Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUKOREJO I

Jl.Banaran No.04 Sukorejo – Kendal 51363 Telp. (0294) 451024-451314-3652427


email : pusksukorejo01@gmail.com

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERTEMUAN KOORDINASI GERAKAN LIMA PILAR


SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT GUNA PENCEGAHAN STUNTING
(GELAR SOBAT PENTING) TINGKAT KECAMATAN 2022

I. Pendahuluan
Stunting saat ini menjadi salah satu topik dalam perbincangan di dunia
kesehatan. Sebagai salah satu masalah gizi, stunting diketahui menjadi ancaman
terbesar bagi kualitas hidup manusia di masa mendatang. Tidak hanya urusan
tinggi badan, stunting menjadi penting untuk diberantas karena terkait dengan
hambatan pertumbuhan otak anak, penurunan kualitas belajar hingga penurunan
produktivitas di usia dewasa, dan ancaman terhadap peningkatan penyakit tidak
menular (obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dsb).

Stunting atau pendek merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai
dengan nilai Z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari –2 Standart
Deviasi (SD) berdasarkan World Health Organization (WHO, 2010). Stunting pada
anak sekolah merupakan manifestasi dari stunting pada masa balita yang
mengalami kegagalan dalam tumbuh kejar (catch up growth), defisiensi zat gizi
dalam jangka waktu yang lama, serta adanya penyakit infeksi (Saniarto, 2014).

Seperti halnya masalah kurang gizi lainnya, bahwa secara langsung stunting
memang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup serta ancaman
penyakit infeksi yang berulang dimana hal tersebutlah yang saling mempengaruhi.
Namun bila dilihat lebih dalam bahwa dua penyebab langsung ini sangat
dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh ibu, ketersediaan pangan di tingkat rumah
tangga, hingga sanitasi di lingkungan mereka.

Mengaitkan isu stunting dan kesehatan lingkungan, beberapa penelitian telah


membuktikan bahwa kontribusi penyehatan lingkungan terhadap pengentasan
masalah stunting cukup besar, salah satunya penelitian tentang anak-anak di
Bangladesh yang terakses air minum bersih, jamban, serta fasilitas CTPS
pertumbuhan tinggi badannya 50% bertambah lebih tinggi dibanding anak yang
tidak mendapat akses tersebut (Lin A, et al. dalam Environmental Health
Perspectives ; vol 122)
Dalam sebuah jurnal juga disebutkan bahwa hygiene dan sanitasi yang
buruk menyebabkan gangguan inflamasi usus kecil yang mengurangi penyerapan
zat gizi dan meningkatkan permeabilitas usus yang disebut juga Environmental
Enteropathy (EE) dimana terjadi pengalihan energi, dimana seharusnya digunakan
untuk pertumbuhan tetapi akhirnya digunakan untuk melawan infeksi dalam tubuh.
(EHP vol.122)

Berdasarkan beberapa survey yang dilakukan, masalah kesehatan


lingkungan di Indonesia masih cukup tinggi. Sekitar 24% masyarakat masih BAB di
tempat terbuka dan 14% diantaranya tidak memiliki akses ke sumber air bersih
(JMP, 2013) ; padahal ketika anak-anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi yang
buruk, maka risiko mereka terkena penyakit menjadi lebih besar dan kemungkinan
berulang juga tinggi, inilah yang menjadi salah satu penyebab terhambatnya
pertumbuhan mereka.

Melalui program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan dasar


hukum Peraturn kementrian kesehatan No.3 Tahun 2014, STBM merupakan
sebuah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Lima upaya pemicuan yang
dilakukan untuk perubahan perilaku masyarakat yaitu 1) stop buang air besar
sembarangan; 2) cuci tangan pakai sabun; 3) pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga ; pengamanan sampah rumah tangga; dan 5) pengamanan limbah
cair rumah tangga. Adapula kampanye pengenalan PHBS (perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) kepada masyarakat yang beberapa diantaranya terkait sanitasi yaitu
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di air bersih yang mengalir, menggunakan
jamban sehat, serta penggunaan air bersih untuk minum, dan banyak lagi upaya
terkait kesehatan lingkungan lainnya.

Dalam pelaksanaan STBM di lapangan, metode yang digunakan adalah


advokasi, orientasi dan pemicuan yaitu suatu kegiatan memunculkan rasa butuh
akan sanitasi pada diri individu di masyarakat dengan cara menganalisa situasi
lingkungan dan perilaku masyarakat itu sendiri sehingga muncul kesadaran internal
dari masyarakat dan terdorong untuk mewujudkan dalam perilaku yang sehat serta
membangun sarana sanitasinya secara mandiri.

II. Latar Belakang


Program sanitasi total berbasis masyarakat menitik beratkan pemberdayaan
dengan cara masyarakat mengidentifikasi masalah sanitasi memetakan dan
mengatasi permasalahan sanitasi melalui pemberdayaan.

Dari 5 pilar yang ada pada tahun pertama dititik beratkan pada pilar I Stop
BABS. Kecamatan Sukorejo di wilayah kerja Puskemas Sukorejo I terdiri dari 10
Desa yaitu Desa Purwosari, Desa Ngargosari, Desa Bringinsari, Desa Pesaren,
Desa Kalipakis, Desa Trimulyo, Desa Mulyosari, Desa Sukorejo, Desa Kebumen,
dan Desa Kalibogor.

Hasil pendataan sarana sanitasi dasar tahun 2020 bahwa cakupan akses
jamban keluarga Kecamatan Sukorejo sebesar 100 %.

Masyarakat yang melaksanakan Cuci Tangan Pakai Sabun: Purwosari


100%, Ngargosari 100%, Bringinsari 100%, Pesaren 100%, Kalipakis 100%,
Trimulyo 100%, Mulyosari 100%, Kebumen 100%, Sukorejo 100%, dan Kalibogor
100%.

Masyarakat yang mengelola Air Minum dan Makanan Rumah Tangga:


Purwosari 100%, Ngargosari 100%, Bringinsari 100%, Pesaren 100%, Kalipakis
100%, Trimulyo 100%, Mulyosari 100%, Kebumen 100%, Sukorejo 100% dan
Kalibogor 100%.

Masyarakat yang mengelola Sampah Rumah Tangga : Purwosari 85%,


Ngargosari 100%, Bringinsari 80%, Pesaren 85%, Kalipakis 87%, Trimulyo 90%,
Mulyosari 80%, Kebumen 100%, Sukorejo 90%, Kalibogor 100%.

Dan cakupan masyarakat yang mengamanan Limbah Cair Rumah Tangga :


Purwosari 95%, Ngargosari 100%, Bringinsari 80%, Pesaren 80%, Kalipakis 95%,
Trimulyo 95%, Mulyosari 95%, Kebumen 100%, Sukorejo 96%, dan Kalibogor 99%.

Tingginya jumlah penduduk berpengaruh juga terhadap volume sampah


domestik yang dihasilkan. Sampah domestik dihasilkan oleh penduduk yang
memiliki berbagai macam aktifitas. Sampah merupakan salah satu penyebab
rusaknya lingkungan kota jika tidak dikelola dengan baik. Permasalahan mengenai
sampah tidak dapat lepas dari kehidupan dan lingkungan kehidupan manusia. Hal
ini dapat terjadi karena masalah sampah sangat berkaitan erat dengan kehidupan
manusia. Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan pasti akan menghasilkan
sampah dalam bentuk apapun atas hasil dari kegiatan konsumsinya sehari-hari
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam pengelolaan sampah domestik ini
diperlukan informasi spasial mengenai volume sampah domestik dan juga rute
optimum pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA agar pengelolaannya lebih
efisien. Permukiman digunakan sebagai komponen utama dalam menyusun model
spasial estimasi volume sampah domestik yang diperoleh dari interpretasi citra
Quickbird. Kemudian untuk pengangkutan sampah dari TPS ke TPA diperlukan rute
optimum yang pengangkutannya mempertimbangkan efisiensi perjalanan
pengangkutannya. Penentuan rute optimum ini dilakukan dengan menggunakan
network analyst dan direkomendasikan untuk instansi dan dinas yang menangani
masalah sampah domestic.

Diagram Rantai Layanan Pengelolaan Sampah ini menggambarkan alur


pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, yang mencakup pengurangan (reduksi)
sampah sebelum diproses di tempat pemrosesan akhir (TPA/landfill) dan
penanganan sampah, yaitu sampah yang terkumpul kemudian diangkut dan
diproses di TPA. Petunjuk teknis ini mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No.
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

Diagram Rantai Layanan Pengelolaan Sampah ini menggambarkan alur


pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, yang mencakup pengurangan (reduksi)
sampah sebelum diproses di tempat pemrosesan akhir (TPA/landfill) dan
penanganan sampah, yaitu sampah yang terkumpul kemudian diangkut dan
diproses di TPA. Petunjuk teknis ini mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No.
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.

Menurut Standar SNI 3242-2008 untuk memperkirakan volume timbulan


sampah: untuk Kota Besar 3 liter/orang/hari dan Kota Kecil 2,5 liter/orang/hari.
Sedangkan untuk berat jenis sampah, gunakan asumsi 200-300 kg/m3 (0.2 – 0.3
kg/liter). Hasil tampilan timbulan dan berat jenis sampah terlihat pada:

Timbulan sampah per kapita merupakan sampah yang dihasilkan oleh setiap
orang per hari. Nilai ini didapatkan dari hasil sampling sampah (dalam Master Plan
Persampahan atau studi terkait lainnya). Apabila sampling tidak dilakukan,
menggunakn SNI 3242-2008 (Kota Besar 3 L/orang/hari, Kota Kecil 2,5
L/orang/hari). Volume limbah cair 2,50 liter/orang/hari dan volume sampah domestik
0,5 kg/orang/hari.

Penduduk Wilayah kerja Puskesmas Sukorejo I sejumlah 37.696, dihasilkan


sampah 37.696 x 0,5 kg/orang/hari = 18.848 kg/orang (18 ton/hari).

Mengingat STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ) di wilayah kerja


Puskesmas Sukorejo I belum sesuai dengan harapan dan target, yang dijabarkan
dalam 5 pilar yaitu STOP BABS, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air
minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, dan
Pengelolaan Limbah Rumah Tangga, maka untuk mempercepat terwujudnya
harapan tersebut perlu menyamakan persepsi dalam cara memandang masalah
sehingga perencanaan tepat sasaran.

Efek yang di timbulkan dari kondisi lingkungan buruk tidak hanya kepada
pribadi yang kurang sadar saja tetapi masyarakat sekitar akan terkena dampaknya
seperti pencemaran air / sungai pencemaran tanah dan penyebaran penyakit
kolera, ecoli, stunting dll. Sanitasi yang buruk berkaitan erat dengan stunting.
Kurangnya sanitasi membuat gangguan pencernaan terganggu, sehingga
pertumbuhan tubuh menjadi tidak sempurna. Hasil riset kesehatan dasar 2013
menunjukkan 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Pemantauan Stutus Gizi
(PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi,
yakni 29,6 % diatas batasan yang ditetapkan WHO yaitu 20%, akses sanitasi yang
baik mampu menurunkan tingkat stunting sebesar 27 persen. Penerapan 5 plar
STBM di tingkat rumah tangga juga sangat membantu masyarakat dalam
menerapkan pola hidup bersih.
Berikut Data Stunting di Wilayah kerja Puskesmas Sukorejo I:

No Desa Jumlah
1 Purwosari 36
2 Ngargosari 4
3 Bringinsari 37
4 Pesaren 5
5 Kalipakis 16
6 Trimulyo 6
7 Mulyosari 19
8 Sukorejo 46
9 Kebumen 11
10 Kalibogor 2
Jumlah 182

Penyusunan kerangka acuan kegiatan pertemuan koordinasi gerakan 5 pilar


STBM guna pencegahan stunting ( gelar sobat penting ) memberikan kontribusi pada
visi “Kendal Handal, Unggul, Makmur dan Berkeadilan” yaitu “Unggul” SDM berkualitas
religious, berbudaya, sehat jasmani, dan rohani serta berdaya saing menghadapi
revolusi industry 4.0. Pada kegiatan ini juga sesuai dengan misi ke-2 pemerintah
Kabupaten Kendal yaitu : “Mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, sehat
jasmani dan rohani, berbudi pekerti luhur, dan memiliki daya saing dalam rangka
menyambut revolusi industri 4.0”.
Kegiatan pertemuan koordinasi gerakan 5 pilar STBM guna pencegahan
stunting ( gelar sobat penting ) dilaksanakan agar tercapai visi dan misi Puskesmas
Sukorejo I dengan mengaplikasikan tata nilai yang terkandung didalamnya : PRIMA
(Profesional, Ramah, Inovatif, Mutu dan Amanah).

III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Adalah mengendalian faktor risiko penyakit baik menular maupun tidak
menular melalui peningkatan kemampuan penyehatan, pengendalian dan
pengamanan terhadap media lingkungan baik secara fisik, biologi, kimia
maupun sosial.

B. Tujuan Khusus
Adalah masyarakat mampu menyusun rencana percepatan pencapaian
STBM dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan
perilaku hygiene dan sanitasi.
IV. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
A. Koordinasi dengan Lintas Sektor
B. Menyepakati Waktu, tempat, Sasaran dan pelaksana kegiatan
C. Pelaksanaan Pertemuan
D. Pelaporan dan Evaluasi
V. Cara Melaksanakan Kegiatan
A. Persiapan
1. Pertemuan untuk pembagian tugas dan tanggung jawab
2. Membuat dan mengirim surat undangan.
3. Menyiapkan Materi
4. Mengecek kesiapan tempat dengan protokol kesehatan
B. Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan
1. Sebelum masuk ruangan mencuci tangan pakai sabun, cek suhu dan
penertiban pemakaian masker
2. Pendaftaran peserta dengan mengisi daftar hadir
3. Pembukaan
4. Doa
5. Sambutan
6. Pertemuan rakor dan rencana kerja peduli dan tangani sampah
7. Diskusi/pembahasan
8. Penutup

VI. Sasaran
Jumlah Peserta sebanyak 30 orang dan 5 orang petugas.

VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


No Desa Tanggal Waktu Tempat Pelaksana Jabatan
1 Sukorejo November 08.30 Aula 1. Moh. Kepala
Jamaludhin, Puskesmas
2022 Kecamatan
S.KM.,MM.
Sukorejo 2. Disafons Gizi
Martandharu,
S.Gz.
Promkes
3. Mirnawati,
S.KM.
4. Anisa, S.KM. Promkes
5. Tri Raharjo, Sanitarian
S.KM.

VIII. Rencana Anggaran


Dibiayai dari APBD Kabupaten Kendal DAK BOK Th. 2022

a. Konsumsi makan dan snack 30 peserta 5 petugas 53.000 x 35 = 1.855.000


b. Transport 30 peserta 100.000 x 30 = 3.000.000
+
TOTAL = Rp. 4.855.000

IX. Monitoring Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Pelaksanaan Kegiatan direncanakan diikuti oleh 35 orang termasuk petugas dalam
pertemuan koordinasi gerakan 5 pilar STBM guna pencegahan stunting ( gelar
sobat penting )

X. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Penyusunan laporan hasil kegiatan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan pertemuan
koordinasi gerakan 5 pilar STBM guna pencegahan stunting ( gelar sobat penting )
di Kec. Sukorejo dan dilaporkan pada Kepala Dinas Kesehatan Kab. Kendal
setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

Penanggung jawab UKM Pelaksana Upaya

Istiwa’ul Jumuiyyah, A.md.Keb. Tri Raharjo, S.KM.


NIP. 19730907 199301 2 002

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Sukorejo I

Moh Jamaludhin SKM, MM


NIP. 19650719 199201 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SUKOREJO I

Jl.Banaran No.04 Sukorejo – Kendal 51363 Telp. (0294) 451024-451314-3652427


email : pusksukorejo01@gmail.com
Notulen Nama Pertemuan: Pertemuan koordinasi dan evaluasi STBM Kecamatan
Pertemuan Tahun 2021
Tanggal: Tempat :
Pukul: 08.30 s/d 11.45 WIB

Susunan Acara 1.
Pembahasan

Kesimpulan

Sukorejo, November 2022

Notulen

Tri Raharjo, S.KM.

DOKUMENTASI

PERTEMUAN KOORDINASI GERAKAN LIMA PILAR SANITASI TOTAL


BERBASIS MASYARAKAT GUNA PENCEGAHAN STUNTING (GELAR
SOBAT PENTING) TINGKAT KECAMATAN 2022
PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

KECAMATAN SUKOREJO
Jl. Raya No. 81 Sukorejo Telp. (0294) 451002
Email : Kec. Sukorejo Website : Sukorejo@Kendal go.id

Sukorejo, 11 Nopember 2021

Nomor : / / Skrj
Lamp. : 1 Lembar
Perihal : Undangan Kepada Yth:
Terlampir

Di Tempat masing-masing

Dalam rangka mendukung terwujudnya desa STBM pada 5 pilar Sanitasi


Total Berbasis Masyarakat. Kecamatan Sukorejo akan mengadakan pertemuan
koordinasi dan evaluasi STBM Kecamatan bersama lintas sektor, Dinas Kesehatan
Kabupaten Kendal dan Puskesmas. Kami bermaksud mengadakan pertemuan
tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan. Sehubungan dengan hal
tersebut diminta bapak/ibu untuk hadir besok pada:
Hari/Tanggal : Senin, 15 Nopember 2021
Jam : 08.30 WIB - Selesai
Acara : Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi STBM
Kecamatan
Tempat : Aula Kecamatan Sukorejo

Demikian untuk menjadikan perhatian, atas kerja samanya disampaikan


terima kasih.

CAMAT SUKOREJO

MANSYUR, SE.
Pembina TK. I
NIP. 19640717 1994031002

Tembusan disampaikan kepada Yth:

1. BUPATI Kendal
2. Ketua TP PKK Kabupaten Kendal
3. Kepala Dispermasdes Kabupaten Kendal
4. Arsip

Anda mungkin juga menyukai