Anda di halaman 1dari 17

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan permasalahan atau topik yang akan dilaporkan dalam
penulisan tugas akhir berisi tentang konsep dasa rkecemasan (ansietas), konsep dasar
Craniotomy, dan konsep dasar teknik relaksasi benson, serta kuesioner HADS.

A. Konsep Kecemasan (Ansietas)


1. Definisi
Kecemasan (Ansietas) adalah sebuah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh siatuasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulasi
anseitas. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang berasal dari eksternal atau internal
sehingga tubuh memiliki respons secara perilaku, emosional, kognitif, dan fisik
(American Psychological Association, 2014). Ansietas adalah perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber tidak diketahui oleh
individu) sehingga individu akan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi
(NANDA, 2015). Kecemasan adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami perasaan gelisah dan aktivasi system saraf autonom dalam respon ancaman
yang tidak jelas. Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap penilaian subyektif
yang di pengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak di ketahui secara khusus
penyebabnya (Kemenkes,2015),sebagian besar pasien yang akan melakukan operasi
akan timbul rasa kecemasan (anxiety) yang disebabkan karena rasa takut berlebih yang
akan berdampak pada status hemodinamika (meningkatnya tekanan darah, denyut nadi,
dan sesak nafas).
2. Etiologi Kecemasan(Ansietas)
Menurut Mardiani (2016) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya kecemasan
(ansietas) yaitu :
a) Faktor biologis/ fisiologis :
Berupa ancaman yang mengancam akan kebutuhan sehari-hari seperti
kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan. Otak mengandung

7
8

reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan


neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga mengalami
ansietas memiliki efek sebagai faktor predisposisi ansietas.
b) Faktor psikososial
Ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda/ orang berharga, dan
perubahan status sosial/ ekonomi.
c) Faktor perkembangan
Ancaman yang menghadapi sesuai usia perkembangan, yaitu masa bayi,
masa remaja dan masa dewasa.
3. Respons terhadap Kecemasan (Ansietas)
Menurut Stuart (2013) ada 4 respons tubuh terkait ansietas yaitu respons fisiologis,
respons perilaku, respons afektif, dan respons kognitif.
9

Gambar 2.1 Respon Fisiologis

4. Tanda dan Gejala


a. Psikologis : Khawatir, sulit berkonsentrasi, ketidapastian dan ketakutan membuat
keputusan yang salah .
b. Biologis : keletihan, gangguan tidur, otot tegang, gemetar, mual muntah,
berkeringat, diare (Wiedemann, 2015).
Kemudian menurut NANDA 2015 yaitu :
a. Perilaku : agitasi, gelisah, gerakan ekstra, insomnia, mengekspresikan
kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
b. Afektif : berfokus pada diri sendiri, distres, gelisah, gugup, kesedihan yang
mendalam, ketakutan, menggemerutukkan gigi, menyesal, peka, putus asa, ragu,
sangat khawatir
10

c. Fisiologis : gemetar, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, suara bergetar,


tremor, tremor tangan, wajah tegang
d. Simpatis : anoreksia, diare, dilatasi pupil, gangguan pernapasan, lemah, mulut
kering, peningkatan denyut nadi, peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan
refleks, peningkatan tekanan darah, wajah memerah
e. Parasimpatis : diare, dorongan segera berkemih, gangguan pola tidur, kesemutan
pada ekstremitas, letih, pusing, mual, nyeri abdomen, penurunan denyut nadi dan
tekanan darah, sering berkemih
f. Kognitif : gangguan konsentrasi, konfusi, lupa, elamun, menyadari gejala
fisiologis, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah.
5. Faktor – Faktor yang Berhubungan (NANDA, 2015) :
a. Ancaman kematian
b. Ancaman pada status terkini
c. Hereditas
d. Hubungan interpersonal
e. Kepatuhan yang tidak dipenuhi
f. Konflik nilain
g. Konflik tentang tujuan hidup
h. Krisis maturasi
i. Krisis situasi
j. Pajanan pada toksin
k. Penularan interpersonal
l. Penyalahgunaan zat
m. Perubahan besar (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran,
status peran)
n. Riwayat keluarga tentang kecemasan
o. Stresor
11

6. Tingkat Kecemasan (Ansietas)


Menurut Sallarova (2014) ada 4 klasifikasi tingkat ansietas yaitu ansietas ringan,
ansietas sedang, ansietas berat, dan panik.
a) Kecemasan(Ansietas) Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan
sehari-hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada realitas.
Individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah marah, gelisah, atau adanya
kebiasaan untuk mengurangi ketegangan (seperti menggigit kuku, menekan jari-
jari kaki atau tangan).
b) Kecemasan (Ansietas) Sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyemit. Selain itu
individu mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang menangkap
informasi dan menunjukkan kurangnya perhatian pada lingkungan. Terhambatnya
kemampuan untuk berpikir jernih, tapi masih ada kemampuan untuk belajar dan
memecahkan masalah meskipun tidak optimal. Respons fisiologis yang dialami
yaitu jantung berdebar, meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin,
dan gejala somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering
berkemih). Terdengar suara sedikit bergetar. Ansietas ringan atau ansietas sedang
dapat menjadi sesuatu yang membangun karena kecemasan yang terjadi
merupakan sinyal bahwa individu tersebut membutuhkan perhatian atau
kehidupan individu tersebut dalam keadan bahaya.
c) Kecemasan(Ansietas) Berat
Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang akan
semakin menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami ansietas berat
hanya mampu fokus pada satu hal dan mengalami kesulitan untuk memahami apa
yang terjadi. Pada level ini individu tidak memungkinkan untuk belajar dan
memecahkan masalah, bahkan bisa jadi individu tersebut linglung dan bingung.
Gejala somatik meningkat, gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami
ketakutan yang besar.
12

d) Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di
lingkungan sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Kebiasaan yang
muncul yaitu mondar-mandir, mengamuk, teriak, atau adanya penarikan dari
lingkungan sekitar. Adanya halusinasi dan persepsi sensorik yang palsu (melihat
seseorang atau objek yang tidak nyata). Tidak terkoordinasinya fisiologis dan
adanya gerakan impulsif. Pada tahap panik ini individu dapat mengalami
kelelahan.

Gambar 2.2 Rentang Respon Ansietas

7. Instrumen pengukuran Intensitas Kecemasan (Ansietas) Menggunakan Kuesioner


ZSAS (Zung Self AnxietyRating Scale)
Intensitas / tingkat kecemasan dapat diukur melalui beberapa cara, salah satunya
adalah menggunakan ZSAS (Zung Self Anxiety Rating Scale).Kuesioner Zung Self
Anxiety Rating Scale (ZSAS) adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen ZSAS dikembangkan oleh Zung
M.D (1992) dalam Campos, Gimares, Remein (2010) dan dimodifikasi oleh Tobing
(2012). Instrumen ini terdiri dari 20 item total pertanyaan yang meliputi pengukuran
kecemasan dengan pengukuran skala likert skor 0=, 1=sering, 2=jarang dan 3=tidak
pernah. Item unfavorable dengan pilihan ansietas dan depresi terdapat pada nomor 1,
3, 7, 8, 11, 13 dengan skoring 1=tidak pernah, 2=kadang - kadang, 3=sering dan
4=selalu. Penggolongan nilai skor merupakan penjumlahan seluruh hasil jawaban
adalah normal (skor 0-20), ringan (skor 20-44), sedang (skor 45-59) dan berat (skor 60-
13

80). ZSAS mempunyai nilai minimal 0 dan maksimal 80 (berat) (Kusumawati, Keliat
dan Nursasi, 2015).

B. Konsep Craniotomy
1. Definisi
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi, atau pengangkatan pertumbuhan
atau abnormalitas di dalam cranium, terdiri atas pengangkatan dan penggantian tulang
tengkorak untuk memberikan pencapaian pada struktur intracranial.(Satyanegara,2018).
Craniotomy adalah operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Menurut Chesnut RM (2006),
Craniotomy adalah prosedur untuk menghapus luka di otak melalui lubang di tengkorak
(kranium). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
Craniotomy adalah operasi membuka tengkorak (tempurung kepala) untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka yang ada di otak
2. Etiologi

Etiologi yang pasti terjadi Craniotomy sampai saat ini belum diketahui.Walaupun
sudah banyak penelitian yang di lakukan. Adapun factor yang perlu di tinjau, Yaitu :

a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu keluarga jarang di temukan kecuali pada meningioma,
astrocytoma, dan neurofibroma dapat di jumpai pada anggota anggota sekeluarga,
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat di anggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan factor familial yang jelas. Selain jenis
jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti bukti yang kuat untuk memikirkan adanya
factor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan
di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Substansi-substansi karsinogenik
14

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-
ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

3. Klasifikasi
Salah satu klasifikasi Craniotomy yaitu Orbitozygomatic Craniotomy.
Orbitozygomatic Craniotomy adalah salah satu tindakan operasi Neurosurgery yang
bertujuan untuk mengangkat tumor otak yang berada pada posisi yang sulit,
(Satyanegara, 2017). Kemudian menurut Satyanegara (2018), berdasarkan lokasi dan
luas tumor otak , tindakan Craniotomy dapat dikategorikan menjadi 4 jenis:
a. Extended Bifrontal Craniotomy yaitu insisi yang dilakukan dengan membuat
sayatan pada kulit belakang belakang hairline .
b. Minimally Invasive supra-orbital Craniotomy yaitu Insisi di lakukan dengan
membuat sayatan didalam alis .
c. Retro sigmoid Craniotomy yaitu insisi yang dilakukan dengan membuat sayatan
pada belakang telinga.
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Briedite, et.al , 2014 dalam Tukan 2017)

a. Manifestasi klinis umum:

1. Sakit kepala

2. Muntah proyektil

3. Perubahan mental

4. Kenaikan tekanan intrakranial.


b. Manifestasi klinis local

1. Perubahan penglihatan,(hemianopsia, nytagmus,diplopia,,kebutaan)

2. Perubahan bicara, misalnya :aphasia

3. Perubahan sensorik dan motorik


15

4. Perubahan bowel atau bladder

5. Perubahan dalam pendengaran

5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologic progresif. Gangguan
neurologic pada tumor otak biasanya di anggap di sebabkan oleh dua faktor yaitu
gangguan fokal di sebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial. Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang di timbukan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis pada jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat di
kacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perubahan kepekaan neuron di hubungkan
dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak dan sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intracranial dapat di akibatkan oleh beberapa faktor yaitu
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Beberapa tumor dapat menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena dan edema yang di sebabkan oleh kerusakan sawar darah
otak. Semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
cerebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid sehingga menimbulkan
hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intracranial timbuil cepat
16

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah


intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang ti dak di obati mengakibatkan herniasi unkus
atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.
Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
17

6. Pathway

Pathway menurut Nurarif (2015)

CRANIOTOMI

Luka Insisi EfekAnastesi


i
Higiene Luka Jaringan Ujung Perdarahan MenekanPusat SistemPerkem Sustansi
Syaraf Pernafasan ihan
Buruk Kulit Rusak StimulasiMedula
Gangguan Kerja Organ FungsiGinjal
Kerusakan Reseptor Perfusi Pernafasan Menurun ReflekMuntah
Infeksi Kuman Jaringan Menurun
Integritas
Nyeri ReflekBerkemih Nausea Vomitas
Kulit Menurun
ResikoInfeksi Volume darah
Gangguan Rasa Menurun
GangguanNutrisi
Nyaman (Nyeri) Kurang Dari Kebutuhan
EkspansiParu Penumpukan
Menurun Secret
Inkontinensia
2
Ketidakseimbangan Suplai O
Cairan :Kekurangan BersihanJalan
Berkurang
Volume CairanTubuh Nafas
PerubahanPola
GangguanPola Eliminasi Urine
Nafas

Gambar 2.3 Bagan Pahway Craniotomy


18

7. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul akibat Craniotomy menurut Smeltzer (2014)


antara lain :

a) Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam
sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler,
berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah
kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
b) Hidrosefalus
Komplikasi Craniotomy yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan
jiwa adalah Hidrocefalus. Hidrosefalus terjadi karena adanya penumpukan cairan
di rongga dalam otak. Kelebihan cairan ini meningkatkan ukuran ventrikel dan
member tekanan kepada otak,
c) Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya
didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d) Gangguan perfusi jaringan
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tromboplebitis,
tromboplebitisd biasanya timbul 7 – 14 hari post operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari pembuluh darah vena
dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru paru,hati dan otak
19

8. Penatalaksanaan medis

Menurut Nurarif (2015) ada beberapa penatalaksanaan pada Craniotomy di


antaranya :
1. Terapi Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping dari kemoterapi adalah :lelah ,mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan rambut, dan rentan terserang penyakit .
2. Radiotheraphy
Terapi pembedahan pada tumor otak dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American Academy of neurosurgery Surgical ,
indikasi pembedahan pada klien dengan Craniotomy adalah :
a. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker
b. Mengurangi tekanan intrakranial
c. Mengontrol bekuan darah dan mengevakuasi bekuan darah
d. Peradangan dalam otak
e. Tumor otak
f. Perdarahan
g. Trauma pada tengkorak
9. Persiapan pasien Craniotomy

Ada dua hal yang harus di persiapkan pada pasien dengan prosedur ini menurut
Satyanegara (2015), yakni:

1. Persiapan Fisik
Sebelum di lakukan tindakan craniotomy penting sekali untuk mempersiapkan
kondisi klien,yang bertujuan untuk mengurangi resiko kecacatan atau kematian pada
pasien. Hal yang perlu di persiapkan adalah seperti status vital sign
pasien,electrocardiogram, rontgen thorax dan ct scan kepala.
2. Persiapan Psikologis
Sebelum di lakukan tindakan craniotomy perlu sekali untuk mengetahui tingkat
kecemasan pasien, karena apabila pasien cemas dapat mempengaruhi proses
hemodinaka pada pasein sehingga bisa mempengaruhi vital sign pasien.
20

C. Konsep Anaesthesia Education Card


1. Definisi

Edukasi merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Edukasi akan
lebih baik di lakukan sejak 1 atau 2 hari sebelum pembedahan, karena pasien akan
dapat mempelajarinya dengan baik (Potter & Perry, 2015). Rasa cemas dan takut
adalah hambatan belajar, kedua emosi ini akan semakin meningkat jika waktu
pembedahan semakin dekat (Potter & Perry, 2015). Beberapa ahli telah melakukan
penelitian tentang edukasi preoperasi dengan variasi materi,metode, media maupun
waktu belajar.

Edukasi menggunakan media kartu merupakan pengembangan metode


preoperatif teaching dengan menggunakan kartu untuk mengurangi tingkat kecemasan
pada pasien, yang dapat meningkatkan tingkat pengetahuan pasien sehingga dapat
membantu pasien menurunkan tingkat kecemasan. Tingkat kecemasan dengan tingkat
pengetahuan pasien sangat berpengaruh, karena dapat menciptakan suatu lingkungan
internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejah
teraan lebih tinggi (Amanda, dkk 2017).

Menurut Johanson dkk (2015) preoperatif teaching menggunakan media kartu


yaitu suatu metode untuk meningkatkan pengetahuan dan untuk mengurangi
kecemasan. Preoperatif teaching dapat di lakukan oleh dokter maupun perawat. Pada
tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan mentor,
bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini merupakan upaya untuk meningkatkan tingkat
pengetahuan pasien dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu sehingga
dapat menurunkan toingkat kecemasan.

2. Tujuan Anaesthesia Education Card


21

Menurut Amanda, dkk (2017) menyatakan bahwa tujuan preoperatif education


menggunakan kartu adalah untuk meningkatkan pengetahuan pasien, mengurangi
stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas kecemasan
serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic.
3. Prosedur Anaesthesia Education Card
Menurut Amanda (2017) adalah:
a. Membentuk suasana sekitar tenang, menghindarkan dari kebisingan
b. Memilih kartu edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
Ex (General Anaesthesia)
c. Memperkenalkan diri dan mengkaji tingkat kecemasan menggunakan zung self
anxiety rating scale dan vital sign pasien
d. Memberikan materi general anesthesia kepada pasien
e. Evaluasi tingkat kecemasan pasien menggunakan ZSAS.
f. Bila ada pikiran yang menganggu, Anjurkan pasien untuk berdoa
4. Keuntungan Anaesthesia Education Card
Menurut Amanda, dkk (2017), manfaat Teknik Relaksasi Benson adalah sebagai
berikut:
a. Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
b. Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
c. Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah
d. Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
e. Tidur lelap
f. Kesehatan mental menjadi lebih baik
g. Daya ingat lebih baik
h. Meningkatkan daya berpikir logis
i. Meningkatkan kreativitas
j. Meningkatkan keyakinan
k. Meningkatkan daya kemauan
l. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

5. Langkah – Langkah Anaesthesia Education Card


22

Menurut Amanda (2017) adalah:


g. Membentuk suasana sekitar tenang, menghindarkan dari kebisingan
h. Memilih kartu edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
Ex (General Anaesthesia)
i. Memperkenalkan diri dan mengkaji tingkat kecemasan menggunakan zung self
anxiety rating scale dan vital sign pasien
j. Memberikan materi general anesthesia kepada pasien
k. Evaluasi tingkat kecemasan pasien menggunakan ZSAS.
l. Bila ada pikiran yang menganggu, Anjurkan pasien untuk berdoa

D. Hubungan Antara Anaesthesia Education Card Dengan Penurunan Tingkat Skala


Kecemasan Pasien Pre Operasi Craniotomy
23

Kecemasan dialami oleh seluruh pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
sehingga selain terapi farmakologi, terapi non farmakologi juga diperlukan untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien pre operasi. Salah satu terapi non farmakologi
yang akan diterapkan antara lain yaitu Preoperatif Teaching menggunakan media
kartu. Anaesthesia Education Card merupakan pengembangan metode preoperatif
teaching, yang dapat memberikan informasi sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi. (Amanda, dkk 2017).

Kemudian hasil penelitian menurut Mary, dkk diperoleh nilai p-value pre post
Preoperatif teaching menggunakan kartu edukasi 0,005 (p < 0,05) hal ini menunjukan
bahwa secara statistik terdapat pengaruh tindakan preoperatif teaching menggunakan
media kartu terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amanda (2015) menunjukan bahwa
ada pengaruh yang signifikan penggunaan kartu edukasi terhadap tingkat kecemasan
pasien pre opersi p-value = 0,02 (p < 0,05) hal ini juga menunjukan bahwa secara
statistik terdapat pengaruh properatif teaching menggunakan media kartu terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi

Anda mungkin juga menyukai