Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Hari/tanggal : Jumat/ 18 Maret 2022

Waktu : 45 Menit

Tempat/Ruangan : Desa Sei Nyirih

Sasaran : Masyarakat RT 002 RW 005 Desa Sei Nyirih

Pelaksana : Mahasiswa Ners Prog A Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Topik Penyuluhan : Dengue Hemorrhagic Fever /DBD

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia
sebagai penyakit yang endemis di masyarakat, terutama sangat berbahaya
bagi kalangan anak-anak. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty sebagai faktor utama,
disamping nyamuk Aedes albopictus. Demam dengue dapat menyebabkan
demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Sedangkan demam berdrah
dengue (DBD) dapat menyebabkan kebocoran plasma yang mengakibatkan
perdarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba (syok), hingga bahkan
kematian (Sukana, 2013).
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan
karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada
umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Setiap
kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan
jumlah kasus wilayah tersebut. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang
sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal
akibat penanganannya yang terlambat. Demam berdarah dengue disebut juga
dengan dengue hemorragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue
(DD), dan dengue shock syndrome (DSS).
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang
seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat. DBD pertama kali diketahui pada tahun 1950an
namun, pada tahun 1975 hingga sekarang merupakan penyebab kematian
utama pada anak-anak di negara-negara Asia. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan bahwa 2,5 milyar atau 40% populasi di dunia
berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di
negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi
dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2015).
Di Indonesia sendiri, demam berdarah dengue pertama kali ditemukan
di Surabaya dan Jakarta tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan
24 orang diantaranya meninggal dunia, dengan angka kematian mencapai
41.3%. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017 terdapat
68.407 kasus kesakitan demam berdarah dengan jumlah kematian sebanyak
493 orang, sedangkan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus
kesakitan dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan
atau Incedence Rate DBD tahun 2016 ke tahun 2017 yaitu 78,85 per 100.000
penduduk menjadi 26,10 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan Profil Kesehatan Kepulauan Riau tahun 2019, kasus
DBD berjumlah 1.873 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 11 orang.
Jumlah kasus DBD menurut Kabupaten/kota tertinggi di Kota Batam sebesar
729 kasus dan terendah di Kabupaten Anambas sebesar 39 kasus. Angka
kesakitan (IR) DBD Provinsi Kepulauan Riau sebesar 83,6 per 100.000
penduduk, belum mencapai target yaitu < 49 per100.000 penduduk (Dinkes
Provinsi Kepulauan Riau, 2019).
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2020,
kasus DBD berjumllah sebanyak sebanyak 350 kasus, dengan kematian
sebanyak 2 orang. Sedangkan jumlah kasus DBD di wilayah Puskesmas
Kampung Bugis sebanyak 20 kasus pada tahun 2020 (Dinkes Kota
Tanjungpinang, 2020).
Dilihat jumlah kasus DBD dari tahun ke tahun terakhir didapatkan
bahwa Demam Berdarah Denggue di Kota tanjungpinang mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun dan telah menyebar disemua wilayah
Kelurahan Kota Tanjungpinang. Kasus DBD tertinggi di Kota
Tanjungpinang dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2019 yakni
419 kasus, dan kasus terendah tahun 2017 yakni sebanyak 79 kasus.
Sedangkan tren kasus DBD pada 3 (tiga) tahun terahir menunjukkan
angka berkisaran diatas 350 an kasus. Kasus DBD positif pada tahun
2020 di Kota Tanjungpinang berjumlah 360 kasus, masih di atas target
nasional kasus DBD ≤ 49/100.000 penduduk (Dinkes Kota Tanjungpinang
2020).
Dengan masih tingginya angka kesakitan di Provinsi Kepulauan Riau
maka perlu penguatan pada program pencegahan penyakit DBD melalui
kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). Angka kematian DBD
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,6 % mencapai target nasional yaitu < 1%.
Namun Angka kematian DBD berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Riau tertinggi di Kabupaten karimun 1,7 % (lebih dari 1%)
dikategorikan tinggi. Kabupaten dengan angka kematian tinggi masih
diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan
pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan
jika ada gejala DBD sehingga tidak terlambat ditangani dan bahkan
menyebabkan kematian (Dinkes Provinsi Kepulauan Riau, 2019).
Faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit Demam Berdarah
dari faktor lingkungan seperti perilaku penerapan 4M Plus, pengelolaan
sampah dan peran Kader Kesehatan dalam menangani masalah penyakit
Demam Berdarah. Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan cara merubah
perilaku mayarakat agar lebih mengutamakan pola hidup bersih untuk
menghindari dari berbagai macam penyakit.
4M Plus adalah program yang berisi kegiatan berupa; menguras
tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur
dan menyingkirkan barang bekas, memantau keberadaan jentik dan
pengelolaan lingkungan berlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan
kebersihan lingkungan dan sebagainya. Semakin tinggi kesadaran masyarakat
untuk melakukan gerakan 4M Plus dan kesadaran mengelola lingkungan,
kasus DBD akan menurun dengan sendirinya. Perilaku masyarakat seperti
kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti menampung air
hujan, air sumur, membuat bak mandi atau drum/tempayan sebagai tepat
perkembangbiakan nyamuk; kebiasaan menyimpan barang-barang bekas atau
kurang memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang tertampung di dalam
wadah-wadah (Respati, 2016).
Dari hasil data yang didapat, ditemukan sekitar 74,6% didapatkan
kondisi penampungan air warga sei nyirih dalam kondisi terbuka.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 15 menit, diharapkan
Masyarakat RT 002 RW 005 Desa Sei Nyirih mengetahui  dan memahami
kasus DBD.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit, masyarakat
diharapkan akan mampu :
1) Menyebutkan Pengertian dan penyebab penyakit DBD.
2) Menyebutkan 3 tanda dan gejala penyakit DBD
3) Menyebutkan 2  cara pencegahan penanggulangan DBD

C. Materi
a) Pokok Bahasan :

Dengue Hemorrhagic Fever / DBD


b) Sub pokok bahasan :
 Pengertian DBD
 Penyebab DBD
 Tanda dan gejala DBD
 Cara Penularan DBD
 Cara Pencegahan DBD

D. Metode

Diskusi, Tanya jawab.

E. Media
Laptop, In Fokus dan Leaflet

F. Perorganisasian
1. Pemyuluh : Kerin Nurul Ramadanty
2. Fasilitator : Rapita Maretiana Uspami
3. Obsever : Melfa Safitri

G. Setting Tempat
Keterangan :

: Penyuluh
LCD

: Fasilitator

: Peserta

LCD
: Media

H. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)


1. Pendahuluan
Pembukaan dan menjelaskan tujuan
2. Penyajian
Menjelaskan materi ( Sesuai TIK atau sub pokok bahasan)
3. Penutup
Merangkum dan melakukan evaluasi

Tahapan-tahapan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


.
1. PEMBUKAAN  Memberi salam dan  Menjawab salam 3 menit
perkenalan
 Menjelaskan tujuan,  Mendengarkan dan
manfaat dan cakupan memper
materi  hatikan
2 KEGIATAN  Menjelaskan  Mendengarkan dan 9 menit
INTI pengertian penyakit memperhatikan
dan penyebab
penyakit DBD  Memperhatikan
 Menjelaskan tanda dan menyimak.
dan gejala penyakit
DBD.
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
pencegahan dan memperhatikan
pengobatan penyakit
DBD.
 Memberikan  Bertanya jika ada
kesempatan untuk yang tidak jelas.
bertanya jika ada
yang kurang jelas
3. PENUTUP  Mengevaluasi  menjawab 3 menit
pengetahuan peserta pertanyaan
penyuluhan  tentang
materi yang
disampaikan dengan
memberi pertanyaan
 Menyimpulkan  mendengarkan dan
materi yang telah memperhatikan
disampaikan.
 Memberi salam  menjawab salam
                 
I. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
 Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
 Media dan alat memadai
 Setting sesuai dengan kegiatan

2) Evaluasi Proses
 pelaksana dan sasaran mengikuti penkes sesuai waktu yang di
tetapkan.
 sasaran aktif selama proses penkes
 sasaran mampu menjawab pertanyaan
 Pelaksana menyajikan semua materi secara lengkap dan jelas

3) Evaluasi Hasil
a. Sasaran mampu mendefinisikan Pengertian DBD
b. Sasaran mampu menyebutkan Penyebab DBD
c. Sasaran mampu menyebutkan Tanda dan gejala DBD
d. Sasaran mampu menjelaskan Cara Penularan DBD
e. Sasaran mampu menyebutkan Cara Pencegahan DBD
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

Demam Berdarah Dengue (DBD)

A. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DBD menyerang
anak-anak sampai dewasa.

B. Penyebab
Virus dengue yang terdapat pada nyamuk aedes aegypti betina.

C. Ciri dan Sifat Nyamuk


1) Warna hitam dan bercak putih pada badan dan kaki
2) Hidup berkembang biak di dalam rumah tepatnya di tempat gelap dan
lembab
3) Mengigit di siang hari
4) Berkembang biak dalam genangan air. Misalnya : bak mandi, gentong,
drum, dll.

D. Tanda  dan gejala


1) Demam mendadak dengan suhu tubuh 38-40ᵒC
2) Lemah dan lesu
3) Nyeri ulu hati
4) Bintik-bintik merah dikulit
5) Mimisan atau gusi berdarah
6) Bila semakin parah, penderita akan gelisah, ujung jari-jari terasa dingin
(preshock)
7) Bila berlanjut maka penderita akan  mengalami shock, denyut nadi susah
diraba, bila tak segera ditolong akan dapat menyebabkan kematian.
E. Cara penularan
1) Anak yang terkena DBD mengandung virus
2) Apabila anak digigit oleh nyamuk aedes aegypti maka bibit penyakit
tersebut masuk kedalam tubuh nyamuk dan bila nyamuk ini mengigit
anak yang lain maka anak tersebut  dapat tertular penyakit ini.

F. Cara pertolongan DBD


1) Memberi minum sebanyak-banyaknya.
2) Memberi obat penurun panas.
3) Memberi kompres air hangat saat panas tinggi.
4) Segera bawa ke pelayanan kesehatan.

G. Pencegahan
Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus DBD
sangat diperlukan. Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan cara 4M Plus perlu dilakukan secara berkelanjutan sepanjang
tahun khususnya pada musim penghujan dengan cara :
1) Menguras tempat penampungan air
Membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air seperti
bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampungan
air lemari es dan lain-lain.
2) Menutup tempat penampungan air
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren
air, dan lain sebagainya.
3) Mengubur barang bekas
Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak layak dipakai dan
mendaur ulang barang-barang yang masih bisa digunakan kembali yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular
Demam Berdarah Dengue (DBD).
4) Memantau tempat penampungan air
Memantau wadah penampungan air dan bak sampah yang berpotensi
menjadi sarang berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti:
1) Menaburkan bubuk larvasida (abatisasi)
2) Menggunakan obat anti nyamuk atau obat nyamuk
3) Menggunakan kelambu saat tidur
4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang
bias menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain
H. Referensi

1. Mansjoer, Arif dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Jakarta:


Media Aesculapius.
2. Hutabarat, T., Windyaningsih, C., & Delianna, J. 2017. Modul
Pelatihan Bagi Pengelola Program Penyakit Demam Berdarah Dengue
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai