Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH DISKUSI INTEGRASI

A
MODUL 513
PENATALAKSANAAN KELAINAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK

Disusun Oleh:
KELOMPOK A
040001600001 Adelia Usi Lauditta
040001600002 Agnella Gwenisa
040001600003 Agustina Putri Rahayu
040001600005 Almira Prisharia Setyafi
040001600006 Amalia Zahra Isabellita
040001600007 Andani Aprilliyola Utami
040001600008 Angela Irena Kokanda
040001600009 Annisa Fitriana
040001600010 Aristya Julianto Sidharta
040001600011 Audrey Graciana
040001600012 Belinda Olivia Akuba
040001600013 Brandon Winaldy
040001600014 Brigitta Heidy
040001600015 Bunga Putih Torang C
040001600016 Cathrine Rahayu
040001600017 Celine Liong

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2018

1
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................................................5
D. Manfaat .........................................................................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

BAB III : KESIMPULAN ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya,
kami, kelompok A, dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini bertujuan untuk membahas bahan diskusi 3 dan 4 Modul 513
“Penatalaksanaan Kelainan Gigi dan Mulut Anak” yang telah kami diskusikan pada tanggal 18
Oktober 2018 dan 23 Oktober 2018. Makalah ini merupakan persyaratan untuk memperoleh
nilai dalam Modul 513. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada para dosen yang
mengajar dan membimbing kami di Modul 513. Terlebih kepada para kontributor yang sudah
membimbing kelompok A saat melakukan diskusi integrasi 3 dan 4. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada orang tua serta teman-teman yang juga sudah memberi bantuan dan arahan
dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca.

Jakarta, Oktober 2018

Kelompok A

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan


perilaku dan untuk mengubah perilaku dibutuhkan peran serta masyarakat dimana
individu berada. Lingkungan terdekat di mana individu berada yaitu lingkungan
keluarga dan lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah.1 Pengetahuan dan pendidikan
yang diberikan orang tua dan guru sangat membantu pembentukan perilaku anak.
Dimana kesadaran untuk memelihara kesehatan mulut yang masih kurang tanpa adanya
dukungan dari orang tua untuk membiasakan menyikat gigi 2 kali sehari, jika kesehatan
mulut tidak dapat dijaga, dampaknya akan sangat merugikan2. Mayoritas ibu kurang
menyadari bahkan tidak menyadari bahwa dampak yang timbul dari karies gigi akan
sangat besar bila anak tidak dibimbing untuk melakukan perawatan gigi sejak dini3.

Perawatan gigi yang baik dan benar sejak dini dapat menjadi dasar terbentuknya
perilaku positif anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Dengan menjaga
kesehatan gigi dan mulut anak sejak dini diharapkan gigi permanen anak tersebut
nantinya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Diberikan Skenario sebagai berikut:


Seorang pasien wanita usia 6 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
yang menetap pada gusinya. Pasien terlihat lemah, pucat, kurang bertenaga, dan kurus.
Berat badan tidak sesuai dengan usianya. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien nafsu
makannya tidak bagus, susah makan dan pilih-pilih makanan. Pada pemeriksaan klinis
intra oral terlihat warna kemerahan pada attached gingiva, terdapat penampakan
jaringan nekrosis pada margin gingiva. Pada palpasi gingiva terasa kaku. Oral hygiene
pasien buruk. Pada pemeriksaan radiografi tidak terlihat destruksi tulang alveolaris.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka masalah yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Kemungkinan diagnosis dari kelainan jaringan lunak di mulut pasien tersebut.

4
2. Kemungkinan-kemungkinan faktor etiologi kelainan di rongga mulut pasien
tersebut.
3. Kemungkinan diagnosis banding kelainan di rongga mulut pasien tersebut.
4. Macam-macam rencana perawatan kasus tersebut.
5. Macam-macam etiologi gingivitis pada anak secara umum.
6. Macam-macam kelainan gingiva yang sering ditemukan pada anak.
7. Kemungkinan-kemungkinan penyebab insiden penyakit periodontal yang lebih
parah relatif lebih rendah pada anak-anak dibanding pada orang dewasa.

c. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan makalah adalah :
1. Untuk mengetahui kemungkinan diagnosis dari kelainan jaringan lunak di mulut
pasien tersebut.
2. Untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan faktor etiologi kelainan di rongga
mulut pasien tersebut.
3. Untuk mengetahui kemungkinan diagnosis banding kelainan di rongga mulut
pasien tersebut.
4. Untuk mengetahui macam-macam rencana perawatan kasus tersebut.
5. Untuk mengetahui macam-macam etiologic gingivitis pada anak secara umum.
6. Untuk mengetahui macam-macam kelainan gingiva yang sering ditemukan pada
anak.
7. Untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan penyebab insiden penyakit
periodontal yang lebih parah relatif lebih rendah pada anak-anak dibanding pada
orang dewasa.

C. Manfaat
Berdasarkan rumusan msalah dan tujuan, maka manfaat pembuatan makalah
adalah:
1. Mahasiswa mengetahui kemungkinan diagnosis dari kelainan jaringan lunak di
mulut pasien tersebut.
2. Mahasiswa mengetahui kemungkinan-kemungkinan faktor etiologi kelainan di
rongga mulut pasien tersebut.
3. Mahasiswa mengetahui kemungkinan diagnosis banding kelainan di rongga mulut
pasien tersebut.

5
4. Mahasiswa mengetahui macam-macam rencana perawatan kasus tersebut.
5. Mahasiswa mengetahui macam-macam etiologi gingivitis pada anak secara
umum.
6. Mahasiswa mengetahui macam-macam kelainan gingiva yang sering ditemukan
pada anak.
7. Untuk mengetahui kemungkian-kemungkinan penyebab insiden penyakit
periodontal yang lebih parah relatif lebih rendah pada anak-anak dibanding pada
orang dewasa.

6
BAB II
PEMBAHASAN

Skenario:
Seorang pasien wanita usia 6 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit yang
menetap pada gusinya. Pasien terlihat lemah, pucat, kurang bertenaga, dan kurus. Berat badan
tidak sesuai dengan usianya. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien nafsu makannya tidak
bagus, susah makan dan pilih-pilih makanan. Pada pemeriksaan klinis intra oral terlihat warna
kemerahan pada attached gingiva, terdapat penampakan jaringan nekrosis pada margin
gingiva. Pada palpasi gingiva terasa kaku. Oral hygiene pasien buruk. Pada pemeriksaan
radiografi tidak terlihat destruksi tulang alveolaris.

1. Kemungkinan diagnosis dari kelainan jaringan lunak di mulut pasien tersebut


GINGIVITIS PELLAGROUS

Merupakan radang pada gingiva yang disebabkan oleh malnutrisi, kekurangan vitamin
B kompleks khusus nya Niasin (vitamin b3), dan banyak makan makanan yang
mengandung karbohidrat tetapi sedikit protein. Attached gingiva merah, sakit konstan,
pada margin gingiva terdapat jaringan nekrosis.

Pada anamnesis dari skenario diatas, diketahui bahwa pasien memiliki nafsu makan
yang tidak bagus, susah makan, dan pilih-pilih makanan, lalu pada pemeriksaan klinis
intra oral pasien terlihat warna kemerahan pada attached gingiva dan terasa sakit serta
terdapaat jaringan nekrosis pada margin gingiva. Maka kemungkinan diagnosis dari
kelainan jaringan lunak di mulut pasien tersebut adalah gingivitis pellagrous, sesuai
dengan tanda klinis dan anamnesis yang telah di dapat dari pasien tersebut.

2. Kemungkinan-kemungkinan faktor etiologi kelainan di rongga mulut pasien


tersebut
Menurut skenario diketahui pasien memiliki nafsu makan tidak bagus, susah makan
dan memilih-milih makanan. Kemudian juga pasien terlihat lemah, pucat, kurang
bertenaga, dan kurus. Berat badan pasien juga tidak sesuai dengan usianya. Maka,
kemungkinan faktor etiologi kelainan rongga mulut pasien tersebut yaitu kekurangan
nutrisi atau malnutrisi akibat kurangnya asupan gizi yang cukup.

7
Faktor penyebab Gingivitis Pellagrous:

Gingivitis ini merupakan peradangan pada gusi dimana disebabkan oleh kekurangan
vitamin B kompleks (kekurangan Niasm). Biasanya gingivitis ini terjadi pada anak
yang banyak asupan karbohidrat dengan sedikit protein.

3. kemungkinan diagnosis banding kelainan di rongga mulut pasien tersebut

 Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) /Infeksi Vincent’s


ANUG merupakan gingivitis spesifik dengan etiologi yang kompleks dan
memiliki ciri khas yaitu adanya ulserasi nekrotik dangkal yang sering timbul pada
papilla interdental dan gingiva marginal. ANUG biasanya disertai rasa sakit dan
perdarahan spontan.
Etiologi ANUG adalah trauma lokal disertai gangguan psikis akut,
gangguan gizi, dan OH pasien yang buruk. Secara klinis pasien yang menderita ANUG
mengalami anorexia (tidak nafsu makan), terlihat lemah (malaise), dan juga demam
akut 40oC. Pada skenario, anak tersebut terlihat lemah, pucat, kurang bertenaga, dan
kurus (berat badan tidak sesuai dengan usianya).Ciri-ciri ini mirip dengan
ANUG,namun pada ANUG sering didominasi oleh lesi ulseratif yang sangat sakit,
nekrotik dan lesi membranous, sampai ke infeksi kronis dengan sedikit gejala-gejala.
Lesi yang khas berupa ulserasi yang dangkal dan nekrotik, paling sering timbul pada
papila interdental dan gingival marginal. Bakteri yang menyebabkan ANUG yaitu jenis
spirochaeta, Borrelia vincentii, Bacilli fusiformis.
Ulserasi juga dapat timbul di pipi, bibir, lidah, palatum dan daerah faringeal.
Lesi ulseratif dapat berkembang meluas dan melibatkan prosesus alveolaris disertai
kuestrasi dari gigi-geligi dan tulang
Perawatan yang bisa dilakukan pada penderita ANUG adalah memberikan
antibiotic dan aplikasi H2O2 dan membersihkan jaringan yang nekrosis. Pengobatan
lokal dilakukan dengan metronidazole secara sistemik untuk 3-5 hari. Terdapat respon
terhadap pemberian antibiotik sistemik dan local debridement. Gejala menghilang
bertahap diatas 3-4 minggu, tetapi sering rekuren. Dalam jangka panjang, terapi
kebersihan untuk mencegah kerusakan gingival yang lebih lanjut harus dilakukan

8
 Gingivitis Diabetic
Gingivitis diabetik disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus. Diabetes
mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik gula darah
yang tinggi dikarenakan kelainan sekresi atau kerja insulin. Biasanya, yang terjadi pada
anak adalah diabetes mellitus tipe 1 yang tidak terkontrol.
Diabetes mellitus cenderung meningkatkan rentannya infeksi terhadap gingiva
dan juga menurunkan kemampuan dari sel yang membunuh bakteri sehingga bakteri
lebih mudah untuk masuk ke dalam gingiva. Terjadi karena perubahan fungsi sel imun
seperti neutrophil, monosit, dan makrofag.
Tampak klinis dari gingivitis diabetic biasanya gingiva mengalami abses
gingiva, terasa sakit dan terlihat pada intraoral terdapat jaringan nekrosis. Juga biasanya
pasien mengalami periodontitis akut. Tetapi pada skenario dikatakan bahwa pada
pemeriksaan radiografis tidak ditemukan adanya destruksi tulang alveolar. Perawatan
yang dapat dilakukan pada pasien gingivitis diabetic adalah pengontrolan yang teratur
pada gula darah dan juga mempebaiki atau mempertahankan OH agar selalu baik
dengan melakukan DHE pada orang tua pasien atau pada pasien anak.

9
4. Macam-macam rencana perawatan kasus tersebut
Dikarenakan kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah Gingivitis Pellagrous, maka
rencana perawatan yang bisa dilakukan ialah:
 Pemberian Vitamin B kompleks dosis tinggi
Dikarenakan Gingivitis Pellagrous merupakan radang gusi yang disebabkan
kurang nya Niasin yaitu B3 maka pasien diharuskan meningkatkan makan
makanan yang mengandung buah-buahan, gandum, hati, ikan, dan kentang.
 Memperbaiki gizi
Dikarenakan pada skenario diketahui bahwa pasien memiliki nafsu makan yang
tidak bagus, susah makan, dan pilih-pilih makanan, maka pasien harus
meningkatkan gizi nya, khususnya diikuti dengan peran serta orang tua pasien
tersebut.
 Meningkatkan Oral Hygiene
Salah satu cara pemeliharan kesehatan gigi dan mulut anak. Dalam hal ini akan
dilakukan tindakan menyikat gigi dengan adanya kandungan flour dan dapat
juga berkumur-kumur dengan larutan flour. Dalam ini peran orang tua sangat
berpengaruh dengan perilaku kesehatan gigi anak untuk memberikan
pendekatan TSD yaitu dengan menjelaskan, mendemonstrasikan dan
pemahaman anak untuk melakukannya yang dapat dilakukan di rumah.

10
5. Macam-macam etiologi gingivitis pada anak secara umum
LOKAL

1. Akumulasi plak dan kalkulus


Akumulasi plak dan kalkulus merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis.
Jika pasien memiliki oral hygiene yang buruk maka akan terbentuk plak yang lama
kelamaan akan terbentuk deposit kalkulus (media pertumbuhan bakteri).

2. Food Impaction
Pada gigi yang berdesakan akan sukar untuk dibersihkan,terjadi Food impaction.

3. Trauma pada jaringan lunak


Hal ini dapat terjadi jika gigi tumbuh di luar lengkung/buccoversi/linguoversi.Pada
anak-anak tulang alveolar dan gingiva lebih tipis sehingga dapat terjadi gesekan
bibir,pipi,lidah,makanan dan sikat gigi yang akhirnya dapat menyebabkan iritasi.

4. Mouth Breathing
Etiologi :
 Habitual: kebiasaan bernafas lewat mulut.
 Obstruksi: secara anatomi normal namun ada sesuatu yang menghambat jalan
nafas, contohnya terdapat polip.
 Anatomis: Secara anatomi terdapat kelainan sehingga terpaksa bernafas
menggunakan mulut. Contohnya pada kasus bibir hipotonus.

Disaat mulut terbuka,maka saliva menjadi kering dan gingiva pun akan menjadi
kering.

5. Karies yang parah


Jika terdapat gigi yang tidak dirawat maka pasien akan cenderung untuk tidak
menggunakan gigi tersebut (penggunyahan pada satu sisi). Pada gigi yang tidak
digunakan, debris akan mengumpul dan terbentuklah kalkulus.

6. Trauma oklusi
Jarang terjad pada anak-anak karena sedang dalam masa pertumbuhan. Jika terdapat
tekanan yang besar pada permukaan oklusal makan dapat terjadi desktruksi tulang
alveolar.

SISTEMIK

 Demam tinggi
Jika anak sakit maka akan malas membersihkan mulut. Sehingga produksi
saliva menurun. Selain itu pada anak yang sakit juga diberi makanan yang
lembek. Oral Hygiene yang buruk ditambah dengan pemberian makanan
yang lembek akan terbentuk akumulasi bakteri yang akan menjadi
gingivitis.

11
 Hormon
Keseimbangan hormonal berubah pada kehamilan dan pubertas.

 Defisiensi vitamin
Pada anak-anak tidak selalu. Vitamin C mempengaruhi keadaan jaringan
periodontal, unsur esensial untuk produksi connective tissue fiber / serabut
jaringan ikat. Vitamin B untuk terapi hormonal inbalance. Vitamin A
untuk terapi ANUG.

 Obat-obatan
Pada pasien-pasien yang sedang menjalani terapi epilepsi. Mengkonsumsi
sodium Dilantin dalam jangka panjang dapat menyebabkan hiperplasia
gingiva sehingga mahkota akan tertutup massa fibrous.
Terapi untuk epilepsi :
- Gingivectomy  massa padat, besar dan fibrous.
- Konsultasi dengan dokter yang merawat  alternatif obat lain
- Oral Hygiene meningkat  pemberian obat kumur

 Manifestasi dari penyakit sistemik


Varicella / chicken pox, herpes, measles, difteri.
Terapi : OH meningkat dan diberikan obat kumur.

6. Macam-macam kelainan gingiva yang sering ditemukan pada anak

 GINGIVITIS LOKAL (Simple Gingivitis):

- Gingivitis erupsi / eruptive gingivitis yaitu radang gusi di sekitar gigi yang sedang
erupsi.Gingivitis ini biasa terjadi pada anak usia 6-7 tahun dimana pada kisaran usia
tersebut gigi permanen mulai erupsi dan tekanan dari gigi erupsi serta plak yang
menumpuk tersebut menyebabkan terjadinya gingivitis. Faktor yang dapat
memperparah pada gingivitis ini adalah oral hygiene yang buruk pada anak-anak.

- Gingivitis marginalis / filth gingivitis yaitu radang gusi akibat oral hygiene yang
buruk. Biasanya terjadi pada anak sekitar usia 8-15 tahun dengan Gambaran klinis
berupa radang pada tepi gingiva dan papilla interdental. Pada keadaan kronis dapat
menyebabkan terjadinya periodontitis. Perawatan yang dapat diberikan adalah dengan
menghilangkan faktor penyebab meningkatkan kebersihan mulut dan meningkatkan
keadaan umum pasien.

12
- Gingivitis hiperplastika (biasanya terjadi pada orang yang bernafas dari mulut)
yaitu radang gusi akibat mukosa gingival yang kering karena kebiasaan bernafas lewat
mulut. Pada keadaan ringan gingivitis hiperplastika mempuyai keadaan klinis seperti
radang pada tepi gingia bagian labial, pada keadaan berat gingivitis hiperplastika bisa
terjadi pada regio C ke C

 GINGIVITIS SISTEMIK (Systemic Gingivitis):

- Gingivitis skorbutik yaitu radang gusi karena kekurangan vitamin C.Gingivanya


bengkak,warna kebiru-biruan dan terasa sakit.Biasanya terjadi perdarahan spontan
pada gusi.Pada kondisi ringan gingivitis skorbutik ini mempunyai gambaran klinis
berupa radang pada papila interdental dan tepi gingiva, pada kondisi berat mempunyai
gambaran klinis berupa gingiva membengkak dan hematom

- Gingivitis pubertas yaitu radang gusi karena perubahan hormonal.Gingiva terlihat


merah sampai kebiruan,terdapat pembesaran gingiva bagian labial Etiologi pada
gingivitis pubertas ini terdiri atas primer dan sekunder.Pada etiologi primer disebankan
oleh faktor iritasi lokal (akumulasi plak, kalkulus dan sisa makanan). Pada etiologi
sekunder disebabkan oleh perubahan hormonal. Perawatan yang dapat diberikan pada
pasien ini adalah peningkatan OH, menghilangkan faktor iritasi, dan perbaikan
kesehatan umum pasien

- Gingivitis pellagrous yaitu radang gusi karena kekurangan niasin.Gingivitis ini


dapat terjadi pada anak dengan asupan karbohidrat namun sedikit protein.Gambaran
klinis dari gingivitis ini adalah terdapat attached gingiva berwarna merah.Tanda khas
dari gingivitis ini adalah adanya jaringan nekrosis pada margin gingiva.Biasany
gingivitis ini disertai dengan adanya halitosis dan menurunnya tonisitas
gingiva.Perawatan yang dapat diberikan pasien ini adalah pemberian vitamin B
kompleks dengan dosis tinggi, perbaikan gizi anak dengan meningkatkan makanan
kaya protein, dan meningkatkan oral hygiene.

- Gingivitis diabetik yaitu radang gusi karena diabetes yang tak terkontrol.Gambaran
klinis pada gingivitis yaitu pasien merasa sakit dengan abses gingiva disertai dengan

13
gigi goyah, periodontitis akut, dengan nekrosis gingia akut.Perawatan yang dapat
diberikan pada pasien ini adalah dengan mengontrol diabetes pasien dan menjaga OH

- Gingivitis logam berat yaitu radang gusi karena keracunan logam berat (H6, Pb, Bi).
Gingivitis ini mirip dengan gingivitis marginalis namun disertai dengan adanya garis
biru/hitam pada pinggir gusi yang bergigi

- Gingivitis hiperplastis dilantin yaitu radang gusi karena pemakaian obat dilantin
(dikonsumsi oleh penderita epilepsi).Gambaran klinis berupa hiperplasia pada gigi
depan meliputi papila interdental tepi gingiva dan gingiva cekat dengan konsistensi
gingiva keras, kenyal, dengan warna merah muda dan tidak sakit. Perawatan yang
dapat diberikan pada pasien ini adalah dengan peningkatan OH dengan membersihkan
retensi makanan dan pemberian obat kumur antiseptik, konsultasi dengan dokter yang
merawat untuk diberikan alternatif obat lain, dan tindakan bedah dengan membuang
jaringan hiperplasia (gingivektomi)

-Gingivitis Leukimia

Gingivitis ini merupakan bentuk manifestasi dari penyakit leukimia akibat adanya
infiltrasi dari sel leukimia ke jaringan gingiva dan menyebabkan gingivitis. Gingivitis
ini mempunyai gambaran klinis berupa gingiva kemerahan dan mudah berdarah,pasien
akan merasa lemas,dapat disertai dengan sakit tenggorokan yang tidak sembuh-
sembuh.Jika terdapat ciri-ciri ini dapat dirujuk atau konsul ke dokter.

7. Kemungkinan-kemungkinan penyebab insiden penyakit periodontal yang lebih


parah relatif lebih rendah pada anak-anak dibanding pada orang dewasa
Dikarenakan adanya perbedaan struktur jaringan periodontal anak-anak (sulung) dan
dewasa (permanent).
CIRI - CIRI ANAK-ANAK DEWASA
Warna Gingiva Lebih kemerahan Coral pink
Kontur Gingiva Free Gingival Margin bulat Gingival margin seperti ujung
pisau
Konsistensi Gingiva Lunak, karena sedikit Padat dan elastis
kepadatan dan kurangnya serat
kolagen

14
Tekstur Permukaan Gingiva Saat bayi tidak ada stippling, Ada stippling
paling sering terlihat pada
umur 6 tahun
Sulkus Gingiva < 1 mm < 2 mm
Papilla Insisif Menggelembung menutup
rapat interproksimal space
Bentuk Mahkota Cembung dan pendek

15
BAB III
KESIMPULAN

Kemungkinan diagnosis dari kelainan jaringan lunak pada mulut pasien tersebut adalah
gingivitis pellagrous, karena sesuai dengan tanda klinis gingivitis pellagrous, keluhan serta
anamnesis yang di dapat dari pasien, yaitu pasien memiliki nafsu makan yang tidak bagus,
susah makan, serta pilih-pilih makanan dan adanya rasa sakit yang menetap pada gingivanya.
Lalu pada pemeriksaan klinis intra oral pasien juga terlihat warna kemerahan pada attached
gingiva dan adanya jaringan nekrosis pada margin gingiva. Kemungkinan faktor etiologi dari
gingivitis pellagrous adalah malnutrisi, sesuai dari skenario dan anamnesis yang telah didapat
bahwa pasien terlihat kurang sehat, lemah, pucat, berat badan tidak sesuai dengan usianya,
nafsu makan tidak bagus, susah makan, dan pilih-pilih makanan bisa menyebabkan pasien
kekurangan Vitamin B Kompleks khusus nya Niasin (Vitamin B3). Terdapat dua kemungkinan
diagnosis banding untuk pasien tersebut yaitu Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
dan Gingivitis Diabetic. Rencana perawatan pada kasus tersebut tentunya dengan pemberian
Vitamin B Kompleks dengan dosis yang tinggi, memperbaiki gizi, serta meningkatkan oral
hygiene, tentunya dibantu dengan peran orang tua karena sangat penting. Secara umum,
terdapat banyak etiologi gingivitis pada anak karena gingivitis merupakan kelainan periodontal
yang paling ringan, dan paling banyak ditemukan pada anak.
Terdapat dua faktor etiologi, yaitu faktor lokal seperti akumulasi plak dan kalkulus,
food impaction, trauma pada jaringan lunak, mouth breathing, karies yang parah, dan trauma
oklusi, lalu terdapat faktor sistemik seperti demam tinggi, hormon, defisiensi vitamin, obat-
obatan, dan manifestasi dari penyakit sistemik. Selain itu, banyak terdapat kelainan gingiva
yang sering ditemukan pada anak. Pertama, gingivitis lokal meliputi gingivitis erupsi,
gingivitis marginalis, dan gingivitis hiperplastika. Kedua, gingivitis sistemik meliputi
gingivitis skorbutik, gingivitis pubertas, gingivitis pellagrous, gingivitis diabetik, gingivitis
logam berat, dan gingivitis hiperplastis dilantin. Penyebab insiden penyakit periodontal yang
lebih parah relatif lebih rendah pada anak-anak dibading pada orang dewasa dikarenakan
adanya perbedaan struktur jaringan periodontal anak-anak dan dewasa.

Daftar Pustaka

16
1. Gopdianto R. Status Kebersihan Mulut Dan Perilaku Menyikat Gigi Anak Sd Negeri 1
Malalayang. e-Gigi (eG). 2015;3:130–8.
2. Sutjipto C, Wowor VN., Kaunang, Wulan P. Gambaran Tindakan Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Usia 10-12 Tahun Di Sd Kristen Eben Haezar 02
Manado. J E-Biomedik. 2013;Volume 1,(1):698.
3. Rosseno Y. Perawatan Gigi Anak - Menjaga Gigi Anak Tetap Sehat. 2008;

DAFTAR ISI

17
DAFTAR ISI………………………………………………………………...………………17
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………….18
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………......18
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….....18
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………………………………...………...18
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………….20
2.1 Pemeriksaan secara lengkap…………………………………………………...…..20
2.2 klasifikasikan trauma pada kasus..………………………………………...………21
2.3 Perawatan pada gigi 11 dan 21 ……………………………………………...…….24
2.4 Perawatan pada gigi 75 dan 85 ……………………………………………………26
2.5 Perawatan pada gigi 36 dan 46.……………….....…………………………………31
BAB III KESIMPULAN……….………………..………………………………………….33
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….35

BAB I
PENDAHULUAN

18
1.1 Latar Belakang
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan
gigi depan atas lepas akibat jatuh dari sepeda. Gigi tersebut disimpan di dalam susu oleh
orang tuanya. Pada pemeriksaan ekstra oral terdapat pembengkakan serta laserasi pada
bibir atas serta wajah. Pada pemeriksaan intra oral gigi 11 fraktur sepertiga mahkota
melibatkan email, dentin, serta pulpa, gigi 21 lepas, tidak ada krepitasi dan tidak ada
keterlibatan akar. Gigi 85 radiks, gigi 75 KMP non vital melibatkan furkasi. Gigi 46
karies superfisial. Gigi 36 ceruk dan fisuranya dalam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan pada kasus trauma di atas
2. Sebutkan dan diskusikan klasifikasi trauma pada kasus di atas menurut WHO,
Andreasen, dan Ellis Devey
3. Kemungkinan-kemungkinan perawatan yang perlu dilakukan untuk gigi 11 dan 21
4. Pertimbangan-pertimbangan perawatan pada gigi 75 dan 85, serta berbagai perawatan
lanjutannya
5. Perawatan yang perlu dilakukan pada gigi 36 dan 46

1.3 Tujuan dan manfaat


1. Untuk mengetahui pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan pada kasus trauma di
atas
2. Untuk mengetahui klasifikasi trauma pada kasus di atas menurut WHO, Andreasen,
dan Ellis Devey
3. Untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan perawatan yang perlu dilakukan untuk
gigi 11 dan 21
4. Untuk mengetahui pertimbangan-petimbangan perawatan pada gigi 75 dan 85, serta
berbagai perawatan lanjutannya
5. Untuk mengetahui perawatan yang perlu dilakukan pada gigi 36 dan 46

19
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan pada kasus trauma di atas
Pemeriksaan Klinis Trauma Gigi Anterior:
a. Anamnesis
1. 5W + 1 H
- Who: Siapa yang mengalami kejadian tersebut?
- What: Apakah yang terjadi pada pasien?
- When: Kapan kejadian itu terjadi?
 Untuk melihat waktu interval ketika terkena trauma sampai mencari
pertolongan
 Untuk mengetahui kemungkinan prognosis dan pengobatan khusus pada
kasus reinplantansi,pulpa terbuka ,kerusakan tulang dan jaringan lunak yang
parah
- Where: Dimana kejadian itu terjadi?
 Untuk Tetanus prophylaxis perlu atau tidak?
- Why: Mengapa Hal itu bisa terjadi?
- How: Bagaimana kejadian itu bisa terjadi?
 Untuk memprediksi arah patahan, bagian yang hilang dan struktur apa saja
yang mungkin terkena
Jika pada anak yang sangat kecil kejadian berulang pada tempat yang sama
dapat dicurigai child abuse
2. Pertimbangan perawatan pada keadaan darurat secara umum:
- Untuk menghentikan perawatan
- Untuk menghilangkan sakit
- Untuk mengurangi stress psikologis
- Diet yang lunak
3. Emergency Management
- A: Airway with servical spine control
- B: Breathing and ventilation
- C: circulation and homorrhage control
- D: Disabillity neurological states

20
4. Pemeriksaan Keadaan Umum
- Tanda vital: suhu tubuh, denyut jantung/nadi, tekanan darah, laju nafas
- Tingkat sakit, kesadaran pasien
- Status gizi
- Reaksi alergi
- Epilepsi
- Perdarahan spontan
b. Pemeriksaan Ekstraoral
Dapat dilakukan dengan melihat:
1. Apakah ada atau tidak lesi di luar rongga mulut
2. Kesimetrisan wajah
3. Pemeriksaan disekitar TMJ
4. Deformitas akibat freaktur tulang
5. Pembengkakan
c. Pemeriksaan Intraoral
Dapat dilakukan dengan:
1. Warna: apakah ada perubahan warna dari gigi yang mengalami cedera
2. Oklusi: untuk melihat apakah open bite atau tidak?
3. Mobilitas yang abnormal
4. Palpasi
5. Perkusi
6. Test Vitalitas: Vitalometer, Thermal
7. Pemeriksaan Radiologis: Fraktur akar/tl. alveolar, letak pulpa terhadap fraktur,
tahap perkembangan gigi, kerusakan gigi yang berdekatan/antagonis, pathosis
disekitar, perbandingan masa datang

2.2 Sebutkan dan diskusikan klasifikasi trauma pada kasus di atas menurut who,
andreasen, dan ellis devey

Klasifikasi WHO:
Kerusakan pada jaringan keras
 I : Enamel infraction
Meliputi hanya email, dan fraktur tidak menyeluruh atau retak pada email.

21
 II : Uncomplicated crown fracture
 Enamel Fracture
Fraktur yang menyebabkan kehilangan sebagian dari mahkota gigi yang melibatkan
email.
 Enamel- Dentin Fracture (Uncomplicated Crown fracture)
Fraktur yang menyebabkan kehilangan sebagian dari mahkota gigi yang mengenai
email dan dentin, namun tidak menyertakan pulpa.
 III : Complicated crown fracture
Fraktur kompleks yang mengenai email, dentin, dan pulpa yang terbuka.
 IV : Uncomplicated Crown-Root Fracture
Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar, namun tidak disertai dengan
terbukanya pulpa.
 V : Complicated Crown-Root Fracture
Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar, dan disertai dengan
terbukanya pulpa.
 VI : Root Fracture
Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Dapat diklasifikasikan
menurut arah fraktur seperti horizontal, oblique, dan vertikal.

Kerusakan pada jaringan periodontal


 I : Concussion
Cedera pada struktur pendukung gigi dengan kegoyangan atau perpindahan gigi, dengan
reaksi yang ditandai dengan perkusi.
 II : Subluxation (Loosening)
Kerusakan pada struktur penyangga gigi dengan kegoyangan abnormal, namun tanpa
pergeseran/perubahan posisi gigi.
 III : Extrusive Luxation (Peripheral Dislocation, Peripheral Avulsion)
Perubahan posisi gigi sebagian keluar dari soketnya.
 IV : Lateral Luxation
Pergeseran gigi ke arah lateral, dan disertai dengan fraktur pada soket.
 V : Intrusive Luxation (Central Dislocation)
Pergeseran gigi ke dalam tulang alveolar, dan disertai fraktur pada soket.
 VI : Avulsion (Exarticulation)

22
Lepasnya seluruh gigi dari soketnya.

Klasifikasi trauma pada kasus:


Gigi 11 : Complicated Crown Fracture
Gigi 21 : Avulsion

Klasifikasi Andreasen:
a) Fraktur Spontan

Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya tekanan pengunyahan. Pada hal ini
elemen-elemen email gigi mengalami atrisi dan aus karena adanya gesekan pada saat mengunyah.
Keadaan ini bisa menyebabkan gigi mengalami fraktur. Fraktur spontan lebih sering terjadi pada
gigi molar satu bawah.

b) Fraktur Traumatik

Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang bersifat tiba- tiba. Fraktur
traumatik biasanya tidak terjadi pada bayi dibawah umur 1 tahun karena pengaruh aktivitas yang
dilakukannya. Penyebab fraktur yang sering terjadi adalah benturan akibat kecelakaan atau karena
dipukul. Berdasarkan bagian yang mengalami fraktur, fraktur traumatrik dibedakan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:

1) FrakturMahkota
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian email hingga ke bagian
tulang gigi dengan atau tanpa patahnya sebagian elemen. Fraktur mahkota juga dapat dibagi
menjadi:

 Infraksi Mahkota: Pada jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang terjadi tidak
membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja yaitu sekitar 10-13%. Retak
biasa mencapai dentin hingga pulpa.
 Fraktur Mahkota Tanpa Komplikasi: Merupakan fraktur yang terjadi pada sebagian
email, dan dentin. Fraktur ini biasanya terjadi pada gigi anterior dan patah pada bagian sudut
mesial maupun sudut distal. Biasanya jenis fraktur ini tidak menimbulkan rasa sakit, namun
apabila fraktur terjadi hingga mencapai dentin, maka rasa sakit akan terasa terutama pada saat
makan maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit pada saat mengunyah juga bisa terjadi
karena jaringan periodontal juga mengalami kerusakan.

23
 Fraktur Mahkota dengan Komplikasi: Pada jenis fraktur ini, bagian besar mahkota dan
tulang gigi patah sehingga pulpa terbuka dan mengalami pendarahan kapiler. Rasa sakit
biasanya timbul pada saat mengunyah dan jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4% penderita
fraktur gigi mengalami fraktur jenis ini.

2) Fraktur Akar
Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan foto rontgen untuk mengetahui kondisi gigi yang mengalami fraktur.

 Fraktur Mahkota Akar: Fraktur mahkota akar yang terjadi dari insisal sampai 2-3 mm
di bawah pengikatan gingival pada elemen pada arah vestibulolingual, dan pulpa sering terlibat
dalam hal ini. Pada gigi premolar atas, tonjol vestibular sering patah. Pada kasus yang terakhir,
bagian yang patah biasanya ditahan pada tempatnya oleh serabut periodontal, sehingga retak
pada mulanya kurang menarik perhatian. Keluhan yang terjadi pada pasien seperti keluhan pada
pulpitis, dan sakitnya akan bertambah ketika digunakan untuk menggigit.
 Fraktur Akar Gigi yang baru erupsi memiliki resiko untuk lepas dari alveolus apabila
terjadi benturan, sedangkan gigi yang telah tumbuh sempurna memiliki resiko patah.

Klasifikasi trauma pada kasus:

1
Gigi 11 : Fraktur 3 mahkota melibatkan email, dentin, serta pulpa  complicated crown
fracture

Gigi 21: Lepas, tidak ada krepitasi dan tidak ada keterlibatan akar  Exarticulation
(complete avulsion)

Klasifikasi menurut Ellis dan Davey:


Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut banyaknya
struktur gigi yang terlibat, yaitu :
 Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
 Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi
belum melibatkan pulpa.
 Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
 Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
 Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

24
 Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
 Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
 Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang menyebabkan
fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak
mengalami perubahan.
 Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.

Pada skenario diatas gigi 11 termasuk kelas 3 dan Gigi 21 termasuk kelas 5

2.3 kemungkinan-kemungkinan perawatan yang perlu dilakukan untuk gigi 11 dan 21

Perawatan gigi 11

Fraktur ini melibatkan email dan dentin dengan disertai terlibatnya sedikit kamar pulpa.
Tujuan perawatan adalah untuk mempertahankan vitalitas. Jenis perawatan yang dapat
dilakukan adalah direct pulp capping dan pulpotomi parsial.

1). Direct pulp capping

Indikasi perawatan ini adalah keadaan pulpa baik, tidak terjadi lukasi yang disertai
kerusakan pada suplai darah di daerah apeks, bagian pulpa terbuka kurang dari 1 mm, jarak
waktu antara terbukanya pulpa dan perawatan kurang dari 24 jam, dan restorasi yang akan
dibuat dapat mencegah masuknya bakteri. Langkah-langkah direct pulp capping adalah:
(1). Isolasi gigi dengan menggunakan rubber dam atau cotton roll.
(2). Bersihkan permukaan fraktur menggunakan cotton pellets lembab yang telah
dicelupkan pada NaCl fisiologis atau klorheksidin.
(3). Keringkan bagian pulpa yang terbuka dengan menggunakan cotton pellets steril.
(4). Daerah perforasi tutup dengan pasta kalsium hidroksida.
(5). Tutup dengan restorasi pelindung seperti restorasi sementara, melekatkan kembali
fragmen mahkota atau composite build-up.

2). Pulpotomi

25
perawatan ini dilakukan jika terjadi dalam waktu kurang dari 72 jam., porferasi lebih dari
1mm, pendarahan dapat terkontrol, akar belum terbentuk sempurna. Umumnya amputasi
dilakukan kira-kira 2 mm di bawah daerah tereksponasi.

3). Plupektomi

kejadian terjadi dalam waktu lebih dari 72 jam, nyeri spontan, dan akar sudah terbentuk
sempurna.

Perawatan gigi 21

Kemungkinan-kemungkinan perawatan yang perlu dilakukan untuk gigi 11 dan 21


Gigi 21 lepas, tidak ada krepitasi, dan tidak ada keterlibatan akar. Pada klasifikasi akibat
trauma menurut Ellis dan Davey, termasuk klasifikasi kelas 5, yaitu trauma pada gigi yang
menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi. Maka perawatan yang diperlukan untuk gigi 21
adalah replantasi.

Avulsi Cara-cara replantasi gigi avulsi yang dilakukan di tempat terjadinya trauma:
(1). Tekan gigi yang mengalami avulsi dalam posisi yang benar pada soketnya sesegera
mungkin.
(2). Cara lain adalah menempatkan gigi diantara bibir bawah dan gigi atau bila tidak
memungkinkan letakkan gigi pada segelas air susu.
(3). Periksakan ke dokter gigi sesegera mungkin.
Cara-cara replantasi gigi di ruang praktek:
(1). Lakukan anestesi lokal.
(2). Bilas gigi perlahan-lahan dengan NaCl fisiologis menggunakan syringe.
(3). Soket diirigasi menggunakan cairan NaCl fisiologis.
(4). Letakkan gigi perlahan-lahan dengan tekanan jari.
(5). Apabila fragmen tulang alveolar menghalangi replantasi maka lepaskan kembali gigi
dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada posisinya dan ulangi kembali
replantasi.
(6). Pembuatan foto rontgen dilakukan untuk memeriksa apakah posisi sudah benar.
(7). Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
(8). Berikan antibiotika selama 4-5 hari.

26
(9). Berikan profilaksis tetanus bila gigi yang avulsi telah berkontak dengan sesuatu.
(10). Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin 0,1% sehari 2
kaliselama 1 minggu.
(11). Lepaskan splint setelah 1-2 minggu. (12). Perawatan saluran akar dipertimbangkan
bila tampak adanya kelainan pada pulpa.
Pertimbangan perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi:
(1). Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau setelah splint
dilepas.
(2). Saluran akar diisi pasta kalsium hidroksida untuk sementara.
(3). Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan terjadi
revaskularisasi pada pulpa sehingga perawatan saluran akar hendaknya ditangguhkan.
(4). Apabila pada foto rontgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya gambaran
radiolusen di daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar eksternal maka
perawatan saluran akar harus segera dilakukan.
(5). Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan pembuatan foto
rontgen setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak nekrosis dan penutupan apeks
terjadi.

2.4 Pertimbangan – pertimbangan perawatan pada gigi 75 dan 85, serta sebagai
perawatan lanjutannya

Pertimbangan perawatan yang dapat dilakukan pada gigi 75 dan 85 adalah ekstraksi
karena gigi 75 diagnosisnya adalah KMP non Vital namun sudah melibatkan daerah bifurkasi
sehingga tidak dapat dirawat dengan melakukan PSA atau Perawatan Saluran Akar karena saat
dilakukan pengisian maka akan terjadi kebocoran. dan diikuti dengan pembuatan space
maintainer dimana jenis space maintainer yang dapat digunakan adalah Removable space
maintainer yaitu tipe Mandibular Acrylic Removable Space Maintainer dan juga Fixed Space
maintainer yaitu tipe Fixed Lingual Arch Space Maintainer:
Indikasi Space Maintainer atau alat penahan ruang di antaranya:
 Gigi pengganti yang masih lama erupsi seperti contoh: 1) dm1 hilang sebelum
p1 erupsi, 2) dm2 hilang sebelum p2 erupsi dan 3) dm2 hilang sebelum M1
permanen erupsi
 Kehilangan dini gigi sulung anterior karena alasan estetis dan psikologis
 Pencabutan dini gigi M1 permanen baik sebelum maupun sesudah M2 erupsi

27
 Kongenital missing / agenesis (kelainan gigi yang tidak tumbuh) : P2, I2

Kontra-Indikasi Space Maintainer atau alat penahan ruang di antaranya:


 Bila tidak ada lagi jaringan tulang alveolus di atas mahkota gigi yang akan
erupsi atau dengan kata lain gigi tetap pengganti sudah akan erupsi
 Bila ruang yang tersedia antara jarak mesiodistal dengan gigi pengganti lebih
besar sehingga diperkirakan tidak akan terjadi penyempitan ruang
 Kekurangan ruangan yang terlalu besar sehingga perlu dilakukan perawatan
ortodonthi diikuti dengan terapi ekstraksi
 Jika terjadi agenesis dan diharapkan terjadinya penutupan ruang pada daerah
yang mengalami agenesis

Syarat-syarat APR / Alat Penahan Ruang / Space Maintainer :


 Konstruksi sederhana dan pertahankan ruang mesio-distal
 Memungkinkan bersifat fungsional dan dapat mencegah ekstruksi dari gigi
antagonis
 Mudah dibersihkan, dirawat dan juga stabil
 Tidak membahayakan dan menimbulkan tekanan pada gigi yang ada
 Tidak menghalangi erupsi dari gigi tetap yang ada di bawahnya
 Tidak menghalangi pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi dan rahang
 Tidak mengganggu fungsi pengunyahan bicara dan pergerakan dari mandibular

Pada skenario ini terdapat 2 jenis Space maintainer yang dapat dijadikan pilihan terapi
di antaranya adalah Removable space maintainer dan juga Fixed Space maintainer
Removable space maintainer merupakan jenis space maintainer dimana tidak
dicekatkan ke gigi dan dapat dilakukan oleh pemasangan dan pelepasan sendiri oleh pasien.
Dimana removable space maintainer ini terdapat 2 jenis di antaranya adalah
 tanpa cengkram/ kawat yang diindikasikan untuk kehilangan gigi bilateral
simetris yang merupakan indikasi untuk kasus skenario di atas yaitu adanya
kehilangan gigi 85 dan gigi 75 dikarenakan indikasi ekstraksi
 Dengan cengkram / kawat dimana terdapat 4 jenis cengkram di antaranya :
o Cengkram Bola
o Cengkram Adam
o Cengkram C
o Cengkram Labial (Hawley)

28
Keuntungan APR Lepasan / Removable Space Maintainer :
 Mudah untuk dilakukan pembersihan dan kontrol karies
 Memulihkan fungsi kunyah dan bicara
 Tidak perlu dipakai terus menerus dan sirkulasi darah ke jaringan lunak lebih baik
 Dapat mencegah ekstrud atau supra erupsi pada gigi antagonis karena bersifat APR +
atau fungsionalis
 Dapat dikombinasikan dengan regrainer
 Mempertahankan dimensi vertikal dan dapat menggantikan beberapa gigi yang hilang
 Dapat dilakukan pengasahan saat gigi tetap erupsi dan memiliki estetik yang baik

Kerugian APR/Alat Penahan Ruang Lepas


 Alat mudah hilang dan mudah patah
 Kemungkinan alat tidak dipakai jika pasien tidak memiliki kesadaran diri
 Mengiritasi jaringan lunak dibawahnya dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan rahang ke bagian lateral pada jenis cengkram C

Terdapat 2 Jenis APR/Alat Penahan Ruang tanpa kawat ada 2 jenis rahang baik rahang atas
maupun rahang bawah yaitu :
1. Mandibular Acrylic Removable Space Maintainer

Saat pemasangan APR perlu diperhatikan :


 Bagian distal berada di bagian proksimal distal gigi terakhir
 Bagian bukal setinggi tepi gingiva pada daerah gigi yang berdekatan
 Bagian lingual berada kurang lebih 2 mm di atas mucolingual fold
 Bagian Anterior berada di ½ gigi anterior
 Bagian Posterior berada setinggi kontur gigi posterior

2. Maxillary Acrylic Space Maintainer


Saat pemasangan APR yang perlu diperhatikan :

29
 Bagian Distal berada bagian proximal dan distal gigi terakhir dan sejajar garis
pertemuan antara Palatum mole dan palatum durum
 Bagian bukal berada setinggi tepi gingiva gigi yang berdekatan
 Bagian palatal menutupi seluruh palatum
 Bagian anterior berada di ½ gigi anterior
 Bagian posterior berada setinggi kontur gigi posterior

Alat penahan ruang dengan cengkram /kawat :


Cengkram Adam Cengkam C

Cengkram Labial Hawley Cengkram Bola

30
Alat Penahan Ruang Cekat (Fixed Space Maintainer)
Fixed space maintainer merupakan space maintainer yang di desain secara cekat
berada di dalam mulut dan tidak merusak jaringan rongga mulut dengan memiliki fungsi yang
sama seperti removable space maintainter, yaitu mempertahankan ruang bekas gigi sulung
yang mengalami pencabutan dini. Fixed space maintainer memiliki 2 macam yaitu:
a. Fixed Lingual Arch Space Maintainer
Lingual arch ini digunakan untuk kehilangan gigi multiple pada lengkung
rahang bawah apabila semua insisivus permanen rahang bawah sudah erupsi. Alat ini
bersifat pasif karena tidak dapat diatur atau di lepas. Lingual arch terbuat dari kawat
yang memanjang di seitar daerah lingual dari rahang, kawat itu terhubung dengan kedua
sisi pada gigi molar. Lingual arch di desain agar kedua gigi molar tidak bergeser kearah
mesial, yang dapat memperkecil ruangan untuk erupsi premolar tetap.
Lingual arch ini di indikasikan pada pasien yang memiliki kehilangan gigi
sulung posterior bilateral, tidak dapat di buat removable space maintainer, dan bila
diperkirakan erupsi gigi tetap tidak terlalu lama.
Keuntungan dari menggunakan lingual arch space maintainer adalah posisi dari
space maintainer tidak mudah untuk berubah karena cekat, mempertahankan panjang

31
dan bentuk yang sudah baik, mencegah gigi posterior bergerak ke anterior akibat dari
pencabutan dini atau kehilangan dini gigi sulung yang dapat menyebabkan adanya
pergerakan gigi ke mesial atau distal dari gigi sulung di sebelahnya yang ditinggalkan
akibat pencabutan dini, dan lingual arch space maintainer tidak menghalangi erupsi gigi
tetap. Kerugian dari menggunakan lingual arch space maintainer adalah tidak dapat
mengembalikan fungsi pengunyahan, tidak dapat mencegah ekstruksi atau supra erupsi
gigi antagonis, menyebabkan retensi plak sehingga terjadi daerah demineralisasi atau
karies atau kelainan jaringan periodonsium pada area gigi penyangga, membutuhkan
waktu control yang lebih lama yaitu kurang lebih 2 tahun, dan beberapa jenis space
maintainer harus dilakukan preparasi pada gigi penyangga sehingga mengakibatkan
bentuk anatomis gigi normal berubah.
Cara pembuatan lingual arch space maintainer adalah sebagai berikut :
1. Band dipilih sesuai dengan gig penyangga
2. Membuat cetakan rahang bawah, kemudian band yang telah di coba di keluarkan
dan ditempatkan pada cetakan
3. Hasil cetakan di cor dengan stone atau gips
4. Kawat stainless steel dibentuk pada lengkungan permukaan lingual gigi
5. Alat di solder pada bagian lingual kedua band
6. Lepaskan alat dari model kerja dan poles, selanjutnya di insersikan ke dalam mulut
pasien.

b. Nance (Maxillary) Holding Appliance Space Maintainer


Nance appliance digunakan pada rahang atas apabila satu atau lebih molar
tanggal secara dini. Kawat pada nance appliance ini tidak menyentuh bagian palatal
gigi tetapi dibentuk sesuai dengan lengkung palatum anterior. Kawat pada bagian
anterior dibatasi oleh akrilik sedangkan pada bagian posterior terhubung pada masing-

32
masing band. Pada pemakaian nance appliance space maintainer, pasien harus
diperiksa untuk memastikan apakah kawat lingual tidak menganggu erupsi dari gigi
caninus dan premolar tetap yang harus diperiksa secara periodic, serta tidak menganggu
area disekitar palatum.

2.5 PERAWATAN YANG PERLU DILAKUKAN PADA GIGI 36 DAN 46


 Gigi 36 gigi permanen muda yang memiliki ceruk dan fisure yang dalam akan
menyebabkan makanan mudah terselip sehingga memiliki resiko karies yang
tinggi. Sehingga perawatan yang tepat untuk gigi 36 adalah pit and fisure sealant
untuk mencegah terjadinya karies. Bahan yang digunakan bisa berupa resin
komposit, gic, atau kompomer.
 Gigi 46 dengan karies superfisial bisa dilakukan perawatan PRR tipe A. Bahan
yang digunakan bisa berupa resin komposit flowabel atau kompomer flowabel
karena mudah pengaplikasiannya dan mengurangi kemungkinan kebocoran pada
tepi restorasi.Kelebihan dari perawatan PRR adalah minimal invasie dan
menghambat karies awal

33
BAB III

KESIMPULAN

Sebelum menentukan perawatan yang akan dilakukan, dokter gigi harus dapat menegakkan
diagnosis dari keluhan dan kondisi pasien. Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis:
 Anamnesis
 Pemeriksaan Intraoral
 Pemeriksaan Ekstraoral
 Pemeriksaan Penunjang (Radiografis)

Klasifikasi menurut WHO:


Memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan ICD (Internasional
Classification of Diseases).
Untuk klasifikasi trauma pada kasus tersebut menurut WHO:
 Gigi 11 : Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa (873.62)
 Gigi 21 : Avulsi (873.68)

Klasifikasi menurut Ellis & Davey:


Pada skenario di atas, dikatakan pasien mengalami trauma yaitu jatuh dari sepeda yang
mengakibatkan gigi 11 fraktur 1/3 mahkota melibatkan email, dentin, serta pulpa dan
gigi 21 yang lepas, tidak ada krepitasi dan tidak ada keterlibatan akar. Gigi 11 tidak
dikatakan dengan jelas apakah gigi tersebut vital atau sudah non vital.
 Jika gigi 11 masih dalam keadaan vital, maka gigi 11 termasuk dalam kelas III : Fraktur
mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang luas, sudah mengenai pulpa.
 Jika gigi 11 sudah non vital maka termasuk dalam kelas IV : Trauma pada gigi yang
mengakibatkan gigi menjadi non vital disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya
struktur mahkota gigi.
 Gigi 21 lepas termasuk ke dalam kelas V : Trauma pada gigi yang menyebabkan
hilangnya gigi (avulsi).

Klasifiksi menurut Andreasen:

Gigi 11 : termasuk ke dalam klasifikasi fraktur mahkota

Gigi 21 : termasuk ke dalam klasifikasi Avulsi

34
 Kemungkinan perawatan gigi 11
Jika gigi 11 masih vital, perawatan yang dapat dilakukan :
 Pulp capping direct
Kejadian terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, pulpa sehat, akar belum
terbentuk sempurna, perforasi pin point atau kurang dari 1 mm
 Pulpotomi
Kejadian terjadi dalam waktu kurang dari 72 jam, perforasi lebih dari 1mm,
pendarahan dapat terkontrol, akar belum terbentuk sempurna
 Pulpektomi
Kerjadian terjadi dalam waktu lebih dari 72 jam, nyeri spontan, akar sudah
terbentuk sempurna
Jika gigi 11 sudah non vital dan apeks sudah tertutup, dilakukan perawatan saluran akar
dan jika apeks belum tertutup sempurna, dapat dilakukan apeksifikasi.

 Kemungkinan perawatan gigi 21

Perawatan yang dapat diberikan untuk gigi 21 adalah replantasi

- Gigi 75 : KMP non vital melibatkan furkasi


- Gigi 85 : Radiks
 Keduanya harus dilakukan ekstraksi.
 Space Maintaner
Setelah dilakukan ekstraksi, dapat diberikan space maintainer dengan pilihan sebagai
berikut:
a. Fixed Space Maintaner : lingual arch space maintainer
Yang memiliki indikasi :
- Untuk gigi rahang bawah
- Kehilangan dini pada gigi sulung posterior pada 2 sisi
- Keempat gigi insisif permanen sudah erupsi
b. Removeable Space Maintaner

 Gigi 36: gigi permanen muda yang memiliki ceruk dan fisure yang dalam. Gigi tersebut
indikasi dilakukan perawatan pit and fisure sealant untuk mencegah terjadinya karies.
Bahan yang digunakan bisa berupa resin komposit, gic, atau kompomer.
 Gigi 46 dengan karies superfisial bisa dilakukan perawatan PRR tipe A. Bahan yang
digunakan bisa berupa resin komposit flowabel atau kompomer flowabel.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Braham, Raymond L. and Moris, Merle E. Textbook of Pediatric Dentistry. Baltimore:


Williams & Wilkins.
2. McDonald, R., Avery, D. and Dean, J. 2008. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed.
St. Louis, Mo.: Mosby.
3. Sabir, Tabbu, Agustiono, Sosroseno. 2005. Histological Analysis of Rat Dental Pulp Tissue
Capped with Propolis. J Oral Sci; 47(3):135- 8.Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-
konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga, p. 105-133.
4. Sahar, Halim and Dalia, El-Rouby. 2012. The Adverse Effects of Nano bond Adhesive
Systems Used as Direct Pulp Capping Materials. European Journal of Dentistry and
Medicine, 4: 14-25.

36

Anda mungkin juga menyukai