak berpartisipasi dalam penelitian.

2. Privacy atau dignity

Responden memiliki hak untuk dihargai tentang apa yag mereka lakukan

dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan

bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain. Peneliti

hanya melakukan wawancara pada waktu yang telah disepakati dengan

partisipan. Setting pemberian koesioner dan tindakan dibuat berdasarkan

pertimbangan terciptanya suasana santai, tenang dan kondusif serta tidak

diketahui oleh orang lain, kecuali keluarga responden.

3. Anonymity dan Confidentialy


Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa identitasnya terjamin

kerahasiaannya dengan menggunakan pengkodean sebagai pengganti

identitas dari responden. Selain itu peneliti menyimpan seluruh dokumen

hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti penelitian,

biodata, hasil transkip koesioner dalam tempat khusus yang hanya dapat

diakses oleh peneliti. Semua bentuk data hanya digunakan untuk keperluan

proses analisis sampai penyusunan laporan penelitian sehingga responden

tidak perlu takut data yang bersifat rahasia dan pribadi diketahui orang lain.

4. Justice

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi responden yang

memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu,

peneliti memberikan kesempatan yang sama dengan responden untuk

mengungkapkan perasaannya baik sedih maupun senang dan

mengungkapkan seluruh pengalamannya terkait pola asuh orang tua dengan

motivasi belajar pada pembelajaran daring

5. Benef icence dan Nonmaleficence

Penelitian ini tidak membahayakan responden dan peneliti telah berusaha

melindungi responden dari bahaya ketidaknyamanan (Protection From

Discomfort). Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, penggunaan koesioner

dan penggunaan data penelitian sehingga dapat dialami oleh partisipan dan

bersedia menandatangani surat ketersediaan berpartisipasi atau Informed

Consent. Selama proses penelitian berlangsung peneliti memperhatikan


beberapa hal yang dapat merugikan partisipan antara lain kenyamanan, dan

perubahan perasaan.

DAFTAR PUSTAKA
Alvita Galia, W. (2018). Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Tubuh
Lansia di Desa Singocandi Kabupaten Kudus. JIKO (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi) Vol. 2 No. 2.
Warni. (2019). Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V Dan VI Pada Kesehatan Gigi
Dan Mulut Terhadap Status Karies gigi di Wilayah Kecamatan Delitua
Kabupaten Deli Serdang: Tesis. Medan: USU.
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Nugraheni. (2020). Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Pemeliharaan Kebersihan
Gigi dan Mulut dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Anak
Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
Jurnal Kesehatan Gigi 7 Nomor 1 (2020) 79-82
Anggraini. (2016). Hubungan Pelaksanaan Peran Keluarga Dengan Activity Daily
Living (ADL) Pada Anak Tunagrahita di SLB. Program Studi Ilmu
Keperawatan: Jember
Widyawati. (2016). Peningkatan Kemandirian Hygiene Personal Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
Christiono. (2018). Efektivitas buku pop-up terhadap pemahaman kesehatan gigi anak
berkebutuhan khusus. Journal of Indonesian Dental Association. Maret 2018,
Volume 1, Number 1
Ticoalu. (2017). Gambaran kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan
khusus di SLB YPAC Manado. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 5 Nomor 1,
Januari-Juni 2017
Nuraskin. (2020). Pelaksanaan Dental Health Education (DHE) dalam meningkatkan
status kebersihan gigi dan mulut pada murid SDN 33 Kota Banda Aceh.
SAGO Gizi dan Kesehatan 1(2) Januari – Juni 2020
Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Psikosain.
Supriyanto, A.(2016). Peran Pengasuhan Orang Tua Anak BerkebutuhanKhusus
Dalam Aktivitas Olah Raga.Prosiding, Seminar Nasional. Yogyakarta: FIK
UNY.
Riati. (2017). Semua Bisa Berprestasi (Studi Kasus : Gaya Pengasuhan Orang Tua
Padaanak Berkebutuhan Khusus). Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Irwanto, Kasim, dan Rahmi. (2010). Analisis Stuasi Penyandang Dan Disabilitas Di
Indonesia. Pusat Kajian Disabilitas. Jakarta: Fakultas ilmu sosial dan politik.
Mubarak Wahit Iqbal. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta. Salemba
Medika.
Rahmwati. (2019). Factor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan
diri anak tunagrahita di kabupaten banyumas jawa tengah. Tesis. Universitas
Indonesia.
Mahfoezd. (2016). Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak-Anak Dan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Fitramaya.
Dharma, K.K. (2016). Metodologi penelitan keperawatan (pedoman melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian). Jakarta: CV. Trans Info Media
Notoadmodjo, S. (2018). Buku Metdologi Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
LEMBAR KUESIONER
Data Umum Anak
Nama anak :
Jenis kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan

Umur :
Anak ke :
Retardasi mental : Ringan Sedang Berat
Petunjuk pengisian
Isi pertanyaan ini dengan tanda check list ataus silang pada kolom yang sudah tersedia.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan sesuai dengan kemandirian
kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khsusus Bapak/Ibu
Jawaban
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Apakah anak anda waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi
setelah sarapan dan malah sebelum tidur
2 Apakah anak anda menggunakan sikat gigi yang tangkainya lurus,
bulu sikat halus, ujung sikat bulat dan kecil
3 Apakah anak anda menggosok gigi dengan cara bagian depan
digosok dengan gerakan naik turun posisis gigi tertutup
4 Apakah anda anak menggosok giginya tanpa bantuan orang lain
5 Apakah anak anda setelah makan membersihkan mulutnya
6 Apakah anda anda membersihkan sudut bibirnya setelah makan
7 Apakah anak anda setelah menggosok gigi berkumur-kumur dengan
pembersih mulut
8 Apakah anak anda menjaga pola makan yang merusakan gigi dan
mulut
9 Apakah anak anda menyikat gigi dengan benar
10 Apakah anak anda membersihkan mulut dengan tepat
11 Apakah anak anda menggunakan odol gigi yang tepat
12 Apakah anda anda menggosok gigi dengan odol gigi
13 Apakah anak anda menggosok gigi 2 kali sehari
14 Apakah anak anda menjaga kesehatan gigi dan mulut sebelum tidur
malam
15 Apakah anak anda membersihkan mulut dengan kumur yang
mengandung mint
16 Apakah anak anda rutin menyikat gigi dipagi hari

17 Apakah anak anda rutin menyikat gigi dimalam hari sebelum tidur

18 Apakah anak anda setelah menyikat gigi selalu berkumur-kumur


dengan pembersih mulut
19 Apakah anak anda berkumur untuk menghilangkan bau mulut

20 Apakah anak anda setiap mandi pagi mengingat untuk menyikat


gigi

Anda mungkin juga menyukai